BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1
Kons Konsep ep Te Teori ori Kepe Kepera rawa wata tan n
2.2
Konsep EBN 2.2.1 Pengertian Evidence Based Nursing (EBN)
Evidence Based Nursing didefi didefinis nisika ikan n sebagai sebagai sintes sintesis is dan pengguna penggunaan an temuan temuan ilmiah ilmiah (hasil (hasil penelitia penelitian) n) dari dari suatu suatu penelit penelitian ian randomized randomized control control trial (Estabrook, 2004 dalam Wood dan Haber, 2006). Menurut a!keett, et al (200") E#$ adalah sebagai suatu sintesis dan penggunaan temuan ilmiah dari berbagai %enis penelitian termasuk randomi&ed !ontrol trial, penelitian deskriptif, informasi dari laporan kasus dan pendapat pakar. 'endapat lain dari harma (20) mendefinisikan E#$ sebagai suatu integrasi (lebih dari penelitian) dari bukti hasil penelitian terbaik *ang telah melalui tahapan telaah dan sintesis *ang digunakan sebagai dasar dala dalam m prak prakti tik k keper kepera+ a+at atan an dan memb member erik ikan an manf manfaat aat bagi bagi pener penerim imaa la*a la*anan nan kepera+atan.
2.2.2 Tujuan Evidence Based Nursing (EBN) (EBN)
harma (20) berpendapat penggunaan hasil penelitian pada tatanan praktik kepera+atan bertu%uan a. Memberikan Memberikan landasan landasan *ang ob%ektif ob%ektif dan rasional rasional dalam dalam praktik praktik kepera+atan kepera+atan -enomena *ang didapat dari pengalaman klinik masih harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarann*a se!ara ilmiah dan fakta ilmiah. nilah *ang kemudian di%adikan dasar dalam praktik kepera+atan (evidence (evidence based nursing practice). practice). 'era+at *ang memiliki pengalaman kemudian melakukan tindakan kepera+atan aatas dasar fakta ilmiah akan menghasilkan suatu asuhan kepera+atan *ang berkualitas. b. Memberikan bukti bah+a praktik kepera+atan dilandasi oleh penerapan prinsip/ prinsip ilmiah ( scientific ( scientific method ) *ang relean dan terkini (up (up to date). date). engan menerapkan eiden!e base nursing pra!ti!e atau praktik kepera+atan dilandasi bukti ilmiah, memberikan bukti bah+a praktik kepera+atan dilandasi oleh dasar ilmu pengetahuan *ang kuat *ang didapat melalui penelitian.
!. Melati Melatih h kemamp kemampuan uan pera+at pera+at untuk berpiki berpikirr kritis kritis dan rasion rasional al terhadap terhadap suatu suatu fenom fenomena ena1m 1mas asal alah ahpen pener erap apan an
E#$ E#$
se!a se!ara ra tida tidak k
lang langsu sung ng
akan akan
mela melati tih h
kemampuan berpikir kritis dan rasional seorang pera+at dalam menghadapi suatu masalah1fenomena. etika menghadapi suatu masalah atau menemukan suat suatu u fenom fenomena ena pera pera+a +att menge mengeks kspl plor oras asii berb berbaga agaii sumb sumber er ilmi ilmiah ah untu untuk k mengetahui gambaran permasalahan1fenomena dan men!ari solusi *ang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. d. ebagai salah satu !iri dan praktik praktik kepera+atan kepera+atan profes professiona sionall Evidence Based Nursing practice practice merupakan suatu !ara untuk membuktikan bah+a pera+at adalah professional. e. Mening Meningkat katkan kan kuali kualitas tas pela* pela*anan anan keper kepera+a a+atan tan 3u%ua 3u%uan n akhir akhir dari penera penerapan pan E#$ adalah adalah mening meningkat katkan kan kualit kualitas as pela*a pela*anan nan kepera+atan. E#$ merupakan suatu !ara untuk men!apai indi!ator/indikator kualitas pela*anan kepera+atan. f. ebagai dasar untuk men*usun men*usun pertan*aan pertan*aan penelitian penelitian berikutn*a berikutn*a Efekti Efektifit fitas as penerap penerapan an hasil hasil peneli peneliti tian an dalam dalam prakti praktik k kepera+ kepera+ata atan n diketa diketahui hui melalui ealuasi proses dan ealuasi hasil. Hasil ealuasi di%adikan landasan untuk men*usun pertan*aan penelitian berikutn*a untuk topik *ang relean 2.2.3 Taapan Evidence Based Nursing (EBN) (EBN)
e!ara umum terdapat 4 komponen dalam penerapan E#$ menurut harma (20) meliputi a. b. !. d.
3elaa 3elaah h dan sint sintesi esiss hasil hasil penel peneliti itian an mplementasi Ealuasi Ealuasi efekti efektifitas fitas penerapan penerapan E#$ E#$ terhadap terhadap pela*anan pela*anan pasien pasien 'ert 'ertim imban banga gan n terh terhad adap ap konte konteks ks dima dimana na hasi hasill pene peneli liti tian an dite ditera rapk pkan an *ang *ang men!akup keterlaksanaan berdasarkan aspek pembia*aan, sumber da*a manusia *ang *ang terlib terlibat at dalam dalam penera penerapan pan E#$, E#$, keters ketersedi ediaan aan fasili fasilitas tas penduku pendukung ng dan kebi%akan institusi #an*ak model *ang dapat digunakan sebagai kerangka ker%a untuk melakukan
E#$. #erikut tahapan dalam pelaksanaan E#$ menurut model W5 . Memi Memili lih h top topik ik E#$ E#$ alam memilih topik E#$ perlu mempertimbangkan kesesuaian antara topik *ang dia%ukan dengan kebutuhan dan kemampuan institusi. 3opik E#$ *ang rele relean an deng dengan an kebut kebutuha uhan n dan dan kemam kemampu puan an inst instit itus usii akan akan mend mendapa apatk tkan an
dukungan dari pimpinan dari pihak lain *ang terkait. ukungan dari penentu kebi%akan dan pihak *ang terkait langsung dengan penerapan E#$ sangat diperlukan untuk keberhasilan kegiatan E#$. #eberapa !riteria *ang perlu dipertimbangkan dalam menentukan topik E#$ antara lain a) 'rioritas masalah bagi profesi kepera+atan dan institusi dentifikasi terlebih dahulu skala prioritas bagi pengembangan profesi kepera+atan dan institusi, kemudian pertimbangkan topik E#$ berdasarkan skala prioritas ini. b) 'entingn*a masalah 'entingn*a masalah sangat relatie, tergantung kepentingan dan maslah *ang dihadapi oleh institusi !) eterlaksanaan pada beberapa area kepera+atan 3opik E#$ akan semakin baik %ika diterapkan pada berbagai area kepera+atan d) 'engaruh terhadap peningkatan kualitas pela*anan kepera+atan, penurunan lama pera+atan, bia*a pera+atan dan peningkatan kepuasan pasien e) 'eran multidisiplin terkait dengan topik dan kemampuan membentuk ker%asama antar disiplin f) Minat dan komitmen staf terhadap topik *ang akan dipilih g) etersediaan bukti penelitian dan referensi untuk mendukung topik *ang akan dipilih
etelah topik E#$ disepakati, dilan%utkan dengan memilih kelompok ker%a *ang akan terlibat aktif dalam proses pelaksanaan E#$. 2. Membentuk 3M etelah penentuan topik E#$, tahap selan%utn*a adalah membentuk tim1kelompok ker%a *ang terlibat dalam pelaksanaan E#$. 3im ini bertanggung %a+ab dalam mengembangkan, mengimplementasikan dan mengealuasi pelaksanaan E#$. 'enentuan anggota tim *ang terlibat dalam pelaksanaan E#$ sangat tergantung pada topik E#$. #erdasarkan topik E#$, tim dapat beranggotakan berbagai disiplin (multidisplin) atau han*a beranggotakan pera+at professional pada suatu area kepera+atan.
3ugas a+al dari tim E#$ adalah men*usun pertan*aan E#$. 3opik *ang sebelumn*a ditetapkan kemudian disusun dalam bentuk pertan*aan klinik (pertan*aan E#$). 'ertan*aan *ang %elas akan mempermudah tim dalam menspesifikkan tipe pasien, %enis interensi, out!ome dan desain penelitian *ang relean di%adikan sebagai ru%ukan (5lderson, reen dan Higgins, 2007 dalam Wood dan Harber, 2006). Metode *ang dapat digunakan untuk merumuskan pertan*aan E#$ adalah metode *ang dikenal dengan istilah '8 (uniersit* f llionis 8hi!ago, 2007). sitilah ini meru%uk pada singkatan, *aitu ' Patient/population/problem (gambaran sekelompok pasien *ang memiliki masalah) Intervention/treatment (nterensi atau prosedur utama) 8 Comparasion Intervention/treatment (nterensi alternatie1 standar *ang dibandingkan dengan interensi utama) Outcome (hasil *ang diharapkan) 7. Mengumpulkan hasil penelitian *ang relean 9ntuk men%a+ab pertan*aan E#$ dan menentukan interensi *ang paling tepat diterapkan pada kasus, diperlukan eksplorasi berbagai referensi. #eberapa referensi *ang dapat digunakan sebagai sumber E#$ antara lain publikasi hasil penelitian di %urnal elektronik (8$5H:, E#8, ';<9E3, M:$E). 4. Melakukan kritik %urnal (!riti!ial appraisal) ritik %urnal merupakan tahapan penting dalam E#$. 'ada tahap ini hasil penelitian *ang akan di%adikan ru%ukan ditelaah kela*akann*a dan dianalisis apakah menggambarkan fakta sebenarn*a. uatu hasil penelitian la*ak untuk di%adikan E#$ atas dasar pertimbangan berikut ini a) ualitas eiden!e inilai berdasarkan agregat peringkat kualitas suatu penelitian dan dalam rentang mana bias dapat diminimalisir dari suatu penelitian. b) uantitas eiden!e uantitas eiden!e menun%ukkan besarn*a kemaknaan klinik (effe!t si&e) dari suatu hasil penelitian, %umlah penelitian *ang mendukung eiden!e, %umlah sampel *ang digunakan dalam penelitian dan po+er penelitian tersebut. !) onsistensi eiden!e onsistensi eiden!e mengukur se%auh mana tingka* kemiripan setiap hasil penlitian *ang di%adikan sebagai eiden!e. emakin mirip hasil dari
beberapa penelitian, maka akan semakin baik hasil penelitian di%adikan sebagai E#$. =. intesis hasil penelitian intesis penelitian adalah suatu proses mengintegrasikan beberapa hasil penelitian *ang dianggap memenuhi unsure aliditas (alidit*), kepentingan (importan!*) dan kemampulaksanaan (appli!abilit*) untuk menghasil suatu hasil temuan baru *ang akan diterapkan sebagai eiden!e based nursing pra!ti!e (E#$). 5da dua faktor *ang harus dipertimbangkan untuk menentukan hasil penelitian *ang akan disintesis, *aitu a) emiripian karakteristik sampel dengan populasi pasien dimana hasil penelitian akan diterapkan. 'ilih penelitian *ang menggunakan sampel dengan karakteristik men*erupai populasi pasien dimana E#$ akan diterapkan. b) ;eleansi penelitian dengan topik dan pertan*aan E#$ 'ilih penelitian *ang paling relean dengan topik dan pertan*aan E#$ untuk disintesis. 'ada dasarn*a tahapan ini dapat dipersingkat pada tahap mengumpulkan hasil penelitian dari %urnal.
6. 9%i !oba (pilot pro%e!t) nterensi1prosedur baru dalam praktik kepera+atan etelah seluruh hasil penelitian *ang mendukung ditelaah dan disintesis, tahap selan%utn*a adalah melakukan u%i!oba interensi1prosedur baru. 9%i!oba sangat penting dilakukan sebelum mengimplementasikan E#$ sebagai suatu prosedur tetap di institusi. etika memasuki tahap ini, tim E#$ mulai men*usun proposal pilot pro%e!t *ang men!akup tu%uan *ang ingin di!apai, ruangan *ang akan di%adikan sebagai unit per!ontohan, instrument *ang diperlukan, petun%uk pelaksanaan prosedur baru, metode ealuasi dan rin!ian pembia*aan *ang diperlukan. #erikut ini beberapa kegiatan dalam tahap u%i!oba E#$ a) Menentukan tu%uan 3u%uan penerapan E#$ dalam unit per!ontohan menga!u pada tu%uan umum dan tu%uan khusus. 3u%uan umum dari penerapan suatu prosedur berdasarkan E#$ adalah kepuasan pasien, %umlah hari ra+at pasien, berkurangn*a bia*a *ang harus dikeluarkan dan efektifitas tindakan. 3u%uan khusus menga!u
pada hasil spesifik *ang ingin di!apai dari interensi baru. riteria +aktu %uga perlu di%elaskan dalam tu%uan khusus sebagai salah satu !riteria pen!apaian tu%uan. riteria +aktu pen!apaian tu%uan disesuaikan dengan hasil penelitian *ang mendukung. b) Mengumpulkan data dasar ebelum menerapkan E#$ dalam
unit
per!ontohan,
tim
perlu
mengumpulkan beberapa data dasar *ang berhubungan dengan persiapan penerapan E#$. ata dasar diperlukan untuk men*usun strategi *ang tepat guna men!apai keberhasilan E#$ pada unit per!ontohan. !) Membuat desain1petun%uk penerapan E#$ 'etun%uk E#$ memberikan arah dan pedoman dalam melaksanakan interensi1prosedur baru. petun%uk dibuat se!ara operasional berupa instruksi1prosedur ker%a, tahapan kegiatan, uraian tugas anggota tim *ang terlibat, metode pendokumentasian dan pelaporan. esain dan petun%uk E#$ dikembangkan berdasarkan rekomendasi hasil penelitian. d) Mengimplementasikan E#$ pada unit per!ontohan e) etelah semua tahapan persiapan dilaksanakan, maka tahap
selan%utn*a
adalah mengimplementasikan E#$ pada unit per!ontohan. alam tahap ini seluruh standar operasional prosedur *ang telah disusun diterapkan diba+ah kontrol dan ealuasi dari ealuator *ang merupakan bagian dari tim E#$. f) Memodifikasi pedoman praktik. #erdasarkan hasil ealuasi kemudian dilakukan modifikasi terhadap pedoman1petun%uk pelaksanaan E#$ *ang kurang sempurna. Modifikasi dilakukan pada bagian/bagian tertentu *ang sulit dilaksanakan dan memberikan hasil *ang kurang memuaskan. >. Menetapkan perubahan baru etelah mengealuasi hasil pilot pro%e!t penerapan E#$, tahap selan%utn*a adalah menetapkan perubahan baru di institusi. 'enetapan perubahan baru harus diikuti dengan upa*a untuk mempertahankan dan membuda*akan interensi baru dalam praktik kepera+atan (sustainabilit*) ?. esiminasi hasil 3ahap akhir adalah desiminasi hasil kepada seluruh unsure *ag terlibat dalam penerapan E#$ (harma,20).
