BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manaat Penulisan
BAB II PEMABAHASAN 2.1 Inkontinensa Urine 2.1.1 Definisi Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Jika Inkontinensia urin terjadi akibat kelainan inflamasi ( sistitis ), mungkin sifatnya hanya sementara. Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius ( paraplegia ), kemungkinan besar sifatnya akan permanent (Smeltzer & G.Bare. 2002).
2.1.2 Etiologi Etiologi umum yang terjadi pada pasien incontinnsia adalah : Gejala infeksi saluran kemih
Serangan bakteri memicu infeksi lokal yang mengiritasi mukosa kandung kemih dan menyebabkan dorongan kuat untuk buang air kecil. Kemudian mendesak pengeluaran urin, yang mungkin satu-satunya tanda peringatan dari infeksi saluran kemih, juga dapat disertai dengan frekuensi kencing, disuria, dan urin berbau busuk Atrofi vaginitis Atrofi atau peradangan pada vagina akibat penurunan yang signifikan dari kadar estrogen; kurangnya estrogen dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot-otot dasar panggul. atrofi mukosa vagina juga menyebabkan ketidak nyamanan vagina, rasa terbakar, gatal, dan terkait dispareunia Efek samping obat Polifarmasi dan penggunaan α-adrenergik, neuroleptik, benzodiazepines, bethanechol, cisapride, diuretik, antikolinergik, agen anti-Parkinsonian, β-blocker, disopyramides, angiotensin-converting enzyme inhibitor, narcoleptics, atau obat psikotropika dapat memperburuk inkontinensia, efek sedatif dan benzodiazepin dapat mengganggu kemampuan pasien untuk mengendalikan fungsi kandung kemih, sehingga urge incontinence iatrogenik Diuretik dan meningkatkan Volume kemih konsumsi cairan c epat dan berpotensi memperburuk gejala inkontinensia urin. Konsumsi kopi dan alkohol Kopi menyebabkan kedua efek diuretik dan efek iritasi i ndependen, sehingga mengisi kandung kemih yang cepat dan keinginan yang mendesak dan tidak sukarela untuk buang air kecil. Alkohol, ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar, juga dapat menumpulkan kemampuan kognitif pasien untuk mengenali dorongan untuk buang air kecil, sehingga inkontinensia.
Inkontinensia urin biasanya berhubungan dengan penyakit fisik yang mendasari, termasuk disfungsi kandung kemih, melemah dasar panggul atau otot kandung kemih, penyakit neurologis, operasi panggul sebelumnya, atau obstruksi saluran kemih.
4
Hypoestrogenic states, penuaan, dan kelainan jaringan ikat dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot-otot dasar panggul
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan inkontinensia kronis meliputi:
Gejala sisa kehamilan dan masa nifas Etiologi berdasar pada faktor tertentu diantaranya; Penyebab inkontinensia stress Inkontinensia stres terjadi ketika tekanan di dalam k andung kemih terisi air kencing lebih bsar dari kekuatan uretra untuk tetap tertutup. Uretra anda mungkin tidak dapat tetap menutup jika: Otot panggul anda lemah ataurusak Sfingter uretra anda rusak setiap tekanan ekstra mendadak pada kandung kemi, seperti ertawa atau bersin, dapat menyebabkan urin yang k eluar dari uretra. Hilangnya kekuatan dalam uretra disebabkan oleh: Kerusakan saraf saat melahirkan
Meningkatkan tekanan pada perut anda
Kurangnya hormon estrogen pada wanita
Konsumsi obat tertentu
Penyebab urge incontinence
Kebutuhan buang air kecil dapat disebabkan oleh masalah dengan otot detrusor pada dinding kandung kemih. Otot-otot detrusor ril eks untuk memungkinkan kandung kemih untuk mengisi dengan air kencing, dan kontraksi ketika ingin pergi ke toilet untuk membiarkan urin keluar. Kadang-kadang kontraksi otot detrusor yang terlalu sering, menciptakan kebutuhan mendesak untuk pergi ke toilet. Hal Ini disebut detrusor overactivity. Alasan kontraksi otot detrusor terlalu sering mungkin ti dak jelas, tetapi kemungkinan penyebabnya termasuk: kondisi neurologis yang mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang, seperti penyakit Parkinson atau multiple sclerosis
kondisi yang mempengaruhi saluran kemih bawah (uretra dan kandung kemih), seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau tumor di dalam kandung kemih
5
terlalu banyak minum alkohol atau kafein
sembelit
obat tertentu
Beberapa kemungkinan penyebab akan menyebabkan inkontinensia urin jangka pendek, yang lain dapat menyebabkan masalah jangka panjang. Jika penyebabnya dapat diobati, hal ini dapat menyembuhkan inkontinensia. Penyebab inkontinensia overflow Inkontinensia overflow, juga disebut retensi urin kronis, sering disebabkan oleh penyumbatan atau obstruksi kandung kemih. Kandung kemih mungkin mengisi seperti biasa, tapi karena terhalang atau tersumbat tidak akan dapat mengosongkan sepenuhnya, bahkan akan terasa nyeri jika dipaksakan. P ada saat yang sama, tekanan dari urin yang masih dalam kandung kemih membangun obstruksi yang baru, sehingga dinding uretra sisi lain akan terjadi kebocoran.Obstruksi disebabkan oleh: pembesaran kelenjar prostat pada pria
batu kandung kemih
sembelit
Inkontinensia overflow juga bisa disebabkan oleh otot-otot detrusor tidak sepenuhnya berkontraksi, yang berarti bahwa kandung kemih A nda tidak benar-benar kosong ketika Anda pergi ke toilet. Akibatnya, kandung kemih menjadi melar. Otot detrusor Anda mungkin tidak sepenuhnya kontraksi jika: ada kerusakan pada saraf Anda, misalnya sebagai akibat dari operasi untuk bagian dari usus atau cedera tulang belakang
Anda mengambil obat-obatan tertentu (lihat di etiologi umum di atas) Penyebab inkontinensia Total
Jumlah inkontinensia terjadi ketika kandung kemih tidak dapat menyimpan urin sama sekali. Hal ini dapat mengakibatkan intensitas aliran baik melewati jumlah besar urin terus-menerus, atau buang air kadang-kadang dengan sering bo cor. Jumlah inkontinensia dapat disebabkan oleh: masalah dengan kandung kemih sejak lahir
cedera pada tulang belakang, yang dapat mengganggu sinyal saraf antara otak dan kandung kemih, fistula kandung kemih, yang merupakan lubang seperti terowongan kecil yang dapat terbentuk antara kandung kemih dan daerah terdekat, seperti vigina, dalam wanita
2.1.3 Klasifikasi Ada beberapa jenis inkontinensia urine, yaitu :
1. Inkontinensia Urgensi Pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot
2.
destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol. Inkontinensia Tekanan Pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyeba
2.1.4 Patofisiologi 2.1.5 Pathway 2.1.6 Manifestasi Klinis 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 2.1.8 Penatalaksanaan 2.1.9 Komplikasi 2.1.10 Pencegahaan 2.2 Senam Kegel 2.2.1 Definisi Latihan otot dasar panggul (ODP) dikembangkan pertama kali oleh dr.Arlold kegel pada tahun 1940 dengan tujuan menguatkan otot dasar panggul dan mengatasi stress inkontinensia urin. Latihan ini berupa latihan ODP secara progresif pada otot Levator ani yang dapat dikontraksikan secara sadar yang selanjutnya dikenal dengan kegel exersice (Rahajeng,2010). Kegel Exercise atau senam kegel merupakan terapi non operatid yang sering dilakukan untuk mengatasi stress inkontinensia karena membantu meningkatkan tonus otot dan kekuatan otot pada uretra dan periuretra (Bobak,2004 dalam yanthi 2011). Kegel Exercise diartikan sebagai penguatan otot pubococsigeus secara sadar dengan melakukan gerakan kontraksi berulang-ulang untuk menurunkan incointinence (Memorial Hospital, 2009). Kegel Exercise melibatkan kontraksi dan relaksasi secara sadar otot dasar pelvic, menguatkan otot-otot dasar pelvic yang menyokong uretra, kandung kemih, uterus, dan rectum. Fungsi otot dasar pelvic antara lain sebagai : 1. Fungsi suportif 2. Fungsi sfingter 3. Fungsi seksual Latihan otot dasar panggul (Senam Kegel) dilakukan untuk membangun kembali kekuatan otot dasar panggul.Otot dasar panggul tak dapat dilihat dari luar, sehingga sulit untuk menilai kontraksinya secara langsung. Senam Kegel yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot dasar panggul serta untuk mencapai 40-60 kali pengurangan terjadinya inkontinensia urine selama 10 detik setiap harinya dengan melakukan minimal 10 kali latihan pada waktu makan dan waktu tidur yang merupakan jadwal yang mudah untuk
diingat. Peningkatandapat dilihat dalam waktu 4-6 minggu dengan peningkatan maksimal selama 3 bulan (Stanley & Beare, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng (2010); Anggelita S (2012); Mustofa (2009); dan Ni Putu Ayu (2015), bahwa senam Kegel yang diberikan pada lanjut usia dan ibu pasca persalinan dapat mengurangi kejadian inkontinensia urine yang diakibatkan oleh melemahnya otot dasar panggul.
2.2.2 Tujuan 1. Pasien pasca prostatectomy mengalami kelemahan sebagian besar organ pelvic di uretra khususnya sekitar uretra sfingter eksterna dapat menguatkan otot tersebut, meningkatkan resistensi uretra, dan disertai dengan penggunaan otot secara sadar oleh pasien untuk mencegah dribbling pasca prostatectomy (Baum, 2003) 2. Membantu mereka yang mengalami kesulitan mengendalikan buang air kecil (urinary incontinence) pada periode akhir kehamilan dan setelah melahirkan ataupun masalah incontinensia selain ibu hamil dan melahirkan (Chopra, 2006). 3. Mengatasi urgo incontinence/inkontinensia urgensi (keinginan berkemih yang sangat kuat sehingga tidak dapat mencapai toilet tepat pada waktunya). 2.2.3 Manfaat Senam kegel memiliki manfaat terkait dengan fungsi otot PC. Senam kegel tidak hanya memiliki manfaat untuk wanita, tetapi juga untuk pria. 1. Bagi pria Latihan ini akan meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatasi ejakulasi dini, ereksi yang lebih kuat dan meningatkan kepuasan seksual saat orgasme. Selain itu multiple orgasme juga bisa dialami oleh pria sebagai hasil dari lahitan senam kegel yang dilakukan secara teratur. Pada pria, senam ini juga akan mengangkat testis dan mengencangkan otot kremaster sama seperti mengencangkan spingter ani. Hal ini disebabkan karena otot PC dimulai dari arah anus (Herdiana, 2009 dalam yanthi 2011). 2. Bagi Wanita a. Lebih mudah mencapai orgasme dan orgasme yang dicapai lebih baik karena otot yang dilatih adalah otot yang digunakan selama orgasme b. Memudahkan kelahiran bayi tanpa banyak merobek jalan lahir dan bagi wanita yang baru melahirkan
c. Mempercepat pemulihan kondisi vagina setelah melahirkan (Yanthi, 2011). d. Mengencangkan kembali otot panggul sehingga mencegah terjadi kebocoran urin e. Membantu mengendalikan keluarnya urin saat berhubungan intim f. Dapat meningkatkan kepuasaan saat berhubungan intim karena karena meningkatkan daya cengkram vaginaa, meningkatkan kepekaan terhadap rangsangan seksual, mencegah ngompol kecil saat batuk atau tertawa (Mulyani,2013). 2.2.4 Program senam kegel Senam kegel hasilnya tidak akan didapat dalam waktu sehari. Pada penelitian sebeumnya, senam kegel dilakukan sebanyak 10 kali dalam 4minggu dalam memberikan hasil yang bermanfaat untuk memperkuat otot – otot panggul yang dibuktikan dari hasil penelitianya yaitu adanya pengaruh signifikan senam kegel terhadap inkotinensia (Wahyu,2009). Pelatihan senam kegel dengan frekuensi 3kali perminggu selama 4minggu lebih efektif dibandingkan dengan senam kegel dengan frekuensi 1 kali seminggu selama 4bulan dalam menurunkan frekuensi buang air kecil wanita usia 50-60 tahun yang mengalami stress urinari incontinence. 2.2.5 Indikasi senam kegel Senam kegel dianjurkan bagi wanita dan pria yang umumnya memiliki keluhan terkait PC. Berikut adalah indikasi senam kegel : 1. Pria wanita yang memiliki masalah inkontinensia (tidak mampu menahan BAK). 2. Wanita yang sudah mengalami menopause untuk mempertahankan kekuatan otot panggul dan dari penurunan kadar es trogen. 3. Wanita yang mengalami prolaps uteri (turunya rahim) karena melemahnya otot dasar panggul, juga untuk wanita yang mengalami masalah seksual. 4. Pria yang mengalami masalah ejakulasi dini serta ereksi lebih lama (Ardani, 2010). 5. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama. 6. Klien yang akan dilakukan peelepasan down kateter. 7. Klien yang mengalami inkontinensia retentio urine. 8. Klien post operasi. 2.2.6 Kontra Indikasi Senam Kegel
Penderita penyakit jantung yang dapat mengakibatkan nyeri dada saat melakukan gerakan minimal, penderita diabetes, penderita hipertensi, dan penderita penyakit kelamin (Ardani,2010). 2.2.7 Tahap Latihan Senam Kegel Tahap latihan senam kegel dibagi menjadi 3 bagian sesuai dengan kemampuan klien dalam melakukan latihan. Pelatihan senam kegel dibagi menjadi 3 yaitu pelatihan gerak cepat, pelatihan mengencangkan dan pelatihan super kegel. 1. Pelatihan gerak cepat Pelatihan pertama adalah pelatihan gerak cepat dilakukan dalam posisi duduk, berdiri, berbaring, jongkok atau posisi apa saja yang terbaik. 2. Pelatihan mengencangkan Setelah pelatihan gerak cepat, dilanjutkan dengan pelatihan senam kegel berikutnya. Saat mengencangkan ODP, tetap kencangkan kuat kuat selama satu hingga dua detik kemudian lepaskan dan ulangi masing-masing dengan sepuluh hitungan. Tegangkan, tahan dan lepaskan otot tersebut. 3. Pelatihan super kegel Tahap selanjutnya adalah super kegel yang diberikan untuk orang orang telah menguasi senam kegel. Super kegel dilakukan dengan mengencangkan ODP sekencang-kencangnya sampai hitungan sepuluh kemudian lepaskan. Lakukan berulang-ulang dengan sepuluh hitungan setidaknya sekali sehari (Di fiori, 2005 dalam Ardani, 2010). 2.2.8 Teknik Kegel Exercise Pasien dianjurkan untuk menekan rectum dalam-dalam sehingga rectum terasa tertarik kedalam atau pasien membayangkan dirinya sedang menahan buang air besar. Ujung jari terapis akan teras a terikat oleh sfingter ani, hal ini menandakan pasien berhasil mendapatkan latihan dasar penguatan otot dasar pelvic dianjurkan otot paha, otot abdomen dan otot gluteus tidak ikut berkontraksi (Memorial Hospital, 2009) Horman (2002) menjelaskan dalam melakukan latihan Kegel Exercise dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaran ya pasien dapat membayangkan dirinya ketika ingin melakukan buang gas tetapi malu untuk melakukannya. Pasien dianjurkan untuk menahannya sejenak, sehingga tidak sadar pasien sudah mengunakan otot dasar pelvic.
2.2.9 Standar prosedur pelaksanaan senam kegel 1. Teknik pelaksanaan senam kegel menurut ardani (2010) adalah : a. Persiapan 1) Persiapan alat dan lingkungan a) Stopwatch b) Lingkungan yang aman dan nyaman 2) Persiapan lansia untuk melakukan senam a) Tentukan reponden atau lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran b) Jelaskan maksud, manfaat, prosedur pelaksanaan, serta meminta persetujuan untuk mengikuti senam kegel c) Siapkan kursi, cari posisi nyaman untuk duduk d) Posisi kaki lurus dan agak terbuka e) Fokuskan konsentrasi pada kontraksi otot daerah vagina, uretra dan rektum f) Kontraksikan ODP seperti saat menahan berkemih g) Rasakan kontraksi ODP, pastikan kontraksi sudah benar tanpa adanya kontraksi otot abdominal, contohnya jangan menahan nafas. Kontrol kontraksi otot abdominal dengan meletakkan tangan pada perut h) Pertahankan kontraksi sesuai kemampuan kurang lebih 10 detik i) Rileks dan rasakan ODP dalam keadaan rileks j) Kontraksikan ODP kembali, pastikan kontraksi otot sudah benar k) Rileks dan rasakan ODP berkontraksi dan rileks l) Lakukan kontraksi otot secara cepat, sebanyak 3 kali selama masing-masing selama 10 detik m) Lakukan kontraksi otot secara lambat sebanyak 3 kali selama masing-masing 10 detik n) Lakukan senam selama 4 minggu secara teratur b. Prosedur a) Peneliti meminta kepada lansia untuk melakukan senam kegel b) Peneliti memantau selama pelaksanaan senam kegel c. Dokumentasi Catat dan tulis hasilnya sebelum dan sesudah diberikan terapi senam kegel 2. Prosedur Kegel Excercise menurut modul praktikum sistem perkemihan program studi ners STIKes Bhakti Kencana a. Melakukan cuci tangan b. Mengucapkan salam c. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan penutup ruangan atau tirai ruangan e. Mengatur posisi pasien yang nyaman (posisi duduk atau berbaring) f. Memakai sarung tangan g. Anjurkan pasien mengkontrasikan otot panggul dengan cara yang sama ketika menahan kencing atau buang angin (pasien harus dapat merasakan otot panggul) meremaskan uretra dan anus h. Bila otot atau pantat juga mengeras maka pasien t idak berlatih dengan benar i. Bila pasien sudah menemukan cara yang tepat untuk mengontrasikan dalam hitungan (1-10) atau selama 10 detik, kemudian istirahat selama 10 detik. j. Lakukan latihan bberulang-ulang sampai 10 – 15 kali persesi latihan k. Latihan ini dilakukan 2-3 kali sehari l. Anjurkan pasien untuk minum (200-250 cc) m. Tanyakan pada klien apakah terasa ingin berkemih setelah 1 jam n. Lepaskan sarung tangan dan merapihkan semua perlatan. 2.3 Metode Penelitian Desain penelitian yang diguanakan adalah pra eksperimental, dengan menggunakan rancangan one group pre test post test. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Tumpaan Minahasa Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang lansia. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan instrument wawancara dan lembar observasi. Untuk mengetahui adanya perubahan frekuensi inkontinensia urine pretest dan frekuensi inkontinensia urine posttest, maka digunakan uji statistik, yaitu uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan α = 0.05. 1. Hasil dan Pembahasan 2.1 Hasil Penelitian
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
`
Umur (Tahun) n 60-74 25 75-90 5 Total 30 Sumber : Data Primer, 2016
% 83.3 16.7 100
Tabel 1 Menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan umur ssebagian besar berumur 60-74 tahun sebanyak 25 orang (83.3%).
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan Jenis Persalinan Normal SC Total
n 21 9 30
% 70.0 30.0 100
Sumber : Data Primer, 2016 Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis persalinan sebagian besar adalah jenis persalinan normal/spontan sebanyak 21 orang (70.0%). Tabel 3 Gambaran Frekuensi Inkontinensia Urine Sebelum Dilakukan Senam Kegel Frekuensi n % Inkontinensia Urine Sering 11 36.7 Sedang 16 53.3 Jarang 3 10.0 Total 30 100 Sumber : Data Primer, 2016
Tabel 3 menunjukkan bahwa frekuensi inkontinensia urine tertinggi adalah frekuensi inkontinensia sedang sebanyak 16 orang (53.3%) dan frekuensi inkontinensia terendah sebanyak 3 orang (10.0%). Tabel 4 Gambaran Frekuensi Inkontinensia Urine Setelah Dilakukan Senam Kegel Frekuensi n % Inkontinensia Urine Sering 0 0 Sedang 5 16.7 Jarang 25 83.3 Total 30 100 Sumber : Data Primer, 2016 Tabel 4 menunjukkan bahwa frekuensi inkontinensia urine tertinggi adalah frekuensi inkontinensia jarang sebanyak 25 orang (83.3%) dan frekuensi inkontinensia terendah sebanyak 5 orang (16.7%) pada frekuensi inkontinensia urine sedang. Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test Frekuensi Inkontinensi Urine Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Kegel Pada Lanjut Usia n
Pretest Posttest
30 30
Mean 1.73 2.83
SD 0.640 0.379
Zhitung -4.689
PValue 0.000
Sumber : Data Primer, 2016 Hasil penelitian yang ddapat dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan nilai mean pada
frekuensi inkontinensia urine pretest adalah 1.73 dan nilai mean pada frekuensi inkontinensia urine posttest adalah 2.83, hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara pretest dan posttest dengan hasil mean yang berbeda dan nilai Z adalah -4.689 dan p value adalah 0.000 yang berarti p value < α 0. 2.4 Pengaruh Senam Kegel Terhadap Inkontinensia Pada Lansia Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai senam kegel dengan inkontinensia seperti yang dilakukan oleh mustofa (2009) mengenai pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada lansia di panti werda , diperoleh hasil ada pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi inkontinensia urin pada lansia dengan P-value = 0,000, dari 10, 043 kali menjadi 7,871 kali . demikian juga hasil penelitian martiningsih (2014) mengenai pengaruh latihan kegel terhadap inkontinensia urin pada lansia di panti sosial, diperoleh hasil penelitian bahwa dengan latihan kegel dapat menurunkan frekuensi urin pada lansia dengan p-value= 0,001. Dalam penelitian yang di lakukan oleh Julianti Dewi Karjoyo, Damayanti Pangemanan dan Franly Onibala Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dengan judul Pengaruh Senam Kegel Kegel Terhadap Frekuensi Inkonstinensia Urine Pada Lanjut Usia Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumpaan Minahasa Selatan didapati bahwa usia responden yang mengalami inkontinensia urine adalah mereka yang berumur 60-74 tahun berjumlah 25 orang dan 75-90 tahun berjumlah 5 orang. Menurut Stanley & Beare, (2006) Penuaan menyebabkan penurunan kekuatan otot diantaranya otot dasar panggul. Otot dasar panggul berfungsi menjaga stabilitas organ panggul secara aktif, berkontraksi mengencangkan dan mengendorkan organ genital, serta mengendalikan dan mengontrol defekasi dan berkemih. Menurut Stockslager & Schaeffer (2007). bahwa lanjut usia yang mengalami inkontinensia urine adalah mereka yang berumur ≥ 60 tahun. Peningkatan usia merupakan salah satu faktor risiko melemahnya kekuatan otot dasar panggul, otot akan cenderung mengalami penurunan kekuatan berdasarkan pertambahan usia dan hal ini tidak dapat dihindari (MacLennan, 2000). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009), hasil penelitiannya menjelaskan bahwa susunan tubuh termasuk otot mengalami penurunan hingga 80% pada usia 50-60 tahun. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulandari (2012) Pengaruh Latihan Bladder Training terhadap penurunan inkontinensia pada lanjut usia ditemukan bahwa inkontinensia urine terjadi pada responden yang memiliki usia ≥ 60 tahun. Senada dengan Jurnal tentang Prevalence of Urinary Incontinence oleh Thomas Thelma, dkk (1980), bahwa prevalensi penderita inkontinensia urine meningkat pada usia > 60 Tahun. Hasil yang didapati dari pasien inkontinensia
urine berdasarkan jenis persalinan adalah sebanyak 21 orang pasien memiliki riwayat persalinan normal (70%) dan 9 orang pasien yang memiliki riwayat persalinan sectio ceaserea (30%). Menurut Nugroho (2008), Inkontinensia urin pada wanita dapat terjadi akibatmelemahnya otot dasar panggul yang dapat disebabkan karena usialanjut, menopause, kehamilan, pasca melahirkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arsyad, dkk (2012) bahwa wanita yang melahirkan pervaginam dengan BBL > 3000 gram akan mengalami peingkatan risiko inkontinensia urine karena jenis persalinan seperti ini memiliki tendensi terjadinya peningkatan kerusakan saraf dasar panggul. Senada dengan Jurnal tentang Hubungan Cara Persalinan dengan Kejadian Stress Urinary Incontinence Post Partum oleh Syukur, (2010) bahwa persalinan pervaginam lebih rentan akan terjadinya inkontinensia urine karena dapat menyebabkan perubahan neurologis didasar panggul, yang menyebabkan efek buruk pada hantaran nervus pudenda, kekuatan kontraksi vagina, dan tekanan penutupan uretra. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya inkontinensia urine pada wanita dikarenakan jenis persalinan spontan/normal yang dilakukan/dialami seorng wanita ketika melahirkan. Dalam hasil yang didapat dari 3 hari sebelum diberikan intervensi yaitu, responden yang mengalami frekuensi inkontinensia sering sebanyak 11 orang (36.7%), responden yang mengalami frekuensi inkontinensia sedang sebanyak 16 orang (53.3%), sedangkan responden yang mengalami frekuensi inkontinensia jarang sebanyak 3 orang (10.0%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggelita S, (2012) dengan judul “Latihan Kegel dengan Penurunan Gejala Inkontinensia Urine pada Lansia” dengan jumlah responden 13 orang didapati bahwa responden terbanyak pada inkontinensia sedang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng (2010), bahwa tanpa latihan otot dasar panggul atau senam Kegel tidak akan ada perbaikan pada kekuatan otot dasar panggul. Kelemahan otototot dasar panggul dapat menyebabkan gagalnya otot tersebut menjalankan fungsinya. Sehingga hasil yang didapat pada kelompok control dalam penelitiannya adalah tidak adanya perubahan atau perbaikan terhadap kekuatan otot dasar panggul yang menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Dari hasil yang didapat 3 hari sesudah diberikan intervensi adalah responden yang mengalami frekuensi inkontinensia jarang sebanyak 25 orang (83,3 %), dan responden yang mengalammi frekuensi inkontinensia sedang sebanyak 5 orang (16,7 %). Hal ini menunjukan terjadinya penurunan frekuensi inkontinensia urine pada responden dilihat dari jumlah responden yang mengalami frekuensi inkontinensia urine sering dan sedang menurun menjadi frekuensi inkontinensia jarang. Latihan otot dasar panggul (Senam Kegel) dilakukan untuk membangun kembali kekuatan otot dasar panggul.Otot dasar panggul tak
