BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah
menjadi perhatian khusus dunia terutama World Health Organization (WHO) karena menjadi penyebab penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun 2008, penyakit dengan waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini dilaporkan telah membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80% atau 29 juta kematian terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah maupun sedang. Kondisi tersebut mendorong WHO membuat suatu strategi The 2008 -2013 Action Plan for The Global Strategy for The Prevention and Control of Non Comunicable Disease dengan
komponen kunci yakni surveilan, surveilan, pencegahan dan pelayanan kesehatan kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut (WHO, 2013).
Indonesia sebagai negara yang berkembang telah melaporkan bahwa jumlah kematian akibat NCD lebih besar dibandingkan dengan jumlah kematian akibat mengatakan
Comunicable Disease
bahwa
(WHO,
2013).
Aditama
ancaman tehadap penyakit tidak menular atau NCD
seperti jantung, jantung, penyakit penyakit yang yang berkaitan berkaitan dengan darah, diabetes melitus, penyakit degeneratif, dan penyakit kronis telah meningkat (Faizal, 2012).
Penyakit
kronis
yang
perkembangan
penyakitnya penyakitnya
juga
perlu
mendapatkan perhatian adalah penyakit penyakit gagal ginjal kronis kronis (GGK) yang merupakan komplikasi dari beberapa NCD seperti hipertensi, diabetes melitus, dan juga penyakit renal lainnya. Etiologi Etiologi dari GGK menurut menurut US Renal System tahun 2000 menunjukkan bahwa diabetes melitus dan
hipertensi menjadi etiologi dengan prosentase tinggi yakni 34% dan 21% (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).
Angka kejadian GGK yang dilaporkan dari seluruh dunia rata-rata menunjukkan menunjukkan trend yang penting dimana kadang melambat, kadang naik dan dapat stabil (USRDS Annual Report, 2012). 2012). National Institut of Diabetes Melitus and Digestif and Kidney Disease (NIDDK) menyebutkan
bahwa antara 1980 dan 2009, rata-rata prevalensi GGK di US meningkat mendekati 600%, 600%, dari 290 kasus menjadi 1.738 kasus per juta penduduk. Jumlah kematian pasien pasien GGK juga menunjukkan kenaikan dari 10.478 pada tahun 1980 menjadi 90.118 pada tahun 2009 (National Kidney and Urologic Urologic Diseases Information Clearinghouse, 2012).
Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang cukup tinggi. PERNEFRI (Persatuan Nefrologi Nefrologi Indonesia) tahun 2011 melaporkan bahwa diperkirakan ada 70 ribu penderita penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi menderita GGK tahap akhir dan menjalani hemodialisis hanya sekitar 4-5 ribu saja. Banyak yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena mahalnya biaya untuk
berobat dan proses dialysis (Fransisca, 2011). Penyakit Penyakit ginjal kronik menurut Soelaeman merupakan merupakan penyakit penyakit yang diderita oleh satu dari 10 orang or ang dewasa. Indonesian Renal Registry tahun 2008 melaporkan jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari 2148 orang pada tahun 2007 (ANTARA, 2009).
Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu
yang
bertujuan
meningkatkan
kualitas
hidup,
dengan
cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Gagal Ginjal Kronik? 2. Bagaimana Konsep Asuhan keperawatan Paltiatif pada kasus Gagal Ginjal Kronik? 3. Bagaimana Contoh pengaplikasian Kasus Asuhan keperawatan Paltiatif pada kasus Gagal Ginjal Kronik?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah askep paliatif dan mendapatkan penjelasan tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir. 2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik. b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan paltiatif pada kasus gagal ginjal kronik
c. Mahasiswa
mampu
memahami
dan
mengaplikasikan
asuhan
keperawatan palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gagal Ginjal Kronis 1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia. Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit (Sherwood, 2001). Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan
tubuh
gagal
dalam
mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009). Batas penurunan fungsi ginjal sehingga menimbulkan gejala adalah
sebesar 75-85% dan
ketika fungsi ginjal sudah di bawah 25% maka gejala akan muncul dan terlihat jelas (Fransiska, 2011). End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir terjadi ketika nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15
mL/min. Pada poin tersebut terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi) sangat dianjurkan (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal terminal terjadi apabila 90% fungsi ginjal telah hilang (Sherwood, 2001).
2. Klarifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus)
ml/min/1,73m
2
dimana
nilai
normalnya
adalah
125
dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dengan rumus Kockroft – Gault Derajat
Penjelasan
2 LFG (ml/mn/1.73m )
1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal
≥ 90 atau ↑
2
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan
60-89
3
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat
15-29
5
Gagal ginjal
< 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis). b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis). d. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik). e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal). f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme). g. Nefropati toksik. h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih). i. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah. j. Peningkatan ureum atau kreatinin. (Price & Wilson, 2006) 4. Tanda dan Gejala a. Kardiovaskuler
1) Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis. 2) Pitting edema (kaki, tangan, sacrum). 3) Edema periorbital. 4) Friction rub pericardial. 5) Pembesaran vena leher. b. Dermatologi
1) Warna kulit abu-abu mengkilat. 2) Kulit kering bersisik. 3) Pruritus. 4) Ekimosis.
5) Kuku tipis dan rapuh. 6) Rambut tipis dan kasar. c. Pulmoner
1) Krekels 2) Sputum kental dan liat 3) Nafas dangkal 4) Pernafasan kussmaul d. Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual, muntah, cegukan 2) Nafas berbau ammonia 3) Ulserasi dan perdarahan mulut 4) Konstipasi dan diare 5) Perdarahan saluran cerna e. Neurologi
1) Tidak mampu konsentrasi 2) Kelemahan dan keletihan 3) Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran 4) Disorientasi 5) Kejang 6) Rasa panas pada telapak kaki 7) Perubahan perilaku f.
Muskuloskeletal
1) Kram otot
2) Kekuatan otot hilang 3) Kelemahan pada tungkai 4) Fraktur tulang 5) Foot drop
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium 1) Laboratorium darah BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). 2) Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT. b. Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia). c. Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate. d. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi : a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat. b. Obat-obatan:
diuretik
untuk
meningkatkan
urinasi;
alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia. c. Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan membantu penyembuhan luka. d. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001). e. Penanganan
hiperkalemia;
Keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
f. Mempertahankan
keseimbangan
cairan;
Penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian a. Identitas Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011). 2) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011). 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Muttaqin, 2011). 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang
bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik .
c. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan Persepsi terhadap penyakit Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-hariannya. d. Pola Nutrisi/Metabolisme 1) Pola Makan Biasanya
terjadi
peningkatan
berat
badan
cepat
(edema),
penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. 2) Pola Minum Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia). e. Pola Eliminasi 1) Buang Air Besar Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi. 2) Buang Air Kecil Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat.
f. Pola Aktivitas /Latihan Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi peran dalam keluarga. g. Pola Istirahat Tidur Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit kepala dan kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari). h. Pola Kognitif – Persepsi Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat asietas sedang sampai berat. i.
Pola Peran Hubungan Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena perawatan yang lama.
j.
Pola Seksualitas/Reproduksi Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.
k. Pola Persepsi Diri/ Konsep Diri 1) Body image/gambaran diri Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi,
kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh 2) Role/peran Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita 3) Identity/identitas diri Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubahan, merasa kurang memiliki potensi 4) Self esteem/harga diri Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisik 5) Self ideal/ideal diri Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya l.
Pola Koping-Toleransi Stres Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
m. Pola Keyakinan Nilai Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
n. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum dan TTV a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi. 2) Kepala a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis. b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat c) Mata
:
Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva anemis, dan sclera tidak ikterik. d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan kusmaul e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan napas berbau f) Gigi
: Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan 4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening 5) Dada / Thorak a) Inspeksi
: Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan
kussmaul (cepat/dalam)
b) Palpasi
: Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor d) Auskultasi : Biasanya vesicular 6) Jantung a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat b) Palpasi
: Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2
linea deksta sinistra c) Perkusi : Biasanya ada nyeri d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat 7) Perut / Abdomen a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tampak mual dan muntah b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit c) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hepar pada stadium akhir. d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites. 8) Genitourinaria Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.
9) Ekstremitas Biasanya
didapatkan
adanya
nyeri
panggul,
odema
pada
ektremitas, kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi. 10) Sistem Integumen Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kulit. 11) Sistem Neurologi Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan
konsentrasi,
kehilangan
memori,
penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer. (Sumber : Muttaqin, 2011)
o. Pemeriksaan Penunjang 1) Urine a) Volume : kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria) b) Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. c) Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan tubular) e) Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun. f) Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium. g) Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+) 2) Darah a) Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal. b) Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl). c) Hitung darah lengkap (1) Ht : menurun akibat anemia (2) Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl 3) Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,obstruksi pada saluran kemih bagian atas. 4) Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. 5) Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif. 6) Elektrokardiogram
(EKG):
mungkin
abnormal
menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa. 7) Menghitung laju filtrasi glomerulus : normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 liter, 1 hari dibentuk 180 liter
2. Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang didapatkan dalam pengkajian
tersebut
dianalisa
dan
dapat
ditegakkan
diagnose
keperawatannya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi klien, maka, Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gagal ginjal kronik yaitu (NANDA, 2013): a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elketrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukkan urea toksin,klasifikasi jaringan lunak. b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi. c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan udem sekunder, gangguan filtrasi glomerulus. d) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dalam darah. e) Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah/anoreksia. f) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,
sirkulasi
(anemia,iskemia
jaringan)
dan
sensasi
(neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum dalam kulit. g) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia retensi, produk sampah
3. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
1
Ketidakefektifan pola nafas
NOC
