Tension headache
A.
Definisi(1)
Tension headache atau nyeri kepala kontraksi otot adalah nyeri yang ditimbulkan akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi dan leher yang disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa kencang seperti pita disekitar kepala dan nyeri tekan di daerah oksipitoservikalis. B.
Etiologi(2)
Penyebab tension headache belum diketahui pasti, namun kontraksi otot dapat dipicu oleh factor-faktor psikogenik :
C.
·
Ansietas (kecemasan)
·
Physical dan stress emotional (Emergency department factsheet, 2008).
·
Penyakit lokal pada kepala dan leher (spondilosis servikal, maloklusi gigi)
·
Ketegangan/Stress
·
Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)
Faktor-Faktor Pencetus Tension Headache 1.
stres,
2.
kelelahan,
3.
kurang tidur,
4.
terlambat makan, dan
5.
tegang.
Sumber lainnya menyatakan, faktor pencetus tension headache, diantaranya;(3) ·
Stres – Stres – Muncul Muncul pada saat sore hari setelah mengalami stres panjang selama bekerja atau setelah ujian
·
Kurangnya tidur /Sleep deprivation
·
Posisi yang tidak nyaman yang menyebabkan stres / posisi yang tidak benar
·
Waktu makan yang tidak pasti (lapar)
·
Kelelahan Mata
·
Withdrawal Kafein (Penghentian oleh efek kafein) Peristiwa stres tertentu(4)
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus sekitar 87%, exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya. 1.
depresi
2.
kecemasan
3.
kurang tidur atau perubahan pola tidur rutin
Jadwal tidur yang berubah juga bisa membuat sakit kepala, misalnya tidur terlambat. Sebisa mungkin tidur teratur.
Tidak makan(4)
Hindari makan atau minum sesuatu yang sensitif, khususnya sebelum
melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa membuat kita sakit kepala. Pasalnya, pembuluh darah akan melebar setiap kali kadar gula darah turun. Jadi, sebisa mungkin makan secara teratur.
Posisi tubuh yang salah saat tidur(4)
Sakit kepala karena tegang. Gejalanya diawali dengan ketegangan di otot leher, bahu, dan tengkorak akibat tekanan emosional. Sakitnya selalu berawal dari kepala belakang, merambat ke depan, lalu ke kedua sisi kepala.
Bekerja dalam posisi yang tidak enak(4)
Leher tegang akibat bekerja sambil duduk yang terlalu lama, misalnya mengetik dengan komputer.
Kurangnya aktifitas fisik(4)
Kegiatan fisik yang intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal yang berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan hormon, (4)
Penggunaan obat untuk sakit kepala yang berlebihan. (4)
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah: 1.
Tidak ada gejala prodnormal atupun aura.
2.
Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat.
3.
Tumpul, seperti ditekan atau diikat. Tidak berdenyut.
4.
Menyeluruh atau difus (tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih hebat di daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher.
5.
Terjadi secara spontan.
6.
Memburuk atau dicetuskan oleh stres dan kelelahan.
7.
Adanya insomnia.
8.
Iritabilitas.
9.
Gangguan konsentrasi.
10. Kadang-kadang disertai vertigo. 11. Beberapa orang mengeluh rasa tidak nyaman didaerah leher, rahang, dan temporomandibul Tanda dan gejala kususnya adalah : 1.
Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat
6.
pada atau sekitar mata, tapi dapat
Lendir atau basah pada lubang hidung sebagai efek samping pada wajah
merambat pada area lain di wajah,
2.
kepala, leher dan pundak.
7.
Berkeringat, kulit pucat pada wajah
Sakit pada satu sisi
8.
Bengkak di sekitar mata sebagai efek samping pada wajah
3.
Kegelisahan 9.
4.
Ukuran pupil yang mengecil
Keluar air mata secara berlebihan 10. Kelopak mata yang lay
5.
Mata merah sebagai efek samping
D.
Patogenesis Kejadian sakit kepala ketegangan tentu lebih besar dari migrain. Namun, kebanyakan pasien
mengobati sakit kepala ketegangan sendiri dan tidak mencari nasihat medis. Seperti migrain, sakit kepala ketegangan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Tidak seperti migrain, mereka jarang dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja tetapi lebih mungkin terjadi pada usia pertengahan dan bertepatan dengan kecemasan, kelelahan, dan depresi di saat susah hidup. Pada seri besar Lance dan Cur ran, sekitar sepertiga dari pasien dengan sakit kepala ketegangan terus-menerus telah siap mengakui gejala depresi. Berdasarkan pengalaman praktisi, kecemasan kronis atau depresi berbagai tingkat keparahan hadir dalam sebagian besar pasien dengan sakit kepala berkepanjangan. Migrain dan sakit kepala traumatis mungkin rumit oleh sakit kepala ketegangan, yang, karena ketekunan, sering membangkitkan kekhawatiran tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya. Namun, seperti Patten menunjukkan, tidak lebih dari satu atau dua pasien dari setiap ribu dengan sakit kepala ketegangan akan ditemukan pelabuhan tumor intrakranial, dan dalam pengalaman kami, penemuan tumor telah paling sering disengaja (lihat lebih lanjut pada). (5) Dalam kelompok besar pasien, sakit kepala, bila berat, mengembangkan kualitas berdenyut, yang istilah ketegangan-ketegangan migrain atau sakit kepala vaskular-telah diterapkan (Lance dan Curran). Ini terutama terjadi pada pasien dengan sakit kepala harian berlarut-larut dan kronis. Pengamatan seperti ini cenderung mengaburkan perbedaan yang tajam antara migren dan sakit kepala ketegangan dalam beberapa kasus. Selama bertahun-tahun itu mengajarkan bahwa ketegangan sakit kepala yang disebabkan kontraksi berlebihan dari otot craniocervical dan penyempitan terkait dari arteri kulit kepala. Namun, tidak jelas bahwa salah satu dari mekanisme berkontribusi terhadap usul ketegangan sakit kepala, setidaknya dalam bentuk yang kronis. Sampai saat ini telah merasa bahwa pada kebanyakan pasien dengan sakit kepala tegang, otot-otot craniocervical cukup santai (palpasi) dan tidak menunjukkan bukti kontraksi terus-menerus ketika diukur dengan permukaan (EMG) rekaman elektromiografi. Anderson dan Frank tidak menemukan perbedaan dalam tingkat kontraksi otot antara migrain dan sakit kepala tegang. Namun, dengan menggunakan perangkat laser yang cerdik, Sakai et al telah melaporkan bahwa otot perikranium dan trapezius yang mengeras pada pasien dengan sakit kepala karena tegang. Baru-baru ini, oksida nitrat telah terlibat dalam asal-usul ketegangan-jenis sakit kepala, khususnya dengan menciptakan sensitisasi sentral untuk stimulasi sensorik dari struktur tengkorak. Dukungan kuat untuk konsep ini berasal dari beberapa laporan bahwa inhibitor oksida nitrat mengurangi kekerasan otot dan nyeri pada pasien dengan sakit kepala kronis ketegangan.
