MA TA K UL ULII A : ASUH AS UH AN K E B I D AN ANAN AN PAD P AD A I B U NI F AS DA N ME NY USUI DOSE DOS E N PENG AJA R : F AR MI NG, SST, SST, M.Ke M.Keb b
MANAJEMEN KASUS NIFAS PATOLOGI
OLEH
OLEH KELOMPOK I : 1. ASNIAR 2. ASNIWATI 3. ASNUR SAID 4. DAISY TARAMPAK 5. DEWI SASMITA 6. DEWI ULTRIANI 7. FITRAYANI 8. FITRY 9. HARDIYANTI RUKMANA 10. HARTINI
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN 2018
PEMBAHASAN MASA NIFAS A. Definisi Masa nifas atau masa yang disebut juga masa post partum atau puerperium adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama enam minggu (Suherni, 2008). Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah satu jam lahirnya plasenta sampai dengan enam minggu atau 42 hari (Saifuddin, 2008). B. Klasifikasi Masa Nifas Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode : 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – berminggu – minggu, minggu, berbulan – berbulan – bulan bulan atau tahunan. C. Tujuan Asuhan Nifas Asuhan nifas bertujuan untuk 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya. 2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. b ayinya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian pe mberian imunisasi kepada bayinya bayin ya dan perawatan bayi yang sehat. 4. Memberikan pelayanan KB. 5. Mempercepat involusi alat kandung. 6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium. 7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan 8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. D. Perubahan – Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas 1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu : a. Alat genitalia Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting lain,yakni hemokonsentrasi h emokonsentrasi dan timbulnya timbu lnya laktasi karena laktogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae. b. Fundus Uteri Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai 1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1 minggu, TFU ½ pstsymphisis, beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm. Setelah 14 hari TFU tidak teraba, beratnya 350 gr, 5 cm 6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya 60 gr, diameter 2,5 cm. c. Serviks Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. d. Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi
menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis darah yang dapat mengakibatkan thrombosis masa nifas. 2.
Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga dapat membuat perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu: 1) Taking in Period Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif dan sangat tergantung dan fokus perhatian terhadap tubuhnya. Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu untuk mencegah efek kurang baik yaitu kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan kesehatan. Tambahan makanan kaya gizi sangat penting dibutuhkan sebab nafsu makan biasanya akan meningkat. Kurang nafsu makan memberi indikasi bahwa proses pemulihan kesehatan tidak berlangsumg normal. 2) Taking Hold Period Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu menjadi berkonsentrasi pada kemampuannya menjadi ibu yang sukses, dan menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayinya Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya proses defekasi dan miks, kekuatan, dan daya tahan tubuh ibu Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti menggendong, memandikan, menyusui bayinya dan mengganti popok Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. 3) Letting go Period Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba dirumah dan secara penuh merupakan waktu pengaturan Kumpul bersama keluarga Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu merasa menyadari kebutuhan bayinya sangat tergantung kesiapannya sendiri sebagai ibu, ketergantungannya kepada orang lain, serta dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya keluarga. E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas Kunjungan masa nifas terdiri dari : 1. Kunjungan I 6- 8 jam setelah persalinan : Tujuannya : a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal. e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi 2. Kunjungan II 6 hari setelah persalinan : Tujuannya : a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda – tanda tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda – tanda tanda penyakit.
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – – hari. hari. 3. Kunjungan III 2 minggu setelah persalinan Tujuannya : Sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan ) 4. Kunjungan IV 6 minggu setelah persalinan Tujuannya : a. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit – penyakit penyakit yang dialami b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)
T ujuan uj uan kunjung kunj ungan an ma masa nifas nif as anta antarr a lai lai n yai yai tu : a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya F. Perawatan Masa Puerperium Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “ mobilisasi dini ”( early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya keuntungan : a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium b. Memperlancar involusi alat kandungan c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal gastrointestinal dan alat perkemihan d. Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. BENDUNGAN ASI A. Definisi Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo, 2005:700). Pada hari-hari pertama, payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah da rah ke payudara p ayudara bersamaan dengan ASI mulai mu lai di produksi di dalam jumlah banyak (Ambarwati,2008) Bila ibu menyusui bayinya : Susukan sesering mungkin Kedua payudara disusukan Kompres hangat payudara sebelum disusukan Bantu dengan memijat payudara untuk pemulaan menyusui Sangga payudara Kompres dingin pada payudara di antara permulaan waktu menyusui Bila demem tinggi berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya Bila ibu tidak menyusui : Sangga payudara Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara Pompa dan kosongkan payudara B. Etiologi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: 1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang
2.
