LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN LIKUID, SEMISOLID, DAN STERIL
SIRUP – EMULSI – SUSPENSI
Disusun oleh :
Kelompok II
Farmasi B 2013
Mochtaromi Tri Yanto (1350705011110005)
Dhenik Swastika Wahyu C. (135070501111007)
Intan Retno Palupi (135070501111015)
Gusti Ayu Pradnya Paramitha (135070501111016)
Elan Aisyafuri (135070501111022)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
SIRUP PSEUDOEFEDRIN HCl 15mg/5ml DAN CTM 1mg/5ml
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum sediaan sirup ini adalah mahasiswa dapat membuat
formula sediaan sirup, mahasiswa dapat membuat serta melakukan evaluasi
sediaan sirup, dan mahasiswa dapat memahami pengaruh penggunaan bahan
tambahan pemanis dan pengawet terhadap stabilitas sediaan sirup.
II. Dasar Teori
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa tambahan, bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan
sediaan yang baik untuk suatu sediaan liquid dari suatu bahan obat yang
dimiliki rasa tidak enak. Sirup efektif untuk pemberian obat pada anak-
anak, karena ketidakpatuhan pada anak-anak untuk meminum obat yang dapat
dihilangkan dengan rasa enak dari sirup (Ansel, 1989).
Dalam Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa
larutan yang mengandung sukrosa, kecuali dinyatakan lain, kadar sukrosa
C12H22O11 tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66% (Anonim, 1979).
Komponen dari sediaan sirup secara umum terdiri dari bahan aktif,
aquades, sukrosa atau pengganti sukrosa, pengawet, perasa, pewarna, dan
bahan lain. Bahan lain disini bisa kosolven, yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan. Buffer pH digunakan apabila bahan aktif
memerlukan stabilitas pH untuk menjaga agar bahan aktif tersebut dapat
larut dalam cairan pembawa. Dan bisa juga thickener, digunakan untuk
member rasa dan keadaan tebal atau viskositas besar dalam sediaan sirup
(Tim Pengajar Praktikum TFS, 2015).
Berdasarkan fungsinya, sirup dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu
Medicated syrup (sirup obat) dan Flavoured syrup (sirup pembawa).
Medicated syrup didefinisikan sebagai sirup yang mengandung satu atau
lebih bahan obat. Sirup obat berupa obat tunggal atau dikombinasikan
dengan obat lain yang berupa preparat yang sudah distandarisasi.
Contohnya sirup parasetamol, CTM, dan lain-lain. Flavoured syrup biasanya
mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa enak yang digunakan sebagai
larutan pembawa atau pemberi rasa. Salah satu contohnya adalah sirupus
simplex (Ansel, 1989).
Secara umum, proses pembuatan sediaan sirup dibagi menjadi dua, yaitu
cara pemanasan dan cara agitasi. Apabila menggunakan cara pemanasan.
Cepat, merupakan salah satu kelebihan dari pembuatan sirup dengan cara
pemanasan. Cara agitasi dimaksudkan untuk memberikan ruang kepada bahan-
bahan pada proses agitasi (pengocokkan). Kelebihan cara ini adalah
tercapainya stabilitas maksimum dan digunakan untuk bahan yang tidak
stabil pemanasan (Anief, M., 1996).
Adapun keuntungan dari sediaan sirup adalah merupakan campuran yang
homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah
diabsorpsi, mempunyai rasa dan bau yang menarik hati anak-anak, membantu
pasien yang kesulitan menelan tablet. Sedangkan kerugiannya ada obat yang
tidak stabil dalam larutan, volume dan bentuk lebih besar, dan ada yang
sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup. Evaluasi dari sediaan sirup
adalah uji organoleptis, pH, volume terpindahkan, dan bobot jenis (Tim
Pengajar Praktikum TFS, 2015)
III. Deskripsi Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien
A. Chlorpheniramini maleas (CTM) (FI IV Hal.210)
Tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih dari 101.1% C16H19CIN2.C4H4O4
dihitung terhadap zat yang di keringkan.
Pemerian : Serbuk hablur putih tidak berbau dan berasa pahit
Nama lain : Piridina maleat
Nama kimia : 2-Pyridinepropanamine, b-(4-chlorophenyl)-N,N-dimethyl
Struktur kimia :
Rumus molekul : C16H19CIN2.C4H4O4
Berat molekul : 390.87
Kelarutan : larut dalam 4 bagian air.dalam 10 bagian etanol (95%)
dan dalam 10 bagian kloroform p sukar larut
dalam eter P
Ph larutan : 1% b/v 4 sampai 5
Titik didih : antara 132 ̊C sampai 135 ̊C
Stabilitas : Tidak boleh terpapar cahaya secara langsung
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan kandamisin dan asam
asetat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup tidak tembus cahaya
Sifat khusus : -
Koefisien partisi : 9,2
B. Pseudoefedrin hydrochloridum (FI IV hal 718)
Pemerian : hablur putih atau serbuk putih , serbuk halus putih, bau
khas lemah
Nama lain : (+)-Pseudoefedrin hidroklorida
Nama kimia : -
Struktur kimia :
Rumus molekul : C10H15NO.HCL
Berat molekul : 201.70
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol sukar larut
kloroform
Ph larutan : 4.6 sampai 6
Titik didih : antara 182 ̊c dan 186 ̊c
Stabilitas : Stabil pada keadaan dibawah normal
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen pengoksida,asam
klorida,asam anhidrat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup tidak tembus cahaya
Sifat khusus :-
Koefisien partisi : -
C. Sukrosa (FIiv hal 762 dan HOPE edisi 6 hal 704)
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna,masa hablur atau
berbentuk kubus atau serbuk hablur putih,tidak
berbau rasa manis,stabil diudara, larutan
netral terhadapa lakmus
Nama lain : Sucrosum atau sakarosa
Nama kimia : β-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside [57-50-1]
Struktur kimia :
Rumus molekul : C12H22O11
Berat molekul : 342.30
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam
air mendiddih sukar larut dalam etanol tidak
larut dalam kloroform dan eter
Ph larutan : 4 sampaI 6
Titik didih : antara 160 ̊C sampai 168 ̊C
Stabilitas : Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada temperature
ruangan dan kelembaban sedang dapat menyerap 1%
bau yang dilepaskan saat di panaskan pada suhu
90 ̊c
Inkompatibilitas :Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi
dengan logam berat yang dapat menjadi
inkompatibel dengan bahan pembantu asam sebat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Sifat khusus : -
Khasiat : pemanis dan pengental
Koefisien partisi : 67% w/w
D. Carboxylmethylcellulose sodium (FI IV hal 175 dan HOPE edisi
6 hal 120)
Pemerian : Serbuk atau granul putih sampai cream, higroskopis
Nama lain : Cellulose, carboxymethyl ether, sodium salt [9004-32-4]
Nama kimia :
Struktur kimia :
Rumus molekul : - CH2 - COOH
Berat molekul : 90000-700000.
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid
tidak larut dalam etanol dan pelarut organik
pH larutan : 7-9
Titik didih :-
Titik leleh : 227 ̊ C
Stabilitas : Presipitasi dapat terjadi pada PH dibawah 2 dan
viskositas berkurang pada PH lebih dari 10
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan
larutan besi garam dan beberapa logam
(aluminium,merkuri,Zn) juga inkompatibel dengan
gom xantin, presipitasi pada PH < 2
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tetutup
Sifat khusus :-
Koefisien partisi : -
Kegunaan : Sebagai pengental dengan membentuk mucilago
E. Xylitol (HOPE edisi 6 Hal 786)
Pemerian : Solid glanural, putih Kristal, tidak berbau dan serbuk
manis
Nama lain : Xylysono, xylitob, xylitotum, xvlitolo, xylifin
Nama kimia : Xylo-pentana-1,2,3,4,5.pentanol
Struktur kimia :
Rumus molekul : C2H12O5
Berat molekul :152,15
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol
Ph larutan : 5 - 7
Titik didih : 215 ̊C – 217 ̊ C
Titik leleh :-
Stabilitas : Xylitol stabil dalam pemanansan meskipun bersifat
higroskopis dalam bentuk caramel jika di
panaskan dalam beberapa menit kisaran titik
didih
Inkompatibilitas : Xvlitol inkompatibel dengan agent pengoksida
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup dan sejuk serta kering
Sifat khusus : Pemanis, mencegah kristalisasi dan sebagai sumber
energi
Koefisien partisi : -
F. Aquadest (FI III hal 96)
Pemerian : Cairan jernih dan transparan
Nama lain : -
Nama kimia : Dihidrogen oksida
Struktur kimia :
Rumus molekul : H20
Berat molekul : 16.02
Kelarutan :
Ph larutan : 7
Titik didih : 100 ̊C
Titik leleh :
Stabilitas :
Inkompatibilitas :
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sifat khusus :
Koefisien partisi :
Kegunaan : Pelarut
G. FD dan C red 40 (MSDS)
Pemerian : larutan cair berwarna merah
Nama lain : Allura red AC dye; Food Red No. 40; Curry red; FD & C
Red no. 40; Food red 17; Allura Red AC
Nama kimia : -
Struktur kimia :
Rumus molekul : C18H14N2Na2O8S2
Berat molekul : 496,42 g/mol
Kelarutan : Larut dalam etanol dan propilenglikol
Ph larutan : 2 - 4
Titik didih : >300 ̊C
Titik leleh : -
Stabilitas : Stabil terhadap pemanasan,cahaya dan asam
Inkompatibilitas :-
Wadah dan penyimpanan : Simpan di tempat yang sejuk dan ruangan
ventilasi
Sifat khusus :-
Koefisien partisi : -
IV. Rasionalisasi Preformulasi dan Formula
1. Formulasi
Sirup Pseudoefedrin HCl 15mg/5ml dan CTM 1mg/5ml
"Nama Bahan "Rentangan "Kadar "Fungsi "
" "Kadar (HOPE, "Formulasi " "
" "2009) " " "
"Pseudoefedrin "- "15mg/5ml "Bahan aktif "
"HCl " " " "
"CTM " "1 mg/5ml "Bahan aktif "
"Xylitol "- "0,5mg/5ml "Pemanis "
" " " "buatan "
"CMC Na "0,1% - 1% "0,1% "Stabilizing "
" " " "agent "
"FD & C Red "- "qs "Pewarna "
"Sirupus "85% "Ad 60 ml "Pemanis dan "
"simplex " " "pembawa "
2. Rasionalisasi Formula
- Pseudoefedrin HCl merupaka bahan aktif obat simpatomimetik yang
bekerja pada reseptor alfa-adrenergik dalam mukosa saluran pernafasan,
pseudoefedrin HCl ini memiliki kelarutan sangat baik di dalam air.
Bahan aktif ini nantinya ditimbang terlebih dahulu sebanyak 900 mg
untuk kebutuhan 5 botol obat, kemudian dilarutkan ke dalam aq bebas
CO2, yang kemudian dilarutkan dengan bahan lainnya.
- CTM merupakan obat antihistamin golongan H1 yang digunakan sebagai
obat anti alergi, yang saat ini sering disalahgunakan oleh masyarakat
sebagai obat tidur. Gabungan dari kedua bahan aktif dalam obat ini
merupakan untuk untuk mengatasi bersin pada anak-anak.
- Digunakan CMC Na ssebagai bahan eksipien dari sirup ini dikarenakan
CMC Na berfungsi sebagai pengental atau peningkat viskositas sirup.
Kadar CMC Na yang ditetapkan untuk sediaan oral adalah 0,1% - 1%, dan
pada formulasi ini digunakan CMC Na sebesar 0,1%, untuk meminimalkan
efek samping yang terjadi.
- Xylitol digunakan sebagai pemanis buatan yang memiliki sifat larut
air. Merupakan gula alcohol berantai lima (polyol), yang memiliki
tingkat kemanisan 0,8-1,2 kali dari sukrosa dan tahan panas. Selain
itu xylitol digunakan sebagai bahan yang dapat mencegah timbulnya
kristalisasi sukrosa di dinding botol, yang dikhawatirkan terjadi
apabila menggunakan sirupus simplex dalam jumlah besar.
- FD & C Red adalah pewarna merah yang biasanya digunakan untuk makanan,
obat-obatan maupun kosmetik yang sudah distandardisasi oleh Badan POM.
Pewarna ini digunakan dalam sediaan sirup, sehingga dapat menarik hati
konsumen untuk meminumnya. Digunakan FD & C Red ini secukupnya, sampai
batas warna merah yang diinginkan.
- Sirupus simplex digunakan sebagai pemanis dan sekaligus pembawa,
karena diharapkan dengan kadar gula yang tinggi, dapat dijadikan
sebagai pengawet secara alami, dengan mekanisme osmosis, yang
menyebabkan air di dalam sirup lebih terkonsentrat
V. Perhitungan
Jumlah sediaan sirup yang dibuat adalah 5 botol masing – masing 60 ml.
Pada masing – masing bahan dilebihkan 5 %.
