Dosen Mata Kuliah
: Amriati Mutmainnah, S. Kep., Ns. MSN
Mata Kuliah
: Keperawatan Medikal Bedah (KMB 3)
MENINGITIS
OLEH : KELOMPOK III
Desy Alpionita Alepu
NH0116036
Dina masbaitubun
NH0116037
Asmimar
NH0116023
Fitri
NH0116051
Alfikri farah
NH0116013
Asma
NH0116022
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “MENINGITIS “ MENINGITIS”, ”, makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami Amriati Mutmainnah, S. Kep., Ns. MSN teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.
Makassar, oktober 2018
Penulis .
2
DAFTAR ISI........................................... ................................................................. ............................................ ................................ .......... 3 BAB I
................................................................... ........................ .. 4 PENDAHULUAN ............................................. A. Latar Belakang ............................................ .................................................................. ........................ .. 4 B. Tujuan .......................................... ................................................................ ....................................... ................. 6
BAB II
KONSEP MEDIS .......................................... ................................................................ ............................ ...... 7
A. Definisi .......................................... ................................................................ ....................................... ................. 7 B. Etiologi.......................................... ................................................................ ....................................... ................. 7 C. Manifestasi Klinis ...................................................... ................................................................ .......... 7 D. Patofisiologi ......................................... ............................................................... ................................ .......... 8 E.
Kompilkasi ........................................... ................................................................. ................................ .......... 8
F.
Pencegahan ......................................... ............................................................... ................................ .......... 11
G. Penatalaksanaan ........................................... ................................................................. ........................ .. 12 H. Pemeriksaan Diagnostik ............................................ ...................................................... .......... 14 BAB III
................................................................... ........................ .. 15 KONSEP MEDIS ............................................. A. Pengkajian ............................................ .................................................................. ................................ .......... 17 B. Diagnosa Keperawatan ........................................... ........................................................ ............. 19 C. Intervensi........................ Intervensi.............................................. ............................................ ................................ .......... 18 D. Implementasi ............................................ .................................................................. ............................ ...... 22 E.
BAB IV
Evaluasi ............................................ ................................................................... .................................... ............. 23
................................................................. ....................................... ................. 23 PENUTUP ........................................... A. Kesimpulan ......................................... ............................................................... ................................ .......... 23 23 B. Saran ............................................ .................................................................. ....................................... ................. 23
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Infeksi meningococcus dapat terjadi secara endemikmaupun epidemik. Secara klinis keduanya tidak dapat dibedakan, tetapi serogroupdari strain yang terlibat berbeda. Kasus endemik pada negara-negara berkembangdisebabkan oleh strain serogroup B yang biasanya menyerang usia dibawah 5 tahun, kebanyakan kasus terjadi pada usia antara 6 bulan dan 2 tahun. Kasusepidemik disebabkan oleh strain serogroup A dan C, yang mempunyai kecendrunganuntuk menyerang usia yang lebih tua.Lebih dari setengah kasus meningococcus terjadi pada umurantara 1dan 10 tahun. Penyakit inirelatif jarang didapatkan pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang dari 10% terjadi pada pasien usia lebih dari 45 tahun. DiAS dan Finland, hampir 55% kasus pada usia dibawah 3 tahun selama keadaannonepidemik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden tertinggi