KANKER TIROID
Kanker Kanker tiroid tiroid merupa merupakan kan neopla neoplasma sma sistem sistem endokr endokrin in yang yang terban terbanyak yak dijum dijumpai pai.. Berdas Berdasark arkan an dari dari Indonesia kanker tiroid tiroid merupakan merupakan kanker dengan dengan insidensi insidensi tertinggi “Pathological Based Registration” di Indonesia urutan ke sembilan. Penanganan pertama untuk suatu kanker adalah kesempatan terbaik untuk pasien mencapai tingkat tingkat “kesemb “kesembuhan” uhan” optimal. optimal. Karsinoma Karsinoma tiroid tiroid termasuk termasuk kelompok kelompok penyakit penyakit keganasa keganasan n dengan dengan prognosi prognosiss relatif relatif baik namun perjalanan perjalanan klinisnya sukar diramalkan. diramalkan. Klien dengan dengan Ca Tiroid mengalam mengalamii stres dan kecemasan yang tinggi. Perawat memperoleh data dasar klien berdasarkan berdasarkan tingkat pengetahuannya mengenai penyakit, coping skills dan dari hubungan keluarga. keluarga. Perawat menganjurkan klien untuk untuk mengungkapkan rasa takutnya dan mendiskusikan penyakitnya.
A. DEFE DEFENI NISI SI Kanker tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler.Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan kemampuan menghasilkan menghasilkan hormon hormon tiroid, tiroid, tetapi tetapi kadang kadang menghasil menghasilkan kan cukup banyak hormon hormon tiroid tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.
B. ETIO ETIOLO LOGI GI Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated differentiated (papiler (papiler dan folikuler) folikuler) adalah adalah radiasi radiasi dan goiter endemis, endemis, dan untuk jenis jenis meduler meduler adalah adalah factor factor genetic. genetic. Belum diketahui diketahui suatu karsinoma karsinoma yang berperan untuk kanker kanker anaplasti anaplastik k dan meduler. meduler. Diperkirak Diperkirakan an kanker kanker jenis jenis anaplastik anaplastik berasal berasal dari perubahan perubahan kanker kanker tiroid tiroid berdiferens berdiferensia ia baik (papiler dan folikuler), folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Radiasi Radiasi merupakan merupakan salah salah satu faktor etiologi kanker tiroid. tiroid. Banyak Banyak kasus kasus kanker kanker pada anak-anak anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
C. PATO PATOFI FISI SIOL OLOG OGII Neoplasma tiroid sering timbul sebagai sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-kadang Kadang-kadang mirip goiter noduler noduler jinak. jinak. Nodule-nod Nodule-nodule ule tiroid tiroid dapat dapat diraba, diraba, kebanyaka kebanyakan n nod nodule ule tersebut tersebut jinak, jinak, namun namun beberapa beberapa nodule goiter bersifat karsinoma.Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-fakto factor-faktorr resiko resiko dan gambaran gambaran klinis klinis massa massa tersebut, tersebut, dan harus dilakukan dilakukan beberapa beberapa pemeriksaan pemeriksaan laboratorium. Karsinoma Karsinoma tiroid tiroid biasanya biasanya kurang kurang menangkap menangkap yodium yodium radioakti radioaktiff dibanding dibandingkan kan kelenjar kelenjar tiroid tiroid normal yang terdapat disekelilingnya. Dengan cara scintiscan. nodule akan tampak sebagai suatu daerah
1
dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang, Tehnik yang lain adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat massa padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodul yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan limfadenopati satelit. Kanker Tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal.
D. KLASIFIKASI Klasifikasi Karsinoma Tiroid menurut WHO: 1.
Tumor epitel maligna
Karsinoma folikulare
Karsinoma papilare
Campuran karsinoma folikulare-papilare
Karsinoma anaplastik ( undifferentiated )
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma Tiroid medulare
2.Tumor non-epitel maligna
Fibrosarkoma
Lain-lain
3.Tumor maligna lainnya
Sarkoma
Limfoma maligna
Haemangiothelioma maligna
Teratoma maligna
4. Tumor sekunder dan unclassified tumors
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi: 1.Karsinoma Folikuler. 2.Karsinoma Papilar. 3.Karsinoma Medular. 4.Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik). 5.Lain-lain. Menurut Mc Kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang dipakai untuk pelaksanaan sehari-hari, yaitu: 1.