Perhitungan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan sirup Masha Junior
adalah:
a. Pseudoefedrin HCl 15mg / 5 ml
15 mg x 60 ml = 180 mg ( untuk 1 botol)
5 ml
15 mg x 300 ml = 900 mg ( untuk 5 botol)
5 ml
5 x 900 mg = 45 mg
100
Total pseudoefedrin HCl yang dibutuhkan: 900 + 45 = 945 mg
Air untuk melarutkan pseudoefedrin HCl adalah dalam 10 bagian air,
sehingga air yang dibutuhkan 90 ml.
b. Chlorpenirmin Maleat 1 mg / 5 ml
1 mg x 60 ml = 12 mg ( untuk 1 botol)
5 ml
1 mg x 300 ml = 60 mg ( untuk 5 botol)
5 ml
5 x 60 mg = 3 mg
100
Total Chlorpeniramin maleat yang dibutuhkan: 60 + 3 = 63 mg
Air untuk melarutkan CTM adalah dalam 10 bagian air, sehingga air
yang dibutuhkan 1 ml.
c. Xylitol 0.5 mg / ml
5. mg x 60 ml = 6 mg ( untuk 1 botol)
5ml
5. mg x 300 ml = 30 mg ( untuk 5 botol)
5ml
5. x 30 mg = 1.5 mg
100
Total Chlorpeniramin maleat yang dibutuhkan: 30 + 1.5 = 31.5 mg
Air untuk melarutkan Xylitol adalah dalam 10 bagian air, sehingga
air yang dibutuhkan 30 ml.
d. CMC Na
0.1 g x 60 ml = 60 mg ( untuk 1 botol)
100ml
0.1 g x 300 ml = 300 mg ( untuk 5 botol)
100ml
5 x 300 mg = 15 mg
100
Total xylitol yang dibutuhkan: 300 + 15 = 315 mg
Air panas untuk membuat mucilago CMC Na adalah dalam 20 bagian air,
sehingga air yang dibutuhkan 60 ml.
e. Sukrosa
85 g x 60 ml = 51 g ( untuk 1 botol)
100 ml
85 g x 300 ml = 255 g ( untuk 5 botol)
100ml
5. x 255 g =12.75 g
100
Total sukrosa yang dibutuhkan: 255 + 12.75 = 267.75 gram
Air untuk melarutkan sukrosa adalah ad 300 ml.
VI. Penimbangan
"BAHAN "Bobot 60 ml "Bobot 300 ml ( "Bobot 1800 ml ( "
" "(1 botol) "5 botol) "30 botol) "
"Pseudoefedrin "180 mg "900 mg "5.4 g "
"HCl " " " "
"CTM "12 mg "60 mg "360 mg "
"Xylitol "6 mg "30 mg "180 mg "
"CMC Na "60 mg "0.3 g "1.8 g "
"Sukrosa "51 g "255 g "1530 g "
"FDC Red "qs "Qs "Qs "
"Air bebas CO2 "Ad 60 ml "Ad 300 ml "Ad 1800 ml "
VII. Prosedur Kerja
VIII. Uji Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1 Evaluasi Organoleptis (rasa, bau, warna dan bentuk)
Prinsip:
Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar emulsi
Tujuan :
Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
Metode :
Rasa : merasakan rasa dari sediaan sirup dengan cara memberikan perasa
yang diinginkan
Bau : mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium aroma
sediaan.
Warna : melihat warna dari sediaan sirup
Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
Penafsiran Hasil :
sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki rasa manis, beraroma cherry
berwarna merah dan berbentuk cair.
8.2 Evaluasi Kejernihan
Prinsip:
Perbandingan kejernihan sediaan dengan cairan yang jernih (air).
Tujuan :
Untuk dapat mengetahui kejernihan sediaan
Metode:
Kejernihan dapat diamati dengan menggunakan beaker glass bersih dan
diamati kejernihannya suatu cairan dinyatakan bersih jika keadaannya sama
dengan air/ tidak keruh. Sediaan sirup dituang ke beaker glass sehingga
dapat diamati kejernihan sediaan . evaluasi kejernihan bisa juga
dilakukan dengan memasukkan sampel dalam dua tabung masing-masing sampel
dan perbandingan pelarut hingga (t=40nm) dibandingkan selama 5 menit
dengan latar belakang hitam tegak lurus ke arah tabung (FI IV,Hal 998).
Penafsiran hasil :
Sediaan sirup yang dihasilkan akan berwarna merah jernih.
8.3 Evaluasi Bobot Jenis
Prinsip:
Perbandingan berat piknometer yang berisi sampel dengan berat piknometer
yang diisi dengan air
Tujuan :
Untuk dapat mengukur bobot jenis dari sediaan
Metode :
Evaluasi bobot jenis digunakan piknometer bersih, kering, dan sudah
dikalibrasi dengan menetapkanbobot piknometer dan bobot aor yang telah
dididihkan pada suhu 25˚C . atur suhu zat uji hingga ±20˚C dan dimasukkan
piknometer yang sudah diisi zat uji hingga 25˚C buang kelebihan lalu
ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang
telah diisi hasilnya (FI IV, Hal 1030):
Bobot jenis = (bobot pikno-sampel) – bobot pikno
(bobot pikno-air) – bobot pikno
Penafsiran Hasil : -
8.4 Evaluasi pH
Prinsip:
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan potensiometri
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan cara potensiometri atau kolorimetri. Semua
larutan untuk penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida p.
pengukuran pada suhu 25˚C±2˚C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing (FI IV, hal. 1039).
Penafsiran hasil :
Sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki pH 4,0 - 6,0
8.5 Evaluasi Volume Terpindahkan
Prinsip:
Membandingkan volume awal sediaan dengan volume akhir sediaan yang
dipindahkan untuk mengetahui kemudahan sediaan untuk dituang
Tujuan :
Untuk dapat menentukan volume terpindahkan sediaan
Metode :
Untuk penetapan volume terpindahkan, tuang isi perlahan-lahan dari tiap
wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur
tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung
udara pada waktu penuangan dan di dalam tidak lebih dari 30 menit (FI IV
, hal 1261).
Penafsiran Hasil ;
Sediaan sirup yang dihasilkan pada kelima botol yang dibuat volume
terpindahkannya 60-61ml/botol
8.6 Evaluasi Viskositas
Tujuan :
Untuk dapat mengetahui viskositas sediaan
Metode:
Untuk mengukur viskositas adalah mengukur waktu yang dibutuhkan oleh
cairan dengan volume tertentu untuk mengalir melewati suatu kapiler. Juga
dapat dilakukan pengukuran yang lebih praktis dengan mengkalibrasi alat
yang telah diketahui viskositasnya dan cairan uji ditetapkan dengan
membandingkan terhadap kekentalan cairan yang telah diketahui (FI III,
hal 186).
Penafsiran Hasil :
sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki konsistensi kental.
IX. Tabel Data Pengamatan
9.1 Proses Pembuatan Sediaan
"No "Perlakuan "Hasil Pengamatan "
"1. "Dididihkan air "Didapatkan air mendidih "
"2. "Air yang sudah mendidih "Didapatkan air bebas CO2 "
" "didinginkan dalam keadaan " "
" "tertutup " "
"3. "Penimbangan bahan aktif " "
" "dan eksipien " "
" "3.1 Pseudoefedrin HCl "Didapatkan pseudoefedrin HCl "
" "Ditimbang sebanyak 945mg "945 mg yang larut dalam 95ml "
" "Dilarutkan dalam 95ml "aquadest "
" "aquades " "
" "3.2 CTM "Didapatkan CTM 63 gram yang "
" "Ditimbang sebanyak 63 gram"larut dalam 1 ml aquadest "
" "Dilarutkan dalam 1 ml " "
" "aquadest " "
" "3.3 Xylitol "Didapatkan xylitol 31,5 gram "
" "Ditimbang sebanyak 31,5 mg"yang larut dalam 3 ml aquadest"
" "Dilarutkan dalam 3 ml " "
" "aquadest " "
" "3.4 CMC Na "Didapatkan mucilage CMC Na "
" "Ditimbang sebanyak 315 mg "yakni 315 mg dalam 6ml "
" "Dilarutkan dalam 6 ml " "
" "aquadest " "
" "3.5 Sukrosa "Didapatkan sirupus simplex "
" "Ditimbang sebanyak 267,75 "yang mengadung sukrosa sebesar"
" "gram "267,75 gram dalam 315 ml. "
" "Dilarutkan dalam 315 ml " "
" "aquadest " "
"4. "Pencampuran hasil "Didapatkan campuran larutan "
" "Dimasukkan hasil dari 3.1;"pseuodoefedrin HCl, CTM, "
" "3.2; 3.3 dan 3.4 ke dalam "Xylitol dan CMC Na tercampur "
" "wadah beaker glass 500ml "homogen "
" "yang telah dikalibrasi " "
" "315ml sebelumnya, " "
" "dilakukan pengadukan " "
" "secara manual menggunakan " "
" "batang pengaduk hingga " "
" "campuran homogen. " "
"5. "Ditambahkan pewarna FD&C "Didapatkan larutan campuran "
" "red 40 ke dalam larutan "(4) yang berwarna merah "
" "(4) dan dihomogenkan " "
"6. "Ditambahkan sirupus "Didapatkan larutan campuran "
" "simplex larutan (5) hingga"semua bahan dengan sirupus "
" "tanda batas (315ml) "simplex "
"7. "Dimasukkan (6) ke dalam 5 "Didapatkan 5 botol yang telah "
" "botol "terisi sirup "
"8. "Dibersihkan botol dari "Didapatkan botol bersih "
" "sisa-sisa larutan " "
"9. "Dikemas dengan diberi "Didapatkan sirup dalam box "
" "sendok takar dan brosur " "
" "pemakaian " "
"10. "Dilakukan evaluasi dan "Didapatkan hasil evaluasi "
" "kontrol terhadap sediaan "organoleptic, kejernihan bobot"
" "yang telah jadi selama 5 "jenis, pH, volume "
" "hari "terpindahkan, dan viskositas. "
9.2 Hasil Evaluasi
"No "Parameter "Spesifikasi "Hasil Pengamatan "
"1. "Evaluasi "Bau: cherry "Hari 1 "
" "Organoleptis "Rasa: manis "Bau: tidak berbau "
" "(Bau, rasa, warna, "Warna : merah "Rasa: manis "
" "dan bentuk) "Bentuk : cair "Warna : merah "
" " " "Bentuk : cair "
" " " "Hari 2 "
" " " "Bau: tidak berbau "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah "
" " " "Bentuk : cair "
" " " "Hari 3 "
" " " "Bau: tidak berbau "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah "
" " " "Bentuk : cair "
" " " "Hari 4 "
" " " "Bau: tidak berbau "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah "
" " " "Bentuk : cair "
" " " "Hari 5 "
" " " "Bau: tidak berbau "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah "
" " " "Bentuk : cair "
"2 "Evaluasi kejernihan"Sirup berwana merah"Hari 1 "
" " "jernih "Sirup berwarna "
" " " "merah jernih "
"3. "Evaluasi Bobot "- "Hari 1 "
" "jenis " "2,2811 "
"4. "Evaluasi pH (25˚C) "4,0-6,0 "Hari 1 "
" " " "5,95 "
" " " "Hari 5 "
" " " "5,95 "
"5. "Uji volume "60-61ml/botol "Hari 1 "
" "terpindahkan " "Botol 1 = 60ml "
" " " "Botol 2 = 60ml "
" " " "Botol 3 = 60ml "
" " " "Botol 4 = 60ml "
" " " "Botol 5 = 60ml "
" " " "Rata-rata volume "
" " " "terpindahkan = "
" " " "60ml/ botol "
"6. "Evaluasi viskositas"- "Tidak dilakukan "
9.2.1 Data Hasil Evaluasi Bobot Jenis
"Bobot pikno "Bobot pikno "Bobot "Bobot jenis "
"kosong "kosong+air "pikno+sampel " "
" " " " "
" " " " "
" " " " "
" "Rata-rata=g/ml "
Bobot jenis = rata-rata bobot jenis ± SD
= ±
9.3 Sirup Massha Junior
Komposisi
Tiap 5 ml sirup mengandung Pseudoefedrin HCl 15 mg dan CTM 1mg.
Indikasi
Mengatasi bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek
Kontraindikasi
Dosis dan cara pemberian
Diminum 3x sehari
2-5 tahun :1/2 sdt
6-12 tahun :1sdt
>12 tahun :2sdt
Efek samping
insomnia, sakit kepala, eksitasi, tremor, takikardia, pusing dan
mengantuk
Perhatian
1. Tidak boleh diberikan lebih dari dosis yang dianjurkan
2. Tidak dianjurkan untuk anak usia <2 tahun
3. Bila gejala tidak berkurang segera hubungi dokter
4. Hentikan penggunaan obat apabila terjadi pusing, susah tidur dan
jantung berdebar.
X. Pembahasan
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula
dengan atau tanpa tambahan, bahan pewangi, dan zat obat. Komponen dari
sediaan sirup secara umum terdiri dari bahan aktif, aquades, sukrosa atau
pengganti sukrosa, pengawet, perasa, pewarna, dan bahan lain. Bahan lain
disini bisa kosolven, yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan. Buffer
pH digunakan apabila bahan aktif memerlukan stabilitas pH untuk menjaga
agar bahan aktif tersebut dapat larut dalam cairan pembawa. Dan bisa juga
thickener, digunakan untuk member rasa dan keadaan tebal atau viskositas
besar dalam sediaan sirup .
Dalam praktikum sirup bahan aktif yang di gunakan dalam pembuatan sirup
meliputi Chlorphenamine maleate dan pseudoefedrine HCL. Dua bahan aktif
tersebut memiliki efek yang berbeda dimana CTM berguna sebagai anti
histamine golongan 1 sedangkan pseudoefedrine HCL digunakan sebagai
pencegah hidung tersumbat yang diakibatkan karena pilek,dimana
pseudoefedrine HCL ini akan mengurangi pembekakan mukosa hidung. Bahan
tambahan lain yang di gunakan dalam pembuatan sirup ini meliputi sukrosa
yang dibuat menjadi sirupus simplex , CMC Na yang dalam praktikum ini
digunakan sebagai thickener atau sebagai pengental sirup, serta Xylitol
yang digunakan sebagai pencegahan kristalisasi pada sukrosa saat pembuatan
sirupus simplex, selain itu karena sirup ini ditujukan kepada anak-anak
maka dari itu dibutuhkan pewarna untuk menarik minat pasien, pewarna yang
digunakan adalah FD C Red 40 yang memang ditujukan untuk pembuatan makanan
dan obat. Dalam formulasi sirup ini tidak digunakan anti mikroba karena
untuk memastikan apakah penambahan sirupus simplex saja dapat mencegah
timbulnya mikroba.