a. Respiratory status ventilati on b. Respiratory status: Airwa y patency c. Vital sign status Indikator a. Tidak sesak napas lagi b. Pernafasan kembali norm al 16-24 x/menit c. menunjukkan jalan nafas yang paten d. tanda vital dalam rentang normal
NIC dan Aktivitas Keperawatan Airway Management 1. Atur posisi yang nyaman bagi klien yaitu semi fow ler 2. Kaji faktor penyebab asidosis metabolic 3. Memonitor tanda – tanda vital 4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengu njung 5. Monitor frekuensi dan irama pernafasan 6. Pantau laboratorium analisa gas darah berkelanjut an 7. Berikan terapi O2 tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
2
Ketidakefektifan perfusi jaringan
a. Circulation status
Peripheral Sensation Management
b. Tissue perfusion : cerebr
1. Kaji secara konprehensif sirkulasi perifer (nadi, pe
perifer al
rifer, edema, kapilary refil)
Indikator :
2. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
-
3. Evaluasi nadi perifer dan edema
Tekanan systole dan diastole
4. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali
dalam rentang nomal
5. Monitor status cairan masuk dan keluar
- CRT < dari 2 detik
6. Dorong latihan ROM selama bedrest
- Suhu kulit hangat
7. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
- warna kulit normal 3
Kelebihan volume cairan
- tidak ada edema perifer a. Electrolit and acid base ba Fluid Management lance 1. Kaji adanya edema ekstremitas termasuk kedalaman b. Fluid balance edema c. hydration 2. Istirahatkan / anjurkan klien untuk tirah baring pada saat edema masih terjadi Indikator : 3. Monitor vital sign - Edema berkurang - Keseimbangan antara inpu 4. Ukur intake dan output secara akurat t dan output 5. pasang kateter urine jika diperlukan
-
4
Pitting edema tidak ada la 6. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/mas gi ker sesuai indikasi Produksi urine >600 ml/ha 7. Kolaborasi : ri – Berikan diet tanpa garam – Berikan diet rendah protein tinggi kalori – Berikan diuretik, Contoh : Furosemide, spironolakton.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang a. Nutritional status dari kebutuhan tubuh tubuh
Nutritional Management
b. Nutritional status : food and fluid intake c. Weight Control Indikator :
- adanya peningkatan berat badan
- tidak ada tandatanda mal nutrisi
- menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari m enelan
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pas ien 3. anjurkan pasien untuk meningkatkan protein d an vitamin c 4. yakinkan diet yang dimakan mengandung ting gi serat untuk mencegah konstipasi 5. berikan makanan terpilih (sudah di konsulkan dengan ahli gizi)
Nutrition monitoring
1. monitoring adanya penurunan berat badan 2. monitoring lingkungan selama makan 3. monitoring turgor kulit 4. monitoring makanan kesukaan
4. Implemetasi Keperawatan Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan)
yang
telah
direncanakan
dalam
rencana
tindakan
keperawatan. 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
Seorang Pria Bernama Tn D, Suku Sunda, Umur 35 Tahun Masuk Rumah Sakit Pada Tanggal 12 Agustus 2014, Pemeriksaan Fisik : 1. Keadaan Umum Klien : Gelisah, Sesak Nafas 2. Tingkat Kesadaran
: Compos Mentis
3. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 100 X/Menit
Pernafasan
: 35x/Menit
Suhu
: 37,6 0c
SPO2
: 80%.
4. BB
: 80 Kg
5. TB
: 165 cm
Pemeriksaan Penunjang Tanggal : 12 Agustus 2014 : a. Ureum : 202,32 b. Kreatinin : 18,5 mg/dl c. SGOT : 19 d. SGPT : 30
e. WBC : 5,5 X 103 f. RBC : 3,90 g. HGB : 10,7 h. HCT : 32,5% i.
GDS : 161
j.
Pemeriksaan Radiologi : a) Hasil Rontgen Thorax Cor : Apeks Jantung Bergeser Ke Laterokauadal Ctr Tidak Dapat Dinilai Pulmo: Tampak Bercak Keturunan Pada Pulmo Diafragma Kanan Setingi Kosta Ix Posterior Sinus Kostofrenikus Kanan Kiri Lancip Adanya Cairan Dirongga Alveolus Kesan: Suspek Kardiomegali (Cv). Adanya Dalam Pulmo.
k. Pemeriksaan USG : Ginjal Kanan
: Bentuk Normal, Batas Kortiko Meduler Tampak Tidak Jelas, Ekogenitas Parenkim Hiperecoic, Tak Tampak Batu.
Ginjal Kiri Diet Yang Diperoleh : a) Uremia 170 Kkal
: Bentuk Dan Ukura Normal,Tak Tampak Batu.
b) Protein 0,6 Hd/Kg Bb c) Rendah Garam Terapi : a) Oksigen 3 Liter (Nasal Kanul) b) Injeksi Lasix Kurang Lebih 3x2 Ampul c) Hemobion 2x1 (250 Mg) Per Oral Dengan diagnosa Gagal Ginjal Kronik Stadium Akhir (V) (Ckd Stadium V), dan menjalani hemodialisa rutin sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang, sekarang klien mengeluh, sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mualmual, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu. Klien makan dan minum sedikit, aktivitas berkurang, tidur terganggu karena sesak nafas, tidak ada keluhan Nneri, hubungan klien dengan orang lain baik hubungan seksual dengan istri terganggu akibat penyakit yang diderita oleh klien, dan keluarga telah mengetahui mengenai penyakitnya dan telah menerimanya dengan lapang dada, pasien dan keluarga rajin berdoa, baca Al-quran, dan sering dikunjungi oleh ustadz. B. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian a. Biodata 1) Identitas Klien Nama Klien
: Tn. D
Umur / Tanggal Lahir
: 35 Tahun / 09 September 1977
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Sunda/ Indonesia
Status Pernikahan
: Menikah
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jl. Nyengseret Selatan RW 03
No.RM
: 1040274/12012702
Tanggal Masuk RS
: 12 Agustus 2014
Tanggal Pengkajian
: 12 Agustus 2014
Diagnosa Medis
: CKD Stadium V
b. Penanggung Jawab Nama
: Ny. M
Umur
: 30 Tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien
: Istri
c. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama
: Sesak Nafas
Klien mengatakan sesak nafas akan bertambah apabila klien melakukan aktivitas berlebihan, seperti : menaiki tangga, jalan-jalan disekitar rumah, dll dan sesak nafas akan berkurang apabila klien
berada didepan kipas angin (menghirup angin dari kipas angin), klien merasa sesak nafas terus-menerus selama sehari penuh, klien merasakan sesak sedang, dimana klien masih mampu melakukan aktifitas sendiri seperti mengambil minum sendiri, mandi, walaupun separuh aktivitas dibantu oleh keluarga seperti mengantar ke kamar madi dam toilet,klien merasa sesak nafas pada saat pagi, siang, dan malam hari atau terus menerus merasakan sesak nafas. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mual-mual, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu, pusing. 3) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Pasien mengatakan sering kerumah sakit untuk melakukan hemodialisa, dan mengontrolkan diri kedokter. 4) Riwayat kesehatan keluarga Keluarga dan pasien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit penyakit ginjal, jantung, dan hipertensi, diabetes mellitus, dll. 5) Pola Persepsi Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal dan mengetahui tentang gagal ginjal yang dideritanya. Pasien tahu apa yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal, akibat lanjut gagal ginjal dan
tahu tentang cara perawatannya. Selama ini pasien mengatakan sering minum minuman keras (alkohol) dan jarang minum air putih.pasien tidak menghiraukan tentang kesehatannya. Setelah sakit, baru menyadari dan menyesali perbuatan buruknya serta berobat ke sarana kesehatan. 6) Pola nutrisi metabolik a) Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari, makan habis satu porsi, mengkonsumsi nasi, lauk, buah, nafsu makan baik, minum air putih 6-8 gelas sehari. b) Setelah sakit : pasien makan 3 kali sehari, porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Minu, Pasien merasa mual-mual, sehingga nafsu makan menurun. 7) Pola eliminasi a) Sebelum sakit : BAB 1 kali sehari, warna kuning, konsistensi lunak, BAK warna kuning jernih, tidak sakit. b) Selama sakit
: BAB 1 kali / 3
hari, konsistensi sedikit keras,
BAK lewat selang kateter, warna keruh. 8) Pola latihan dan aktivitas a) Sebelum sakit : melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. b) Selama sakit klien
: aktivitas dibantu oleh keluarga, karena sesak nafas,
kesulitan
untuk
melakukan
menegeluh lemah, letih dan lesu.
aktivitas
sehari-hari
dan
9) Pola istirahat dan tidur a) Sebelum sakit
: pasien tidur 7 jam pada malam hari dan
kadang-kadang tidur siang, 30 menit – 1 jam perhari. b) Selama sakit
: pasiensusah tidur dan kadang tidak tidur
karena sesak nafas yang dialaminya. 10)
Pola persepsi sensori dan kognitif Sebelum sakit dan selama sakit daya ingat klien bagus, tidak
ada
keluhan
nyeri
maupun
yang
berkaitan
dengan
kemampuan sensasi. 11)
Pola hubungan dengan orang lain Sebelum dan selama sakit, hubungan pasien dengan orang lain baik.
12) Pola reproduksi dan seksual Hubungan seksual dengan istri terganggu, terkait penyakit yang dialami
oleh
klien,
sehingga
menghambat
hubungan
suami
istri.Namun pasien mengatakan mampu mengontrol nafsu seksualnya. 13) Riwayat psikososial a) Pola konsep diri Keluarga pasien dan pasien menerima penyakit yang diderita pasien serta berusaha untuk melakukan perawatan yang terbaik demi kesembuhan pasien. b) Pola kognitif
Keluarga pasien dan pasienmengetahui tentang penyakit yang diderita pasien. c) Pola koping Keluarga pasien dan pasien sempat khawatir dalam menghadapi penyakit yang diderita pasien terlebih lagi tentang pembiayaan (obat serta cuci darah). d. Riwayat Spiritual 1) Ketaatan Pasien Beribadah Pasien beragama Islam, pasien rajin solat dan berdoa ditempat tidur serta setiap malam pasien membaca Al-quran (pasien mengatakan bahwa Tuhan adalah kekuatannya dan tempatnya mengadu). 2) Dukungan Keluarga Pasien Keluarga sering berdoa dan membacakan ayat Al-quran ketika mengunjungi pasien serta mengundang ustadz atau kyai untuk datang mendoakan pasien. 3) Ritual Yang Biasa Dijalankan Pasien Solat, berdoa, dan membaca Al-quran. e. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Klien
: Gelisah, Sesak Nafas
2) Tingkat kesadaran
: Compos Mentis
3) Tanda-tanda Vital Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernafasan
: 35x/menit
Suhu
: 37,6 0C
SPO2
: 80%.
BB
: 80 kg
TB
: 165 cm
4) Sistem Kardivaskuler Jantung berada dibagian depan rongga mediastinum, iktus cordis tak tampak, iktus cordis teraba di IC VI linea mid clavicula, bunyi redup dan bunyi tambahan. 5) Sistem Pencernaan Bentuk perut buncit, tidak ada massa, nteri tekan, bising usus 11x/menit. 6) Sistem Muskuloskeletal Kekuatan otot menurun, tidak ada kelainan tulang, adanya edema pada kaki dan tangan, kekuatan otot masing – masing tangan dan kaki, pada skala 4 (kekuatan cukup kuat tapi bukan kekuatan penuh). (kekuatan otot skala menggunakan lovette’s, dengan nilai 0 - 5). 7) Sistem Endokrin Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada tangan dan kaki, Wajah sedikit bengkak. 8) Sistem Integumen
Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada tangan dan kaki, CRT > 3 Detik, kulit diraba hangat. 9) Sistem Neurologi Tingkat kesadaran pasien apatis. 10) Sistem Reproduksi Tidak Ada Masalah. 11) Sistem Perkemihan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh.Pasien menggunakan foley cateter. 12) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan laboratorium Tgl : 12 Agustus 2014 Ureum : 202,32 Kreatinin : 18,5 mg/dl SGOT : 19 SGPT : 30 WBC : 5,5 x 103 / ?l RBC : 3,90 HGB : 10,7 HCT : 32,5% GDS : 161 b) Pemeriksaan Radiologi : Hasil rontgen thorax
COR: Apeks jantung bergeser ke laterokauadal CTR tidak dapat dinilai Pulmo: Tampak bercak keturunan pada pulmo Diafragma kanan setingi kosta IX posterior Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip Adanya cairan dirongga alveolus Kesan: Suspek kardiomegali (CV).Adanya dalam pulmo. c) Pemeriksaan USG : Ginjal kanan
: Bentuk normal, batas kortiko meduler
tampak tidak jelas, ekogenitas parenkim hiperecoic, tak tampak batu. Ginjal kiri
: Bentuk dan ukura normal,tak tampak
batu.
f.
Diet yang diperoleh : Uremia 170 kkal Protein 0,6 hd/kg BB Rendah garam g. Terapi : Oksigen 3 liter (nasal kanul)
Injeksi Lasix kurang lebih 3x2 ampul Hemobion 2x1 (250 mg) per oral. C. Analisa Data
NO
1
DATA
DS :
ETIOLOGI
Edema
Klien mengatakan sesak nafas
MASALAH
Pola nafas tidak efektif
Cairan masuk DO :
ke paru
Tanda-tanda Vital Tekanan Darah: 140/90 mmHg Nadi
: 100 x/menit
Pernafasan
: 35x/menit
Suhu
: 36,6.0c
SPO2
:80% .
Edema paru
Difusi 0ksigen dan CO2 paru terganggu
Hasil pemeriksaan fisik paru : simetris statis dinamis taktil fremitus teraba kanan dan
Pola nafas tidak efektif
kiri lemah, redup, ronkhi basah hasil rontgen : adanya cairan di rongga alveolus.
2
DS :
kerusakan fungsi
Gangguan perfusi
Klien mengeluh lemah, letih,
ginjal
jaringan
lesu. sekresi eritropoetin DO :
menurun
Tanda-tanda Vital Tekanan Darah: 140/90 mmHg Nadi
: 100 x/menit
Pernafasan
: 35x/menit
Suhu
: 37,6 0c
Konjungtiva palpebral anemis
produksi eritrosit menurun
oksi hemoglobin menurun
CRT pada ekstremitas atas dan bawah lebih dari 3 detik
suplay oksigen ke
Hemoglobin 8.4 g/dl (low)
jaringan menurun
Hematokrit 26.4 % (low) Eritrosit3.5 juta/mmk (low) SPO2
3
:80% .
DS : Klien mengatakan BAK tidak
gangguan perfusi jaringan
GGK dan gagal jantung
lancar, air kencing sedikit dan warna keruh. Tanggan dan kaki membengkak.
Peningkatan cairan intravaskuler
Kelebihan volume cairan
Terjadi perpindahan cairan DO : Edema pada tangan dan kaki Turgor kulit tidak elastis
Dari intravaskuler ke interstitial di perifer
CRT lebih dari 3 detik. BB : 80 kg Ureum 202,32 mg/dl
Cairan interstitial meningkat
Edema perifer dan paru
kelebihan volume cairan 4
DS : Klien mengatakan mual-mualn
Kerusakan fungsi ginjal
nafsu makan berkurang.
meningkat
Klien makan porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Ureum : 202,32
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
BUN, kreatinin DO :
Gangguan
Produksi sampah dialiran darah
Kreatinin : 0,10
Masuk dalam
SGOT : 19
saluran
SGPT : 30
gastrointestinal
WBC : 5,5 x 103 / RBC : 3,90
Nausea
HGB : 10,7
Vomitus
HCT : 32,5% GDS : 161
Gangguan nutrisi
Diet :
kurang dari
Uremia 170 kkal
kebutuhan tubuh
Protein 0,6 hd/kg BB Rendah garam
5
DS :
Klien dan
Klien mengatakan menyerahkan semua
masalah
kesehatnnya
keluarga Kekuatan iman
kepada Tuhan.
DO :
membaca Al-quran dan
keluarga
tampak
berdoa, solat dan membaca al-
Kedekatan
quran dan sering dikunjungi
dengan Tuhan
oleh ustadz/ kiyai
hubungan yang baik dengan Tuhan
Berdoa dan
Klien
Memiliki
Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan 6
DS :
Klien dan
Klien dan keluarga mengatakan
keluarga
Kualitas hidup meningkat
tetap menjalani perawatan untuk kesembuhan pasien dan terus hidup dengan penuh semangat
memiliki Semangat Hidup
dengan menjaga pola makan, dan pola hidup
Menghadapi penyakit dengan
DO : Klien
sabar dan
keluarga
tampak
tenang menghadapi perawatan yang melelahkan
Pasrah kepada Tuhan
Kualitas hidup meningkat D.
DiagnosaKeperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Edema Paru. 2. Gangguan Perfusi Jaringan Berhubungan Dengan Suplai Oksigen Ke Jaringan Menurun.
3. Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Input Cairan Lebih Besar Dari Pada Output. 4. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan Intake Tidak Adekuat. 5. Memiliki Hubungan Yang Baik Dengan Tuhan Berhubungan Dengan Kepasrahan Dan Kesabaran Dalam Menghadapi Tingkat Penyakit Yang
Dialami
Oleh
Pasien
(Gagal
Ginjal
Kronik
Tahap
Akhir/Stadium V). 6. Kualitas Hidup Meningkat Berhubungan Dengan Kemampuan Pasien Dan Keluarga Dalam Menghadapi Sulitnya Menjalani Hidup Dengan Penyakit Yang Berat. E.