terjadi pada pasienusia 5 sampai 9 tahun. Keadaan geografis dan populasi tertentu merupakanpredisposisi untuk terjadinya penyakit epidemik. Kelembaban yang rendah dapatmerubahbarier mukosa nasofaring, sehingga merupakan predisposisi untukterjadinya infeksi. Meningococcal epidemik di daerah Sao Paulo dari 1971 sampai1974 dimulai pada bulan Mei dan Juni, yang merupakan peralihan dari musim hujanke musim panas. African outbreaks terjadi selama musim panas dari bulanDesember hingga juni. Di daerahSub-saharan Meningitis Belt (Upper volta, Dahomey, Ghana dan Mali di barat, hinggaNiger, Nigeria, Chad, Sudan di timur) di mulai pada musism panas/winter dry season(November-Desember),mencapai puncaknya pada akhir April-awal Mei, saat angingurun Harmattan berkepanjangan dan tingginya suhu udara sepanjang hari; diakhiri secara mendadak dengan dimulainya musim penghujan. Walaupun terpaparnya populasi yang rentan terhadap strain baru yang virulen mungkin merupakan penyebab epidemik, beberapa faktor lain termasuk lingkungan yang padat penduduk, adanya kuman saluran nafas pathogen lain, hygiene yang rendah danlingkungan yang buruk merupakan pencetus untuk terjadinya infeksi epidemik. InfeksiN. meningitidis semata-mata hanya mengenai manusia. Telah terbukti bahwa tidakdidapatkan adanya host antara, reservoar atau transmisi dari hewan ke manusiapada infeksi M. meningitidis. Nasofarings merupakan reservoar alami bagi
4
meningococcus,transmisi dari kuman tersebut terjadi lewat saluran pernafasan (airbonedroplets), serta kontak seperti dalam keluarga atau situasi recruit training. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Artenstein dkk, didapatkan bahwa sebagian besar partikel dari droplet salurannafas mengandung meningococcus. Meningococcus bisa didapatkan pada kultur darinasofaring dari manusia sehat, keadaan ini disebut carrier. Hal tersebut dapatmeningeal tergantung kepada kemampuan dari kapsel polisakarida untuk menghambataktivitas sistim komplemen bakterisidal yang klasik dan menginhibisiphagositosis neutrophil. Aktivasi dari sistim komplemen merupakan hal yangsangat penting dalam mekanisme pertahanan terhadap
infeksi
N.
meningitidis.Pasien
dengandefisiensi
dari
komponen
terminalkomponen (C5, C6, C7, C8 dan mungkin C9) merupakan resiko tinggi untukterinfeksi
Neisseria
(termasuk
N.Meningitidis).
(Sumber : Irfannuddin ;Fisiologi Paramedis)
Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap patogen spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1 – 12 bulan); 95 % terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan individu yang menderita penyakit invasif, perumahan padat penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang tidak diberikan ASI pada umur 2 – 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran pernafasan Meningitis Bakterial Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara 2 bulan-2 tahun. Umumnya terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens meningitis bakterialis pada neonatus adalah sekitar 0.5 kasus per 1000 kelahiran hidup. Insidens meningitis pada bayi berat lahir rendah tiga kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Streptococcus group B dan E.coli merupakan penyebab utama meningitis bakterial pada neonatus. Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%). Hampir 40% diantaranya mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran dan defisit neurologis. Meningitis Tuberkulosis . Di seluruh dunia, tuberkulosis merupakan penyebab utama dari morbiditas dan kematian pada anak. Di Amerika Serikat, insidens tuberkulosis kurang dari 5% dari seluruh kasus meningitis bakterial pada anak, namun penyakit ini mempunyai frekuensi yang lebih tinggi pada daerah dengan 5
sanitasi yang buruk. Meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas tuberkulosis anak masih tinggi. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak terutama bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kejadian jarang dibawah usia 3 bulan dan mulai meningkat dalam usia 5 tahun pertama, tertinggi pada usia 6 bulan sampai 2 tahun. Angka kematian berkisar antara 10-20%. Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien yang normal secara neurologis dan intelektual. Anak dengan meningitis tuberkulosis yang tidak diobati, akan meninggal dalam waktu 3-5 minggu. Angka kejadian meningkat dengan meningkatnya jumlah pasien tuberkulosis dewasa.
B. TUJUAN PENULIS
1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami konsep serta mampu menerapakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus Meningitis di rumah sakit 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengerti serta memahami definisi dari Meningitis b. Mahasiswa mengetahui etiologi terjadinya Meningitis c. Mahasiswa dapat memahami anatomi fisiologi organ terkait d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit Meningitis e. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi penyakit Meningitis f.
Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari Meningitis
g. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang apa sajakah yang dapat dilakukan pada pasien Meningitis h. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari kasus Meningitis i.
Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan asuhan keperawatan kasus Meningitis secara teoritis
6
BAB II KONSEP MEDIS A. DEFINISI
Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empiema
subdural
(
leptomeningitis
),atau
bahkan
kedalam
otak(
meningoesefalitis ) (Satyanegara, 2010 ) Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut meningen. Peradangan pada meningen khsusunya pada bagian araknoid dan piameter ( leptomeningens )disebut meningitis. Peradangan pada bagian durameter disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri virus jamur atau karena toksin. Namun demikian besar meningitis disebabkan bakteri ( Tarwoto, 2013 ) Meningitis adalah radang pada meningens ( membrane yang mengelilingi otak dan medula spinalis ) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur (wijaya, 2013) B. ETIOLOGI
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococcus pneumonia
dan
neiseria
meningitis,
stafilokokus
dan
negative,
Streptococus pneumonia, neisseria meningitis. 2. Penyebab lainnya lues, virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia 3. Faktor predisposisi ; jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita 4. Faktor maternal : rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan 5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin. Kelainan sistem saraf pusat : pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan ( satyanegara, 2010 ) C. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu : a. Meningitis serosa
7
Adalah radang selaput otak araknoid dan plameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa. Penyebabnya adalah virus, toxoplasma b. Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain staphylococcus dan lain-lain D. MANIFESTASI KLINIS
1. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot melemah, menangis lemah. 2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kering dan brudzinski positif, ptechial ( menunjukkan infeksi meningococcal ) 3. Ciri khas : penderita yang tampak sakit berat, demam akut yang tinggi, kesadaran yang menurun ( lethargi atau gaduh gelisah ), nyeri kepala, muntah dan kaku kuduk E. PATOFISIOLOGI
Otak dan medula spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada bagian paling luar adalah durameter, bagian tengah araknoid dan bagian dalam piameter. Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang subaraknid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui sistem ventrikel. Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya hematogen ( paling banyak ), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dank arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf cranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial. F. PENATALKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum : a. Pasien diisolasi b. Pasien diistirahatkan/bedrest 8
c. Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian antipiretik seperti parasetamol, asam salisilat d. Kontrol kejang : diazepam, fenobarbital e. Kontrol peningkatan tekanan intrakarnial : manitol, kortikosteroid f. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi 2. Pemberian antibiotik a. Diberikan 10-14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas b. Antibiotic yang umum diberikan : ampisilin , gentamisin, kloromfenikol, sefalosporin. c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberculosis diberikan obat-obat TBC. 3. Pengobatan simtomatis a. Diazepam IV 0.2-0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4-0.6/mg/kg/dosis kemudian dilanjutkan dengan fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari. b. Turunkan demam dengan Antipiretik parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis sambil dikompres air 4. Pengobatan suportif a. Cairan intravena b. Pemberian O2, agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%
G. PEMERIKSAAN DIANGNOSTIK
1. Laboratorium 2. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral. 3. CT-Scan 4. Radiografi H. PENCEGAHAN
1. Kemoprofilaksis, untuk mencegah terjadinya penularan pada orang yang serumah dengan pasien dengan meningitis meningokokal misalnya diebrikan rifampisin atau siprofloksasin 2. Vaksinasi, terbukti efektif dalam pencegahan meningitis terutama pada meningitis Haemophilus influenza.
9
I. KOMPLIKASI
1. Peningkatan tekanan intracranial 2. hydrocephalus 3. infark serebral 4. abses otak 5. kerusakan visual 6. pneumonia 7. kejang 8. endokarditis
J. PENYIMPANGAN KDM
Neisseria Meningitis Streptococcus pneumonia Haemophilus influenza
Infeksi nasofaring Implantasi langsung ( fraktur, luka tembus, Lumbal pungsi dan Pembedahan )
Septicaenemia
Masuk dalam aliran darah serebral
10
Reaksi radang dalam meningen ( meningitis )
Exudat meningen
Iritasi meningen
edema serebral
peningkatan TIK Darah Resiko penakanan regangan otak
TRAUMA
Perubahan perfusi jaringan
Batang otak
durameter darah
permeabilitas
Ancaman kematian Ansietas Resiko infeksi
Nyeri
11
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah yahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk mungumpulkan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien a. Biodata klien yang penting meliputi nama, jenis kelamin, agama, suku, dan gaya hidup. b. Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat datang ke rumah sakit 2. Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan hal-hal mengenai apa yang dirasakan saat ini 3. Riwayat kesehatan masa lalu Perlu dikaji apakah klien menderita penyakit yang sama , riwayat ketergantungan terhadap zat atau obat-obatan 4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien. c. Pengkajian pola 1. Pola kesehatan 2. Pola nutrisi-metabolisme Mendeskripsikan pola konsumsi makanan dan cairan 3. Pola eliminasi Mendeskripsikan pola fungsi ekskresi 4. Pola aktivitas Mendeskripsikan pola latihan, aktivitas waktu luang yang dilakukan d. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya yaitu :
12
1. Inspeksi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Misalnya kulit kuning, kulit kebiruan 2. Palpasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya udema, tumor. 3. Auskultasi Meruapakan pemeriksaan fisik yang dilakukan mellaui pendengaran biasnya menggunakan alat yang disebut stetoskop. Misalnya bunyi jantung, suara napas, dan bising usus 4. Perkusi Pemeriksaan
fisik
yang
dilakukan
dengan
mengetuk
bagian
tubuh
menggunakan tangan atau alat bantu seperti hammer e. Pola tidur istirahat Mendeskripsikan pola tidur, istirahat dan relaksasi termasuk pola periode tidur dan istirahat f. Pola persepsi diri dan konsep diri Mendeskripsikan pola persepsi diridan konsep diri contohnya, kenyamanan tubuh gambaran diri, keadaan perasaan g. Pola peran-hubungan Mendeskripsikan pola keterlibatan peran dan hubungan h. Pola koping-toleransi Menjelaskan pola koping umum dan efektivitas pola i.
