ANALISIS PERMASALAHAN SISWA MELALUI MEDIA KOTAK CURHAT
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bimbingan Bimbingan dan konseling konseling di sekolah sekolah merupakan merupakan wadah bantuan bantuan yang diber iberik ikan an
oleh leh
guru uru
pemb embimb imbing ing
untu untuk k
meng engemb embangk angkan an
tuga tugass
tuga tugass
perkembangan siswa. Agar siswa mampu memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan mengarahkan diri dan menyesuaikan menyesuaikan diri terhadap lingkunga lingkungannya. nnya. Anas Anas Salahu Salahudin din (2009: (2009:16) 16) mengem mengemuka ukakan kan bahwa bahwa bimbin bimbingan gan dan konseli konseling ng adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu …., dengan tujuan agar individu individu dapat memahami dirinya, dirinya, lingkunga lingkungannya, nnya, serta dapat mengarahkan mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Bimbingan dan konseling juga memberikan bantuan kepada siswa dalam pengentasan masalah masalah yang sedang dihadapinya. Dalam hal ini guru pembimbing mengarahkan siswa agar mampu secara mandiri mengambil keputusan. Pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi dan penerimaan diri. (Thomson dan Rudolph, dalam prayitno, 1994:112). Adapun masalah masalah yang dapat dibantu oleh guru pembimbing di klasifikasikan menjadi tiga jenis. Yaitu masalah pendidikan, masalah pribadi dan sosial, dan masalah pekerjaan atau karir. Ketiga masalah tersebut akan dibantu oleh oleh guru guru pemb pembim imbi bing ng dala dalam m peng pengen enta tasa sann nnya ya deng dengan an syar syarat at sisw siswaa mau mau bekerjasama
secara
sukarela
mengungkapnya
masalahnya
kepada
guru
pembimbing dan terbuka dalam memberikan keterangan keterangan yang berhubungan dengan masalah masalah dihadapinya sendiri. Dalam hal ini berkaitan dengan asas asas kesukarelaan dan keterbukaan bimbingan dan konseling. Namun, dalam praktek bimbingan dan konseling di sekolah, sering kali guru pembimbing mendapat kesulitan pada siswa yang tidak berani berkonsultasi dengan guru pembimbing mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Sehingga
asas asas kesukarelaan dan keterbukaan tidak bisa terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan karena masalah yang dihadapi siswa tersebut terlalu pribadi, siswa malu bila dilihat teman – temannya berkonsultasi dan dianggap siswa bermasalah, dan siswa takut masalah yang dialaminya diketahui oleh orang lain saat ia sedang berkonsultasi. Akibatnya, masalah terlambat untuk di entaskan dan berpengaruh pada
aktivitas
belajar
siswa
tersebut
disekolah.
Prayitno
(1994:209)
mengemukakan bahwa orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak mengenakan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari benda yang tidak mengenakan. Kesulitan ini yang membuat guru pembimbing menggunakan media sebagai salah satu sarana fisik bimbingan dan konseling, agar dapat menarik siswa yang tidak berani berkonsultasi mengungkapkan masalahnya secara langsung namun bisa mengungkapkan masalahnya tanpa diketahui oleh orang lain yang tidak ada hubungan dalam pengentasan masalah. Berkaitan dengan uraian latar belakang diatas peneliti bertanggung jawab untuk melakukan penelitian dengan judul : Analisis Permasalahan Siswa Melalui Media Kotak Curhat
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apa saja permasalahan yang dimunculkan siswa melalui media kotak curhat ?”
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menarik siswa berkonsultasi mengungkapkan masalahnya dan menganalisis permasalahan siswa melalui media kotak curhat.
1.4 Manfaat Penilitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi guru pembimbing, agar dapat di jadikan referensi untuk mengatasi kesulitan siswa yang enggan berkonsultasi. b. Bagi siswa, memberikan kemudahan kepada mereka untuk berkonsultasi tanpa merasa ragu masalahnya akan diketahui oleh orang lain. c. Bagi guru bidang studi, secara tidak langsung membantu melancarkan kegiatan pembelajaran mereka dengan siswa dikelas.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Permasalahan Permasalahan berasal dari kata masalah yang ditambah imbuhan per-an, artinya sesuatu yang harus diselesaikan. Didalam wikipedia masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Menurut Andai Yani dalam http://id.shvoong.com/humanities/theorycriticism/2020002-pengertian-masalah/ (2010:1) Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Sedangkan permasalahan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal yg menjadikan masalah. Permasalahan inilah yang merupakan sumber dari masalah. Dalam hal ini peneliti akan menganalisis permasalahan yang mengganggu aktifitas belajar siswa disekolah sehingga berkembang menjadi masalah.