Dalam praktikum pembuatan sirup ini ada beberapa kendala yang dihadapi
yakni saat pembuatan air bebas CO2 proses pendinginannya lama sehingga
memakan waktu yang lebih lama, pH awal yang dididapat berada di atas dari
rentang yang ditetapkan namun itu dapat teratasi dengan penambahan asam
sitrat atau sering di sebut dengan proses Adjustment sehingga pH yang di
dapat dapat masuk kerentang PH yang diinginkan yakni 5,95.
Pada evaluasi di hari pertama setelah sediaan jadi masih di dapatkan
hasil yang baik pada warna, bau dan rasa sesuai dengan yang diinginkan
yakni warna merah dengan rasa yang manis namun tidak berbau bahan obat
untuk bentuknya tidak terlalu kental oleh penambahan CMC Na sedangkan hasil
bobot jenis yang di dapatkan 2,2811g/ml dengan uji volume terpindahkan
60ml/botol dan pH yang di dapat masih masuk rentang pH yang diinginkan
yakni 5,95. Hingga hari ke 5 di adakan evaluasi hasil yang didapat
menunjukan hasil yang sama yakni pada uji organoleptis warna, bau dan rasa
sama seperti awal dibuat serta pada tampilan fisik tidak didapatkan mikroba
atau endapan di atas sediaan itu membuktikan bahwa hanya dengan penambahan
pemanis dapat pengawetkan sediaan dan di hari terakhir di lakukan uji pH
menunjukan hasil pH yang tetap yakni 5,95.
XI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, digunakan formulasi yakni
Pseudoefedrin HCl dan CTM sebagai bahan aktif, sirupus simpleks dan xylitol
sebagai pemanis, CMC Na sebagai pengental, FD C Red 40 sebagai pewarna dan
aquadest bebas CO2 sebagai pelarut dengan metode pembuatannya adalah metode
agitasi. Evaluasi yang dilakukan diantaranya evaluasi organoleptis, bobot
jenis, kejernihan, pH, dan volume terpindahkan. Pada sirup ini tidak
menggunakan pengawet namun hanya menggunakan pemanis, dan dengan
penamhabahan pemannis ini sirup yang dihasilkan dapat bertahan lama.
Sehingga dengan penambahan pemanis saja dapat menggantikan pengawet.
Dapus
Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 2013. MSDS ; FD & C Red 40. Diakses tanggal 3 Maret 2015. Pukul
14.50 WIB.
Anief, M. 1996. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI
Press.
Raymond, Paul J., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients
Sixth Edition. London : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
EMULSI VIRGIN COCONUT OIL 30%
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum sediaan emulsi ini adalah mahasiswa dapat
membuat formula sediaan emulsi, mahasiswa dapat membuat serta melakukan
evaluasi sediaan emulsi, dan mahasiswa dapat menganalisa pengaruh jenis
emulgator dan HLB terhadap stabilitas emulsi.
II. Dasar Teori
Emulsi (emultion) adalah suatu system koloid yang fase terdispersi dan
medium pendispersi berupa cairan yang tidak dapat bercampur. Mengingat
keduanya tidak saling bercampur, maka keduanya akan segera memisah. Untuk
menjaga emulsi tersebut tetap mantap atau stabil, perlu ditambahkan zat
ketiga yang disebut sebagai emulgator atau zat pengemulsi (emulsifiying
agent) (Sumardjo, 2006).
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu (Anief,
M. 2000)
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam
fasa air.
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam
fasa minyak.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Emulgator terdiri dari
surfaktan, koloidal hidrofilik, dan elektrolit. Salah satu emulgator yang
aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya
adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya
(Sumardjo, 2006)
Gambar 1. Mekanisme Kerja Emulgator
Mekanisme kerja emulgator, yaitu (Anief, M. 2000) :
1. membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan
emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang
diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air.
Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting
mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih
stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara
nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan
tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.
2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk
lapisan multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak.
Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak
menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya
tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan
multimolekuler yang koheren.
3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan
pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik
polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal
mengarahkan kepada penandaan 'Kristal Cair". Jika lebih banyak
dikenal melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak
dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air,
suhu dan seni dan
cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang
berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang
terdiri dari dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu
terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula terhadap yang lain.
Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair,
emulsi dapat dapat diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta
dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda.
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah
koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan
cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan
dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan
membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga
meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran (Ansel, 1989).
Gambar 2. Bentuk-bentuk Ketidakstabilan Emulsi
VCO (Virgin Coconut Oil) adalah minyak lemak yang diperoleh dari
pemerasan endosperm kering Cocos nucifera L. Fungsi dari VCO ini adalah
sebagai emollient dan ointment base. Penambahan VCO diduga dapat
digunakan sebagai antifungal melawan Candida sp. Khasiat lainnya adalah
mencegah infeksi bakteri, membunuh jamur penyebab keputihan, meningkatkan
daya tahan tubuh, menurunkan kadar kolesterol, dan membunuh virus (Rowe,
2009).
Evaluasi dari sediaan emulsi adalah uji organoleptis, pH, volume
terpindahkan, bobot jenis, tipe emulsi, dan freeze thawing (Tim Pengajar
Praktikum TFS, 2015).
III. Deskripsi Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien
A. Virgin Coconut Oil (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6, Hal
184)
Pemerian : Kuning pucat, tidak berbau atau berbau lemah, rasa khas,
memadat pada suhu 0 dan mempunyai kekentalan
rendah walaupun pada suhu mendekati suhu beku.
Nama lain : Refined coconut oil, copra oil, aerite de coco, coconut
butter, oleum cocois.
Struktur kimia : -
Nama Kimia : -
Rumus Molekul : -
Berat Molekul : -
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol
(95%), dalam kloroform, dan dalam eter P.
pH larutan : 5-8
Titik Didih : > 450 C
Titik Leleh : 21 C - 25 C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di empat sejuk,
dan terhindar dari cahaya
Stabilitas : Stabil pada kondisi normal. Tidak stabil jika
terpapar sinar, dan pemanasan yang berlebihan
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen oksidasi
B. Gom Arab ( Handbok of Pharmaceutical Excipient Edisi 6, FI IV Hal
718)
Pemerian : Serbuk, berwarna putih/ putih kekuningan, tidak berasa,
tidak berbau
Nama lain : Acacia, acacia gum, gm acacia, gummi affricanum, gummi
mimosa
Struktr Kimia : -
Nama Kimia : Acacia
Rumus Molekul : -
Berat Molekul : 240.000 – 580.000
Kelarutan : Larut sempurna dalam air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah
sedikit dan memberikan cairan seperti mucilago,
praktis tidak larut dalam etanol, dan dalam
eter
pH larutan : 4,5 -5,0
Titik Didih : -
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Larutan berair mengalami degradasi bakteri atau
enzimatik, dapat bertahan stabilitasnya jika
dilakukan pendidihan. Larutan encer juga dapat
dipertahankan oleh penambahan pengawet
antimikroba seperti 0,1% bv asam benzoat, 0,1 %
bv natrium benzoat, atau campuran dari 0,17 %
bv metil paraben dan propil paraben 0,03%.
Inkompatibilitas : Akasia tidak beracmpur dengan sejumlah zat
termasuk amidophryne, apomorphine, kresol,
etanol (95%), garam besi, morfin, fenol,
physostigmine, tanin, timol, dan vanili. Adanya
enzim pengoksidasi dapat tidak aktif dengan
pemanasan pada 100 C untuk waktu yang singkat.
Dalam pembuatan emulsi, larutan akasia tidak
cocok dengan sabun.
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
C. Nipagin (Handbook of Pharmaceutxcipient Edisi 6 Hal 442, FI IV Hal
551)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar
Nama Lain : Metilparaben, Metagin, Metil paraept, aseptoform, metyl
cemosept
Struktur Kimia :
Nama Kimia : Methyl-4-hydrobenzoate
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter
pH larutan : -
Titik Lebur : 125 C - 128 C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate, minyak
esensial, sorbitol, dan atropine.
Stabilitas : Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120 C selama 20 menit.
Stabil pada pH 3-6 pada suhu ruangan.
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
D. Nipasol (Handbook of Phmarmaceutical Excipient Hal 596, FI IV Hal
713)
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Nama Lain : Propyl Paraben, Propagin, Propyl Cemosept, Propyl
Parasept, Solbrol P, Tegosept
Struktur Kimia :
Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate
Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180,20
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih
pH larutan :-
Titik Lebur : 95 C - 98 C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wada tertutup baik
Stabilitas : Larutan nipasol cair pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6,
larutan nipasol cair stabil sampai ste lebuh sekitar
4 tahun pada suhu ruangan. Apabila pada pH 8 atau di
atasnya maka akan cepat terhidrolisis (10% atau
lebih setelah 60 hari pada suhu ruangan)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan mgnesium aluminium
silikat, magnesium trisilikat, besi kuning oksida
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
E. Sukrosa (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 703, FI IV
Hal 762)
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna , massa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa manis, stabil di udara, larutannya
netral terhadap lakmus
Nama Lain : Saccarum, saccharose, gula
Struktur Kimia :
Nama Kimia : B-D-Fruktofuranosil-D-Glukopiranosid
Rumus Molekul : C12H22O11
Berat Molekul : 342, 30
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter
pH Larutan : -
Titik Leleh : 160 C - 168 C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Stabilitas yang baik pada temperatur ruangan dan
kelembaban sedang
Inkompatibilitas : Serbuk sukrosa mungkin terkontaminasi dengan
logam berat yang dapat menjadi inkompatibel dengan
bahan pembantu seperti asam askorbat
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
F. Aquadest (FI III, hal 96)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain : Dihidrogen Oksida
Struktur Kimia : -
Nama Kimia : Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 16,02
Kelarutan : -
pH : 7
Titik Didih : 100 C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
G. FD & C Red 40 (MSDS)
Pemerian : Serbuk berwarna merah atau berupa liquid
Nama Lain : Allura red
Struktur Kimia :
Nama Kimia : Disodium 6-hidroxy-5 [(2-methoxy-5-methyl-4-
sulfophenyl)ozo]-2-napthalene-sulfonate
Rumus Molekul : C18H14N2Na2O8S2
Berat Molekul : 496,42 g/mol
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, propylen
glikol
pH stabil : 2,0 – 14,00
Titik Leleh : 7300 C
Wadah dan Penyimpanan : Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan
ruang berventilasi
Stabilitas : Stabil terhadap pemanasan/panas, cahaya, dan asam
Inkompatibilitas : -
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
H. Raspberry (MSDS)
Pemerian : -
Nama Lain : Raspberry flavour
Struktur Kimia : -
Nama Kimia : -
Rumus Kimia : -
Berat Molekul : -
Kelarutan : -
pH : -
Titik Leleh : -
Wadah dan Penyimpanan : Pada wadah tertutup dan tempat yang sejuk
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Sifat Khusus : -
Koefisien Partisi : -
IV. Rasionalisasi Preformulasi dan Formula
4.1 Formulasi
Emulsi VCO (Virgin Coconut Oil) 30%
"Nama Bahan "Rentangan "Kadar "Fungsi "
" "Kadar (HOPE, "Formulasi " "
" "2009) " " "
"VCO "- "30% "Bahan aktif "
" " " "; Fase "
" " " "minyak (fase"
" " " "terdispersi)"
"Gom Arab " 10% - "15% "Emulgator "
" "20% " " "
"Methyl "0,015% - 0,2% "0,18% "Pengawet "
"Paraben " " " "
"Propyl "0,01% - 0,02% "0,02% "Pengawet "
"Paraben " " " "
"BHT "0,02% "0,02% "Antioksidan "
"Sirupus "85% "15% "Pemanis "
"simplex " " " "
"FD & C Red "- "qs "Pewarna "
"Raspbery "- "qs "Flavoring "
" " " "agent "
"Aq. Bebas CO2"- "- "Fase air "
" " " "(fase "
" " " "pendispersi)"
4.2 Rasionalisasi Formula
- VCO (Virgin Coconut Oil) adalah bahan aktif yang digunakan dalam
sediaan emulsi ini sebesar 30%, yaitu sebanyak 30 gram dalam 100 ml
air. VCO mengandung 92% asam lemah rantai sedang yang bisa diserap
melalui dinding usus sesampainya di saluran cerna, proses ini lebih
cepat karena tanpa melalui proses hidrolisis dan enzimatik,
selanjutnya langsung dipasok ke aliran darah dan langsung dibawa ke
organ hati untuk dimetabolisme. Karena VCO sendiri kaya akan asam
laurat, maka penggunaan emulsi VCO ini ditujukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh anak-anak. Digunakan sebagai fase minyak.
- Emulgator menjadi kunci terpenting dalam proses penyatuan antra fase
minyak dan fase air. Emulgator yang digunakan adalah gom arab/acacia.
Digunakan sebanyak 15%, mengikuti aturan (minyak : emulgator : air =
4:2:1) Diharapkan kedua fase dapat bercampur dengan baik, dan
emulgator bekerja maksimal. Dibuat dengan cara basah, yaitu cara
mucilago.
- Untuk melindungi sediaan dari tumbuhnya mikrobiologi yang tidak
diinginkan. Maka pada sediaan emulsi ini digunakan pengawet Methyl
paraben (nipagin) dengan konsentrasi sebesar 0,18% yang akan
dilarutkan ke dalam fase air, dan pengawet Propyl paraben (nipasol)
0,02% yang akan dilarutkan ke dalam fase minyak. Pemilihan
konsentrasi, mengikuti aturan perbandingan pengawet (nipagin : nipasol
= 9:1). Penggunaan pengawet ini dikombinasikan, karena akan memberikan
efek antimikroba yang baik. Alas an tidak menggunakan pengawet Asam
Benzoat adalah, karena Asam Benzoat sendiri bersifat asam, dan bahan
aktif VCO kurang stabil terhadap suasana asam.
- Unuk membuat sedian emulsi bertahan lama, atau terhindar dari reaksi
oksidasi kimia pada fase minyak emulsi, maka diperlukan penambahan
agen antioksidan, yang mana cara kerjanya adalah dengan mengorbankan
dirinya sendiri untuk teroksidasi, sehingga bahan aktif VCO 30% tidak
mengalami oksidasi maupun degradasi. Antioksidan yang digunakan adalah
Butylated Hidroxy Toluene (BHT), karena, BHT sendiri tidak akan
menyebabkan perubahan asam pada sediaan emulsi VCO30% ini, seperti
Natrium Metabisulfit. BHT sendiri tidak memerlukan kombinasi dengan
antioksidan lain atau dapat bekerja tunggal, seperti BHA yang perlu
dikombinasikan dengan BHT, ataupun antioksidan lain. BHT akan
dilarutkan ke dalam fase minyak. Dengan pemilihan konsentrasi BHT
sebanyak 0,02% ini, diharapkan dapat bekerja maksimal dalam sediaan
emulsi.
- FD & C Red adalah pewarna merah yang biasanya digunakan untuk makanan,
obat-obatan maupun kosmetik yang sudah distandardisasi oleh Badan POM.
Pewarna ini digunakan dalam sediaan emulsi, sehingga dapat menarik
hati konsumen untuk meminumnya. Digunakan FD & C Red ini secukupnya,
sampai batas warna merah yang diinginkan.
- Selain menggunakan pewarna sebagai penarik hati konsumen, digunakan
pula perasa raspberry, yang mana juga diharapkan dapat memberikan
aroma buah-buahan yang dapat menarik hati konsumen anak-anak untuk
meminumnya. Tetapi perasa raspberry ini akan memberikan rasa manis
diawal dan pahit diakhir. Jadi penggunaannya hanya secukupnya saja.
- Digunakan pemanis, sirupus simplex untuk memberikan rasa manis pada
sediaan emulsi. Digunakan juga untuk menutupi rasa tidak enak pada
fase minyak dari sediaan emulsi sendiri. Digunakan sebanyak 15% yang
dibuat dari 85% (85 gram sukrosa dalam 100 ml air).
- Emulsi merupakan penggabungan dari dua fase, yaitu minyak dan air.
Fase minyak dalam sediaan ini berasal dari bahan aktifnya, yaitu VCO,
dan fase airnya berasal dari aquades bebas CO2.
V. Perhitungan
Jumlah sediaan emulsi yang dibuat adalah 5 botol masing – masing 100
ml.
Pada masing – masing bahan dilebihkan 5 %.
Perhitungan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan emulsi Cocoemulsion
adalah:
a. VCO 30%
30 g x 100 ml = 30 g ( untuk 1 botol)
100ml
30 g x 300 ml = 90 g ( untuk 5 botol)
100ml
5 x 90 g = 4.5 g
100
Total VCO yang dibutuhkan: 90 + 4.5 = 94.5 g
b. Gum Arab
15 g x 100 ml = 15 g ( untuk 1 botol)
100ml
15 g x 300 ml = 45 g ( untuk 5 botol)
100ml
5 x 45 g = 2.25 g
100
Total Gum Arab yang dibutuhkan: 45 + 2.25 = 47.25 g
Air yang digunakan untuk membuat mucilago gum arab adalah 0.5
bagian dari Gum arab, yaitu sebesar 7.8 ml
c. Sukrosa yang dibutuhkan untuk membuat sirupus simplex sebanyak 15
ml
85 g x 15 ml = 12.75 g ( untuk 1 botol)
100ml
85 g x 45 ml = 38.25 g ( untuk 5 botol)
100ml
6. x 38.25 mg = 1.91 g
100
Total Sukrosa yang dibutuhkan: 38.25 + 1.91 = 40.16 g
Air yang dibutuhkan untuk melarutkan sukrosa adalah ad 78.75 ml
d. Metil Paraben
0.18 g x 100 ml = 0.18 g ( untuk 1 botol)
100ml
0.18 g x 300 ml = 0.54 g ( untuk 5 botol)
100ml
5 x 0.54 mg = 0.027 g
100
Total metil paraben yang dibutuhkan: 0.54 + 0.027 = 0.567 mg
Air yang dibutuhkan untuk melarutkan metil paraben adalah ad 4.5 ml
e. Propil paraben
0.02g x 100 ml = 0.02 g ( untuk 1 botol)
100 ml
0.02 g x 300 ml = 0.06 g ( untuk 5 botol)
100ml
6. x 0.06 g =0.003 g
100
Total propil paraben yang dibutuhkan: 0.06 + 0.003 = 0.063 gram
f. BHT
0.02 g x 100 ml = 0.02 g ( untuk 1 botol)
100 ml
0.02 g x 300 ml = 0.06 g ( untuk 5 botol)
100ml
7. x 0.06 g =0.003 g
100
Total BHT yang dibutuhkan: 0.06 + 0.003 = 0.063 gram
VI. PENIMBANGAN
"BAHAN "Bobot 100 ml"Bobot 300 ml ( 3"Bobot 300 ml + 5 "
" "(1 botol) "botol) "% "
"VCO 30% "30 g "90 g "94.5 g "
"Gom arab "15 g "45 g "47.5 g "
"Sukrosa "12.75 g "38.25 g "40.16 g "
"Metil paraben "0.18 g "0.54 g "0.567 g "
"Propil paraben "0.02 g "0.06 g "0.163 g "
"BHT "0.02 g "0.06 g "0.063 g "
VIII. Uji Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1 Evaluasi Organoleptis (FI III, hal XXX)
Prinsip:
Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar emulsi
Tujuan :
Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
Metode :
Rasa : merasakan rasa dari sediaan sirup dengan cara memberikan perasa
yang diinginkan
Bau : mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium aroma
sediaan.
Warna : melihat warna dari sediaan sirup
Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
Penafsiran Hasil :
Sediaan emulsi yang dihasilkan akan memiliki rasa manis, beraroma
rasberry berwarna merah dan berbentuk emulsi (cairan kental).
8.2 Evaluasi Bobot Jenis
Prinsip:
Perbandingan berat piknometer yang berisi sampel dengan berat piknometer
yang diisi dengan air
Tujuan :
Untuk dapat mengukur bobot jenis dari sediaan
Metode :
Evaluasi bobot jenis digunakan piknometer bersih, kering, dan sudah
dikalibrasi dengan menetapkanbobot piknometer dan bobot aor yang telah
dididihkan pada suhu 25˚C . atur suhu zat uji hingga ±20˚C dan dimasukkan
piknometer yang sudah diisi zat uji hingga 25˚C buang kelebihan lalu
ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang
telah diisi hasilnya (FI IV, Hal 1030):
Bobot jenis = (bobot pikno-sampel) – bobot pikno
(bobot pikno-air) – bobot pikno
Penafsiran hasil : -
8.4 Evaluasi pH
Prinsip:
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan potensiometri
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan cara potensiometri atau kolorimetri. Semua
larutan untuk penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida p.
pengukuran pada suhu 25˚C±2˚C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing (FI IV, hal. 1039).
Penafsiran hasil :
Sediaan emulsi yang dihasilkan akan memiliki pH 5,5-7,8
8.5 Evaluasi Volume Terpindahkan
Prinsip:
Membandingkan volume awal sediaan dengan volume akhir sediaan yang
dipindahkan untuk mengetahui kemudahan sediaan untuk dituang
Tujuan :
untuk dapat menentukan volume terpindahkan sediaan
Metode :
Untuk penetapan volume terpindahkan, tuang isi perlahan-lahan dari tiap
wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur
tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung
udara pada waktu penuangan dan di dalam tidak lebih dari 30 menit (FI IV
, hal 1261).
Penafsiran Hasil ;
Sediaan emulsi yang dihasilkan pada kelima botol yang dibuat volume
terpindahkannya 100-101ml/botol
8.6 Evaluasi Viskositas
Tujuan :
Untuk dapat menentukan viskositas dan aliran sediaan
Metode:
Metode yang digunakan untuk mengukur viskositas adalah mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh cairan dengan volume tertentu untuk mengalir
melewati suatu kapiler. Juga dapat dilakukan pengukuran yang lebih
praktis dengan mengkalibrasi alat yang telah diketahui viskositasnya dan
cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap kekentalan cairan
yang telah diketahui (FI III, hal 186).
Penafsiran Hasil :
Sediaan emulsi yang dihasilkan akan memiliki konsistensi kental.
8.7 Evaluasi Homogenitas
Prinsip :
Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan :
Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu emulsi
Metode:
Susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir diamati secara visual.
Metodenya sampel diambil pada berbagai tempat setelah emulsi dikocok.
Sampel diteteskan pada gelas objek dan diratakan dengan gelas objek lain
hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan partikel yang
terbentuk diamati visual (FI III, Hal 33).
Penafsiran hasil :
Sediaan emulsi yang dihasilkan homogen
8.8 Evaluasi Tipe Emulsi
Prinsip:
Uji tipe emulsi ini dapat menggunakan metode pengenceran dan dye
stabiliting test (menggunakan reagen methylene blue atau sudan III).
Tujuan :
Untuk dapat mengetahui tipe emulsi dari sediaan
Metode :
Dengan menggunakan metode pengenceran dan dye stabiliting test. Untuk
yang metode pengenceran dengan cara mengencerkan sediaan dalam air
hasilnya jika bertipe o/w maka akan dapat terencerkan dan sebaliknya.
Untuk dye stabiliting test dengan memberikan reagen methylene blue atau
sudan III pada sediaan, hasilnya jika bertipe o/w maka dengan methylene
blue akan menghasilkan warna biru dan tidak akan menghasilkan warna merah
jika dengan reagen sudan III dan sebaliknya untuk yang bertipe w/o.
Penafsiran Hasil :
Emulsi yang dihasilkan akan bertipe minyak dalam air.
