ANALISIS PERENCANAAN STRATEGI PENGADAAN BERAS DI INDONESIA Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2013
Abstrak – Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Sudah banyak usaha pemerintah dalam
meningkatkan produksi padi. Akan tetapi sampai saat ini pemerintah Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri sehingga masih tergantung pada kebijakan impor. Kondisi ini diperburuk oleh adanya konversi lahan subur di berbagai daerah, sehingga pertumbuhan produksi padi mengalami penurunan. Pertumbuhan penduduk, perkembangan sektor industri dan perumahan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan untuk perumahan dan areal perekonomian. Alhasil pengadaan beras dalam negeri menjadi terkendala. Banyak kendala dan hambatan ha mbatan pemerintah Indonesia dalam perencanaan, pembuatan peraturan, pelaksanaan sampai evaluasi pengadaan beras dalam negeri. Banyak faktor yang mempengaruhi dari kekuatan eksternal, kekuatan internal, lembaga negara, lsm, importir, sampai dengan masyarakat Indonesia sendiri. Melalui tulisan ini, penulis memaparkan sajian singkat mengenai analisis perencanaan strategi kebutuhan beras di Indonesia.
Kata Kunci: beras, pemerintah, strategi
1. PENDAHULUAN
Beras merupakan salah satu komoditas penting yang menjadi kebutuhan pokok mayoritas bagi masyarakat Indonesia. Walaupun program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Komoditas beras menjadi penting, karena jika terjadi kekurangan akan berdampak pada terjadinya gangguan stabilitas politik, ekonomi, sosial dan keamanan. Pertanian padi menyediakan menyediakan lapangan lapangan pekerjaan dan dan sumber pendapatan pendapatan bagi jutaan jutaan penduduk Indonesia. Indonesia. Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Oleh karena itu pemerintah membentuk membentuk Bulog (Badan Urusan Logistik). Badan Urusan Logistik (Bulog) di dirikan pada tahun 1967 merupakan merupakan lembaga yang diberi tugas mengadakan pembelian beras bagi pemerintah, namun sejak tahun 2000, tugas pokok Bulog adalah melaksanakan tugas pemerintah dibidang manajemen logistik melalui kegiatan pengadaan, pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian pengendalian harga beras, serta usaha jasa logistik. Sehingga Bulog mempunyai peran strategis dalam pengadaan beras demi mengupayakan pelayanan dalam menghasilkan beras yang berkualitas baik.Kecukupan pangan (terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional. Banyak langkah telah ditempuh pemerintah dalam mengatasi pengadaan beras dalam negeri. Pembuatan strategi kebijakan, program peningkatan produksi padi, pemberdayaan pemberdayaan masyarakat masyarakat pertanian, upaya peningkatan produksi padi nasional telah ditempuh sampai saat ini. Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi, seperti: pembangunan sarana irigasi, subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani bersubsidi, dan pembinaan kelembagaan usaha tani telah ditempuh. Demikian juga dalam pemasaran hasil, pemerintah mengeluarkan kebijakan harga dasar gabah untuk melindungi petani dari jatuhnya harga dibawah biaya produksi. Sementara itu, kebijakan impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, dan agar harga beras terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Campur tangan yang sangat besar dan bersifat protektif telah membuahkan hasil, yaitu tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Namun swasembada yang dicapai hanya sesaat karena sampai saat ini produksi beras dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh wilayah Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia hampir selalu defisit beras, sehingga masih tergantung pada impor. Pasar beras internasional merupakan pasar yang cenderung berfluktuasi dalam hal harga dan kuantitas yang