dapat dilihat dari luar, sehingga sulit untuk menilai kontraksinya secara langsung. Senam Kegel yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot dasar panggul serta untuk mencapai 40-60 kali pengurangan terjadinya inkontinensia urine selama 10 detik setiap harinya dengan melakukan minimal 10 kali latihan pada waktu makan dan waktu tidur yang merupakan jadwal yang mudah untuk diingat. Peningkatandapat dilihat dalam waktu 4-6 minggu dengan peningkatan maksimal selama 3 bulan (Stanley & Beare, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng (2010); Anggelita S (2012); Mustofa (2009); dan Ni Putu Ayu (2015), bahwa senam Kegel yang diberikan pada lanjut usia dan ibu pasca persalinan dapat mengurangi kejadian inkontinensia urine yang diakibatkan oleh melemahnya otot dasar panggul Dalam penelitian ini ditemukan adanya pengaruh senam Kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine, hal tersebut dapat dilihat melalui uji Wilcoxon Sign Rank test pada hasil observasi frekuensi inkontinensia urine sebelum diberikan intervensi berupa Senam Kegel dan hasil observasi frekuensi inkontinensia urine setelah diberikan intervensi berupa Senam Kegel pada 30 responden dengan tingkat kepercayaan 95% dan ting kat kemaknaan α = 0,05. Dalam penelitian ini didapatkan p-value = 0,000 (p-value < 0,05) pada kelompok Intervensi adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan senam Kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada pasien inkontinensia urine di Wila yah Kerja Puskesmas Tumpaan, Minahasa Selatan. Dengan melakukan senam Kegel secara rutin dan teratur selama waktu yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 3 kali seminggu dalam waktu 4 minggu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Ayu, dkk (2015) tentang Pengaruh Senam Kegel dan Pijat Perinium Terhadap Kekuatan Otot Dasar Panggul pada Lansia dengan kesimpulannya yaitu Senam Kegel tiga kali seminggu selama empat minggu meningkatkan kekuatan otot dasar panggul lansia, sehingga hal ini dapat memberi hasil yang efektif bagi penderita ikontinensia urine. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stanley & Beare, (2006) dan Maas et al, (2011) bahwa senam Kegel merupakan salah satu terapi non farmakologis bagi penderita inkontinensia urine yang tidak memiliki efek samping bila dilakukan secara rutin oleh para Lanjut usia untuk menguatkan otot dasar panggul sehingga dapat mengurangi frekuensi terjadinya inkontinensia urine. Menurut Maas, et al (2011) latihan otot dasar panggul melibatkan kontraksi berulang otot pubokoksigeus, otot yang membentuk struktur penyokong panggul dan mengelilingi pintu panggul pada vagina, uretra, dan rectum. Latihan/Senam Kegel ini meningkatkan tonus otot dasar panggul, dengan menguatkan otot dasar panggul pada saat berkemih dirasakan, individu mampu menunda
episode inkontinensia urine yang berhubungan dengan kelemahan otot panggul dan/atau kelemahan pintu keluar kandung kemih. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti disimpulkan bahwa sebelum dilakukan Senam Kegel jumlah responden terbanyak mengalami frekuensi inkontinensia sedang. Sedangkan hasil setelah dilakukan Senam Kegel, frekuensi inkontinensia pada lansia mengalami perubahan dengan menurunnya frekuensi inkontinensia urine menjadi jarang. Sehingga terdapat pengaruh terhadap frekuensi inkontinensia urine sesudah diberikan Senam Kegel