3.
4.
5.
dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi b ayi tidak aktif mengisap, men gisap, maka ma ka akan menimbulkan bendungan ASI). Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI). Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).
C. Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat me ngkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya b iasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2005) D. Penatalaksanaan a. Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah : b. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan b. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi d. Perawatan payudara pasca persalinan Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah : a. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek b. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi. c. Sesudah bayi Sesudah bayi kenyang keluarkan kelua rkan sisa ASI b. Untuk mengurangi Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin c. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.(Sastrawinata, 2004) E. Tinjauan asuhan kebidanan Konsep asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI menurut manajemen kebidanan Varney. 1. Manajemen Kebidanan a. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (PP IBI, 2006). b. Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (PPKC, 2002). 2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney Menurut Varney (1997), proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut F. Landasan Hukum Landasan hukum tentang kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tingkat I terdapat dalam KEP MENKES No. 900/MENKES/VII/2002, tentang registrasi dan praktek bidan, wewenang bidan yaitu sebagai berikut : 1. Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang ijin penyelenggara praktik Bidanbidan dapat memberikan pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan. 2. KepMenKes RI No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar Profesi Bidan pada kompetensi ke-5 yaitu Bidan memberikan asuhan nifas bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama masa nifas yang meliputi, deteksi dini,pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA NY. “A” P1A0 AH1 POST PARTUM HARI KE TIGA DENGAN BENDUNGAN ASI DI RSUD KOTA KENDARI
I. PENGKAJIAN A. DATA SUBJEKTIF Identitas Istri suami Nama : Ny. A Umur : 31 tahun Suku : tolaki Agama : Islam Pendidikan : SMU Pekerjaan : IRT Alamat : Jl. H. Lamuse kel.lepo-lepo
Tn. A 37 tahun tolaki Islam SMP karyawan
1. Keluhan utama Ibu mengatakan terasa bengkak dan nyeri pada payudaranya sejak tadi pagi tanggal 29 Agustus 2018 2. Riwayat kehamilan ini a. Riwayat menstruasi 1) Menarche : 12 tahun 2) Siklus : 28 hari 3) Lama : 7 hari 4) Dismenorhea: tidak ada 5) Sifat darah : encer,sedikit menggumpal 6) Banyaknya : 3 kali ganti pembalut 7) HPHT : 14 – 14 – 11 – 11 – 2017 2017 8) HPL : 21 – 21 – 8 – 8 – 2018 2018 9) G.P.A : G1P0A0 b. Riwayat perkawinan Sah, kawin 1 kali pada umur 29 tahun, dengan suami umur 35 tahun, lama perkawinan 2 tahun. c. Riwayat KB Ibu mengatakan dia belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. No Tahu Tempat Usia Jenis Penolo Kelainan anak ket n partus kehamilan partus ng hml prts nfs JK BB PB partu s 1. 2018 Rsud Aterm SC Dokter Lk 3,5 48 kota kendari e. Riwayat imunisasi Imunisasi TT1 dilakukan pada saat usia kehamilan 20 minggu dan TT2 pada usia kehamilan 24 minggu, ibu tidak mengalami penyulit dalam kehamilannya. f. Bayi Jenis kelamin laki - laki, berat badan 3500 gram, panjang badan 48cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 33 cm,LLA 12 cm, jam partus 11.10 wib, 27 agustus 2018. A. DATA OBJEKTIF a) Pemeriksaan umum
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keadaan umum Keadaan emosional Kesadaran TB BB LILA Tanda-tanda vital
: : : : : : :
Baik Cemas Composmentis 140 cm 81 kg , sebelum hamil : 68 kg 25 cm TD: 120/80 mmHg, N : 84x/mnt R : 18x/mnt, T : 360 C