2.2 Jenis Jenis Masalah Masalah siswa disekolah tidak hanya masalah belajar yang di tangani oleh guru pembimbing. Anas Salahudin (2009:66) mengemukakan jenis masalah individu yang terkait dengan objek bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, tidak semata mata belajar, dalam arti penumpukan pengetahuan dari kegiatan intruksional. Melainkan yang dibahas dalam penelitian ini merupakan masalah yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa disekolah menjadi menurun. Masalah masalah individu yang timbul dalam lingkup sekolah dapat diklasifikasikan dalam tiga bidang atau jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Djumhur dan Moh. Surya sebagai berikut. a. Masalah Pendidikan (Pengajaran atau Belajar) Siswa merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan belajar, misalnya cara membagi waktu belajar, cara belajar, mengerjakan tugas tugas, menyesuaikan dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru guru, dan tata tertib sekolah. b. Masalah Pribadi dan Sosial Masalah masalah pribadi dalam lingkup sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam pribadi individu yang berhadapan dengan lingkungan sekitarnya. Masalah seperti ini banyak dialami oleh klien pada waktu menjelang masa adolesens yang ditandai oleh perubahan yang cepat, baik fisik maupun mental. Selain itu, berdampak pula terhadap sikap dan perilaku. Misalnya, ingin menyendiri, cepat bosan, agresif, emosi yang meninggi, dan hilangnya kepercayaan diri. Adapun masalah masalah social yang kerap dihadapi oleh siswa dalam lingkup sekolah yang bersangkutan dengan hubungan antarindividu atau hubungan antara individu dan lingkungan sosialnya, misalnya kesulitan dalam mencari teman, merasa terasing dengan pekerjaan kelompok, dan dikucilkan dalam lingkup pergaulan.
Dalam suatu kasus ditemukan bahwa kurangnya motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran, merupakan salah satu karakteristik anak yang nakal. Hal ini misalnya terjadi pada anak dengan latar belakang keluarga dan lingkungan yang berada di lingkungan lokalisasi PSK. Kehidupan keras di lingkungan lokalisasi menyebabkan anak kurang tertarik terhadap pembelajaran. Kebiasaan jelek lainnya, yang menyebabkan anak kurang motivasi dalam mengikuti pembelajaran, adalah anak yang sering bermain sendiri (gejala autisme) atau mengganggu teman yang lain, atau bersikap acuh tak acuh ketika guru memberikan tugas. c. Masalah Pekerjaan (karir) Masalah masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, memilih latihan tertentu untuk suatu pekerjaan, mendapatkan informasi tentang jenis pekerjaan dan kesulita untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan kerja.
2.3 Pengkategorian Masalah Masalah masalah yang ditangani oleh guru pembimbing memiliki kategori kategori tertentu yang berpengaruh pada cepat dan lamanya masalah dapat dientaskan. Berkaitan dengan pengkategorian masalah (Sofyan S. Willis, dalam Fenti Hikmawati, 2010:27) mengemukakan tingkatan masalah beserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagai berikut. a. Masalah (kasus) ringan, seperti : membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah. b. Masalah (kasus) sedang, seperti : gangguan emosional, berpacaran dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar karena
gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru bimbingan dan konseling (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah. Ahli/professional, polisi, guru, dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus. c. Masalah kasus berat, seperti : gangguan emosional berat, kecanduan alcohol dan narkotika, perilaku kriminalitas, siswi hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam, atau senjata api. Kasus berat dilakukan referral (alih tangan kasus) kepada psikolog, psikiater, dokter, polisi, ahli hokum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan knferensi kasus.
2.4 Definisi Media Perlu diketahui bahwa dalam dunia pendidikan, para pendidik memerlukan media untuk memudahkan mereka dalam memberikan pendidikan. Salah satunya guru pembimbing di sekolah. Sebelumnya peneliti akan memaparkan definisi dari media itu sendiri. Kata media merupakan jamak dari kata medium. Yang dapat diartikan sebagai perantara. Sri Anitah (2008:1) mengemukakan media juga dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. (Association for educational communitions and technology (AECT) dalam Sri Anitah, 2008 : 1) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dapat digunakan menyalurkan informasi. Ada lagi pendapat (Smaldino dkk dalam Sri Anitah, 2008 : 2) media adalah suatu benda alat komunikasi dan sumber informasi. Jadi dapat peneliti simpulakan, bahwa media merupakan perantara yang digunakan untuk memudahkan komunikasi untuk menyampaikan informasi dari sumber informasi dengan penerima informasi dalam segala bentuk.