8.9 Uji Volume Globul
Prinsip :
Sediaan diteteskan pada plat dan diamati di mikroskop dan diukur dengan
system komputerisasi
Tujuan :
untuk menentukan ukuran globul dalam sediaan menggunakan mikroskop
Metode :
meneteskan sediaan pada plat untuk diamati di mikroskop, kemudian
dilakukan pengukuran globul dengan system komputerisasi
Penafsiran hasil :
ukuran globul didapatkan:
dIn= nd ; dsn= nd2 ; dvn = nd3 ; dsl = nd2
n n n nd
8.10 Uji Freeze Thawing
Prinsip :
Sediaan ditempatkan pada botol dan disimpan pada kondisi yang
dipaksakan yakni suhu 4˚C dan 40˚C
Tujuan:
Untuk mengetahui ketidakstabilan emulsi yaitu creaming
Metode:
Emulsi ditempatkan pada wadah/botolyang ditutup kemudian disimpan pada
kondisi dipaksakan, yakni pada suhu 4˚C dan 40˚C
Penafsiran Hasil :
Sediaan emulsi tetap stabil tidak terdapat creaming setelah evaluasi
freeze thawing
IX. Tabel Data Pengamatan
9.1 Proses Pembuatan Sediaan
"No "Perlakuan "Hasil Pengamatan "
"1. "Diukur aquadest sebanyak "Didapatkan aquadest sebanyak "
" "500ml dalam beaker glass "500ml dalam beaker glass yang "
" "dan dididihkan menggunakan"telah mendidih "
" "penangas air " "
"2. "Setelah mendidih aquadest "Didapatkan aquadest bebas CO2 "
" "didinginkan dalam keadaan " "
" "tertutup " "
"3. "Diukur 157,5ml VCO30% "Didapatkan VCO 30% sebanyak "
" " "157,5ml "
"4. "Ditimbang BHT yang telah "Didapatkan BHT sebanyak 0,150 "
" "digerus sebanyak 0,150 "gram "
" "gram " "
" "Ditimbang propilparaben "Didapatkan propil paraben "
" "yang telah digerus "sebanyak 0,150 gram "
" "sebanyak 0,150 gram " "
"5. "Dicampurkan propil paraben"Propil paraben 0,150 gram "
" "0,150 gram ke dalam "larut dalam sedikit VCO 30% "
" "sedikit VCO30% " "
"6. "Dicampurkan BHT 0,150 gram"BHT 0,150 gram larut dalam "
" "ke dalam sedikit VCO 30 % "sedikit VCO30% "
"7. "Dimasukkan larutan BHT ke "VCO 30% tercampur dengan BHT "
" "dalam VCO 30% diaduk " "
" "hingga homogen " "
"8. "Dimasukkan larutan "VCO 30% bercampur dengan BHT "
" "propilparaben ke dalam VCO"dan propilparaben menjadi fase"
" "30% yang bercampur dengan"minyak "
" "BHT diaduk hingga homogeny" "
"9. "Ditimbang gom arab 78,75 "Didapatkan gom arab sebanyak "
" "gram "78,75 gram "
"10. "Diukur aquadest bebas CO2 "Didapatkan aquadest bebas CO2 "
" "sebanyak 118,125 ml "sebanyak 118,125ml "
"11. "Dicampur gom arab 78,75 "Gomaram 78.75 gram dengan "
" "gram dengan aquadest bebas"aquadest bebas CO2 118,125ml "
" "CO2 118,125ml diaduk "bercampur hingga menjadi "
" "dengan kuat di mortir "mucilage "
" "hingga membentuk mucilago " "
"12. "Diaduk mucilage gom arab "Fase minyak bercampur dengan "
" "dengan air menggunakan "mucilago terbentuk corpus "
" "stirrer dan ditambahkan "emulsion "
" "fase minyak sedikit demi " "
" "sedikit " "
"13. "Ditambahkan sirupus "Didapatkan campuran crpus "
" "simplex sebanyak 78,75 ml "emulsi dengan sirupus simplex "
" " "78,75 ml "
"14. "Ditambahkan methyl paraben"Didapatkan campuran corpus "
" "yang 0,945 gram yang "emulsion dengan methyl paraben"
" "sebelumnya telah " "
" "dilarutkan dalam " "
" "propilenglikol 4,725ml ke " "
" "dalam corpus emulsion " "
"15. "Ditambahkan FD& C red 40 "Didapatkan emulsi yang "
" "ke dalam campuran (14) "berwarna merah muda "
"16. "Ditambahkan perasa "Didapatkan emulsi beraroma "
" "raspberry pada campuran "raspberry "
" "(15) " "
"17. "Ditambahkan aquadest bebas"Didapatkan emulsi sebanyak "
" "CO2 hingga tanda batas "525ml "
" "(525ml) " "
"18. "Dilakukan uji evaluasi "Dilakukan uji pH, bobot jenis,"
" " "tipe emulsi, volume "
" " "terpindahkan, organopleptis "
"19. "Emulsi dikemas rapi "Emulsi terkemas rapi dalam "
" " "botol 100ml di dalam box. "
9.2 Hasil Evaluasi
"No "Parameter "Spesifikasi "Hasil Pengamatan "
"1. "Evaluasi "Bau: rasberry "Hari 1 "
" "Organoleptis "Rasa: manis "Bau: rasberry "
" "(Bau, rasa, warna, "Warna : merah "Rasa: manis "
" "dan bentuk) "Bentuk : emulsi "Warna : merah muda "
" " "(cairan kental) "Bentuk : emulsi "
" " " "(cairan kental) "
" " " "Hari 2 "
" " " "Bau: rasberry "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah muda "
" " " "Bentuk : emulsi "
" " " "(cairan kental) "
" " " "Hari 3 "
" " " "Bau: tengik "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah muda "
" " " "Bentuk : cair "
" " " "tetapi membentuk 2"
" " " "lapisan "
" " " "Hari 4 "
" " " "Bau: tengik "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah muda "
" " " "Bentuk : cair "
" " " "Hari 5 "
" " " "Bau: tengik "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : merah muda "
" " " "Bentuk : cair "
"2 "Evaluasi kejernihan"Keruh "Hari 1 "
" " " "Keruh "
"3. "Evaluasi Bobot "- "Hari 1 "
" "jenis " "1,037 ± 7,07.10-4 "
"4. "Evaluasi pH (25˚C) "5,5-7,8 "Hari 1 "
" " " "6,08 "
" " " "Hari 5 "
" " " "4,34 ± 0,036 "
"5. "Uji volume "100-101ml/botol "Hari 1 "
" "terpindahkan " "Botol 1 = 100ml "
" " " "Botol 2 = 100ml "
" " " "Botol 3 = 100ml "
" " " "Rata-rata volume "
" " " "terpindahkan = "
" " " "100ml/ botol "
"6. "Evaluasi viskositas"- "Tidak dilakukan "
"7. "Penentuan tipe "Emulsi minyak dalam"Dilakukan dengan "
" "emulsi "air "reagen methylene "
" " " "blue dan sudan III "
" " " "dan diamati di "
" " " "mikroskop hasilnya "
" " " "emulsi minyak dalam"
" " " "air karena: "
" " " "Dengan reagen "
" " " "methylene blue "
" " " "terlihat warna "
" " " "dasar berwarna biru"
" " " "namun droplet tidak"
" " " "berwarna bitu "
" " " "Dengan sudah III "
" " " "terlihat droplet "
" " " "berwarna merah "
" " " "sedangkan warna "
" " " "dasar tidak "
" " " "berwarna merah "
"8. "Uji Freeze Thawing "Sediaan emulsi "Emulsi tetap stabil"
" " "tetap stabil "tidak ada bentuk "
" " " "ketidakstabilan "
9.2.1 Data Hasil Evaluasi Organoleptik
"Parameter/"Hari ke-1 "Hari ke-2 "Hari ke-3 "Hari ke-4 "Hari ke-5 "
"Hari " " " " " "
"Bau "Rasberry "Raspberry "tengik "tengik "tengik "
"Rasa "Manis "Manis "Manis "Manis "Manis "
"Warna "Merah muda"Merah muda"Merah muda"Merah muda"Merah muda"
"Bentuk "Suspensi "Suspensi "Suspensi "Suspensi "Suspensi "
" "(cair) "(cair) "(cair) dan"(cair) dan"(cair) dan"
" " " "mulai "mulai "mulai "
" " " "membentuk "membentuk "membentuk "
" " " "dua "dua "dua "
" " " "lapisan "lapisan "lapisan "
Foto Hasil Pengamatan Hari Ketiga Mulai Terbentuk Dua Lapisan
9.2.2 Data Hasil Evaluasi Bobot Jenis
"Bobot pikno "Bobot pikno "Bobot "Bobot jenis "
"kosong "kosong+air "pikno+sampel " "
"23,68 "48,10 "49,0040 "1,037 "
"23,68 "48,09 "49,0038 "1,038 "
"23,68 "48,10 "49,0036 "1,037 "
" " " "Rata-rata 1,037"
Bobot jenis = rata-rata bobot jenis ± SD
= 1,037 ± 7,07.10-4
9.2.3 Data Hasil Evaluasi pH
" "Hari ke-1 "Hari ke-5 "
"1 "6,08 "4,37 "
"2 "- "4,30 "
"3 "- "4,35 "
" "Rata-rata 6,08 "Rata-rata 4,34 "
pH hari ke-1 = rata-rata ± SD
= 6,08 ± 0,00
= 6,08
pH hari ke-5 = rata-rata ± SD
= 4,34 ± 0,036
9.2.4 Data Hasil Evaluasi Tipe Emulsi
" " "
"Foto hasil pengamatan dibawah " "
"mikroskop dengan menggunakan " "
"reagen methylene blue. Terlihat" "
"warna dasar berwarna biru namun" "
"droplet tidak berwarna bitu " "
" " "
" " "
" " "
" "Foto Hasil pengamatan dibawah "
" "mikrskop dengan menggunakan "
" "reagen sudan III. Terlihat "
" "droplet berwarna merah "
" "sedangkan warna dasar tidak "
" "berwarna merah "
9.2.5 Data Hasil Evaluasi Freeze Thawing
" "
" "
" "
" "
" "
" "
" "
"Foto hasil pengamatan setelah dilakukan uji freeze thawing. "
"Pada sediaan emulsi tidak membentuk ketidakstabilan emulsi. "
9.3 Cocoemulsion (Virgin Coconut Oil) Emulsion
Komposisi
Tiap 15 ml (1 sendok takar) COCOEMULSION mengandung Virgin Coconut Oil
4.5 mL.
Indikasi
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan khasiat Virgin Coconut oil sebagai
antioksidan.
Kontraindikasi
-
Dosis dan Cara Pemberian
Untuk anak > 6 tahun: 15 ml satu kali sehari.
Untuk anak 6- 12 tahun: 15 ml dua kali sehari
Untuk anak > 12 tahun : 15 ml tiga kali sehari
Efek samping
Jarang terjadi namun dapat terjadi gangguan pencernaan, yaitu diare
Kemasan
COCOEMULSION, Box, 1 botol @ 100 ml.
Penyimpanan
Wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering dibawah 30 derajat.
X. Pembahasan
Emulsi merupakan salah satu sediaan farmasi yang umum di dapatkan di
pasaran. Secara farmasetika, proses emulsifikasi memungkinan adanya ahli
Farmasi dapat membuat suatu sediaan yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang tidak bisa bercampur berdasarkan konstituen dan maksud
pemakaiannya. Emulsi cair bisa dipakai secara oral, topical, atau
parenteral. Emulsi semi solid digunakan secara topical. Banyak sediaan
farmasi yang mungkin sebenarnya emulsi namun tidak digolongkan sebagai
emulsi karena lebih cocok untuk masuk ke dalam kategori sediaan farmasi
lainnya.
Untuk mencampurkan kedua fase yang tidak saling larut tersebut,
dibutuhkan zat pengemulsi (emulgator) yang merupakan komponen yang paling
penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Ada banyak jenis emulgator
yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas emulsi, tetapi dalam
praktikum ini menggunakan emulgator alami, yaitu gum arab dan bahan
aktifnya Virgin Coconut Oil 30%.
Berdasarkan pembuatan emulsi VCO, didapatkan hasil berupa
organoleptis, uji pH, uji volume terpindahkan, uji homogenitas, uji tipe
emulsi, freeze thawing, dan bobot jenis. Pada uji organolpetik, uji yang
didapatkan warna emulsi yang terjadi adalah merah muda karena pewarna
yang digunakan berwarna merah (FD & C Red), rasa dominan manis dan
sedikit pahit karena perasa yang digunakan adalah raspberry, aroma yang
dihasilkan sesuai dengan perasa yang digunakan yaitu aroma raspberry,
akan tetapi pada hari pertama pengamatan didapatkan bau sedikit tengik.
Hal tersebut dapat dikarenakan antioksidan yang digunakan (BHT) tidak
bekerja secara optimal. Untuk uji pH didapatkan hasil pH emulsi yaitu
6.08 dimana pH tersebut berada pada rentang spesifikasi produk seharusnya
yaitu 5.5 - 7.8. Nilai pH hari terakhir evaluasi didapatkan pH 4.34 +
0.36. Nilai tersebut tidak sesuai dengan rentang nilai pH bahan aktif
dari emulsi. Hal tersebut dapat dikarenakan ketidakstabilan pH selama
penyimpanan, dimana emulsi disimpan dalam ruang terbuka. Dimana suatu
sediaan emusli ini dapat terpapar gas karbon dioksida, yang mana dapat
menyebabkan penurunan pH pada sediaan. Selain itu, pada formulasi sediaan
emulsi ini juga tidak menggunakan larutan buffer pH, yang mana fungsinya
dapat menjaga kestabilan pH sediaan. Perubahan pH yang terjadi juga dapat
dikarenakan pada proses pembuatan emulsi dimana pada proses pembuatan
adalah tidak steril.
Degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat dipercepat atau
diperlambat secara ekponensial oleh nilai pH yg naik atau turun dari
rentang pH nya. Nilai pH yang di luar rentang dan paparan terhadap
temperatur yang tinggi adalah faktor yang mudah mengkibatkan efek klinik
dari obat secara signifikan, akibat dari reaksi hidrolisis dan oksidasi.
Larutan obat atau suspensi obat dapat stabil dalam beberapa hari,
beberapa minggu, atau bertahun-tahun pada formulasi aslinya, tetapi
ketika dicampurkan dengan larutan lain yg dapat mempengaruhi nilai pH
nya, senyawa aktif dapat terdegradasi dalam hitungan menit.
Sistem pH dapar yang biasanya terdegradasi dari asam atau basa lemah
dan garamnya biasanya ditambahkan ke dalam sediaan cair ditambahkan untuk
mempertahankan pHnya pada rentang dimana terjadinya degradasi obat
minimum.
Pada uji volume terpindahkan antara spesifikasi produk dengan hasil
praktikum sudah sesuai yakni sebanyak 100 ml emulsi yang terpindahkan.
Untuk uji penentuan bobot jenis, hasil praktikum didapatkan 1,037 ±
7,07.10-4. Pada pengujian homogenitas sediaan emulsi didapatkan emulsi
yang homogen, dimana partikel-perikel fase terdispersi tersebar merata
pada fase pendispersi. Pada pengujian tipe emulsi dengan menggunakan
metilen blue didapatkan hasil fase pendispersi berwarna biru sedangkan
fase terdispersinya berupa gumpalan- gumpalan bening, sehingga didapatkan
hasil bahwa tipe emulsi berupa minyak dalam air.
Pada pembutan emulsi digunakan emulgator berupa gum arab. Perbandingan
emulgator yang digunakan adalah 4 bagian fase minyak : 2 bagian emulgator
: 1 bagian air. Hasil emulsi yang didapatkan adalah emulsi VCO 30% yang
stabil hingga hari kedua pengamatan (emulsi tetap berada dalam 1 fase).
Pada hari ketiga pengamatan, didapatkan emulsi yang mulai terbentuk 2
fase dimana fase air berada di atas fase minyak dengan batas yang jelas.
Bentuk ketidakstabilan yang terjadi pada emulsi adalah breaking.
Ketidakstabilan yang terjadi dapat dikarenakan emulsi pada proses
pembuatannya tidak terdispersi sempurna. Akan tetapi pada pengujian
freeze thawing didapatkan emulsi yang stabil, dimana emulsi berada pada
satu fase dan tidak terbentuk creaming.
XI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, digunakan formulasi yakni
VCO 30% sebagai bahan aktif, propil paraben sebagai antimikroba, BHT
sebagai antioksidan, gom acasia sebagai emulgator, sirupus simpleks sebagai
pemanis, metil paraben sebagai pengawet, FD&C red 40 sebagai pewarna dan
aquadest bebas CO2 sebagai pelarut. Dalam pembuatan sediaan emulsi
diperlukan emulgator yang sesuai dengan bahan aktifnya dan jumlahnya juga
disesuaikan, agar kestabilan emulsi dapat dipertahankan tetap berupa satu
fase (tidak mengalami breaking). Selain itu dapat dipertimbangkan
konsentrasi dari zat antioksidan yang digunakan, karena pada sediaan emulsi
ini tetap berbau tengik, yang merupakan akibat dari proses oksidasi dari
fase minyak emulsi. Dan untuk menjaga kestabilan kimia, yaitu pH sediaan,
diperlukan suatu zat buffer.
Dapus :
Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI
Press.