Pola nilai-kepercayaan Data yang mengenai pola nilai-nilai, tujuan atau keyakinan ( termasuk spiritual ) yang memandu pilihan dan keputusan.
13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d ancaman kematian 2. Nyeri akut b/d agens cedera biologis 3. Resiko infeksi b/d daya tahan tubuh lemah 4. Resiko trauma b/d kelemahan 5. Resiko perubahan perfusi jaringan b/d udema
C. PENCEGAH MENINGITIS 1. Pencegahan Primer Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis
bagi
individu
yang
belum
mempunyai
faktor
risiko
dengan
melaksanakan pola hidup sehat. Radang selaput otak (meningitis) dapat disembuhkan dengan cara herbal, caranya dengan menggunakan terapi jus, dimana terapi ini tanpa memakai bahan-bahan kimia atau yang dikenal dengan obat-obatan. Aturan yang dipakai antara lain ; 1 gelas jus wortel dan 1/2 gelas jus bayam diminum pada pagi hari; 1 gelas jus wortel, 1/3 gelas jus bit, dan 1/3 gelas jus mentimun diminum pada siang hari; 1 gelas jus wortel, 1/2 gelas jus celery, dan 1/3 gelas jus bayam diminum pada sore hari; 1 gelas jus wortel diminum pada malam hari. Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari gelas yang sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di Indonesia. Biasanya, para calon jemaah haji diwajibkan menjalani vaksinasi ini tiga minggu sebelum keberangkatan. Vaksinnya diberikan dalam bentuk suntikan, dan bertahan di tubuh selama 2-3 tahun. Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y. Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya
14
Memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak overcrowded (luaslantai> 4,5 m2 /orang), ventilasi 10-20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan dilingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan higientias individu seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.
2. PencegahanSekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis. Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru . Selain itu juga dapat dilakukan pengawasan ketat terhadap anggota keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu : a. Meningitis Purulenta a) Haemophilus influenzae
b
:
Ampisilin,
kloramfenikol,
setofaksim,
seftriakson. b) Streptococcus
pneumonia
:
Kloramfenikol ,
sefuroksim, penisilin, seftriakson. c) Neisseria
meningitidies
:
Penisilin,
kloramfenikol,
serufoksim
dan
seftriakson. b. Meningitis Tuberkulosa Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat dapat ditambahkan etambutol atau streptomisin. Kortikosteroid berupa prednisone digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan mengobati edema otak.
15
3. PencegahanTertier Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti. Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi - kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangicacat.
D. ANALISA DATA
NO
1
DATA
Ds :
KEMUNGKINAN
DIAGNOSA
PENYEBAB
KEPERAWATAN
Peningkatan TIK
Nyeri akut
Klien mengatakan susah tidur dan klien mengatakan kepala terasa berat
Regangan durameter
Do :
dan pembuluh darah
Klien tampak gelisah, klien tampak memegangi kepalanya Sakit kepala
Nyeri akut
2
Ds :
Peningkatan TIK
Ansietas
Klien mengatakan cemas bila penyakitnya
tidak
bisa
disembuhkan
Resiko penekanan
Do :
batang otak
Pasien tampak gemetar dank lien terlihat fokus pada diri sendiri
16
Ancaman kematian
Ansietas
3
Ds : Klien
Peningkatan TIK mengatakan
sakit
Resiko infeksi
di
kepalanya Do :
Darah otak
Terdapat bengkak dikepala
Permeabilitas
Difusi organisme patogen
Resiko infeksi
4
Ds : Klien
Exudat meningen mengatakan
Resiko trauma
tidak
menyangka dirinya menderita penyakit tersebut
Iritasi
Do : Klien
meningen terlihat
fokus
pada
dirinya sendiri
Resiko trauma
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NOC
NIC 17
KEPERAWATAN Ansietas
berhubungan
Tautan NOC
Pengurangan kecemasan
dengan ancaman kematian
Tingkat kecemasan
Batasan karakteristik
Indicator skala outcome
Perilaku
1. Gunakan pendekatan yang
1. Distress,
Gelisah
dipertahankan pada 2
Tampak waspada
(
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan
dalam
berat
disisi
meningktkan
ditingkatkan ke 3
rasa
aman
( sedang 3 )
mengurangi ketakutan gelisah,
menunjukkan
Agitasi
(
perasaan aman
cukup
berat
),
ditingkatkan ke 3
Sangat khawatir
Ketakutan
Kesedihan
4. Berikan
( sedang )
Peningkatan
pengganti
yang
bertujuan
untuk
5. Dorong
Fisiologi Wajah tegang
aktivitas
mengurangi tekanan
yang
mendalam
dan
3. Berikan objek yang
dipertahankan pada 2
Afektif
klien
untuk
2. Perasaan
),
2. Berada
peristiwa hidup
dan
menyakinkan
cukup
tenang
keluarga
untuk
mendampingi
klien
dengan
cara
yang tepat
ketegangan Nyeri
akut
berhubungan
Tautan NOC
dengan agens cedera biologis
Tingkat nyeri
Batasan karakteristik
Indicator skala
1. Bukti nyeri dengan
Pemberian analgesic 1. Cek
adanya
alergi
obat
1. Ekspresi nyeri wajah,
2. Pilih analgesic atau
menuggunakan
dipertahankan pada 2
kombinasi
standar daftar periksa
(
yang
sesuai
ketika
nyeri
untuk
pasien
ditingkatkan ke 4
lebih
dari
satu
yang
tidak
dapat
( ringan )
diberikan
mengungkapkannya 2. Ekspresi wajah nyeri (
mata
bercaya,
cukup
berat
),
2. Mengerinyit,
3. Tentukan
alalgesik
analgesic
dipertahankan pada 1
sebelumnya,
rute
kurang
( berat ), ditingkatkan
pemberian dan dosis
tampak
ke 3 ( sedang )
untuk mencapai hasil 18
kacau, gerakan mata
pengurangan
berpencar atau tetap
optimal
pada
satu
fokus,
4. Cek
meringis ) 3. Fokus
perintah
pengobatan
pada
diri
obat
nyeri
meliputi
,dosis
dan
sendiri
frekuensi
obat
4. Putus asa
analgesic
yang
diresepkan 5. Berikan
kebutuhan
kebutuhan kenyamanan
dan
aktivitas
lain
yang
dapat
membantu
relaksasi
untuk
memfasilitas penurunan nyeri Resiko infeksi
Tautan NOC
Rentan mengalami invasi dan
Kontrol resiko
multiplikasi
Indicator skala outcome
patogenik
organism yang
dapat
Perlindungan infeksi 1. Batasi
pengunjung
yang sesuai
1. Menghindari paparan
kerentanan
menganggu kesehatan
ancaman
Pertahanan tubuh sekunder
dipertahankan pada 3
3. Anjurkan istrirahat
tidak adekuat
(
4. Skrining
Vaksinasi
tidak
kesehatan,
2. Monitor
kadang-kadang
menunjukkan
),
adekuat
ditingkatkan ke 2
Penuruanan
(jarang menunjukkan)
hemoglobin
2. Berpartisipasi skrining
dalam
kesehatan,
terhadap infeksi
pengunjung
semua terkait
penyakit menular 5. Pertahankan
teknik-
teknik isolasi, yang sesuai
dipertahankan pada 4, ditingkatkan ke 2
19
Risiko trauma
Tautan NOC
Manajemen
Internal
Keparahan cedera fisik
1. Identifikasi
1. Penurunan tingkat
kebutuhan keamanan
Gangguan sensasi
kesadaran, di
pasien, sesuai dengan
(
pertahankan pada 2
kondisi
medullas spinalis )
( cukup berat ),
fungsi
Gangguan
ditingkatkan ke 3 (
pasien
keseimbangan
sedang)
penyakit
Kelemahan
akibat
cedera
fisik
dan
kongnitif dan
riwayat terdahulu
pasien 2. Mengontrol lingkungan
dari
kebisingan
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
HARI.TGL
DIAGNOSA
IMPLMENTASI
EVALUASI
SENIN
ANSIETAS
Pengurangan
S
kecemasan
mengatakan
17/10/2018
1.
:
klien
Berada disisi cemas klien
bila
untuk penyakitnya tidak
meningktkan
bisa disembuhkan
rasa aman dan O : klien tampak
2.
mengurangi
merenung
ketakutan
A : masalah belum
Berikan objek teratasi yang
P
:
lanjutkan
menunjukkan
intervensi
perasaan aman 3.
Gunakan
20
pendekatan yang
tenang
dan menyakinkan
SENIN
Nyeri Akut
17/10/2018
Pemberian analgesic
S
:
klien
1. Cek adanya mengatakan nyeri alergi obat 2. Pilih
hebat pada kepala O : klien tampak
analgesic
memgangi
atau
kepalanya
kombinasi
A : masalah belum
alalgesik
teratasi
yang sesuai P
:
lanjutkan
ketika lebih intervensi dari
satu
diberikan 3. Cek perintah pengobatan meliputi obat ,dosis dan frekuensi obat analgesic yang diresepkan
SELASA 18/10/2018
Resiko infeksi
Perlindungan infeksi 1. Batasi
S
:
klien
mengatakan sakit
21
pengunjung
kepalanya
yang sesuai
O : klien tampak
2. Monitor
gelisah
kerentanan
A : masalh teratasi
terhadap infeksi
P
3. Anjurkan
:
lanjutkan
intervensi
istrirahat 4. Skrining semua pengunjung terkait penyakit menular 5. Pertahankan teknik-teknik isolasi,
yang
sesuai SELASA 18/10/208
Resiko trauma
Manajemen safethy
S
1. Identifikasi
:
klien
mengatakan tidak
kebutuhan
menyangka
keamanan
dirinya mengidap
pasien,
sesuai penyakit tersebut
dengan kondisi
O : klien tampak
fisik dan fungsi
tidak percaya diri
kongnitif
A ; masalah belum
pasien
dan teratasi
riwayat
P
:
lanjutkan
penyakit
intervensi
terdahulu pasien 2. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
22
ASUHAN KEPERAWATAN A. KASUS
“ Ny.A “ berusia 30 tahun dtang ke RS diantar keluarga dengan keluhan sakit kepala ( pada bagian frontl ), kaku leher dan demam tinggi sejak satu minggu yang lalu.istri klien mengatakan bahwa klien sering mengalami kejang-kejang kurang lebih 30 detik.istri klien juga mengatakan suaminya juga sering mengeluh sulit tidur ketika hendak tidur. Hal ini klien terlihat lemah dan juga lemas. Dari hasil pengkajian fisik terdapat tanda krenik (+), tanda brudnizki (+). Ekstermitas teraba dingin dan terdapat benjolan pada leher bagian dextra. TD: 150/80, S : 39 C, N : 60x/i, P : 28x/i. PADA HASIL ct SCAN menunjukkan terdapat edema kepala pada bagian parietal. Setelah dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan juga lumbal pungsi.
