Laporan Kasus
MALARIA VIVAX
Oleh : Dina Aulia Insani NIM. I1A002003
Pembimbing
Dr. HM. Darwin Prenggono, Sp.PD-KHOM
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FK UNLAM – RSUD ULIN BANJARMASIN Juni, 2008
1
PENDAHULUAN
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium, yang penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Secara klinis ditandai dengan serangan paroksismal dan periodik, disertai anemia, pembesaran limpa dan kadangkada kadang ng denga dengan n komp kompli lika kasi si perni pernisi sios osaa sepe sepert rtii ikte ikteri rik, k, diare diare,, blac black k wate waterr fever fever,, acutetubular necrosis, dan malaria cerebral (1,2,3). Mala Malari riaa masi masih h meru merupak pakan an masa masala lah h keseh kesehat atan an utama utama nega negara ra yang yang seda sedang ng berkembang seperti di Indonesia. Dari empat spesies parasit malaria yang menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae dan plasmodium oval, dua spesies yangg pertama merupakan penyebab lebih dari 95% kasus malaria di dunia (4). Menurut WHO, sekitar 40% populasi dunia hidup dinegara miskin, populasi tersebut memiliki resiko tinggi terkena malaria. Sekitar 2,5 milyar manusia beresiko dan Diperk Diperkira irakan kan 350 – 500 juta juta manusi manusiaa terken terkenaa malari malariaa setiap setiap tahun. tahun. Kebany Kebanyaka akan n disebabkan oleh P.falciparum oleh P.falciparum dan P.vivax. P.vivax. Lebih dari 1 juta manusia meninggal karena malaria
(5)
. Malaria 90% terjadi di Afrika. Peningkatan malaria di Afrika berkaitan
dengan resistens resistensii pengobatan pengobatan klorokuin klorokuin dan sulfapiri sulfapiridoksin doksin pirimetami pirimetamin, n, resistens resistensii terhadap terhadap insektisida insektisida dan status sosial sosial ekonomi. Tingkat Tingkat mortalitas mortalitas malaria malaria pada anak sekitar 1 – 2 juta setiap tahunnya
(1)
.
Hampir separuh populasi Indonesia sebanyak lebih dari 90 juta orang tinggal di daerah endemik malaria. Diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya, kurang lebih hanya 10 % saja yang mendapat pengobatan di fasilitas kesehatan. Menurut data dari fasilitas kesehatan pada 2001, diperkirakan prevalensi malaria adalah 850,2 per 2
100.000 penduduk dengan angka yang tertinggi 20% di Gorontalo, 13% di NTT dan 10% di Papua. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka kematian spesifik spesifik akibat malaria malaria di Indonesia Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk lakilaki dan 8 per 100.000 untuk perempuan. Prevalensi kasus malaria di Indonesia atau daerah daerah-dae -daerah rah endemi endemi malari malariaa tidak tidak sama, sama, hal ini tergant tergantung ung pada pada prilak prilaku u spesie spesiess nyamuk yang menjadi vektor. Di Kalimantan Selatan sendiri merupakan daerah endemis Anopheles letifer letifer dan malari malaria. a. Vektor ektor malari malariaa yang yang terdapa terdapatt di Kalima Kalimanta ntan n adalah adalah Anopheles Anopheles balabacensis (6,7). Diselu Diseluruh ruh dunia, dunia, kasus kasus malari malariaa vivax vivax diband dibanding ingkan kan jenis jenis malari malariaa yang yang lain lain sekitar 70 – 80 juta per tahun
(8)
. Menurut WHO, sekitar 40% kasus malaria di dunia
disebabkan oleh P.vivax. P.vivax . Kasus malaria vivax walaupun jarang fatal tapi merupakan penyebab utama morbiditas morbiditas dan mempengaruhi ekonomi baik tingkat individu maupun nasional
(9)
. P.vivax merupakan spesies parasit yang paling dominan di Asia Tenggara,
Eropa Timur, Timur, Asia Utara, Amerika tengah dan Selatan (10). Berikut Berikut ini dilapo dilaporka rkan n sebuah sebuah kasus kasus malari malariaa di ruang ruang Penya Penyakit kit Dalam Dalam Pria Pria RSUD Ulin Banjarmasin.
