LAPORAN PENDAHULUAN CA BULI
A. DEFINISI Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung kemih (Price, A Sylvia, 2006) Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih).Buli-buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan. Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus. Klasifikasi Kanker : Tahap 0 : sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih. Tahap I : sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung kemih tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih. Tahap II : sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih. Tahap III : sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar kandung kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk
kelenjar getah bening atau organ lainnya. Tahap IV : sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul atau perut, dan organ lainnya. Berulang : kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain setelah yang telah diobati.
B. ETIOLOGI Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko: 1.
Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
2.
Merokok,merupakan faktor resiko utama.
3.
Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik(penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
4.
Infeksi, terutama infeksi saluran kemih.
5.
Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia.Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
6.
Riwayat keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker
ini. C. MANIFESTASI KLINIS Gejalanya Bisa Berupa: 1.
Hematuria (adanya darah dalam kencing).
2.
Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
3.
Desakan untuk berkemih.
4.
Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing.
5.
Badan terasa panas dan lemah.
6.
Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
7.
Nyeri pada satu sisi karena hydronefrosis. Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih
(sititis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
D. PATOFISIOLOGI Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Karena usia yang semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas serta rentan terpapar radikal bebas menyebabkan bahan karsinogen bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin
terus menerus, masuk ke kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel somatik
menyebabkan
pengaktifan
oonkogen
pendorong
pertumbuhan,
perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.
E. KOMPLIKASI Komplikasi meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Pemeriksaan laboratorium Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah dalam air kemih. Tanda adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang umumnya terjadi pada tumor yang sudah lanjut atau dapat pula ditemukan tanda adanya gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter (saluran kemih).
2.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV) digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki persangkaan keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defect (kelainan) pada buli-buli juga dapat mengevaluasi ada tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru. 3.
Sistoskopi dan biopsy Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada tumor superfisial (permukaan ).
G. PENATALAKSANAAN 1.
Operasi
Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih (sistektomi). 2.
RadioterapyDiberikan
pada
tumor
yang
radiosensitive
seperti
undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu. 3.
Chemoterapi Obat-obat anti kanker : Citral, 5 fluoro urasil Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai
pengobatan
topikal.
Klien
dibiarkan
menderita
dehidrasi 8 sampai 12 jam
sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat
diabiarkan dalam Buli-buli
selama dua jam.
H. PATHWAY Ca Buli – buli
kemoterapi
kerusakan intregitas kulit
Ulserasi terjadi kematian semua sel
Infeksi sekunder
Infasi pada bladder
iritasi mukosa lambung
intake in adekuat
Retensio urine
Terjadi refluks
Ketidakseimb angan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sistem imun menurun
resti infeksi
Hydroneprhosis
Pembesaran ginjal
terjadi penekanan jaringan saraf
Tindakan oprasi
NYERI
Kurang Informasi Ttg penyakitnya
Cemas
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 1) Pengkajian a. Identitas Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah bulibuli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. b. Riwayat keperawatan Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT d. Pemeriksaan penunjang a) Laboratorium Pemeriksaan Hb : Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria Pemeriksaan Leukosit Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase, ACTH meningkat kanker paru Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang, kanker hati, lymphoma, leukemia. Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, Lymphoma, multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid. LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati. Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium b) Radiology
excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya. Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe c) Cystocopy dan biopsy Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor
Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
d) Cystologi Pengecatan
sieman/papanicelaou
pada
sedimen
urine
terdapat
transionil cel daripada tumor. 2) Diagnosa keperawatan a) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan. b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik
yang
berhubungan
dengan
kanker,
konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga 3) Rencana asuhan keperawatan a) Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury biologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil : Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas. Melaporkan
nyeri
yang
dialaminya.
Mengikuti
program
pengobatan. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.
Intervensi : 1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas Memberikan
informasi
merencanakan asuhan
yang
diperlukan
untuk
2) Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi. 3) Berikan
pengalihan
seperti
reposisi
dan
aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri. 4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas. 5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri. 6) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien Agar terapi yang diberikan tepat sasaran 7) Berikan
analgetik
sesuai
methadone, narkotik dll
indikasi
seperti
morfin,
Untuk mengatasi nyeri. b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik
yang
berhubungan
dengan
kanker,
konsekwensi
khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil: Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya.
Intervensi : 1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya. Memberikan informasi tentang status gizi klien. 2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien. 3) Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien. Kalori merupakan sumber energi.
5) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. 6) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri. 7) Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan 8) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien). 9) Amati studi laboratorium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien. 10) Berikan
pengobatan
indikasiPhenotiazine,antidopaminergic,
sesuai corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacid Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien. 11) Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan. c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil: Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Intervensi : 1) Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal
seperti
emesis,
diare,
keseimbangan selama 24 jam.
drainase
luka.
Hitung
Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia. 2) Timbang berat badan jika diperlukan. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan. 3) Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi,
hipotensi
dan
suhu
tubuh
yang
meningkat
berhubungan dengan dehidrasi. 4) Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia. 5) Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang. 6) Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan. 7) Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah. Mencegah terjadinya perdarahan. 8) Kolaboratif berikan cairan IV bila diperlukan.
Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang. 9) Berikan therapy antiemetik. Mencegah/menghilangkan mual muntah. d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi),
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam resiko infeksi berkurang
Kriteria hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
Intervensi : 1) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama. Mencegah terjadinya infeksi silang. 2) Jaga personal hygine klien dengan baik. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup. 3) Monitor temperatur. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi 4) Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi 5) Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Mencegah terjadinya infeksi. 6) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi 7) Berikan antibiotik bila diindikasikan Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia
Tujuan : sdetelah dilakukan tiindakan keperawatan selama 1×24 jam resiko kerusakan integritas kulit berkurang
Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan
kondisi
spesifik.
Berpartisipasi
dalam
pencegahan
komplikasi dan percepatan penyembuhan.
Intervensi : 1)
Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan
identifikasi
awal
terhadap
perubahan
integritas kulit. 2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
3) Ubah posisi klien secara teratur. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. 4) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif
f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam cemas yang dirasakan klien berkurang
Kriteria hasil : Klien dapat mengurangi rasa cemasnya. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi : 1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi 2) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya. 3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai. Dapat menurunkan kecemasan klien 4) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. Membantu
klien
dalam
memahami
kebutuhan
untuk
pengobatan dan efek sampingnya. 5) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. Mengetahui
dan
menggali
pola
koping
klien
serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan. 6) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. Agar
klien
memperoleh
dukungan
dari
orang
yang
terdekat/keluarga. 7) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. Memberikan
kesempatan
pada
klien
untuk
berpikir/merenung/istirahat. 8) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
DAFTAR PUSTAKA
Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC Brunner dan Suddarth. (2005). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGCs