BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Latar Belaka Belakang ng
Abses adalah kumpulan nanah setempat yang terkubur dalam jaringan, organ organ atau atau rongga rongga yang yang tertutu tertutup. p. Abses Abses anorek anorektal tal merupa merupakan kan abses abses yang yang terdapat dalam jaringan anorektum. Sedangkan abses peria nal merupakan abses anor anorek ekta tall supe superfi rfici cial al tepat tepat diba dibawa wah h kuli kulitt sekit sekitar ar anus anus.. Abses Abses perian perianal al meru merupa paka kan n infe infeks ksii pada pada jari jaring ngan an luna lunak k seki sekita tarr salu salura ran n anal anal,, deng dengan an pembentukan abses rongga diskrit. Abses anorektal disebabkan oleh radang ruang pararektum akibat infeksi kuman usus. Umunya, pintu infeksi terdapat dikelenjar dikelenjar rectum di kripta antar kolumna rectum. Penyebab Penyebab lain ialah infeksi dari kulit anus, hematom, fisura anus, dan skleroterapi Tingkat keparahan dan kedalam kedalaman an dari dari abses abses cukup cukup variab variable, le, dan rongga rongga abses abses dikaitk dikaitkan an dengan dengan pembentukan saluran fistulous.,!,"
Abse Absess dina dinama maii sesu sesuai ai deng dengan an leta letak k anat anatom omic ic sepe sepert rtii pelv pelvir irek ekta tal, l, iskiorektal, antarsfingter, marginal, yaitu di saluran anus dibawah epitel, dan perianal. #alam praktik sehari$hari, abses perianal paling sering ditemukan. %okasi %okasi klasik abses anorectal anorectal tercantum tercantum dalam urutan penurunan penurunan frekuensi frekuensi adalah sebagai berikut& perianal '(), ischiorectal !(), intershincteric *), supralevator +), dan submukosa ). !,"
ejadian puncak dari abses anorektal adalah didekade ketiga dan keempat kehidupan. Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan dominasi laki$ laki&perempuan !&($"&(. Sekitar "() dari pasien dengan abses anorektal laporan laporan riwaya riwayatt abses abses serupa serupa yang yang baik baik diseles diselesaik aikan an secara secara sponta spontan n atau intervensi bedah diperlukan. "
Sebuah Sebuah inside insiden n yang yang lebih lebih tinggi tinggi dari dari pemben pembentuk tukan an abses abses tampak tampaknya nya sesuai sesuai dengan dengan musim musim semi semi dan panas. panas. Sement Sementara ara demogr demografi afi menunj menunjuka ukan n disparitas yang jelas dalam terjadinya abses sehubungan dengan usia dan jenis
kelamin, kelamin, tidak ada pola yang jelas ada di antara berbagai berbagai -egara atau wilayah di dunia. dunia. eskipun eskipun menyarankan menyarankan,, hubungan hubungan langsung langsung antara pembentuka pembentukan n abses anorektal dan kebiasaan buang air besar, diare sering, dan kebersihan pribadi yang buruk tetap tidak terbukti."
!
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Abse Absess
anor anorek ekta tall
meru merupa paka kan n abse absess
yang ang terd terdap apat at dala dalam m jari jaring ngan an
anorektum. anorektum. Sedangkan abses perianal perianal merupakan merupakan abses anorektal anorektal superficial superficial tepat tepat dibawa dibawah h kulit kulit sekitar sekitar anus. anus. Abses Abses perian perianal al merupa merupakan kan infeks infeksii pada pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit. Sebuah Sebuah abses abses anorek anorektal tal merupa merupakan kan akumul akumulasi asi nanah nanah di sekita sekitarr anus anus dan rectum.,!,"
II. II. Etio Etiolo logi gi
Abses anorektal anorektal merupakan merupakan gangguan gangguan sekitar anus anus dan rectum, dimana dimana sebag sebagian ian besa besarr timbu timbull dari dari obstr obstruk uksi si krip kripta ta anal. anal. /nfek /nfeksi si dan dan stasis stasis dari dari kelenjar kelenjar dan sekresi kelenjar kelenjar menghasilka menghasilkan n supurasi supurasi dan pembentukan pembentukan abses dalam dalam kelenja kelenjarr anal. anal. 0iasany 0iasanya, a, abses abses terbent terbentuk uk awal awal 1 awal awal dalam dalam ruang ruang intersfingterik dan kemudian keruang potensial yang berdekatan. !,+
III. Anatomi Anatomi
ayoritas penyakit supuratif anorektal adalah hasil dari infeksi kelenjar anal 2crypto 2cryptogla glandu ndular lar infecti infection3 on3 yang yang ditemu ditemukan kan pada pada 4inters 4intersphi phincte ncteric ric plane5. #uktus dari kelenjar 1 kelenjar tersebut melintasi sfingter internal dan bermuara di kripta anal pada tingkat linea dentata. /nfeksi dari kelenjar anal membentuk abses yang membesar dan menyebar sepanjang salah satu rongga pada ruang perianal dan perirektal. 6uang perianal mengelilingi anus dan bagian lateralnya bersatu menjadi lemak bokong. 6uang intersfingterik memisahkan sfingter ani internal dan eksternal.!
"
Gambar Anatomi An!s "an #e$tal (diambil dari F.Netter)
I%. Patofisiologi
. ebanyakan abses anorektal bersifat sekunder terhadap proses supuratif yang dimulai pada kelenjar anal. Teori ini menunjukan bahwa obstruksi dari saluran kelenjar tersebut oleh tinja, corpus alienum atau trauma akan menghasilkan
stasis
dan infeksi
sekunder
yang
terletak
di
ruang
intersfingterik. #ari sini proses infeksi dapat menyebar secara distal sepanjang otot longitudinal dan kemudian muncul di subkutis sebagai abses perianal, atau dapat menyebar secara lateral melewati otot longitudinal dan sfingter eksternal sehingga menjadi abses ischiorektal. eskipun kebanyakan abses yang berasal dari kelenjar anal adalah perianal dan ischiorektal, ruang lain dapat terinfeksi. Pergerakan infeksi ke atas dapat menyebabkan abses intersfingterik tinggi. /ni kemudian dapat menerobos otot longitudinal ke ruang supralevator sehingga menyebabkan sebuah abses supralevator. Setelah abses terdrainase, secara spontan maupun secara bedah, komunikasi abnormal antara lubang anus dan kulit perianal disebut fistula ani. *
+
Gambar & Patofisiologi men!r!t Teori Cryptoglandular
Selain pergerakan ke atas, ke bawah, dan lateral, proses supuratif dapat menyebar melingkari
anus. 7enis penyebaran dapat terjadi pada tiga
lapangan8 ruang ischiorektal, ruang intersfingterik, dan ruang supralevator. Penyebaran ini dikenal sebagai Horseshoeing .
Gambar ' Pen(ebaran Abses )Horses*oeing+
9rganisme tersering yang dihubungkan dengan pembentukkan abses antara lain ialah :scherichia coli, :nterococcus spesies, dan 0acteroides
spesies8
tetapi,
belum
ada
bakterium
spesifik yang
diidentifikasi sebagai penyebab tunggal terjadinya abses. Penyebab abses anorektal yang harus juga diperhatikan sebagai diagnosis
banding
ialah
tuberculosis,
karsinoma
sel
skuamosa,
adenokarsinoma, aktinomikosis, limfogranuloma venereum, penyakit ;rohn
*
fistula$in$ano atipikal atau fistula yang sulit yang tidak berespon terhadap pengobatan konvensional." lasifikasi dan persentase abses perirektal adalah& . Perianal +(1*() !. /schiorektal !(1!*) ". /ntersfingterik !1*) +. Supralevator !.*).'
%. Gambaran Klinis Awalnya, pasien bisa merasakan nyeri yang tumpul, berdenyut
yang memburuk sesaat sebelum defekasi yang membaik setelah defekasi tetapi pasien tetap tidak merasa nyaman. 6asa nyeri diperburuk oleh pergerakan dan pada saat menduduk. -yeri timbul bila abses terletak pada atau disekitar anus atau kulit perianal. =ejala dan tanda sistemik radang biasanya cukup jelas seperti demam, leukositosis, dan mungkin keadaan toksik. Tanda dan gejala local bergantung pada letaknya. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal, dapat dicapai gejala dalam seperti abses iskiorektal atau pelvirektal. Umumnya, tidak ada gangguan defekasi. !
Abses perianal biasanya jelas karena tampak pembengkakan yang mungkin berwarna biru, nyeri, panas, dan akhirnya berfluktuasi. Penderita demam dan tak dapat duduk disisi pantat yang sakit. komplikasi terdiri dari perluasan ke ruang lain dan perforasi ke dalam, ke anorektum, atau ke luar melalui kulit perianal.!
'
Gambar , Letak-letak Abses
%. Abses Perianal
Abses perianal mudah diraba pada batas anus dengan kulit perianal, sebaliknya abses anorektal yang terletak lebih dalam dapat diraba melewati dinding rectum atau lebih lateral yaitu di bokong. Abses perianal biasanya tidak disertai demam, lekositosis atau sepsis pada pasien dengan imunitas yang baik. #engan penyebaran dan pembesaran abses yang mengakibatkan abses mendekati permukaan kulit, nyeri yang dirasakan memburuk. -yeri memburuk dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. #engan perjalanan abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk.
%.& Abses Is$*iore$tal
>
Gambar Gambaran Klinis Dari Abses Perianal
Abses ischiorektal biasanya sangat nyeri tetapi hanya memberikan beberapa gejala pada pemeriksaan fisik, namun dengan bertambah besarnya abses, abses menjadi merah dan menonjol lebih lateral dibandingkan dengan abses perianal. Pasien biasanya terlihat sangat tidak nyaman dan disertai demam. Pada pemeriksaan colok dubur, akan teraba masa yang nyeri, dengan dasar eritematosa serta fluktuatif atau tidak. Pada pemeriksaan penunjang, dapat disertai leukositosis.
%.' Abses Intersfingterik
Abses intersfingter menyebabkan nyeri pada defekasi, dapat disertai dengan keluarnya duh tubuh dan demam. Pada pemeriksaan colok dubur, dapat teraba massa yang nyeri pada kanalis rectal, yang sering pada bagian tengah belakang.
%., Abses S!/rale0ator
Abses supralevator, pada sisi yang lain, biasa memberikan gejala yang nyata karena keluhan pasien pada bokong atau nyeri pada sekitar
?
rectum. #emam, leukositosis, dan retensi urin jarang terjadi. Terjadinya limfadenopati inguinalis seringkali menjadi gejala yang khas pada abses supralevator, yang biasanya tidak terdapa pada abses maupun fisura perianal. Abses supralevator seringkali teraba pada pemeriksaan color dubur maupun colok vagina. >
%I. Diagnosis "an Pemeriksaan Pen!n1ang %I. Diagnosis
Pemeriksaan colok dubur dibawah anestesi dapat membanru dalam kasus$kasus tertentu, karena ketidaknyamanan pasien yang signifikan dapat menghalangi penilaian terhadap pemeriksaan fisik yang menyeluruh. ;ontohnya, evaluasi terhadap asbeb ischiorektal yang optimal dapat dilakukan dengan hanya menggunakan pemeriksaan colok dubur. #engan adanya obat anestesi, fistula dapat disuntikkan larutan peroksida untuk memfasilitasi visualisasi pembukaan fistula internal.0ukti menunjukkan bahwa penggunaan visualisasi endoskopik 2transrektal dan transanal3 adalah cara terbaik untuk mengevaluasi kasus yang kompleks abses perianal dan fistula. #engan teknik endoskopik, tingkat dan konfigurasi dari abses dan fistula dapat jelas divisualisasikan. @isualisasi endoskopi telah dilaporkan sama efektifnya seperti
fistulografi. 7ika ditangani
dengan dokter yang berpengalaman, evaluasi secara endoskopik adalah prosedur diagnostik pilihan pada pasien dengan kelainan perirektal karena rendahnya risiko infeksi serta kenyamanan pasien tidak terganggu. :valuasi secara endoskopik setelah pembedahan juga efektif untuk memeriksa respon pasien terhadap terapi."
%I.& Pemeriksaan Laboratori!m
0elum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan abses perianal atau anorektal, kecuali
pada pasien tertentu, seperti individu dengan diabetes dan pasien dengan imunitas tubuh yang rendah karena memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya sepsis bakteremia yang dapat disebabkan dari abses anorektal. #alam kasus tersebut, evaluasi laboratorium lengkap adalah penting. "
%I.' Pemeriksaan #a"iologi
Pemeriksaan radiologi jarang diperlukan pada evaluasi pasien dengan abses anorektal, namun pada pasien dengan gejala klinis abses intersfingter
atau
supralevator
mungkin
memerlukan
pemeriksaan
konfirmasi dengan ;T scan, 6/, atau ultrasonografi dubur. -amun pemeriksaan radiologi adalah modalitas terakhir yang harus dilakukan karena terbatasnya kegunaannya. US= juga dapat digunakan secara intraoperatif untuk membantu mengidentifikasi abses atau fistula dengan lokasi yang sulit."
Gambar 2 3#I Abses Is$*iore$tal %II.
Penatalaksanaan Penanganan abses terdiri dari penyaliran. Umumnya, sudah terjadi
pernanahan sewaktu penderita datang. Pemberian antibiotik kurang
(
berguna karena efeknya hanya untuk waktu terbatas dan menimbulkan risiko penyamaran keluhan dan tanda. 6endam duduk dan analgesic merupakan terapi paliatif. Umumnya setelah perforasi spontan atau insisi abses untuk disalirkan, akan terbentuk fistel. ! Pada
kebanyakan
pasien
dengan
abses
anorektal,
terapi
medikamentosa dengan antibiotik biasanya tidak diperlukan. -amun, pada pasien dengan peradangan sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik wajib diberikan.
Abses anorektal harus diobati dengan drainase sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. 7ika diagnosis masih diragukan, pemeriksaan di bawah anestesi sering merupakan cara yang paling tepat baik untuk mengkonfirmasi diagnosis serta mengobati. Pengobatan yang tertunda ata u tidak memadai terkadang dapat menyebabkan perluasan abses dan dapat mengancam nyawa apabila terjadi nekrosis jaringan yang besar, atau bahkan septikemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi selulitis luas atau apabila pasien immunocompromised , menderita diabetes mellitus, atau memiliki penyakit katub jantung.
-amun, pemberian antibiotik
secara tunggal bukan merupakan pengobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal atauperirektal.
A. Abses Perianal
ebanyakan abses perianal dapat didrainase di bawah anestesi lokal di kantor, klinik, atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya yang sulit mungkin memerlukan drainase di dalam ruang operasi. /nsisi dilakukan sampai ke bagian subkutan pada bagian yang paling menonjol dari abses. 4#og earB yang timbul setelah insisi dipotong untuk mencegah penutupan dini. %uka dibiarkan terbuka dan SitC bath dapat dimulai pada hari berikutnya.
B. Abses Is$*iore$tal
Abses ischiorektal dapat menyebabkan pembengkakan yang luas pada fossa ischiorektal yang melibatkan satu atau kedua sisi, membentuk abses horse shoe. Abses iskiorektalis sederhana didrainase melalui sayatan pada kulit di atasnya. Abses tapal kuda membutuhkan drainase sampai ke ruang postanal dalam dan sering membutuhkan insisi lebih dari satu atau pada kedua ruang iskiorektalis.
Gambar 5 Drainase Abses Is$*iore$tal
4. Abses Intersfingter
Abses intersfingter sangat sulit untuk didiagnosa karena mereka hanya
menghasilkansedikit pembengkakan dan
perianal.-yeri
biasanya
digambarkan
sebagai
tanda$tanda infeksi nyeri
yang
jauh
didalamlubang anus, dan biasanya diperburuk oleh batuk atau bersin. 6asa nyeri tersebut begitu hebat sehingga biasanya menghalangi pemeriksaan colok dubur. #iagnosis dibuat berdasarkan kecurigaan yang tinggi dan biasanya
membutuhkan
pemeriksaan
di
bawah
anestesi.
Setelah
teridentifikasi, abses intersfingerik dapat di drainase melalui sfingterotomi internal yang posterior. D. Abses S!/rale0ator
!
7enis abses ini jarang ditemui dan biasanya sulit didiagnosa. arena kedekatannya dengan rongga peritoneal, abses supralevator dapat meniru kelainan pada intra$abdomen. Pada pemeriksaan colok dubur bisa didapatkan massa yang menonjol diatas cincin anorektal. Asal dari sebuah abses mesti dipastikan sebelum memberikan pengobatan. /ni penting oleh karena apabila abses supralevatorterbentuk sekunder dari suatu abses intersfingerik yang bergerak ke atas, maka abses mesti di drainase melewati rektum. 0ila abses di drainase melewati fossa ischiorektal maka fistula suprasfingterik dapat terbentuk. 0ila suatu abses supralevator terbentuk sekunder dari suatu abses ischiorektal yang bergerak ke atas, maka abses mesti di drainase melewati fossa ischiorektal. #rainase dari abses in melewati rektum dapat membentuk fistula ekstrasfingterik. Apabila abses supralevator terbentuk sekunder dari suatu penyakit intra 1 abdomen , maka penyebab mesti diobati dan abses di drainase melewati rute paling langsung 2transabdominal, rektal atau melalui fossa ischiorektal3.?
Gambar 6 Teknik Insisi "an Drainase Abses
"
Gambar 7 Teknik Insisi "an Drainase Abses
%III. Kom/likasi
Distula anorektal terjadi pada "($'() pasien dengan abses anorektal. elenjar intersfingterik terletak antara sfingter internal dan eksternal anus dan seringkali dikaitkan dengan pembentukan abses. Distula anorektal timbul oleh karena obstruksi dari kelenjar danEatau kripta anal, dimana ia dapat diidentifikasi dengan adanya sekresi purulen dari kanalis anal atau dari kulit perianal sekitarnya. :tiologi lain dari fistula anorektal adalah multifaktorial dan termasuk penyakit divertikular, /0#, keganasan, dan infeksi yang terkomplikasi, seperti tuberkulosis.
lasifikasi menurut Parks dan persentase fistula anorektal adalah& . /ntersfingerik >() !. Transfingterik !") ". :kstrasfingterik *) +. Suprasfingterik !)
+
Gambar 8 Pembent!kan 9istel •
Distula intersfingterik ditemukan antara sfingter internal dan eksternal.
•
Distula transfingterik memanjangdari sfingter eksternal ke fosa ischiorektalis.
•
Distula eFtrasfingterik menghubungkan rektum ke kulit melalui m. levator ani.
•
Distula suprasfingterik memanjang dari potongan intersphincteric melalui otot puborectalis, keluar kulit setelah melintasi m. levator ani."
Gambar Ti/e-ti/e 9istel
*
I:. Hasil "an Prognosis Sekitar dua pertiga pasien dengan abses anorektal yang diobati
dengan insisi dan drainase atau dengan drainase spontan akan mendapat komplikasi sebuah fistula anorektalkronis. Tingkat kekambuhan fistula anorektal
setelah
fistulotomi,
fistulektomi, atau penggunaan seton adalah sekitar ,*). Tingkat keberhasilan pengobatan bedah primer dengan fistulotomy tampaknya cukup baik. "
BAB III LAP;#AN KASUS
'
I. IDENTITAS PASIEN
-ama
&
Tn. G#
Umur
&
"( tahun
7enis kelamin
&
%aki$laki
Agama
&
risten Protestan
Status Pernikahan
&
0elum menikah
Pekerjaan
&
Hiraswasta
Alamat
&
Sentani
-o. 6ekam edik
&
+( ? ?+
Tanggal masuk 6S
&
(? 7anuari !(*
Kel!*an Utama
<
nyeri bokong sebelah kiri
#i=a(at /en(akit sekarang
<
II. ANA3NESIS
Pasien datang ke /=# 6SU# dok! dengan keluhan utama nyeri pada pantat sebelah kiri, pasien merasakan nyeri sudah sejak !minggu yang lalu, nyeri yang dirasakan disertai dengan demam, demam dirasakan terus menerus namun tidak terlalu tinggi, pasien sudah mencoba untuk meminum obat penghilang rasa sakit, namun nyeri masih dirasakan oleh pasien, akibat dari rasa nyeri tersebut pasien tidak dapat duduk dan tidur kearah sebelah kiri, pasien mengaku tahun lalu 2!(*3 pernah terjatuh saat bermain bola 2futsal3, pasien jatuh terduduk dan bokong pasien mengenai batu, tidak terdapat luka setelah jatuh, namun pasien mengeluh sakit pada bagian bokong sebelah kiri, namun pasien tidak berobat atau memeriksakan diri ke dokter. Setelah dibiarkan lama, keluhan nyeri pada bokong pasien tidak kunjung hilang dan malah makin bertambah nyeri. Selain nyeri, pasien juga merasa bengkak pada sisi bokong sebelah kiri dan seperti menebal. Pasien susah untuk duduk atau tidur terlentang dan bahkan susah untuk buang air besar, sehingga pasien berinisiatif untuk berobat ke P di sentani dan akhirnya di rujuk ke 6SU# dok!. akan dan minum pasien baik, tidak terdapat mual ataupun muntah, 0A0 menurun akibat nyeri saat mengedan, 0A lancar.
>
#i=a(at /en(akit "a*!l! <
6iwayat penyakit dengan keluhan yang sama
2$3
6iwayat alergi obat
2$3
6iwayat Sakit =ula
2$3
6iwayat darah tinggi
2$3
6iwayat asma
2$3
6iwayat penyakit jantung
2$3
6iwayat terpapar radiasi
2$3
#i=a(at kese*atan kel!arga <
///.
6iwayat penyakit dengan keluhan yang sama
2$3
6iwayat alergi obat
2$3
6iwayat Sakit =ula
2$3
6iwayat darah tinggi
2$3
6iwayat asma
2$3
6iwayat penyakit jantung
2$3
PE3E#IKSAAN 9ISIK
A. Status =eneralis eadaan Umum esadaraan
& ;ompos mentis
esan sakit
& Tampak sakit sedang
Status giCi
& esan giCi baik
Tanda$tanda @ital
&
Tekanan darah & !(E?( mmGg -adi
& ?(FEmnt
66
& !(FEmnt
Suhu
& "> I;
Status emosi
& tenang
Umur menurut tafsiran
& sesuai
?
0entuk badan
& habitus atletikus
;ara berbaring dan mobilitas & berbaring hanya kearah kanan,mobilitas aktif.
K!lit
Harna
& coklat
:floresensi
&2$3
7aringan Parut
&2$3
Pigmentasi
& merata
Pertumbuhan rambut & merata %embabEering
& lembab
Suhu 6aba
& hangat
Turgor
& normal
/kterus
&2$3
%apisan %emak
& merata
Kelen1ar Geta* Bening
Submandibula
& tidak membesar
%eher
& tidak membesar
Supraklavikula
& tidak membesar
etiak
& tidak membesar
%ipat paha
& tidak membesar
Ke/ala
:kspresi wajah
& normal, biasa
Simetri muka
& simetris
6ambut
& hitam, lebat, distribusi merata
3ata
:Fophthalmus & tidak ada
:nopthalmus & tidak ada
elopak
& tidak ptosis,tidak edema
%ensa
onjungtiva
& tidak anemis
@isus
& tidak dinilai
& jernih
Sklera
& tidak ikterik
=erakan ata & normal ke segala arah T/9 -istagmus
& normal per palpasi & tidak ada
Telinga
Tuli
& $ E$
Selaput pendengaran & utuh %ubang
& JEJ 2lapang3
Penyumbatan
& $ E$
Serumen
& $ E$
Pendarahan
& $ E$
;airan
& $ E$
3!l!t
0ibir
& tidak sianosis
Tonsil
& T$T tenang
0au pernapasan
& tidak khas
=igi geligi
& tidak caries,
& tidak ada
Daring
&
& normal
%idah
& tidak kotor
utuh Trismus
normal,
tidak hiperemis Selaput lendir Le*er
Pemeriksaan leher dalam batas normal.
T*ora> < Par! ? Par! De/an Belakang
/nspeksi
& simetris
Palpasi
& Dremitus kiri dan kanan sama, benjolan 2$3, nyeri tekan 2$3
Perkusi
& Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
& Suara nafas vesikuler, 6onkhi 2$3, HheeCing 2$3
Jant!ng
/nspeksi
& Tidak tampak pulsasi iktus cordis.
!(
Palpasi
& Teraba iktus cordis pada sela iga @ di linea midklavikula
kiri Perkusi
&
0atas kanan
& sela iga @ linea parasternalis kanan.
0atas kiri
& sela iga @, cm medial linea midklavikularis kiri.
0atas atas
& sela iga // linea parasternalis kiri.
Auskultasi
& 0unyi jantung /$// regular murni, =allop 2$3, urmur 2$3.
Ab"omen
/nspeksi
& simetris, datar, tidak membesar, benjolan 2$3, scar bekas operasi 2$3
Palpasi
& supel, nyeri tekan 2$3, nyeri lepas2$3
Gati
& tidak teraba
%impa
& tidak teraba
=injal
& 0allotement 2$3, nyeri ketok ;@A 2$3
Perkusi
& timpani, shifting dullnes 2$3
Auskultasi
& bising usus 2J3 normal, !$"F per * detik
E>tremitas Lengan
Kanan
Kiri
Tonus otot
&
normotonus
normotonus
Sendi
&
nyeri 2$3
nyeri 2$3
=erakan
&
aktif
aktif
ekuatan
&
J*
J*
9edem
&
2$3
2$3
%ain$lain
&
2$3
2$3
T!ngkai "an Kaki
Kanan
Kiri
%uka
tidak ada
tidak ada
&
!
@arises
&
tidak ada
tidak ada
Tonus otot
&
normotonus
normotonus
Sendi
&
nyeri 2$3
nyeri 2$3
=erakan
&
aktif
aktif
ekuatan
&
J*
J*
:dema
&
2$3
2$3
%ain$lain
&
2$3
2$3
0. Status %okalis 6egio anus & Tampak benjolan K ' F + cm, kemerahan, nyeri 2J3, Dluktuasi 2J3
Gambar Abses Perianal@ #egio Gl!te!s Sinistra
I%.
PE3E#IKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (08 Januari 2016) %eukosit
& ?.*"
EL
:ritrosit
& ".!! jutaEmm"
Gemoglobin
& .*
gEdl
Gematokrit
& !?.+
)
Trombosit
& !( ribuEmm"
!!
=#S
&$
mgEd%
S=9TES=PT
&$
UE%
-atrium
&$
mmolE%
alium
&$
mmolE%
;alcium
&$
mmolE%
agnesium
&$
mmolE%
%. DIAGN;SIS BANDING • •
%I.
Abses Perianal Distula abses perianal
DIAGN;SIS KE#JA
Abses Perianal
%II.
PENATALAKSANAAN
/@D# 6% !( tpm /nj ;eftriaFone F gr iv /nj. etronidaCole " F *((mg drip /nj. 6anitidin ! F *(mg iv /nj. Antrain " F mg iv Pro /nsisi drainase
!"
BAB I% PE3BAHASAN
Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan pembentukan rongga abses. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup variable, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous. 0erdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan&
•
0enjolan disekitar anus M ! minggu #emam 6asa menebal, kemerahan, bengkak, nyeri. Tidak nyaman saat duduk, pasien juga sembelit dan ketika 0A0
•
terasa sakit Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada Status %okalis didapatkan
• • •
di 6egio anus & Tampak benjolan K ' F + cm, kemerahan, nyeri 2J3, •
fluktuasi 2J3, 6ectal Toucher & TSA cekat, -yeri 2J3. %eukositosis
Pada pasien ini, sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan baha mani!estasi k"inis dan pemeriksaan penun#ang abses periana" $
•
%yeri yang biasanya konstan, sakit ketika duduk &emam "eukositosis 'ritasi ku"it di sekitar anus, termasuk pembengkakan, kemerahan,
•
dan nyeri danya nanah, dan sembe"it
• • •
#alam mendiagnosis suatu kasus abses perianal, selain dilakukan anamnesis perlu dilakukan pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan colok dubur yang dilakukan harus dibawah anestesi yang dapat membantu dalam kasus$kasus tertentu, karena ketidaknyamanan pasien yang signifikan dapat menghalangi penilaian terhadap pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Pada pasien ini didapatkan tampak benjolan didalam sekitar anus. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada umumnya belum ada pemeriksaan laboratorium khusus yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi pasti. -amun dalam kasus ini
!+
pasien tetap dilakukan pemeriksaan darah dan didapatkan leukositosis, sehingga berdasarkan anamnesis, pemriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien ini didiagnosis sebagai abses perianal. Distula 2fistel3 perianal merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari kanalis kanal dan epidemis dari kulit perianal. Ditula perianal ini merupakan bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh sehingga membentuk traktur akibat inflamasi. Gampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abese anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai muara di kripta di pembatasan anus dan rectum dan lubang lain di perineum di kulit perianal. =ambaran klinis yang sering dijumpai biasanya kekambuhan
abses
perianal
dengan
selang
waktu
diantaranya,
disertai
pengeluaran nanah sedikit$sedikit. Pada colok dubur pada umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk di anus dan bukan di rektum dan ibu jari di kulit perineum sebagai tali setebal kira$kira " mm 2colok dubur bidigital3 Pada kasus ini, untuk tatalaksana dalam menangani abses perianal adalah dengan cara dilakukannya insisi drainase, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa abses perianal harus diobati dengan insisi drainase segera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Pengobatan yang tertunda atau tidak memadai terkadang dapat menyebabkan peluasan abses dan dapat mengancam nyawa apabila terjadi nekrosis jaringan yang besar, atau bahkan septicemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi selulitis luas atau apa bila pasien immunocompromised , menderita diabetes mellitus, atau memiliki penyakit katub jantung. -amun pemberian
antibiotik
secara
tunggal
bukan merupakan
pengobatan yang efektif untuk mengobati abses perianal.
!*
Pada pasien ini, prognosisnya dapat timbu" kemba"i atau muncu" "agi bi"a hiegene pasien tidak diperhatikan Ha" ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan baha sekitar dua per tiga dengan abses periana" atau anorecta" yang diobati dengan drainase spontan akan mendapat komp"ikasi *!istu"a in ano* atau !istu"a anorecta" kronis
!'
Distula terbagi berdasarkan hukum =oodsall. =oodsall 6ule adalah garis imajiner transversal yang melewati anus membagi perineum menjadi area anterior dan posterior. =oodsall
Distula terbagi berdasarkan lasifikasi Park
!>
0. Transsphincteric fistula & memanjang dari sfingter eFternal ke fossa ischiorectalis ;. Suprasphincteric fistula & memanjang dari potongan intersfingteric melalui otot puborectalis, keluar kulit setelah melintasi m.levatoranii #. :Ftrasphincteric fistula & menghubungkan rectum ke kulit melalui musculus levatoranii
!?
BAB % KESI3PULAN
Halaupun sebuah abses perianal atau anorectal dapat terlihat sebagai sesuatu hal yang tidak berbahaya, namun tatalaksana dari abses tersebut mempunyai dampak terhadap perjalanan penyakit dan prognosis. #ari data anamnesis yang diperoleh, sesuai dengan kepustakaan yaitu pasien datang dengan keluhan nyeri yang biasanya konstan, sakit ketika duduk, demam, iritasi kulit di sekitar anus, termasuk pembengkakan, kemerahan, dan nyeri. #ari pemeriksaan fisik data yang didapatkan 6egio Anus& Tampak benjolan K ' F + cm, kemerahan, nyeri 2J3, Dluktuasi 2J3. 6ectal Toucher & TSA cekat, -yeri 2J3 dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 2leukosit ?." ( "E Ul3. Gal ini sesuai dengan kepustakaan. #alam kasus ini, pasien didiagnosis sebagai abses perianal yang berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Sehingga tatalaksana pasien ini dilakukan insisi drainase, namun prognosis dan komplikasi pada pasien ini dapat terjadi kembali bila hiegene tidak diperhatikan dan komplikasi pada pasien ini akan terjadi 4fistula in ano 4 atau fistula anorectal kronis. 0erdasarakan hokum =oodsall
!
DA9TA# PUSTAKA
. #orland, H.A -ewman. !((!. amus edokteran #orland :disi !. 7akarta& :=;.
!. #e 7ong. H, Sjamsuhidajat. 6. 0uku Ajar /lmu 0edah. :disi 6evisi. :=;. 7akarta. ?.
". Perianal Abscess, oleh Andre Gebra, #8 ;hief editor& 7ohn =eibel, #, edscape
6eference.
#apat
ditinjau
di&
http&EEemedicine.medscape.comEarticleE>*$overview
+. Stamos 7. Anorectal, Abscess, Distula And Pilonidal #isease. #iunduh dari&
http&EEweb.sNu.edu.omEmed$
%ibE:#O;#E:O;#sESurgeryE;GAPT:6SE;G"*.P#D
*. Perianal abscess.pdf
'. ;hapter !>. #iverticular #isease and ;ommon Anorectal #isorders, oleh Susan
%.
=earheart,
Garrison
online.
#apat
ditinjau
di&
http&EEeCproFy.library.uph.ac.id&!(>'Econtent.aspF a/#Q"!>>*RsearchStrQperianalJabscess"!>>*
>. ;hapter ??. Anorectal #isorders, oleh 0rian :. 0urgess. Tintinalli'Econtent.aspF a/#Q'"''"+RsearchStrQperianalJabscess'"''"+
?. ;hapter !. ;olon, 6ectum, and Anus, oleh elli . 0ullard #unn and #avid
A.
6othenberger.
#apat
di
tinjau
di&
http&EEeCproFy.library.uph.ac.id&!(>'Econtent.aspF a/#Q*(*'(*RsearchStrQperianalJabscess*(*'(*
"(