3
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Seorang pria, Tn. M, umur 25 tahun, agama Islam, suku Banjar, status belum kawin, pekerjaan karyawan perusahaan tambang, alamat rumah Teluk Teluk tiram darat Gg. Family Rt. 18. Datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin pada tanggal 5 Mei 2008.
II.
KELUHAN UTAMA
Panas
III. III.
RIW RIWAYAT PEN PENY YAKIT AKIT SE SEKA KARA RANG NG
Seja Sejak k kura kurang ng lebi lebih h sebu sebula lan n yang yang lalu lalu sebe sebelu lum m masu masuk k ruma rumah h saki sakitt pender penderita ita panas panas tinggi tinggi.. Panas Panas tidak tidak terus terus meneru meneruss sepanj sepanjang ang hari. hari. Pender Penderita ita mengaku setelah panas, penderita berkeringat tapi tidak ada menggigil. Penderita juga juga mengel mengeluh uh badan badan terasa terasa lemah lemah dan lesu. lesu. KadangKadang-kada kadang ng penderi penderita ta juga juga merasa merasa pusing, pusing, mual dan muntah. muntah. Selama Selama sakit, sakit, penderita penderita mengaku nafsu makan berkur berkurang ang.. Seming Seminggu gu kemudi kemudian an penderi penderita ta berobat berobat ke dokter dokter dan diberi diberi obat, obat, pend pender erit itaa lupa lupa nama nama obat obatny nya. a. Bebe Bebera rapa pa hari hari kemud kemudia ian n pende penderi rita ta mera merasa sa mengalami perbaikan. Namun satu minggu setelah berobat, penderita mengalami keluhan yang serupa.
4
Pend Pender erit itaa beke bekerj rjaa di batu batu lici licin. n. Pend Pender erit itaa meng mengak aku u ada ada oran orang g di lingkun lingkungan gan tempat tempat bekerj bekerjaa yang yang mender menderita ita panas, panas, tapi tapi pender penderita ita tidak tidak tahu tahu penyakitnya.
IV. IV.
RIW RIWAYAT PENY PENYAK AKIT IT DAHU DAHULU LU
Penderita tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat darah tinggi maupun kencing manis.
V.
RIWAYAT PE PENYA NYAKIT KE KELUARGA
Penderita menyangkal adanya penyakit yang sama pada keluarga, tidak ada darah tinggi, maupun kencing manis.
VI.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan sakit
: tampak sakit berat
Keadaan umum
: tampak lemah
Kesadaran
: kompos mentis, GCS 4 – 5 – 6
Kulit
: warna sawo matang, anemis
Tanda vital
Tekanan Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 120 kali/menit
Respirasi
: 26 kali/menit
Suhu
: 39oC
5
KEPALA DAN LEHER
Kepala
: tampak lonjong, rambut hitam
Mata
: konjungtiva kanan dan kiri anemis, ikterik tidak ada, refleks cahaya positif, pupil isokor, diameter pupil 3 mm/3 mm
Telinga
: simetris, serumen minimal, sekret tidak ada
Hidung
: simetris, sekret tidak ada
Mulut
: mukosa bibir basah, anemis, tidak sianosis, lidah tidak kotor dan tidak tremor, tremor, faring tidak hiperemi, tonsil tidak membesar
Leher
: JVP tidak meningkat, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada kaku kuduk dan tortikalis
TORAKS Paru
Inspeksi
: bentuk normal, simetris, gerak napas simetris, retraksi tidak ada
Palpasi
: fremitus raba simetris
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: suara napas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
6
Jantung
Inspeksi
: iktus tidak terlihat, pulsasi tidak ada, voussure cardiac tidak tampak
Palpasi
: iktus tidak teraba dan tidak kuat angkat, thrillI tidak ada
Perkusi
: batas jantung kanan dan kiri normal
Auskultasi
: bunyi jantung 1 dan 2 normal, tunggal, bising tidak ada
ABDOMEN
Inspeksi
: bentuk datar
Palpasi
: Hepar teraba 2 cm di bawah processus xypoideus dan 2 cm di bawah arcus costa Lien teraba schuffner II Massa tidak ada
Perkusi
: redup regio hypochondria dekstra dan sinistra
Auskultasi
: bising usus normal
EKSTREMITAS
Atas
: hangat, tidak ada edema, tidak ada parese
Bawah
: hangat, tidak ada edema, tidak ada parese
TULANG BELAKANG
: tidak ada deformitas, kifosis, maupun skoliosis
7
VII.