diperdagangkan. Impor yang terlalu besar juga dapat mengakibatkan munculnya pemaksaan politis dari negara eksportir. Dalam pengadaan beras tidak terlepas dari banyaknya hambatan antara lain sifat buruknya pelaku pasar, importir yang nakal, lembaga swadaya masyarakat yang demi keuntungan sendiri menyengsarakan masyarakat lainnya, dan lain sebagainya. Melalui tulisan ini akan dijelaskan bagaimana analisis perencanaan strategi pengadaan beras di Indonesia. Analisis aspek – aspek yang mempengaruhi pengadaan beras. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats)/(Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman) digunakan untuk menyusun strategi kebijakan. Serta penyusunan strategi umum dalam upaya peningkatan produksi beras di Indonesia. 2. PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan akan dijelaskan berbagai analisis strategis pengadaan beras di Indonesia. Melalui analisi lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, analisis SWOT, dan usulan strategi umum pengadaan beras di Indonesia. Analisis lingkungan strategis adalah suatu analisis yang dilakukan secara objektif dan komprehensif dengan mempergunakan data dan fakta yang akurat, terbaru yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL Manajemen Terdiri dari berbagai aspek manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi, staf, dan pengawasan. Pengadaan beras yang lancar dapat tercapai dengan melakukan perencanaan yang matang dalam melakukan penyiapan bahan, penyusunan program, pemantauan, pembinaan teknis kegiatan pengadaan beras serta kerjasama dengan lembaga perdagangan pangan baik itu koperasi dan non koperasi. Penentuan prakiraan perencanaan pengadaan dilakukan oleh Bulog yang didasarkan pada realisasi pengadaan dan penyaluran dalam enam bulan terakhir dengan ditunjang, stok riil, perkembangan harga beras yang diperoleh dari BPS dan Kementerian Pertanian. Proses pengorganisasian dilaksanakan dengan koordinasi dari berbagai instansi terkait pengadaan beras. Pelaksanaan tugas setiap instansi pemerintah sangat diperlukan koordinasi atau harus dibinanya hubungan yang baik yaitu melalui kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adanya pengarahan terhadap petani dan lembaga perdagangan pangan dalam melaksanakan kegiatan pengadaan beras terutama dalam hal penyedian beras dengan kualitas yang sesuai. Aspek manajemen yang terakhir adalah pengawasan. Pengawasan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dalam rangka pengamanan agar pelaksanaan benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pengawasan pada Bulog adalah untuk melihat penerapan misi Bulog khususnya stabilisasi harga beras dengan melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan agar secara dini penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi dapat segera diketahui untuk diadakan perbaikan perbaikan yang diperlukan. Dengan manajemen pengadaan yang baik, biaya yang akan ditanggung dapat ditekan serendah mungkin. Kualitas dari beras tetap harus diprioritaskan. Intinya kebutuhan beras tercukupi dengan sistem manajemen yang tepat sehingga dapat melaksanakan pengadaan beras yang berbiaya rendah dengan kualitas yang sesuai. •
Pemasaran Terdiri dari berbagai aspek pemasaran antara lain: analisis pelanggan, penjualan, produk, layanan, harga, distribusi, marketing, dan lain-lain. Aspek pemasaran beras yang terjadi meliputi kondisi permintaan, penawaran, persaingan harga dan proyeksi permintaan. Ada enam komponen utama yang paling mempengaruhi proses keputusan pembelian yaitu mutu, promosi, harga, pengaruh teman, rasa dan pengaruh keluarga. Tengkulak menjadi momok bagi para petani, sehingga keberadaannya cukup menganggu. Sebab, harga pertanian jadi merosot tajam saat menjelang panen. Hal itu membuat para petani kerap mengalami kerugian. Padahal, paska panen seharusnya petani memeroleh keuntungan. Perlu adanya tindakan nyata dari pemerintah dalam menghilangkan tengkulak yang dianggap sebagai lintah darat petani. •
Keuangan/Akuntansi Terdiri dari berbagai aspek keuangan antara lain: Investasi, pembiayaan, keuntungan. Modal petani sangat terbatas. Usaha tani padi menciptakan lapangan kerja yang besar. Kontribusi pendapatan dari usaha tani padi cukup tinggi. •
•
Produksi/Operasi
Terdiri dari berbagai aspek produksi antara lain: Proses, Kapasitas, Persediaan, Tenaga kerja, Kualitas produk/jasa. Lahan merupakan aset produktif utama petani. Skala pemilikan lahan sempit. Sarana produksi makin mahal sehingga makin terbatas, produktivitas padi cenderung stagnan. Research and Development Terdiri dari penelitian ekternal dan internal. Berbagai penelitian telah dilaksanakan terkait padi, antara lain: varietas padi bermutu tinggi, teknologi pertanian, system lahan pertanian, dan lain sebagainya. •
Management Information System Bertujuan meningkatkan bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial melalui evaluasi data - data terkait faktor - faktor internal dan eksternal organisasi. Yaitu dengan adanya campur tangan pemerintah dalam pengadaan beras. Koordinasi antar instansi dalam menanggulangi berbagai hambatan. •
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL Kekuatan Ekonomi Faktor ekonomi yang mempengaruhi antara lain: ketersediaan kredit, tingkat pendapatan, tingkat inflasi, pola konsumsi, tingkat pengangguran, impor/ekspor, fluktuasi harga, tarif pajak, kebijakan fiskal dan moneter, trend pasar saham, dan lain sebagainya. Dari aspek ekonomi, peluang eksternal yang mendukung upaya peningkatan produksi padi antara lain adalah: (i) peningkatan permintaan beras merupakan jaminan pasar bagi petani padi, (ii) sistem pemasaran beras yang stabil dan efisien sehingga prosentase marjin pemasaran cukup kecil, dan (iii) subsidi sarana produksi (pupuk dan benih) sehingga dapat memperkecil biaya produksi. Ketiga faktor di atas merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan guna meningkatkan keuntungan usahatani padi dan meningkatkan daya saing usaha tani padi, meningkatkan aktivitas para petani, atau masyarakat tani yang ada. Dengan terjaminnya suatu aktivitas tani dapat dilaksanakan dengan baik oleh para petani, maka seluruh sarana produksi dijamin terpenuhi sesuai kebutuhan petani. Sebagai bahan makanan pokok, beras akan terus mempunyai permintaan pasar yang meningkat, sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Dari sisi petani, selama ada cukup air, petani di Indonesia hampir bisa dipastikan menanam padi karena bertanam padi sudah menjadi bagian hidupnya. •
Potensi ekonomi yang merupakan kekuatan sekaligus modal dasar bagi pengembangan produksi padi di Indonesia antara lain adalah: (i) beras merupakan bahan pangan pokok mayoritas penduduk Indonesia. Permintaan beras terus meningkat. (ii) Usaha tani padi sudah merupakan bagian hidup dari petani di Indonesia sehingga menciptakan lapangan kerja yang besar. (iii) kontribusi dari usahatani padi terhadap pendapatan rumah tangga petani cukup besar. Ancaman eksternal antara lain adalah:
(i) posisi tawar petani dalam perdagangan hasil pertanian masih lemah, sehingga harga gabah di tingkat petani fluktuatif, murah saat musim panen dan mahal saat musim kering. (ii) kebijakan impor yang tidak tepat waktu sering merugikan petani. (iii) nilai jual sawah yang tinggi untuk nonpertanian (iv) konversi lahan tidak mudah diganti dengan pembukaan sawah baru, karena pembukaan sawah baru membutuhkan biaya yang tinggi. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan Variabel yang perlu diperhatikan antara lain: tingkat kehamilan, jumlah perkawinan, peceraian, kelahiran, dan kematian, gaya hidup, kemacetan lalu-lintas, kepercayaan pada pemerintah, kebiasaan belanja, tingkat pendidikan, sikap terhadap produk dan layanan konsumen, pengendalian pencemaran, konservasi energi, polusi dan lain sebagainya. Produk beras yang bermutu, akan menjadi kunci kekuatan daya saing untuk dapat bertahan dalam lingkungan situasi manapun, bahkan dalam lingkungan yang senantiasa berubah, cekaman lingkungan biotik dan abiotik, ancaman banjir atau kekeringan, terjadi pergeseran dari usaha tani padi ke usaha lain, serangan hama dan penyakit padi. •
Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum Variabel yang perlu diperhatikan antara lain: regulasi pemerintah, undang-undang perpajakan, tarif khusus, jumlah patent, tingkat subsidi pemerintah, hubungan negara-negara adidaya, kondisi politik luar negeri, peraturan pusat dan daerah, peraturan ekspor-impor, besarnya anggaran pemerintah, pemilu dan pilkada, terorisme dan keamanan. Adanya regulasi dan kebijakan pemerintah antara lain undang - undang pelestarian lahan, penetapan harga beras impor murah. •
Kekuatan Teknologi Aspek teknologi antara lain: perkembangan internet dan ketersediaan jaringan data, perkembangan computer, perkembangan mesin produksi, perkembangan teknologi komunikasi, perkembangan teknologi transportasi, perkembangan teknologi keamanan dalam kaitannya dengan pengadaan beras di Indonesia. •
Kekuatan Kompetitif Kekuatan Kompetitif yaitu mengenali pesaing utama: apa kekuatan pesaing, apa kelemahan pesaing, apa tujuan dan strategi pesaing,apa respon pesaing atas trend eksternal, bagaimana posisi produk kita terhadap produk pesaing, sejauh mana ancama produk alternatif terhadap produk kita, kerjasama antarpesaing, adakalanya untuk menumbangkan lawan tangguh, sesama pesaing akan bekerja sama. •
Ancaman kebijakan impor terhadap produksi beras dalam negeri. Jatuhnya harga beras lokal juga tak terlepas dari membanjirnya beras impor dan selundupan di berbagai daerah karena tak ada pengamanan yang baik. Seharusnya impor beras dilakukan setelah usaha keras pengadaan beras dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan seluruh wilayah Indonesia. Impor sudah menjadi ajang mencari keuntungan bagi para pelaku pasar. Impor beras itu juga menunjukkan bahwa sebagian pemimpin nasional sudah menjadi alat dari kepentingan pihak asing. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras secara nyata adalah kebijakan perdagangan, penetapan tarif impor, harga beras impor dan harga beras dalam negeri, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan produksi beras nasional. Perlu ada kebijakan pemerintah melalui dengan penerapkan tarif untuk impor beras dalam upaya mengurangi volume beras impor yang masuk ke Indonesia. Ancaman dari pihak asing, pergolakan politik tahun 1998, membuat krisis moneter bagi Indonesia, menempatkan negara di posisi yang sangat lemah. Bertingkah layaknya rentenir, IMF menjanjikan pengucuran utang pada pemerintah dengan sejumlah syarat yang mematikan, termasuk keharusan pemerintah mengerdilkan peran Bulog dan menyerahkan urusan harga serta stok pangan ke mekanisme pasar. Kebijakan yang dipaksakan asing ini, membawa dampak membunuh. Dengan keuangan yang dicekik dan bahkan dipaksa mencari makan sendiri, Bulog seketika keok di hadapan mafia pangan. Dalam soal beras, mafia baru bisa diberantas jika pemerintah memberi sokongan dana yang besar sehingga Bulog bisa mempunyai gudang dengan cadangan stok yang besar. Jika ini bisa direalisasikan, maka mafia beras tidak akan bisa bermain lagi. ANALISIS SWOT Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal, maka disusun analisis SWOT untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Hasil formulasi strategi
adalah Strategi Kekuatan-Peluang (S-O), Kekuatan-Ancaman (S-T), Strategi Kelemahan-Peluang (WO) dan Strategi Kelemahan-Ancaman (W-T), seperti di bawah ini.
Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (Opportunities ) 1. Kemitraan dengan pasar dan pemasok bahan baku yang harmonis 2. Pasar beras terbuka lebar 3. Kebijakan pemerintah sangat mendu kung 4. Bahan baku gabah berkesinambungan 5. Konsumen terus meningkat
Ancaman (Threats ) 1. Daya saing dan citra produk meningkat 2. Akses permodalan lemah 3. Isu beras berklorin 4. Kesadaran konsumen terhadap mutu 5. Tingkat persaingan usaha yang ketat
Kekuatan (Strenght ) 1. Kapasitas gudang sangat memadai 2. Jumlah tenaga kerja cukup memadai 3. Manajemen pengelolaan usaha telah berjalan baik 4. Berkembangnya teknologi pertanian 5. Meningkatnya tenaga kerja berpengala man dalam produksi beras
Kelemahan (Weakness ) 1. Kapasitas mesin produksi beras terbatas 2. Biaya produksi perusahaan meningkat 3. Modal usaha perusahaan terbatas 4. Mutu beras yang dihasilkan belum optimal 5. Tingkat pendidikan formal tenaga kerja rendah
Strategi S-O 1.Meningkatkan mutu beras dalam usaha mempertahankan dan memperluas pangsa pasar yang telah ada 2.Meningkatkan optimasi produksi untuk pemenuhan kebutuhan pasar 3.Meningkatkan usaha kemitraan dalam menjaga ketersediaan bahan baku gabah 4.Pemanfaatan sumberdaya lahan dan subsidi untuk meningkatkan produksi padi. guna memenuhi permintaan beras 5. Pelaksanaan UU pelestarian lahan secara konsisten untuk mempertahankan lahan sbg asset produkstif petani. Strategi S-T 1.Optimasi produksi beras bermutu 2.Peningkatan dan mempertahankan mutu beras sesuai dengan grade dan mutu beras untuk menjaga loyalitas konsumen 3.Melakukan usaha-usaha promosi 4.Pemanfaatan sumberdaya lahan yang ada secara optimal. Untuk mengkompen sasi kebutuhan sawah baru dan meningkat kan produktivitas serta daya saing usaha tani padi. 5.Peningkatan mutu intensifikasi untuk meningkatkan pendapatan. daya saing dan posisi tawar
Strategi W-O 1.Mempersiapkan SDM yang berpen didikan untuk penguasaan dan penerapan teknologi dan informasi. 2.Memperluas akses modal untuk menun jang kegiatan produksi. 3. Melakukan optimalisasi dan revitalisasi terhadap mesin produksi untuk menciptakan beras bermutu. 4.Penyediaan kredit lunak yang mudah diakses petani. 5.Pelaksanaan undang-undang pelestarian lahan secara konsisten. Untuk mencegah makin sempitnya pemilikan lahan. Strategi W-T 1.Penerapan teknologi produksi untuk mendapatkan beras bermutu 2.Meningkatkan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan pengawasan mutu beras dari pengawas mutu hasil pertanian 3.Penerapan teknologi biaya rendah dengan keterbatasan modal utk menekan biaya produksi agar mampu bersaing dengan beras impor. 4.Peningkatan mutu sdm melalui jalur informal untuk bidang produksi dan pemasaran
Analisis SWOT berisi strategi – strategi dalam mengatasi ancaman dan kelemahan melalui pemanfaatan peluan dan kekuatan internal. Maka tersusunlah bebarapa strategi seperti bagan di atas. Analisis SWOT dengan berbagai strateginya tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien tanpa adanya strategi umum yang diterapkan pemangku kepentingan dalam hal ini adalah pemerintah indonesia. USULAN STRATEGI PENGADAAN BERAS DI INDONESIA: Sudah banyak strategi ditempuh pemerintah Indonesia dalam pengadaan beras. Namun sampai sekarang Indonesia masih terjerat kebijakan impor. Dengan asumsi bahwa pemerintah Indonesia memiliki birokrasi yang punya integritas yang tinggi serta bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme maka dapat diusulkan berbagai strategi pengadaan beras. Tanpa dukungan integritas para pejabat pemerintah maka sangat sulit Indonesia dapat mencapai swasembada beras karena makin berkembangnya ancaman baik dari internal maupun eksternal pihak asing. Beberapa strategi umum yang diusulkan antara lain: 1. Pemberantasan Mafia Komoditas Pertanian Yang dimaksud disini adalah para pelaku pasar yang terkait pengadaan beras. Para pelaku antara lain yaitu: importir, preman, lsm, pengusaha beras/tengkulak dan lain sebagainya yang menggangu pengadaan beras bagi masyarakat Indonesia. Importir demi keuntungan pribadi memanfaatkan kebijakan impor beras untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. LSM sebagai lembaga swadaya masyakat yang seharusnya bertugas mengawasi jalannya pemerintahan, sudah mulai ikut dalam perekonomian dengan menghasilkan keuntungan dari pengadaan beras. LSM yang seperti itu perlu diberantas yaitu melalui pencabutan ijin. Preman sebagai musuh masyarakat sangat dibutuhkan bagi para pengusaha untuk mengalahkan para kompetitifnya. Dalam hal ini perlu kerjasama dengan instansi penegak hukum dan keamanan baik itu polisi maupun TNI. Petani banyak yang tidak tahu