Raymond, Paul J., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients
Sixth Edition. London : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn, 2009. Pharmaceutical Design. London
: Pharmaceutical Press.
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC.
SUSPENSI SULFAMETHOXAZOL 50mg/5ml
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum sediaan sirup ini adalah mahasiswa dapat membuat
formula sediaan suspensi, mahasiswa dapat membuat serta melakukan
evaluasi sediaan suspensi, dan mahasiswa dapat memahami pengaruh
penggunaan bahan pensuspensi terhadap stabilitas sediaan suspensi.
II. Dasar Teori
Suspensi atau dispersi kasar adalah system dua fase heterogen, tidak
jernih, dan memiliki diameter fase partikel lebih besar dari 10-5 cm,
merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Untuk mendispersikan partikel tidak larut
dalam pembawanya dan meningkatkan viskositas sediaan suspense agar
kecepatan sedimentasi diperlambat, digunakan suatu suspending agent
(Sumardjo, 2006).
Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan
(viskositas), agar kecepatan sedimentasi diperlambat. Tetapi kekentalan
yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan (Yoshita,
2003).
Beberapa jenis suspending agent yang sering digunakan adalah CMC Na,
carbopol, veegum, tragacanth, bentonit magma, carbomer, dan lain-lain.
Dapat digunakan secara tunggal maupun kombinasi. Pemilihan suspending
agent harus mempertimbangkan kemungkinan inkompatibilitas, khususnya
dilihat dari jenis muatan awal partikel terdispersi serta muatan
flocculating agent dan suspending agent (Sumardjo, 2006).
Flokulasi adalah terbentuknya agregat partikel yang susunannya lebih
longgar dan mudah didispersikan kembali. Ketika menggunakan control
system terflokulasi, perumus mengangkat partikel deflokulasi, disperse
basah dari partikel dan mencoba menghasilkan flokulasi dengan penambahan
sejumlah flocculating agent, yang biasa digunakan adalah senyawa
elektrolit, polimer, maupun surfaktan. Tujuannya adalah untuk mengontrol
flokulasi dengan menambahkan flocculating agent yang menghasilkan volume
sedimentasi maksimum (Troy, dkk., 1885).
Formula umum suspensi terdiri dari zat aktif, suspending agent, dan
eksipien lain, seperti pemanis, pengawet, dapar, weting agent dan
flocculating agent. Proses pembuatan suspensi secara singkat adalah zat
terdispersi dibasahi dahulu dengan pembasah, ditambahkan suspending agent
sedikit demi sedikit, ditambahkan eksipien lain seperti pengawet, perasa,
pewarna, yang sebelumnya telah dilarutkan masing-masing. Tambahkan zat
pembawa atau fase pendispersi sampai volume yang diinginkan (Troy, dkk.,
1885).
Zat aktif yang digunakan adalah Sulfamethoxazol, yang merupakan obat
golongan sulfonamide, bekerja secara kompetitif dengan PABA, dimana PABA
dibutuhkan bakteri untuk hidupnya. Dengan adanya sulfonamide ini,
pertumbuhan bakteri akan terhambat (bakteriostatik), karena masuknya PABA
ke dalam molekul, sehingga pembentukan asam dihidrofolat terhambat.
Sulfamethoxazol ini tergolong obat antibiotic yang penggunaannya biasa
dikombinasikan dengan trimethoprim. Indikasi dari penggunaan sediaan
suspensi adalah untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
(antibiotika bakteriostatik) (Sukandar, dkk., 2013).
Adapun keuntungan dari sediaan suspensi adalah untuk bahan aktif yang
tidak larut dalam zat pembawa, menutupi rasa pahit, dan membantu pasien
yang kesulitan menelan tablet, khususnya untuk anak-anak. Sedangkan
kerugiannya suspensi dapat mengalami caking atau susah di redispersi
kembali. Evaluasi dari sediaan sirup adalah uji organoleptis, pH, volume
terpindahkan, waktu sedimentasi, waktu redispersi dan bobot jenis (Tim
Pengajar Praktikum TFS, 2015)
III. Deskripsi Zat Aktif dan Preformulasi Bahan Eksipien
A. Sulfametoksazol
Pemerian : Hablur putih hingga hampir putih, tidak berbau
Nama lain : Sulamethoxazolium
Nama kimia : N-(5-metil-3-isoksazolit)sulfanomida
Struktur kimia :
Rumus kimia : C10H11N3O3S
Berat molekul : 253,28
Kelarutan : Tidak larut dalam air dalam eter dan dalam kloroform
mudah larut dalam aseton dan dalam larutan
natrium hidroksida encer,agak sukar larut
etanol
PH larutan : -
Titik didih dan leleh : 168 ̊C – 172 ̊C
Stabilitas : stabil pada kondisi normal. Tidak stabil pada pemanasan
yang berlebihan, terpapar sinar/cahaya langsung
Inkompatibilitas : agen pengoksidasi, logam asam kuat, peroksida,
fenol
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah ttertutup tembus cahaya
Sifat khusus : Antibakteri
Koefisien partisi zat aktif : -
B. Tragacanth (HOPE hal.785)
Pemerian : Punya struktur rata berlamela,fragment melengkung atau
potongan linier dengan ketebalan 0,5 – 2,5 mm
dapat juga dalam bentuk bubuk, warna putih
kuning.
Nama lain : goat's thorn, gum Benjamin, gum diagon, tragant
Nama kimia : Tragacanth gum [9000-65-1]
Struktur kimia : -
Rumus kimia : -
Berat molekul : 840.000
Kelarutan : Sebagian larut dalam air,etanol 95% dan pelarut organic
lain meskipun tidak larut air tragacanth dapat
membentuk kekakuan 10 x saat produksi mucilage
pada air panas
PH larutan : 5 - 8
Titik didih dan leleh : -
Stabilitas : Bentuk tragacanth bubuk dan serbuk adalah stabil. Gel
tragacanth dapat mengurangi kontaminasi mikroba
dengan spesies enterobakter dan larut untuk
pengawet
Inkompatibilitas : Pada pH 7 dapat mengurangi efikasi dari antimikroba
seperti bezalkonium. Apabila PH kurang dari 5
tragacanth tidak memiliki efek untuk menurunkan
efek efikasi anti mikroba
Wadah dan penyimpanan : Dalam tempat yang sejuk dan kering
Sifat khusus : Agent pensuspensi
Koefisien partisi zat aktif : -
C. Gliserin (HOPE hal 301)
Pemerian : Cairan jernih,tidak berwarna, control higkoskopis, rasa
manis
Nama lain : Croderol,glycerine,glycol 6-100
Nama kimia : Propane-1,2,3-triol [56-81-5]
Struktur kimia :
Rumus kimia : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Kelarutan : Mudah larut dalam aseton, larut dalam benzene dan
kloroform larut dalam methanol dan air
PH larutan : -
Titik didih dan leleh :290 ̊ C dan -1,5 ̊ C
Stabilitas : Gliserin sifatnya higroskopis dapat rusak oleh pemanasan
stabil pada campuran dalam air,etanol 95% dan
propilen glikol
Inkompatibilitas : Dapat meledak dengan agent pengoksidasi gliserin
membuat asam borat
Wadah dan penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang sejuk dan kering
Sifat khusus : -
Koefisien partisi zat aktif : -
D. Sukrosa (FI IV hal. 762 dan HOPE 704)
Pemerian : Hablur putih tidak bewarna, massa berbentuk kubus, tidak
berbau rasa manis,stabil di udara, larut netral
lakmus
Nama lain : Saccarum,saccharosa dan gula
Nama kimia : β-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside [57-50-1]
Struktur kimia :
Rumus kimia : C12H22O11
Berat molekul : 342,30
Kelarutan : Mudah larut dalam air,air mendidih sukar larut dalam
etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.
PH larutan : -
Titik leleh : 160 ̊C – 168 ̊C
Stabilitas : stabil baik dengan suhu ruang dan kelembaban sedang
dapat membentuk caramel jika dipanaskaan pada
suhu 160 ̊C
Inkompatibilitas : sukrosa terkontaminasi dengan logam berat yang
dapat menjadi inkompatibel dengan bahan
pembantu seperti asam asetat. Sukrosa juga
mungkin terkontaminasi dengan sulfit, dimana
saat sulfit dalam konsentrasi tinggi dapat
merubah warna sukrosa.
Wadah dan penyimpanan : Wadah tertutup baik dan sejuk
Sifat khusus : -
Koefisien partisi zat aktif : -
E. Aquadest (FI III hal 96)
Pemerian : Cairan jernih dan transparan
Nama lain : Aquadestilata
Nama kimia : Dihidrogen oksida
Struktur kimia : -
Rumus molekul : H20
Berat molekul : 16.02
Kelarutan : -
Ph larutan : 7
Titik didih : 100 ̊C
Titik leleh :-
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : -
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sifat khusus :-
Koefisien partisi : -
Kegunaan : Pelarut
F. FD dan C Yellow ( HOPE.194)
Pemerian : Serbuk kimia kuning kemerahan, larutan cair kuning
terang
Nama lain : Sunset yellow cpc, yellow orange
Nama kimia : -
Struktur kimia :
Rumus molekul : C16H10N12NO2O,S2
Berat molekul : 452,32
Kelarutan : 1 bagian larut dalam suhu 20 ̊C dalam 38,5 bagian aseton
333 bagian etanol (75 %) 5 bagian gliserin 45,5
bagian Pb (50%) 5,3 bagian air suhu 2 ̊C dan 25
̊C/ 5 bagian air suhu 60 ̊C
Ph larutan : -
Titik didih : -
Titik leleh : -
Stabilitas : Stabil dalam pemananasan,suasana asam cukup stabil pada
cahaya matahari dan suasana basa, sedikit
stabil dalam agen pengoksidasi dan peruksidasi
Inkompatibilitas : sedikit compatible dengan asam
asetat,solution,sakarosa,larutan natrium
bikarbonat jenuh. Incompatible dengan asam
sitrat, solusio sakarosa larutan bikarbonat
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Sifat khusus :-
Koefisien partisi : -
G. Asam Benzoat (HOPE.Hal 66)
Pemerian : Asam benzoate bewarna putih atau Kristal tidak berwarna
atau bubuk. Tidak berasa dan tidak berbau dan
dengan bau yang mendekati bonzoin
Nama lain : benzene carboxylic acid, benzeneformic acid,
carboxybenzene
Nama kimia : Benzoic acid [65-85-0]
Struktur kimia :
Rumus molekul : C7H6O2
Berat molekul : 122.12
Kelarutan : larut dalam air (air ; asam benzoate = 300 ; 1)
Ph larutan : 2,8
Titik didih : 249,2 ̊C
Titik leleh : 122 ̊C
Stabilitas : larutan 0.1 % asam benzoate stabil selama selang waktu
minggu saat disimpan dalam botol polivynil
klorida. Saat ditambah kesuspensi anion
benzoate menyerap partikel obat pensuspensi.
Adsorbs tersebut merubah tegangan permukaan
yang mana akan berefek pada stabilitas fisik
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan asam organic, dengan basa dan
dengan logam berat. Efektivitas sebagai
pengawet dapat dikurangi dengan adanya
interaksi dengan kaolin.
Wadah dan penyimpanan : Ditempat tertutup dan bersih serta kering.
Sifat khusus : -
Koefisien partisi : -
IV. Rasionalisasi Preformulasi dan Formula
a. Formulasi
Suspensi Sulfamethoxazol 50mg/5ml
"Nama Bahan "Rentangan "Kadar "Fungsi "
" "Kadar (HOPE, "Formulasi " "
" "2009) " " "
"Sulfamethoxazol"- "50mg/5ml "Bahan aktif "
" " " "; fase "
" " " "terdispersi "
"Tragacanth "1% - 2% "1% "Suspending "
" " " "agen "
"Gliserin "5% "5% "Wetting agen"
"Asam benzoat "0,1% "0,1% "pengawet "
"FD & C Yellow "- "qs "Pewarna "
"Sirupus simplex"85% "15% "Pemanis "
"Aq bebas CO2 "- "Ad 60ml "Pembawa ; "
" " " "fase "
" " " "pendispersi "
b. Rasionalisasi Formula
- Zat aktif yang digunakan adalah Sulfamethoxazol, yang merupakan obat
golongan sulfonamide, bekerja secara kompetitif dengan PABA, dimana
PABA dibutuhkan bakteri untuk hidupnya. Dengan adanya sulfonamide ini,
pertumbuhan bakteri akan terhambat (bakteriostatik), karena masuknya
PABA ke dalam molekul, sehingga pembentukan asam dihidrofolat
terhambat. Sulfamethoxazol ini tergolong obat antibiotic yang
penggunaannya biasa dikombinasikan dengan trimethoprim. Indikasi dari
penggunaan sediaan suspensi adalah untuk melawan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri (antibiotika bakteriostatik). Diberikan untuk
anak-anak usia 1-6 tahun, denga dosis 50mg/5ml.
- Zat aktif Sulfamethoxazol dibuat dalam bentuk sediaan suspensi, dimana
terdapat dua fase antara fase padat yang tidak larut air, dan fase air
sebagai pembawa. Untuk membuat kedua fase saling menyatu, maka
dibutuhkan suatu suspending agent. Dan suspending agent yang digunakan
adalah tragacanth dengan konsentrasi 1%. Penggunaan 1% ini dikarenakan
menurut literature manufaktur suspense, suspending agent tragacanth
digunakan 1/10 kalinya dari gum arab. Jadi dipilih penggunaan sebesar
1% (1/10 x 10% gum arab). Diharapkan dengan penggunaan sebesar 1% ini
sudah dapat bekerja sebagai suspending agent.
- Zat aktif Sulfamethoxazol dibuat dalam bentuk sediaan suspensi, dimana
terdapat dua fase antara fase padat yang tidak larut air, jadi sebelum
didispersikan dengan fase pendispersinya, zat aktif Sulfamethoxazol
ini dibasahi terlebih dahulu dengan weting agent, yaitu gliserin,
dengan konsentrasi 5%. Penggunaan konsentrasi 5% ini disesuaikan
dengan literature US Pharmacope.
- Untuk membuat sediaan suspense tahan lama dan terhindar dari
pertumbuhan mikroba, suatu sediaan harus diberikan suatu zat
preservative atau zat pengawet. Dan penggunaan zat pengawet ini
disesuaikan dengan interaksinya terhadap zat aktif maupun suspending
agent. Tragacanth bersifat inkompatibel dengan pengawet Propyl
paraben. Jadi dalam sediaan ini tidak digunakan pengawet Methyl
paraben dan Propyl paraben, tetapi digunakan zat pengawet yaitu Asam
benzoate, dengan konsentrasi 0,1%. Hal ini menyesuaikan dengan sifat
kompatibel dari suspending agent tragacanth sendiri.
- FD & C Yellow adalah pewarna yellow sunset atau oranye yang biasanya
digunakan untuk makanan, obat-obatan maupun kosmetik yang sudah
distandardisasi oleh Badan POM. Pewarna ini digunakan dalam sediaan
suspensi, sehingga dapat menarik hati konsumen untuk meminumnya.
Digunakan FD & C Yelow ini secukupnya, sampai batas warna oranye yang
diinginkan.
- Sirupus simplex digunakan sebagai pemanis untuk sediaan suspensi ini,
karena untuk menutupi rasa pahit dari zat aktif Sulfamethoxazol
sendiri. Digunakan sebanyak 15% yang dibuat dari 85% (85 gram sukrosa
dalam 100 ml air).
- Digunakan aquadest bebas CO2 sebagai pembawa, karena sediaan suspense
terdiri dari fase terdispersi yang berupa padatan tidak larut air dan
fase pendispersi yang berupa cairan. Jadi fungsi aquades ini adalah
sebagai zat pembawa atau fase cair pendispersi. Penambahan aquadest
dilakukan di dalam beaker glass yang sudah dikalibrasi sebelumya,
yaitu 315 ml (300 ml + 5%). Kemudian baru dituang ke dalam 5 botol
dengan ukuran masing-masing botol yaitu 60 ml.
c. Perhitungan Dosis Sulfamethoxazol
Dosis Sulfamethoxazol
- Dewasa = 1 gram x 3 kali sehari
- Anak-anak = 15-30 mg/kg x 2 kali sehari
Penentuan dosis Sulfamethoxazol untuk anak-anak usia 1 – 6 tahun
- BB ideal anak = [ (Tahun x 2) + 8 ] (ISO Farmakoterapi,
2013).
Dimana anak berumur 1 tahun BB ideal 10 kg
2 tahun BB ideal 12 kg
3 tahun BB ideal 14 kg
4 tahun BB ideal 16 kg
5 tahun BB ideal 18 kg
6 tahun BB ideal 20 kg
Jumlah 90 kg
Rata-rata 15 kg
Sehingga, anak dengan BB = 15 kg
- Pemilihan dosis Sulfamethoxazol 20 mg/kg BB, sehingga
Sulfamethoxazol yang dibuat = 20 mg x 15 kg
= 300 mg sehari 2 kali, sehingga dosis 1
kali minum 150 mg
Sedangkan pada formulasi, dosis Sulfamethoxazol yang ditetapkan
sebesar 50mg/5ml (50mg dengan sendok teh), dan dapat dikonversi
menjadi 150mg/15ml (150mg dengan sendok makan).
V. PERHITUNGAN
Jumlah sediaan suspensi yang dibuat adalah 5 botol masing – masing 60 ml.
Pada masing – masing bahan dilebihkan 5 %.
Perhitungan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan suspensi Sulfasus
adalah:
a. Sulfametoksazol 50 mg / 5 ml
50 mg x 60 ml = 600 mg ( untuk 1 botol)
5 ml
50 mg x 300 ml = 3000 mg ( untuk 5 botol)
5 ml
5 x 3 g = 150 mg
100
Total Sulfametoksazol yang dibutuhkan: 3000 + 150 = 3150 mg
b. Tragakan
1 g x 60 ml = 0.6 g ( untuk 1 botol)
100ml
1 g x 300 ml = 3 g ( untuk 5 botol)
100ml
5 x 3 g = 150 mg
100
Total Tragakan yang dibutuhkan: 3000 + 150 = 3.15 g
Air yang dibutuhkan untuk membuat mucilago tragakan adalah 20
bagian dari jumlah tragan, sehingga air yang dibutuhkan:
15. x 20 ml = 63 ml
c. Sukrosa yang dibutuhkan untuk membuat sirupus simplex sebanyak
15 ml
85 g x 15 ml = 12.75 g ( untuk 1 botol)
100ml
85 g x 75 ml = 63.75 g ( untuk 5 botol)
100ml
7. x 63.75 mg = 3.2 g
100
Total Sukrosa yang dibutuhkan: 63.75 + 3.2 = 66.95 g
Air yang dibutuhkan untuk melarutkan sukrosa adalah ad 78.75 ml
d. Gliserin
5 ml x 60 ml = 3 ml ( untuk 1 botol)
100ml
5 ml x 300 ml = 15 ml ( untuk 5 botol)
100ml
5 x 15 ml = 0.75 ml
100
Total gliserin yang dibutuhkan: 15 + 0.75 = 15.75 ml
e. Asam Benzoat
0.1 g x 60 ml = 0.06 g ( untuk 1 botol)
100 ml
0.1 g x 300 ml = 0.3 g ( untuk 5 botol)
100ml
8. x 0.3 g =0.015 g
100
Total asam benzoat yang dibutuhkan: 0.3 + 0.015 = 0.315 gram
Air yang dibutuhkan untuk melarutkan asam benzoat adalah 94.5 ml
VI. PENIMBANGAN
"BAHAN "Bobot 100 ml"Bobot 300 ml ( "Bobot 300 ml + 5 "
" "(1 botol) "3 botol) "% "
"Sulfametoksazol "600 mg "3 g "3.15 g "
"Tragakan "600 mg "3 g "3.15 g "
"Sukrosa "12.75 g "63.75 g "66.95 g "
"Gliserin "3 ml "15 ml "15.75 ml "
"Asam benzoat "0.06 g "0.3 g "0.315 g "
VIII. Uji Mutu Sediaan Farmasetika Sediaan Akhir
8.1 Evaluasi Organoleptis (FI III, hal XXX)
Prinsip:
Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar emulsi
Tujuan :
Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan
Metode :
Rasa : merasakan rasa dari sediaan sirup dengan cara memberikan perasa
yang diinginkan
Bau : mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium aroma
sediaan.
Warna : melihat warna dari sediaan sirup
Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
Penafsiran Hasil :
Sediaan suspensi yang dihasilkan akan memiliki rasa manis, tidak beraroma
berwarna kuning dan berbentuk suspensi (cairan kental).
8.2 Evaluasi Bobot Jenis
Prinsip:
Perbandingan berat piknometer yang berisi sampel dengan berat piknometer
yang diisi dengan air
Tujuan :
Untuk dapat mengukur bobot jenis dari sediaan
Metode :
Evaluasi bobot jenis digunakan piknometer bersih, kering, dan sudah
dikalibrasi dengan menetapkanbobot piknometer dan bobot aor yang telah
dididihkan pada suhu 25˚C . atur suhu zat uji hingga ±20˚C dan dimasukkan
piknometer yang sudah diisi zat uji hingga 25˚C buang kelebihan lalu
ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang
telah diisi hasilnya (FI IV, Hal 1030):
Bobot jenis = (bobot pikno-sampel) – bobot pikno
(bobt pikno-air) – bobot pikno
Penafsiran hasil : -
8.3 Evaluasi pH
Prinsip:
Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan potensiometri
Tujuan :
Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode :
Penetapan pH dilakukan dengan cara potensiometri atau kolorimetri. Semua
larutan untuk penetapan pH menggunakan air bebas karbondioksida p.
pengukuran pada suhu 25˚C±2˚C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing (FI IV, hal. 1039).
Penafsiran hasil :
Sediaan suspensi yang dihasilkan akan memiliki pH 3,0-6,0
8.4 Evaluasi Volume Terpindahkan
Prinsip:
Membandingkan volume awal sediaan dengan volume akhir sediaan yang
dipindahkan untuk mengetahui kemudahan sediaan untuk dituang
Tujuan :
untuk dapat menentukan volume terpindahkan sediaan
Metode :
Untuk penetapan volume terpindahkan, tuang isi perlahan-lahan dari tiap
wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur
tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung
udara pada waktu penuangan dan di dalam tidak lebih dari 30 menit (FI IV
, hal 1261).
Penafsiran Hasil ;
Sediaan emulsi yang dihasilkan pada kelima botol yang dibuat volume
terpindahkannya 60-61ml/botol
8.5 Evaluasi Homogenitas
Prinsip :
Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan :
Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu emulsi
Metode:
Susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir diamati secara visual.
Metodenya sampel diambil pada berbagai tempat setelah emulsi dikocok.
Sampel diteteskan pada gelas objek dan diratakan dengan gelas objek lain
hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan partikel yang
terbentuk diamati visual (FI III, Hal 33).
Penafsiran hasil :
Sediaan suspensi yang dihasilkan homogeny
8.6 Evaluasi Volume Sedimentasi
Prinsip :
Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimentasi dengan volume asal (Vo)
sebelumterjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu semakin baik
suspendibilitasnya.
Tujuan :
Untuk mengetahui kestabilan suspensi
Metode:
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi yang berskala. Volume yang
diisikan berupa volume awal (Vo). Setelah beberapa waktu/hari diamati
volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume akhir tersebut diukur
(Vu). Kemudian dihitung volume sedimentasi (F) yakni dengan rumus :
F= Vu/Vo x 100%
Dimana Vo volume keseluruhan dan Vu volume endapan /sedimentasi
Penafsiran hasil :
Sediaan suspensi yang dihasilkan akan memiliki volume sedimentasi
bernilai 1 yakni akan mudah didipersikan.
8.7 Evaluasi Waktu Pendispersi
Prinsip :
Melakukan pengocokan pada tabung secara mekanik dengan kecepatan 20 rpm
diamati hingga tidak terjadi endapan
Tujuan :
Untuk mengetahui waktu yang diperlukan suspense redispersi
Metode:
Ditentukan dengan cara mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan
menggunakan yang sudah tersedimentasi ditempatkan ke silinder bertingkat
100ml. dilakukan pengocokan (diputar) 30˚ dengan kecepatan 20rpm. Titik
akhirnya adalah jika pada dasar tabung sudah tidak terdapat endapan
(Lachman, 1994)
Penafsiran Hasil :
Sediaan suspensi yang dihasilkan mudah didispersikan kembali.
IX. Tabel Data Pengamatan
9.1 Proses Pembuatan Sediaan
"No "Perlakuan "Hasil Pengamatan "
"1. "Aquadest dididihkan dan "Didapatkan aquadest bebas CO2 "
" "didinginkan dalam keadaan " "
" "tertutup " "
"2. "Penimbangan bahan aktif " "
" "dan eksipien " "
" "2.1 sulfametaksazol "Didapatkan sulfametaksazol "
" "Ditimbang sebanyak 3,15 "sebanyak 3,1503 gram di dalam "
" "gram "beaker glass "
" "Dimasukkan beaker glass " "
" "2.2 Gliserin "Didapatkan gliserin sebanyak "
" "Diukur sebanyak 15,75 ml "15,75ml "
" "2.3 Tragacanth "Didapatkan tragacanth sebanyak"
" "Ditimbang sebanyak 3,15 "3,15 gram "
" "gram "Didapatkan mucilage tragacanth"
" "Dilarutkan dalam 63 ml " "
" "aquadest " "
" "2.4 sukrosa "Didapatkan sukrosa sebanyak "
" "Ditimbang sebanyak 66,95 "66,95 gram "
" "gram "Didapatkan sirupus simpleks "
" "Dilarutkan dalam 78,75 ml "sebanyak 78,75 ml "
" "air panas " "
" "2.5 asam benzoat "Didapatkan asam benzoat "
" "Ditimbang sebanyak 0,315 "sebanyak 0,315 gram "
" "gram "Didapatkan asam benzoate 0,315"
" "Dilarutkan dalam 94,5 ml "gram yang telah larut dalam "
" "air dan diaduk hingga "94,5 ml air "
" "homogen " "
"3. "Sulfametaksazol dibasahi "Didapatkan sulfametaksazol "
" "dengan gliserin dalam "yang telah terbasahi dengan "
" "beaker glass "gliserin "
"4. "Mucilago tragacanth "Mucilago tragacanth tercampur "
" "dicampur dengan (3) sedkit"dengan sulfametaksazol yang "
" "demi sedikit dalam beaker "telah terbasahi dengan "
" "glass 500ml dan diaduk "gliserin di mortir "
" "hingga homogeny di mortar " "
"5. "(4) dicampur dengan "Didapatkan suspensi yang telah"
" "sirupus simplex dan diaduk"tercampur dengan sirupus "
" "hingga homogeny "simpleks "
"6. "(5) ditambahkan dengan "Didapatkan suspensi yang telah"
" "larutan asm benzoate dan "tercampur dengan asam benzoat "
" "aduk hingga homogeny " "
"7. "(6) ditambahkan dengan "Didapatkan suspensi yang "
" "pewarna FD&C yellow "berwarna orange "
" "secukupnya dan diaduk " "
" "hingga homogen " "
"8. "(7) ditambahkan dengan "Didapatkan suspensi sebanyak "
" "aquadest hingga mencapai "315ml dalam beaker glass "
" "315 ml " "
"9. "(8) dimasukkan botol "Didapatkan suspensi dalam 4 "
" "sebanyak 60ml pada 4 botol"botol @ 60ml dan pada gelas "
" "dan 60ml pada gelas ukur "ukur 60ml "
"10. "Dibersihkan botol dan "Botol yang berisi suspensi "
" "dikemas rapi "telah terkemas rapi "
"11. "Dilakukan uji evaluasi "Dilakukan uji evaluasi "
" "organoleptik, pH, bobot "organoleptik, pH, bobot jenis,"
" "jenis, homogenitas, volume"homogenitas, volume "
" "sedimentasi, waktu "sedimentasi, waktu pendispersi"
" "pendispersi dan volume "dan volume terpindahkan "
" "terpindahkan " "
9.2 Hasil Evaluasi
"No "Parameter "Spesifikasi "Hasil Pengamatan "
"1. "Evaluasi "Bau: tidak berbau "Hari 1 "
" "Organoleptis "Rasa: manis "Bau: tidak berbau "
" "(Bau, rasa, warna, "Warna : kuning "Rasa: manis "
" "dan bentuk) "Bentuk : suspensi "Warna : kuning "
" " "(cair) "Bentuk : suspensi "
" " " "(cair) "
" " " "Hari 2 "
" " " "Bau: tidak berbau "
" " " "Rasa: manis "
" " " "Warna : kuning "
" " " "Bentuk : suspensi "
" " " "(cair) "
" " " "Hari 3 "
" " " "Bau: tengik "
" " " "Rasa: agak kecut "
" " " "Warna : merah "
" " " "bening "
" " " "Bentuk: suspensi "
" " " "(cair)Hari 4 "
" " " "Bau: tengik "
" " " "Rasa: agak kecut "
" " " "Warna : merah "
" " " "bening "
" " " "Bentuk : suspensi "
" " " "(cair)Hari 5 "
" " " "Bau: tengik "
" " " "Rasa: agak kecut "
" " " "Warna : merah "
" " " "bening "
" " " "Bentuk : suspensi "
" " " "(cair) "
"2 "Evaluasi kejernihan"keruh "Hari 1 "
" " " "Suspensi keruh "
"3. "Evaluasi Bobot "- "Hari 1 "
" "jenis " "1,266 ± 7,07.10-5 "
"4. "Evaluasi pH (25˚C) "5,5-7,8 "Hari 1 "
" " " "3,34 ± 0,044 "
" " " "Hari 5 "
" " " "3,34 ± 0,01 "
"5. "Uji volume "60-61ml/botol "Hari 1 "
" "terpindahkan " "Botol 1 = 60ml "
" " " "Botol 2 = 60ml "
" " " "Botol 3 = 60ml "
" " " "Botol 4 = 60ml "
" " " "Botol 5 = 60ml "
" " " "Rata-rata volume "
" " " "terpindahkan = "
" " " "60ml/ botol "
"6. "Tinggi sedimentasi "F= 1 "Didapatkan "
" " " "sedimentasi volume "
" " " "akhir "
" " " "Hari ke-1= 60ml "
" " " "Hari ke-2 = 52ml "
" " " "Hari ke-3 = 48ml "
" " " "Hari ke-4 = 48ml "
" " " "Hari ke-5 = 46ml "
"7. "Kemampuan redipersi"Baik ,mudah "Dilakukan pada hari"
" " "didispersikan "ke 5. "
" " "kembali "Gelas ukur = 1 kali"
9.2.1 Data Hasil Evaluasi Organoleptik
"Parameter/"Hari ke-1 "Hari ke-2 "Hari ke-3 "Hari ke-4 "Hari ke-5 "
"Hari " " " " " "
"Bau "Tidak "Tidak "tengik "Tengik "Tengik "
" "berbau "berbau " " " "
"Rasa "Manis "Manis "Agak kecut"Agak kecut"Agak kecut"
"Warna "Orange "Orange "Merah "Merah "Merah "
" " " "bening "bening "bening "
"Bentuk "Suspensi "Suspensi "Suspensi "Suspensi "Suspensi "
" "(cair) "(cair) "(cair) "(cair) "(cair) "
9.2.2 Data Hasil Evaluasi Bobot Jenis
"Bobot pikno "Bobot pikno "Bobot "Bobot jenis "
"kosong "kosong+air "pikno+sampel " "
"23,2629 "47,9188 "51,0449 "1,1267 "
"23,2630 "47,9268 "51,0489 "1,1266 "
"23,2630 "47,9193 "51,0401 "1,1266 "
" "Rata-rata=1,266"
" "g/ml "
Bobot jenis = rata-rata bobot jenis ± SD
= 1,1266 ± 7,07.10-5
9.2.3 Data Hasil Evaluasi pH
"pH/Hari "Hari ke-1 "Hari ke-5 "
"1. "3,39 "3,33 "
"2. "3,32 "3,34 "
"3. "3,31 "3,35 "
"Rata-rat"3,34 "3,34 "
"a " " "
pH hari ke-1 = rata-rata ± SD
= 3,34 ± 0,044
pH hari ke-5 = rata-rata ± SD
= 3,34 ± 0,01
9.2.4 Data Hasil Evaluasi Volume Sedimentasi
" "Hari 1 "Hari 2 "Hari 3 "Hari 4 "Hari 5 "
"Volume "60ml "52ml "48ml "48ml "46ml "
"sedimentas" " " " " "
"i akhir " " " " " "
"Volume "60ml "60ml "60ml "60ml "60ml "
"awal " " " " " "
"Volume "1 "0,86 "0,8 "0,8 "0,76 "
"sedimentas" " " " " "
"i " " " " " "
9.3 Foto Hasil Pengamatan
" "Sediaan Suspensi di Gelas ukur "
"Hari 1 " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
"Hari 2 " "
"Hari 3 " "
"Hari 4 " "
"Hari 5 " "
9.3 Sulfasus (Suspensi Sulfamethoxazole) Suspensi
Komposisi
Tiap 15 ml (1 sendok takar) SULFASUS mengandung Sulfamethoxazole 150 mg.
Indikasi
Mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Kontraindikasi
Hipersensitif pada obat golongan sulfa, anemia megaloblastik karena
kekurangan asam folat, gagal ginjal berat, bayi dengan usia <2 bulan.
Dosis dan cara pemberian
untuk anak 1-6 tahun: 2 kali sehari 1 sendok makan
Efek samping
Gangguan pencernaan (mual, muntah, dan anorexia)
Perhatian
Gunakan secara hati – hati pada pasien dengan defisiensi G6PD, kerusakan
hepar atau pasien berpotensi tinggi untuk kekurangan folat(malnutrisi,
menhjalani terapi antikonfulsan dalam jangka panjang), perlu penyesuaian
dosis untuk pasien dengan gagal ginjal. Hindari penggunaan obat pada
pasien yang diketahui mengalami kontraindikasi dengan sulfa.
X. Pembahasan
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan
endapan halus segera terdispersi kembali. Suspense umumnya mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat
dipergunakan bahan-bahan yang disebut suspending agent. Beberapa faktor
penting dalam formulasi sediaan obat bentuk suspense adalah derajat
kehalusan partikel yang terdispersi, maka dari itu bahan aktif
Sulfamethoxazol sebelumnya digerus terlebih dahulu, untuk menghasilkan
partikel yang ukurannya lebih kecil dari sebelumnya. Selain itu, bahan
aktif tidak boleh terbentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi
dari saluran pencernaan, tidak terbentuk Kristal atau hablur dan derajat
viskositas cairan. Sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan
farmasi dalam bentuk suspense adalah suatu suspense farmasi yang dibuat
dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata bila dikocok,
karakteristik suspense harus sedemikian rupa sehingga partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyiapan, dan
suspense harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan
suspense adalah menjaga homogenitas dari partikel. Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspense adalah kecepatanpengendapan, metode
pencampuran dan jenis flocculating agent yang digunakan terhadap
kestabilan system disperse. Tetapi pada praktikum ini tidak menggunakan
bahan flocculating agent.
Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan
viskositas dan memperlambat kecepatan sedimentasi. Mekanisme kerjanya
adalah untuk memperbesar kekentalan, tetapi kekentalan yang berlebihan
akan mempersulit sewaktu proses rekonstitusi dengan pengocokan.
Suspending agent yang digunakan dalam pratikum ini adalah jenis
tragacanth.
Berdasarkan pembuatan suspensi Sulfametoksazol, didapatkan hasil
evaluasi berupa organoleptis, uji pH, uji volume terpindahkan, kemampuan
redispersi, volume sedimentasi, kejernihan, dan bobot jenis. Pada uji
organolpetik, uji yang didapatkan warna suspensi yang terjadi adalah
orange karena pewarna yang digunakan berwarna orange (FD & C yellow),
rasa manis, tidak terdapat aroma, akan tetapi pada hari kedua pengamatan
berbau tengik. Penyebab timbulnya bau tengik tersebut dikarenakan pada
sediaan tidak menggunakan antioksidan sehingga suspensi dapat mengalami
oksidasi. Untuk uji pH didapatkan hasil pH suspensi yaitu 3.34 + 0.04
dimana pH tersebut berada pada rentang spesifikasi produk seharusnya
yaitu 3 - 6. Nilai pH hari terakhir evaluasi didapatkan pH 3.34 + 0.04.
Nilai tersebut telah sesuai dengan rentang nilai pH bahan aktif dari
suspensi dan didapatkan pH yang stabil selama penyimpanan.
Pada uji volume terpindahkan antara spesifikasi produk dengan hasil
praktikum sudah sesuai yakni sebanyak 60 ml suspensi yang terpindahkan.
Untuk uji penentuan bobot jenis, hasil praktikum didapatkan 1.1266 + 7.07
x 10-5. Pada penentuan volume sedimentasi didapatkan F hari pertama
adalah 1, F hari 2 adalah 0.86, F hari 3 0.86, hari 4 adalah 0.8, dan F
hari 5 adalah 0.76. Dari hasil tersebut dapat dikatakan tinggi sedimen
pada suspensi bertambah. Berdasarkan uji kemampuan redispersi didapatkan
kemampuan redispersi sediaan suspensi hanya dengan satu kali pengocokan.
Hal tersebut menandakan bahwa suspensi yang didapattkan sudah baik dimana
karakteristik dari suspensi diantaranya adalah memiliki kemampuan
redispersi yang baik. Pada pembuatan suspensi digunakan suspending agent
berupa tragakan. Hasil suspensi yang didapatkan adalah suspensi
sulfametoksazol yang bening, dikarenakan muciloago tragacanth yang
terbentuk berwarna bening. Pada hari kedua pengamatan, didapatkan
suspensi yang mulai terbentuk sedimentasi. Bentuk ketidakstabilan yang
terjadi pada suspensi adalah sedimentasi. Ketidakstabilan yang terjadi
dapat dikarenakan suspensi pada proses pembuatannya tidak terdispersi
sempurna. Akan tetapi pada pengujian kemampuan redispersi didapatkan
suspensi yang mudah didispersikan, dimana suspensi kembali berada pada
satu fase.
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, digunakan formulasi
suspensi sebagai berikut, Sulfamethoxazol yang merupakan bahan aktif,
tragacanth yang merupakan suspending agent, gliserin sebagai wetting
agent, asam benzoat sebagai pengawet, FD& C Yellow sebagai pewarna,
Sirupus Simplex sebagai pemanis, dan aquades bebas CO2 sebagai fase
pendispersi. Dalam pembuatan sediaan suspensi diperlukan suspending agent
yang sesuai dengan bahan aktifnya dan jumlahnya juga disesuaikan, agar
didapat sediaan suspensi yang tetap stabil, dimana apabila membentuk
sedimentasi, dapat diredispersi kembali dengan pengocokan dan tidak
membentuk caking. Selain itu dapat dipertimbangkan menggunakan
antioksidan agar sediaan suspensi tidak berbau tengik akibat proses
oksidasi. Dan untuk menjaga kestabilan kimia, yaitu pH sediaan,
diperlukan suatu zat buffer.
Dapus :
Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Sukandar, E. dan Iqbal J. 2013. Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Dewasa
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta : EGC.
Troy, B. David dan Paul Beringer, 1885. Remingtoon ; The Science and
Practice of Pharmacy. US : Lippincott Williams & Wilkins.
Yoshita, 2003. Farmasi Fisik ; Dasar – Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetika. Jilid 2 Edisi 3. Yogyakarta : UGM Press.
-----------------------
- Dipanaskan
-Didinginkan dalam kondisi tertutup
Sukrosa
éh+i@i¬iËiÕiCjMjˆj?jpm–m n#n@nCnMn^nìÙÊ¿°Ê°°°ÊÊÊ¿¿¡¡¡-
$dh$Ifa$gdDh¯
-$ hdh` ha$gd¸"$-$dha$gd¸"$
-$ hdh^ ha$gd¸"$-$
Æ[?][?] h
-Ditimbang 255g
-Dilarutkan dalam 300ml aq
-Dibuat SS
-Disaring
Hasil 1
CMC Na
-Ditimbang 0,3 g
-Dilarutkan dalam 6ml aq
-Dibuat mucilago
Hasil 2
Pseudoefedrin HCL
-Ditimbang 0,9 g
-Dilarutkan dalam 90 ml aq
Hasil 4
CTM
-Ditimbang 0,06g
-Di larutkan dalam 1ml aq
Hasil 5
Xylitol
-Ditimbang xylitol sebanyak 2,5 g
Hasil 3
-Di campurkan hasil 2,3,4 dan 5 ke dalam beaker glass 500 ml
-Diaduk ad homogeny
-Ditambah hasil 1 diaduk ad homogeny
-Ditambah FD Red qs diaduk ad homogeny
-Di masukan ke dalam 5 botol yang sudah di kalibrasi
-Dimasukan Box dan diberi brosur
Hasil
Air murni