Faktor pencetus : -
Stress Psikologik
-
Ion Kalsium masuk kedalam sel
-
Gangguan tidur
-
Kontraksi berlebihan di otot kepala dan
-
Stress Fisik
-
Menghasilkan Neuro Peptida (Substansia
-
Vasokontriksi perifer
P)
-
Kadar CO2 dalam darah êêê
-
Dilatasi pembuluh darah Otak
-
Alkosis
-
Teraktivasi
-
Menganggu keseimbangan asam dan basa
-
Saraf Simpatis
-
Mengaktifasi Nosiseptor dan aktivitas
-
Metabolisme Anaerob
aferen gamma Trigeminus
-
Kekurangan Asupan Oksigen
-
Menyebabkan pernapasan Hiperventilasi
leher
dalam darah
2.Klasifikasi a.Tension Type Headache Episodik Tension Type Headache Episodik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu 1.
Tension Type Headache Episodik yang infrequent
2.
Tension Type Headache Episodik yang frequent
Tension Type Headache Episodik yang infrequent Deskripsi : Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menitsampai beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat denganintensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitasfisik rutin, tidak didapatkan mual, tetapi bisa terdapat fotofobia ataufonofobia. Kriteria Diagnosis : 1)
Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1hari/bulan (< 12 hari/tahun).
2)
Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3)
Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu : -
-Lokasi bilateral
-
-Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
-
-Intensitasnya ringan sampai sedang
-
-Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
4) Tidak didapatkan : -
-Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
-
-Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang infrequent diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu : 1)
Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang berhubungandengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnyanyeri tekan perikranial pada palpasi manual.
2)
Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
Tension Type Headache Episodik yang frequent Deskripsi : Nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat (tidak berdenyut), intensitas ringan sampai sedang, nyeri tidak bertambah padaaktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual / muntah, tetapi mungkinterdapat fotofobia atau fonofobia. Kriteria Diagnosis : 1)
Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulanselama paling tidak 3 bulan.
2)
Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3)
Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu : -
-Lokasi bilateral-Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
-
Intensitasnya ringan sampai sedang
4)
Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
Tidak didapatkan : -
-Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
-
-Lebih dari satu keluhan (fotofobia atau fonofobia).
Tension Type Headache Episodik yang frequent diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 1)
Tension Type Headache Episodik yang frequent yang berhubungandengan nyeri tekan perikranial. Hal ini
ditandai dengan meningkatnyanyeri tekan perikranial pada palpasi manual. 2)
Tension Type Headache Episodik yang frequent yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
b.Tension Type Headache Kronik (CTTH) Deskripsi : Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache Episodik (ETTH)dengan serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala lebih seringyang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat (tidak berdenyut) denganintensitas ringan sampai sedang, dan nyeri tidak bertambah pada aktifitasfisik rutin, kemungkinan terdapat mual fotofobia atau fonofobia ringan. Kriteria diagnostik : 1.
Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bulan, berlangsung > 6 bulan.
2.
Nyeri Kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus.
3.
Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu : - Lokasi bilateral - Menekan atau mengikat (tidak berdenyut) - Intensitasnya ringan sampai sedang
Komplikasi -
Rebound headache
Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat analgesia (aspirin, asetaminofen, dll) secara berlebihan.
Prognosis -
TTH menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan.
-
Nyeri dapat sembuh dengan perawatan, istirahat, dan dengan menyelesaikan masalah pasien (apabila disebabkan faktor psiskis).
-
Dapat sembuh dengan terapi obat analgesia dan mudah diobati sendiri.
-
Prognosis penyakit baik, dengan penatalaksanaan yang baik, maka > 90% pasien dapat disembuhkan.
Nyeri Kepala
E.
Manifestasi Klinis
Nyeri kepala yang dirasakan penderita tension headache sering dilaporkan sebagai serangan nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal atau bioksipital, atau seperti diikat sekeliling kepala. Nyeri ini juga dapat menjalar sampai ke bahu. Nyeri tidak berdenyut,tidak ada nausea, fotofobia dan fonofobia. Bila berlangsung lama pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol keras berbatas tegas dan nyeri tekan. Pada yang episodik pasien jarang berobat ke dokter karena sebagian besar sembuh dengan obat-obat analgetik bebas yang beredar dipasaran. Pada yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi. Ol eh sebab itu, perlu dievaluasi adanya stres kehidupan, pekerjaan, kebiasaan, sifat kepribadian tipe perfeksionis, kehidupan perkawinan, kehidupan sosial, seksual, dan cara pasien mengatasinya. Gejala lain yang dapat ditemukan seperti gangguan tidur (sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid. Keluhan emosi antara lain perasaan bersalah, putus asa, tidak berharga, takut sakit atau mati,dll. Keluhan psikis yaitu konsentrasi buruk, minat menurun, ambisi menurun atau hilang, daya i ngat buruk dan mau bunuh diri. Pa sien sering menghubungkan nyeri kepalanya secara tidak proposional dengan kejadian yang pernah dialaminya seperti kecelakaan, trauma, kematian orang yang dicintai bekas suntikan, tindakan operasi, kehilangan pekerjaan, atau masalah masalah lainnya.
F.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis dan dilihat dari manifestsi klinik yang ada berupa:
Dull, nyeri kepala
Sensasi sesak atau tekanan di dahi atau pada bagian samping dan belakang kepala
Kelembutan pada kulit kepala, otot bahu dan leher
Kadang-kadang, kehilangan nafsu makan
Sebuah sakit kepala tegang dapat berlangsung dari 30 menit sampai satu minggu. Penderita mungkin mengalami sakit kepala ini hanya kadang-kadang, atau hampir sepanjang waktu. Jika sakit kepala terjadi 15 hari atau lebih dalam sebulan setidaknya selama tiga bulan, maka dianggap kronis. Jika penderita memiliki sakit kepala yang terjadi kurang dari 15 kali dalam sebulan, sakit kepala tersebut dianggap episodik. Namun, penderita dengan sakit kepala episodik sering berada pada risiko lebih tinggi terkena sakit kepala kronis.
G.
Diagnosis Banding Diagnosis Banding Tension Headache yaitu; Cluster Headache, Migren headache, Abses Otak,
Encephalitis, Glaucoma Acute Angle-Closure,Meningitis, Otitis Media, Stroke, dan lain-lain.(9) Namun pada pembahasan ini akan dibahas Cluster headache dan Migrain Headache. 1.
Cluster headache
Cluster headache/nyeri kepala cluster adalah suatu sindrom nyeri kepala neurovascular yang khas dan dapat disembuhkan, walaupun insidensinya jauh lebih jarang daripada migren. Berbagai nama pernah digunakan untuk penyakit ini, termasuk nyeri kepala histamin, nyeri kepala Horton, nyeri kepala migrenosa, dan neuralgia nocturnal paroksismal. Tipe episodik adalah tipe tersering dan ditandai dengan satu sampai tiga serangan singkat nyeri periorbita per hari selama periode 4 sampai 8 minggu (clusters) diikuti oleh interval bebas-nyeri yang lamanya rata-rata 1 tahun.(1) Pola sakit kepala ini terjadi terutama pada pria dewasa muda (kisaran 20 sampai 50 tahun, laki-laki untuk -perempuan rasio 5:1) dan ditandai oleh lokalisasi orbital yang konsisten unilateral. Berikut ini dapat memicu serangan cluster: ·
Alkohol dan merokok
·
Tinggi ketinggian (trekking, perjalanan udara)
·
Terang cahaya (termasuk sinar matahari)
·
Pengerahan tenaga
·
Panas (cuaca panas, mandi air panas)
·
Tinggi nitrit makanan (seperti bacon dan daging diawetkan)
·
Obat-obat tertentu
·
Kokain
Patogenesis nyeri kepala cluster tidak diketahui. Tidak ada perubahan aliran darah serebrum yang konsisten yang dibuktikan menyertai serangan nyeri. Pada salah satu teori, patofisiologi dasar diperkirakan adalah sistem vascular trigeminus, jalur akhir bersama, dengan nyeri dipicu secara siklis oleh suatu pemacu (pacemaker) sentral yang terganggu. Pemacu mengalami modulasi oleh proyeksi-proyeksi rafe dorsal serotonergik. Dengan demikian, baik nyeri kepala migren maupun cluster mungkin disebabkan oleh kelainan neurotransmisi serotonergik, walaupun dengan lokasi berbeda.(1) Manifestasi klinis cluster headache, dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini. ·
Sakit kepala serangan selalu terjadi pada sisi kepala yang sama. Rasa sakit ini terutama dirasakan pada mata, dahi dan pelipis.
·
Rasa sakit mencapai maksimum dalam 10-20 menit. Setiap serangan berlangsung dari setengah jam sampai dua jam, serangan dapat terjadi "pada jadwal" pada waktu yang sama dari hari setiap hari (selama cluster), terutama pada malam hari.
·
Sejumlah serangan dapat terjadi "dalam seri" dalam periode 24-jam.
·
Rasa sakit ini sangat intens, sering berdenyut dan berdenyut-denyut.
·
Serangan biasanya disertai dengan temua objektif sebagai berikut: -
Sindrom Horner dari mata ipsilateral.
-
Sebuah red eye, berlinang air dan eritema periorbital.
-
terjadi peningkatan sekresi hidung sehingga hidung membesar.
-
Serangan muncul selama periode yang disebut "cluster," minggu abadi atau bulan, cluster bergantian dengan interval bulan attackfree abadi atau tahun.
Patofisiologi
Patofisiologi dari cluster headache belum sepenuhnya dimengerti. Periodisitasnya dikaitkan dengan pengaruh hormon pada hipotalamus (terutama nukleus suprachiasmatik). Baru-baru ini neuroimaging fungsional dengan positron emision tomografi (PET) dan pencitraan anatomis dengan morfometri voxel-base telah mengidentifikasikan bagian posterior dari substansia grisea dari hipotalamus sebagai area kunci dasar kerusakan pada cluster headache.