b) Pemeriksaan fisik Inspeksi Kepala a. Rambut Kebersihan : Bersih, tidak berketombe Warna : Hitam Kekuatan : Kuat, tidak rontok b. Mata Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Tidak anemis Sclera : Tidak ikterik c. Hidung : Bersih d. Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran e. Mulut dan gigi Bibir : Normal Lidah : Bersih Gigi : ada caries Gusi : Tidak ada stomatitis : Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan Leher Kelenjar Limfe : Tidak ada pembengkakan
Dada a. Payudara 1) Pembesaran : Ada 2) Putting susu : Menonjol 3) Pengeluaran ASI : Sudah ada berupa colostrum 4) Simetris : Ya 5) Benjolan : ada 6) Rasa nyeri : ada 7) Hyperpigmentasi : Ada b. Abdomen : ada bekas operasi, TFU 3 jari bawah pusat. c. Ekstermitas atas : lengkap kiri dan akanan, fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema, keadaan bersih. d. Ekstermitas bawah : tungkai tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik, tidak ada cacat, tidak ada varises, lengkap kanan kiri, reflek patella baik. e. Genetalia : tidak ada oedema dan varises pada vulva, ada pengeluaran darah nifas warna merah. f. Punggung : tulang sedikit lordosis. g. Rectum : tidak ada hemoroid. h. Anogenital : perineum normal tidak ada laserasi jalan lahir, tidak ada pembengkakan pada vulva, anus normal
II. IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA, DAN KEBUTUHAN a. Diagnosa : ny.A P1A0 AH1 post partum hari ke 2 dengan bendungan ASI b. Dasar : 1. Ibu mengatakan payudara terasa nyeri, dan bengkak, 2. Ibu mengatakan melahirkan anaknya 2 hari yang lalu pada tanggal 27 Agustus 2018. 3. Ibu mengatakan belum pernah keguguran 4. Pengeluaran pervaginam berupa lochea rubra
5. Kontraksi uterus baik c. Masalah : Payudara nyeri dan bengkak d. Kebutuhan : Penanganan bendungan ASI, KIE tentang menyusui III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL Mastitis IV. TINDAKAN SEGERA Penanganan bendungan ASI, KIE tentang menyusui. V. PERENCANAAN Tanggal/pukul : 29 maret 2018 1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan 3. jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami 4. beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini 5. Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, rasakan, 6. Ajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara, 7. Ajarkan ibu ibu teknik dan posisi menyusui yang yang baik 8. Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara 9. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau 10. Anjurkan ibu banyak beristirahat VI. PELAKSANAAN Tanggal/pukul : 29 Agustus 2018 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu mengalami bendungan bend ungan ASI 2. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar 3. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan. 4. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu: Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahanlahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras. 5. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan me nghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. Pakai bra yang dapat menyangga payudara 6. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara, yaitu: Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara : Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting.
7. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu: Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya sebelum menyusui Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat menggunakan sandaran pada punggung Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang areola Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang satunya Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada putting Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung kembu ng dan muntah 8. Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu : Ibu mencuci tangan hingga bersih Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan pada payudara Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI dibawah areola Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif. 9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain 10. Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara.