RESUME
Nama (usia)
: Tn. M (25 tahun)
Jenis kelamin
: Laki-laki
Keluhan utama
: Panas
Uraian
: Seki Sekita tarr 1 bula bulan, n, panas panas dise disert rtai ai berke berkeri ringa ngat, t, badan terasa lemah dan lesu. Kadang-kadang pus pusin ing, g, mual, mual, munta muntah h dan dan nafs nafsu u
maka makan n
berkurang. Riwayat penyakit dahulu
:-
Riwayat penyakit keluarga
:-
Keadaan sakit
: tampak sakit berat
Keadaan umum
: tampak lemah
Kesadaran
: kompos mentis, GCS 4 – 5 – 6
Kulit
: warna sawo matang, anemis
Tanda vital
: TD = 100/60 mmHg, N = 120 1 20 kali/menit, RR = 26 kali/menit, T = 39oC
Kepala dan leher
: konjungtiva kanan dan kiri anemis,
Paru
: tidak ada kelainan (TAK)
Jantung
: tidak ada kelainan (TAK)
Abdomen
: Hepatomegali dan splenomegali
Ekstremitas
: tidak ada kelainan (TAK)
Tulang belakang
: tidak ada kelainan (TAK)
VIII. VIII. PEMER PEMERIK IKSA SAAN AN PENU PENUNJ NJAN ANG G 8
Parameter Hemoglobin Lekosit Eritrosit Hematokrit Trombosit RDW-CV MCV MCH MCHC Basofil % Basofil # GDS Widal S.Typhi O S.Typhi H S.Paratyphi AO S.Paratyphi BO S.Paratyphi AH S.Paratyphi BH Cholesterol total Trigliserida Albumin Total protein SGOT SGPT Ureum Kreatinin
LABORATORIUM DARAH RUTIN Hasil Pemeriksaan 05-05-2008 07-05-2008 5.2 4 3.2 3.2 1.73 1.35 15 12 63 94 19.7 19.9 86.7 88.1 30.1 29.6 34.7 33.6 0.0 0.3 0.00 0.01 KIMIA DARAH 133 SEROLOGI
Negative Negative Negative Negative Negative Negative LEMAK DAN JANTUNG 90 132 HATI 3.2 6.6 19 28 GINJAL 17 1.0 MDT tanggal 07 Mei 2008
Nilai Normal (Satuan) 14 – 18 g/dl 4.0 – 10.5 ribu/ul 4.5 – 6.0 juta/ul 40 – 50 vol% 150 – 450 ribu/ul 11.5 – 14.7 % 80.0 – 97.0 fl 27.0 – 32.0 pg 32.0 – 38.0 % 0.0 – 1.0 % < 0.1 ribu/ul 70 – 120 mg/dl
Negative Negative Negative Negative Negative Negative 131 – 250 mg/dl 0 – 220 mg/dl 3.9 – 4.4 g/dl 6.8 – 8.0 g/dl 16 – 40 U/l 8 – 45 10 – 45 mg/dL 0.5 – 1.7 mg/dL
Eritrosit Normo ormokr krom omiik nor normosi ositik tik Anisositosis - Ditemukan : Plasmodium vivax stadium tropozoit muda, tropozoit setengah dewasa, tropozoit dewasa, schizoit dan gamet Lekosit : kesan jumlah menurun, sel muda (-) Trombosit : kesan jumlah menurun Kesimpulan : pansitopenia dengan infeksi Plasmodium vivax
PEMBAHASAN 9
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus Plasmodium, yang penularannya melalui gigitan nyamuk betina Anopheles. Pada manusia terdapat 4 spesies spesies yaitu plasmodium plasmodium vivax, plasmodium plasmodium falcifarum falcifarum,, plasmodium plasmodium
malaria malaria dan
plasmodium ovale. Daur hidup keempat spesies spesies malaria pada manusia umumnya sama. Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan horpes. Fase aseksual mempunyai 2 daur yaitu skizogoni eritrosit dan skizogoni eksoeritrosit. Plasmodium vivax menyebabkan pen penya yaki kitt mala malari riaa viva vivax x (mal (malar aria ia tert tertia iana) na).. Pada Pada infe infeks ksii plas plasmo modi dium um viva vivax x daur daur eksoeritrosit berlangsung terus sampai bertahun-tahun melengkapi perjalanan penyakit yang dapat berlangsung lama (bila tidak dioba