ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR MIGRAIN
SGD 1
Ketua
: Ni Komang Ayu Ariati
( 0802105035)
Sekretaris
: I Wayan Gede Janaputra
( 0802105026)
Anggota
: Ni Nyoman Sri Widyastuti
( 0802105001)
Ni Putu Indah Cahyani
( 0802105005)
Ni Ayu Rantini Indrayani
( 0802105011)
Komang Adi Aprihantara
( 0802105017)
Si Ayu Dwipayani
( 0802105047)
Siska Aristia Handayani
( 0802105057)
Ni Komang Ayu Surya Dewi
( 0802105059)
K. Sri Ayu Ari Susanti
( 0802105065)
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2009
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR MIGRAIN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT. 1.
Pengertian Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah. Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus. Migraine adalah nyeri kepala rekuren, idiopatik, yang bermanifestasi sebagai serangan – serangan yang berlangsung antara 4 – 72 jam. Ciri – ciri nyeri kepala yang khas besifat unilateral, berdenyut – denyut, dengan intensitas nyeri dari sedang hingga berat dan diperburuk oleh aktifitas fisik rutin dengan fotofobia atau fonofobia. Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai gejala yang hampir sama dengan gejala migrain. Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala yang mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.
2.
Epidemiologi/Insiden Kasus Sekitar 28 juta orang di AS menderita migrain. Di seluruh dunia, migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki. Migrain paling sering mengenai orang dewasa (umur antara 20 sampai 50 tahun), tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan semakin menurun. Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun dapat mengalami migrain,
baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain. 3.
Penyebab Penyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya hiperaktiftas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Telah diketahui bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya migrain. FAKTOR PENCETUS MIGRAIN - Konsumsi makanan tertentu - Tidur berlebihan atau kurang tidur - Tidak makan - Perubahan cuaca atau tekanan udara - Stres atau tekanan emosi - Bau yang sangat menyengat atau asap rokok - Sinar yang sangat terang atau pantulan sinar matahari. Penderita migrain harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, karena ada beberapa jenis makanan yang dapat memicu terjadinya migrain (meski tergantung dari sensitivitas masing-masing individu), misalnya: 1. Alkohol Alkohol termasuk zat yang diuretik atau penyebab dehidrasi tubuh, sehingga dapat memicu timbulnya migrain. Meski anggur merah memiliki fungsi ganda yang berlawanan, karena kaya akan unsur fenolik yang sangat baik buat jantung, namun anggur merah juga bisa memicu terjadinya migrain.
2. Kafein Meski mengkonsumsinya membantu menghilangkan migrain, namun sebenarnya tidak dianjurkan dilakukan bagi penderitanya. Sebab bila sudah kecanduan, kurang konsumsi kafein malah akan memicu terjadinya migrain. Bila hanya ingin menghentikan migrain, satu gelas saja sudah cukup. 3. Keju Meski masih pro-kontra, namun beberapa ahli mengatakan keju adalah salah satu pemicu migrain. Unsur asam amino tiramin yang terkandung pada keju, diperkirakan mampu memicu timbulnya sakit kepala karena mengurangi kadar serotonin dalam otak yang mengganggu irama aliran darah. 4. Aditif Makanan Para penderita migrain umumnya mengatakan bahwa mereka sangat sensitif dengan makanan yang mengandung MSG, Nitrit, aspartame (pemanis buatan), tetrazin dan sulfite (ditemukan pada minuman alkohol dan wine).
4.
Patofisiologi Terlampir.
5.
Klasifikasi Klasifikasi migraine yang digunakan sekarang adalah klasifikasi yang dikeluarkan oleh “ International Headache Society “ ( HIS 1988 ), yaitu : a. Migraine tanpa aura ( migraine without aura ) Sebelum disebut mgraine umum atau hemi krania simplek Deskripsinya adalah nyeri kepala idioplastik berulang dengan lama serangan 4 jam sampai 72 jam. Karakteristik yang khas berupa lokasi unilateral, kualitas berdenyut. b. Migraine dengan aura ( migraine with aura ) Sebelum disebut dengan migraine klasik, migraine oftalmik, migraine hemiplegi, migraine afasia, migraine komplikata.