Karsinoma Tiroid Papilar.
2.
Karsinoma Tiroid Folikular.
3.
Karsinoma Tiroid Medular. 2
4.
Karsinoma Tiroid Anaplastik.
Manifestasi klinik awal dari karsinoma tiroid adalah berbentuk menyendiri dan suatu nodul dikelenjar tiroid yang tidak menimbulkan rasa sakit. Tanda dan gejala tambahan tergantung pada ada tidaknya metastase serta lokasi metastase (penyebaran sel kanker) itu sendiri. 1.
KARSINOMA PAPILAR
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahuntahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total. 2.
KARSINOMA FOLIKULAR
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan. 3.
KARSINOMA MEDULAR
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang
berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin. 4.
KARSINOMA ANAPLASTIK
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti: •
Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring)
•
Suara serak
•
Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.
E. GAMBARAN KLINIS Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah: •
Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
•
Pertumbuhan tumor cepat.
•
•
Nodul teraba keras. Fiksasi daerah sekitar. 3
•
Paralisis pita suara.
•
Pembesaran kelenjar limpa regional.
•
Adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah: •
Usia < 20 tahun atau > 60 tahun.
•
Riwayat radiasi leher.
•
Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
•
Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
•
Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Secara klinis karsinoma tiroid dibagi menjadi kelas-kelas, yaitu: I. Infra Tiroid. II. Metastasis Kelenjar Limpa Leher. III. Invasi Ekstra Tiroid. IV. Metastasis Jauh. Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.
F. KLASIFIKASI KLINIK T-Tumor Primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai T0 : Tidak didapat tumor primer T1 : Tumor dengan ukuran terbesar 2cm atau kurang masih terbatas pada tiroid T2 : Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid T3 : Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid atau tumor ukuran berapa saja dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid) T4a : Tumor telah berkestensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut : jaringan lunak, subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus recurren T4b : Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri karotis T4a*(karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas pada tiroid # T4b*(karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) berekstensi keluar kapsul tiroid $
Catatan : Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran terbesar menentukan klasifikasi), contoh : T2(m) *Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4 4
#
Karsinoma anaplastik intratiroid – resektabel secara bedah
$
Karsinoma anaplastik ekstra tiroid irresektabel secara bedah
N
Kelenjar Getah Bening Regional
Nx
Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
N0
Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1
Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a
Metastasis pada kelenjar getah bening cervical Level VI (pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan Delphian)
N1b
Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau kontralateral atau ke kelenjar getah bening mediastinal atas/superior
M
Metastasis jauh
Mx
Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0
Tidak terdapat metastasis jauh
M1
Terdapat metastasis jauh
Terdapat empat tipe histopatologi mayor : - Papillary carcinoma (termasuk dengan fokus folikular) - Follicular carcinoma (termasuk yang disebut dengan Hürthle cell carcinoma) - Medullary carcinoma - Anaplastic/undifferentiated carcinoma
STADIUM KLINIS
Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare Umur < 45 th
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium II
Tiap T
Tiap N
M1
Papilare atau Folikulare umur > 45tahun dan Medulare
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
N1a
M0
T1,T2,T3 Stadium IVA
T1,T2,T3 T4a
N1b N0,N1
M0 M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
Tiap T
Tiap N
M1
5
Anaplastik/Undifferentiated (Semua kasus stadium IV)
Stadium IVA
T4a
Tiap N
M0
Stadium IVB
T4b
Tiap N
M0
Stadium IVC
TiapT
TiapN
M1
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan laboratorium •
Human thyroglobulin, suatu penanda tumor (“ tumor marker ”) untuk keganasan tiroid; jenis yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow up.
•
Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
•
Kadar calcitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler.
1. Pemeriksaan radiologis •
Dilakukan pemeriksaan foto paru posteroanterior, untuk menilai ada tidaknya metastasis. Foto polos leher antero-posterior dan lateral dengan metode ”soft tissue technique” dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya mikrokalsifikasi.
•
Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke esofagus.
