BAB I TINJAUAN TEORI A. DEFINISI Kanker buli-buli adalah kanker kanker yang yang mengenai organ buli – buli (kandung kemih). Buli buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli – buli telah penuh maka maka air kemih akan dikeluarkan.
B. EPIDEMIOLOGI Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan masyarakat adalah kanker system urogenitalia. Tumor buli-buli paling sering menyerang 3 kali lebih sering dari tumor urogenital lain. Sebagian besar (atau ±90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Di Amerika Serikat keganasan ini merupakan penyebab kematian ke enam dari seluruh penyakit kaganasan, dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan 52.900 kasus baru kanker buli-buli. Di Indonesia Indonesia
berdasarkan pendataan hasil
pemeriksaan jaringan yang dilakukan selama 3 tahun diketahui bahwa kanker buli-buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer pada pria. Di subbangian Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo darii 152 kasus keganasan urologi antara tahun 19951997, 36% diantaranya adalah kanker buli-buli dan juga menempati urutan pertama.
C. PENYEBAB Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui . Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko yaitu : 1. Usia, resiko terjadinya kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia 2. Merokok merupakan faktor resiko yang utama 3. Lingkungan pekerjaan , beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena ditempatnya bekerja ditemukan bahan – bahan karsinogenik ( penyebab kanker ). Misalnya pekerja industry karet, KIMA, dll 4. Ras , orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada orang Asia 5. Pria , memiliki resiko 2 – 3kali lebih besar. 6. Riwayat keluarga , orang – orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti
sedang mempelajari adanya perubahan Gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
D. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala Ca Buli – buli yaitu : 1. Kencing campur darah yang intermitten 2. Merasa panas waktu kencing 3. Merasa ingin kencing 4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing 5. Nyeri suprapubik yang konstan 6. Panas badan dan merasa lemah 7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf 8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis) dan
kedua
penyakit
ini
bisa
terjadi
secara
bersamaan.
Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
E. KLASIFIKASI Ca / CANCER / TUMOR BULI 1. Staging dan klasifikasi Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi : a. T
=
pembesaran
lokal
tumor
primer ,
ditentukan
melalui
:
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi. No
KODE
KET
1
Tis
Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2
Tx
Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
3
To
Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4
T1
Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5
T2
Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
6
T3
Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli buli.
7
T3a
Invasi otot yang lebih dalam
8
T3b
Perluasan lewat dinding buli-buli
9
T4
Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10
T4a
Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11
T4b
Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen
b. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative No
KODE
KET
1
Nx
Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
2
No
Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar
lymfe
regional 3
N1
Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
4
N2
Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
5
N3
Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
6
N4
Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
c. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia No
KODE
KET
1
Mx
Kebutuhan
cara
pemeriksaan
minimal
untuk
menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan 2
M1
Adanya metastase jauh
3
M1a
Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
4
M1b
Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5
M1c
Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
6
M1d
Metastase dalam organ yang multiple
2. Type dan lokasi Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi. 1
Efidermoid Ca
Kira-kira 5% neoplasma buli-buli – squamosa cell, anaplastik,
invasi
yang
dalam
dan
cepat
metastasenya 2
Adeno Ca
Sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus 3
4
Rhabdomyo
Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),
sarcoma
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
Primary
Neurofibroma
Malignant
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
dan
pheochromacytoma,
dapat
lymphoma 5
Ca dari pada
Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi
kulit,
ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi
melanoma, lambung, paru dan mammae
F. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Lab a. Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria b. Pemeriksaan Leukosit
Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,
ACTH meningkat kanker paru
Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang, kanker hati, lymphoma, leukemia.
Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, lymphoma, multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.
LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut
SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.
Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium
2. Radiology a. excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya. b. Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor c. Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli d. Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe 3. Cystocopy dan biopsy a. cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor b. Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin. 4. Cystologi Pengecatan sieman/papanicelaou pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada tumor
G. PENGOBATAN 1. Operasi Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih atau hanya menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui sistoskopi. Tetapi sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat yang sama, tetapi lebih sering terbentuk di tempat yang baru. Angka kekambuhan bisa dikurangi dengan memberikan obat anti-kanker atau BCG ke dalam kandung kemih setelah seluruh kanker diangkat melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa digunakan sebagai pengobatan pada penderita yang tumornya tidak dapat diangkat melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam atau telah menembus dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih (sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar atau belum.Terapi penyinaran saja atau dikombinasikan dengan kemoterapi kadang bisa mengobati kanker. Jika kandung kemih diangkat seluruhnya, maka harus dipasang alat untuk membuang air kemih.Biasanya air kemih dialirkan ke suatu lubang di dinding perut (stoma) melalui suatu saluran yang terbuat dari usus, yang disebut ileal loop. Selanjutnya air kemih dikumpulkan dalam suatu kantong.
Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat, digolongkan ke dalam 2 kategori: a. Orthotopic neobladder b. Continent cutaneous diversion. Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus. Pada orthotopic neobladder, penampung ini dihubungkan dengan uretra. Penderita diajarkan untuk mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih mengalir melalui uretra, Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar, karena air kemih tetap berada dalam penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara memasang selang melalui lubang di dinding perut ke dalam penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur. Kanker yang sudah menyebar diobati dengan kemoterapi. 2. Radioterapy a. Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade IIIIV dan stage B2-C. b. RAdiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu. 3. Chemoterapi Obat-obat anti kanker : a. citral, 5 fluoro urasil b. topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam H. KOMPLIKASI 1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi 2. Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
I.
KONSEP KEPERAWATAN Ca / CANCER / TUMOR / CARSINOMA BULI 1. Pengkajian
a. Identitas Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. b. Riwayat keperawatan Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis c. Pemeriksaan fisik dan klinis 1) Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil atumor sudah bear. 2) Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT. 2. Diagnosa
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik. Tujuan :
1) Klien dapat mengurangi rasa cemasnya 2) Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif. 3) Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. Intervensi :
1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya Rasional:
Data-data
mengenai
pengalaman
klien
sebelumnya
akan
memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi. 2) Berikan
informasi
tentang
prognosis
secara
akurat.
Rasional: Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya. 3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai Rasional: Dapat menurunkan kecemasan klien 4) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. Rasional: Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya. 5) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. Rasional:
Mengetahui
dan
menggali
pola
koping
klien
serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan 6) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system Rasional: Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat / keluarga 7) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman Rasional:
Memberikan
kesempatan
pada
klien
untuk
berpikir/merenung/istirahat 8) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan se ntuhlah dengan wajar Rasional: Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan. Tujuan :
1) Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas 2) Melaporkan nyeri yang dialaminya
3) Mengikuti program pengobatan 4) Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas Rasional: Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan 2) Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya Rasional: Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi 3) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV Rasional: Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri 4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik Rasional: Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas 5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu Rasional: Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri. 6) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien Rasional: Agar terapi yang diberikan tepat sasaran 7) Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll Rasional: Untuk mengatasi nyeri c. Gangguan
nutrisi
(kurang
dari
kebutuhan
tubuh) berhubungan
dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
1) Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi 2) Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat 3) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya Intervensi :
1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya Rasional: Memberikan informasi tentang status gizi klien 2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan Rasional: Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien. 3) Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis Rasional: Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk 4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan
yang
adekuat.
Anjurkan
pula
makanan
kecil
untuk
klien.
Rasional: Kalori merupakan sumber energi 5) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas. Rasional: Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. 6) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga. Rasional: Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri 7) Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan Rasional: Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan 8) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien Rasional: Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
9) Kolaboratif Rasional: Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien 10) Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin Rasional: Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien 11) Berikan pengobatan sesuai indikasi Rasional: Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan. d. Kurangnya
pengetahuan
pengobatan berhubungan
tentang
dengan
penyakit,
kurangnya
prognosis
informasi,
dan
misinterpretasi,
keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi. Tujuan :
1) Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap. 2) Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut. 3) Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan. 4) Bekerjasama dengan pemberi informasi. Intervensi :
1) Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya. Rasional:
Menghindari
adanya
duplikasi
dan
pengulangan
terhadap
pengetahuan klien. 2) Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker . Rasional: Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian 3) Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan Rasional: Membantu klien dalam memahami proses penyakit
4) Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan,
therapy
yang
lama,
komplikasi.
Jujurlah
pada
klien
Rasional: Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan. 5) Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya. Rasional: Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien 6) Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal. Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat 7) Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi. Rasional: Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tandatanda
infeksi
serta
masalah
dengan
kesehatan
mulut
yang
dapat
mempengaruhi intake makanan dan minuman 8) Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut . Rasional: Meningkatkan integritas kulit dan kepala. e. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal. Intervensi :
1) Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam. Rasional: Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia 2) Timbang berat badan jika diperlukan Rasional: Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan. 3) Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
Rasional: Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi. 4) Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien Rasional: Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia 5) Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang 6) Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie Rasional: Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan 7) Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah Rasional: Mencegah terjadinya perdarahan 8) Berikan cairan IV bila diperlukan. Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang 9) Berikan therapy antiemetik. Rasional: Mencegah/menghilangkan mual muntah 10) Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin Rasional: Mengetahui perubahan yang terjadi f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive Tujuan :
1) Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi 2) Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal Intervensi :
1) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama Rasional: Mencegah terjadinya infeksi silang 2) Jaga personal hygine klien dengan baik Rasional: Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup
3) Monitor temperatur Rasional: Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi 4) Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi. Rasional: Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi 5) Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur Rasional: Mencegah terjadinya infeksi 6) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets Rasional: Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi 7) Berikan antibiotik bila diindikasikan Rasional: Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta. Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia. 1. Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta. 2. Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Ya yasan IAPK Pajajaran, Bandung.