VII. EVALUASI Tanggal/pukul : 28 Agustus 2018 1. Ibu mengerti dirinya sedang mengalami bendungan ASI 2. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan 3. Ibu mengerti tentang bendungan ASI yang ibu alami 4. Ibu mengerti bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini 5. Ibu mengerti cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, 6. Ibu mengerti cara perawatan/masase payudara, 7. Ibu mengerti dan dapat mmpratkan teknik dan posisi menyusui yang baik 8. Ibu mengerti dan dapat memeras ASI untuk mengosongkan payudara 9. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi sayuran hijau 10. Ibu bersedia untuk beristirahat
SOAP ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA NY. “A” P1A0 AH1 POST PARTUM HARI KE TIGA DENGAN BENDUNGAN ASI DI RSUD KOTA KENDARI IDENTIFIKASI ISTRI DAN SUAMI Istri suami Nama : Ny. A Umur : 31 tahun Suku : tolaki Agama : Islam Pendidikan : SMU Pekerjaan : IRT Alamat : Jl. H. Lamuse kel.lepo-lepo
Tn. A 37 tahun tolaki Islam SMP karyawan
SUBJEKTIF (S) 1. Ibu mengatakan payudara terasa nyeri, dan bengkak, 2. Ibu mengatakan melahirkan anaknya 2 hari yang lalu pada tanggal 27 Agustus 2018. 3. Ibu mengatakan belum pernah keguguran OBJEKTIF (O) c) Pemeriksaan umum 8. Keadaan umum 9. Keadaan emosional 10. Kesadaran 11. TB 12. BB 13. LILA 14. Tanda-tanda vital
: : : : : : :
Baik Cemas Composmentis 140 cm 81 kg , sebelum hamil : 68 kg 25 cm TD: 120/80 mmHg, N : 84x/mnt R : 18x/mnt, T : 360 C
d) Pemeriksaan fisik Inspeksi Kepala f. Rambut Kebersihan : Bersih, tidak berketombe Warna : Hitam Kekuatan : Kuat, tidak rontok g. Mata Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Tidak anemis Sclera : Tidak ikterik h. Hidung : Bersih i. Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran j. Mulut dan gigi Bibir : Normal Lidah : Bersih Gigi : ada caries Gusi : Tidak ada stomatitis : Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan Leher Kelenjar Limfe : Tidak ada pembengkakan
Dada i. Payudara 1) Pembesaran
:
Ada
2) Putting susu : Menonjol 3) Pengeluaran ASI : Sudah ada berupa colostrum 4) Simetris : Ya 5) Benjolan : ada 6) Rasa nyeri : ada 7) Hyperpigmentasi : Ada j. Abdomen : ada bekas operasi, TFU 3 jari bawah pusat. k. Ekstermitas atas : lengkap kiri dan akanan, fungsi pergerakan baik, tidak ada oedema, keadaan bersih. l. Ekstermitas bawah : tungkai tidak ada oedema, fungsi pergerakan baik, tidak ada cacat, tidak ada varises, lengkap kanan kiri, reflek patella baik. m. Genetalia : tidak ada oedema dan varises pada vulva, ada pengeluaran darah nifas warna merah. n. Punggung : tulang sedikit lordosis. o. Rectum : tidak ada hemoroid. p. Anogenital : perineum normal tidak ada laserasi jalan lahir, tidak ada pembengkakan pada vulva, anus normal ANALISIS (A) Diagnosa : P1 A0 Mastitis post partum hari kedua Aktual : nyeri pada payudara PENATALAKSANAAN (P) Tanggal/pukul : 29 Agustus 2018 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu mengalami bendungan bend ungan ASI 2. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar 3. Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk megurangi keluhan yang ibu rasakan. 4. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan, yaitu: Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahanlahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras. 5. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan me nghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. Pakai bra yang dapat menyangga payudara 6. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara, yaitu: Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara : Tempatkan kedua telapak tangan diantara ke 2 payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting. 7. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik, yaitu: Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air /secukupnya sebelum menyusui Memasukkan semua areola mamae kedalam mulut bayi Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat menggunakan sandaran pada punggung Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang di bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting) dibelakang areola Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara mulai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang satunya Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara, biarkan kering sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah lecet pada putting Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung kembu ng dan muntah 8. Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu : Ibu mencuci tangan hingga bersih Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersih dan dekatkan pada payudara Letakan ibu jari diatas puting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah puting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu Kemudain tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tenpat tampungan ASI dibawah areola Tekan dan lepas, kemudian tekan dan lepas kembali. Kalau teraba sakit berarti tekniknya salah. ASI akan mengalir terutama bila refleks oksitosinnya aktif. 9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk memperbanyak dan memperlancar ASI, misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain 10. Menganjurkan ibu banyak beristirahat, ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur. Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta, mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Retna eni. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :Buku kesehatan Damayanti. 2009. Asuhan Kebidanan Ibu nifas. Jakarta : Salemba Medika Dewi Vivian Nanni Lia Dan Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika