Crohn’s disease Epidemiologi Insiden (amerika utara) per orang-tahun Usia Etnic Rasio Pria-wanita Merokok Kontrasepsi oral Appendectomy Monozygotic twins Dizygotic twins
3.1-14.6/100.000 15-30 dan 60-80 Jewish > Non-Jewish Caucasian > African American > Hispanic > Asian 1.1–1.8:1 May cause disease Odds ratio 1.4 Not protective 58% concordance 4% concordance
Etio-patofisiologi
Genetic lingkung
Kaskad inflama Sel
Protease Leukotrin, dll
Limfosi
Kerusakan langsung Autoimun Virus Bakteri
Sitoki
Netrofi
Makrofa
Tidak dapat disangkal bahwa factor genetic memainkan peranan penting dengan adanya kekerapan yang tinggi pada anak kembar dan adanya keterlibatan familiar. Teori adanya peningkatan permeabilitas epitel usus, terdapatnya inti neutrofil sitoplasmic sitoplasmic autoantibody, peran nitric oksida, dan riwayat infeksi (terutama mikobakterium paratuberkulosis) banyak dikemukakan. Yang tetap menjadi masalah adalah hal apa yang mencetuskan keadaan tersebut. Defek imunologinya kompleks, antara interaksi antigen eksogen, kemudahan masuk antigen (termasuk permeabilitas usus) dan kemungkinan disregulasi mekanisme imun pasien. Secara umum diperkirakan bahwa proses pathogenesis IBD diawali oleh adanya infeksi, toksin, produk
bakteri atau diet intralumen kolon, yang terjadi pada individu yang rentan dan dipengaruhi oleh factor genetic, defek imun, lingkungan sehingga terjadi kaskade proses inflamasi pada dinding usus.
Manifestasi klinis Diare kronik yang disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan manifestasi klinik IBD yang paling umum dengan beberapa manifestasi ekstra intestinal seperti artritis, uveitis, pioderma gangrenosum, eritema nodosum dan kolangitis. Sedangkan pada crohn’s disease lebih bervariasi yaitu dapat melibatkan atau terjadi pada semua segmen saluran cerna, mulai dari mulut sampai anorektal. Pada crohn’s disease selain gejala umum di atas adanya fistula merupakan hal yang karakteristik (termasuk perianal). Nyeri perut relatif lebih mencolok. Hal ini disebabkan oleh sifat lesi, yang transmural sehingga dapat menimbulkan fistula dan obstruksi serta berdampak pada timbulnya bacterial overgrowth.
Diagnosis Clinical Gross blood in stool Mucus Systemic symptoms Pain Abdominal mass Significant perineal disease Fistulas Small-intestinal obstruction Colonic obstruction Response to antibiotics Recurrence after surgery ANCA-positive ASCA-positive Endoscopic Rectal sparing Continuous disease "Cobblestoning" Granuloma on biopsy Radiographic Small bowel significantly abnormal Abnormal terminal ileum Segmental colitis Asymmetric colitis Stricture
Occasionally Occasionally Frequently Frequently Yes Frequently Yes Frequently Frequently Yes Yes Rarely Frequently Frequently Occasionally Yes Occasionally Yes Yes Yes Yes Frequently
Gambaran laboratorium
Adanya abnormalitas parameter laboratorium dalam hal kadar Hb, lekosit, LED, tromboosit, C-reactive protein, kadar besi serum dapat terjadi pada kasus IBD, tetapi gambaran demikian juga dapat ada pada kasus infeksi. Tidak ada parameter laboratorium yang spesifik untuk IBD. Sebagian besar hanya merupakan parameter proses inflamasi secara umum atau dampak sistemik akibat proses inflamasi gastrointestinal yang mempengaruhi proses digesti/absorbsi. Endoskopi
Crohn’s disease bersifat transmural, segmental dan dapat terjadi pada saluran cerna bagian atas, usus halus ataupun kolon. Dari data yang ada, dilaporkan 11% kasus crohn’s disease terbatas pada ileo-caecal, 33% ileo-kolon dan 56% hanya di kolon. Radiologi •
Barium kontras ganda dapat memperlihatkan lesi struktur, fistulasi, mukosa yang ireguler, gambaran ulkus dan polip, ataupun perubahan distensibilitas lumen kolon berupa penebalan dinding usus dan hilangnya haustrae.
•
Foto polos abdomen secara sederhana dapat mendeteksi adanya dilatasi toksik yaitu tampak lumen usus yang yang melebar tanpa material feses didalamnya.
•
Peran CT scan dan ultrasonografi lebih banyak ditujukan pada crohn’s disease dalam mendeteksi adanya abses ataupun fistula.
Tatalaksana Pengobatan umum
Dengan dugaan adanya factor/agen proinflamasi dalam bentuk bakteri intrlumen usus dan komponen diet sehari-hari yang dapat mencetuskan proses inflamasi kronik pada kelompok orang yang rentan, maka diusahakan untuk mengeliminasi hal tersebut dengan cara pemberian antibiotic, lavase usus, mengikat produksi bakteri, mengistirahatkan kerja usus, dan perubahan pola diet. Metronidazole cukup banyak bermanfaat pada crohn’s disease dalam menurunkan derajat aktivitas penyakitnya pada keadaan aktif. Obat Golongan Kortikosteroid
Merupakan obat pilihan untuk crohn’s disease. Pada umumnya pilhan jatuh pada prednisone, metilprednisolon atau steroid enema. Pada keadaan berat, diberikan kortikosteroid parenteral. Dosis rata-rata yang banyak digunakan untuk mencapai fase remisi adalah setara
dengan 40-60 mg prednisone, yang kemudian dilakukan tapering dose setelah remisi tercapai dalam waktu 8-12 minggu. Obat Golongan Asam Amino Salisilat
Obat yang sudah lama dan mapan dipakai dalam pengobatan IBD adalah preparat sulfasalazin yang merupakan gabungan sulpiridin dan aminosalisilat dalam ikatan azo. Preparat ini akan dipecah di dalam usus menjadi sulfapiridin dan 5-acetil salicylic acid (5-ASA). Obat Golongan Imunosupresif
Obat ini dipakai bila dengan 5-ASA dan kortikosteroid gagal mencapai remisi. Obat golongan ini seperti; 6-merkaptopurin, azatioprin, siklosporoin dan metotreksat.
Table 289-6 Oral 5-ASA Preparations
Preparation
Formulation
Delivery
Dosing Per Day
Sulfapyridine-5-ASA
Colon
3–6 g (acute)
Azo-bond
Sulfasalazine (500 mg) (Azulfadine)
2–4 g (maintenance) Olsalazine (250 mg) (Dipentum)
5-ASA-5-ASA
Colon
1–3 g
Balsalazide (750 mg) (Colazal)
Aminobenzoylalanine-5-ASA
Colon
6.75–9 g
Eudragit S (pH 7)
Distal ileum- 2.4–4.8 g (acute) colon 1.6–4.8 g (maintenance)
Delayed-Release
Mesalamine (400, 800 mg) (Asacol)
Claversal/Mesasal/Salofalk (250, 500 Eudragit L (pH 6) mg)
Ileum-colon
1.5–3 g (acute) 1.5–3 g (maintenance)
Sustained-Release
Mesalamine (250, 500, 1000 mg) (Pentasa)
Ethylcellulose microgranules
Stomachcolon
2–4 g (acute)
MMX mesalamine
Ileum-colon
2.4–4.8 (acute)
1.5–4 g (maintenance)
Extended-Release
Mesalamine (1.2 gm) (under review
Preparation
Formulation
by the FDA)
(SPD476)
Delivery
Dosing Per Day
2.4–4.8 (maintenance)
Surgical
Bila pengobatan konservatif/medikamentosa gagal atau terjadi (perdarahan, obstruksi ataupun megakolon toksik).
Komplikasi 1. Perforasi usus yang terlibat 2. Terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis 3. Megakolon toksik (terutama pada ulcerative Colitis) 4. Perdarahan 5. Degenerasi maligna
Prognosis Pada dasarnya, penyakit IBD merupakan penyakit yang bersifat remisi dan eksaserbasi. Cukup banyak dilaporkan adanya remisi yang bersifat spontan dan dalam jangka waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi oleh ada tidaknya komplikasi atau tingkat respon terhadap pengobatan konservatif.