Nyeri pada cluster headache diperkirakan dihasilkan pada tingkat kompleks perikarotid/sinus kavernosus. Daerah ini menerima impuls simpatis dan parasimpatis dari batang otak, mungkin memperantarai terjadinya fenomena otonom pada saat serangan. Peranan pasti dari faktor-faktor imunologis dan vasoregulator, sebagaimana pengaruh hipoksemia dan hipokapnia pada cluster headache masih kontroversial.
(2)
Penyebab
Penyebab cluster headache masih belum diketahui. Cluster headache sepertinya tidak berkaitan dengan penyakit lainnya pada otak.
(3)
Berdasarkan jangka waktu periode cluster dan periode remisi, international headache society telah mengklasifikasikan cluster headache menjadi dua tipe : 1.
Episodik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode cluster selanjutnya.
2.
Kronik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari dua minggu.
(1)
Sekitar 10 sampai 20 % orang dengan cluster headache mempunyai tipe kronik. Cluster headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan episodik atau dapat berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat sakit kepala sebelumnya. Beberapa orang mengalami fase episodik dan kronik secara bergantian. Para peneliti memusatkan pada mekanisme yang berbeda untuk menjelaskan karakter utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat keluarga dengan cluster headache pada penderita, yang berarti ada kemungkinan faktor genetik yang terlibat. Beberapa faktor dapat bekerja sama menyebabkan cluster headache.
(1)
Pemicu Cluster Headache
Tidak seperti migraine dan sakit kepala tipe tension, cluster headache umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormonal atau stress. Namun pada beberapa orang dengan cluster headache adalah merupakan peminum berat dan perokok berat. Setelah periode cluster dimulai, konsumsi alkohol dapat memicu sakit kepala yang sangat parah dalam beberapa menit. Untuk alasan ini banyak orang dengan cluster headache menjauhkan diri dari alkohol selama periode cluster. Pemicu lainnya adalah penggunaan obat-obatan seperti nitrogliserin, yang digunakan pada pasien dengan penyakit jantung. Permulaan periode cluster seringkali setelah terganggunya pola tidur yang normal, seperti pada saat liburan atau ketika memulai pekerjaan baru atau jam kerja yang baru. Beberapa orang dengan cluster headache juga mengalami apnea pada saat tidur, suatu kondisi dimana terjadinya kolaps sementara pada dinding tenggorokan sehingga menyumbat jalan nafas berulang kali pada saat tidur.
(1)
Peningkatan Sensitivitas dari Jalur Saraf
Nyeri yang sangat pada cluster headache berpusat di belakang atau di sekitar mata, di suatu daerah yang dipersarafi oleh nervus trigeminus, suatu jalur nyeri utama. Rangsangan pada saraf ini menghasilkan reaksi abnormal dari arteri yang menyuplai darah ke kepala. Pembuluh darah itu akan berdilatasi dan menyebabkan nyeri.
Beberapa gejala dari cluster headache seperti mata berair, hidung tersumbat dan atau berair, serta kelopak mata yang sulit diangkat melibatkan sistem saraf otonom. Saraf yang merupakan bagian dari sistem ini membentuk suatu jalur pada dasar otak. Ketika saraf trigeminus di aktivasi, menyebabkan nyeri pada mata, sistem saraf otonom juga diaktivasi dengan apa yang disebut refleks trigeminal otonom. Para peneliti percaya bahwa masih ada proses yang belum diketahui yang melibatkan peradangan atau aktivitas pembuluh darah abnormal pada daerah ini yang mungkin terlibat menyebabkan sakit kepala.
(1)
Fungsi Abnormal dari Hipotalamus
Serangan cluster biasanya terjadi dengan pengaturan seperti jam 24 jam sehari. Siklus periode cluster seringkali mengikuti pola musim dalam satu tahun. Pola ini menunjukkan bahwa jam biologis tubuh ikut terlibat. Pada manusia jam biologis terletak pada hipotalamus yang berada jauh di dalam otak. Dari banyak fungsi hipotalamus, bagian ini mengontrol siklus tidur bangun dan irama internal lainnya. Kelainan hipotalamus mungkin dapat menjelaskan adanya pengaturan waktu dan siklus pada cluster headache. Penelitian telah menemukan peningkatan aktivitas di dalam hipotalamus selama terjadinya cluster headache. Peningkatan aktivitas ini tidak ditemukan pada orang-orang dengan sakit kepala lainnya seperti migraine. Penelitian juga menemukan bahwa orang-orang yang mempunyai tingkat hormon tertentu yang abnormal, termasuk melatonin dan testoteron, kadar hormon tersebut meningkat pada periode cluster. Perubahan hormon-hormon tersebut dipercayai karena ada masalah pada hipotalamus. Peneliti lainnya menemukan bahwa orang-orang dengan cluster headache mempunyai hipotala mus yang lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki cluster headache. Namun masih belum diketahui mengapa bisa terjadi kelainankelainan semacam itu.
(1)
Tanda dan Gejala
Cluster headache menyerang dengan cepat, biasanya ta npa peringatan. Dalam hitungan menit nyeri yang sangat menyiksa berkembang. Rasa nyeri tersebut biasanya berkembang pada sisi kepala yang sama pada periode cluster, dan terkadang sakit kepala menetap pada sisi tersebut seumur hidup pasien. Jarang sekali rasa nyeri berpindah ke sisi lain kepala pada periode cluster selanjutnya. Jauh lebih jarang lagi rasa nyeri berpindahpindah setiap kali terjadi serangan. Rasa nyeri pada cluster headache seringkali digambarkan sebagai suatu nyeri yang tajam, menusuk, atau seperti terbakar. Orang-orang dengan kondisi ini mengatakan bahwa rasa sakitnya seperti suatu alat pengorek yang panas ditusukkan pada mata atau seperti mata di dorong keluar dari tempatnya.
(1)
Gelisah
Orang-orang dengan cluster headache tampak gelisah, cenderung untuk melangkah bolak-balik atau duduk sambil menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang untuk mengurangi rasa sakit. Mereka mungkin dapat menekan tangannya pada mata atau kepala atau meletakkan es ataupun kompres hangat pada daerah yang sakit. Berlawanan dengan orang-orang dengan migraine, orang-orang dengan cluster headache biasanya menghindari untuk berbaring pada masa serangan karena sepertinya posisi ini hanya menambah rasa sakit. Banyak orang dengan cluster headache memilih untuk sendirian. Mereka mungkin tetap berada di luar rumah bahkan pada cuaca yang sangat dingin, selama masa serangan. Mereka mungkin berteriak, membenturkan kepala ke dinding atau melukai dirinya sendiri untuk mengalihkan perhatian dari sakit yang tidak tertahankan. Beberapa orang menyatakan pengurangan rasa sakit dengan berlatih, seperti lari di tempat atau melakukan shit-up atau push-up. Mata Berair dan Hidung Tersumbat
(1)
Cluster headache selalu dipicu oleh respon sistem saraf otonom. Sistem ini mengontrol banyak aktivitas vital tanpa disadari dan kita tidak harus memikirkan apa yang dilakukannya. Contohnya, sistem saraf otonom mengatur tekanan darah, denyut jantung, keringat dan suhu tubuh. Respon tersering sistem otonom pada cluster headache adalah keluarnya air mata berlebihan dan mata merah pada sisi yang sakit. Tanda dan gejala lainnya yang mungkin bersamaan dengan cluster headache antara lain : a)
Lubang hidung tersumbat atau berair pada sisi kepala yang terserang.
b)
Kemerahan pada muka.
c)
Bengkak di sekitar mata pada sisi wajah yang terkena.
d)
Ukuran pupil mengecil.
e)
Kelopak mata sulit untuk dibuka.
Beberapa gejala-gejala seperti migraine termasuk mual, fotofobia dan fonofobia, serta aura dapat terjadi pada cluster headache. Karakteristik Periode Cluster
Suatu periode cluster umumnya berlangsung antara 2 sampai 12 minggu. Periode cluster kronik dapat berlanjut lebih dari satu tahun. Tanggal permulaan dan jangka waktu dari tiap-tiap periode cluster seringkali dengan sangat mengagumkan konsisten dari waktu ke waktu. Untuk kebanyakan orang, periode cluster dapat terjadi musiman, sperti tiap kali musim semi atau tiap kali musim gugur. Adalah biasa untuk cluster bermula segera setelah salah satu titik balik matahari. Seiring dengan waktu periode cluster dapat menjadi lebih sering, lebih sulit untuk diramalkan, dan lebih lama. Selama periode cluster, sakit kepala biasanya terjadi tiap hari, terkadang beberapa kali sehari. Suatu serangan tunggal rata-rata berlangsung 45 sampai 90 menit. Serangan terjadi pada waktu yang sama dalam tiap 24 jam. Serangan pada malam hari lebih sering daripada siang hari, seringkali berlangsung 90 menit sampai 3 jam setelah tertidur. Waktu tersering terjadinya serangan adalah antara jam satu sampai jam dua pagi, antara jam satu sampai jam tiga siang dan sekitar jam sembilan malam. Cluster headache dapat menakutkan penderita serta orang-orang di sekitarnya. Serangan yang sangat membuat lemah sepertinya tak tertahankan. Namun nyerinya seringkali hilang mendadak sebagaimana ia di mulai, dengan intensitas yang menurun secara cepat. Setelah serangan, kebanyakan orang bebas sepenuhnya dari rasa sakit namun mengalami kelelahan. Kesembuhan sementara selama periode cluster dapat berlangsung beberapa jam sampai sehari penuh sebelum serangan selanjutnya. Etiologi
Penyebab pasti sakit kepala cluster tidak diketahui, tetapi ketidak normalan pada hypothalamus sepertinya berperan. Serangan cluster terjadi seperti rutinitas harian, dan siklus periode cluster sering mengikuti musim dalam setahun. Pola ini menunjukkan pola jam biologis tubuh terlibat. Pada manusia, jam biologis tubuh terdapat pada hypothalamus, yang berada di dalam pada tengah otak. Ketidaknormalan hypothalamus menerangkan waktu dan siklus alami sakit kepala cluster. Penelitian mendeteksi peningkatan aktifitas pada hypothalamus menajdi sumber sakit kepala cluster. Faktor lain yang mungkin juga terlibat adalah:
Hormon
Orang dengan sakit kepala cluster memiliki ketidaknormalan tingkat hormon tertentu, seperti melatonin dan cortisol, terjadi saat periode cluster.
