Fraktur Terbuka pada Regio Kruris
Chandra Franata
1020111148
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510
email :
[email protected]
Pendahuluan
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur merupakan
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur femur adalah terputusnya
kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung
(kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi
untuk terjadinya fraktur adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja
yang membutuhkan kesimbangan, masalah gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang
beresiko tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang dengan penyakit
degeneratif atau neoplasma dan penyakit lainnya yang menimbulkan resiko.
Pembahasan
1. Anamnesa
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma
harus diperinci kapan terjadnya, dimana terjadinya jenisnya, berat
ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau ekstremitas yang
bersangkutan ( mekanisme trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali
trauma ditempat lain secara sistematik dari kepala, muka, leher, dada
dan perut.1,2
2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan gejala fraktur berupa pembengkakan, nyeri dan sering
ditemukan deformitas misalnya penonjolan tulang keluar kulit. Sindroma
kompartemen bisa
muncul di awal cedera maupun kemudian. Sehingga perlu pemeriksaan
serial dan perhatian pada ekstremitas yang mengalami cidera. Sindroma
kompartemen terdiri
dari: pain, pallor, paralysis, paresthesia, pulselessness.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat diketahui jenis
fraktur, tapi kadang-kadang diperlukan pula foto oblik. Apabila pada
foto polos tidak dapat dilihat dengan jelas, CT atau tomografi dengan
proyeksi AP dan lateral sering diperlukan. Untuk melihat tanda
Fat(marrow)-fluid(blood) interface sign (hemarthrosis) dilakukan cross
table lateral view. Tipe fraktur: split, depresi, lokasi: medial,
ventral, Jumlah fragmen, Pergeseran fragmen, Derajat depresi.2
Foto rontgen harus mencakup bagian distal dari femur dan ankle.
Dengan pemeriksaan radiologis, dapat ditentukan lokalisasi fraktur,
jenis fraktur, sama ada transversal, spiral oblik atau
rotasi/angulasi. Dapat ditentukan apakah fraktur pada tibia dan fibula
atau tibia saja atau fibula saja. Juga dapat ditentukan apakah fraktur
bersifat segmental. Foto yang digunakan adalah foto polos AP dan
lateral. CT tidak diperlukan.2
4. Gejala Klinis
Pada anamnesis terdapat riwayat trauma pada lutut, pembengkakan dan
nyeri serta hemartrosis. Terdapat gangguan dalam pergerakan sendi
lutut. Biasanya pasien tidak dapat menahan beban. Sewaktu pemeriksaan,
mereka merasakan nyeri pada proksimal tibia dan gerakan flesi dan
ekstensi yang terbatas. Dokter perlu menentukan adanya penyebab cedera
itu akibat tenaga yang kuat atau lemah karena cedera neovaskular,
ligamen sindroma kompartmen lebih sering terjadi pada cedera akibat
tenaga kuat. Pulsasi distal dan fungsi saraf peroneal perlu diperiksa.
Kulit perlu diperiksa secara seksama untuk mencari tanda-tanda abrasi
atau laserasi yang dapat menjadi tanda fraktur terbuka. Penilaian
stabilitas lutut adalah penting dalam mengevaluasi kondiler tibia.
Aspirasi dari hemartrosis pada lutut dan anestasi lokal mungkin
diperlukan untuk pemeriksaan yang akurat. Jika dibandingkan dengan
bagian yang tidak cedera, pelebaran sudut sendi pada lutut yang stabil
mestilah tidak lebih dari 10 o dengan stress varus atau valgus pada
mana-mana titik dalam aksis gerakan dari ekstensi penuh hingga fleksi
90o.
Integritas ligamen crusiatum anterior perlu dinilai melalui tes
Lachman. Fraktur kondiler sering disertai cedera jaringan lunak
disekeliling lutut. Robekan ligamen kollateral medial dan meniscus
medial sering menyertai fraktur kondiler lateral. Fraktur kondiler
medial disertai robekan ligamen kollateral lateral dan meniscus
medial. Ligamen crusiatum anterior dapat cedera pada fraktur salah
satu kondiler. Fraktur kondiler tibia, terutama yang ekstensi
frakturnya sampai ke diafisis, dapat meyebabkan kepada sindroma
kompartmen akut akibat perdarahan dan edema.1,2
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih
terorganisasi Callus tulang akan mengalami remodeling untuk mengambil
bentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblast tulang baru dan
osteoclast akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang
sementara.3
5. Diagnosis Kerja
Berdasarkan hasil anamnesis dan berbagai pemeriksaan dapat diambil
kesimpulan bahwa laki-laki dalam skenario tersebut mengalami fraktur
terbuka tulang tibia dextra 1/3 tengah derajat 2. Hal ini ditegakkan
berdasarkan inspeksi yang didapat bahwa luka 5 x 2 cm dan tepi luka
yang tumpul karena suatu penonjolan fragmen tulang dari dalam ke luar
sehingga dapat disimpulkan sebagai open fraktur "inside out". Fraktur
sendiri didapat dari adanya tanda-tanda khas fraktur yakni deformitas
dan pemendekan unilateral ekstremitas. Diagnosis banding berupa
derajat-derajat fraktur terbuka, yakni derajat I sampai IIIC.
6. Jenis – jenis fraktur
Fraktur Lengkap (Complete Fracture) : bagian tulang terpisah total4,5
a. Melintang (transverse)
b. Miring (oblique)
c. Seperti melintir (spiral)
d. Patahan tulang menyerpih/terbagi beberapa kepingan patahan
(comminuted)
- Fraktur tidak lengkap ( incomplete fracture) : Bila tulang tidak terpisah
secara lengkap.5,6
a. Greenstick fracture ( fraktur dahan hijau), biasanya terjadi pada
tulang anak kecil yang masih lentur
b. Fraktur kompresi. Biasanya terjadi pada tulang belakang (vertebra)
Gambar1. contoh gambar dari jenis-jenis fraktur
7. Penatalaksanaan
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat pent ing untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas ( air way ), proses
pernapasan ( breathing ), sirkulasi ( circulation ), drug, dan elektro
kardiografi ( EKG ) untuk melihat pacu jantung. Apakah terjadi syok
atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadi
kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa sampai di RS,
mengingat golden period 1 – 6 jam.Bila lebih dari 6 jam komplikasi
infeksi makin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis.
Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain
memudahkan proses pembuatan foto.5,6
Pengobatan fraktur tertutup bisa konserfatif atau operatif5,6 :
1. Terapi onserfatif terdiri dari :
a. Protksi saja, misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum
humeri dengan kedudukan baik
b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada
fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus. Reposisi dapat dalam anastesi umum atau lokal
d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan.pada anak – anak dipakai
traksi kulit (terapi hamilton russel, traksi bryan ). Traksi kulit
terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk traksi dewasa
harus traksi skeletal berupa balanced traction.
2. Terapi operatif
- Terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka fiksasi interna,
reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi
eksterna.
Yang dimaksud dengan reposisi terbuka adalah dengan melakukan
tindakan bedah, membuka jaringan lunak pada tempat fraktur kemudian
membetulkan tulang yang fraktur. Kemudian reposisi tertutup adalah
dengan melakukan tindakan bedah tanpa membuka jaringan lunak. Caranya
dengan dibantu monitor. Sedangkan fiksasi interna adalah dengan
menggunakan bantuan plate and screw untuk tulang-tulang atau fragmen
yang kecil dan pendek. Sedangkan untuk tulang-tulang panjang dan besar
dapat digunakan nail serta Kirschner wire.4,5,6
8. Komplikasi5,6
Komplikasi yang dapat didapat pada laki-laki yang mengalami fraktur
tersebut adalah 1. Delayed union adalah proses penyembuhan yang
berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan
normal.
2. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali
3. Kerusakan pembuluh darah
4. trauma saraf terutama pada nervus peroneal komunis dan gangguan
pergerakan sendi
5. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah
6. Infeksi
9. Prognosis
Prognosis dari fraktur tibia untuk kehidupan adalah bonam. Pada
sisi fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke
perfoma semula,namun hal ini sangat tergantung dari gambaran
frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh
terhadap pengobatan.6
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan gejala klinis, pasien tersebut di diagnosis fraktur tulang.
Fraktur tulang yang dialami oleh pasien tersebut adalah fraktur terbuka
tibia medial ventral derajat II, dimana luka yang didapat panjangnya 10cm.
Untuk tindakan fraktur adalah dengan tindakan operatif, jika tidak maka
prognosisnya akan buruk, serta bisa menimbulkan komplikasi yang memberatkan
quality of life pasien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku ajar patofisiologi. Edisi ke-1.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2012. h. 413-5, 22-4.
2. Hoppenfeld S, Murthy VL. Terapi dan rehabilitasi fraktur. Edisi ke 1.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta; 2011. h. 291- 306.
3. Berquist, Thomas H. Musculoskeletal imaging companion. 2 nd Edition
.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. h . 222-3.
4. Higgins T, Templeman D. Orthopaedic knowledge update. USA: American
Academy of Orthopaedic Surgeons; 2005.p.431-7.
5. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2005.h.840-1.
6. Brinker. Review of orthopaedic trauma. Pennsylvannia: Saunders
Company; 2001.p.127-35