TUGAS PARASITOLOGI III
LALAT SEBAGAI VEKTOR LOIASIS
8 OFF B / Semester IV
Kelompok 2
Intan Dwi Adhisty 14.131.0610
Sri Kusuma Dewi 14.131.0611
Lia Cahya Sari 14.131.0612
Luh Made Widhyasari 14.131.0613
M. Yudha Adi Putra 14.131.0614
Ni Made Restina Juliani 14.131.0615
Ni Nengah Pariani 14.131.0617
Ni Ketut Sumitri Febrayanti 14.131.0618
Ni Putu Gita Melani 14.131.0619
Putu Sita Octaviyanti A. 14.131.0621
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya tugas makalah yang berjudul Lalat Sebagai Vektor Loiasis dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai spesies lalat yang berperan sebagai vector dari penyakit Loiasis.
Selain itu penulisan tugas ini juga bertujuan untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah Parasitologi III.
Selama menyelesaikan tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Bapak Drs. Gede Rimaya, DMM selaku dosen pengampu mata
kuliah Parasitologi III, serta segenap pihak yang telah memberikan arahan
dalam penulisan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan tugas
ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, 22 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II ISI
2.1 Morfologi Lalat Chrysops sp. 4
2.2 Penyebaran Lalat Chrysops sp. 8
2.3 Siklus Hidup Chrysops sp. 9
2.4 Penyakit yang Diakibatkan Dari Chrysops sp. 9
2.5 Gejala-Gejala Klinis Dari Penyakit Loiasis 10
2.6 Diagnosis Laboratorium Dari Penyakit Loiasis 10
2.7 Pencegahan dari Penyakit Loiasis 11
2.8 Pengobatan dari Penyakit Loiasis 12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lalat famili Tabanidae termasuk dalam kelompok besar yang terdiri dari
genus-genus pernakan sari tumbuhan dan genus-genus pemakan darah, antara
lain Chrysops (lalat tegopati , lalat tohpati atau lalat krisop), Tabanus
( lalat piteuk, lalat petak atau lalat pitak) dan Haematopoa. Lalat ini
dikenal sebagai lalat yang besar dengan panjang 5 - 25 mm, tegap dan
bentangan sayap mencapai 6,5 cm. Mengalami metamorfosa sernpurna dari
telur, larva, pupa sampai dewasa dalam waktu beberapa bulan sarnpai tahun
tergantung spesies dan suhu sekitar. Masa pra dewasa terutama dihabiskan
pada tempat-tempat yang bersifat. akuatik atau semiakuatik, seperti
persawahan, rawa-rawa, lumpur atau kolam air tawar dan payau. Lalat
dewasa aktif pada siang hari dan hanya yang betina yang menghisap darah
dan bersifat anotogeni. Lalat ini tersebar hampir di seluruh dunia (
kosmopolitan) dan di Indonesia sampai dengan tahun 1926 diketahui
terdapat 21 jenis Chrysops, 21 jenis Haematopota, dan 67 jenis Tabanus.
Jenis-jenis yang masih ada sampai saat ini belum diketahui . Sejak dulu
secara eksperimen lalat famili Tabanidae terbukti sebagai vektor penyakit
surra yang baik. Surra adalah salah satu bentuk tripanosomiasis pada
hewan yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi. Menyerang bangsa kuda,
unta, ruminansia serta anjing dan kucing yang ditandai dengan kelemahan,
anemia dan ikterus, udema di bagian bawah tubuh, pengeluaran cairan mukus
sampai purulen dari hidung dan mata serta gejala-gejala syaraf pada yang
kronis. Penyakit ini dianggap berasal dari Afrika dan menyebar luas
hampir di seluruh dunia. Di belahan Barat dikenal sebagai Surra Amerika
sedangkan di sebelah Timur mulai dari bagian paling barat Afrika sampai
Filipina, termasuk Indonesia dan kepulauan Samudera Hindia.
Lalat ini memiliki nama lain yaitu lalat rusa. Klasifikasi dari lalat
Chrysops sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dipthera
Family : Tabanidae
Subfamily : Chrysopsinae
Tribus : Chrysopsini
Spesies :
- C. altivagus - C. reliticus
- C. caecutiens - C. sepulcralis
- C. carbonarius - C. subcaecutiens
- C. coloradensis - C. surdus
- C. excitans - C. tidwelli
- C. facialis - C. univittatus
- C. lateralis - C. viduatus
- C. niger - C. vitattus
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana morfologi dari lalat Chrysops sp.?
2. Bagaimana penyebaran dari lalat Chrysops sp.?
3. Bagaimana siklus hidup dari lalat Chrysops sp.?
4. Apa saja penyakit yang diakibatkan dari lalat Chrysops sp.?
5. Bagaimana gejala klinis dari penyakit Loiasis?
6. Bagaimana diagnosis laboratorium dari penyakit Loiasis?
7. Bagaimana pencegahan dari penyakit Loiasis?
8. Bagaimana pengobatan dari penyakit Loiasis?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan pembuatan
makalah sebagai berikut.
1. Mengetahui morfologi dari lalat Chrysops sp.
2. Mengetahui penyebaran dari lalat Chrysops sp.
3. Mengetahui siklus hidup dari lalat Chrysops sp.
4. Mengetahui penyakit yang diakibatkan dari lalat Chrysops sp.
5. Mengetahui gejala klinis dari penyakit Loiasis
6. Mengetahui diagnosis laboratorium dari penyakit Loiasis
7. Mengetahui pencegahan dari penyakit Loiasis
8. Mengetahui pengobatan dari penyakit Loiasis
4. Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan mengenai
karakteristik dari lalat Chrysops sp.
2. Paramedis
Paramedis mendapatkan tambahan informasi mengenai lalat Chrysops sp.
sehingga mengetahui penyakit yang dapat disebabkan oleh lalat tersebut dan
cara pengobatannya.
3. Masyarakat
Masyarakat mendapatkan tambahan informasi mengenai lalat Chrysops sp.
sehingga mengetahui gejala klinis dan cara pencegahan penyakit akibat
tergigit spesies tersebut.
BAB II
ISI
2.1 Morfologi Lalat Chrysops sp.
Morfologi lalat Crysops menjelaskan ciri-ciri serta bagian-bagian
dari lalat Crysops secara umum. Lalat Crysops memiliki morfologi sebagai
berikut.
Terdiri dari 60 genus yang termasuk family Tabanidae hanya Chrysops yang
berperan sebagai vektor penyakit pada manusia. Nama lainnya adalah lalat
Tabanid, dan lalat rusa (deer fly)
Tubuh kuat, warna mengkilap
Lalat Chrysops ialah Tabanid kecil, memiliki antena langsing, mata
berwarna terang, abdomen berwarna kuning dengan garis-garis gelap
Kebiasaannya dalam hutan yang teduh dan lapangan rumput savana. Lalat
betina menghisap darah, menyerang pagi dan sore menjelang malam.
"Ciri "Lalat Rusa "
"Ukuran (panjang)"hampir semua spesies 0,25-0,33 inci "
"Antena "lebih panjang dari kepala, hampir seragam"
" "ramping "
"Sayap "gelap atau bercak pada latar belakang "
" "yang jelas "
"Perilaku makan "sebagian besar spesies akan menggigit "
" "manusia "
"Perilaku makan "akan menggigit hewan stasioner "
1. Telur
Dalam kelompok pada bagian bawah daun tanaman air yg berlumpur
Ukuran kecil 1-2,5 mm, warna putih kekuningan abu-abu hitam, bentuk
melengkung / seperti sigaret
jumlah telur 100-1000 buah
telur menetas dalam 5-7 hari, tergantung pada kondisi cuacanya
2. Larva
Berada dalam air yang berlumpur, bentuk silindris, kedua ujung
runcing, warna putih kekuningan, coklat atau hijau bernoda hitam.
Kepala kecil warna hitam, mempunyai abdomen yang terbagi dalam 11-12
segmen
Tiap segmen abdomen terdapat bagian seperti cincin yang melingkar &
terdapat tonjolan seperti kaki palsu / pseudopoda
Ujung abdomen terdapat alat nafas / siphon dan alat sensoris yang
bentuknya piriform disebut organ grabers
Habitat air berlumpur dan sisa daun yang membusuk, sifatnya predator,
pemakan bangkai, canibal, menggigit kaki manusia yang masuk kedalam
lumpur
Stadium larva dapat mencapai 3 tahun dan memiliki 6-13 stadium
Larva matur memiliki ukuran 1 - 6 cm, bergerak ketempat kering
berubah menjadi pupa
Makanan zat organik yang membusuk
Gambar 4. Larva Khas spesies Tabanidae.
3. Pupa
Kepompong berwarna cokelat, bulat anterior, posterior lonjong,
memiliki kaki dan sayap melekat pada tubuh
Menembus permukaan lumpur yang mengering dengan posisi terbalik
Ukuran 6-35 mm, agak melengkung warna coklat
Tubuh: cephalothorax dan abdomen, memiliki bagian lateral spirakel,
ujung abdomen terdapat 6 lobus berspina (caudal aster)
Tahap pupa umumnya berlangsung 2-3 minggu
Gambar 5. Khas Tabanidae pupa.