Deskripsinya adalah kelainan idioplastik yang berulang, lokasi di cortek cerebra atau batang otak, timbul secara bertahap dalam waktu 5 – 20 menit. c. Migraine oftalmoplegi ( oftalmoplegie migraine ) Adalah serangan nyeri kepala berulang disertai paresis satu atau lebih dari syaraf kranials untuk mata, tanpa adanya lwsi intra kranial. d. Migraine Retina. Adalah serangan skotoma atau buta monokuler yang berulang yang berlangsung kurang dari 1 jam dengan atau tanpa nyeri. 6.
Gejala Klinis a. Gejala Awal Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami gejala awal seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jenis makanan (mislanya coklat), gampang tersinggung, dan gelisah. b. Aura Aura hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit sebelum timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis yang bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geli atau rasa kesemutan di tangan. Sebagian penderita tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, merasa kebas di tangan, pundak, atau wajah, atau merasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa bingung. Penderita dapat mengalami hanya satu gejala saja atau beberapa macam gejala, tetapi gejala ini tidak timbul bersamaan melainkan bergantian. Suatu gejala aura biasanya menghilang saat nyeri kepala atau gejala aura yang lain timbul. Namun kadang-kadang gejala aura tetap bertahan pada permulaan sakit kepala. c. Sakit kepala dan gejala penyerta Penderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasa dibelakang mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada serangan berikutnya, atau mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antara sedang sampai berat. Gejala lain yang sering menyertai nyeri kepala antara lain :
• Kepekaan berlebihan terhadap sinar, suara, dan bau • Mual dan muntah • Gejala semakin berat jika beraktifitas fisik Tanpa pengobatan, sakit kepala biasanya sembuh sendiri dalam 4 sampai 72 jam. d. Gejala Akhir Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya, lemas, atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala. 7. Pemeriksaan Fisik Meliputi pemeriksaan umum berupa pencatatan fungsi vital tekanan darah, frekuensi nadi, pernapasan, suhu tubuh untuk menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik; funduskopi penting untuk mendeteksi adanya papiledema dan/atau tanda-tanda hipertensi. Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk men- deteksi kelainan lokal. Rasa nyeri di daerah kepala, sinus dan/atau gigi geligi bisa menyertai serangan migren dan beberapa saat sesudahnya; otot- ototjuga bisa terasa nyeri, baik pada migren maupun pada nyeri kepala tipe tegang; kadang-kadang nyeri ditimbulkan saat menyisir rambut. Rasa nyeri ini perlu dibedakan dengan yang disebabkan
oleh miositis. Pada tumor atau hematoma
subdural, kadang-kadang nyeri dapat dibangkitkan o!eh perkusi di daerah yang terkena. Nyeri fokal dapat dijumpai di daerah bekas luka kepala. Penekanan daerah arteri seperti di daerah temporal, supra-orbital atau oksipital dapat mengurangi nyeri kepala migrenatau yang berkaitan dengan hipertensi. Nyeri kepala tipe tegang dapat dikurangi dengan massage dan/atau kompres hangat di daerah otot-otot kepala/leher, sebaliknya memberat bila otot/ daerah tersebut dimanipulasi terlalu keras. Pemeriksaan neurologik, selain funduskopi, meliputi pemeriksaan tanda rangsang meningeal (Kernig, Brudzinsky, kaku kuduk), fungsi saraf otak (pupil, gerak bola mata, sensibilitas wajah), kekuatan motorik dan refleks, fungsi sensorik/sensibi- litas dan fungsi mental terutama perubahan tingkah laku dan kebiasaan. Ptosis dapat menyertai serangan
migren (oftalmoplegik), tetapi harus diwaspadai kemungkinan disebabkan oleh tumor, aneurisma, terutama bila disertai midriasis dan refleks cahaya melambat. Nyeri kepala tipe kiaster kadang-kadang dapat menyebabkan sindrom Homer (miosis, ptosis, enoftalmus), sedangkan foto- fobia dapat disertai injeksi sklera/konjungtiva pada meningitis, kelainan sinus/mata, tumor, migren atau nyeri kepala tipe tegang. Papiledema merupakan tanda adanya massa intrakranial (tumor, hematom), kadang-kadang ditemukan pada ensefalopati nipertensif. 8.