ti) disertai banyak relaps (7). Pada Pada pasien pasien ini berdas berdasark arkan an anamnes anamnesis, is, pemerik pemeriksaa saan n fisik fisik dan pemeri pemeriksa ksaan an penunjang mengarah pada malaria. Pada anamnesa didapatkan lebih kurang 1 bulan penderita demam, berkeringat, berkeringat, pusing, muntah, tidak nafsu makan dan badan terasa lemah. Selama perawatan pasien mengalami demam disertai menggigil pada hari ketiga, kelima, dan ketujuh. Masa tunas intrinsik malaria vivax biasanya berlangsung 12 – 17 hari, tetapi beberapa strain P.vivax strain P.vivax dapat sampai 6 – 9 bulan atau mungkin lebih lama. Menurut Kevin S et al , masa inkubasi untuk P. P. vivax lebih lama dibandingkan P.falcifarum dibandingkan P.falcifarum yaitu 18 – 40 hari. Anamnesa yang sangat mendukung diagnosis malaria pada penderita demam adalah riwayat bepergian bep ergian kedaerah endemis malaria. Tetapi tidak adanya riwayat bepergian keluar kota tidak menyingkirkan kemungkinan terkena malaria (10). Menurut Center for Disease Control (CDC) 2007, gejala malaria tidak spesifik, dimulai dengan
10
sindrom sindrom prodormal prodormal berupa demam, malaise, malaise, lemah, lemah, keluhan gastrointestin gastrointestinal al (mual, (mual, muntah, dan diare), gangguan neurologi, dan sakit kepala. Demam adalah gejala yang paling sering muncul sekitar 78% - 100% tapi demam yang periodik tidak selalu muncul (10)
. Menurut WHO, gejala klinis saja tidak dapat menegakkan diagnosis malaria karena
pada pada daerah daerah yang yang endemis endemis gejala klinis klinis tidak tidak selal selalu u muncul muncul.. Kurva Kurva demam demam pada pada permulaan penyakit tidak teratur tetapi kemudian kurva demam menjadi teratur, yaitu dengan periodisitas 48 jam. Serangan demam mulai jelas dengan stadium menggigil, panas panas dan berker berkering ingat. at. Demam Demam dan menggi menggigil gil disebab disebabkan kan oleh oleh eritro eritrosit sit lisis lisis dan keluarnya merozoit ke sirkulasi (11). Pada Pada pemerik pemeriksaa saan n fisik fisik didapat didapatkan kan suhu suhu 39,0 39,0 oC, konjun konjungti gtiva va anemis anemis,, dan hepatosplenomegali. Menurut Kathryn N.S et al , demam pada penderita malaria sering dengan suhu badan lebih dari 38oC
(12)
. Anemia pada serangan pertama biasanya belum jelas atau
tidak berat, pada malaria menahun yang biasanya lebih jelas. Malaria menyebabkan anemia hemolitik berat karena sel darah merah diinfestasi oleh parasit Plasmodium. Mekanisme terjadinya kerusakan eritrosit pada infeksi malaria sangat kompleks. Anemia disebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama, dan gangguan pembentukan pembentukan eritrosit eritrosit karena karena depresi depresi eritropoes eritropoesis is dalam susmsum tulang
(13)
. Menurut Geoffrey Pasvol, indikasi transfusi pada penderita malaria
apabil apabilaa Hb kurang kurang dari dari 7 g/dl g/dl pada orang dewasa dewasa.. Menuru Menurutt B.A Biggs, Biggs, transf transfusi usi diber diberik ikan an apabi apabila la hema hemato tokr krit it kura kurang ng dari dari 20%. 20%.