Neurotransmitter
Berubahnya tingkat beberapa reaksi kimia yang membawa impuls syaraf pada otak (neurotransmitter), seperti serotonin, mungkin memiliki peran dalam tumbuhnya sakit kepala cluster. Tidak seperti migrain atau sakit kepala karena ketegangan, sakit kepala cluster umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormon ata u stress. Tapi sekali periode cluster mulai, mengkonsumsi alkohol dapat dengan cepat memicu pecahnya sakit kepala karena alkohol adalah pemicu tercepat terjadinya sakit kepala selama periode klaster dan juga dapat memiliki efek bahkan sebelum minuman pertama selesai. Untuk alasan ini, banyak orang dengan sakit kepala cluster menghindari alkohol pada saat durasi periode cluster. Pemicu lain yang mungkin juga termasuk adalah penggunaan obat medis, seperti nitroglycerin, obat yang digunakan untuk penyakit jantung Diagnosis
Cluster headache mempunyai ciri khas tipe nyeri dan pola serangan. Suatu diagnosis tergantung kepada gambaran dari serangan, termasuk nyeri, lokasi dan keparahan sakit kepala, dan gejala-gejala lainnya yang terkait. Frekuensi dan lama waktu terjadinya sakit kepala juga merupakan faktor yang penting.
(1)
Keterlibatan fenomena otonom yang jelas adalah sangat penting pada cluster headache. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah rinorea dan hidung tersumbat ipsilateral, lakrimasi, hiperemi pada konjungtiva, diaforesis pada wajah, edema pada palpebra dan sindrom Horner parsial atau komplit, takikardia juga sering ditemukan.
(2)
Pemeriksaan neurologis dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda dari cluster headache. Terkadang pupil terlihat lebih kecil atau palpebra terjatuh bahkan diantara serangan.Cluster headache adalah suatu diagnosis klinis, pada kasus-kasus yang jarang lesi struktural dapat menyerupai gejala-gejala dari cluster headache, menegaskan perlunya pemeriksaan neuroimaging. Uji yang dilakukan adalah CT- Scan dan MRI. Terapi
Tidak ada terapi untuk menyembuhkan cluster headache. Tujuan dari pengobatan adalah menolong menurunkan keparahan nyeri dan memperpendek jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk cluster headache dapat dibagi menjadi obat-obat simtomatik dan profilaktik. Obta-obat simtomatik bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi rasa nyeri setelah terjadi serangan cluster headache, sedangkan obatobat profilaktik digunakan untuk mengurangi frekuensi dan intensitas eksaserbasi sakit kepala. Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat pengobatan simtomatik harus mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat diberikan segera, biasanya menggunakan injeksi atau inhaler daripada tablet per oral.
(1,2)
Pengobatan simtomatik termasuk : 1.
Oksigen. Menghirup oksigen 100 % melalui sungkup wajah dengan kapasitas 7 liter/menit memberikan kesembuhan yang baik pada 50 sampai 90 % orang-orang yang menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih efektif. Efek dari penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar 15 menit. Kerugian utama dari penggunaan oksdigen ini adalah pasien harus membawa-bawa tabung oksigen dan pengaturnya, membuat pengobatan dengan cara ini menjadi tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu. Terkadang
oksigen mungkin hanya menunda daripada menghentikan serangan dan ra sa sakit tersebut akan kembali. 2.
Sumatriptan. Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga efektif digunakan pada cluster headache. Beberapa orang diuntungka n dengan penggunaan sumatriptan dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk menentukan keefektifannya.
3.
Ergotamin. Alkaloid ergot ini menyebabkan vasokontriksi pada otot-otot polos di pembuluh darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan intra vena bekerja lebih cepat daripada inhaler dosis harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek samping terutama mual, serta hati-hati pada penderita dengan riwayat hipertensi.
4.
Obat-obat anestesi lokal. Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi kurang permeabel terhadap ion-ion. Hal ini mencegah pembentukan dan penghantaran impuls saraf, sehingga menyebabkan efek anestesi lokal. Lidokain intra nasal dapat digunakan secara efektif pada serangan cluster headache. Namun harus berhati-hati jika digunakan pada pasien-pasien dengan hipoksia, depresi pernafasan, atau bradikardi.
(1,2)
Obat-obat profilaksis : 1.
Anti konvulsan. Penggunaan anti konvulsan sebagai profilaksis pada cluster headache telah dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat ini untuk mencegah cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja dengan mengatur sensitisasi di pusat nyeri.
2.
Kortikosteroid. Obat-obat kortikosteroid sangat efektif menghilangkan siklus cluster headache dan mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selam beberapa hari selanjutnya diturunkan perlahan. Mekanisme kerja kortikosteroid pada cluster headache masih belum diketahui.
(2)
Pembedahan
Pembedahan di rekomendasikan pada orang-orang dengan cluster headache kronik yang tidak merespon dengan baik dengan pengobatan atau pada orang-orang yang memiliki kontraindikasi pada obatobatan yang digunakan. Seseorang yang akan mengalami pembedahan hanyalah yang mengalami serangan pada satu sisi kepal saja karena operasi ini hanya bisa dilakukan satu kali. Orang-orang yang mengalami serangan berpindah-pindah dari satu sisi ke sisi yang lain mempunyai resiko kegagalan operasi. Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati cluster headache. Prosedur yang dilakukan adalah merusak jalur saraf yang bertanggungjawab terhadap nyeri. Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya radio frekuensi pericutaneus, gangliorhizolisis trigeminal, rhizotomi) telah terbukti berhasil mengobati cluster headache. Namun demikian terjadi efek samping berupa diastesia pada wajah, kehilangan sensoris pada kornea dan anestesia dolorosa. Pembedahan dengan menggunakan sinar gamma sekarang lebih sering digunakan karena kurang invasif. Metode baru dan menjanjikan adalah penanaman elektroda perangsang dengan menggunakan penunjuk jalan stereostatik di bagian inferior hipotalamus. Penelitian menunjukkan bahwa perangsangan hipotalamus pada pasien dengan cluster headache yang par ah memberikan kesembuhan yang komplit dan tidak ada efek samping yang signifikan.
(1,2)
Pencegahan
Karena penyebab dari cluster headache masih belum diketahui dengan pasti kita belum bisa mencegah terjadinya serangan pertama. Namun kita dapat mencegah sakit kepala ulangan yang lebih berat. Penggunaan obat-obat preventif jangka panjang lebih menguntungkan dari yang jangka pendek. Obat-obat preventif jangka panjang antara lain adalah penghambat kanal kalsium dan kanal karbonat. Sedangakan yang jangka pendek termasuk diantaranya adalah kortikosteroid, ergotamin dan obat -obat anestesi lokal.
(1,2,3)
Menghindari alkohol dan nikotin dan faktor resiko lainnya dapat membantu mengurangi terjadinya serangan.
(1,2)
Prognosis
-
80 % pasien dengan cluster headache berulang cenderung untuk mengalami serangan berulang.
-
Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada 4 sampai13 % penderita.
-
Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita, terutama pada cluster headache tipe episodik.
-
Umumnya cluster headache adalah masalah seumur hidup.
-
Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.
Migren Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh nyeri kepala unilateral dan kadang-kadang bilateral yang dapat disertai muntah dan gangguan visual. Nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Sifat Nyeri, ialah berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, semakin terasa berat dengan adanya aktivitas. (11) Secara umum migrain dapat dibagi dalam: 1.
Migren tanpa aura (Migren Umum), pada migren yang jenis ini tidak ditemukan aura, tetapi dapat
ditemukan gejala prodormal seperti mengantuk, perubahan mood, dan rasa lapar. 2.
Migren dengan aura (migren klasik), pada migren jenis ini nyeri kepala didahului oleh adanya gejala
neurologi fokal yang berlangsung sementara atau disebut juga aura. Gejala visual meliputi pandangan gelap yang berupa kilasan gelap yang cepat. Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit, dimana setelah itu timbul nyeri kepala. Nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk dan lebih berat jika batuk, mengejan atau membungkuk. Nyeri kepala terjadi selama beberapa jam, umumnya antara 4 hingga 72 jam. Pasien lebih suka berbaring di ruangan yang gelap dan tidur. Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, pucat dan dieresis. Faktor-faktor pencetus yang dapat menimbulkan migrain adalah: 2.
Perubahan hormon. Estrogen dan progesteron merupakan hormon utama yang berkaitan dengan
serangan migren. Penurunan konsentrasi estrogen dan progesteron pada fase Luteal siklus menstruasi merupakan saat terjadinya serangan migren. Nyeri kepala migrain dipicu oleh turunnya kadar 17-b estradiol plasma saat akan haid. 3.
Makanan. Makanan yang sering menyebabkan nyeri kepala pada beberapa orang antara lain: Makanan
yang bersifat vasodilator (histamin, contoh anggur merah, natrium nitrat), vasokonstriktor (tiramin, contoh; keju; feniletilamanin, contoh; coklat, kafein), dan zat tambahan pada makanan (natrium nitrit, mososodium glutamat/MSG dan aspartam). 4.
Stress
5.
Rangsangan sensoris misalanya bau menyegat seperti tinner dan asap rokok.
Migrain dan nyeri kepala tipe tegang memiliki beberapa karakteristik yang mirip, tetapi terdapat beberapa perbedaan penting: ·
Sifat nyeri pada migrain biasanya berdenyut, sementara pada nyeri kepala tipe tegang biasany stabil
·
Nyeri pada migrain sering hanya mempengaruhi satu sisi kepala, sedangkan pada tension headache,biasanya mempengaruhi kedua sisi kepala
·
Keluhan nyeri kepala disertai mual atau muntah, kepekaan terhadap cahaya dan suara, atau aura ditemukan hanya pada nyeri kepala Migren.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa migrain dan tension headache mungkin terkait. H.
Penatalaksanaan Obat-obat yang digunakan dapat digolongkan dalam dua kelompok. Pertama obat-obat yang
dinamakan “psychotropic drugs” yang mencakup itensiolytics, anxioly tics, dan antidepressants. Dan kelompok kedua ialah kelompok obat-obat yang menghilangkan ‘sakit’ yang bervariasi antara analgetika dan spasmamolitika. Dosis psychotropic drugs bagi penderita psikoneurosis jauh l ebih rendah daripada untuk penderita psikosis. Sukses pengobatan dengan psychotropic drugs bagi penderita psikoneurosis terl etak pada dosis dan jenis obat yang relevan dan sesuai dengan keadaan efektif yang hendak diperbaiki. I.
Komplikasi
Rebound headache Nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat analgesia (aspirin, asetaminofen, dll) secara berlebihan. J.
Prognosis(1) Karena etiologi penyebab tension headache ini kebanyakan oleh keadaan-keadaan stress temporer,
rasa cemas, serta kelelahan yang menyebabkan tegangan otot yang berlebihan, maka prognosisnya ialah baik dan dapat sembuh dengan keadaan rileks serta beristiraha PENATALAKSANAAN a. Migren
Terdiri dari 2 macam, yaitu: 1.
Pengobatan akut/segera (abortif). Jenis obat yang dipakai adalah:
Aspirin dan NSAID dosis tinggi (900 mg) untuk serangan ringan serta sedang.
Kombinasi analgesik dan antiemetik, contoh: aspirin dengan metoklopramid atau parasetamol dengan domperidon untuk serangan ringan sampai sedang.
Analgesik yang mengandung opiat, contoh: almotriptan, eletriptan, frovatriptan, naratriptan, sumatriptan, rizatriptan, zolmitriptan yang terdapat dalam bentuk sediaan oral, semprotan hidung, subkutan, dan rektal supositoria. Sediaan oral sesuai untuk intensitas nyeri kepala ringan sampai sedang untuk menjaga absorbsinya. Obat ini harus diberikan dengan dosis optimal dan sebaiknya
diulang setiap 2 jam (untuk naratriptan setiap 4 jam), sampai nyeri kepala hilang sepenuhnya atau telah mecapai dosis maksimal. Golongan triptan sebaiknya tidak digunakan dalam 24 jam setelaj pemakaina triptan jenis lain.
Dihidroergotamin (DHE) untuk semua jenis serangan.
1.
Pengobatan preventif (profilaksis). Macam-macam obat pilihan pertama yang dianggap efektif dalam pengobatan preventif adalah:
Penyekat-ß misalnya atenolol, bisoprolol, metoprolol, nadolol, propanolol, dan timolol.
Pemakaian penyekat –β dikontraindikasikan pada sinus bradikardi, penyakit paru obstruktif (asma), dan DM.
Antagonis serotonin (5-HT2), misalnya: metisergid dan siproheptadin.
Antidepresan trisiklik, misalnya amitriptilin.
Penyekat-Ca, misalnya: flunarisin dan verapramil
Meningkatkan ambang rangsang nyeri .
Antikomvulsan, misalnya:Na valproat dan topiramat.
b. Tension type headache (Nyeri kepala tegang)
Terapi Non-farmakologi
melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit
perubahan posisi tidur
pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain
Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televisi
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik
Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis
memicu rebound headache
c. Cluster
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis) Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral Obat-obat terapi abortif:
Oksigen
Dosis sama dengan dosis untuk migrain
Ergotamin
Sumatriptan
Obat-obat untuk terapi profilaksis:
Verapamil
Metisergid
Litium
Kortikosteroid
Ergotamin
Topiramat
Terapi Nonfarmakologi headache:
Terapi Akupuntur
Penggunaan akupuntur dilakukan di titik-titik yang direkomendasikan menggunakan 10 sampai 12 jarum, 30 menit per minggu, selama 10 hingga 12 minggu.
Latihan fisik
Latihan fisik mengurangi intensitas dan ba hkan membebaskan sakit kepala sebagian pasien hingga enam bulan. Selain itu juga bisa dilakukan latihan olahraga yang mengarah pada otot-otot bahu dan leher, masingmasing selama 100 kali, dan ditambah pula dengan mengayuh sepeda ergonomik serta peregangan.
Latihan relaksasi
Latihan relaksasi mencakup latihan pernapasan, teknik mengendalikan stres, serta bagaimana bersikap rileks selama beraktivitas dan dalam menjalani hidup sehari-hari.
Anamnesis khusus dengan keluhan utama nyeri kepala meliputi : 1. Jenis nyeri.
-pindah,tegang, seperti
ditusuk-tusuk) 2.Kapan nyeri (keadaan khusus yang menyebabkan nyeri)
Cluster headache (nyeri sewaktu tidur atau baru bangun tidur), tension headache(lebih sering siang dan sore hari, rangsangan emosi), migren (cahaya, cuaca, alkohol),neuralgia trigeminal (tercetus waktu menelan, bicara, sikat gigi), penyakit sinus (ISPA,pergantian musim, alergi) 3.Awitan (onset) Sudah berapa lama nyeri berlangsung? Kronis (tension headace, post trauma, neurosis, sinusitis) Akut (perdarahan non trauma, meningitis, glaucoma, stroke) 4.Frekuensi (periodesitas)
Apakah nyerinya berlangsung terus menerus atau hilang timbul? Terus menerus (tension headache), episode (migren)
Berapa lama nyeri kepala tersebut berlangsung? Migren (dalam jam), tension headache (hari-bulan), neuralgia trigeminal(menyengat, detik-menit)5.
Lokasi nyeri Di kepala bagian mana letak nyeri tersebut?Seluruh kepala, tengkuk (tension Headache) , sekitar mata (Cluster), separuhkepala (migren), menetap pada satu lokasi (tumor)6.
Kualitas dan intensitas Bagaimana kualitas dan intensitas dari sakit kepala yang anda rasakan? Migren (denyut hebat, susah bekerja), cluster headache (denyut seperti bor), tensionheadache (seperti memakai topi baja berat)
Apakah kualitas dan intensitasnya bertambah?Progresif (tumor)
7.Gejala penyerta Apakah ada gejala lain yang menyertai nyeri kepala tersebut? Migren (muntah, vertigo, diplopia), Cluster (ptosis ipsi lateral, miosis, konjungtivamerah), tension headache (fotofobia), muntah, dan defisit neurologi. Riwayat penyakit dahulu 1.Apakah anda pernah menderita sakit kepala seperti ini sebelumnya? 2.Apakah anda memiliki riwayat hipertensi (darah tinggi)? 3.Jika menderita hipertensi, apakah anda meminum obat secara teratur? Riwayat penyakit keluarga 1.Apakah ada anggota keluarga lain yang sering sakit kepala seperti anda? 2.Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita stroke, hipertensi? Tanyakan pula tentang faktor presipitasi, pola tidur, faktor emosional/ stress,riwayat keluarga, riwayat trauma kepala, riwayat operasi, riwayat alergi,prahaid (pada wanita), riwayat pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang,vasodilator, dll)Keluhan yang sebaiknya diperhatikan lebih lanjut ialah yang bersifat :
Nyeri kepala yang pertama atau terberat dirasakan selama ini, apalagi bila bersifatakut dan disertai gangguan neurologik.
Nyeri kepala subakut yang memberat secara progresif dalam beberapa hari/minggu.
Nyeri kepala yang disertai demam, mual dan muntah yang tidak berkaitan denganpenyakit sistemik.
Nyeri kepala disertai gangguan neurologik fokal, papil-edema, gangguan/perubahankesadaran dan/atau kaku kuduk.