Pemeriksaan Diagnostik •
MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan otak.
•
Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak.
9. Diagnosis Ditegakkan berdasar gejala klinis dan riwayat pasien pasien diharapkan punya “migrain diary” (mencatat waktu, intensitas,pemicu dan durasi sakit kepala)
Utk
migrain
tanpa
aura:
Sedikitnya
5
serangan
dengan
karakteristik
tertentu.Terjadiantara 4 – 72 jam. Karakteristik : unilateral, berdenyut-denyut, intensitas sedang sampai berat, bisa bertambah dengan aktivitas fisik. Pasien mengalami mual dan/atau muntah, atau photophobia atau phonophobia
Migrain dengan aura :Pasien mengalami migrain dengan sedikitnya 3 dari 4 karakteristik : - Pertama, pasien mengalami gajala aura yang reversibel (meliputi: gangguan visual, sensasi abnormal pada kulit, sulit bicara, dan kelemahan otot) - Kedua, pasien mengalami aura yang berkembang secara bertahap lebih dari 4 menit atau 2 gejala aura berturut-turut - Ketiga, gejala aura berakhir tidak lebih dari 60 menit - Keempat, aura terjadi tidak lebih dari 60 menit sebelum tejadinya sakit kepala. Selain itu, perlu ada pemeriksaan terhadap riwayat pengobatan, kondisi fisik, dan uji neurologis (CT Scan)
10. Terapi a. Terapi Obat Jenis-jenis obat migrain antara lain : Anti Migrain – digunakan untuk menghentikan serangan migrain, meliputi : •
Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migrain.
•
Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah migrain haid.
•
Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain.
•
Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan dikloralfenazon. Kalau di Indonesia dijumpai kombinasi antara asetaminofen (parasetamol) dan profenazon.
Pencegah Migrain – digunakan untuk mencegah serangan migrain, meliputi : •
Beta bloker, misalnya propanolol
•
Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh (konstriksi) darah
•
Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migrain.
•
Antikonvulsan
Jika migrain yang anda derita ringan sampai sedang, anda hanya perlu antinyeri yang dijual bebas untuk menghilangkan gejala. Jika migrain anda sedang sampai berat, anda perlu antimigrain yang dibeli dengan resep. Jika anda sering mengalami serangan migrain, dokter mungkin menyarankan untuk meminum obat pencegah migrain. Beberapa obat pencegah migrain dapat menimbulkan efek samping ringan sampai berat pada beberapa penderita. Penderita yang mempunyai gangguan jantung atau tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol sebaiknya tidak mengkonsumsi obat ini. Pasien yang berumur lebih dari 65 tahun, obat pencegah migrain tidak dianjurkan. Biasanya anda perlu mencoba beberapa jenis obat sebelum anda menemukan salah satu yang paling cocok dengan anda.