2.5 Media dalam Bimbingan dan Konseling Bagaimana arti media bagi guru pembimbing yang mempunyai tugas khusus, yaitu memberikan layanan bimbingan dan konseling ?. Pengertian media dalam bimbingan konseling sebagai hal yang digunakan menjadi perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program BK ( Pakde Harto, dalam
http://bksuhartongawi.blogspot.com/2010/12/media-bimbingan-
konseling.html, 2010:12 ). Namun dalam perkembanganya, media bimbingan konseling tidak sebatas untuk perantara atau pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program BK tetapi memiliki makna yang lebih luas yaitu segala alat bantu yang dapat digunakan dalam melaksanakan program BK (Diklat profesi guru, PSG Rayon 15, 2008). Misalnya konselor ketika melaksanakan konseling individu memerlukan ruang konseling, meja kursi, alat perekam/pencatat. Ketika konselor pada akhir minggu/bulan/semester/tahun akan melaporkan kegiatan kepada Kepala Sekolah memerlukan media. Setelah sudah selesai masih memerlukan media lagi misalnya rak penyimpan data.
2.6 Jenis Jenis Media dalam Bimbingan dan Konseling Pakde Harto dalam http://bksuhartongawi.blogspot.com/2010/12/media bimbingan-konseling.html (2010:12) berpendapat ada beberapa jenis media dalam bimbingan dan konseling yaitu : 1. Media untuk menyampaikan informasi 2. Media sebagai alat ( pengumpul data dan penyimpan data) 3. Media sebagai alat menyampaikan laporan. Peneliti akan memaparkan masing masing media dalam bimbingan dan konseling diatas.
1. Media untuk Menyampaikan Informasi Salah satu media yang digunakan dalam bimbingan konseling adalah papan media bimbingan. Dewa Ketut Sukardi (2007:108) mengemukakan, dalam papan media bimbingan bisa ditempel tempel berbagai informasi mengenai bimbingan…..yang berkaitan dengan permasalahan bimbingan dan konseling. Misalnya poster poster mengenai cara belajar yang efektif. Media ini berfungsi untuk menyampaikan Informasi yang berasal dari komunikator (Sumber Pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Selain itu Guru pembimbing dapat menggunakan alat alat komunikasi dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Seperti telepon, pager, email melalui internet, atau kotak curhat sebagai media penyampai informasi permasalahan siswa kepada guru pembimbing. 2. Media sebagai Alat (Pengumpul Data dan Penyimpan Data) Media juga biasa dijadikan alat. Dalam bimbingan dan konseling untuk mencari tahu penyebab masalah siswa terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dengan alat ungkap masalah (AUM) baik tes maupun nontes yang merupakan bagian dari aplikasi Instrumentasi. Dewa Ketut Sukardi (2007:73) Aplikasi intrumentasi bimbingan dan konseling bermaksud mengumpulkan data dan keterangan peserta didik…..Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan dengan berbagai Intrumen, baik tes maupun non-tes. Kemudian hendaknya juga guru pembimbing dapat menyediakan tempat untuk menyimpan data data yang telah dikumpulkan. Dewa Ketut Sukardi (2007:106) mengemukakan, Ruang konseling hendaknya menyediakan filling cabinet untuk menyimpan dokumen dokumen atau data data siswa. Selain itu juga computer dapat menjadi alternative tempat penyimpan data dalam bentuk softh file.
3. Media sebagai Alat Menyampaikan Laporan Seluruh kegiatan bimbingan konseling harus dilakukan administrasi secara tertib dalam bentuk data laporan. Laporan ini nantinya akan diserahkan pada kepala sekolah sebagai pertanggung jawaban guru pembimbing terhadap tugasnya yang dilaksanakan berdasarkan program kerja dalam waktu tertentu. Penulisan laporan ini dilakukan oleh guru pembimbing sesuai dengan format format yang direkomendasikan, sebagi bukti fisik tentang pelasanaan tugas guru pembimbing tersebut. Prayitno (1997:182) mengemukakan, format format yang telah diisi dan secara syah diketahui oleh kepala sekolah merupakan bukti fisik tentang pelasanaan tugas pokok guru pembimbing di sekolah. Artinya media yang digunakan dalam menyampaikan laporan ini adalah kertas yang telah berisi format format laporan yang telah direkomendasikan.