Intervensi Keperawatan
NO DX 1.
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Tujuan : pola nafas kembali normal/stabil Kriteria hasil : Klien tidak mengalami dyspnea
2.
Tujuan : Perfusi jaringan
RENCANA
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles b. Ajarkan klien batuk efektif dan nafas dalam c. Atur posisi senyaman mungkin d. Batasi untuk beraktivitas e. Anjurkan diet hipertonis f. kolaborasi pemberian oksigen
a. Selidiki adanya tanda anemia
RASIONAL
a. menyatakan adanya pengumpulan sekret b. membrsihkan jalan nafas dan memudahkan alirfan oksigen c. mencegah terjadimya sesak nafas d. mencegah sesak atau hipoksia e. mengurangi edema paru f. perfusi jaringan adekuat. a. Mengetahui penyebab b. Edema merupakan
adekuat Kriteria hasil : CRT kurang dari 2 detik.
3.
Tujuan : Volume cairan dalam keadaan seimbang
Kriteria hasil : Tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output cairan
b. Observasi adanya edema ekstremitas c. Dorongan latihan aktif dengan rentang gerak sesuai toleransi d. Kolaborasi pemberian oksigen a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan keluaran, turgor kulit Tandatanda vital b. Batasi masukan cairan c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan. d. Anjurkan pasien / ajari klien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan keluaran.
4.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan Kriteria hasil : Menunjukan protein albumin stabil.
a. Awasi konsumsi makanan / minuman b. Perhatikan adanya mual muntah c. Berikan makanan sedikit tapi sering d. Berikan diet protein 0.6 hd/kg BB e. Berikan perawatan mulut sering
5
Tujuan : Memelihara hubungan
a. Rajin melakukan doa b. Rajin membaca al-
penyebab c. Meningkatkan sirkulasi perifer d. Meningkatkan suplai oksigen
a. Mengetahui status cairan, meliputi input dan output. b. Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal, keluaran urine, dan respon terhadap terapi. c. Pemahaman meningkatkan kerjasama klien dan keluarga dalam pembatasan cairan. d. Mengetahui keseimbangan input dan output. a. Mengidentifikasi kekurangan nutrisi b. Menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi c. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan d. Meningkatkan protein albumin e. Menurunkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi masukan makanan. a. Mendekatkan diri pada Tuhan
6
baik dengan Tuhan.
quran c. Rajin melakukan halhal yang berkaitan dengan kerohaniaan.
Tujuan : Mempertahankan kualitas hidup yang baik.
a. Mampu mengendalikan masalah b. Menghadapi perawatan dengan tabah dan sabar
(membina hubungan yang baik dengan Tuhan melalui doa). b. Menenangkan diri dengan melihat dan merengungkan ajaran-ajaran Tuhan. c. Meningkatkan keimanan dengan melibatkan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan kerohaniaan. a. Menghadapi segala sesuatu dengan tenang b. Mampu mengendalikan stress dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laporan ini berisi tentang Palliative Care pada penderita gagal ginjal kronik. Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care dan cara penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya tindakan medis tetapi penanganan pada psikis penderita (Meningkatkan kualitas hidup penderita) dan keluarga dan dapat melakukan komunikasi terapeutik. 4.2 Saran
1.
Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan pengetahuan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis serta dapat menjadi pemicu untuk melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Penyakit Gagal Ginjal Kronis.
2.
Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi tambahan mengenai penyakit Gagal Ginjal Kronis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat menjadi sarana informasi bagi klien/ masyarakat dalam memberikan pendidikan kesehatan.
3.
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan promosi kesehatan atau penyuluhan tentang Penyakit Gagal Ginjal Kronis kepada masyarakat.