B. Pengkajian keperawatan
NO.RM : 279344 Tgl.pengkajian : 17/10/2018 Tempat : Ruangan melati/ Rs Nani
1. Data umum a. Identitas pasien Nama : “ Tn. D “ Tempat/tanggal lahir : Makassar, 21 juni 1988 Umur : 30 tahun Jenis kelamin : laki- laki Agama : islam Alamat : jl. macinna raya No.20 Suku : Makassar Tanggal masuk : 15/10/2018 Diangnosa medic : meningitis b. Identitas orang tua Nama : “ Ny.R” Tempat/tanggal lahir : togo/ 6 april 1990 Agama : islam 23
Alamat : jl. Maccini raya No.20 Suku : Makassar Hub.dengan pasien : Istri klien Riwayat kesehatan a. Keluhan utama : nyeri pada kepala b. Riwayat kesehatn sekarang Klien mengatakan bahwa sudah satu minggu mengalami nyeri dibagian kepala, selain itu juga terasa kaku dibagian leher klien. Klien juga sudah demam selama 1 minggu. Sebelumnya klien sudah minum obat untuk menurunkan demamnya tapi demamnya tidak turun juga. Suhu klien saat diperiksa 39 C. istri klien juga mengatakan bahwa klien mengeluh susah tidur karena nyeri yang dia rasakan. c. Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan bahwa waktu umr 28 tahun pernah mengalami Herpes Zoster selama 1 minggu, dan sempat dirawat di rumah sakit. Namun penyakitnya sudah sembuh d. Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit tersebut dalam keluarganya. e. Genogram
24
30 25
Keterangan : = laki – laki
= perempuan = meninggal
= garis pernikahan
= pasien
= garis keturunan
G1 : - kakek dan nenek dari pihak ayah pasien meninggal -
Kakek dari pihak ibu pasien telah meninggal
- Nenek dari pihak ibu pasien sudah meninggal G2 : G3 : -
Ayah klain merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara Ibu pasien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara klien anak ke 1 dan saat ini menderita meningitis
2. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU 1. Prenatal a. Pemeriksaan kehamilan : ±4 kali 25
b. Keluhan selama hamil : mual/muntah dialami pada kehamilan trimester pertama c. Riwayat terapi obat : vitamin d. Kenaikan BB selama hamil : sebelum hamil : 58 kg Saat hamil : 70 kg e. Imunisasi TT : 1 kali f.
Golongan darah ibu : B
g. Golongan darah ayah : O 2. Natal a. Tempat melahirkan : Di RS b. Lama dan jenis persalinan : 1 jam dan di operasi c. Penolong persalinan : dokter d. Komplikasi : 3. Post natal a. Kondisi bayi : BB:3200 gram, PB : 50 cm b. Penyakit anak : kebiruan c. Problem menyusui : 4. Penyakit yang pernah diderita a. Klien belum pernah dirawat dirumah sakit b. Klien tidak pernah operasi c. Klien tidak mempunyai alergi obat d. Klien tidak mengalami kecelakaan 3. RIWAYAT TINGKAT PERKEMBANGAN 1. Motorik kasar : klien bisa melompat, melempar bola. Bangun sendiri saat jatuh berjalan naik tangga 2. Motorik halus : memegang alat tulis dan membuat coretan, membuka buku 3. Bahasa : berbicara dengan bahasa sederhana menunjuk gambar 4. Personal sosial : memakai baju dengan bantuan gosok gigi dengan bantuan menggunakan sendok garpu mencuci tangan 4. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Nutrisi Sebelum sakit : makan 3x sehari dengan nasi, sayur dan lauk dan porsi dihabiskan Setelah sakit : 1 kali sehari namun tidak dihabiskan 2. Cairan 26
Sebelum sakit : 8 gelas perhari air putih Setelah sakit ; ± 6 gelas air putih 3. Istirahat tidur Sebelum sakit : klien selalu tidur siang dan tidur malam biasnya jam 20.00-05.00 Setelah sakit : klien kurng tidur dan kadang terbangun karena muntah lama tidur 6 jam 4. Eliminasi Sebelum sakit : BAB 1x/hari , konsistensi lemak dan berwatna kuning Setelah sakit : BAB tidak teratur 5. Eliminasi BAK Sebelum sakit : BAK ±4x/hari warna kuning Setelah sakit :BAK ± 3x/hari 6. Aktivitas dan latihan Sebelum sakit : klien beraktivitas layaknya anak yaitu bermain Setelah sakit : klien terbaring diatas tempat tidur dan kadang duduk 7. Personal hygiene Sebelum sakit : mandi 2x/hari gosok gigi 2x/hari Setelah sakit : kadang dilap dengan handuk basah atau tisu basah 5. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum 1. Kesadaran : Apatis 2. Ekspresi wajah : klien tampak meringis 3. Kebersihan secara umum : tampak bersih 4. Tanda-tanda vital TD : 150/80 mmHg N : 60x/i P : 28x/i SB : 39 C 5. Kepala Inspeksi : bentuk kepala mesosepalus, terdapat pembengkakan di daerah parietal Palpasi : nyeri tekan Wajah Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada kelaianan pada wajah 27
