1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fast food merupakan makanan yang sudah umum dalam masyarakat. Akhir – Akhir – akhir ini dijumpai adanya perubahan pola makan yang lebih condong terhadap fast food dibandingkan dengan makanan buatan rumah. Hal ini disebabkan fast disebabkan fast food praktis dalam penyajiannya yang sangat penting bagi kehidupan di kota. Selain itu fast food merupakan makanan yang sangat disukai karena memiliki rasa yang enak tetapi mengandung banyak lemak, garam, dan atau tanpa gula. Fast food merupakan merupakan makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit. Fast food memiliki dengan kandungan kalori dan lemak tak jenuh ganda yang tinggi yang akan berdampak pada peningkatan berat badan yang tidak ideal sebagai pemicu terjadinya obesitas dan akan berdampak pada timbulnya ganguan sistem kardiovaskuler pada masa datang. (IPB fast food ) Obesitas, sebagai salah satu dampak dari konsumsi fast food yang berlebihan, merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. (ipd ui) Obesitas atau kegemukan mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Heath Organization Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemik global sehingga obesitas sudah merupakan suatu masalah kesehatan yang harus segera ditangani.(who obesity ) Saat ini diperkirakan jumlah di 2
seluruh dunia dengan BMI 30 kg/m melebihi 250 juta orang yaitu sekitar 7 % dari populasi orang dewasa di dunia. Prevalensi obesitas ini berhubungan erat dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan yang salah satunya adalah fast adalah fast food serta serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. (IPD UI)
2
Banyak orang yang tidak menyadari akan dampak dari obesitas dan masih banyak stigma yang mengatakan bahwa orang gemuk merupakan orang yang sehat. Padahal obesitas itu sendiri memiliki banyak dampak bagi tubuh seperti gangguan kardiovaskular, diabetes melitus tipe dua, obstruktive sleep apnea, gangguan ortopedik, dan pseudotumor serebri. (Schwarz, Hidayati, Syarif,). Obesitas dapat ditanggulangi dengan melibatkan multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah atau modifikasi pola hidup.syarif
Tujuan
1. Untuk mengetahui makanan yang dikategorikan fast dikategorikan fast food 2. Untuk mengetahui masalah obesitas 3. Untuk mengetahui dampak fast dampak fast food terhadap terhadap obesitas 4. Untuk mengetahui penanggulan anak dengan obesitas
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 F ast
f ood
Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1950-an dan pelajar merupakan konsumen terbanyak yang memilih menu fast food . Fast food dipilih karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk menyiapkan makanannya sendiri. Fast food merupakan makanan yang dapat diolah dan disajikan dalam waktu yang singkat dan mudah dalam hitungan beberapa menit. Ipb fast food Fast food merupakan istilah yang mengandung dua arti yang berbeda, namun keduanya sama-sama mengacu pada penghidangan dan konsumsi makanan secara cepat. Kedua arti tersebut adalah sebagai berikut : 1) Fast food dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu seminimal mungkin; 2) fast food juga dapat diartikan sebagai makanan yang dapat dikonsumsi secara cepat. Secara umum produk fast food dapat dibedakan menjadi dua, yaitu produk fast food yang berasal dari Barat dan lokal. Fast food yang berasal dari Barat sering juga disebut fast food modern seperti Mc. Donald, Kentucky Fried Chicken (KFC), Pizza Hut dan sejenisnya. Makanan yang disajikan pada umumnya berupa hamburger, pizza, dan sejenisnya. Sedangkan fast food lokal sering juga disebut dengan istilah fast food tradisional seperti warung tegal, restoran padang, warung sunda.(ipb konsumsi dan ipb fast food).
Fast food dikatakan negatif karena ketidak seimbangannya (dari segi porsi serta komposisi sayuran sehingga miskin akan vitamin dan mineral), tinggi garam dan rendah serat (merupakan faktor pemicu munculnya penyakit hipertensi), serta sumber lemak dan kolesterol (mengandalkan pangan hewani
4
ternak sebagai menu utama.(khomsan). Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari. Kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi dalam tubuh seseorang dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (tekanan darah tinggi, ateroksklerosis, jantung koroner, dan diabetes mellitus, serta obesitas). IPB fast food
2.2 Obesitas 2.2.1 Definisi dan Kriteria Obesitas
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor
biologik
spesifik.
(ipd ui).
WHO
secara
sederhana
mendefinisikan obesitas sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai
dengan
penimbunan
jaringan
lemak
tubuh
secara
berlebihan. who Untuk berdasarkan
menentukan pengukuran
obesitas antropometri
diperlukan dan
atau
kriteria
yang
pemeriksaan
laboratorik, pada umumnya digunakan: a. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB> persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-score = + 2 SD. b. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85. c. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.
5
2
d. Indeks Massa Tubuh (IMT), > 25 kg/m dikategorikan obesitas. e. Lingkar lengan atas (LILA). Proposal ia
2.2.2 Prevalensi Obesitas
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Heath Organization (WHO) menyatakan obesitas sudah merupakan suatu epidemik global. Pada tahun 2005, diperkiran tidak kurang dari 400 juta manusia mengalami obesitas, dan lebih banyak ditemukan pada wanita. Obesitas banyak ditemukan pada Negara dengan pendapatan perkapita yang tinggi dan sangat sedikit ditemukan pada daerah Afrika Sub-Sahara. who Di Amerika Serikat merupakan salah satu Negara maju yang memiliki angka kejadian obesitas yang tinggi. Dari tahun 1980 sampai 2000, angka kejadian obesitas meningkat 2 kali lipat menjadi 32% dari total populasi. Tahun 2001, dilaporkan 35% perempuan dan 33% pria mengalami obesitas dan 50% diantaranya etnik Afro-Amerika. Pada januari 2010, sebuah penelitian yang dipublikasi oleh Journal of the American
Medical
Association menemukan
peningkatan
angka
kejadian obesitas cenderung konstan pada dekade terkahir ini, dengan sedikit peningkatan pada penduduk laki-laki dan anak-anak.NEJM Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%). Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penangan secara serius. Proposal IA Akhir-akhir
ini
terdapat
peningkatan
prevalensi
obesitas.
Australian Health and Fitness Survey yang bekerja sama dengan Australian Council for Health, Physical Education and Recreation (ACHPER) tahun 1985 mengambil lebih dari 8000 sampel anak
6
sekolah di Australia dengan rentang umur 7 sampai 15 tahun. Studi ini melaporkan peningkatan overweight dan obesitas dari 11,8% pada anak laki-laki dan 10,7% pada anak perempuan menjadi lebih besar 19% pada anak laki-laki dan 21% pada anak perempuan dalam 3 tahun. Prevalensi obesitas pada anak usia 6 sampai 17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6 sampai 10,8% menjadi 13 sampai 14%. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6 sampai18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4% dan di Inggris adalah 22 sampai 31% dan 10 sampai 17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%. Studi (1997 sampai 2000) dan pada negara-negara berkembang di dunia menunjukan hasil yang hampir sama. Studi di Jakarta tahun 1997 pada anak-anak sekolah dari sosial ekonomi menengah prevalensi obesitas kurang lebih 10%, dan dua tahun berikutnya Meilani dan Soedidjo menunjukkan hasil yang hampir sama pada anak dengan sosial ekonomi yang lebih tinggi berkisar 26%. Data-data diatas menunjukan insiden obesitas pada anak-anak meningkat setiap tahunnya. Rsup ham Penelitian dari Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, RS H. Adam Malik, Medan dengan menggunakan 400 orang anak (6 sampai 12tahun) di sekolah dasar Harapan, Kartika, Annizam dan SD Negeri 0608777 menunjukkan kejadian obesitas pada anak SD di kota Medan adalah 17,75% dengan 60,5% terjadi pada anak laki-laki dan 39,5% pada anak perempuan.RSUP ham
2.2.3 Faktor Penyebab Obesitas
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
7
lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi. 1. Faktor Genetik Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%. Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari. Schwart dan nejm Beberapa studi telah menunjukkan adanya pengaruh yang besar dari genetik terhadap timbulnya obesitas. Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate,thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek. Dengan demikian kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang lingkungan menentukan ekspresi fenotipe. Proposal ia 2. Faktor lingkungan a. Aktifitas fisik. Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20 sampai 50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko
8
peningkatan berat badan sebesar 5 kg. Penelitian terhadap anak Amerika
dengan
tingkat
sosial
ekonomi
yang
sama
menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV selama 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV selama 2 jam setiap harinya. kopelman Penelitian menunjukkan adanya kecenderungan
untuk menonton TV pada anak dibandingkan dengan aktifitas fisik lainnya. Pada tabel 2 ditunjukkan adanya persentase orang tua dan anak yang menonton TV lebih dari 8 jam pada beberapa negara selama liburan. Escalante
Tabel 2. Persentase orang tua dan anak yang menontonT V lebih dari 8 jam pada beberapa negara selama liburan. Negara
Persentasi Menonton Televisi lebih dari 8 jam Anak - anak
orangtua
India
10
3
Indonesia
16
12
Malaysia
30
11
Pakistan
2
-
Filipina
18
10
Korea Selatan
10
3
b. Faktor Nutrisi Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh: waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan
9
tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi. heird Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan.kopelman Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan dioksidasi; sedang karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. who Bila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 6080% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak.who c. Faktor sosial ekonomi. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga
10
anak lebih senang bermain komputer atau games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari fast food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas. Hidayati dan syarif
2.2.4
Pemeriksaan Fisik ( Antopometri) proposal ia
a. Dengan menggunakan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) Interpretasi: -Overweight: berat badan di atas maksimum yang tercantum sampai berat badan untuk indeks massa tubuh 23,0-24,9. -Obesitas: bila berat badan lebih besar dari pada berat badan pada indeks assa tubuh 25. b. Indeks masa tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) IMT:
Interpretasi: -Overweight: bila IMT 23,0-24,9 -Obesitas: IMT ≥ 25 - Normal 18,5-22,9 -Obes I 25,0-29,9 -Obes II ≥ 30 c. Indeks Broca Berat badan normal: TB (cm) – 100 = kg BB ideal: berat badan normal – 10% = kg Interpretasi: Obesitas BB di atas 15% d. Lingkaran lengan atas (LLA)
11
Alat yang digunakan pita shakir Prinsip : 1. Memilih lengan anak yang tidak aktif 2. Lemaskan lengan anak yang akan diukur 3. Tentukan batas akromion dan olekranon dan dibagi dua untuk menentukan atas tengah 4. Tentukan gizi anak Interpretasi:
≥ 85% baik
70,1 – 85 % kurang
70 % buruk
Rumus: SG = LLA yang diukur x 100% LLA standar Macam-macam pita shakir:
e.
Merah: 7,5 – 12,5 cm buruk
Kuning 12,6 – 13,5 cm kurang
Hijau 13,6 – 17,5 cm baik
Putih ≥ 17,5 cm overweight RLPP
(rasio
lingkar
pinggang
dan
pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP)
atau
Rumus
yang
mengukur digunakan
lingkar cukup
pinggang sederhana
(LP). yaitu
:
Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm meru pakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat
bila
lingkar
f.
Pengukuran
pinggang
berukuran
Secara
≥
80
cm.
Laboratorik
1. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah
12
dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh. 2. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry) merup menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi
dari
lemak
tubuh.
3. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik) 2.2.5 Dampak Obesitas
Obesitas memiliki banyak dampak pada sistem tubuh kita seperti: 1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol. Risiko penyakit kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7 sampai 2,6. Hidayati Pada subjek obes, konsentrasi asam lemak bebas, trigliserida, kolesterol LDL, dan apoB lebih tinggi dibandingkan dengan orang non obes dan terdapat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi akibat PJK dan stroke dibandingkan dengan orang non obese. Pada laki- laki yang berumur 39 – 50 tahun didapatkan perbedaan yang kuat antara jenis pekerjaan dan insidensi infark miokard akut, kejadian koroner, dan angka kematian. IPD ui 2. Diabetes Mellitus tipe-dua Diabetes mellitus tipe dua jarang ditemukan pada anak obesitas. Prevalensi penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes mellitus tipe dua hanya 4%. Hampir semua
anak
obesitas
dengan
diabetes
mellitus
tipe
dua
mempunyai IMT lebih dari + 3SD atau lebih dari persentile ke 99. Schwart dan hidayati
13
NHANES III menyebutkan bahwa kurang lebih 12% orang dengan BMI 27 menderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling sering ditemui, yaitu sekitar 85% - 90% dari keseluruhan penderita diabetes. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% dari penderita penyakit tersebut menderita obese. (Obese sebagai) “Tingkat prevalensi (untuk diabetes tipe 2) meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan bertambahnya BMI, baik pada wanita maupun pada pria”.
Tingkat resiko juga meningkat seiring dengan peningkatan BMI pada pasien dewasa (lihat gambar di atas). Contohnya, satu studi pada wanita berusia 30 sampai 50 tahun – usia rentan terkena diabetes tipe 2 - menunjukkan bahwa angka resiko
14
diabetes tipe 2 pada wanita dengan BMI 22 adalah 15.8, untuk BMI 27.0 adalah 28.9, dan untuk BMI 31.0 – 32.9 adalah 40.3. Bandingkan angka-angka tersebut pada wanita dengan BMI 35.0 yang
jauh
lebih
tinggi,
yaitu
93
kali,
terhadap
peningkatan/perkembangan penyakit diabetes tipe 2 ini. Bagi mereka yang mengalami kegemukan di sekitar perut (abdominally obese), salah satu mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe 2, adalah terjadinya pelepasan asamasam lemak bebas secara cepat, yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin
dari
mengakibatkan
darah
menjadi
berkurang.
hiperinsulinemia.
Hal
Akibat
ini
lainnya
dapat adalah
peningkatan glukoneogenesis - dimana glukosa darah meningkat. 3. Obstruktive sleep apnea Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1 dari 100 dengan gejala mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan 2
saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO , serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur gelisah,
15
sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan.syarif dan kopelman 4. Hipertensi "Obesitas merupakan suatu faktor utama (bersifat fleksibel ) yang mempengaruhi tekanan darah dan juga perkembangan hipertensi. Kurang lebih 46% pasien dengan BMI 27 adalah penderita hipertensi.
Framingham
Studi
telah
menemukan
bahwa
peningkatan 15% BB dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 18%. Dibandingkan dengan mereka yang mempunyai BB normal, orang yang overweight dengan kelebihan BB sebesar 20% mempunyai resiko delapan kali lipat lebih besar terhadap hipertensi. 5. Gangguan ortopedik Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik
yang
disebabkan
kelebihan
berat
badan,
yaitu
tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul. syarif dan kopelman
6. Pseudotumor serebri Pseudotumor
serebri
akibat
peningkatan
ringan
tekanan
intrakranial pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan 2
paru- paru
yang menyebabkan peningkatan kadar CO dan
memberikan
gejala
sakit
kepala,
papil
edema,
diplopia,
kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.hidayati 2.2.6 Tatalaksana Obesitas
Mengingat
penyebab
penatalaksanaan
obesitas
obesitas
bersifat
seharusnya
multifaktor, dilaksanakan
maka secara
multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses
16
terapi
obesitas.
Prinsip
dari
tatalaksana
obesitas
adalah
mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup. Syarif dan nelson 1. Menetapkan target penurunan berat badan Penurunan berat badan harus SMART : Spesific, Measurable, Archievable, Realistic, and Time limited . Tujuan awal dari penurunan berat abdan adalah untuk mngurangi berat badan sekitar 10 % dari berat badan awal. Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan berat badan sebesar 10 % adalah 6 bulan terapi. Untuk pasien overweight dengan rentang BMI sebesar 27 – 35 , penurunan kalori 300 – 500 kkal/hari akan menyebabkan penurunan berat badan ½ - 1 kg/minggu dan penurunan berat badan sebesar 10 % dalam 6 bulan. Setelah 6 bulan, kecepatan penurunan berat badan akan melambat dan berat badan menetap seiring dengan berat badan yang berkurang terjadi penurunan energy expenditure. Ipd ui Untuk penurunan berat badan anak ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 sampai 7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7 tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan sebesar 2,5 sampai 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 sampai 2 kg per bulan. proposal ia 2. Pengaturan diet
17
Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan ke dalam status pasien overweight . Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kkal/ hari menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari program penurunan berat badan apapun. Ipd ui Sebelum menganjurkan defisit kalori sebesar 500 hingga 1000 kkal/ hari sebaiknya diukur kebutuhan energi basal pasien terlebih dahulu. Pengukuran kebutuhan energi basal dapat diukur dengan menggunakan rumus Harris-Bennedict: AMB = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 X TB) – (4,7 x U) (wanita) = 66,5 + (13,7x BB) + ( 5,0X TB) – ( 6,8x U) (pria) Keterangan : AMB = Angka Metabolisme Basal (kkal) BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (cm) U = Umur (tahun) ALmatsier Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan jumlah faktor stress dan aktivitas. Faktor stress ditambah aktivitas berkisar 1,2 sampai lebih dari 2. IPD UI Disamping pengurangan lemak jenuh, total lemak seharusnya kurang dan sama dengan 30 % dari total kalori. Pengurangan persentase lemak dalam menu sehari- hari tidak dapat menyebabkan penurunan berat badan, kecuali bila kalori total dikurangi. Ketika proritas mengurangi lemak dibutuhkan maka yang dikurangi adalah lemak jenuh. Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet
18
harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang : -
Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
-
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50 sampai 60%, lemak 20 sampai 30% dengan lemak jenuh kurang dari 10% dan protein 15 sampai 20% energi total serta kolesterol kurang dari 300 mg per hari. - Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia lebih dari 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun tambah 5) gram per hari. Syarif dan hidayati Semua anak harus diberikan vitamin D karena sedang dalam masa pertumbuhan. nelson 3. Pengaturan aktifitas fisik Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan
motorik,
kemampuan
fisik
dan
umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6 sampai 12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20 sampai 30 menit per hari. Syarif dan hidayati
Untuk pasien obese, terapi harus dimulai dengan perlahan, dan intensitasnya sebaiknya ditingkatkan bertahap. Latihan dapat dilakukan seluruhnya pada suatu saat atau bertahap sepanjang hari. Ipd ui
19
Tabel 3.
Jenis kegiatan dan jumlah kalori yang dibutuhkan
hidayati
Jenis Kegiatan
Kalori yang digunakan / jam
Jalan kaki 3 km/jam
150
Jalan kaki 6 km/jam
300
Jogging 8 km/jam
480
Lari 12 km/jam
600
Tenis tunggal
360
Tenis ganda
240
Golf
180
Berenang
350
Bersepeda
660
4. Mengubah pola hidup/perilaku Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen -
intervensi, dengan cara:
Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.
-
Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
-
Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
-
Memberikan penghargaan dan hukuman.
20
-
Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah. Syarif dan hidayati 5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru. Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.proposal ia 6. Terapi intensif syarif Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet ), farmakoterapi dan terapi bedah.
-
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan lebih dari
140% BB Ideal atau IMT lebih dari
97
persentile, dengan asupan kalori hanya 600 sampai 800 kkal per hari dan protein hewani 1,5 sampai 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum lebih dari 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama dua belas hari dengan pengawasan dokter. -
Farmakoterapi
dikelompokkan
menjadi
3,
yaitu:
mempengaruhi asupan energi dengan menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas. schwart
21
-
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan lebih dari 200% BB Ideal atau dengan IMT ≥ 40 atau ≥ 35 dengan komorbid.Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding , dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak. ipd ui
2.2.7
Pencegahan Obesitas
a. Pengaturan diet Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan
dan
perkembangan.Syarif
Intervensi
diet
harus
disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie diet ). Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang: syarif
Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal.
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg pker hari.
22
Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
b. Pengaturan aktifitas fisik Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.syarif c. Mengubah pola hidup/perilaku Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi,dengan cara:
Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta mencatat perkembangannya.
2.2 Hubungan Fastfood dengan Obesitas
Gaya hidup kota yang serba praktis memungkinkan masyarakat modern sulit untuk menghindar dari fast food . Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul. Kebiasaan mengkonsumsi pangan yang nutrisinya kurang seperti fast food dapat mengganggu status gizi, karena dapat menyebabkan terjadinya obesitas, risiko terkena hipertensi dan penyakit degeneratif lainnya. Hal ini karena fast food umumnya tinggi kalori, lemak, dan garam tapi miskin zat gizi lainnya. IPB fast food Analisis nutrisi menunjukkan bahwa fast food memiliki kandungan lemak yang tinggi, lemak jenuh, densitas energi, fruktosa, dan indeks
23
glikemik, tetapi rendah akan serat, vitamin A dan C, dan kalsium. Biasanya fast food tipikal mengandung 1400 kkal, 85 % dari anjuran lemak harian, 73 % dari anjuran lemak jenuh, tetapi hanya 40 % dari serat dan 30 % dari asupan kalsium yang dianjurkan. Komposisi makronutrien dari fast food memiliki porsi yang besar dan sering dikonsumsi bersama minuman ringan yang memiliki kontribusi terhadap asupan energi yang berlebihan. Obese dengan fast food Suatu penelitian observasional telah berulang kali menghubungkan fast food dengan obesitas dan pada resistensi insulin. Seseorang yang dilaporkan mengkonsumsi fast food memiliki IMT yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak, walaupun terdapat variasi dari demografik. Pada penelitian prospektif, dasar konsumsi fast food berhubungan dengan obesitas, meningkatnya konsumsi fast food diikuti dengan peningkatan IMT walaupun faktor demografik telah dikontrol. Pada studi yang sama, seseorang yang mengunjungi restoran fast food lebih dari 2 kali seminggu akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 4,5 kg selama 15 tahun dan lebih rentan mengalami resitensi insulin. Obese dengan fast food
24
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Pemilihan bahan makanan merupakan hal yang berperan penting dalam kejadian obesitas. Fast food merupakan makanan yang tidak baik dikonsumsi sebagai makanan sehari – hari karena memiliki dengan kandungan kalori dan lemak tak jenuh ganda yang tinggi yang akan berdampak pada peningkatan berat badan yang tidak ideal sebagai pemicu terjadinya obesitas. Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Kriteria dan klasifikasi obesitas secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan ciri fisik klinis yang terjadi dan antropometri (berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI) dan berdasarkan pengukuran rasio lingkar pinggang dan perbandingan antara lingkar pinggang dengan lingkar pinggul) dan secara biokimia (penentuan lemak dalam tubuh dilakukan dengan menggunakan Bio – Impedance analisis (BIA). Faktor-faktor penyebab obesitas adalah faktor genetik, hormon, makanan, pola makan (gaya hidup), psikologis dan pemakaian obat-obatan. Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup). Gaya
hidup
yang
salah
akan
memperparah
tingkat
obesitas.
Obesitas dengan BMI > 40 dapat diatasi dengan pembedahan sedangkan
25
obesitas yang tidak terlalu parah dapat diatasi dengan cara hidup yang sehat dan seimbang.
3.2 SARAN
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Konsumsi fast food sedapat mungkin dikurangi dan disesuaikan dengan kebutuhan kalori. Sebaiknya penderita disarankan untuk dapat mengukur kebutuhan
kalori dengan cara
menggunakan rumus Harris-Benedict sehingga dapat mengatur pola makan yang baik dan benar. Selain itu,
disarankan pula melakukan latihan fisik dengan
prinsip FIT ( frequency, intensity, and time). Dengan adanya latihan fisik dan pengaturan pola makan yang baik diharapkan kita dapat menanggulangi obesitas.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical Report Series 2000; 894, Geneva 2. Ariani, Ani dan Tiangsa Sembiring. Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RS.H Adam Malik. Medan. 2007. 3. Schwarz,
Steven
M.
Pediatric
Obesity.
Medscape.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/985333-followup. [Accesed
at:
on
3
March 2011] 4. Hidayati, Siti Nurul, Rudi Irawan, dan Boerhan Hidayat. Obesitas pada Anak. FK Unair / RS.dr.Soetomo Surabaya. 5. Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah LengkapNational Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 – 139. 6. Kopelman,G.D. Obesity as a Medical Problem, NATURE, 2000; 404: 635-43. 7. Escalante
de,
Alice,Cruz,
Stephanie
Phillips,
et
al.
The
Fast
foodGeneration.Consumers International. 2004. 8. Heird, W.C. Parental Feeding Behavior and Children’s Fat Mass. Am J Clin Nutr, 2002; 75: 451 – 452