MAKALAH PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dosen Pengampu: Drs. Sudardjo Disusun Oleh: Aditya Jatmika
PS 05855
Akhi Akhiru rull Syah Syah Rama Ramada dani nial al
PS 0571 05719 9
Erfan Fiandhita
PS 05824
Muhamad Sholeh S.
PS 05862
Wurgan Rahadian
PS 05820
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2011 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah tugas psikologi lingkungan dengan judul “PSIKOLOGI, RUMAH, DAN TEMPAT TINGGAL” Tidak lupa kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Sudardjo selaku dosen mata kuliah Psikologi Lingkungan yang telah membimbing kami proses penyelesaian tugas ini dapat berjalan dengan lebih baik, efisien, dan komprehensif. Akhir kata, dalam penyusunan makalah sederhana ini, tentunya masih banyak adanya kekurangan maupun kesalahan. Maka dari itu, kami selaku penulis membuka hati apabila ada pembaca yang berkenan menyampaikan kritik dan sarannya yang tentunya membangun. Kami ucapkan selamat mempelajari makalah kami dan semoga bermanfaat.
Hormat kami,
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................2 DAFTAR ISI..........................................................................................................3 BAB I: PENDAHULUAN ...................................................................................4
1. 1. Latar Belakang Masalah..........................................................................4 1. 2. Rumusan Masalah....................................................................................5 1. 3. Tujuan......................................................................................................5 BAB II: PEMBAHASAN ....................................................................................6
2. 1. Hubungan antara manusia dengan lingkungan........................................6 2. 2. Pendekatan psikologi lingkungan dengan berbagai disiplin ilmu............6 2. 3. Kualitas lingkungan................................................................................17 BAB III: PENUTUP ...........................................................................................21
3. 1. Kesimpulan.............................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air , energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik . Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikroorganisme (virus dan bakteri). Dewasa ini banyak aspek yang membawa dampak pada kehidupan manusia, banyaknya masalah juga timbul dari berbagai masalah tersebut. Salah satu masalah yang harus dihadapi seorang individu adalah masalahnya dengan lingkungan dia hidup dan bagaimana efek yang didapat dari hubungan seorang individu tersebut dengan lingkungannya.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah: a.
Apa yg dimaksud dengan transactional interdependency antara
manusia dengan
lingkungannya?
b. Mengapa psikologi lingkungan memerlukan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu? c.
Perbedaan dalam hal apakah dibedakannya ambient condition dan
architectural features?
4
1.3.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain: a.
Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan lingkungannya.
b. Untuk
mengetahui ilmu-ilmu yang terkait dengan psikologi
lingkungan. c.
Untuk mengetahui kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi
individu dan mempengaruhi perilaku. d. Untuk memenuhi tugas makalah dalam kuliah Psikologi Sosial.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Hubungan Antara Manusia dengan Lingkungan
Menurut Mery dan Tryst (dalam Soesilo, 1989) melihat bahwa hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi ketergantungan satu sama lain. Hal ini hampir sama dengan pendapat Guilford, yaitu manusia mempengaruhi lingkungannya. Untuk selanjutnya lingkungan akan mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya. Hal ini diperkuat oleh Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi anatar perilaku dan pengalaman manusia sabagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial. Sebagai contoh nyata adalah adanya fungsi lingkungan sebagai proses sentral dari pembentukan personal, agresi, dominasi, bekerja sama, penguasaan dan kegiatan mengorganisir. Pengaruh estetika dalam kota juga sangatlah diperlukan. Hal itu dapat berpengaruh terhadap kenyamanan masyarakat yang hidup di kota serta dapat mempengaruhi pola perkembangan kota itu sendiri. Jika keadaan kota yang disusun berdasarkan esetika yang baik maka akan terciptalah suatu kenyamanan yang baik pula, baik dalam segi transportasi, bangunan, pemandangan serta dapat memberikan stimulus yang baik pula bagi individuindividu yang tinggal di kota tersebut. Jika kita kembali lagi ke permasalahan manusia dengan ruang lingkupnya sehari-hari maka akan banyak terjadi permasalahan di dalamnya. Contoh adalah dalam suatu ruangan yang ditambah perabotan secara terusmenerus. Jika hal tersebut terjadi maka akan timbulnya kesesakkan karena 6
ruangan akan menjadi sempit dan kurangnya sirkulasi udara dan cahaya yang terlihat dari luar dan udara yang masuk kurang banyak. Sehingga kondisi diruangan tersebut akan mengalami pemanasan udara jadi ruangan tersebut akan terasa panas dan sesak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
transaksi
antara
individu
dengan
lingkungan,
misalnya
bagaimana pengaruh desain fisik (ruang atau bangunan) terhadap aspekaspek psikologis, seperti persepsi, kognisi, relasi sosial, perilaku abnormal, dan hal lainnya yang berkaitan.
2.2.
Pendekatan Psikologi Lingkungan dengan Berbagai Disiplin Ilmu
Hal ini dikarena psikologi lingkungan memiliki kaitan dengan ilmu– ilmu lain, seperti yang di jelaskan oleh Kurt Lewin. Ia mengatakan bahwa : “Selama manusia berinteraksi dengan lingkungan, ada kekuatan-kekuatan yang terjadi. Komponen-komponen tersebut menggerakkan kekuatankekuatan dalam bentuk daya tarik/tolak serta daya mendekat/menjauh. Interaksi ini terjadi pada lapangan psikologi individu sehingga nantinya mencerminkan tingkah laku individu tersebut”. Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Psikologi lingkungan berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi tanaman, hewan, objek material, dan manusia. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan ketegangan lingkungan (environmental stress). Berikut ini adalah contoh kasus yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari:
7
A. Keadaan ruangan yang akan memicu kejiwaan seseorang, suhu, suasana dan sifat cahaya. Jadi pengaruh lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat bersifat internal, eksternal, dan transendental. B. Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang mempengaruhi sikap dan mental manusia. Apabila kebudayaan dan kearifan
lokal
kita
pahami
sebagai
perjuangan
manusia
untuk
mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan. C. Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
2.3.
Kualitas Lingkungan
Wrighstman dan Deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan: A. Ambient Condition Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu dan mempengaruhi perilaku yaitu; kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan dan warna. 1.
Kebisingan, Temperatur dan Kualitas Udara Ancok (1989) keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan
mempengaruhi emosi para penghuni. Kebisingan menurut Rahardjani
8
(1987)
juga
akan
berakibat
menurunnya
kemampuan
untuk
mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak. a. Kebisingan Menurut Sarwono (1992) terdapat tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis yang dianggap bising, yaitu; volume, perkiraan dan pengendalian. Menurut Holahan (1982) hasil penelitian laboratorium menunjukan bahwa kebisingan secara psikologis dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus dapat diasosiasikan dengan stres. b. Suhu dan polusi udara Menurut Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara dapat menimbulkan dua efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku. Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : warna dinding dala dan luar rumah, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni. Aliran udara menurut Mom dan Wielsebrom (dalam Siswanto, 1986) sangat penting karena secara fisiologis aliran udara berfungsi sebagai pasokan oksigen untuk pernapasan, mengalirkan uap air yang berlebih dan asap, mengurangi konsentrasi gas dan bau, mendinginkan suhu dan membantu penguapan keringat manusia. c. Pencahayaan dan warna Menurut Fisher, dkk (1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Ruang yang gelap tentu saja lebih kondusif untuk menjalin keintiman daripada ruangan yang diberi pencahayaan terang. Corwin Bennet (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa penerangan yang lebih kuat ternyata mempengaruhi kinerja visual kita menjadi semakin cepat
9
dan teliti. Warna dapat mempengaruhi kita secara langsung maupun ketika menjadi bagian dari suatu seting. Warna juga dapat menentukan seberapa baik pencahayaan suatu ruangan tampak oleh kita. Sedangkan menurut Wright dan Rainwater, temperatur yang panas seringkali diasosiasikan dengan warna merah atau oranye. Sedangkan biru dan hijau diasosiasikan sebagai dingin. Warna yang gelap dan tidak jelas menimbulkan batas dalam bersosialisasi. Dalam penelitiannya, efek tergantung pada konteks lingkungan kita berada. Misalanya, tempat yang gelap dalam kota mungkin sangat suram atau menakutkan. Sedangkan pada setting lainnya, mungkin akan terasa sangat romantis, dan memfasilitasi keintiman bersosialisasi. d. Privasi Suatu aspek yang paling penting dari desain interior adalah jumlah
privasi
yang
dihasilkan
dalam
suatu
lingkungan
masyarakat. Altman mendefinisikan privasi sebagai “kontrol yang selektif terhadap akses individu dalam kelompok”. e. Letak jendela Penelitian terhadap pasien di suatu Rumah sakit. Penelitian telah dilakukan oleh Ullrich, yang menunjukkan bahwa pasien yang merasa nyaman dengan lansekap ruang perawatan paska operasi membutuhkan masa penyembuhan yang relatif singkat, memerlukan dosis obat penahan rasa sakit yang lebih sedikit pula dan tidak memiliki banyak keluhan dengan perawat. B. Architectural Features Yang tercakup didalamnya adalah seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya didalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap serta pengaturan perabot dan
10
dekorasi. Dalam suatu gedung architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainya. Arsitektur dan desain adalah bentuk seni. Kualitas estetis dari lingkungan yang dibentuk dapat sangat mempengaruhi seperti halnya keindahan alamiah. Lingkungan yang menarik juga dapat membuat orang merasa lebih baik. Pengaturan perabotan dalam ruangan dapat pula mempengaruhi cara orang mempersepsi ruang tersebut. Dapat pula digunakan untuk membantu mengatur perencanaan tata ruang arsitektur suatu seting.
11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hubungan
manusia
dengan
lingkungannya
selalu
dipengaruhi
berbagai aspek. Semua yang berada di lingkungan fisik di sekitar manusia akan mempengaruhi manusia secara psikologis. Sudah banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan hal tersebut. Karena lingkungan tempat hidup merupakan salah satu aspek pembentuk manusia selama hidupnya. Berbagai masalah pun telah terjawab dengan diselesaikannya makalah ini.
Seperti,
lingkungannya,
transacsional tentang
interdepency
mengapa
psikologi
antara
manusia
lingkungan
dengan
memerlukan
pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, dan juga dalam hal apakah ambient condition dan architectural features dibedakan. Tiga pertanyaan itulah yang nantinya akan mendefinisikan bagaimana hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam hubungan manusia dengan lingkungannya telah dijelaskan bagaiman manusia dengan lingkungannya telah mempengaruhi satu dengan lainnya. Dengan kata lain mereka telah tergantung antara satu dengan lain. hal ini juga telah diperkuat pendapat oleh berbagai pihak. Sebut saja Veitch dan Arkkelin (1995), yang mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi antar perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.
12
Di dalam pembahasan telah dijelaskan mengapa psikologi lingkungan memerlukan pendekatan dari berbagai ilmu. Lingkungan dengan sendiri merupakan gabungan dari berbagai komunitas, habitat, budaya, individu, dan lain-lain yang merupakan hasil dari lingkungan itu sendiri. Dan sedangkan hal-hal tersebutlah yang akan membuat psikologi lingkungan itu sendiri juga membutuhkan berbagai interdisipliner ilmu agar seorang individu dapat memanfaatkan dan juga melestarikan lingkungannya. Ambient condition merupakan kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu dan mempengaruhi perilaku. Sedangkan architectural features lebih pada lingkungan fisik tetap dan ada di sekitar individu. Mereka sangat berbeda karena namun berhubungan. Ketika architectural features datang, maka akan menimbulkan ambient condition tersendiri dan akan berbeda pada setiap tempat dengan desain yang berbeda pula. Setelah permasalahan dalam rumusan masalah terjawab, tinggal bagaimana kita menyikapinya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sekali lagi kita akan dikembalikan pada individu-individu masing-masing untuk menyelesaikan permasalahannya dengan lingkungannya. Karena tak lain dan tak bukan, kita adalah individu yang mencoba berguna bagi lingkungan fisiknya masing-masing. Dengan memanfaatkan tetapi tetap melestarikannya agar masih dapat dilihat keindahannya bagi individu yang lebih muda setelah masa kita. Begitulah makalah kami buat sehingga mampu menjawab tentang rumusan-rumusan masalah yang kami buat sendiri ketika berhadapan permasalahan lingkungan yang semakin banyak dewasa ini. Semoga dapat berguna bagi tujuan besar yang ingin dicapai dalam makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bell, P. A. Greene, T.C. Fisher, J.D. Baum, A. 1996. Enviromental Psychology 4th. ed . Florida: Holt, Rinehart, and Winston Inc. Gifford, R. 1987. Environmental Psychology, Principles and Practice. Boston: Allyn and Bacon, Inc. http://wartawarga.gunadarma.ac.id. Diakses Selasa, 15 Maret. Pada pukul 17:13
14
LAMPIRAN
PERTANYAAN 1.
Hasrat untuk menemukan perasaan masuk dalam kelompok dan bersama melalui interaksi, merupakan salah satu kebutuhan kepuasan melalui formasi kelompok, yakni: a. Need for control b. Need for affection c. Need for inclusion
d. Need for satisfaction 2.
Dalam perspektif psikodinamik Freud, alas an seseorang tergabung dalam suatu kelompok adalah: a. Untuk mendapat pengakuan eksistensi dari orang lain. b. Untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis seseorang.
c. Berlindung dari pengaruh buruk yang mungkin diterimanya. d.
3.
Sebagai bentuk manusia sebagai makhluk ‘homo social ’
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan berafiliasi, kecuali: a. Kebudayaan b. Situasi yang bersifat psikologis c. Perasaan dan kesamaan
15
d. Dorongan dari dalam diri
4. Manakah yang bukan termasuk kegagalan Forming a. Campur tangan b. Ketegangan kelompok c. Investasi Pribadi
d. Penolakan Sosial 5. Hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi kebutuhan afiliasi, kecuali a. Biaya interaksi kelompok
b. Situasi yang bersifat psikologis c. Kebudayaan d. Perasaan dan kesamaan
16