Sela Selama ma dira dirawa watt pasi pasien en hany hanyaa
mendapatkan transfusi 1 kolf. Seharusnya transfusi sampai Hb 10 g/dl tapi pasien tidak kooperatif walaupun sudah diberikan edukasi (14,15).
11
Lien pada serangan pertama mulai membesar. Sekitar 24% - 40% splenomegali palin paling g serin sering g ditemu ditemukan kan pada pada pemeri pemeriksa ksaan an fisik fisik (10). Lien Lien meng mengal alami ami konge kongest sti, i, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dam jaringan ikat yang bertambah. Patofisiologi terjadinya splenomegali adalah produksi berlebih dari Plasmodium. Sedangkan hepatomegali, ikterik dan nyeri IgM sebagai respon terhadap Plasmodium. perut jarang ditemukan (12). Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis malaria yaitu pemeriksaan darah tepi serta serta apusan apusan darah darah tebal tebal dan tipis tipis..
Pada Pada pemeri pemeriksa ksaan an hemato hematolog logii menunj menunjukka ukkan n
pansi pansitope topenia nia dan kadar kadar albumi albumin n rendah rendah.. Menuru Menurutt Kathry Kathryn n N.S et al, pada malari malariaa didapatkan trombositopenia pada 70% kasus, anemia pada 25% kasus. Leukosit dapat normal atau rendah, lekositosis ditemukan kurang dari 5% kasus. Fungsi hati dapat abnormal, peningkatan transaminase ditemukan pada 25% kasus. Peningkatan bilirubin dengan adanya peningkatan peningkatan laktat dehidrogenase dehidrogenase yang menunjukkan menunjukkan adanya proses hemolisis. Pada malaria juga bisa didapatkan hiponatremia dan peningkatan kreatinin (12)
.
Albumi Albumin n yang yang rendah rendah pada penderit penderitaa malari malariaa menunj menunjukka ukkan n infeks infeksii akut
(14)
.
Penelitian Myoung-Don Oh et al disimpulkan bahwa trombositopenia sering t erjadi pada penderita malaria sekitar 85,1%. Walaupun kadar trombosit sangat rendah tapi jarang terj terjad adii perd perdar araha ahan. n. Meka Mekani nisme sme terj terjad adin inya ya trom trombo bosi sito tope peni niaa masi masih h belum belum dapat dapat dimengerti, dimengerti, kemungkinan terjadi peningkatan peningkatan platelet platelet yang berkaitan berkaitan dengan stimulasi Ig G dan makrofag (16). Hasil pemeriksaan pemeriksaan morfologi morfologi darah tepi menunjukkan berbagai stadium dari spesies P.vivax, P.vivax, yaitu yaitu stadium stadium tropozoit muda, tropozoit tropozoit setengah dewasa, tropozoit dewasa, dewasa, schizoit schizoit dan gamet. gamet. Diagnosis Diagnosis pasti malaria malaria dilakukan dilakukan dengan menemukan
12
parasit dalam darah yaitu pemeriksaan morfologi darah tepi melalui apusan darah tepi tebal maupun maupun tipis tipis dengan dengan pewarna Giems Giemsa. a. Pada morfologi morfologi darah darah tepi menunjukk menunjukkan an adanya fase aseksual dan seksual parasit dalam darah. Pada fase aseksual, merozoit dari skizon hati masuk ke peredaran darah menghinggapi eritrosit. Merozoit dalam eritrosit tumb tumbuh uh menj menjad adii trof trofoz ozoit oit muda muda yang yang berb berben entu tuk k cinc cincin in,, denga dengan n pulas