2.3 Konsep Teori Ter!ait 2.3.1 Konsep Post operasi 3ahap post operatif merupakan tahap lan%utan dari pera+atan pre operatif
*ang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room) atau pas!a anastesi dan berakir pada tatanan klinik atau di rumah (Mar*unani, 204). Menurut Wals (200?) pada pasien post operasi seringkali mengalami n*eri hebat meskipun tersedia obat/obat analgesik *ang efektif, namun n*eri post operasi tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar =0@ pasien tetap mengalami n*eri sehingga dapat mengganggu ken*amanan pasien. :ama +aktu pemulihan pasien post operasi normaln*a ter%adi han*a dalam satu sampai dua %am ('otter dan 'err*, 200=). Menurut Mul*ono (200?) pemulihan pasien post operasi membutuhkan +aktu rata/rata 4= menit, sehingga pasien akan merasakan n*eri *ang hebat rata/rata pada dua %am pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anestesi sudah hilang, dan pasien sudah keluar dari kamar sadar. 2.3.2 Konsep N"eri A. #e$inisi $*eri merupakan fenomena *ang multidimensi, karena itulah sulit untuk
memberikan batasan *ang pasti terhadap n*eri. ensasi n*eri *ang dilaporkan tiap indiidu berbeda/beda, hal inilah *ang men*ebabkan pengertian n*eri dari masing/masing indiidu berbeda pula. ndiidu 5 *ang tertusuk paku akan melaporkan n*eri *ang berbeda dibandingkan indiidu # *ang merasakan n*eri karena tersandunh batu, bahkan indiidu 5 dan # *ang sama/sama tertusuk paku akan menghasilkan respon dan persepsi *ang berbeda pula terhadap n*eri ('raset*o, 200). $*eri merupakan sensasi *ang rumit, unik, uniersal, dan bersifat indiidual. ikatakan bersifat indiidual karena respon indiidu terhadap sensasi n*eri beragam dan tidak disamakan satu dengan lainn*a. Hal tersebut dapat men%adi dasar bagi pera+at dalam mengatasi n*eri pada pasien. !rumum, mengartikan n*eri sebagai suatu keadaan *ang
tidak
men*enangkan akibat ter%adin*a rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional (Hida*at, 200?). $*eri diartikan berbeda/beda antar indiidu, bergantung pada persepsin*a. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi n*eri. e!ara
sederhana, n*eri dapat diartikan sebagai suatu sensasi *ang tidakmen*enangkan baik se!ara sensori maupun emosional *ang berhubungan dengan adan*a suatu kerusakan %aringan atau faktor lain, sehingga indiidu merasa tersiksa, menderita *ang akhirn*a akan mengganggu aktiitas sehari/hari, psikis, dan lain/lain (5smadi, 200?). #agaimanapun, tidak mudah untuk memberikan batasan terhadap n*eri, *ang %elas n*eri merupakan sesuatu *ang tidak men*enangkan *ang han*a dapat diungkapkan oleh indiidu *ang mengalamin*a
(bersifat sub%ektif) dan
persepsin*a berbeda antara satu orang dengan *ang lainn*a ('raset*o, 200). B. Teori N"eri %an Proses Terja%i N"eri 5da empat ma!am teori n*eri *ang dapat di%elaskan sebagai berikut . 3eori pemisahan ( specificity theory). Menurut teori ini rangsangan sakit
masuk ke medula spinalis ( spina cord ) melalui karnu dorsalis *ang bersinaps di daerah posterior. emudian naik ken tractus lissur dan men*ilang di garis median ke sisi lainn*a dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan n*eri tersebut diteruskan. 2. 3eori pola ( Pattern heory) adalah rangsangan n*eri masuk melalui akar gangliondorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel 3. Hal ini mengakibatkan suatu respon *ang merangsang kebagian *ang lebih tinggi *aitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls n*eri *ang diterima. ;ekonstrusi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala), persepsi menentukan berat ringann*a n*eri *ang dirasakan, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan n*eri. 'ersepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel 3. 7. 3eori pengendalian gerbang !gate control theory) *ang dikemukakan oleh Mel&ak dan Wall. 3eori ini lebih komprehensip dalam men%elaskan tranmisi dan persepsi n*eri. ;angsangan atau impuls n*eri *ang disampaikan oleh s*araf perifer aferen ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. "inaps dalam dorsal medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengi%inkan impuls masuk ke otak. er%a kontrol gerbang ini menguntungkan
dari ker%a serat saraf besar dan ke!il *ang keduan*a berada dalam rangsangan akar ganglion dorsalis. ;angsangan pada serat akan meningkatkan aktifitas subtansia gelatinosa *ang mengakibatkan tertutupn*a pintu sehingga katifitas sel 3 terhambat dan men*ebabkan hantaran rasa n*eri terhambat %uga. ;angsangan serat besar ini dapat langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsin*a akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksin*a mempengaruhi aktifitas sel 3. ;angsangan pada serat ke!il akan menghambat aktifitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel 3 meningkat *ang akan menghantarkan ke otak. 4. 3eori tranmisi dan inhibisi. 5dan*a stimulus pada nociceptor memulai tranmisi impuls/impuls pada serabut/serabut besar *ang memblok impuls/ impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Hida*at, 200?). &. 'isioogi N"eri $*eri selalu di kaitkan dengan adan*a stimulus (rangsang n*eri) dan
re!eptor. ;eseptor *ang di maksud adalah nosiceptor#*aitu u%ung/u%ung saraf bebas pada kulit *ang berespon terhadap stimulus *ang kuat. Mun!uln*a n*eri dimulai dengan adan*a stimulus n*eri. timulu/stimulus tersebut dapat berupa biologis, &at kimia, panas, listrik serta mekanik ('raset*o, 200). 3rauma mekanik menimbulkan n*eri karena u%ung/u%ung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. 3rauma termis menimbulkan n*eri karena u%ung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin. $eoplasma men*ebabkan n*eri karena ter%adin*a tekanan atau kerusakan %aringan *ang mengandung reseptor n*eri dan %uga karena tarikan,%epitan,atau metastase. $*eri pada peradangan ter%adi karena kerusakan u%ung/u%ung saraf reseptor akibat adan*a peradangan atau ter%epit oleh pembengkakan. apat disimpulkan bah+a n*eri *ang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggun*a serabut saraf reseptor n*eri. erabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada %aringan tertentu. $*eri *ang disebabkan faktor psikologis merupakan n*eri *ang dirasakan bukan karena pen*ebab
organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhn*a terhadap fisik (5smadi, 200?). #. Kasi$i!asi N"eri
$*eri dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan, *aitu berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringann*a, dan +aktu (5smadi, 200?). . $*eri berdasarkan tempatn*a a) 'heriperal pain, *aitu n*eri *ang terasa pada permukaan tubuh misaln*a pada kulit, mukosa. b) eep pain, *aitu n*eri *ang terasa pada permukaan tubuh *ang lebih dalam atau pada organ/organ tubuh is!eral. !) ;efered pain, *aitu n*eri dalam *ang disebabkan karena pen*akit organ1struktur dalam tubuh *ang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah *ang berbeda, bukan daerah asal n*eri. d) 8entral pain, *aitu n*eri *ang ter%adi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal !ord, batang otak, talamus, dan lain/lain.
2. $*eri berdasarkan sifatn*a a) n!idental pain, *aitu n*eri timbul se+aktu/+aktu lalu menghilang. b) ted* pain, *aitu n*eri *ang timbul dan menetap serta dirasakan dalam +aktu *ang lama. !) 'aroA*mal pain, *aitu n*eri *ang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. $*eri tersebut biasan*a menetap B 0/= menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
7. $*eri berdasarkan berat ringann*a a) $*eri ringan, *aitu n*eri dengan intensitas rendah b) $*eri sedang, *aitu n*eri *ang menimbulkan reaksi !) $*eri berat, *aitu n*eri dengan intensitas *ang tinggi 4. $*eri berdasarkan +aktu laman*a serangan
a) $*eri akut, *aitu n*eri *ang dirasakan dalam +aktu *ang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah n*eri diketahui dengan %elas. ;asa n*eri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu pen *akit arterios!lerosis pada arteri koroner. b) $*eri kronis, *aitu n*eri *ang dirasakan lebih dari enam bulan. $*eri kronis ini polan*a beragam dan berlangsung berbulan/bulan bahkan bertahun/tahun. ;agam pola tersebut ada *ang n*eri timbul dengan periode *ang diselingi interal bebas dari n*eri lalu timbul kembali lagi n*eri, dan begitu seterusn*a. 5da pula pola n*eri kronis *ang konstan, artin*a rasa n*eri tersebut terus/menerus tersa makin lama semakin meningkat intensitasn*a +alaupun telah diberikan pengobatan (5smadi, 200). Tae 1 Pere%aan N"eri A!ut #an N"eri Kronis
arakteristik 5+itan
$*eri 5kut Mendadak
$*eri ronis 3erus menerus1intermittent
urasi
;espon otonom
urasi singkat (kurang urasi lama (lebih dari dari enam bulan)
enam bulan)
3akikardia,tekanan
3idak
dapat
darah meningkat, pu!at, otonom, lembab,
respon penurunan
berkeringat, tekanan darah bradikardi,
dilatasi pupil meningkat,
kulit kering, panas, dan pupil kontriksi.
;espon psikologis
8emas,
gelisah,
dan epresi, putus asa, muda
ter%adi ketegangan otot
tersinggung1marah menarik diri
umber 'raset*o, 200
E. 'a!tor "ang *e+pengarui N"eri
$*eri merupakan suatu keadaan *ang kompleks *ang dipengaruhi oleh faktor fisiologi, spiritual, psikologis, dan buda*a. etiap indiidu mempun*ai pengalaman
*ang berbeda tentang n*eri. -aktor/faktor *ang dapat mempengaruhi n*eri adalah sebagai berikut 1. 'a!tor 'isioogi
#erbagai -aktor fisiologi *ang dapat mempengaruhi n*eri meliputi berbagai faktor, *aitu umur, %enis kelamin dan kelelahan ('raset*o, 200) a) 9sia 9sia merupakan ariabel *ang penting dalam mempengaruhi n*eri pada indiidu. 9sia %uga mempengaruhi persepsi n*eri seseorang *aitu anak/ anak dan orang tua mungkin lebih merasakan n*eri dibandingkan dengan orang de+asa muda karena mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa *ang mereka rasakan. 'ada orang de+asa n*eri *ang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka umumn*a memiliki berbagai ma!am pen*akit dengan ge%ala *ang sering sama dengan bagian tubuh *ang lain. leh karena itu, pera+at harus teliti melihat di mana sumber n*eri *ang dirasakan pasien. b) Cenis kelamin Cenis kelamin se!ara umum, pria dan +anita tidak berbeda se!ara bermakna dalam berespon terhadap n*eri (il, ""0). iragukan apakah han*a %enis kelamin sa%a *ang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian n*eri. #eberapa kebuda*aan *ang mempengaruhi %enis kelamin (misaln*a menganggap bah+a seorang anak laki/laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi *ang sama). 3oleransi n*eri se%ak lama telah men%di sub%ek penelitian *ang melibatkan pria dan +anita. 5kan tetapi, toleransi terhadap n*eri dipengaruhi oleh faktor/faktor biokimia dan
merupakan faktor *ang
memperhatikan %enis kelmain. !) elelaan
unik
bagi setiap
indiidu,
tanpa
elelahan meningkatkan persepsi n*eri. ;asa kelelahan men*ebabkan sensasi n*eri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
2. 'a!tor Sosia
-aktor sosial *ang mempengaruhi n*eri terdiri dari perhatian, pengalaman n*eri sebelumn*a, serta keluarga dan dukungan keluarga. a) 'erhatian eseorang
*ang
memfokuskan
perhatiann*a
pada
n*eri
dapat
mempengaruhi persepsi n*eri. 'erhatian *ang meningkat dihubungkan dengan n*eri *ang meningkat, sedangkan upa*a pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons n*eri *ang menurun (il, ""0). onsep ini merupakan salah satu konsep *ang pera+at terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan n*eri, seperti relaksasi, teknik ima%inasi terbimbing ( guided imagery), dan masase ('otter D 'err*, 200=). b) 'engalaman n*eri sebelumn*a Hal ini %uga berpengaruh terhadap persepsi n*eri indiidu dan kepekaann*a terhadap n*eri. 'engalaman n*eri sebelumn*a tidak selalu berarti bah+a indiidu tersebut akan menerima n*eri dengan lebih mudah pada masa *ang akan datang. 5pabila indiidu se%ak lama sering mengalami serangkaian episode n*eri tanpa pernah sembuh dan menderita n*eri *ang berat, maka ansietas dan bahkan rasa takut dapat mun!ul. ebalikn*a apabila indiidu mengalami n*eri dengan %enis *ang berulang/ulang, dihilangkan,
tetapi kemudian
akan
lebih
mudah
n*eri bagi
tersebut dengan indiidu
tersebut
berhasil untuk
menginterpretasikan sensasi n*eri. 5kibatn*a, klien akan lebih siap untuk
melakukan
tindakan/tindakan
*ang
diperlukan
untuk
menghilangkan n*eri ('otter D 'err*, 200=). !) eluarga dan dukungan keluarga eorang *ang merasakan n*eri sering bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk mendukung, menemani, atau melindungin*a. Walaupun n*eri masih ada, kehadiran keluarga atau
teman/teman dapat mengurangi rasa n*eri *ang dirasakan ('raset*o, 200). Misaln*a, indiidu *ang sendirian, tanpa keluarga atau teman/ teman *ang mendukungn*a, !enderung merasakan n*eri *ang lebih berat dibandingkan dengan indiidu *ang mendapat dukungan dari keluarga dan orang/orang terdekatn*a (Mubarak D 8ha*atin, 200>). d) -aktor piritual piritual membuat seseorang men!ari tahu makna atau arti dari n*eri *ang dirasakann*a, seperti mengapa n*eri ini ter%adi pada dirin*a, apa *ang telah dia lakukan selama ini, dan lain/lain ('otter D 'err*, 200").
3. 'a!tor Psi!oogis
-aktor psikologis *ang mempengaruhi n*eri terdiri dari ke!emasan dan koping indiidu. a) e!emasan Hubungan antara n*eri dan ansietas bersifat kompleks. 5nsietas seringkali meningkatkan persepsi n*eri, tetapi n*eri %uga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas ('raset*o, 200). b) oping indiidu oping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan n*eri. eseorang *ang mengontrol n*eri dengan lokus internal merasa bah+a diri mereka sendiri mempun*ai kemampuan untuk mengatasi n*eri. ebalikn*a, seseorang *ang mengontrol n*eri dengan lokus eksternal lebih merasa bah+a faktor/faktor lain di dalam hidupn*a seperti pera+at merupakan orang *ang bertanggung %a+ab terhadap n*eri *ang dirasakan*a. leh karena itu, koping apsien sangat penting untuk diperhatikan ('otter D 'err*, 200").
,. 'a!tor Bu%a"a
-aktor buda*a *ang mempengaruhi n*eri terdiri dari makna n*eri dan suku. a) Makna $*eri
Makna
seseorang
*ang
dikaitkan
dengan
n*eri
mempengaruhi
pengalaman n*eri dan !ara seseorang beradaptasi terhadap n*eri. Hal ini %uga dikaitkan se!ara dekat dengan latar belakang buda*a indiidu tersebut. ndiidu akan mempersepsikan n*eri dengan berbeda/beda, apabila n*eri tersebut memberi kesan an!aman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misaln*a seorang +anita *ang sedang bersalin akan mempersepsikan n*eri berbeda dengan seorang +anita *ang mengalami n*eri akibat !edera karena pukulan pasangann*a ('raset*o, 200).
b) ebuda*aan #egitu %uga dengan kebuda*aan, ke*akinan dan nilai/nilai buda*a mempengaruhi !ara indiidu mengatasi n*eri. ndiidu mempela%ari apa *ang diharapkan dan apa *ang diterima oleh kebuda*aan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap n*eri ('raset*o, 200).
'. Pengu!uran Intensitas N"eri
Menurut 'err* dan 'otter (2006), n*eri tidak dapat diukur se!ara ob%ektif misaln*a dengan $%&ay atau tes darah. $amun tipe n*eri *ang mun!ul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan ge%alan*a. adang/kadang pera+at han*a bisa mengka%i n*eri dengan berpatokan pada u!apan dan prilaku klien. lien kadang/kadang diminta untuk menggambarkan n*eri *ang dialamin*a tersebut sebagai n*eri ringan, n*eri sedang, atau berat. 'erlu diingkat, bah+a kedalaman dan kompleksitas !ara/!ara untuk penilaian n*eri ini berariasi. 3u%uan dari pengka%ian n*eri adalah mengidentifikasi pen*ebab n*eri, memaami persepsi klien tentang n*erin*a, mendapatkan karakteristik n*eri *ang bisa ditoleransi klien seihingga klien masih dapat memenuhi 5: n*a sesuai batas toleransi (Horlo!ker, 2006 ;ospond, 200?). dealn*a !ara/!ara penilaian ini mudah dimengerti oleh pasien, dan alid, serta dapat diper!a*a (;ospond, 200? Cablonski D Ersek, 200") dan pada akhir tu%uan akan menentukan implementasi tehnik mana%emen n*eri tersebut (melt&er D #are #la!k D Ha+sk, 200").
kala pengukuran n*eri menurut 'gency for (ealt Care and &esearch (5H8';) untuk mana%emen n*eri akut dan dika%i pada saat sekarang atas indikasi operasi, prosedur medis, dan trauma (melt&er dan #are, 2002) terdiri dari 1. S!aa Anoogue -isua Visual Analogue Scale (-AS)
)isual 'nalogue "cale (F5) adalah !ara *ang paling ban*ak digunakan untuk menilai n*eri ('assero D Ma!8afferi, 200> $ilsons, 200? #la!k D Ha+ks, 200"). kala linier ini menggambarkan se!ara isual gradasi tingkat n*eri *ang mungkin dialami oleh pasien. ;entang n*eri di+akili sebagai garis sepan%ang 0 !m, dengan atau tanpa tanda pada setiap sentimetern*a. 3anda pada kedua u%ung garis ini dapat berupa angka atau pern*ataan deskripsif. 9%ung *ang satu me+akili tidak ada n*eri G(no pain) sedangkan u%ung *ang lainn*a me+akili rasa n*eri *ang terpara *ang mungkin ter%adi G(*orst possible pain). kala dapat dibuat erti!al atau hori&ontal. Manfaat utama F5 adala mudah dan sederhana
dalam
penggunaan. F5 %uga bisa diadaptasi men%adi skala hilangn*a 1 redan*a n*eri. $amun pada n*eri post operasi F5 tidak ban*ak bermanfaat karena pada F5 diperlukan koordinasi isual dan motorik serta kemampuan konsentrasi (;ospond, 200?).
ambar )isual 'nalogue "cale (F5)
2. S!aa Peniaian Nu+eri! Numeric Rating Scale (N/S)
kala ini menggunakan angka 0 / 0 untuk menggambarkan tingkat n*eri (#la!k D Ha+s, 200"). ua u%ung ekstrim %uga digunakan dalam skala ini sama seperti pada F5. $; lebi bermanfaat pada periode post operasi
($ilssons, 200? ;ospond, 200?) karena selain angka 0 I 0. ama seperti F5, $; %uga sangat muda digunakan dan merupakan skala ukur *ang sudah alid (#runelili, et.al, 200). 'enggunaan $; direkomendasikan untuk penilaian n*eri post operasi pada pasien berusia diatas " tahun. $; dikembangkan dari F5 dapat digunakan dan sangat efektif untuk pasien/ pasien pembedahan, post anastesi a+al dan sekarang digunakan se!ara rutin untuk pasien/pasien *ang mengalami n*eri di unit post operasi (;ospond, 200? #la!k D Ha+sk, 200" #runelli, et.al, 200). 'ada penelitian ini menggunakan $; sebagai skala pengukuran untuk menilai n*eri pasien post operasi. ;eliabilitas $; telah dilakukan u%in*a oleh #runelli, et.al. (200), dengan membandingkan instrument $;, F5, dan F; untuk mengka%i n*eri pada 60 pasien. 5sil u%i Cohen+s ,appa untuk instrument $; adala 0,?6 (sangat baik). nstrument pengukuran $; adala seperti gambar di ba+ah ini
ambar 2 Numeric &ating "cale ($;)
eterangan a) kala 0 dideskripsikan sebagai tidak ada n*eri b) kala /7 dideskripsikan n*eri ringan (mulai terasa tapi masih dapat ditahan) !) kala 4 I 6 dideskripsikan sebagai n*eri sedang *aitu ada rasa n*eri, terasa mengganggu dengan usaha *ang !ukup kuat untuk menahann*a d) kala > I " dideskripsikan sebagai n*eri berat terkontrol, *aitu ada n*eri, terasa sangat mengganggu sehingga harus meringis atau men%erit tetapi masih dapat dikontrol e) kala n*eri 0 dideskripsikan sebagai n*eri berat tak terkontrol
3. S!aa 0aja 0ongBa!er Wong-Baker Faces Ratting Scale
kala +a%a biasan*a digunakan ole anak/anak *ang berusia kurang dari > tahun. 'asien diminta untuk memilih n*erin*a. 'ilian ini kemudian diberi skor angka, skala +a%a Wong/#aker menggunakan 6 kartun +a%ah *ang menggunakan +a%ah tersen*um, +a%ah sedih, sampai menangis. an pada setiap +a%ah ditandai dengan skor 0 sampai =. kala +a%ah Wong/ #aker bisa dilihat pada gambar diba+ah ini
ambar 7 -ong%Baker .aces &atting "cale
. Penataa!sanaan N"eri 'enatalaksanaan n*eri berarti menentukan %enis n*eri *ang dialami,
kemudian menentukan %enis pengobatan *ang !o!ok, ini proses *ang seharusn*a melibatkan pasien *ang menderita n*eri beserta tenaga medis. 3u%uan penatalaksanaan rasa n*eri adalah agar memberda*akan orang untuk menangani n*erin*a
sendiri. Metode penatalaksanaan n*eri men!akup
pendekatan
farmakologi dan non/farmakologi. 'endekatan farmakologi lebih mahal, dan berpotensi
mempun*ai
efek
*ang
kurang
baik.
edangkan
metode
nonfarmakologi lebih murah, simple, efektif dan tanpa efek *ang merugikan. ;elaksasi, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas1dingin, musik akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi untuk mengurangi n*eri (5rifin, 200?). Metode nonfarmakologi dibagi men%adi tiga komponen *ang saling berinteraksi sehingga mempengaruhi respon terhadap n*eri menurut Mel&a!k, *aitu strategi motiasi/afektif (interpretasi setral dari pesan *ang berada diotak
*ang dipengaruhi oleh perasaan, memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif/ealuatif (interpretasi dari pesan n*eri *ang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi kognitif dan ealuasi kognitif dari situasi) dan sensori/dikriminatif (pemberitahuan informasi keotak menurut sensasi fisik) (ad*sa, 200").
#entuk/bentuk penatalaksanaan nonfarmakologi menurut melt&er D #are (2002) . timulasi dan Massage Massage adalah stimulasi tubuh se!ara umum, sering dipusatkan pada pinggang dan bahu, massage menstimulasi reseptor tidak n*eri, massage %uga membantu pasien lebih n*aman karena membuat relaksasi otot. 2. 3erapi Es dan 'anas 3erapi Es dapat menurunkan prostaglandin *ang memperkuat sensitifitas reseptor n*eri. 5gar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan. 'enggunaan
panas
dapat
meningkatkan
aliran
darah
*ang
dapat
memper!epat pen*embuhan dan penurunan n*eri. 7. timulasi *araf Elektris 3ranskutan ( 3E$) 3E$ merupakan unit *ang di%alankan oleh baterai dengan elektrode *ang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan atau menggetar pada area n*eri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gate kontrol dimana mekanisme ini akan menutup transmisi sin*al n*eri ke otak pada %aras asenden sistem s*araf pusat untuk menurunkan intensitas n *eri. 4. 3ehnik istraksi ilakukan dengan memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain n*eri. istraksi diduga dapat menurunkan persepsi n*eri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, *ang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi n*eri *ang ditransmisikan ke otak. eefektifan trasmisi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain n*eri. =. 3ehnik ;elaksasi ;elaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress *ang mampu memberikan indiidu kontrol ketika ter%adi rasa tidak n*aman atau n*eri fisik dan emosi pada n*eri.
6. Hipnosis Efektif menurunkan n*eri akut dan kronis. 3eknik ini mungkin membantu pereda n*eri terutama dalam periode sulit.
#erdasarkan uraian dari teori diatas ada 6 %enis metode nonfarmakologi *ang digunakan untuk mengurangi n*eri. arena sesuai dengan %udul, peneliti mengambil dari 6 %enis tersebut *aitu 3eknik istraksi.
2.3.3 Te!ni! #istra!si A. #e$inisi istraksi adalah tehnik pengalihan dari fokus perhatian terhadap n*eri ke
stimulasi *ang lain. istraksi diduga dapat menurunkan n*eri, menurunkan persepsi n*eri dengan stimulasi sistem kontrol desendens, *ang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi n*eri *ang ditransmisikan ke otak. eefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain n*eri (melt&er D #are, 2002). Menurut 'rihar%o ("66 dalam Hartanti 200=) distraksi adalah metode untuk mengalihkan perhatian pasien pada hal/hal *ang lain sehingga pasien akan lupa terhadap *ang dialami, salah satun*a dengan !ara mendengarkan musik. istraksi merupakan metode pengalihan perhatian klien ke hal lain dan dengan demikian menurunkan ke+aspadaan klien terhadap n*eri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap n*eri sehingga n*eri berkurang. 3eknik distraksi beker%a memberi pengaruh paling baik untuk %angka +aktu *ang singkat, serta untuk mengatasi n*eri intensif *ang han*a berlangsung beberapa menit ('otter D 'err*, 2006). istraksi dapat berkisar dari han*a pen!egahan menonton sampai menggunakan aktifitas fisik dan mental *ang sangat kompleks. un%ungan dari keluarga dan teman/ teman sangat efektif dalam meredakan n*eri. rang lain mungkin akan mendapatkan peredaan n*eri melalui permainan dan aktifitas *ang membutuhkan konsentrasi. 3idak semua pasien men!apai peredaan n*eri melalui distraksi, terutama mereka *ang mengalami n*eri hebat. engan n*eri hebat klien mungkin tidak dapat berkonsentraksi !ukup baik untuk ikut serta dalam aktiitas mental atau fisik *ang kompleks (Joung D oopsen, 200>).
B. Jenis Te!ni! #istra!si 1. istraksi isual Melihat pertandingan,
menonton
teleisi,
memba!a
koran,
melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi isual. 2. istraksi pendengaran iantaran*a mendengarkan musik *ang disukai, indiidu dian%urkan untuk memilih musik *ang disukai dan musik tenang seperti musik klasik dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. lien %uga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergo*ang, mengetukkan %ari atau kaki. 7. istraksi bernafas ritmik #ernafas ritmik, an%urkan klien untuk memandang fokus pada satu ob%ek atau meme%amkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut se!ara perlahan dengan menghitungan satu sampai empat (dalam hati). 5n%urkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar *ang memberi ketenangan, lan%utkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. #ernafas ritmik dan massase, instruksikan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat *ang bersamaan lakukan massase pada bagian tubuh *ang mengalami n*eri dengan melakukan pi%atan atau gerakan memutar di area n*eri. 4. istraksi intelektual 5ntara lain dengan mengisi teka/teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis !erita. =. istraksi ima%inasi terbimbing 5dalah kegiatan klien membuat suatu ba*angan *ang men*enangkan dan mengonsentrasikan diri pada ba*angan tersebut serta berangsur/angsur membebaskan diri dari perhatian terhadap n*eri (Joung D oopsen, 200>). #erdasarkan uraian dari teori ada = %enis teknik istraksi *ang digunakan untuk mengurangi n*eri, karna keterbatasan +aktu peneliti han*a mengambil
dari = %enis teknik tersebut. alah satu teknik distraksi adalah terapi mendengarkan musik bertu%uan untuk menurunkan n*eri pada post operasi.
&. #istra!si Pen%engaran 1. #e$inisi Terapi *usi! 3erapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik ,
seseorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual ('otter, 200=). alam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi pelengkap (Complementary edicine), 'otter %uga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik *ang digunakan untuk pen*embuhan suatu pen*akit dengan menggunakan bun*i atau irama tertentu. Cenis musik *ang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, dan slo+ musik (Joung dan oopsen, 200>). Musik merupakan salah satu teknik distraksi *ang dapat men%adikan n*aman dan tenang, memiliki tempo 60/?0 beats per menit dan sangat tepat digunakan karena selaras dengan detak %antung manusia *aitu musik klasik (uherman, 200). Menurut 'otter D 'err*, (2006) salah satu teknik distraksi *ang efektif adalah mendengarkan musik, *ang dapat menurunkan n*eri fisiologis, stres, dan ke!emasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari n*eri. Musbikin (200") mengatakan bah+a musik mempun*ai pengaruh besar khususn*a dalam proses pemulihan dan perilaku pada umumn*a. Musik dapat meman!ing emosi *ang kuat kemudian mempengaruhi sistem otonom untuk mengeluarkan hormon dan endorphin tertentu sebagai penahan rasa sakit alamiah dari tubuh ('otter D 'err* 2006).
2. *an$aat Terapi *usi!
3erapi musik digunakan untuk beberapa alasan antara lain a. 9ntuk meredakan rasa sakit *ang berkaitan dengan anasthesia atau
pengurangan sakit
. 9ntuk menenangkan pasien . 9ntuk mengurangi kegelisahan selama melahirkan %. Efek mo&art, adalah salah satu istilah untuk efek *ang bisa dihasilkan
sebuah musik *ang dapat meningkatkan intelegensia seseorang e. ;efresing, pada saat pikiran seseorang sedang ka!au atau %enuh, dengan
mendengarkan musik +alaupun se%enak, terbukti dapat menenangkan dan men*egarkan pikiran kembali $.
Motiasi, hal *ang han*a bisa dilahirkan dengan Gfeeling tertentu. 5pabila ada motiasi, semangatpun akan mun!ul
g. #erbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang mamfaat musik
untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa pen*akit *ang dapat ditangani dengan musik antara lain kanker, stroke, dimensi, n*eri, gangguan kemampuan bela%ar, dan ba*i prematur (Joung dan oopsen, 200>).
3. Kara!teristi! Terapi *usi!
Menurut ;obbert (2002), musik mempengaruhi persepsi dengan !ara a. distraksi, *aitu pengalihan pikiran dari n*eri, musik dapat mengalihkan
konsentrasi klien pada hal/hal *ang men*enangkan . ;elaksasi, musik men*ebabkan pernafasan men%adi lebih rileks dan
menurunkan den*ut %antung, karena orang *ang mengalami n*eri den*ut %antung meningkat . Men!iptakan rasa n*aman, pasien *ang berada pada ruang pera+atan
dapat merasa !emas dengan lingkungan *ang asing bagin*a dan akan merasa lebih n*aman %ika mereka mendengarkan musik *ang mempun*ai arti bagi mereka. 3erapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, memper!epat pen*embuhan, meningkatkan fungsi mental dan men!iptakan rasa se%ahtera. Musik dapat mempengaruhi fungsi/fungsi fisiologis, seperti respirasi, den*ut %antung dan tekanan darah. Musik %uga dapat menurunkan kadar hormon kortisol *ang meningkat pada saat stres. Musik %uga merangsang pelepasan
hormon endorfin, hormon tubuh *ang memberikan perasaan senang *ang berperan dalam penurunan n*eri (Joung dan oopsen, 200>). eunggulan terapi musik *aitu ) :ebih murah dari pada analgesia 2) 'rosedur non/inasif, tidak melukai pasien 7) 3idak ada efek samping 4) 'enerapann*a luas, bisa diterapkan pada pasien *ang tidak bisa diterapkan terapi se!ara fisik untuk menurunkan n*eri (Joung dan oopsen, 200>). Menurut 'otter (200=), musik dapat digunakan untuk pen*embuhan, musik *ang dipilih pada umumn*a musik lembut dan teratur seperti instrumentalia1musik klasik mo&art.
,. Terapi *usi! !asi! *o4art
Musik klasik mo&art adalah musik klasik *ang mun!ul 2=0 tahun *ang lalu. i!iptakan oleh Wolgang 5madeus Mo&art. elain kemampuann*a untuk men*embuhkan pen*akit, disamping itu beberapa penelitian oleh 5lfred dan 8ampbell sudah membuktikan bah+a musik klasik mo&art bisa mengurangi n*eri pasien. ibandingkan musik klasik lainn*a, melodi dan frekuensi *ang tinggi pada musik klasik mo&art mamapu merangsang dan memberda*akan kreatifitas dan motiatif diotak. $amun, tidak berarti kar*a komposer klasik lainn*a tida dapat digunakan (5ndreana, 2006). Musik klasik Mo&art merupakan salah satu musik *ang memiliki pengertian seperti musik klasik pada umumn*a, namun musik klasik Mo&art memiliki nilai lebih dibandingkan dengan %enis musik klasik lainn*a, *aitu kemurnian dan kesederhanaan bun*i/bun*i *ang dimun!ulkan. Musik klasik Mo&art mempun*ai struktur musik sesuai dengan pola sel otak manusia (Wirasti, 20).
5. Proses Penurunan N"eri #engan Terapi *usi! Kasi! *o4art
3erapi musik klasik mo&art dapat mengatasi n*eri berdasarkan teori 0ate Control , bah+a impuls n*eri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepan%ang sistem saraf pusat. 3eori ini mengatakan baha+a impuls n*eri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. alah satu !ara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi endorfin *ang akan menghambat pelepasan substansi '. Musik klasik mo&art sendiri %uga dapat merangsang peningkatan hormon endorfin *ang merupakan substansi se%enis morfin *ang disuplai oleh tubuh. ehingga pada saat neuron n*eri perifer mengirimkan sin*al ke sinaps, ter%adi sinapsis antara neuron perifer dan neuron *ang menu%u otak tempat seharusn*a substansi p akan menghasilkan impuls. 'ada saat tersebut, endorfin akan memblokir lepasn*a substansi ' dari neuron sensorik, sehingga sensasi n*eri men%adi berkurang (5ndreana, 2006). 6. *engguna!an *usi! Kasi! Untu! *engontro N"eri
alam pelaksanaan penggunaan musik untuk mengontrol n*eri dalam meningkatkan ken*amanan, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini ('otter D 'err*, 2006) a. 'ilih musik klasik *ang sesuai dengan selera klien. 'ertimbangkan usia dan latar belakang
b. unakan earphone supa*a tidak menganggu klien atau staf *ang lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik.
!. 'astikan tombol/tombol kontrol di radio atau pesa+at tape mudah ditekan. imanipulasi dan dibedakan
d. 5pabila n*eri klien rasakan akut, kuatkan olume musik. 5pabila n*eri berkurang, kurangi olume
e. Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan mengetuk/ngetukkan %ari atau menepuk/nepuk paha
f. nstruksikan klien untuk tidak menganalisa musik $ikmati musik kemana pun musik memba+a anda.
g. Musik harus didengarkan minimal = menit supa*a dapat memberikan efek terapeutik
2., Peran Perawat 'ada tahun 2006 di ;umah sakit rebro 1niversity "*edia, untuk pertama kalin*a
para pera+at mulai menggunakan musik sebagai sala satu a!ara radio dengan memperdengarkan lagu/lagu *ang lembut dan rileks ($ilsson, 200"). $ilsson (200") mengemukakan bah+a terapi musik adala interensi kepera+atan *ang menggunakan manipulasi lingkungan dengan sumber pendukung stimulasi suara, dimana suara dari musik *ang bersifat relaksasi, mana%emen distraksi. Musik dalam konteks kepera+atan beker%a sebagai audioanalgesia# audioan2iolytic, dan atau audiorela2ation3 #erdasarkan iddle &ange eory *ang dikemukakan pakar teori kepera+atan Marion ood G Pain a balane bet*een analgesia and side effect partipasi klien bersama pera+at untuk men!apai tu%uan mengontrol n*eri dengan meminimalkan efek samping analgetik akan meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi bia*a pera+atan, dan memperepat lama ari ra+at ('eterson D #redo+, 2004). 3erapi musik adalah !ontoh terapi modalitas kepera+atan *ang sangat dian%urkan untuk interensi pada pasien post operasi, dimana musik akan membantu pasien meningkatkan kemampuann*a untuk mengontrol ge%ala/ ge%ala negatif akibat n*eri pembedaan (5rslan, &er D &*urt, 200> unn 2004 Eng+all D uppilis, 200"). iedle!ki dan ood (2006) men*atakan ba+a mendengarkan musik tela menun%ukkan efek positif *ang besar terhadap kualitas pela*anan kepera+atan terutama untuk menurunkan n*eri, ke!emasan, dan dalam masa reabilitasi. nterensi ini sangat mudah, tidak mahal, non inasif, bisa dilakukan dimana dan kapan sa%a. alam praktik klinik terapi musik, sangat penting bagi pera+at untuk memperatikan faktor/faktor *ang bisa mempengarui respon indiidu terhadap musik. Hal *ang tidak bisa diabaikan adala usia, %enis kelamin, tingkat keparahan pen*akit, fungsi kognitif, kesukaan %enis musik, kebiasaan, buda*a, dan al/al pribadi lainn*a dari pasien *ang terkait dengan terapi musik (8ampbell, 2006). eunikan setiap pasien dalam berespon terhadap interensi terapi musik arus dipaami ole pera+at. 9ntuk itu, tidak bisa selalu diasumsikan musik akan selalu memberi efek *ang sempurna bagi semua pasien, monitoring berkelan%utan sangat diperlukan ($ilson, 200"). 'enelitian tentang terapi musik sebagai interensi kepera+atan arus terus dikembangkan di era kesehatan modern saat ini dan masa mendatang.