BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum. anusia. Sistem pencernaan mengolah makanan atau asupanyang masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Sistem pencernaan dari bagian atas hingga bawah terdiri dari organ-organ vital,misalnya esofagus, lambung, dan saluran intestinal. Oleh karena itu, system pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus selalu terjaga agartetap dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Walaupun sistem pencernaan harus selalu dipertahankan dalamkondisi baik tetapi terkadang muncul berbagai gangguan yang muncul padasistem ini.
Adanya hematemesis melena merupakan salah satu indikasi munculnya gangguan dalam sistem pencernaan. Hematemesis melena dapat di sebabkan oleh berbagai hal, salah satunya peptic ulcer atau ulkus peptikum.Mengenai hematemesis melena, penyebab dan patofisiologinya akan di bahas di bab selanjutnya.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam makalah ini antara lain:
Apakah pengertian hematemesis melena?
Apakah penyebab dari hematemesis melena?
Apa saja tanda dan gejala dari hematemesis melena?
Bagaimana patofisiologis dari hematesis melena?
Apakah pemeriksaan penunjang hematesis melena?
Apa saja penatalaksanaan dari hematesis melena?
Bagaimana proses keperawatan dari hematesis melena?
1.3 tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
Memaparkan dan mengetahui pengertian hematemesis melena.
Memaparkan dan mengetahui penyebab dari hematemesis melena.
Memaparkan dan mengetahui tanda dan gejala dari hematemesis melena.
Memaparkan dan mengetahui patofisiologis dari hematesis melena.
Memaparkan dan mengetahui pemeriksaan penunjang hematesis melena.
Memaparkan dan mengetahui penatalaksanaan dari hematesis melena.
Memaparkan dan mengetahui proses keperawatan dari hematesis melena.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP TEORI PENYAKIT HEMATESIS MELENA
Pengertian
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluarn feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. ( Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC)
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC ).
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru di jumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besra kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
Hematemesis adalah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dapat berasal dari saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi asam. Melena adalah feses berwarna hitamseperti ter karena bercampur darah; umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai hematemesis (Purwadianto & Sampurna, 2000).
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan kontak antara darah dengan asam lambung dan besarkecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah – merahan dan bergumpal – gumpal (Netina, Sandra M, 2001).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran certa atas (Sylvia, A. Price, 2005)
Etiologi
Kelainan di esophagus
Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak masif.
Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada akhirnya baru timbul perdarahan. misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah - muntah hebat dan terus - menerus.
Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermiten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada hematemesis. Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak lambung dan duodenum.
Kelainan di lambung
Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, trombositopenia purpura.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis melena adalah muntah darah (hematemesis), mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena), mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia), syok (frekuensi denyut jantung meningkat, tekanan darah rendah), akral teraba dingin dan basah, penyakit hati kronis (sirosis hepatis), dan koagulopati purpura serta memar, demam ringan antara 38 -39° C, nyeri pada lambung / perut, nafsu makan menurun, hiperperistaltik, jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya penurunan Hb dan Ht (anemia) dengan gejala mudah lelah, pucat nyeri dada, dan pusing yang tampak setelah beberapa jam, leukositosis dan trombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah setelah 24-48 jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000)
Gejala yang ada yaitu :
Muntah darah (hematemesis)
Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
Denyut nadi yang cepat, TD rendah
Akral teraba dingin dan basah
Nyeri perut
Nafsu makan menurun
Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.
Komplikasi
Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.
Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran.
Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala - gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan. Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang - kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
WOC Hematemesis Melena
perdarahanperdarahanHEMATEMESIS MELENAHEMATEMESIS MELENAInflamasi mukosa lambungInflamasi mukosa lambungAsam lambung Asam lambung O2 mukosa terhambatO2 mukosa terhambatObat-obatan ulserogetik: gol.salisilat, kortikosteroid, alcohol.Obat-obatan ulserogetik: gol.salisilat, kortikosteroid, alcohol.PD rupturPD rupturVarises Varises Distensi PD abdomenDistensi PD abdomenPembentukan kolateralPembentukan kolateralObstruksi aliran darah lewat hatiObstruksi aliran darah lewat hatiMasuk saluran cernaMasuk saluran cernaPerdarahanPerdarahanPecahnya PDPecahnya PDKerusakan vaskuler pada mukosa lambungKerusakan vaskuler pada mukosa lambungErosi dan ulserasiErosi dan ulserasiInfeksi mukosa lambungInfeksi mukosa lambungPenyakit sistemik: sirosis hatiPenyakit sistemik: sirosis hatiPenyakit darah: leukemia, DIC, purpura trombositopenia, hemophiliaPenyakit darah: leukemia, DIC, purpura trombositopenia, hemophiliaKelainan lambung dan duodenum: tukak lambung, keganasanKelainan lambung dan duodenum: tukak lambung, keganasanPembuluh darah pecahPembuluh darah pecahTekanan portalTekanan portalKelainan esophagus: varises esophagus, esophagitis, keganasan esophagusKelainan esophagus: varises esophagus, esophagitis, keganasan esophagus
perdarahan
perdarahan
HEMATEMESIS MELENA
HEMATEMESIS MELENA
Inflamasi mukosa lambung
Inflamasi mukosa lambung
Asam lambung
Asam lambung
O2 mukosa terhambat
O2 mukosa terhambat
Obat-obatan ulserogetik: gol.salisilat, kortikosteroid, alcohol.
Obat-obatan ulserogetik: gol.salisilat, kortikosteroid, alcohol.
PD ruptur
PD ruptur
Varises
Varises
Distensi PD abdomen
Distensi PD abdomen
Pembentukan kolateral
Pembentukan kolateral
Obstruksi aliran darah lewat hati
Obstruksi aliran darah lewat hati
Masuk saluran cerna
Masuk saluran cerna
Perdarahan
Perdarahan
Pecahnya PD
Pecahnya PD
Kerusakan vaskuler pada mukosa lambung
Kerusakan vaskuler pada mukosa lambung
Erosi dan ulserasi
Erosi dan ulserasi
Infeksi mukosa lambung
Infeksi mukosa lambung
Penyakit sistemik: sirosis hati
Penyakit sistemik: sirosis hati
Penyakit darah: leukemia, DIC, purpura trombositopenia, hemophilia
Penyakit darah: leukemia, DIC, purpura trombositopenia, hemophilia
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung, keganasan
Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung, keganasan
Pembuluh darah pecah
Pembuluh darah pecah
Tekanan portal
Tekanan portal
Kelainan esophagus: varises esophagus, esophagitis, keganasan esophagus
Kelainan esophagus: varises esophagus, esophagitis, keganasan esophagus
MK: ansietasMK: ansietasAnoreksia Anoreksia Mual-muntahMual-muntah
MK: ansietas
MK: ansietas
Anoreksia
Anoreksia
Mual-muntah
Mual-muntah
MK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhMK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhMK: gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitMK: gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitSyok hipovolemikSyok hipovolemikMK: Ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinalMK: Ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinalPerfusi jaringan Perfusi jaringan Penekanan PDPenekanan PDEdema Edema Protein plasma hilangProtein plasma hilangTekanan kapiler Tekanan kapiler
MK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MK: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MK: gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
MK: gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Syok hipovolemik
Syok hipovolemik
MK: Ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal
MK: Ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan
Penekanan PD
Penekanan PD
Edema
Edema
Protein plasma hilang
Protein plasma hilang
Tekanan kapiler
Tekanan kapiler
Spasme dinding perutSpasme dinding perut
Spasme dinding perut
Spasme dinding perut
MK:nyeri akutMK:nyeri akut
MK:nyeri akut
MK:nyeri akut
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double kontrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti.
Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita (Davey, 2005).
Penatalaksanaan Medik
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :
Pengawasan dan pengobatan umum.
Tirah baring.
Diet makanan lunak
Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP monitor.
Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.
Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk menanggulangi perdarahan.
Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.
Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PENGKAJIAN EMERGENCY dan KRITIS
Primary Survey
Airway
Sesak napas, hipoksia, retraksi interkosta, napas cuping hidung, kelemahan.
Sumbatan atau penumpukan secret.
Gurgling, snoring, crowing, wheezing, krekels, stridor.
Diaporesis
Brething
Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.
RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
Ronki, krekels.
Ekspansi dada tidak maksimal/penuh.
Penggunaan obat bantu nafas.
Tampak sianosis / pucat
Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri
Circulation
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi), warna kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik).
Nadi lemah/tidak teratur.
Takikardi dan bradikardi bisa terjadi
TD meningkat/menurun.
Edema.
Gelisah.
Akral dingin.
Gangguan sistem termoregulasi (hipertermia dan Hipotermia)
Kulit pucat atau sianosis.
Output urine menurun / meningkat
Disability
Penurunan kesadaran.
Penurunan refleks.
Tonus otot menurun
kekuatan otot menurun karena kelemahan.
Kelemahan
Iritabilitas,
Turgor kulit tidak elastis
Exposure
Nyeri kronis pada abdomen, perdarahan peses, nyeri saat mau BAB dan BAK, distensi abdomen, perkusi hipertimpani, hiperperistalitik usus, mual muntah, hasil foto rontegen abdomen infeksi saluran cerna.
Secondary Survey
TTV
Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari tidur sampai duduk/berdiri.
Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
RR lebih dari 20 x/menit.
Suhu hipotermi/hipertermia.
Pemeriksaan fisik
Pemakaian otot pernafasan tambahan.
Nyeri abdomen, hiperperistalitik usus, produksi, Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah, tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, coklat; diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis), berat jenis urin meningkat. urin menurun, pekat,
Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas (bersih, krekels, mengi, whwzing, ), sputum.
Odem ekstremitas, kelemahan, diaporesis
Pemeriksaan selanjutnya
Keluhan nyeri abdomen.
Obat-obat anti biotic, analgeti.
Makan-makanan tinggi natrium.
Penyakit penyerta DM, Hipertensi, hepatitis, gastroenteritis.
Riwayat alergi.
Tirtiery Survey
Pemeriksaan Laboratorium
Patologi Klinis : Darah lengkap, hemostasis (waktu perdarahan, pembekuan, protrombin), elektrolit (Na,K Cl), Fungsi hati (SGPT/SGOT, albumin, globulin)
Patologi Anatomi : Pertimbangkan dilakukan biopsi lambung
CPKMB, LDH, AST
Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).
Sel darah putih (10.000-20.000).
GDA (hipoksia).
Radiologi : Endoskopi SCBA, USG hati
Diagnose Keperawatan Emergency dan Kritis
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan cairan tubuh secara aktif) ditandai dengan perubahan pada status mental, penurunan tekanan darah, tekanan nadi, volume nadi, turgor kulit, haluaran urine, pengisian vena, dan berat badan tiba – tiba, membrane mukosa kering, kulit kering, peningkatan hematokrit, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan konsentrasi urine, haus, dan kelemahan.
Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi tentang penyakitnya.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.
Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
1
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : food and fluid
Intake
Kriteria hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
Tekanan darah,nadi suhu tubuh, dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik,membran mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan
Fluid management
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi ( kelembapan membran mukosa,nadi adekuat,tekanan darah ortostatik )
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan
Kolaborasikan pemberian cairan Iv
Monitor status nutrisi
Dorong masukan oral
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasikan pengamatan hasil elektrolit serum
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Monitor tingkat HB dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
2
Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.
Circulation status
Elektrolit and acid
Base balance
Fluid balance
Hidration
Urinary elimination
Kriteria hasil :
Tekanan systole dan diastole dalam rentang normal
Tidak ada ganguan mental,orientasi kognitif dan kekuatan otot
Tidak ada distensi vena leher
Tidak ada bunyi paru tambahan
Intake dan output seimbang
Tidak ada oedem perifer dan asites
Acid-base management
Observasi status hidrasi (kelembapan membran mukosa, TD ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi )
Monitor HMT, ureum,albumin,total protein,serum osmolalitas dan urine
Observasi tanda-tanda cairan berlebih
Pertahankan intake dan output secara akurat
Monitor ttv
Monitor glukosa darah arteri dan serum,elektrolit urine
Monitor hemodinamik status
Bebaskan jalan nafas
Menejemen akses intravena
Pasien hemodialisis
Observasi terhadap dehidrasi
Monitor TD
Monitor BUN,creat,HMT dan elaktrolit
Timbang BB sebelum dan sesudah prosedur
Kaji status mental
Monitor CT
Pasien peritoneal dialysis
Kaji temperatur,TD,denyut perifer,RR,dan BB
Monitor adanya respiratory distress
3
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
Kriteria hasil :
Adanya penurunan intensitas nyeri
Ketidaknyamanan akibat nyeri berkurang
Tidak menunjukkan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut
Kaji nyeri
Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien
Berikan analgetik sesuai jadwal
Kolaborasikan dengan dokter pemberian antibiotik
Observasi TTV
Pastikan keadaan nadi,RR,Td dalam rengtang normal
4
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan
Nutritional status
Weight control
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutris
Tidak menunjukakan penurunan berat badan berati
Nutrition manegemnt :
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasika dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein vitamin c
Berikan makanan yang sudah dikonsulkan oleh ahli gizi
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah penegeluaran tinja yang berwarna hitam seperti teh yang mengandung darah dari pencernaan. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antar darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
Perdarahan saluran cerna bagian atas adalah perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum Treitz. Untuk keperluan klinik dibedakan perdarahan varises esofagus dan non-varises, karena antara keduanya terdapat ketidaksamaan dalam pengelolaan dan prognosis. Manifestasi perdarahan saluran makanan bagian atas bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah perdarahan berlangsung terus-menerus atau tidak.
Penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas yang sering dilaporkan adalah pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss, dan keganasan. Perbedaan laporan-laporan penyebab perdarahan saluran makanan bagian atas terletak pada urutan penyebab tersebut.
Pengelolaan dasar pasien perdarahan saluran cerna sama seperti perdarahan pada umumnya, yakni meliputi pemeriksaan awal, resusitasi, diagnosa, dan terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas hemodinamik, menghentikan perdarahan, dan mencegah perdarahan ulang. Adapun langkah-langkah praktis pengelolaan perdarahan saluran makanan bagian atas adalah sebagai berikut: 1). Pemeriksaan awal, penekanan pada status awal hemodinamik; 2). Resusitasi, terutama untuk stabilitas hemodinamik; 3). Melanjutkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lain yang diperlukan ; 4). Memastikan perdarahan saluran makanan bagian atas atau bawah; 5). Menegakkan diagnosa pasti penyebab perdarahan; 6). Terapi untuk menghentikan perdarahan, penyembuhan penyebab perdarahan, mencegah perdarahan ulang. Tegaknya diagnosa penyebab perdarahan sangat menentukan langkah terapi yang diambil.
Saran
Setelah di lakukan dan seminar ini kami berharap mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar teori tentang penyakit hematomesisi melena, memaparkankan tentang asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien hematomesisi melena terkait gangguan sistem pencernaan, memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit hematomesis melena
Kata Penutup
Alhamdulillah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Hanya kepada Allah penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Huda Nurarif.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action
Davey, Patrick (2005). At a Glance Medicine (36-37). Jakarta: Erlangga.
Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah rd ed.). Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media. Aesculapius.
Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis (105-110). Jakarta: Binarupa Aksara.
Primanileda (2009). Askep Hematemesis Melena. Diambil pada 13 Juli 2010 dar http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhan keperawatan-gratis-free.html.
Nettina, Sandra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC
http://library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301026/bab1.pdf