•
Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang yang bersangkutan.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai untuk membedakan nodul yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsi aspirasi jarum halus. 3. Pemeriksaan sidik tiroid
Pemeriksaan sidik tiroid : bila nodul menangkap jodium lebih sedikit dari jaringan tiroid yang normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama afinitasnya maka disebut nodul hangat ( warm nodule) dan bila afinitasnya lebih maka disebut nodul panas ( hot nodule). Karsinoma tiroid sebagian besar adalah nodule dingin. Sekitar 10 – 17 % struma dengan nodule dingin ternyata adalah suatu keganasan. Bila akan dilakukan pemeriksaan sidik tiroid maka obat-obatan yang mengganggu penangkapan jodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2 – 4 minggu sebelumnya. Pemeriksaan sidik tiroid ini tidak mutlak diperlukan, jika tidak ada fasilitasnya, tidak usah dikerjakan 4. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
Keberhasilan dan ketepatan pemeriksaan Bajah tergantung dari 2 hal yaitu: Faktor kemampuan pengambilan sampel dan faktor ketepatan interpretasi oleh seorang sitolog sehingga angka akurasinya sangat bervariasi. Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk kanker tiroid anaplastik,
medulare dan papilare
hampir
mendekati 100% tetapi untuk jenis folikulare hampir tidak dapat dipakai karena gambaran sitologi 6
untuk adenomatous goiter, adenoma folikuler dan adeno karsinoma folikuler adalah sama, tergantung dari gambaran invasi ke kapsul dan vaskular yang hanya dapat dilihat dari gambaran histopatologi.
5. Pemeriksaan Histopatologi
Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan
lobektomi atau isthmolobektomi
Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil dari tindakan biopsi insisi
Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila: •
Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
•
Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak
•
Disfagia, sesak nafas perubahan suara
•
Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
•
Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
•
Ada tanda-tanda metastasis jauh.
PENATALAKSANAAN MEDIS 1.
Therapi Radiasi (Chemotherapi)
2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tiroid baik sebagian (Tiroidectomi Partial), maupun seluruhnya
(Tiroidectomi Total)
Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut: 1)
Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita
2)
Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer
3)
Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
4)
Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
5)
Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6)
Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
b. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi. c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar) 1)
Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
2)
Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi 7
3)
Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
4)
Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
5)
Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul:
DIAGNOSA PRE OPERASI: 1.
Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi
dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Tujuan : Klien mengungkapkan ansietas berkurang/hilang. Kriteria evaluasi: Klien melaporkan lebih sedikit perasaan gugup, mengungkapkan pe-mahaman tentang
kejadian pra operasi dan pasca operasi, postur tubuh riileks.
Rencana Tindakan:
NO 1.
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi
Pengetahuan tentang apa yang diperlukan
dan pasca operasi, termasuk test laboratorium pra op,
membantu mengurangi ansietas &
persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan pre op, meningkatkan kerjasama klien selama aktifitas area tunggu, tinggal diruang pemulihan dan
pemulihan, mempertahankan kadar analgesik
program pasca operasi. Informasikan klien bahwa
darah konstan, memberikan kontrol nyeri
obatnya tersedia bila diperlukan untuk mengontrol
terbaik.
nyeri, anjurkan untuk memberitahu nyeri dan meminta obat nyeri sebelum nyerinya bertambah hebat.
2.
Informasikan klien bahwa ada suara serak &
Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan
ketidaknyamanan menelan dapat dialami setelah
membantu mengurangi ansietas.
pembedahan, tetapi akan hilang secara bertahap dengan berkurangnya bengkak ± 3-5 hari.
3.
4.
Ajarkan & biarkan klien mempraktekkan bagaimana
Praktek aktifitas-aktifitas pasca operasi
menyokong leher untuk menghindari tegangan pada
membantu menjamin penurunan program pasca
insisi bila turun dari tempat tidur atau batuk.
operasi terkomplikasi.
Biarkan klien dan keluarga mengungkapkan perasaan
Dengan mengungkapkan perasaan membantu
tentang pengalaman pembedahan, perbaiki jika ada
pemecahan masalah dan memungkinkan
kekeliruan konsep. Rujuk pertanyaan khusus tentang pemberi perawatan untuk mengidentifikasi pembedahan kepada ahli bedah.
kekeliruan yang dapat menjadi sumber 8
kekuatan. Keluarga adalah sistem pendukung bagi klien. Agar efektif, sistem pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat.
5.
Lengkapi daftar aktifitas pada daftar cek pre op,
Daftar cek memastikan semua aktifi-tas yang
beritahu dokter jika ada kelainan dari test Lab. pre op. diperlukan telah lengkap. Aktifitas ini dirancang untuk memas-tikan klien telah siap secara fisiologis untuk operasi dan mengurangi resiko lamanya penyembuhan. 2.
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan ketakutan berkaitan dengan
diagnosis kanker yang baru saja diterima, masalah potensial ketidak pastian masa depan.
Tujuan:
- Klien dan keluarga dapat beradaptasi secara konstruktif terhadap krisis. - Klien dan keluarga mampu mengkomunikasikan secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga. Kriteria:
- Sering mengungkapkan perasaan terhadap perawat/dokter. - Berpartisipasi dalam perawatan anggota keluarga yang sakit. - Mempertahankan sistem fungsional saling mendukung antar tiap anggota keluarga.
Rencana Tindakan:
NO 1.
INTERVENSI Bantu klien & keluarga dalam menghadapi kekhawatiran
RASIONAL Klien & keluarga mengetahui segala
terhadap situasi: resikonya, pilihan yang ada serta bantuan sesuatu yang mungkin dapat yang didapat.
menyebabkan kekhawatiran serta dapat mengatasinya.
2.
3.
Ciptakan lingkungan rumah sakit yang bersifat pribadi &
Klien merasa terlindungi rasa
mendukung untuk klien & keluarga.
amannya.
Libatkan anggota keluarga dalam perawatan anggota
Klien mendapat perhatian & kasih
keluarga yang sakit bila memungkinkan.
sayang dari keluarga-nya & keluarga dapat berperan lebih aktif dalam merawat klien.
4.
5.
Bantu anggota keluarga untuk mengubah harapan-harapan Harapan yang tidak realistis membuat klien yang sakit dalam suatu si-kap yang realistis.
kelurga berpikir tidak objektif.
Buatlah daftar bantuan profesional lain bila masalah-
Dengan mengetahui bantuan 9
masalah meluas diluar batas-batas ke-perawatan.
profesional diharapkan klien & keluarga dapat mencari al-ternatif & usaha lain dalam mengobati & merawat klien.
Diagnosa Post Operasi
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan atau edem pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
Tujuan: - Paru-paru klien bersih. - Pola nafas klien berada dalam batas normal. - Klien dapat berbicara dengan suara biasa. NO. 1.
INTERVENSI
RASIONAL
Monitor tanda-tanda respiratori distres, sianosis,
Memonitor & mengkaji terus-menerus dapat
takipnea & nafas yang berbunyi.
membantu untuk mendeteksi & mencegah masalah pernafasan.
2
Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan op, kemudian tiap 4 jam.
obstruksi jalan nafas karena adanya edem post
Monitor frekuensi & jumlah drainase serta kekuatan
op.
balutan. Periksa sensasi klien karena keketatan dise-keliling tempat insisi.
3
Pertahankan klien dalam posisi semi fowler dengan
Dengan mempertahankan posisi & pemberian es
diberi kantung es (ice bag) untuk mengurangi bengkak. dapat mengurangi pembengkakan.
4
Anjurkan klien untuk berbicara setiap 2 jam tanpa
Kerusakan pada saraf laringeal selama
merubah nada atau keparauan suara.
pembedahan tiroid dapat menyebabkan
Kaji adanya tanda Chvostek & Trousseau.
penutupan glottis.
Identifikasi adanya mati rasa.
5
Monitor tingkat serum kalsium.
Hipokalsemia, akibat dari kerusakan atau pemotongan kelenjar paratiroid dapat menyebabkan tetani & laringo-spasm.
6
Siapkan peralatan emergency untuk trache-ostomy,
Persiapan untuk gawat darurat memastikan
suction, oksigen, perlengkapan benang jahit bedah dan pemberian perawatan yang cepat & tepat. kalsium IV, dalam keadaan siap pakai.
10
2. Nyeri berhubungan dengan tiroidektomi.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Kriteria: Menyangkal nyeri, tidak ada rintihan, ekspresi wajah rileks.