2.7. Media Kotak Curhat Kotak curhat merupakan kotak masalah atau kotak tanya dalam bimbingan konseling yang peneliti sedikit ubah namanya menjadi kotak curhat. Dasar pemikiran peneliti mengubah nama kotak masalah menjadi kotak curhat adalah untuk
memberikan
kesan
pada
siswa
bahwa
bila
berkonsultasi
dan
mengungkapkan masalah melalui kotak tersebut bukanlah siswa yang bermasalah melainkan kesannya seperti sedang curhat. Fungsi dari kotak curhat ini sendiri tidak jauh berbeda dengan fungsi kotak masalah yang ada didalam bimbingan konseling sendiri. Kotak masalah menampung masalah masalah dan pertanyaan yang dihadapi oleh siswa. Bimo Walgito (2010:155) mengemukakan, Kotak masalah ini sering pula disebut kotak Tanya. … untuk menampung masalah masalah atau pertanyaan pertanyaan yang dihadapi oleh anak anak atau anggota lain dalam sekolah. Dengan sarana ini, apabila ada masalah atau persoalan maka akan dapat segera ditampung dan segera dipecahkan.
2.8 Penyelenggaraan Kotak Curhat Dalam penyelenggaraan kotak curhat ini peneliti membekali siswa sebuah kartu yang merupakan identitas mereka dalam mengungkapkan masalah melalui kotak curhat. Kartu tersebut peneliti beri nama kartu curhat. Kemudian peneliti sendiri sekaligus berperan guru pembimbing disekolah tempat lokasi penelitian memiliki juga buku yang berisikan data kode kode siswa untuk menghindari dari kesulitan mengenali siswa yang berkonsultasi melalui media kotak curhat.
2.8.1. Pelaksanaan Kotak Curhat Selain di ruang bimbingan dan konseling, peneliti akan menyediakan kotak curhat pada masing masing kelas, kantin dan musholah. Kegunaannya peneliti menyediakan kotak curhat seperti yang disebutkan diatas. Untuk memudahkan siswa dalam memasukan konsultasinya kedalam kotak curhat, kemudian mengatasi siswa yang malu dilihat teman dan guru bila memasukan konsultasi kedalam kotak curhat tersebut. Pada waktu jam belajar telah habis disekolah tempat peneliti melakukan penelitian. Peneliti baru akan membuka kotak curhat tersebut untuk melihat ada atau tidaknya siswa yang berkonsultasi melalui media tersebut. Kotak curhat tersebut akan rutin peneliti buka pada hari hari sekolah seusai jam pelajaran berakhir.
2.8.2 Kartu Curhat Kartu curhat merupakan kartu yang berisikan keterangan Kode Siswa dalam berkonsultasi, Tingkat kelas, dan tulisan “demi menjaga kerahasiaan masalah konsultasi anda, dilarang keras memberitahukan nomor KODE kartu ini pada orang lain kecuali guru BK” sebagai pengingat siswa agar nomor kode
tersebut tidak diberitahukan pada orang lain. Fungsi kartu c urhat itu sendiri adalah sebagi berikut : 1. Merupakan identitas siswa dalam berkonsultasi. 2. Untuk menjamin kerahasiaan isi dari konsultasi siswa dari siswa lain dan individu individu yang tidak berkepentingan. 3. Sebagi penghubung konselor (guru pembimbing) dengan siswa yang berkonsultasi. Contoh Kartu Curhat
KARTU CURHAT KODE
:
0701
KELAS
:
VII
Demi menjaga kerahasiaan masalah konsultasi anda, dilarang keras memberitahukan nomor KODE kartu ini pada orang lain kecuali guru BK.
Dengan demikian, pembekalan kartu curhat pada siswa merupakan usaha menekan kebocoran rahasia konsultasi dari siswa itu sendiri.
2.8.3 Buku Kode Siswa Sama seperti halnya kartu curhat, buku kode siswa ini berisikan kode kode siswa yang telah diberikan kartu curhat, nama siswa, dan kelas. Fungsinya untuk mencegah terjadinya kesulitan guru pembimbing dari mengenali siswa yang berkonsultasi melalui media kotak curhat.
Contoh Format Isi Buku Kode Siswa No
Nama Siswa
Kode
Kelas
1
Kirara
0701
VII
2
Tessaiga
0702
VII
3
Tenseiga
0703
VII
4
Inuyasha
0704
VII
5
Kagome
0705
VII
6
Sesshomaru
0706
VII
7
Roronoa Zorro
0707
VII
8
Sanji
0708
VII
9
M. D. Luffy
0709
VII
Untuk menghindari kebocoran rahasia konsultasi siswa, buku ini dibuat hanya untuk dipegang peneliti dan guru pembimbing disekolah tempat peneliti melakukan penelitian nanti.
3. Metodelogi Penelitian 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kulaitatif perhatiannya lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substansi berdasarkan konsep konsep yang timbil dari data empiris (Nurul Zuriah,2005:91). Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau dari orang orang dan perilaku yang kita amati (Bogdan dan Tylor dalam Moleong, 1990). Data yang diperoleh peneliti merupakan data kata kata tertulis yang berasal dari konsultasi siswa melalui media kotak curhat.
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Indralaya Jl. Lintas Timur KM 35 (30662) Kabupaten Ogan Ilir
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Nurul Zuriah, 2005:116). Kemudian Sugiyono (2009:215) mengemukakan, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berkaitan dengan penjelasan diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Indrelaya.
3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi (Sugiyono, 2009:215). Sedangkan Suharsimi Arikunto (1995:120) mengemukakan sampling didefinisikan sebagai pemilihan sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi sehingga dihasilkan sampel yang mewakili populasi yang dimaksud. Berdasarkan pendapat diatas peneliti menggunakan teknik Non probality Sampling, yaitu jenis Purposive Sampling. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, Didasarkan atas ciri ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan criteria criteria tertentu yang diterapkan dalam berdasarkan tujuan penelitian (Nurul Zuriah, 2005:124). Berkaitan dengan pendapat diatas, sampel yang digunakan peneliti diambil diantara populasi siswa SMP Negeri 1 Indralaya yang berkonsultasi melalui media kotak curhat.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Menurut Sugiyono (2009:240) Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seseorang. Sedangkan menurut Nurul Zuriah (2005:191), cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip…..yang berhubungan dengan masalah masalah penelitian. Data yang akan digunakan oleh peneliti nanti adalah tulisan tulisan siswa yang dijadikannya sebagai alat konsultasi melalui media kotak curhat.
3.5. Teknik Analisis Data Peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis data melibatkan pengerjaan data, pengorganisasian data, pemilahan menjadi satuan satuan tertentu, sintesis data, pelacakan pola, penemuan hal hal yang penting dan dipelajai, dan penentuan apa yang harus dikemukakan kepada orang lain (Nurul Zuriah, 2005:217). Berdasarkan kurun waktunya ada 2 macam cara data dianalisis. Yaitu saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti menganalisis data setelah selesai pengumpulan data dalam kurun waktu yang ditentukan. Data tersebut akan dianalisis dengan jenis analisis Analisis Domain. Menurut Nurul Zuriah (2005:220), Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu fokus atau pokok permasalahan yang tengah diteliti peneliti. Berdasarkan pendapat diatas, setelah data terkumpul peneliti akan mengkategorikan data data konsultasi siswa melalui media kotak curhat sesuai dengan pengkategorian masalah masalah yang dipaparkan dalam tinjauan pustaka sebelumnya.
Daftar Pustaka Hikawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta : Rajawali Pers. Sukardi, Dewa Ketut. 2007. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Prayitno (Ed.). 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Umum (SMU). Jakarta : Kerjasama Koperasi Karyawan Pusgrafin dengan penerbit Panebar Askara. Walgito, Bimo (Ed.).2010. Bimbingan + Konseling (Studi & Karier). Yoyakarta : Andi. Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta. Salahudin, Anas. 2009. Bimbingan dan Konseling. Bandung : Pustaka Setia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Anitah,
Sri
(Ed.).
2008.
Media
Pembelajaran.
Surakarta
:
Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UNS Press. Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Yani,
Andai.
2010.
Pengertian
Masalah,
(Online),
(http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2020002-pengertian-masalah/, diakses 01 Desember 2010). Harto,
Pakde.
2010.
Media
Bimbingan
dan
Konseling,
(Online),
(http://bksuhartongawi.blogspot.com/2010/12/media-bimbingan-konseling.html, diakses 12 Desember 2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2010. http://kamusbahasaindonesia.org/masalah. Kamus
Besar
Bahasa
http://kamusbahasaindonesia.org/permasalahan. Wikipedia. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Masalah
Indonesia.
2010.