4. Dewasa
Makanannya berupa cairan tumbuhan, betina menghisap darah mamalia,
reptilia, burung dan manusia pada siang hari yg cerah
Kemampuan terbang jauh, istirahat di hutan / semak
Gigitannya cukup dalam , sakit & timbul perdarahan pada hewan ternak
(kuda, sapi, kerbau, kera)
Musim hujan populasi > musim kemarau
Sebagian besar spesies laki-laki muncul sebelum betina
Lalat jantan matanya bersebelahan dan agak renggang pada betina
Antena bersegmen tiga
Pada dada dan perut ditumbuhi bulu-bulu halus
Rentan panjang 7-10 mm
Warna kuning hingga hitam, memiliki garis-garis di perut, dan memiliki
sayap berbintik-bintik dengan bercak-bercak hitam
Gambar 6. Lalat Betina Dewasa
2.2 Penyebaran Lalat Chrysops sp.
Daerah endemi adalah daerah lalat Chrysops silacea dan Chrysops
dimidiate yang mempunyai tempat perindukan di hutan yang berhujan dengan
kelembapan tinggi. Lalat ini menyerang manusia, yang sering masuk hutan,
maka penyakitnya lebih sering ditemukan pada pria dewasa.
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa di hutan yang berhujan dan
sekitarnya. Ditemukan di Afrika tropic bagian Barat dari Sierra Leone
sampai Angola, lembah sungai Kongo, Republik Kongo sendiri, Kemerun dan
Nigeria bagian Selatan.
Distribusi geografis Loiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan
rawa kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kemerun dan Sungai Ogowe.
2.3 Siklus Hidup Chrysops sp.
Beberapa spesies selain menghisap darah manusia ada yang menghisap
darah mamalia. Lalat ini aktif siang hari, mulai terbit matahari sampai
jam 10 dan jam 16 sampai senja. Lalat betina meletakkan 200-800 telur
pada tumbuhan air, rumput dan batu karang. Menetas 4-5 hari, melewati 6
kali pergantian kulit dan kemudian jatuh ke dalam air, lalu masuk ke
dalam lumpur atau pasir. Setelah mellui beberapa stadium, larva mencari
tanah yang kering kemudian menjadi pupa. Lalat dewasa keluar dari pupa 10-
18 hari kemudian melakukan kopulasi. Daur hidup di daerah tropik dalam
waktu 4 bulan atau lebih, di daerah dingin sampai 2 tahun.
2.4 Penyakit yang Diakibatkan Dari Chrysops sp.
Lalat Chrysops bertindak bertindak sebagai vektor dari cacing Loa loa
yang menimbulkan penyakit Loiasis dan sebagai vektornya Chrysops dimidita
dan Chrysops silacea. Vektor dari Pasteurella tularensis yang menimbulkan
penyakit Tularemia dan vektornya adalah Chrysops discalis. Sebagai vektor
dari penyakit Surra dan Anthrax vektornya adalah Tabanus striatus.
2.5 Gejala-Gejala Klinis Dari Penyakit Loiasis
Sebagian besar orang yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala
apapun, bahkan hingga beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terinfeksi. Cacing akan tinggal diam di dalam tubuh inangnya, tersembunyi
di balik kulit selama bertahun-tahun.
Gejala Loiasis yang biasa ditemukan adalah gatal dan pembengkakan
(hilang-timbul) pada bagian tubuh yang tidak terasa nyeri. Pembengkakan
ini dapat terjadi di bagian tubuh manapun, tetapi lebih sering terjadi
berdekatan dengan daerah persendian.
Selain itu, penderita juga dapat menemukan adanya cacing yang keluar
di permukaan bawah bola matanya. Kadangkala, penderita juga menemukan
adanya cacing yang keluar dari dalam kulitnya.
Gejala lainnya yang lebih jarang ditemukan adalah rasa gatal di
seluruh tubuh, nyeri otot, nyeri sendi, dan merasa sangat lelah. Pada
pemeriksaan darah biasanya ditemukan peningkatan kadar eosinofil.
Pengeluaran cacing pada mata melalui tindakan pembedahan tidak dapat
menyembuhkan infeksi cacing, karena cacing mungkin juga terdapat pada
bagian tubuh lainnya. Pemberian obat anti parasit harus dipertimbangkan
karena dapat menimbulkan efek samping berbahaya. Berkonsultasilah
terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum mulai mengkonsumsi obat-obatan
apapun.
2.6 Diagnosis Laboratorium Dari Penyakit Loiasis
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang
diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva
mata ataupun dalam jaringan subkutan.
Blood sample examination, menggunakan sediaan apusan untuk menemukan
mikrofilaria. Menggunakan pewarna giemsa atau hematoxyclin dan eosin.
Untuk meningkatkan sensitivitas dapat dilakukan sentrifugasi sampel dalam
larutan formalin 2% (cara Knott's) atau filtrasi menggunakan membran
nucleopore
Calabar Swellings
Immunoassay, untuk mendeteksi antigen
a) LIPS (luciferase immunoprecipitation assay)
b) QLIPS (LIPS quick version)
Hanya membutuhkan inkubasi 15 menit
Sensitivitas dan spesifisitas tinggi ( 97% dan 100%)
c) ELISA
Biopsi Subkutan
2.7 Pencegahan dari Penyakit Loiasis
Pencegahan dari penyakit Loiasis dilakukan dengan menghindari gigitan
lalat. Menghindari lalat dapat dilakukan dengan :
1. Perbaikan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat, seperti:
1) Kandang ternak
2) Peternakan / kandang burung
3) Timbunan pupuk kandang
4) Kotoran Manusia
5) Sampah basah dan sampah organik
6) Tanah yang mengandung bahan organik.
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman
penyakit
d. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan
lalat
2. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara
fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
1) Cara fisik
a) Perangkap Lalat (Fly Trap)
b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)
c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang
angin/ventilasi.
e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan
lapisan kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup
sendiri.
2) Cara kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk
periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resiten
yang cepat.
2.8 Pengobatan dari Penyakit Loiasis
Ø Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari
selama 14 hari. Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat anthelmintic yang
tidak menyerupai senyawa antiparasit lain. Ini adalah senyawa organik
sintetis yang sangat spesifik untuk beberapa parasit dan tidak mengandung
unsur logam beracun. Sistem Kerja dari Diethylkarbamazin: Diethylkarbamazin
akan menurunkan aktivitas otot yang mengakibatkan paralysis lalu mengubah
pertahanan microfilaria sehingga mudah dihancurkan
Ø Pembedahan untuk mengeluarkan cacing dewasa yang dapat dilakukan pada
waktu melintasi jaringan punggung hidung atau pada waktu tampak di
konjungtiva kornea.
Ø Ivermectin (22,23-dihydroavermectin B1a + 22,23-dihydroavermectin B1b)
adalah sebuah spektrum luas obat antiparasit. Ini dijual di bawah nama
merek Stromectol di Amerika Serikat, Mectizan di Kanada oleh Merck dan
Ivexterm di Meksiko oleh Valeant Farmasi Internasional. Sistem kerja dari
Ivermektin yaitu mengubah kadar klorida yang menyebar pada tubuh cacing
sehingga cacing mengalami paralysis dan mati. Lengkapnya: Sistem kerja
Ivermectin Ivermectin dan avermectins (insektisida yang paling sering
digunakan di rumah-menggunakan umpan semut) adalah macrocyclic lactones
berasal dari bakteri Streptomyces avermitilis. Ivermectin membunuh dengan
mengganggu sistem saraf dan fungsi otot, khususnya dengan meningkatkan
penghambatan neurotransmisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa lalat Chrysops sp.
memiliki karakteristik diantaranya:
Lalat Chrysops ialah Tabanid kecil, memiliki antena langsing, mata
berwarna terang, abdomen berwarna kuning dengan garis-garis gelap
Parasit ini tersebar di daerah khatulistiwa di hutan yang berhujan dan
sekitarnya.
Lalat ini aktif siang hari, mulai terbit matahari sampai jam 10 dan jam
16 sampai senja.
Lalat Chrysops bertindak bertindak sebagai vektor dari cacing Loa loa
yang menimbulkan penyakit Loiasis.
Gejala Loiasis yang biasa ditemukan adalah gatal dan pembengkakan (hilang-
timbul) pada bagian tubuh yang tidak terasa nyeri.
Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang
diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva
mata ataupun dalam jaringan subkutan.
Pencegahan dari penyakit Loiasis dilakukan dengan menghindari gigitan
lalat.
Pengobatan Loiasis dilakukan dengan penggunaan dietilkarbamasin (DEC) ,
pembedahan untuk mengeluarkan cacing dewasa, dan Ivermectin.
3.2 Saran
a. Masyarakat atau pembaca
Masyarakat atau pembaca disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan
agar terhindar dari lalat Chrysops sp.
b. Mahasiswa/peneliti selanjutnya
Mahasiswa/peneliti selanjutnya disarankan agar tidak cepat puas dengan
informasi yang ada dalam makalah ini, dan disarankan untuk mengkaji lebih
luas lagi mengenai lalat Chrysops sp.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-publichealth.com/jenis-dan-bionomik-lalat/
https://tothelastbreath.wordpress.com/2010/12/25/loiasis/
https://www.scribd.com/doc/178915317/Makalah-Pak-Kodir
http://antisera.wen.su/filaria.html
http://www.resep.web.id/kesehatan/filariasis-limfatik-kaki-gajah-di-
indonesia.html
https://www.dokter.id/berita/loa-loa-cacing-menjijikan-yang-menggerogoti-
mata-manusia
-----------------------
Gambar 2. Chrisops sp., Massa telur setelah gelap.
Gambar 1. Chrisops cincticornis bertelur.
Gambar 3. Habitat khas yang digunakan oleh lalat untuk meletakkan
telur