Rencana Tindakan: NO 1.
INTERVENSI Berikan
analgesik
narkotik
yang diresepkan & Analgesik narkotik perlu pada nye-ri hebat
evaluasi keefektifannya.
2.
RASIONAL untuk memblok rasa nyeri.
Ingatkan klien untuk mengikuti tindakan-tindakan Peregangan pada garis jahitan ada-lah sumber untuk mencegah peregangan pada insisi seperti: •
ketidak nyamanan.
menyokong leher bila bergerak di tempat tidur & bila turun dari tempat tidur.
•
menghindari hiper ekstensi & fleksi akut leher.
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tiroidektomi, edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tak sengaja dari para tiroid, perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: Tidak terjadi komplikasi sampai klien pulang ke rumah (hari ke-7 – 10 post op). Kriteria : Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat, hiperkalemia, kerusakan saraf laringeal,
obstruksi jalan nafas, ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi.
Rencana Tindakan: NO
INTERVENSI
1.
Perdarahan:
2.
a. Pantau:
3.
•
4.
RASIONAL
TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. 4 jam.
5.
•
6.
Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian setiap 8 jam setelahnya. Temuan ini menandakan perdarahan berlebihan
b.
Beritahu dokter bila drainase merah terang
dan perlu perhatian medis segera.
pada balutan/penurunan TD disertai pe-ningkatan frekuensi nadi & nafas. Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi 11
c.
Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & ins-
pernafasan.
truksikan klien untuk memberi tanda bila tersedak Temuan-temuan ini menandakan kompresi atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila trakeal yang dapat disebabkan oleh perdarahan, gejala itu terjadi, kendurkan balutan, cek TTV,
perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
inspeksi insisi, pertahankan klien pada posisi semi fowler, beri-tahu dokter. Obstruksi jalan nafas: 1.
Pantau pernafasan setiap 2×24 jam.
2.
Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak teratur atau Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih
tersedak. 3.
Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal penuh & membantu menurunkan bengkak. Pernafasan dalam mempertahankan alveoli
dibelakang kepala untuk sokongan
terbuka untuk mencegah ate-lektasis. 4. Anjurkan penggunaan spirometri insentif
Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
setiap 2 jam untuk merangsang pernafasan dalam. 5. Jamin bahwa O2 & suction siap tersedia di
tempat. Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri. Infeksi luka: a. Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan
teknik steril.
Temuan ini menandakan infeksi luka & perlu terapi antibiotik.
b. Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi. Untuk menurunkan tegangan pada pita suara. Kerusakan saraf laringeal: a. Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara. b. Laporkan peningkatan suara serak & kelemahan
suara.
Hipokalsemia: a. Pantau laporan-laporan kalsium serum.
Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal, dimana hal ini tidak dapat disembuhkan.
Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak seimbangan kalsium. Temuan ini menandakan hipokalsemia & perlunya penggantian garam kalsium.
b. Beritahu dokter bila keluhan-keluhan ke-bal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid. Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik normal. 12
a. Pantau kadar T3 & T4 serum.
b. Berikan penggantian hormon tiroid sesu-ai pesanan. 3.
Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : Klien mampu memenuhi rencana pemeliharaan dirumah. Kriteria: Klien mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, melakukan latihan dengan benar,
mengungkapkan kepuasan dengan rencana perawatan dirumah.
Rencana Tindakan: NO
INTERVENSI
RASIONAL
1. Berikan instruksi untuk latihan leher fleksi, ekstensi & Latihan-latihan ini untuk membantu latihan rotasi setelah jahitan di angkat hari ke-7.
mencegah kontraktur otot leher.
2. Hubungi dokter bila ada tanda-tanda infeksi
Terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi.
3. Bila tiroidektomi total dilakukan, berikan informasi
Pemahaman hubungan antara kondisi & terapi
tentang obat pengganti & harus digunakan untuk
membantu mengembangkan kepatuhan klien.
sepanjang hidup. Instruksi verbal mungkin mudah dilupakan. 4. Berikan instrumen tertulis untuk aktifitas perawatan diri, perjanjian, evaluasi & obat-obatan, klien kemudian evaluasi pemaham-an instruksi.
13