ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “FT” P2002Ab000 POST PARTUM PARTUM POST SECTIO CAESSA REA TRAN S
PERITONIAL (SCTP) HARI KE-5 DENGAN INFECTION DENG AN WOUND INFECTION
DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL PASURUAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Bidan di RSUD Bangil Pasuruan
Oleh: Cyntia Risas Isella 105070607111017
PROGRAM PENDIDIKAN PRA PROFESI BIDAN FAKULTA FAKULTAS S KEDOKTERAN KEDOKTER AN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh Pembimbing Praktik dan Pembimbing Akademik di RSUD RSUD Bangil Pasuruan. Pasuruan.
Bangil, Maret 2014
Mahasiswa,
Cyntia Risas ISella NIM. 105070607111017 105070607111017
Pembimbing Praktik
Pembimbing Akademik
Ero Pujiati, SST
Era Nurisa W., SST., SST., MKes
NIP. NIP. 19640623 198409 2 001
NIK. 140380628
Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Brawijaya
dr. Nooryanto, Sp.OG(K) NIP. 19671103 200001 1 001
KATA KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Segala puji bagi Allah SWT pemilik sifat kesempurnaan, keagungan, serta k ekuasaan dalam menggerakkan hati setiap hamba-Nya, Dzat yang telah memberikan hidayah dan kemudahan kepada penyusun dalam menyelesaikan ASKEB yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny. FT P 2002 Ab000 Post Partum SCTP Hari Hari Ke-5 dengan Wound Infection di Infection di Ruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan.” Penyusun menyadari bahwa Kegiatan Praktek Klinik di Ruang Nifas Bangil Pasuruan serta penyusunan ASKEB dapat berjalan dengan lancar atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Agung Basuki, M.Kes. selaku Direktur RSUD Bangil Pasuruan. 2. dr. Edy Santoso SpOG (K) selaku Dokter Maternitas di RSUD Bangil Pasuruan. 3. Ero Pujiati, SST. selaku selaku Kepala Kepala VK Bawah dan dan Pembimbing Praktik Praktik di RSUD Bangil Bangil Pasuruan yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun untuk mengasah dan menerapkan keterampilan kami dalam memberikan asuhan kebidanan. 4. Dr. dr. Karyono Mintaroem, Mintaroem, SpPA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Kedokteran Universitas Universitas Brawijaya yang telah memberi penyusun kesempatan untuk menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Brawijaya. 5. dr. M. Nooryanto, Nooryanto, SpOG (K) selaku Ketua Program Program Studi S1 Kebidanan Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberi penyusun kesempatan untuk menuntuk ilmu di S1 Kebidanan dan senatiasa memberi masukan serta nasehat. 6. Tri Novi Kurnia Kurnia W, SST., M.Kes selaku selaku Koordinator Pembimbing Pembimbing Akademik Akademik yang dari dari awal masuk perkuliahan hingga penyusun penulis melakukan praktik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang selalu mendampingi, memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada penyusun. 7. Dewi Ariani, Ariani, SST., MPH dan Tri Novi Kurnia Kurnia W, SST., M.Kes selaku Pembimbing Pembimbing Akademik atas bimbinganny bimbingannya a selama praktik pra klinik. 8. Seluruh staf di RSUD Bangil Pasuruan yang telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada penyusun selama menjalani program pendidikan profesi bidan. 9. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan pengorbanan baik moriil maupun materiil. 10. Teman-teman Kelompok 23 S1 Kebidanan FKUB yang selalu bekerja sama, saling memberikan semangat dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa metode penyusunan atau penyajian ASKEB masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan masukan dari semua pihak agar ke depannya bisa lebih baik lagi.
Bangil, Maret 2014
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Namun, seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan, dimulai dengan kehamilan, persalinan, dan dilanjutkan dengan masa nifas yang merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi. Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. Masa nifas post Sectio Caessarea dapat menimbulkan beberapa komplikasi meliputi infeksi puerpurium (salah satunya ialah infeksi luka post SC ), ), perdarahan, luka kandung kemih, emboli paru, rupture uteri, rupture uteri, kematian maternal dan perinatal. Infeksi luka operasi (ILO) merupakan komplikasi yang sering terjadi pada ibu nifas post SC . ILO atau dalam istilah asing disebut Wound Infection Infection sering menimbulkan rasa nyeri pada luka post SC sehingga mengurangi rasa nyaman. Selain itu, dengan adanya komplikasi lain yang menyertai membuat ibu nifas memerlukan perawatan khusus yang tidak hanya bisa dilakukan dengan rawat jalan melainkan rawat inap. Pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas serta mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum Mampu
memberikan
asuhan
kebidanan
dengan
menggunakan
manajemen
kebidanan yang tepat pada klien dengan kasus post partum Post SCTP disertai Wound Infection. Infection.
1.2.2
Tujuan Khusus -
Mampu menguraikan menguraik an konsep dasar dan manajemen kebidanan pada klien dengan post dengan post partum post post SCTP disertai disertai Wound Infection. Infection.
-
Mampu mengidentifikasi mengidentif ikasi masalah, diagnosa, dan kebutuhan pada klien dengan post partum post SCTP SCTP disertai Wound disertai Wound Infection. Infection.
-
Mampu mengantisipasi mengantisipa si masalah potensial pada klien dengan post partum post SCTP disertai disertai Wound Infection. Infection.
-
Mampu mengidentifikasi mengident ifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien dengan post partum post SCTP disertai disertai Wound Infection. Infection.
-
Mampu mengimplementasikan mengimpleme ntasikan intervensi yang telah direncanakan direncanaka n pada klien dengan post dengan post partum post post SCTP disertai disertai Wound Infection. Infection.
-
Mampu mengevaluasi mengevaluas i setiap tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan post partum post SCTP SCTP disertai disertai Wound Infection. Infection.
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Masa Nifas 2.1.1 Definisi
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
Masa nifas dimulai dimulai setelah kelahiran kelahiran plasenta dan berakhir berakhir ketika ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
Masa nifas nifas adalah masa setelah setelah seorang ibu melahirkan melahirkan bayi bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu.
2.1.2 Klasifikasi a. Puerperium Dini Puerpurium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari, b. Puerperium Intermedial Puerpurium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Remote Puerperium Remote puerpurium puerpurium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. 2.1.3 Tujuan Perawatan Masa Nifas a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis. b. Melaksanakan screening yang yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana,
menyusui,
pemberian
imunisasi
kepada
bayinya,
dan
perawatan bayi sehat. d. Memberikan pelayanan pelayanan KB. 2.1.4 Perubahan-perubahan yang Penting pada Masa Nifas a) Involusi Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu atau mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya. 1. Pada saat bayi bayi lahir, fundus uteri setinggi setinggi pusat pusat dengan berat 1000 gram. 2. Pada akhir akhir kala III, TFU teraba teraba 2 jari jari di bawah bawah pusat. pusat. 3. Pada 1 minggu post partum, partum, TFU teraba pertengahan pusat simfisis dengan berat 500 gram. 4. Pada 2 minggu post partum, partum, TFU teraba di atas simfisis dengan berat 350 gram. 5. Pada 6 minggu post partum, partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat 50 gram. Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain: 1) Autolysis Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibra elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan k ehamilan.. 2) Atrofi Jaringan Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. 3) Efek Oksitosin (Kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar
hipofisis
memperkuat
dan
mengatur
kontraksi
uterus,
mengompresi
pembuluh darah, dan membantu proses homeostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu
mengurangi
bekas
luka
tempat
implantasi
plasenta
dan
mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. b) Luka-luka jalan jalan lahir bila tidak tidak disertai dengan infeksi infeksi akan sembuh dalam dalam waktu 6-7 hari. c) Lochea
Lochea Rubra Lochea Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
Lochea Sanguinolenta Lochea Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post ke-7 post partum. partum.
Lochea Serosa Lochea Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi palsenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
Lochea Alba Lochea Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea Lochea alba ini dapat berlangsung Selama 2-6 minggu post minggu post partum. partum.
Lochea Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
Locheastasis Lochea tidak lancar keluarnya.
d) Serviks Setelah persalinan, bentuk servks adak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadan k adang-kadang g terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 7 jari. e) Payudara
Keluar kolostrum
Hiperpigmentasi areola mammae
f)
Buah dada agak bengkak dan membesar
Perineum Luka pada vagina dan serviks yang tidak luas akan sembuh primer. Bila dilakukan episiotomi akan terjadi nyeri pada luka perineum, menyebabkan ibu takut BAB dan perih saat kencing.
2.1.5 Patofisiologi Secara normal, setelah bayi lahir uterus akan mengecil secara mendadak dan akan berkontraksi untuk melahirkan plasenta, menghentikan perdarahan yang terjadi pada bekas insersi plasenta dengan menjepit pembuluh darah (disebut “living ligatures of the uterus” ) pada tempat tersebut. Apabila mekanisme ini tidak terjadi atau terdapat sesuatu yang menghambat menghambat mekanisme ini (adanya sisa plasenta, adanya selaput plasenta yang tertinggal, adanya bekuan darah, dsb.) akan terjadi perdarahan akibat lumen pembuluh darah pada bekas insersi plasenta tidak tertutup atau tertutup tidak optimal. Perdarahan juga dapat terjadi akibat adanya robekan pada jalan lahir, dan gangguan pembekuan darah. 2.1.6 Komplikasi Perdarahan
Infeksi’
Gangguan psikologis
Gangguan involusi
2.1.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan a) Penatalaksanaan Penatalaksanaan Medis
Tes diagnostik.
Jumlah darah lengkap, hemoglobin hemoglobin atau hematokrit.
Urinalisis, Urinalisis, kadar urin, darah.
b) Terapi
Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia.
Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
2.1.8 Jadwal Kunjungan Masa Nifas a. 6-8 Jam Post Partum
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling konseling pada ibu atau salah satu anggota anggota keluarga. bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
b. 6 Hari Post Hari Post Partum
Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus uterus berkontraksi, berkontraksi, fundus fundus di bawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan Memastika n ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
Memastikan ibu menyusui menyusui dengan dengan baik baik dan tidak memperlihatkan memperlihatkan tandatanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. 2 Minggu Post Partum
Sama seperti di atas ( 6 hari post hari post partum). partum).
d. 6 Minggu Post Partum
Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu maupun pada bayinya.
Menberikan konseling untuk KB.
2.2 Sectio Caessarea 2.2.1 Definisi Sectio caessarea adalah caessarea adalah lahirnya janin melalui insisi didinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). 2.2.2 Jenis-jenis SC 1. Sectio Caessarea Transperitonealis Transperit onealis Profunda Sectio Caessarea Transperitonealis Transperitonealis Profunda dengan insisi di segmen bawah uterus, insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
Bahaya peritonitis tidak besar.
Perut uterus uterus umumnya umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri uteri dikemudian dikemudian hari hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio Caessarea Classic atau atau Sectio Caessarea Corporal Pada Sectio Caesarea Classic , pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya dilakukan apabila ada kesulitan untuk melakukan Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda. Profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus. 3. Sectio Casesarea Extra Peritonial Sectio Casesarea Extra Peritonial dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal. Namun, dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini, sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat. 4. Sectio Caessarea Hysterectomy Setelah Sectio Caessarea, Caessarea, dilakukan Hysterectomy dengan dengan indikasi:
Atonia uteri
Plasenta akreta
Mioma uteri
Infeksi intra uteri berat
2.2.3 Etiologi 1. CPD (Chepalo Pelvic Disproportion) Disproportion ) CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulangtulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal. 2. PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. 3. KPD (Ketuban Pecah Dini) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar . Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal. 5. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas. 6. Kelainan Letak Janin a. Kelainan pada Letak Kepala Letak Kepala Tengadah Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul. Presentasi Muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. Presentasi Dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala. b. Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
2.2.4 Patofisiologi
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Elektoensefalogram Elektoensefalogram (EEG) Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang. 2. CT Scan Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan k erapatan jaringan. 3. Magneti Resonance Imaging (MRI) (MRI) Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah –daerah daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan CT Scan. Scan. 4. Positron Emission Tomography (PET) (PET) Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak. 5. Uji Laboratorium
Fungsi Lumbal
: menganalisis cairan serebrovaskular. serebrovask ular.
Cek Darah Lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit.
Electrolit Panel
Screening Toksik Toksik dari Serum dan Urin
Analisis Gas Darah (AGD)
Kadar Kalsium Darah
Kadar Natrium Darah
Kadar Magnesium Darah
2.2.6 Komplikasi 1. Infeksi Puerperial yang ditandai dengan adanya kenaikan suhu dalam beberapa hari dalam masa nifas. I nfeksi puerperial dapat diklasifikasikan diklasifikasikan menjadi:
Ringan, suhu meningkat dalam beberapa hari.
Sedang, suhu suhu meningkat meningkat lebih lebih tinggi disertai dengan dengan dehidrasi dehidrasi dan dan perut sedikit kembung.
Berat, peritonealis, peritonealis, sepsis, dan usus paralitik.
2. Perdarahan banyak banyak dapat terjadi terjadi jika pada saat saat pembedahan, pembedahan, cabang-cabang arteri arteri uterin ikit terbuka atau karena atonia uteri. 3. Komplikasi –komplikasi –komplikasi lain meliputi luka kandung kemih, emboli paru yang sangat jarang terjadi. terjadi. 4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus uterus sehingga pada kehamilan berikutnya dapat terjadi rupture uteri. rupture uteri. 5. Kematian maternal dan perinatal. 2.2.7
Penatalaksanaan
1. Perawatan Awal
Letakan klien dalam posisi pemulihan .
Periksa kondisi kondisi klien, klien, cek tanda vital vital tseiap 15 menit menit selama 1 jam pertama, kemudian setiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar.
Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
Transfusi jika diperlukan.
Jika tanda vital dan hematokrit hematokrit turun meskipun diberikan transfusi, segera segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan post bedah.
2. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah klien flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam post operasi operasi berupa air putih dan air teh. 3. Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.
Latihan pernafasan pernafasan dapat dilakukan dilakukan klien sambil sambil tidur telentang telentang sedini sedini mungkin setelah sadar.
Hari kedua post kedua post operasi, operasi, klien dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya..
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk duduk (semifowler ). ).
Selanjutnya selama berturut-turut, berturut-turut, hari hari demi hari, klien klien dianjurkan dianjurkan belajar belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 post ke-5 post operasi. operasi.
4. Perawatan Fungsi Gastrointestinal Gastrointestinal
Jika tindakan tidak berat beri klien diit cair.
Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul.
Jika klien bisa flatus, mulai berikan makanan padat.
Pemberian infus diteruskan sampai klien bisa minum dengan baik
5. Perawatan Fungsi Kandung Kemih
Jika urin jernih, jernih, kateter kateter dilepas dilepas 8 jam setelah pembedahan pembedahan atau sesudah sesudah semalam.
Jika urin urin tidak tidak jernih, jernih, biarkan kateter terpasang sampai urin jernih.
Jika terjadi terjadi perlukaan perlukaan pada kandung kemih, biarkan biarkan kateter terpasang terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
Jika sudah tidak memakai memakai antibiotika, berikan nirofurantoin nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai kateter dilepas.
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus, dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
6. Pembalutan dan Perawatan Luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut.
Jika pembalut pembalut agak agak kendor, kendor, jangan ganti pembalut pembalut tetapi beri plester untuk mengencangkan.
Ganti pembalut dengan cara steril.
Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih.
Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari kelima post kelima post SC. SC.
7. Jika masih terdapat perdarahan: perdarahan:
Lakukan masase uterus.
Berikan oksitosin 10 oksitosin 10 unit dalam 500 mL cairan IV (garam ( garam fisiologik atau atau RL) RL)
60 tetes/menit, ergometrin 0.2 ergometrin 0.2 mg IM dan prostagla dan prostaglandin ndin..
8. Jika terdapat tanda-tanda tanda-tanda infeksi, infeksi, berikan antibiotika antibiotika kombinasi kombinasi sampai klien bebas demam selama 48 jam.
Ampisilin 2g Ampisilin 2g IV setiap 6 jam.
Ditambah gentamisin 5mg/kg gentamisin 5mg/kg BB secara IV setiap 6 jam.
Ditambah metronidazole 500mg IV setiap 8 jam.
9. Pemberian Analgesik dan Obat untuk Memperlancar Kerja Saluran Pencernaan Suppositoria
: ketoprofen suppositoria 2x/24jam. suppositoria 2x/24jam.
Oral
: tramadol tramadol atau paracetamol atau paracetamol setiap setiap 6 jam.
Injeksi
: penitidine 75-90 penitidine 75-90 mg diberikan setiap 6 jam.
10. Obat-obatan Lain Untk meningkatkan vitalitas dan kedaan k edaan umum penderita dapat diberikan Caboransia seperti Neurobian Neurobian Vit. C . 11. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Post bedah, klien dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi.
Post operasi perlu dilakukan drainase untuk drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.
Klien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar dinding abdomen tidak tegang.
Diusahakan agar klientidak batuk atau menangis.
Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi
Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
Selama waktu waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra abdomen.
Pengkajian difokuskan pada kelancaran kelancaran saluran saluran nafas nafas karena bila terjadi terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang mungkin disebabkan oleh pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik, dan tekanan diafragma. Selain itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya hipotensi hipotensi dan aritmia aritmia kardiak. kardiak. Oleh karena itu, itu, perlu memantau memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran k esadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.
Keseimbangan Keseimbang an cairan dan elektrolit, elektrolit , kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenyamanan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan kegiatan post operasi seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
Perawatan post operasi, jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi
nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis, cairan IV sesuai sesuai indikasi. Anestesia: regional atau general . Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caessaria. caessaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter foley .
2.3 Wound Infection Wound Infection atau Infection atau Infeksi Luka disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik. Infeksi luka terdiri dari: a. Wound abcess, abcess, wound seroma, seroma, wound hematoma, hematoma, dan wound cellulitis, cellulitis , biasanya dengan mengeluarlan cairan serous serous atau kemerahan dan tidak ada atau sedikit erithema di erithema di sekitar luka insisi. b. Pada wound cellulitis cellulitis ditemukan erithema erithema dan oedema oedema meluas mulai dari tempat insisi yang melebar. 2.3.1 Fase Infeksi a. Tahap Rentan Pada tahap ini, individu masih dalam kondisi relatif sehat tetapi peka atau labil disertai faktor prdisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti usia, keadaan fisik, perilaku atau kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dll. Faktor-faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba pathogen) untuk berinteraksi dengan pejamu. b. Tahap Inkubasi Inkubasi disebut juga masa tunas, masa dari mulai masuknya kuman ke dalam tubuh t ubuh (waktu kena tular) sampai pada waktu penyakit timbul. Setiap penyakit berlainan masa inkubasinya. Penularan penyekit dapat terjadi selama masa inkubasi. c. Tahap Sakit Penderita dalam keadaan sakit. Tahap sakit merupakan tahap terganggunnya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perjalanannya, penyakit akan berjalan bertahap. Pad tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas harian dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan karena penyakit bertambah parah baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini, penderita tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dan jika berobat umumnya membutuhkan perawatan. Penularan mikroorganisme melalui hidung, mulut, telinga, mata, urine, feses, secret dari ulkus, luka, kulit, dan organ-organ dalam.
Tahap sakit atau klinis dapat berlangsung secara:
Akut, berlangsung berlangsung untuk beberapa hari atau minggu.
Kronik, berlangsung untuk beberapa bulan atau tahun.
d. Tahap Banyak Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif, meliputi:
Sembuh Sempurna Penderita sembuh secara sempurna artinya bentuk dan fungsi sel atau jaringan atau organ organ tubuh kembali seperti sedia kala.
Sembuh dengan Cacat Penderita sembuh dari sakitnya tetapi disertai dengan adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
Pembawa
Perjalanan penyakit seolah-olah berhenti ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala penyakit. Pada kondisi ini, agen penyebab masih ada dan masih potensial sebagai sumber penularan. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat dengan tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah.
Meninggal Dunia Akhir perjalanan perjalanan penyakit dengan dengan adanya kegagalan fungsi-fungsi organ. organ.
2.3.2 Tanda-tanda Infeksi a. Calor (Panas) (Panas) Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya karena terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena infeksi atau fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hyperemia lokal tidak menimbulkan perubahan. b. Dolor (Rasa (Rasa Sakit) Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamine atau zat kimia bioaktif lainnya dapat meragsang saraf nyeri. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa sakit. c. Rubor (Kemerahan) Kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang mensuplai
daerah tersebut melebar. Dengan demikian, lebih banyak darah yang mengalir ke dalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat penuh terisi darah. Keadaan ini yang disebut hyperemia atau hyperemia atau kongesti. d. Tumor (Pembengkakan) (Pembengkakan) Pembengkakan ditimbulkan ileh karena pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Campuran cairam dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. e. Functiolaesa Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan sakit disertai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal sehingga organ tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal. 2.3.3 Patofisiologi Infeksi Luka Operasi Infeksi Luka Operasi (ILO)
Fase Penyembuhan Luka
Pembuluh Darah
Inflamasi
Proliferasi
Kulit
Rapuh
Perdarahan
Anemia
Destruksi
Keloid
Syok Hipovolemik
2.3.4 Fase Penyembuhan Luka a. Fase Inflamasi (0-3 hari) Bagian luka akan menjadi hangat dan merah karena aprose fagositosis. fagositosis. Fase inflamasi terjadi 4-6 hari setelah injury . Tujuan inflamasi untuk membatasi efek bakteri dengan menetralkan toskin dan penyebaran bakteri.
b. Fase Destruksi (1-6 hari) Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan maktofag . Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf aktivitas polimorf yang yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. t ersebut. c. Fase Proliferasi Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. bermigrasi. Fibroblas melakukan sisntesis kolagen dan mukopolisakarida. d. Fase Maturasi (24-265 hari) Setiap cedera mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka, dan sisasisa folikel membelah dan mulai bermigrasi di atas jaringan granulasi baru. 2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luka a. Usia Penyembuhan luka pada anak dan dewasa lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat treganggu oleh sintesis dari faktor pembekuan darah. b. Nutrisi Penyembuhan
menempatkan
penambahan
pemakaian
pada
tubuh.
Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe dan Zn. Klien yang memiliki nutrisi kurang memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika memungkinkan. Klien yang gemuk dapat meningkatkan risiko infeksi luka dan penyembuhan berlangsung lama akibat suplai darah jaringan adipose tidak adekuat. c. Infeksi Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi, sirkulasi (hipovolemia),
oksigenasi,
dan
sejumlah
kondisi
fisik
dapat
mempengaruhi
penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang
memiliki
sedikit
pembuluh
darah).
Pada
orang-orang
yang
gemuk,
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah terjadi infeksi, proses penyembuhan luka dapat berlangsung berlangsung lebih lama. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi, atau diabetes mellitus. mellitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
d. Hematoma Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk ke dalam sirkulasi. Namun, jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh sehingga menghambat proses penyembuhan luka. e. Benda Asing Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses tersebut timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan eukosit yang membentuk suatu cairan kental yang disebut dengan nanah (pus). f.
Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat balutan pada luka yang terlalu ketat atau akibat faktor internal yatu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
g. Diabetes Mellitus Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga dapat terjadi penurunan proteinkalori tubuh. h. Keadaan Luka Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektivitas penyembuhan luka. Beberapa luka gagal untuk menyatu. i.
Obat Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin, dan anti neoplastik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka. Steroid
Dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera. Antikoagulan
Mengakibatkan perdarahan. Antibiotik
Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakter penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup maka tidak akan efektif akibat koagulasi intravascular.
2.3.6 Komplikasi Penyembuhan Luka a. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2-7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan, bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatn jumlah sel darah putih. b. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing seperti drain. Hipovolemia mungkin tidak segera terjadi sehingga balutan dan luka di bawah balutan jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan setiap 8 jam setelahnya. Jika terjadi perdarahan yang berlebih, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan. diperlukan. c. Dehiscence atau Dehiscence atau Eviscerasi Dehiscence Dehiscence atau eviscerasi adalah
komplikasi
operasi
yang
paling
serius.
Dehiscence Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Beberap faktor meliputi kegemukan, kurang nutrisi, multiple multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi meningkatkan risiko klien mengalami dehiscence dehiscence luka. Dehiscence Dehiscence luka dapat terjadi 4-5 hari setelah operasi sebelum kolagen meluas di daerah luka. Jika terjadi dehiscence atau eviscerasi, luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan Normal Saline (NS). (NS). Klien disiakan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka. 2.3.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan a. Lakukan perawatan luka. b. Lakukan drainase untuk drainase untuk pengeluaran pus. c. Cegah kontaminasi kontaminasi yaitu dengan dengan mencuci tangan tangan sebelum sebelum dan sesudah melakukan tindakan serta menutup luka agar tidak terkontaminasi dan menjaga balutan agar tetap kering. d. Lakukan KIE tentang personal tentang personal hygiene hygiene.. e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
2.4 Konsep Asuhan Kebidanan I
PENGKAJIAN A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Istri
:
untuk
mengetahui
identitas
klien
dan
memudahkan
pelayanan kesehatan/rumah sakit/klinik serta sebagai catatan apakah klien pernah dirawat dirawat di salah satu tempat tersebut atau tidak. Nama Suami
:
untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab dalam
pembiayaan dan pemberian persetujuan tindakan medis atau perawatan. Umur
: untuk mengetahui usia klien.
Agama
; untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga memudahkan dalam pemberian bimbingan keagamaan.
Suku/Bangsa
: untuk mengetahui suku, adat, daerah, atau budaya sehingga memudahkan terjadinya komunikasi k omunikasi..
Pendidikan
: untuk mengetahui tingkat pendidikan klien sehingga akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentang gejala atau keluhan selama di rumah atau rumah sakit.
Pekerjaan
: untuk mengetahui kedaan aktivitas sehari-hari klien sehingga memungkinkan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya anemia.
Status Perkawinan: untuk mengetahui berapa kali klien mengalami anemia post partum. Alamat
: untuk mengetahui gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan dan nifas.
2. Alasan Datang Alasan datang merupakan merupakan tujuan klien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Klien dengan Wound Infection Infection dapat memiliki alasan datang yaitu ingin memeriksakan kondisi luka post luka post SC . 3. Keluhan Utama Keluhan utama yang paling dirasakan oleh klien dengan Wound Infection dapat berupa nyeri pada luka post luka post SC , pusing.. 4. Riwayat Kesehatan Sekarang Apakah klien sedang menderita penyakit menurun seperti asma, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti batuk
darah, hepatitis, PMS. Riwayat kesehatan sekarang juga berisi tentang perjalanan klien mulai awal merasakan sakit hingga klien dirawat di fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan. 5. Riwayat Kesehatan yang Lalu Apakah klien pernah menderita asma, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, anemia, batuk darah, hepatitis, PMS, HIV/AIDS. 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah dalam keluarga klien ada yang menderita asma, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, anemia, batuk darah, hepatitis, PMS, HIV/AIDS. Apakah terdapat riwayat keturunan kembar. 7. Riwayat Haid Kaji tentang menarche, menarche, siklus, lama, banyaknya, bau atau warna, dysmenorrhea, dan fluor albus atau albus atau keluhan lain. 8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang yang Lalu Berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya. 9. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan NIfas NIfas Sekarang Sekarang Berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Pola Istirahat Kaji tentang waktu yang digunakan oleh klien untuk istirahat termasuk jadwal tidur siang dan malam. b. Pola Nutrisi Kaji tentang asupan nutrisi klien meliputi pola, frekuensi, menu makan atau minum termasuk keluhan yang dirasakan jika ada. Klien dengan Wound Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi protein untuk mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari makanan yang asin-asin atau gorengan untuk mengurangi hipertensi yang diderita, konsumsi buah-buahan dan susu. c. Pola Eliminasi Kaji tentang frekuensi BAB dan BAK, warna feses atau urin, konsistensi, dan keluhan. d. Pola Personal Hygiene Kaji tentang frekuensi mandi, ganti pakaian, sikat gigi (kebiasaan terkait kebersihan diri). Personal diri). Personal hygiene yang hygiene yang kurang dapat menyebabkan infeksi. e. Pola Aktivitas
Kaji tentang aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien baik di rumah amaupun di RS. Klien post SC dianjurkan dianjurkan untuk tidak mengangkat beban yang terlalu berat hingga 3 bulan post bulan post SC . f.
Pola Seksual Kaji tentang pola dan frekuensi seksual termasuk keluhan jika ada.
B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Pemeriksa an Umum Keadaan Umum
: baik, cukup, lemah
Kesadaran
: compos mentis sampai mentis sampai coma
TTV TD
: normal 110/70-120/80 110/70-120/8 0 mmHg
N
: normal 60-100x/menit
S
: dapat meningkat jika terjadi infeksi
RR
: normal 16-24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Muka
: pucat atau tidak, oedema atau oedema atau tidak.
Mata
: konjuctiva anemia konjuctiva anemia atau tidak, sclera ikterus atau tidak.
Hidung
: bersih atau tidak, terdapat secret atau atau tidak, terdapat polip atau tidak.
Mulut
: mukosa bibir pucat atau tidak, terdapat carries gigi atau tidak, terdapat stomatitis atau tidak, ada kelainan atau tidak.
Telinga
: bersih atau tidak, terdapat secret atau atau tidak.
Leher
: adakah pembengkakan pada kelenjar tiroid dan kelenjar linfe atau tidak, adakah bendungan pada vena jugularis atau atau tidak.
Dada
: adakah arikan dinding dada yang abnormal atau tidak, adakah
pernapasan
cuping
hidung
atau
tidak,
hiperpigmentasi areola mammae, mammae, kolostrum (+/-) Abdomen
: terdapat luka operasi operasi atau tidak. tidak.
Genetalia
: bersih aau tidak, adakah cairan atau darah yang keluar atau tidak, adakah luka jahitan atau tidak, adakah varises atau tidak, adakah pembengkakan pada kelenjar bartholini atau skene.
Ekstremitas Palpasi
: kuku sianosis atau tidak, varises atau tidak.
Payudara
: adakah
benjolan
abnormal
atau tidak,
adakah
ketegangan payudara atau bendungan ASI atau tidak. Abdomen Adakah sakit yang dirasakan saat dilakukan palpasi abdomen atau tidak. TFU sesuai atau tidak dengan hari post hari post partum. partum. Kontraksi uterus baik, lemah atau lembek. Ekstremitas Ekstremit as
: untuk mengetahui apakah odema atau tidak
Auskultasi Dada
: terdapat pernapasan cuping hidung atau tidak, terdapat ronchi atau tidak, terdengar wheezing atau tidak atau suara tambahan lain.
Perkusi Refleks Patella positif atau negative. 3. Pemeriksaan Penunjang Cek Darah Lengkap, Urine Lengkap, dan USG.
II
INTERPRETASI INTERPRET ASI DATA DASAR Dx
: Ny. …. Post Partum Post SCTP Hari Hari Ke-…. Ke-…. Dengan …….
Masalah
: nyeri luka post SC dan lemas
Kebutuhan
: rawat rawat luka, relaksasi nyeri, pemenuhan kebutuhan nutrisi, KIE tentang personal tentang personal hygiene hygiene..
III IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI DIAGNOSA DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Perdarahan, dehiscence atau dehiscence atau eviscerasi luka, luka, nekrosis jaringan.
IV IDENTIFIKASI IDENTIFI KASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, & RUJUKAN 1. Observasi tanda-tanda infeksi. 2. Drainase jika terdapat pus. 3. Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi atau raber dengan unit lain.
V INTERVENSI Tujuan
: setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 24 jam, diharapkan kondisi kesehatan klien membaik.
Kriteria Hasil
1. TTV dalam batas normal yaitu: TD : normalnya 110/70-120/80 mmHg N : normalnya normalnya 60-100x/menit 60-100x/menit S
: normalnya normalnya 36.5-37.5°C
RR : normalnya 16-24x/menit 2. Tidak terjadi perdarahan yaitu perdarahan < 500 mL. 3. Kontraksi uterus baik. 4. TFU sesuai hari post hari post partum. partum. 5. Kondisi luka membaik yaitu pengeluaran cairan atau pus berkurang. Intervensi 1. Observasi TTV. R/ tanda-tanda vital dilakukan sebagai upaya deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi. 2. Lakukan perawatan luka. R/ luka yang dirawat secara benar dan tepat dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah atau mengurangi tingkat infeksi yang terjadi. 3. Lakukan drainase jika drainase jika terdapat pus atau nanah. R/ drainase dilakukan untuk mengeluarkan eksudat yang terdapat di dalam luka sehingga luka tidak menyebar. 4. Minta klien untuk melakukan relaksasi nyeri. R/ teknik relaksasi yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri. 5. Minta klien untuk melakukan mobilisasi. R/
mobilisasi
yang
dilakukan
secara
dini
dapat
mempercepat
proses
penyembuhan penyembuhan luka dan perbaikan kondisi kesehatan klien. k lien. 6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. R/ pemenuhan nutrisi yang adekuat dan bergizi seimbang sangat diperlukan untuk perbaikan kondisi kesehatan klien terutama nutrisi yang kaya protein untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
VI IMPLEMENTASI Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.
VII EVALUASI Tindakan pengukuran antara keberhasikan dalam melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjut atau tidak. Pendokumentasian menggunakan SOAP. S
: data diperoleh dari keterangan atau keluhan ibu langsung.
O
: data diperoleh dari hasil pemeriksaan pemeriksa an yang diperoleh secara keseluruhan.
A
: diagnosa yang yang ditetapkan dari dari data subjektif subjektif dan objektif. objektif.
P
: perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa.
BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. FT P2002Ab000 POST PARTUM POST SCTP HARI KE-5 DENGAN WOUND HARI INFECTION
DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL PASURUAN
I.
PENGKAJIAN Nama Mahasiswa
: Cyntia Risas Isella
NIM
: 105070607111017
Tanggal Pengkajian
: 19 Maret 2014
Tempat
: Ruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan
No. Register
: 220XXX
Pukul
: 21.00 WIB
A. Data Subjektif 1. Biodata Nama Klien
: Ny. FT
Nama Suami : Tn. SO
Usia
: 31 Tahun
Usia
: 27 Tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Suku
: Jawa
Suku
: Jawa
Alamat
: Purwodadi
Alamat
: Purwodadi
2. Alasan Masuk Rumah Sakit Klien melakukan kontrol luka post SC di Poli Obsgyn RSUD Bangil pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 08.00 WIB. Dari hasil pemeriksaan terlihat adanya pengeluaran cairan campur darah dari luka post SC . Tekanan darah 100/70 mmHg. Oleh karena itu, klien dirujuk ke Ruang Nifas untuk memperoleh penanganan lebih lanjut. 3. Keluhan Utama Klien mengatakan masih terasa nyeri pada luka post SC . 4. Riwayat Pernikahan Menikah
: 1 kali
Lama Pernikahan
:
5. Riwayat Obstetri a. Riwayat Menstruasi Menarche
: Tahun.
Siklus
: 30 Hari.
Lama
: 7 Hari.
Banyaknya
: 2-3 pembalut per hari.
Bau atau Warna
: Bau anyir dan warna merah cerah.
Dysmenorrhea
: tidak pernah
Fluor Albus
: tidak pernah
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Sekarang No
Umur
UK
Anak
1.
5 hari
39 minggu
Jenis
Tempat
Komplikasi
persalinan
persalinan
Ibu
Bayi
SC
RSUD
Perdarahan
Tidak
Bangil
Penolong
Dokter
Bayi
Nifas
JK
PB/BB
Keadaan
Keadaan
Laktasi
Perempuan
50/3250
Baik
Nyeri
Baik
ada
luka SC
d. Riwayat Kontrasepsi
6. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan yang Lalu Klien tidak pernah menderita penyakit menurun seperti asma, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis, PMS. Klien tidak pernah menjalani operasi. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien melahirkan di RSUD Bangil melalui operasi SC pada tanggal 13 Maret 2014 pukul 11.45 WIB. Klien melahirkan dengan UK 39 minggu. Klien menjalani perawatan masa nifas hingga tanggal 19 Maret 2014. Klien melakukan kontrol luka post SC di Poli Obsgyn RSUD Bangil pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 08.00 WIB. Dari hasil pemeriksaan terlihat adanya pengeluaran cairan campur darah dari luka post SC . Oleh karena itu, klien dirujuk ke Ruang Nifas untuk memperoleh penanganan lebih lanjut.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak pernah ada yang menderita penyakit menurun seperti asma, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis, PMS. Tidak ada riwayat kehamilan kembar.
7. Riwayat Post Partum No. 1.
2.
3.
Di Rumah
Di RS
Makan 2x/hari dengan menu nasi,
Makan 3x/hari dengan menu nasi,
sayur,
sayur, lauk pauk, buah (diit TKTP
Nutrisi
pauk,
jarang
mengonsumsi buah.
Ekstra Putih Telur).
Minum air putih 1 botol besar/hari.
Minum air putih 1 botol besar/hari.
Istirahat atau Tidur Tidur siang ± 2 jam.
Jarang tidur siang.
Tidur malam ± 8 jam.
Tidur malam ± 9 jam.
Aktivitas Klien
4.
lauk
berjalan-jalan,
melakukan
aktivitas sehari seperti menyapu,
tengkurap,
memasak.
mandi.
berjalan
ke
kamar
Eliminasi BAK 3x/hari warna kuning, jernih.
BAK 3x/hari warna kuning, jernih.
BAB
BAB
1x/hari
warna
kuning,
konsistensi lembek. 5.
Klien miring kiri, miring kanan,
1x/hari
warna
konsistensi lembek.
Personal Hygiene
Mandi 2x/hari.
Mandi 1x/hari.
Ganti pakaian 2x/hari.
Ganti pakaian 2x/hari.
Sikat gigi 2x/hari.
Sikat gigi 1x/hari.
8. Keadaan Psiko Sosial Spiritual Kelahiran ini
: diinginkan. diinginkan.
Penerimaan ibu terhadap bayinya
: kelahirannya sangat dinantikan. dinantikan.
Tinggal serumah dengan
: suami, ayah, dan ibu.
Orang terdekat
: suami.
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Pemeriksa an Umum Keadaan Umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Antropometri
: sangat senang.
kuning,
TB
: 153 cm
Lila
: 26 cm
BB sebelum hamil
: 55 cm
BB saat hamil
: 68 cm
Tanda-tanda Vital TD
: 110/70 mmHg
N
: 80x/menit
S
: 37.2°C
RR
: 24x/menit
2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala Rambut bersih, warna hitam, tidak t idak berminyak, tidak ada benjolan. b. Wajah Tidak oedema, tidak pucat. c. Mata Konjunctiva anemis, Konjunctiva anemis, sclera tidak sclera tidak ikterus, tidak ada secret . d. Telinga Tidak ada secret . e. Hidung Tidak ada secret , septum lurus, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung. f.
Mulut Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi dan gigi palsu, lidah bersih tanpa bercak-bercak.
g. Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada vena jugularis. h. Payudara Simetris, tidak bengkak, tidak ada benjolan abnormal, papilla mammae menonjol, hiperpigmentasi areola mammae, mammae, terdapat pengeluaran pengeluaran ASI.
i.
Abdomen Terdapat luka post SC dengan sayatan melintang ± 10 cm dan tertutup kassa steril, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari di bawah pusat.
j.
Genetalia Tidak terdapat luka jahitan, bersih, terdapat pengeluaran lochea serosa.. lochea serosa..
k. Anus Tidak terdapat hemoroid. l.
Ekstremitas Atas
: kuku tidak sianosis, tidak terdapat odema, terpasang infus (cairan RL) pada tangan kanan.
Bawah
: kuku tidak sianosis, tidak terdapat odema, tidak terdapat varises.
3. Pemeriksaan Penunjang Pada tanggal 23 Februari 2014 Darah Lengkap WBC
18.6 k/uL
NEU
16.0 %N
LYM
1.74 %L
MONO
0.787 %M NWBC
EOS
0.129 %E
BASO
0.031 %B
RBC
3.03 M/uL
HGB
8.59 g/dL
HCT
27.8 %
MCV
92.0 fL
MCH
28.4 pg
MCHC
30.9 g/dL
RDW
14.9 %
PLT
400 K/uL
MPU
4.95 Fl
Urine Lengkap Albumin
-
Reduksi
-
Bilirubin
-
Urobilin
-
Sedimen Eritrosit
6-8 plp
Leukosit
1-2 plp
Epitel
3-4 plp
Kristal
-
Silinder
-
Lain-lain
-
Kimia Klinik Hasil
Nilai Normal
Glukosa Darah Puasa
-
<120 mg/dL
Glukosa Darah 2 JPP
-
<140 mg/dL
Glukosa Acak
103.7
mg/dL
TTGO Beban 75 g
-
<140 mg/dL
Glukosa Puasa
-
<120 mg/dL
2J sesudah BB
-
<140 mg/dL
BUN
11.3
6-20 mg/dL
Urea
-
-
Kreatinin Serum
0.6
(L:<1.3) (P:<1.3) mg/dL
Asam Urat
-
(L:<3.6-8.2) (P:<2.3-6.1) (P:<2.3-6.1) mg/dL
Na
151
136-144 mmol/L
K
3.7
3.8-5.6 mmol/L
Cl
121
97-103 mmol/L
Ca
1.2
-
Hb A,C
-
5.2-6.5 %
Troponin
-
<0.6 ng/mL
Bill D
<0.25 mg/dL
Bill Tot
<1.0 mg/dL
SGOT
15.7
(L:<39) (P:<31) u/L
SGPT
17.5
(L:<41) (P:<31) u/L
ALP Alb
(L:<270) (P:<240) (P:<240) u/L 3
3.8-5.1 g/dL
Prot Tot
6.6-8.8 g/dL
Trigliserol
<150 mg/dL
Chol Tot
<200 mg/dL
Chol HDL
46-65 mg/dL
Chol LDL
<150 mg/dL
Ratio Chol HDL/Tot
20-35 %
LKMB
7-25 u/L
Globulin
-
Gamma GT
(L:<49) (P:<32) u/L
Faal Hemostasis Hasil
II.
Nilai Normal
BT
(1’(1’-3’)
CT
(3’(3’-7’)
APTT
30.1
(27.4-39.3 detik) detik)
PTT
12.9
(11.3-14.7 detik)
INR
0.9
INTERPRETASI INTERPRET ASI DATA DASAR Diagnosa
: Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-10 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Subinvolusio Uteri.
Ds
: klien mengatakan melahirkan anak pertama melalui operasi SC pada tanggal 14 Februari 2014. Klien tidak pernah mengalami keguguran. Klien mengatakan masih keluar cairan bercampur darah dari luka post SC dan terasa nyeri.
Do
: TD: 160/100 mmHg, N: 86x/menit, S: 37.2°C, RR: 24x/menit, pus pada luka post SC (+), flux (+) dbn, UC baik, TFU 3 jari di bawah pusat, konjunctiva anemis, kadar Hb 8.59 g/dL,
Masalah
: nyeri pada luka post luka post SC .
Kebutuhan
: perbaikan K/U, relaksasi nyeri, dan tirah baring tanpa mengurangi mobilisasi..
III.
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Perdarahan Post Partum, Partum, Nekrosis Jaringan.
IV.
V.
IDENTIFIKASI IDENTIFI KASI KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI, DAN RUJUKAN Kolaborasi
: rawat luka, drainase jika drainase jika terdapat pus.
Rujukan
: tidak dilakukan.
INTERVENSI Diagnosa
: Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-10 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Subinvolusio Uteri.
Tujuan
: setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x24 jam diharapkan luka post luka post SC membaik membaik dan tidak ada komplikasi.
Kriteria Hasil : -
TTV klien klien dalam dalam batas normal normal (TD 110/70-120/80 110/70-120/80 mmHg, N 60-100x/menit, 60-100x/menit, S 36.5-37.5°C, RR 16-24x/menit.
-
-
Pengeluaran pus atau darah berkurang.
-
Tidak menunjukkan tanda-tanda sepsis.
Terdapat tanda-tanda tanda-tanda penyembuhan penyembuhan luka berupa adanya adanya tautan antar jaringan jaringan Intervensi 1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien. R/ klien bisa lebih tenang dengan keadaannya. 2. Lakukan pengukuran tanda-tanda tanda-tan da vital pada klien. R/ deteksi dini terjadinya komplikasi. 3. Observasi tanda-tanda komplikasi nifas. R/ pada masa nifas, rawan terjadi komplikasi sehingga perlu dilakukan pemantauan terhadap terjadinya komplikasi tersebut. 4. Fasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan kebutuhan nutrisi nutrisi klien (kolaborasi (kolaborasi dengan dengan tim gizi). R/ asupan yang cukup terutama makanan yang mengandung protein tinggi sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan luka. 5. Minta klien untuk istirahat yang yang cukup (tengkurap) tanpa mengurangi mobilisasi a/p dokter SpOG. R/ posisi tengkurap dan mobilisasi dapat mempercepat proses penyembuhan luka. 6. Ajarkan pada klien tentang tentang teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi mengurangi sensasi nyeri. R/ teknik relaksasi dan distraksi merupakan salah satu metode penghilang rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dialami. 7. Minta klien untuk tetap mengonsumsi mengonsumsi obat-obatan yang diberikan diberikan petugas. R/ obat-obatan tetap harus dikonsumsi untuk perbaikan K/U terutama untuk mengurangi rasa nyeri, meminimalkan infeksi, dan mencegah terjadinya perdarahan. 8. Kolaborasi dengan dengan dokter SpOG dalam pemberian pemberian terapi injeksi sesuai jadwal jadwal dan rawat luka. R/ pemberian terapi injeksi dan rawat luka dilakukan untuk perbaikan K/U dan pencegahan terjadinya komplikasi nifas.
VI.
IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan kondisi klien saat ini bahwa kondisinya cukup stabil dan perlu perbaikan kondisi kesehatannya. kesehatannya. 2. Melakukan observasi observasi tanda-tanda vital vital meliputi tekanan tekanan darah, nadi, suhu, suhu, dan pernapasan. 3. Melakukan observasi observasi tanda-tanda tanda-tanda komplikasi komplikasi nifas meliputi perdarahan, perdarahan, kontraksi kontraksi uterus jelek, subinvolusio, subinvolusio, lochea tidak sesuai dengan hari post hari post partum, partum, dsb. 4. Memfasilitasi Memfasilit asi pemenuhan kebutuhan nutrisi (berkolaborasi dengan tim gizi dan a/p dokter) dengan memberikan diit TKTP Ekstra Putih Telur, meminta klien agar menghabiskan 1 porsi makan (sesuai jadwal) dan tidak perlu tarak terhadap makanan tertentu. 5. Meminta klien untuk istirahat yang cukup (tengkurap) tanpa mengurangi mobilisasi untuk mempercepat proses penyembuhan luka. 6. Mengajarkan klien tentang teknik relaksasi dan distraksi. Teknik relaksasi dilakukan dengan menghirup udara melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut secara perlahan. Teknik distraksi dilakukan dengan mengalihkan perhatian klien misalnya mengajaknya berbicara tentang hal-hal yang disukai klien. 7. Meminta klien untuk tetap mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter sesuai jadwal dan dosis meliputi pamol (3x1), (3x1), kalnex (3x1), (3x1), dan ROB (1x1). ROB (1x1). 8. Berkolaborasi Berkolabora si dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi injeksi berupa Ceftriaxone (2x1) Ceftriaxone (2x1) dan Metronidazole (3x500), melakukan rawat luka setiap pagi dan sore menggunakan cairan NS, serta memberikan terapi Methyldopa (3x250) Methyldopa (3x250) a/p dokter IPD.
VII.
EVALUASI Tanggal 25 Februari 2014
Pukul: 08.00 WIB
S
: klien mengatakan masih terasa nyeri pada luka post luka post SC .
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 130/90 mmHg, N: 86x/menit, S: 36.5°C, RR: 24x/menit, pus(+), UC baik, TFU 3 jari di bawah pusat, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Poat SCTP Hari Ke-11 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaborasi dengan para petugas kesehatan di Ruang Nifas RSUD Bangil
dalam menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit TKTP Ekstra Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dan sore dengan menggunakan cairan NS
E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi dan sore, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan Menganjurka n klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral oral dan menganjurkan menganjurkan klien untuk minum minum obat secara teratur sesuai jadwal berupa pamol berupa pamol (3x500), (3x500), kalnex (3x1), (3x1), dan ROB (1x1). ROB (1x1). E/ klien minum obat secara teratur yaitu pamol (pagi, sore, dan malam), (pagi, sore, dan malam), dan ROB setiap pagi. kalnex (pagi, 5. Memberikan terapi injeksi berupa Ceftriaxone Ceftriaxone (2x1) dan Metronidazole (3x500) E/ injeksi Ceftriaxone Ceftriaxone masuk pukul 13.00 WIB dengan reaksi (-) dan Metronidazole via infus masuk pukul 12.00 WIB dengan reaksi (-). 6. Memberikan KIE tentang personal tentang personal hygiene hygiene dan dan cara menyusui yang benar. E/ klien memahami tentang personal tentang personal hygiene hygiene dan cara menyusui yang benar, klien bersedia melakukannya, untuk proses menyusui klien bersedia melakukannya setelah KRS. TTD
Sinta Erlinda Ayu. W
CATATAN PERKEMBANGAN I Tanggal 26 Februari 2014 S
Pukul: 21.00 WIB
: klien mengatakan mengataka n masih terasa nyeri pada luka post luka post SC .
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 160/100 mmHg, N: 85x/menit, S: 36.2°C, RR: 24x/menit, pus (+), UC baik, TFU 3 jari di bawah pusat, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-12 dengan dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dan sore dengan menggunakan cairan NS drip Gentamisin, Nebacetin, Nebacetin, dan Metronidazole. E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi dan sore, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa berupa pamol pamol (3x500), kalnex (3x1), dan ROB (1x1). ROB (1x1). E/ klien minum obat secara teratur yaitu pamol (pagi, (pagi, sore, dan malam), kalnex (pagi, sore, dan malam), dan ROB setiap ROB setiap pagi. 5. Memberikan terapi injeksi berupa Ceftriaxone (2x1), Ceftriaxone (2x1), Metronidazole Metronidazole (3x500), dan Gentamisin (2x1). Gentamisin (2x1). E/ injeksi Ceftriaxone masuk pukul 12.00 dan 00.00 WIB dengan reaksi (-), Metronidazole via infus masuk pukul 13.00 dan 21.00 WIB dengan reaksi (-), dan injeksi Gentamisin masuk Gentamisin masuk pukul 10.00 dan 22.00 WIB dengan reaksi (-). TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN II Tanggal 27 Februari 2014 S
Pukul: 21.00 WIB
: klien mengatakan mengataka n masih terasa nyeri pada luka post luka post SC .
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 150/100 mmHg, N: 85x/menit, S: 36.6°C, RR: 24x/menit, pus (+), UC baik, TFU 3 jari di bawah pusat, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Poat SCTP Hari Ke-13 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dan sore dengan menggunakan cairan NS drip Gentamisin, Nebacetin, Nebacetin, dan Metronidazole. Metronidazole . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi dan sore, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur sesuai jadwal berupa berupa pamol pamol (3x500), kalnex (3x1), (3x1), dan ROB (1x1). ROB (1x1). E/ klien minum obat secara teratur yaitu pamol (pagi, (pagi, sore, dan malam), kalnex (pagi, sore, dan malam), dan ROB setiap ROB setiap pagi. 5. Memberikan terapi injeksi berupa Ceftriaxone (2x1) Ceftriaxone (2x1) dan Metronidazole (3x500). Metronidazole (3x500). E/ injeksi Ceftriaxone masuk Ceftriaxone masuk pukul 12.00 dan 00.00 WIB dengan reaksi (-) dan Metronidazole via infus masuk pukul 13.00 dan 21.00 WIB dengan reaksi (-). TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN III Tanggal 28 Februari 2014 S
Pukul: 15.00 WIB
: klien mengatakan mengataka n masih terasa nyeri pada luka post luka post SC .
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 150/100 mmHg, N: 85x/menit, S: 36.6°C, RR: 24x/menit, luka post luka post SC basah, basah, UC baik, TFU 3 jari di bawah pusat, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-14 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaborasi dengan para petugas kesehatan di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Telur) Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan cairan NS,
Betadine,
Metronidazole , dan Bioplacenton . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur sesuai jadwal berupa PCT (3x500) dan ROB (1x1). ROB (1x1). E/ klien minum obat secara teratur yaitu PCT (pagi, sore, dan malam dan ROB setiap pagi. 5. Memberikan terapi injeksi berupa Ceftriaxone (2x1) dan Metronidazole (3x500). Metronidazole (3x500). E/ injeksi Ceftriaxone masuk Ceftriaxone masuk pukul 09.00 dan 21.00 WIB dengan reaksi (-) dan Metronidazole via infus masuk pukul 09.00 dan 21.00 WIB dengan reaksi (-). 6. Berkolaborasi dengan tim laboratorium laboratorium untuk cek DL. DL. R/ cek DL menunjukkan hasil berupa Hb 9.2 g/dL dan WBC 8.9 x 10 3/uL. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN IV Tanggal 1 Maret 2014 S
Pukul: 15.00 WIB
: klien mengatakan mengataka n masih terasa nyeri pada luka post luka post SC .
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 180/120 mmHg, N: 80x/menit, S: 36.6°C, RR: 24x/menit, luka operasi basah, UC baik, TFU pertengahan simfisis pusat, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-15 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaborasi dengan para petugas kesehatan di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan cairan NS,
Betadine,
Metronidazole , dan Bioplacenton . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa PCT (3x500) (3x500) dan ROB (1x1). ROB (1x1). E/ klien minum obat secara teratur yaitu PCT (pagi, (pagi, sore, dan malam) dan ROB setiap pagi. 5. Memberikan terapi injeksi berupa Ceftriaxone (2x1) dan Metronidazole (3x500). Metronidazole (3x500). E/ injeksi Ceftriaxone masuk Ceftriaxone masuk pukul 09.00 dan 21.00 WIB dengan reaksi (-) dan Metronidazole via infus masuk pukul 13.00 dan 21.00 WIB dengan reaksi (-). 6. Berkolaborasi dengan tim laboratorium laboratorium untuk cek DL. DL. R/ cek DL menunjukkan hasil bahwa Hb 10.4 g/Dl dan WBC 8.39x10 3/uL. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN V Tanggal 2 Maret 2014 S
Pukul: 08.00 WIB
: klien mengatakan mengataka n masih terasa nyeri pada luka post luka post SC .
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 130/90 mmHg, N: 82x/menit, S: 36°C, RR: 24x/menit, luka operasi basah, UC baik, TFU pertengahan simfisis pusat, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-16 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan cairan NS,
Betadine,
Metronidazole , dan Bioplacenton . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa PCT (3x500) (3x500) dan ROB (1x1). ROB (1x1). E/ klien minum obat secara teratur yaitu PCT (pagi, sore, dan malam) dan ROB setiap pagi. 5. Berkolaborasi dengan tim laboratorium laboratorium untuk cek DL. DL. R/ cek DL menunjukkan hasil bahwa Hb 10 g/dL dan WBC 8.350 uL. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN VI Tanggal 3 Maret 2014 S
Pukul: 08.00 WIB
: klien mengatakan nyeri pada luka post luka post SC berkurang. berkurang.
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 150/100 mmHg, N: 80x/menit, S: 36°C, RR: 24x/menit, luka operasi basah, UC baik, TFU 3 jari di atas simfisis, flux (+) dbn, infus RL (+).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-17 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, Anemia, dan Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan cairan NS,
Betadine,
Metronidazole , dan Bioplacenton . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa vit. C (1x1000), (1x1000), Fe (2x1), Fe (2x1), dan Asmef (3x500). E/ klien minum obat secara teratur. 5. Melakukan Aff infus. R/ aff infus dilakukan pukul 10.45 WIB. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN VII Tanggal 4 Maret 2014 S
Pukul: 21.00 WIB
: klien mengatakan nyeri pada luka post luka post SC berkurang. berkurang.
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 130/90 mmHg, N: 82x/menit, S: 36.6°C, RR: 24x/menit, luka operasi basah, UC baik, TFU 3 jari di atas simfisis, flux (+) dbn, infus RL (-).
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-18 dengan Wound Infection ], Hipertensi, Anemia, Anemia, dan Subinvolusio Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan cairan NS,
Betadine,
Metronidazole , dan Bioplacenton . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa vit. C (1x1000), (1x1000), Fe (2x1), Fe (2x1), dan Asmef (3x500). E/ klien minum obat secara teratur. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN VIII Tanggal 5 Maret 2014 S
Pukul: 21.00 WIB
: klien mengatakan nyeri pada luka post luka post SC berkurang. berkurang.
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 36.2°C, RR: 24x/menit, luka operasi basah, UC baik, TFU 3 jari di atas simfisis, flux (+) dbn.
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-19 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, Anemia, dan Subinvolusio Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan cairan NS,
Betadine,
Metronidazole , dan Bioplacenton . E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa vit. C (1x1000), (1x1000), Fe (2x1), Fe (2x1), dan Asmef (3x500). E/ klien minum obat secara teratur. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
CATATAN PERKEMBANGAN IX Tanggal 6 Maret 2014 S
Pukul: 15.00 WIB
: klien mengatakan nyeri pada luka post luka post SC berkurang. berkurang.
O
: K/U cukup, kesadaran compos mentis, mentis, TD: 120/80 mmHg, N: 78x/menit, S: 36.7°C, RR: 24x/menit, luka operasi basah, UC baik, TFU 3 jari di atas simfisis, flux (+) dbn.
A
: Ny. Ny. ER P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP Hari Ke-20 dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, Anemia, dan Subinvolusio Subinvolusio Uteri.
P
: Berkolaborasi Berkolaboras i dengan para petugas kesehatan kesehat an di Ruang Nifas RSUD Bangil dalam
menjalankan Program Dokter berupa: 1. Memfasilitasi pemenuhan pemenuhan kebutuhan nutrisi (diit (diit TKTP Ekstra Putih Putih Telur) E/ klien makan 1 porsi habis (setiap jadwal makan). 2. Merawat luka setiap pagi dengan menggunakan Oxoferin. E/ klien mendapatkan perawatan luka setiap pagi, luka tertutup kassa steril. 3. Menganjurkan klien untuk tidur tengkurap dan melakukan mobilisasi. E/ klien melakukan anjuran petugas kesehatan dengan baik. 4. Memberikan terapi oral dan dan menganjurkan menganjurkan klien untuk untuk minum obat obat secara teratur teratur sesuai jadwal berupa vit. C (1x1000), (1x1000), Fe (2x1), Fe (2x1), dan Asmef (3x500). E/ klien minum obat secara teratur. TTD
Sinta Erlinda Ayu W.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini dibahas tentang kesenjangan ataupun kesesuaian antara teori dan tinjauan kasus pada pelaksanaan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. “ER” P1001 Ab000 Post Partum Post SCTP dengan Wound Infection, Infection, Hipertensi, Anemia, dan Subinvolusio
Uteri
di
Ruang
Nifas
RSUD
Bangil
Pasuruan.
Untuk
memudahkan
pembahasan maka penyusun akan menguraikan sebagai berikut. 4.1 Pengkajian Pengumpulan data merupakan proses manejemen asuhan kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik, psikososial maupun spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Respon klien dalam memberikan informasi baik sehingga penyusun dapat dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien. 4.2 Interpretasi Data Dasar Pada tinjauan pustaka disebutkan bahwa penatalaksanaan terhadap kasus wound infection, hipertensi, anemia, dan subinvolusio uteri dengan cara rawat luka, relaksasi nyeri, pemenuhan kebutuhan nutrisi, KIE tentang personal hygiene. hygiene. Dengan demikian ada kesesuaian antara tinjauan teori dan kasus Ny ” ER” ER” sehingga diagnosa aktual dapat ditegakkan dan memudahkan bidan dalam memberikan asuhan. 4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikai adanya masalah yang akan terjadi sehingga bisa segera diatasi. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Ny ”ER” di lahan teridentifikasi adanya masalah potensial berupa perdarahan post partum dan partum dan nekrosis jaringan. 4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan Berdasarkan data yang memberikan gambaran dan indikasi adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa klien. Tindakan yang berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih professional sesuai dengan keadaan yang dialami oleh klien. Tindakan segera dan kolaborasi yang dapat dilakukan yaitu observasi tanda-tanda infeksi, cek DL secara berkala, dan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi atau raber dengan unit lain.
1.5 Intervensi Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif ditujukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungannya dengan
masalah yang sedang dialami klien. Rencana tindakan harus dengan persetujuan klien dan semua tindakan harus berdasarkan rasional dan relevan dan diakui kebenarannya. Pada Ny ”ER” ER” penyusun merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien, mengobservasi TTV, mengobservasi tandatanda komplikasi nifas, mengobservasi asupan nutrisi klien, meminta klien untuk istirahat yang cukup tanpa mengurangi mobilisasi, meminta klien untuk melakukan teknik relaksasi nyeri, meminta klien untuk mengonsumsi obat-obatan yang diberikan olehpetugas kesehatan, dan kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi injeksi. Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dan kasus yang ada. 4.6 Implementasi Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan oleh klien dan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Pada studi kasus Ny “ER“, “ER“, semua dapat dilaksanakan dengan baik tanpa karena adanya kerja sama yang baik antara klien dengan petugas di Ruang Nifas RSUD Bangil. 4.7 Evaluasi Evaluasi asuhan kebidanan merupakann langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi, memutuskan apakah tinjauan telah tercapai atau tidak dengan tidakan yang sudah diimplementasikan. diimplement asikan. Berdasarkan
studi kasus Ny
”ER” dapat dikatakan dikatakan bahwa tinjauan telah tercapai tercapai sesuai dengan tindakan yang telah diimplementasikan.
BAB V PENUTUP
Setelah saya mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktik , melalui studi kasus asuhan kebidanan pada Ny ”ER“ P1001 Ab0O0 Post Partum Post SCTP dengan Wound Infection, Infection, Hipertesi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri maka dari ini saya akan memberikan kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data subjektif dari kasus Ny “ER “ ER““ yaitu klien mengatakan baru melahirkan untuk pertama kalinya dan sebelumnya sebelumnya tidak pernah keguguran.
Menganalisa dan menginterpretasikan menginterp retasikan data untuk menegakkan diagnosa pada Ny ”ER“ P ”ER“ P 1001 Ab 0O0 Post Partum Post SCTP dengan Wound dengan Wound Infection, Infection, Hipertesi, Anemia, dan Subinvolusio Uteri
Merencanakan tindakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny ”ER” yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien, mengobservasi TTV, mengobservasi tanda-tanda komplikasi nifas, mengobservasi asupan nutrisi klien, meminta klien untuk istirahat yang cukup tanpa mengurangi mobilisasi, meminta klien untuk melakukan teknik relaksasi nyeri, meminta klien untuk mengonsumsi obat-obatan yang diberikan olehpetugas kesehatan, dan kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi injeksi.
Pada penatalaksanaan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “ER“ mulai dari pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
Pendokumetasian Pendokumetasian sangat sangat penting penting dilaksanakan dilaksanakan pada setiap tahap dari dari proses proses asuhan asuhan kebidanan karena hal ini merupakan bukti pertanggungjawaban bidan terhadap klien.
.5.2 Saran
Diperlukan kerja sama yang baik baik antara klien, klien, anggota keluarga dan dan petugas kesehatan.
Bidan harus memberikan memberikan asuhan sesuai dengan wewenangnya. wewenangnya. Oleh karena itu, manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasar bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai kasus.
Sebaiknya bidan meningkatkan meningkatk an kerja sama dan komunikasi komunikas i dengan petugas kesehatan lainya seperti dokter, perawat dan sesama bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan.
Selalu mendokumentasikan mendokumentasikan setiap setiap tindakan yang dilakukan dilakukan sebagai bukti pertanggungjawaban petugas kesehatan terhadap asuhan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D. 2005. Obstetri Williams Edisi Williams Edisi 21. EGC, Jakarta. Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Bidan. EGC, Jakarta. Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri . EGC, Jakarta. Myles. 2008. Buku Ajar Bidan. Bidan. EGC, Jakarta. POGI, IDAI, PERINASIA, IBI, DEPKES RI dan Bantuan Teknis dari JHPIE60/MNH Program. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Kebidanan. YBPSP, Jakarta. Sujiyatini. 2008. Asuhan 2008. Asuhan Patologi Patologi Kebidanan Kebidanan.. Nuha Medika, Yogyakarta. Walsh, L. 2007. Buku Ajar Kebidanan Kebidanan.. EGC, Jakarta. Winkjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Neonatal . YBPSP, Jakarta.