LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
PERBANYAKAN VEGETATIF
Disusun Oleh:
Nama : M Redy Prasdianata
NIM : 125040200111129
Kelompok : Senin, 15.05
Asisten : Dasa
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam proses kehidupan, semua makhluk hidup pasti mengalami proses perkembang biakan termasuk tanaman. Ada dua proses perkembang biakan yang ada yaitu perkembang biakan generative yang melalui perkawinan dan perkembang biakan vegetatife tanpa melalui perkawinan, namun menggunakan bagian dri tubuh tanaman itu sendiri, dengan kata lain perbanyakan vegetative adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi, dan akar. Pembiakan secara tak kawin atau aseksual merupakan dasar dari perkembangbiakan vegetative. Tanaman dapat membentuk kembali jaringan-jaringan dan bagian-bagian lain, dimana pada beberapa tanaman pembiakan vegetative merupakan prose salami yang sempurnaatau proses dari buatana manusia.
Pembiakan vegetative ini pada dasarnya memiliki prinsip yaitu merangsang tunas adventif yang ada pada bagian-bagian tanaman yang akan digunakan sebagai alat perkembangbiakan vegetative tersebut agar berkembangbiak menjadi tanaman baru yang sempurna dimana memiliki akar, batang, dan daun. Pembiakan vegetatif ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek, okulasi, penyambungan, dan cangkok. Adapun keuntungan dari perbanyakan vegetative yaitu sifat tumbuhan baru sama persis dengan sifat tumbuhan induknya. Jika tumbuhan induk merupakan tumbuhan unggul, maka tumbuhan baru pun akan bersifat unggul. Waktu tumbuhnya cepat sehingga lebih cepat memberikan hasil jika dibandingkan dengan ditanam dengan bijinya. Namun perbanyakan vegetative juga mempunyai kekurangan yaitu tumbuhan yang diperbanyak secara vegetatif mempunyai akar yang kurang kokoh sehingga mudah tumbang. sehingga perlu dipelajari lebih lanjut bagaiaman cara perkembangbiakan vegetative yang benar agar dapat diperoleh manfaat yang maksimal dari perkembangbiakan tersebut.
Tujuan
Tujuan dari praktikum perbanyakan vegetatif ini adalah sebagai berikut :
Mahasiswa mengetahui informasi mengenai perbanyakan tanaman secara vegetatif dan mampu menerapkan cara perbanyakan dengan vegetatif.
Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan antara perbanyakan vegetatif secara akami dan perbanyakan vegetatif buatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Alami
Perkembangbiakan tak kawin merupakan perkembang biakan yang tanpa didahului adanya pertemuan/ peleburan sel kelamin. Oleh karena itu hasil perkembangbiakan secara tak kawin sifatnya sama seperti induknya. Perkembangbiakan vegetatif alami dapat melalui beberapa cara misalnya dengan : Tunas, Umbi, Stolon, Rhizoma, Spora (Handoyo, 2014).
Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon) (Mangoendidjojo, 2003).
2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
a. Rhizome
Rhizoma merupakan modifikasi dari batang yang tumbuh menjalar dibawah permukaan tanah. Salah satu ciri rhizoma yang nampak adalah adanya ruas-ruas, sehingga dari setiap ruas tersebut dapat tumbuh individu baru. Contoh tumbuhan yang membentuk rhizoma sebagai alat perkembangbiakan adalah Sansiveira, Jahe, Lengkuas, dll.
Umbi
Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan juga berperan sebagai alat perkembangbiakan. Berdasarkan cirinya umbi dapat dibedakan atas umbi batang, umbi akar dan umbi lapis.
1). Bulb (Umbi Lapis)
Merupakan umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan yang membungkus bagian yang disebut cakram. Dari cakram inilah nantinya muncul individu baru sebagai
keturunannya. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi lapis adalah : bawang
merah, bakung dll.
2). Corn (Umbi batang)
Umbi batang memiliki ciri terdapat beberapa mata tunas, sehingga dari satu umbi dapat menghasilkan beberapa individu baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang menghasilkan umbi batang adalah kentang, ubi jalar dll.
3). Umbi akar
Umbi akar tidak memiliki mata tunas, sehingga tunas baru hanya muncul pada satu tempat yaitu pada pangkal umbi yang merupakan tempat pelekatannya dengan batang. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi akar adalah dahlia, bengkuang dan lobak.
Tunas
Tunas batang : bambu, pisang, Aglaonema.
Tunas akar : cemara, sukun, kesemek.
Tunas daun : Cocor bebek (disebut juga tunas adventif)
(Handoyo, 2014)
Stolon/Geragih
Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di bawah permukaan tanah dan pada interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah. Contoh: strawberry, lili paris, arbei (Raharja, dkk, 2003).