Palpasi : tidak ada nyeri tekan Mata Inspeksi : konjungtiva anemis, sclera normal, pupil isokor, palpebra normal Hidung Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat polip Mulut Inspeksi : keadaan mulut bersih , tidak ada karies gigi Telinga Inspeksi : simetris, tidak ada serumen dan luka \ 6. Leher Inspeksi : bentuk tidak simetris Palpasi : terdapat pembesaran kelejar limfe bagian dextra 7. Dada bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran iver atau splenomegali pulmo : inspeksi : tidak ada pembengkakan ataupun bekas luka palpasi : fremitus taktil tidak seirama perkusi : bunyi sonor auskultasi : traketal cor inspeksi : tidak terdapat pembengkakan bekas luka palpasi : ictus cordis : ICS V midclavicle sinistra perkusi : suara pekak 8. Abdomen Inspeksi : warna kulit sama dengan kulit sekitar, tidak terdapat lesi Palpasi : tidak terdapat asites, terdapat nyeri tekan Perkusi : bunyi timpani dan redup pada kuadran III Auskultasi : peristaltic usus 12x/i 9. Rectum : terdapat hemoroid grade II
28
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas 2. Nyeri akut 3. Resiko infeksi 4. Resiko trauma 5. Resiko perubahan perpusi jaringan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI.TGL
DIAGNOSA
IMPLMENTASI
EVALUASI
SENIN
ANSIETAS
Pengurangan
S
kecemasan
mengatakan
17/10/2018
4.
:
klien
Berada disisi cemas klien
bila
untuk penyakitnya tidak
meningktkan
bisa disembuhkan
rasa aman dan O : klien tampak
5.
mengurangi
merenung
ketakutan
A : masalah belum
Berikan objek teratasi yang
P
:
lanjutkan
menunjukkan
intervensi
perasaan aman 6.
Gunakan pendekatan yang
tenang
dan menyakinkan
SENIN 17/10/2018
Nyeri Akut
Pemberian analgesic
S
:
klien
4. Cek adanya mengatakan nyeri
29
alergi obat 5. Pilih
hebat pada kepala O : klien tampak
analgesic
memgangi
atau
kepalanya
kombinasi
A : masalah belum
alalgesik
teratasi
yang sesuai P
:
lanjutkan
ketika lebih intervensi dari
satu
diberikan 6. Cek perintah pengobatan meliputi obat ,dosis dan frekuensi obat analgesic yang diresepkan
SELASA 18/10/2018
Resiko infeksi
Perlindungan infeksi 6. Batasi
S
:
klien
mengatakan sakit
pengunjung
kepalanya
yang sesuai
O : klien tampak
7. Monitor
gelisah
kerentanan
A : masalh teratasi
terhadap infeksi
P
8. Anjurkan
:
lanjutkan
intervensi
istrirahat 9. Skrining semua
30
pengunjung terkait penyakit menular 10. Pertahankan teknik-teknik isolasi,
yang
sesuai SELASA 18/10/208
Resiko trauma
Manajemen safethy
S
3. Identifikasi
:
klien
mengatakan tidak
kebutuhan
menyangka
keamanan
dirinya mengidap
pasien,
sesuai penyakit tersebut
dengan kondisi
O : klien tampak
fisik dan fungsi
tidak percaya diri
kongnitif
A ; masalah belum
pasien
dan teratasi
riwayat
P
:
lanjutkan
penyakit
intervensi
terdahulu pasien 4. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
31
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter dan ruang subarachnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal ( CSS ) yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Pada penderita meningitis biasanya di jumpai keluhan pertama yaitu nyeri kepala.rasa nyeri ini dapat menjalar ke tungkuk punggung. Tengkuk menjadi kaku, kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tekuk. Bila hebat,terjadi opistotonus yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. B. Saran
1. Bagi pasien Pasien yang sudah merasakan adanya tanda dan gejala yang timbul pada pasien, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan secepatnya di rumah sakit agar secepatnya mendapatkan penanganan secara dini untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. 2. Bagi perawat Pada perawat yang menangani pasien meningitis di harapkan dapat memberikan penatalaksaan kesehatan terhadap pasien, tanda dan gejala meningitis, tujuannya agar pasien bisa secepatnya dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit meningitis.
32