Jika anda mengalami mual atau muntah sebagai efek samping pengobatan antimigrain, dokter anda juga biasanya meresepkan obat anti mual muntah seperti proklorperazin atau metoklopramid, untuk mengurangi gejala tersebut. b. Terapi Akupuntur Yaitu dengan menusukkan jarum yang sangat halus ke kulit pada titik tertentu untuk menimbulkan aliran energi di sekujur tubuh. Tindakan ini dapat membantu relaksasi otot dan mengurangi nyeri kepala. c. Teknik Relaksasi Relaksasi, dapat membantu mengurangi stres dalam kehidupan sehari-hari.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data subjektif : o Pasien mengatakan nyeri secara verbal. o Pasien mengatakan nyeri akan timbul saat beraktivitas o Pasien mengatakan nyeri seperti berdenyut o Pasien mengatakan nyeri kepala sebelah o Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa. o Pasien mengatakan merasa mual. o Pasien mengatakan tidurnya tidak lelap dan sering terbangun. o Pasien merasakan rasa asam di mulut
Data objektif : Perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstremitas/paralisis, perubahan respon motorik, tekanan darah meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi pupil, wajah tampak meringis, kelemahan, kelelahan, pasien tidak mau makan, pasien tidak
menghabiskan 1 porsi makanan, peningkatan saliva, kantung mata nampak hitam, klien tampak cepat lelah.
2. Diagnosa Keperawatan 1). Perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis, perubahan resppon motorik. 2). Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis. 3). Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan pada ekstrimitas ditandai dengan respon terhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal, ketidaknyamanan, kelelahan, kelemahan. 4). Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah 5). Risiko cedera b.d. hipoksia jaringan 6). Gangguan pola tidur b.d. sering terbangun sekunder akibat ganguan sirkulasi vaskuler ditandai dengan kesukaran untuk tetap tidur, terbangun dalam waktu yang lama, insomnia dalam waktu lama.
3. Intervensi Dx 1: Perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis, perubahan resppon motorik.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan Perfusi jaringan Cerebral kembali efektif Kriteria hasil :
Tidak terjadi perubahan reaksi pupil, tidak terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis, tidak terjadi perubahan resppon motorik. Intervensi : Mandiri 1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital. R : Dapat menurunkan TIK 2. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, sperti massage punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut. R : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan. 3. Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan tersebut. R : mencegah kelelahan berlebihan. Aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan TIK dengan menghasilkan akumulatif stimulus. Kolaborasi 4. Berikan obat sesuai indikasi R : Mengurangi gejala.
Dx 2 : Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis. Tujuan : Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan nyeri kepala terkontrol. Kriteria hasil : Skala nyeri berkurang dari … menjadi … dan wajah pasien tidak meringis. Intervensi : Mandiri
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi R: Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi. 2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting. R: Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri. 3. Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata. R: Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri. 4. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit pada meningitis. R: Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyaman lebih lanjut. 5. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.. R: Dapat membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut. 6. Gunakan pelembab yang agak nyaman pada nyeri leher/punggung jika tidak ada demam. R: Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/rasa tidak nyaman. Kolaboratif 1. Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein R : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : Narkotik mungkin merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak-akuratan dalam pemeriksaan neurologis.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan pada ekstrimitas ditandai dengan respon terhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal, ketidaknyamanan, kelelahan, kelemahan. Tujuan : Setelah diberikan askep diharapakan klien toleran terhadap aktivitas. Kriteria hasil : Klien tidak melaporkan kelelahan dan kelemahan
Nadi dan tekanan darah dalam batas normal
Intervensi : Mandiri 1. Kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, keletihan dan kelemahan yang berlebihan. R : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan aktivitas 2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy R : Teknik menghenat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen 3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan klien. R : Mwemberikan bantuan sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas. Dx 4 : Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah Tujuan : setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami mual/muntah. Kriteria hasil : Klien melaporkan rasa tidak mual,tidak ada peningkatan saliva, klien mau makan, tidak ada rasa asam di mulut. Intervensi :
1. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dan untuk makan perlahan. Anjurkan makan makanan yang cair lembut dan hangat, dan hindari makan yang mengandung lemak, serat, makan yang berbumbu dan kafein.
R : Makanan tipe tersebut biasanya dapat ditoleransi dengan baik. 2. Singkirkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan. R : Bau tidak sedap menyebabkan rasa mual. 3. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi fowler setelah makan dan mengganti posisi setelah makan. R : Mempertahankan makanan agar tidak timbul sensasi mual.
Dx 5 : Risiko cedera b.d. hipoksia jaringan Tujuan : setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami risiko cedera Kriteria hasil : tidak terjadi tanda-tanda cedera pada klien. Intervensi : 1. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang. R : tempat tidur dengan penghalang dapat mengurangi risiko cedera. 2. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi R : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.
Dx 6 : Gangguan pola tidur b.d. sering terbangun sekunder akibat ganguan sirkulasi vaskuler ditandai dengan kesukaran untuk tetap tidur, terbangun dalam waktu yang lama, insomnia dalam waktu lama. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 maka diharapkan pola tidur pasien kembali normal
Kriteria hasil : • Pasien tidak terlihat pucat dan gelisah dan tidak ada kantong mata. • Tidak mengalami kesukaran untuk tidur dan dapat tetap tertidur. Intervensi : 1. Kaji tingkat pola tidur pasien. R : Untuk menentukan intervensi selanjutnya 2. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang tejadi. R : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat. 3. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, missal, boneka dental atau guling. R : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis. 4. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru. R : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang. 5. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, missal : mandi air hangat dan masase, segelas susu hangat sebelum tidur. R : Untuk efek relaksasi. Cacatan : susu mempunyai kualitas soporific, meningkatkan sistensis serotonin, neorotransmitter yang membantu pasien tertidur dan tidur lama. 6. Kurangi kebisingi dan lampu. R/ : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
4. Evaluasi No. Dx I
Evaluasi Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam perfusi jaringan cerebral kembali efektif dengan memenuhi kriteria hasil sebagai berikut :
- Tidak terjadi perubahan reaksi pupil, tidak terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis, tidak terjadi perubahan resppon motorik. II
Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam nyeri kepala terkontrol dengan memenuhi kriteria hasil sebagai berikut : - Skala nyeri berkurang dari … menjadi …
III
- wajah pasien tidak meringis. Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam klien toleran terhadap aktivitas dengan memenuhi kriteria hasil: - Klien tidak melaporkan kelelahan dan kelemahan.
IV
- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal. Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam pasien tidak mengalami mual, muntah dengan memenuhi kriteria hasil: - Klien melaporkan rasa tidak mual. - Tidak ada peningkatan saliva. - Klien mau makan. - Tidak ada rasa asam di mulut. Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam pasien tidak
V
mengalami risiko cedera dengan memenuhi kriteria hasil: VI
- tidak terjadi tanda-tanda cedera pada klien. Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam pola tidur pasien kembali normal dengan memenuhi kriteria hasil: - Pasien tidak terlihat pucat dan gelisah dan tidak ada kantong mata. - Tidak mengalami kesukaran untuk tidur dan dapat tetap tertidur.
Pathway migrain Makanan yang mengandung tiramin, monosodium, glutamat, nitrit dan produk susu
Faktor psikologis
Faktor lingkungan dan polusi
Migrain
Pembuluh ekstrakranial dan intrakranial mengalami dilatasi Hiperpermeabilitas Peningkatanhipotalamus asam Menstimulasi Peningkatan TIK Nausea Nyerilokal pembuluh darah lambung dan nervus vagus Peradangan
Risiko cedera
Vasokontriksi arteri kulit dan Gangguan penglihatan, pembuluh darah retina kesemutan, Muncul dipusing waktu Perpusi Intoleransi jaringan Gangguan pola dan Iskemik kortikal lemah pada ekstrimitas aktivitas Sakit tertentu kepala tidur berat tidak efektif
DAFTAR PUSTAKA 1. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC. 2. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
3. http://www.wartamedika.com/ 20 Januari 2006
4. http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/migrain/.