pulasan an giem giemsa sa sitoplasmanya berwarna biru, inti merah mempunyai vakuol yang besar. Eritrosit yang dihing dihinggap gapii parasi parasitt mengal mengalami ami perubah perubahan an yaitu yaitu menjad menjadii besar besar,, berwar berwarna na pucat pucat dan tampak titik-titik halus berwarna merah yang bentuk dan besarnya sama disebut titik schuf schuffner fner.. Trofo Trofozoi zoitt muda muda kemudi kemudian an menjad menjadii trofozo trofozoit it dewasa dewasa yang yang sangat sangat aktif aktif sehingga sitoplasmanya tampak berbentuk amoeboid. Setelah daur eritrosit berlangsung bebera beberapa pa kali kali terjad terjadii fase fase seksua seksual, l, merozoi merozoitt yang yang tumbuh tumbuh menjad menjadii trofoz trofozoit oit dapat dapat membentuk gametosit (7). Pasien Pasien ini pertam pertamaa masuk masuk didiag didiagnos nosaa dengan dengan suspek suspek leukim leukimia. ia. Gejala Gejala klinis klinis leukem leukemia ia adalah adalah panas, panas, rasa rasa lemah, lemah, nafsu nafsu makan makan kurang, kurang, anemia, anemia, splenom splenomegal egali, i, hepato hepatomeg megali ali dan perdar perdarahan ahan.. Pada Pada pasien pasien ini tidak tidak terdap terdapat at perdar perdarahan ahan.. Setela Setelah h dilakukan pemeriksaan morfologi darah tepi ditemukan parasit P.vivax parasit P.vivax maka diagnosa pasien ini menjadi malaria vivax. Untuk terapi malaria pada kasus ini penderita diberi kloroquin dan pirimetamin. Kloroquin Kloroquin 150 mg pada hari pertama pertama 4 tablet dan 6 jam kemudian dilanjutkan dilanjutkan 2 tablet. tablet. Hari kedua dan ketiga diberikan kloroquin 2 tablet . Primakuin 15 mg diberikan selama 14 hari. Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit, sama sekali tidak efektif pada parasit di jaringan. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap P. terhadap P. falcifarum dan P. vivax.(5) Primakuin untuk membasmi parasit pada fase aseksual. Menurut WHO 2006,
13
yang yang terpent terpenting ing dari dari pengoba pengobatan tan malari malariaa adalah adalah eradik eradikasi asi parasi parasitt sehingga sehingga dapat dapat mencega mencegah h progre progresiv sivita itass menjad menjadii malari malariaa berat berat dan menuru menurunkan nkan morbid morbidita itass yang yang berkaitan dengan kegagalan terapi. Secara umum, P.vivax umum, P.vivax masih sensitif pada semua obat anti malaria. Kloroquin dan primakuin merupakan obat kombinasi pilihan. Pilihan pertama rekomendasi WHO untuk malaria vivax yaitu kloroquin 25 mg/KgBB dibagi 3 hari dikombinasikan dengan primakuin 0,25 mg/KgBB 1 kali sehari selama 14 hari. Khusus untuk Asia Tenggara Tenggara dan Oceania Oc eania dosis primakuin 0,5 mg/KgBB (5). Pasien ini pulang atas permintaan sendiri dan dirawat hanya selama 8 hari. Sehi Sehing ngga ga suli sulitt untuk untuk menge mengeva valu luas asii perke perkemb mbang angan an peny penyak akit it dan dan
kese kesemb mbuh uhan an..
Komplikasi serius pada malaria vivax sangat jarang, pada beberapa kasus komplikasi yang serius adalah rupturnya limpa.
PENUTUP
14
Telah dilaporkan laporan kasus seorang seorang penderita penderita laki-laki laki-laki (25 tahun) dengan diag diagno nosi siss mala malari riaa viva vivax, x, tela telah h dira dirawat wat di ruan ruang g Peny Penyak akit it Dala Dalam m Pria Pria RSUD RSUD Ulin Ulin Banjarmasi Banjarmasin n dari tanggal 5 – 12 Mei 2008 . Penderita Penderita datang dengan keluhan badan panas panas disert disertai ai badan badan lemah, lemah, pusing pusing,, mual, mual, muntah muntah dan nafsu nafsu makan makan yang yang menuru menurun. n. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium didapatkan pansitopenia dan pada morfologi darah darah tepi ditemukan parasit P. P. Vivax pada berbagai stadium. Pasien pulang p ulang atas permintaan sendiri dan dirawat hanya selama 8 hari. Sehingga sulit untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Millet JP, Ollalla PG, Santisteve PC et al. Imported malaria in a cosmopolitan
European city: a mirror image of the world epidemiological situation. Malaria Journal 2008; Journal 2008; 7 (56): 1-9 2. Munthe CE. Malaria serebral. Cermin dunia kedokteran 2001; 131: 5-6
3. Kawai S, Ikeda E, Sugiyama M et al. Enhancement of splenic glucose metabolism
during acute malarial infection: correlation of findings of FDG-PET imaging with pathological changes in a primate model of sever human malaria. Am. malaria. Am. J. Trop. Med. Hyg 2006; Hyg 2006; 74 (3): 353 - 60
4. Umar N. Gambaran penyakit malaria di bagian anak Rumah Sakit Umum Langsa
Aceh Timur. Cermin dunia kedokteran 1994; 94: 14-15
5. WHO. Guidelines fot the treatment of malaria. 2006. Dari URL: www.who.int
6. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (SKRT) 2001 UNICEF U NICEF Indonesia, 2000, Multiple
Indicator Cluster Survey Report on the Education and Health of Mothers and Children
7. Gandahusada, Srisasi dkk. Parasitologi Kedokteran, Edisi 3. FKUI Jakarta, 1998;
171-209
8. Rodrigues MHC, Cunha MG, Machado RLD, Ferreira OC, Rodrigues MM, Soares
IS. Serological detection of Plasmodium vivax malaria using recombinant proteins corresponding to the 19-kDA C-terminal region of the merozoite surface protein-I. Malaria Journal 2003; Journal 2003; 2: 1-7
9. Leslie T, T, Mayan MI, Hasan MA et al. Sulfadoxine-Pyrimethamine, Chlorpraguanil-
Daps Dapson on,, or Chlo Chloro roqu quin inee for for the the trea treatm tmen entt of plas plasmo modi dium um viva vivax x mala malari riaa in Afganistan Afganistan and Pakistan: Pakistan: a randomized randomized controlled controlled trial. JAMA 2007; 297 (20) 2201- 9
10. Griffith KS, Lewis LS, Mali S et al. Treatment of malaria in the United States: a
systemic review. JAMA review. JAMA 2007; 297 (20): 2264 – 77
11. CDC. Malaria. 2007. Dari URL: www.CDC.gov www.CDC.gov 16
12. Suh KN, Kain KC, Keystone JS. Malaria. JMAC Malaria. JMAC 2004; 2004; 170 (11): 1-10
13. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi . EGC Jakarta, 2000; 125-126
14. Pasvol Pasvol G. The treatm treatment ent of compli complicat cated ed and severe severe malari malaria. a. British British medical medical
bulletin 2005; 75: 29 – 47
15. Biggs BA, Goller JL, Jolley D, Ringwald P. Regional differences in the response
of P.vivax P.vivax malaria to primaquine as anti-relapse therapy. Am.J.Trop.Med.Hyg therapy. Am.J.Trop.Med.Hyg 2007; 2007; 76: 203-7
16. OH
MD, Shin H, Shin D et al. Clinical fea features of vivax malaria. Am.J.Trop.Med.Hyg 2001; Am.J.Trop.Med.Hyg 2001; 65 (2) 145-6
17. Sukarban, S dan Zunilda. Obat Malaria Dalam Farmakologi dan Terapi Edisi
4. Jakarta: FKUI, 1995; 545-59
LAMPIRAN
17
18