urusan surat-menyurat, yang mereka tahu adalah menjual padi dan gabah mereka untuk mendapatkan uang yang kemudian dibelanjakan kembali sehungga tengkulak merajalela. Ada juga ulah tingkah laku sejumlah pedagang sengaja menimbun beras untuk memainkan harga. Hal inilah yang harus dipikirkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Bulog dalam rangka reformasi birokrasi. Birokrasi dan prosedur yang berbelit-belit sangat menyulitkan dalam hal penyerapan gabah dan beras. Penyederhanaan birokrasi dan prosedur, apakah melalui satu pintu, satu atap, atau satu ruangan harus segera dilaksanakan. Jika masih tidak ada penyederhanaan, dapat dipastikan para petani langsung menjual kepada para tengkulak, kalau sudah begini Bulog hanya bias termangu dan gigit jari. 2. Penambahan Cadangan Beras Bulog Apabila investor berhasil memiliki cadangan produksi beras yang lebih besar dari Bulog, maka investor yang akan menentukan harga beras. Kalau sudah begitu yang terbebani konsumen dan petani. Pemerintah perlu menggelontorkan dana besar guna membiaya Bulog menambah cadangan beras sampai tidak perlu lagi adanya kebijakan impor beras. Cadangan beras yang besar berguna untuk dialokasikan ke daerah – daerah yang defisit beras selain itu agar harga beras kembali nomal. Perlu ditetapkan daerah – daerah surplus beras sehingga dapat meningkatkan cadangan beras Bulog bagi daerah lainnya. Bagi daerah yang surplus agar terus dipacu untuk terus meningkatkan usahanya menaikkan produksi beras. Bagi daerah yang produksi berasnya masih kurang dilakukan operasi pasar demi menjaga tingkat ketersediaan beras dan fluktuasi harga beras. 3. Pertanian Padi Menjadi Bagian Kebijakan Transmigrasi Kementerian pertanian harus bekerjasama dengan kementerian yang membidangi transmigrasi agar kebijakan pertanian padi menjadi bagian dari kebijakan transmigrasi. Dalam masa modern saat ini susah bagi pemerintah untuk mempromosikan usaha pertanian padi bagi masyarakat Indonesia usia produktif. Penduduk Indonesia usia produktif cenderung mengejar bidang usaha industry dan perdagangan. Demi keberlangsungan produksi padi maka perlu adanya usaha pemerintah untuk meningkatkan jumlah petani di Indonesia, salah satunya melalui jalur transmigrasi. Para transmigran yang belum memiliki usaha apapun sangat cocok untuk kegiatan pertanian padi. Dengan adanya kerjasama petani dan pemerintah maka segala kendala akan dapat diatasi. Kementerian Pertanian dapat memanfaatkan beberapa peluang dalam meningkatkan produksi beras antara lain: peningkatan permintaan beras sejalan dengan pertumbuhan penduduk, dukungan pemerintah dalam perluasan dan peningkatan produksi padi, dan program rehabilitasi infrastruktur, terutama jaringan irigasi di daerah transmigrasi. 4. Kerjasama Antar Instansi Pemerintah Dalam hal pengadaan beras perlu minimal kerjasama antara Kementerian Pertanian dan Bulog. Kementerian Pertanian harus mengetahui jumlah lahan pertanian padi di seluruh Indonesia, jumlah petani, kondisi cuaca/iklim yang berpengaruh terhadap pertanian. Bulog harus mengetahui berapa jumlah kebutuhan beras untuk seluruh masyarakat Indonesia, alat moda transportasi dalam penyebaran beras, pelaku pasar terkait komoditas beras. Dengan kerjasama dua instansi ini maka akan ada analisis berapa jumlah kebutuhan beras di Indonesia dan bagaimana cara pengadaannya sehingga dapat mencapai swasembada beras tanpa ada kebijakan impor yang menjerat Indonesia. Karena tidak adanya data yang valid tentang produksi beras dan luas lahan tanam nasional seringkali dijadikan alasan untuk melakukan impor beras. Kemudian petani akan menuai manfaatnya dengan adanya pelatihan dari pemerintah secara berkesinambungan sehingga tercipta rantai distribusi pengadaan beras yang saling menguntungkan. Petani akan dapat menanam padi sesuai standar kualitas produksi. Koperasi akan dapat menampung hasil pertanian padi (beras) yang bermutu sehingga terciptalahah daerah – daerah swasembada beras. 5. Perbaikan Kebijakan Pemerintah Peningkatan kebijakan dan program produksi padi di Indonesia: efisiensi pemanfaatan lahan sawah yang ada, introduksi teknologi hemat biaya dengan minimisasi input eksternal, pengadaan kredit lunak usaha tani yang mudah diakses petani, introduksi teknologi pertanian padi untuk meningkatkan produktivitas padi. Melalui berbagai program peningkatan produksi padi: peningkatan intensitas tanam pada sawah yang ada, pengembangan teknologi pupuk organik dengan pemanfaatan limbah tanaman dan pupuk kandang, pembentukan lembaga keuangan mikro dengan prosedur administrasi
yang sederhana, pengembangan teknologi pertanian padi secara luas untuk meningkatkan produktivitas padi. 6. Peningkatkan Produktivitas Beras Dalam Negeri Tak ada pilihan lain, Indonesia harus meningkatkan produktivitas beras dalam negeri. Salah satunya dengan memberikan insentif dan fasilitas tambahan kepada petani agar petani lebih bergairah, terutama jaminan harga jual padi pada musim panen. Mengandalkan pengamanan stok beras kepada impor merupakan problematika tersendiri. Misalnya, pada saat terjadi perubahan cuaca seperti sekarang ini, membuat negara eksportir beras mengamankan cadangan berasnya sendiri dengan menutup keran eskpor. Dengan demikian Indonesia tidak lagi dapat menggantungkan diri pada instrumen impor. 3. KESIMPULAN
Hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Walaupun program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan pangan nasional memang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan impor. Namun karena jumlah penduduk terus bertambah dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia maka ketergantungan akan pangan impor menyebabkan rentannya ketahanan pangan. Berdasar analisis lingkungan internal menunjukkan bahwa dalam meningkatkan kualitas kegiatan pengadaan beras masih terkendala banyak kelemahan internal. Sementara itu analisis lingkungan eksternal menunjukkan bahwa kualitas pengadaan beras mampu memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Dari posisi internal dan eksternal menunjukkan posisi pengadaan beras perlu ditingkatkan guna mengurangi impor beras. Analisis SWOT menjelaskan bagaimana cara mengatasi masalah internal dan eksternal dengan melalui berbagai strategi kebijakan. Melalui strategi – strategi umum diperlukan guna mendukung strategi-strategi analisis lainnya. Strategi tanpa dukungan dari kebijakan pemerintah maka cuma akan menjadi secarik kertas tak ada gunanya. Maka perlu disusun strategi kebijakan pemerintah secara umum dalam pengadaan beras di Indonesia. Dengan pendekatan dan dukungan kebijakan ini, diharapkan produksi padi masih tetap tumbuh bahkan mampu mencapai dan mempertahankan swasembada beras. DAFTAR REFERENSI
[1]. Analisis impor beras serta pengaruhnya terhadap harga beras http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44569 [2]. Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) – Tanaman Pangan http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3 [3]. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengadaan beras oleh Bulog pada 2 007 http://www.Bulog.co.id/berita/37/235/10/10/2007/FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-KEBERHASILAN PENGADAAN-BERAS-OLEH-BULOG-PADA-2007.html [4]. Formulasi Strategi Pengadaan Gabah/Beras Dalam Negeri http://www.Bulog.co.id/old_website/data/doc/20070410Abstrak-Maqdisa.pdf [5]. Ilmu siluman pengadaan beras nasional http://foragri.blogsome.com/ilmu-siluman-pengadaan-beras-nasional/ [6]. Kebijakan Impor Pangan Dampak Ketergantungan dalam Pengembangan Agribisnis http://heropurba.blogspot.com/2012/12/kebijakan-impor-pangan-dampak.html [7]. Manajemen pengadaan beras di kalimantan selatan http://kopertis11.net/jurnal/sains/VOL%204%20NO%202%20OKTOBER%202012/INDA%20ILMA%20I FADA-KINERJA%20BULOG.pdf [8]. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_tanamanpangan/padi/padi-bagian-b.pdf [9]. Tantangan dan strategi BULOG mencari beras berkualitas http://julkhaidarromadhon.blogspot.com/2011/10/normal-0-false-false-false_21.html