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif alami
Suhu
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
Kelembaban udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
(Rochiman.2002)
2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan
2.2.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Buatan
Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan (Rochiman.2002).
2.2.2 Macam Perbanyakan vegetatif buatan
a. Cangkok
Cangkok adalah perbanyakan tanaman dengan cara menguliti suatu bagian batang tanaman yang ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh dan kemudian ditanam pada media yang lain.
Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu.
1). Keuntungan mencangkok
Tumbuhan hasil cangkokan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
2). Kerugian mencangkok
Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
Stek
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian –bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Teknis sangat mudah. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar.
Stek Batang Stek Daun
(Handoyo, 2014)
Okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.) (Hartmann, dkk. 1997).
Menyambung/ Mengenten
Menyambung atau mengenten adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dua tanaman yang sejenis. Misalnya, ada dua tanaman mangga. Tanaman mangga pertama berakar kuat tetapi buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua berakar lemah tetapi buahnya sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang berakar kuat dan berbuah manis, maka batang bawah dari tanaman mangga berakar kuat disambungkan dengan batang atas tanaman mangga yang berbuah manis.
Merunduk
Merunduk adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara merundukan batang atau cabang ke tanah sehingga tumbuh akar. Tumbuhan yang biasa dikembangbiakan antara lain sirih, strawberry, alamanda, anyelir, apel, selada air,anggur dan sebagainya.
f. Kultur jaringan
Yaitu perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan tertentu dari suatu tanaman(tunas,akar,daun) dan dikembangkan dalam media khusus.
(Handoyo, 2014)
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
a. Faktor Intern :
Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
Faktor Ekstern:
Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan) (Mangoendidjojo, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat, bahan, fungsi
3.1.1 Alat
Pisau silet, untuk memotong
Plastik es, untuk mengikat dan menyungkup
Polibag dan bak pasir, untuk tempat menanam
Kamera, untuk dokumentasi
Alat tulis, untuk mencatat hasil praktikum
3.1.2 Bahan
Bahan tanam
Perbanyakan Vegetatif Alami
No
Metode
Bahan
1
Umbi lapis
Bawang merah
2
Umbi batang
Kentang
Perbanyakan Vegetatif Buatan
No
Metode
Bahan
1
Okulasi
Tanaman mawar
2
Grafting
Batang atas dan batang bawah dari tanaman bougenvil
Campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1, sebaga media tanam
ZPT, sebagai zat perangsang pertumbuhan akar
3.2. Langkah kerja
3.2.1. Perbanyakan vegetatif alami
Gambar 1. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi lapis2 siung bawang merahBeri label identitas kelompokPengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekaliTanam di polibag1 siung bagian pucuknya dipotong bagian1 siung tetap utuhBawang dicelup ke dalam ZPT
Gambar 1. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi lapis
2 siung bawang merah
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Tanam di polibag
1 siung bagian pucuknya dipotong bagian
1 siung tetap utuh
Bawang dicelup ke dalam ZPT
Kentang
Kentang
Potong kentang menjadi beberapa bagian menyesuaikan mata tunas
Potong kentang menjadi beberapa bagian menyesuaikan mata tunas
Bagian bawah potongan kentang dioles dengan ZPT
Bagian bawah potongan kentang dioles dengan ZPT
Tanam di polibag
Tanam di polibag
Beri label identitas kelompok
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Gambar 2. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi batang
Gambar 2. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi batang
3.2.2. Perbanyakan vegetatif buatan
Induk mawar AInduk mawar BAmbil mata tunasBuat sayatan pada batangBuka sayatan untuk meletakkan mata tunas mawar ATempelkan mata tunas mawar A pada sayatan batang mawar BBalut hasil tempelan tunas dengan plastik, mata tunas tidak ditutup plastikBeri label identitas kelompokPengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekaliGambar 3. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode okulasi
Induk mawar A
Induk mawar B
Ambil mata tunas
Buat sayatan pada batang
Buka sayatan untuk meletakkan mata tunas mawar A
Tempelkan mata tunas mawar A pada sayatan batang mawar B
Balut hasil tempelan tunas dengan plastik, mata tunas tidak ditutup plastik
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Gambar 3. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode okulasi
Gambar 6. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode graftingBatang atasBatang bawahPemotongan batang atasPembelahan batang bawahPenyambungan batang atas dan batang bawahPenyungkupanPemeliharaan selama 5 mingguPengamatan & dokumentasi
Gambar 6. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode grafting
Batang atas
Batang bawah
Pemotongan batang atas
Pembelahan batang bawah
Penyambungan batang atas dan batang bawah
Penyungkupan
Pemeliharaan selama 5 minggu
Pengamatan & dokumentasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1 Umbi lapis (bawang merah)
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
Perlakuan bawang merah dipotong 13 bagian
1
Saat munculnya tunas
8 Hst
2
Jumlah tunas
5
5
5
5
5
5
3
Tinggi tanaman (cm)
3
7,5
10,9
15,8
26,1
28,6
Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong
1
Saat munculnya tunas
7 Hst
2
Jumlah tunas
3
3
3
3
3
3
3
Tinggi tanaman (cm)
2.5
7
12,4
17,7
27
30,2
4.1.2 Umbi batang (kentang)
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
Presentase tanaman hidup 100%
Tidak dicelupkan ZPT
1
Saat munculnya tunas
8 hst
3
Jumlah tunas
-
1
1
1
1
1
4
Tinggi tanaman (cm)
-
0,4
1
1,6
2,1
2,7
Dicelupkan ZPT
1
Saat munculnya tunas
7 Hst
2
Jumlah tunas
1
1
1
1
1
1
3
Tinggi tanaman (cm)
0,3
0,9
1,3
1,9
2,4
3
Stek daun
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
Perlakuan menggunakan12 bagian daun
1
Saat munculnya tunas
Hst
2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman hidup (%)
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Perlakuan menggunakan daun utuh
1
Saat munculnya tunas
- Hst
2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman hidup (%)
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Stek batang
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
Perlakuan menggunakan batang atas
1
Saat munculnya tunas
- Hst
2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman hidup (%)
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Perlakuan menggunakan batang tengah
1
Saat munculnya tunas
- Hst
2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman hidup (%)
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Perlakuan menggunakan batang bawah
1
Saat munculnya tunas
- Hst
2
Jumlah tunas
-
-
-
-
-
-
3
Persentase tanaman hidup (%)
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Okulasi
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Persentase tumbuh (%)
0%
2
Panjang tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Warna tunas
-
-
-
-
-
-
-
-
Grafting
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Saat munculnya tunas
-Hst
2
Persentase tumbuh (%)
0%
3
Warna batang
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Diameter batang (cm)
-
-
-
-
-
-
-
-
Dokumentasi
Minggu pertama
Minggu kedua
Minggu ketiga
Minggu keempat
Minggu kelima
Minggu keenam
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa minggu didapatkan hasil untuk perkembangbiakan vegetatif umbi lapis pada bawang merah dengan perlakuan bawang merah dipotong sepertiga bagian yaitu pada minggu pertama tumbuh 3 tunas dengan tinggi tanamannya yaitu 3 cm, minggu kedua 7,5 cm, minggu ketiga 10,9 cm, minggu keempat 15,8 cm, minggu kelima 26,1 cm, dan minggu ke enam adalah 28,6 cm. sedangkan untuk perlakuan bawang merah yang tanpa dipotong muncul 3 tunas dengan tinggi tanaman pada minggu pertama yaitu 2,5 cm, minggu kedua 7 cm, minggu ketiga 12,4 cm, minggu keempat 17,7 cm, minggu kelima 27 cm, dan minggu keenam 30,2 cm. Dari pengamatan tersebut terlihat bawang merah yang dipotong sepertiga bagian memiliki tunas lebih banyak dari pada yang tanpa dipotong dan ditanam langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumini, Yenny Sufyati dan Nurul Fajri (2010) Hasil uji F pada analisis ragam menunjukkan bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah sangat nyata pengaruhnya terhadap jumlah anakan per rumpun umur 30 HST dan jumlah umbi per rumpun, nyata pengaruhnya terhadap jumlah anakan umur 45 HST dan bobot basah umbi per rumpun. Namun, pemotongan umbi bibit bawang merah tidak nyata pengaruhnya terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah anakan umur 15 HST dan bobot kering umbi per rumpun. Wibowo (2005) menyatakan bahwa pemotongan umbi bibit dapat mempercepat pertumbuhan tanaman dan jumlah anakan, serta dapat mendorong pertumbuhan umbi samping. Selanjutnya Rukmana (1994) menambahkan bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah mempunyai beberapa keuntungan antara lain: pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasil meningkat. Sedangkan rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit diduga diakibatkan oleh lambatnya keluar mata tunas, sehingga pertumbuhan tunas dan pembentukan anakan terhambat dan mengakibatkan tanaman tumbuh tidak maksimal. Samadi dan Cahyono (2005) menyatakan bahwa pemo-tongan umbi bertujuan untuk mem-percepat pertumbuhan tunas dan meningkatkan jumlah anakan.
Sedangkan untuk perbanyakan vegetatif umbi kentang didapatkan hasil untuk tunas kentang yang tanpa perlakuan baru tumbuh pada minggu kedua dengan tinggi tanaman 0,4 cm, minggu ketiga 1 cm, minggu keempat 1,6 cm, minggu kelima 2,1 cm, dan minggu keenam 2,7 cm. untuk tunas kentang yang diberi perlakuan perendaman ZPT didapatkan hasil bahwa tunas kentang tumbuh pada hari ke 7 dengan tinggi tanaman pada minggu pertama yaitu 0,3 cm, minggu kedua 0,9 cm, minggu ketiga 1,3 cm, minggu keempat 1,9 cm, minggu kelima 2,4 cm, dan minggu keenam adalah 3 cm. dari data terswbut dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman terhadap ZPT mampu membuat tunas kentang yang ditanam tunbuh terlebih dahulu daripada yang tidak dicelupkan ZPT yan yuntuk merangsang pembentukan akar. Sedangkan tanaman kentang tumbuh sangat lambat dikarenakan tidak adanya air untuk pertumbuhan, karena penyiraman pada media tidak dilakukan secara teratur yang menyebabkan pertumbuhan tanaman kentang lambat.
Sedangkan untuk stek daun dan stek batang tidak ada yang tumbuh dan akhirnya mati. Untuk teknik grafting dan okulasi juga tidak tumbuh. Hal ini mungkin dikarenakan faktor kesalahan praktin saat melakukan praktikum, dan kondisi tanaman serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yohanis Tambing, Enny Adelin, Tati Budiarti, dan Endang Murniati (2008) yaitu beberapa kemungkinan penyebab inkompatibilitas: (1) jumlah sambungan yang bertaut relatif kecil, (2) adanya perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas, (3) kedua varietas yang disambungkan mengalami defisiensi hara/hormon tumbuh maupun translokasi nutrisi yang abnormal, (4) banyak getah dan mengeras pada luka di bagian sambungan, (5) infeksi penyakit, (6) beberapa varietas tertentu sangat rendah memperoduksi kalus, (7) bentuk potongan yang tidak serasi, (8) bidang persentuhan kambium tidak tepat, (9) faktor ketrampilan orang yang melakukan penyambungan (Rochiman dan Setyati, 1973 dan Tirtawinata, 2003). Faktor kedekatan kekerabatan (genetik) juga tidak signifikan pada penelitian ini. Karena sekalipun dilakukan sambungan pada sesama kultivar, keberhasilan pertautan sambungan tetap rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rendahnya bibit jadi yang diperoleh adalah karena faktor ketidakcocokan (inkompatibel) yang diduga disebabkan selain operator (penyambung) kurang terampil juga karena kondisi pertumbuhan yang kurang baik akibat tercekam suhu tinggi di tempat pembibitan, serta ukuran diameter batang bawah dan entris tidak sama besar; Ukuran diameter batang yang tidak sama besar menyulitkan terjadinya pertautan.
BAB V
KESIMPULAN
Pembiakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon)
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif menggunakan umbi lapis (bawang merah) mampu tumbuh dengan baik baik yang kontrol maupun perlakuan. Namun hasil terbaik adalah bawang merah yang dipotong sepertiga bagian karena menghasilkan tunas lebih banyak daripada yang tidak dipotong/kontrol. Sedangkan untuk umbi batang (kentang) pemberian ZPT tidak terlalu berbeda nyata hasilnya dengan yang tanpa ZPT, hanya beda masa tumbuhnya tunas karena yang diberi ZPT tumbuh tunas terlebih dahulu, begitupun tinggi tanaman juga tidak terlalu beda jauh. Sedangkan untuk stek daun dan stek batang yang mati lebih diakibatkan perawatan yang kurang maksimal saat pengamatan, karena penyiraman tidak teratur. Selain faktor tersebut, kesalahan saat melakukan proses stek batang dan stek daun juga berpengaruh terhadap matinya tanaman yang diperbanyak dengan stek batang dan stek daun pada praktikum ini
DAFTAR ISI
Handoyo, Luisa Diana. 2014. Perkembangbiakan Tumbuhan.
Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed.
Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.
Jumini, S. Yenny. F. Nurul. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi Bibit Dan Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah. J. Floratek 5: 164 – 171.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Raharja, PC. dan Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agro Media Pustaka: Jakarta.
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institu Pertanian Bogor.
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 2002. Perkembangbiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Salisbury, F.B., and C.W. ROSS. 1992. Plant Physiology. Wadworth Publishing Company. California.
Tambing, Y., 2004. Respons Pertautan Sambung Pucuk dan Pertumbuhan Bibit Mangga Terhadap Pemupukan Nitrogen pada Batang Bawah. J. Agrisains 5 (3):141-147.
Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah dengan Cara Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad 15 (2): 95 – 100.
Tirtawinata, 2003. Kajian Anatomi Dan Fisologi Sambungan Bibit Manggis Dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Bogor Agricultural University.