GEO INDUSTRI “ Analisis Perkembangan Industri Indonesia “
Oleh : Kelompok 1. NOVFIRMAN
18494/2010
2. YOPPIE ELIMBRA O.
18487/2010
3. ULUL AZMI
18481/2010
4. JANUARMAN
18478/2010
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “Perkembangan Industri Indonesia”. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah dan rekan-rekan serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini baik itu berupa dorongan moral maupun spiritual. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin jauh dari kesempurnaan, sebagaimana kata pepetah mengatakan bahwa “tak ada gading yang tak retak” yang maksudnya adalah tak ada sesuatu yang tidak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga dapat menjadi masukan bagi penulis pada masa yang akan datang. Atas saran dan kritikannya penulis mengucapkan terima kasih.
Padang, April 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. i Daftar isi .............................................................................................................. ii BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1
Latar Balakang ..................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3
Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.4
Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................. 3 2.1.
Perkembangan Industri Indonesia ..................................................... 3
2.2.
Aglomerasi dan Cluster perkembangan Industri Indonesia ............ 6
2.3.
Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Indonesia .............................. 8
BAB III : PENUTUP .......................................................................................... 11 5.1.
Kesimpulan ........................................................................................... 11
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 12 Lampiran ............................................................................................................ 12
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setelah
Indonesia
merdeka,
beberapa
usaha
dilakukan
dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Beberapa pusat penelitian yang telah adapun, sejak pemerintahan kolonial masih ada dan terus dikembangkan, antara lain : Sekolah Tinggi Teknik (THS) di Bandung, Sekolah pertanian (LHS) di Bogor, Sekolah Tinggi Hukum (RHS) di Jakarta, dan lain-lain. Sekolah-sekolah tersebut dibentuk guna tujuan merumuskan, mengganti, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan riset dan pengembangan IPTEK di Indonesia. Hal itu guna menunjang industri di Indonesia. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Sebagai negara agraris, peranan industri dalam perekonomian Indonesia dengan sejarah perkembangannya tidaklah begitu amat berarti. Di zaman dahulu, kalaupun beberapa penduduk menggunakan industri kerajinan sebagai salah satu mata pencaharian. Peranannya hanya sekedar untuk tambahan penghasilan atau pekerjaan sambilan. Biasanya malah lebih berupa kerajinan yang bertendensi artistik daripada kewiraswastaan; atau lebih berupa aspek kerja budaya daripada komersial. Jadi, hal itu sangat berbeda dari saat ini atau masa sekarang. Pertanian justru tidak mendapat respek yang mendalam,
namun maufakturinglah yang
diunggulkan. Padahal, kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat. Maka 1
seharusnyalah kita tidak mengesampingkan peran pertanian di Indonesia. Apalagi lahan di Indonesiapun terpampang luas di seluruh Nusantara.
1.2
Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana Perkembangan Industri di Indonesia? 1.2.2. Bagaimana Aglomerasi dan Cluster perkembangan Industri Indonesia? 1.2.3. Bagaimana perkembangan jumlah tenaga kerja di Indonesia.
1.3. Tujuan Penulisan 1.2.1. Menganalisis Perkembangan Industri di Indonesia. 1.2.2. Mengetahui bentuk Aglomerasi dan Cluster perkembangan Industri Indonesia. 1.2.3. Mengetahui perkembangan jumlah tenaga kerja di Indonesia.
1.4. Manfaat penulisan 1.3.1. Mengetahui bahan materi perkuliahan. 1.3.2. Bahan referensi informasi perkuliahan. 1.3.3. Tugas mata kuliah. 1.3.4. Bahan untuk menambah wawasan berkenaan tentang Geo Indutri.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengaruh Industri Terhadap Lingkungan. Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan dampak ikutan dari industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh komunitas-komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri. Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri (jangka pendek) : 1. Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula berwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan terbau busuk, sehingga tidak layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci, apalagi untuk bahan baku air minum. 2. Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa cacat genetic pada anak cucu dan generasi berikut. 3. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerahdaerah industri. 4. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
3
5. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius. 6. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan debu. Gejala umum pencemaran lingkungan akibat limbah industri (jangka panjang) : Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur ulang ekologik, seperti yang terjadi pada kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di Jepang. terdapat lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/ acrodynia, alergi kulit dan kawasaki disease/mucocutaneous lymph node syndrome. Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan oleh Industri : 1. Di Kalimantan Selatan, Pembuangan limbah industri ke aliran Sungai oleh PT Galuh Cempaka. 2. Kalimantan Tengah; Tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar air raksa (merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. 3. perusahaan tambang yang menerapkan pembuangan limbah tailingnya ke laut (Sub Marine Tailing Disposal). Pertama, adalah Newmont Minahasa Raya (NMR) sejak 1996 di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dan kemudian menyusul PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa-Nusa Tenggara Barat sejak 1999. Setiap harinya 2.000 metrik ton tailing berbentuk pasta dibuang ke Perairan Buyat di Minahasa dan 4
120.000 metrik ton di Teluk Senunu, Sumbawa. Pada akhirnya dari proses ini terjadi berbagai dampak yang berujung kepada turunnya kualitas lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia. 4. Papua; PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan dampak Hancurnya Gunung Grasberg, Tercemarnya Sungai Aigwa, Meluapnya air danau Wanagon, Tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158 hektar Laut Arafura 5. Di Jawa, Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama puluhan tahun (Jawa Barat), pembuangan limbah oleh beberapa pabrik ke Kali Surabaya, dan sederetan kasus pencemaran industri yang telah nyata-nyata menimbulkan korban. 6. Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath dan Arens pada tahun 1987 (Prasetiantono, di dalam Sudjana dan Burhan (ed.), 1996: 95), diperkirakan bahwa akibat erosi tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang ditimbulkannya telah mencapai 0,5 % dari GDP, dan lebih besar lagi jika diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat kebakaran hutan, polusi di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di Jawa. Mengapa Kasus-Kasus tersebut Bisa Terjadi 1. Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum seperti kepolisian dan pengadilan mengenai peraturan perundangan lingkungan hidup. 2. Lemahnya penegakkan hukum di Indonesia mengenai pencemaran lingkungan 3. tindakan tegas dari pemerintah untuk melarang pembuangan limbah tailing ke laut Indonesia. Patut diketahui bahwa metode pembuangan limbah tailing dengan model ini sudah dilarang dinegara-negara lain di dunia. Bahkan Kanada, negara yang pertamakali menggunakan metode ini, kapok dan tidak lagi menggunakan metode STD mengingat masa recoverynya sangat lama yankni 150 tahun. Entah kenapa Indonesia malah
5
memberikan ijin bagi praktek pembuangan limbah tailing dengan metode STD ini. 4. Negara menutup akses rakyat atas informasi yang terkait dengan industri dan termasuk limbah industri. 5. Tidak dilibatkannya masyarakat secara maksimal dalam pengelolaan lingkungan sehingga seolah-olah urusan lingkungan hanya menjadi urusan pemerintah dan perusahaan tidak menjadi urusan publik sebagai pihak yang banyak menggunakan jasa lingkungan. Upaya-upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup 1. Wajib bagi kita semua untuk mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkunganHal ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas. 2. Para aparat penegak hukum perlu diberi pengetahuan sebesar-besarnya tentang permasalahan pencemaran lingkungan ini. 3. Membuat dan melaksanakan dengan baik peranturan UU tentang Lingkungan Hidup. 4. Jagalah Lingkungan Mulai dari diri sendiri, Hal yang kecil, dan sekarang juga
2.2. Orientasi Industri Industri
yang
cenderung
ditempatkan
di
lokasi
bahan
baku
Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada bahan baku, di antaranya adalah:
Industri yang mengolah bahan baku yang cepat rusak atau busuk, misalnya: industri daging, industri ikan, industri bunga, dan industri susu.
Industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah besar atau barang curahan (bulk goods) dan biaya angkutannya cukup mahal, misalnya: industri kayu dan industri pengolahan minyak bumi. 6
Industri kelompok ini memiliki perbandingan kehilangan berat (weight loss) mencapai 75% atau lebih.
Memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar.
Biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal daripada biaya pengangkutan barang jadi.
Volume produksi lebih kecil dari bahan mentah karena adanya penyusutan.
Industri
yang
cenderung
ditempatkan
di
daerah
pemasaran
Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi pada daerah pemasaran, di antaranya adalah: 1) Jika dalam pembuatan barang industri, perbandingan kehilangan (susut) berat mencapai nol persen, biaya angkut untuk barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut untuk barang mentah. Misalnya: industri roti karena setelah diolah beratnya tidak berbeda dengan bahan mentahnya. 2) Jika bahan mentah/baku mudah diperoleh. Misalnya: industri air mineral, karena air bersih dianggap mudah diperoleh. 3) Jika barang yang dihasilkan memerlukan ongkos tinggi karena ukurannya relatif lebih besar. Misalnya: industri peti dan industri mebel. 4) Jika barang yang dihasilkan selalu mengalami perubahan yang cepat karena kaitannya dengan model dan mode yang sedang berkembang. Misalnya industri konveksi. 5) Jika biaya angkut barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut bahan mentah/baku. 6) Jika produksi yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama. 7) Jika barang yang dihasilkan memerlukan pemasaran yang luas. 8) Jika bahan baku yang digunakan tahan lama.
7
Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk, yaitu industri yang memerlukan tenaga kerja yang banyak. Industri ini bersifat padat karya, misalnya: industri elektronika dan garmen. Industri ini biasanya berlokasi di tempat pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang murah dan terampil. Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang khusus dalam jumlah yang banyak di antaranya industri kain batik dan industri kain bordir. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energi Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energi adalah industri yang banyak memerlukan sumber tenaga (listrik, minyak bumi, batubara, gas, dan air). Misalnya: industri peleburan baja/besi, industri pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya pengangkutan adalah industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi yang mudah dan baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri ini biasanya industri yang memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran pada satu tempat yang sama. Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi. Industri yang berorientasi pada modal adalah industri yang biasanya memiliki produksi yang besar dan sangat vital secara ekonomis, dan memiliki pasar yang luas serta strategis untuk menarik modal asing. Misalnya: industri farmasi dan alat-alat kesehatan. Industri
yang
berorientasi
pada
teknologi
adalah
industri
yang
membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik, serta telah menerapkan teknologi adaptif. Misalnya: industri pertanian, industri perikanan, industri pariwisata, dan industri perhotelan. Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-undangan adalah industri yang memerlukan kemudahan dalam perizinan dan sistem perpajakan. Industri yang berorientasi pada lingkungan adalah industri yang tidak merusak lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi atau proses industri 8
yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber energi, serta tidak mencemari lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
2.3. Perkembangan Industri Di Indonesia. Perkembangan industri melibatkan berbagai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia, kegiatan pembangunan ditunjang oleh tumbuhnya berbagai jenis industri dengan berbagai jenis kegiatan a)
Aneka Industri Bidang
ini
mempunyai
peranan
yang
cukup
besar
dalam
pembangunan industri secara keseluruhan, yakni dapat menjadi penghubung antara industri hulu dan industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi bahan baku dan bahan penolong untuk keperluan industri lainnya. Contohnya : industri besi, baja, pemintalan, dan lain-lain. Sedangkan industri hilir adalah industri yang memakai bahan dasar dari hasil industri hulu untuk memproduksi baran yang siap dipakai konsumen. Di Indonesia, aneka industri memanfaatkan teknologi yang lebih sederhana dan memperluas kesempatan kerja, sehingga disini dapat menyerap tenaga kerja. Jadi, dengan aneka industri, pembangunan Indonesia dapat maju bahkan berghasil memproduksi barang ekspor. b)
Industri Logam Dasar Perkembangan industri ini berkembang pesat. Kenyataan ini
menyebabkan industri dasar mempunyai peran yang cukup besar dalam proses industrialisasi. c)
Industri Non Manufakturing Industri-industri yang bergerak di bidang ini ialah industri pariwisata,
industri pertambangan dan penggalian, serta pertanian, kehutanan, dan lainlain. Dalam hal ini, berarti industri-industri seperti itu juga akan mampu memberikan kontribusi bagi devisa negara. Karena hasilnya pun dapat dijadikan sebagai komoditi ekspor. Oleh karenanya, industri ini menjadi sangat penting, bahkan memiliki peranan yang sangat berarti bagi 9
perekonomian negara. Namun, banyak negara juga tidak memiliki potensi ini. Di Indonesia pertambangan dan pertanian menjadi sub terpenting mengingat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani (negara agraris). Itulah yang menyebabkan industri di Indonesia semakin beragam. Sekarang ini, banyak negara-negara di dunia terus berupaya untuk menumbuhkan ekonominya. Langkah yang diambil yaitu dalam masalah industri. Industri memang menjadi faktor fenomenal untuk menunjang perdagangan. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar global. Karena di dalam pasar global itu sendiri terjadi perdagangan bebas dari dan tentang suatu negara. Salah satu hal yang mendukung ialah sektor industrialisasi. Globalisasi dirasa lebih menguntungkan negara-negara maju. Karena di negara-negara majulah berbaai bidang termasuk industri mengalami kemajuan, berbeda dengan di negara berkembang. Mungkin dari segi kualitas dan kuantitas hasil produksinya saja jauh lebih baik dari negara maju. Menurut Robert Hutton, ia mengatakan industri adalah bagian terpenting bagi perekonomian di Eropa. Jepang misalnya, produksi otomotif dan elektroniknya mampu menembus pasaran dunia, begitu juga Korea dan Cina. Mereka berkembang menjadi negara industri. Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara berkembang mulai mengikutsertakan diri dalam aspek tersebut. Tidak hanya ekonomi yang dibangun dari sektor non industri, tapi mereka telah jauh melangkah mengupayakan terciptanya industri yang fleksibel. Dalam arti mampu meningkatkan daya saing di pasaran. Sehingga negara berkembang pun tidak dengan mudah mengikuti arus global saja. Namun, mereka mampu berkompetisi dengan baik. Lalu bagaimana bangsa kita dalam merespon hal tersebut. Apakah bangsa Indonesia juga telah mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berkenaan dengan perekonomian bangsa? Bila kita melihat di masa Orde Baru terjadi krisis ekonomi berkepanjangan, bahkan rentetannya sampai pada krisis multidimesional. Sehingga krisis ini mampu menjadikan ekonomi bangsa tidak stabil. Sebenarnya itu adalah masalah yang perlu dibahas dan dicari solusinya.
10
Saat ini adalah masa-masa sulit bagi bangsa kita untuk melepaskan dari keterpurukan ekonomi. Globalisasi semakin membuka kebebasan negara asing dalam memperluas jangkauan ekonominya di Indonesia, sehingga bila bangsa kita tidak tanggap dan merespon positif, maka justru akan memperparah situasi ekonomi dan industri dalam negeri. Sejauh ini pengembangan sektor industri makin marak, itu sebenarnya tuntutan globalisasi itu sendiri. Di Indonesia, kota-kota industri mulai berkembang dan menghasilkan barang-barang produksi yang bermutu. Namun, ada banyak industri pula di Indonesia yang sebagian sahamnya adalah ahasil investasi asing, bahkan ada juga perusahaan dan industri yang secara mutlak berdiri dan beroperasi di Indonesia. Mereka (investor), hanya akan menuai keuntungan dari modal yang ditanamkan. Sehingga, disini dijelaskan bahwa yang menjalankan dan pengelolaan industri itu ditangani pihak pribumi, mengapa bisa demikian? Karena bila melihat dari sudut pandang terhadap keuangan negara atau swasta dalam negeri lemah, yaitu dalam arti kekurangan biaya pengembangan untuk industri (defisit). Sebagai contoh saja, industri otomotif sepertai Astra, Indomobil, New Armada. Pada dasarnya perusahaan-perusahaan itu hanya merakit dan kemudian menjualnya ke masyarakat. Berarti hal itu dapat dikatakan bukan hasil karya anak negeri, melainkan modal asing yang ada di Indonesia. Untuk itulah, seharusnya bangsa ini lebih dalam untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Dengan demikian dapat disimpulkan ilmu pengetahuan dan
teknologi
ialah
sarana
dalam
mengembangkan
SDM
termasuk
menumbuhkembangkan industrialisasi dan menjalankan perekonomian bangsa dengan baik. Pemerintah Indonesia mentargetkan pertumbuhan industri Indonesia di tahun 2012 sebesar 7.1 % dengan menggunakan asumsi pertumbuhan industri Indonesia di tahun 2011 sebesar 6.5 % dan menurut Badan Pusat Statistik bahwa pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan impor, terutama impor produk bahan
11
baku dan barang penolong karena industri Indonesia sebagian besar masih menggunakan bahan baku dan penolong impor. Dan juga harus di sadari bahwa pertumbuhan industri Indonesia juga adanya campur tangan atau penanaman modal asing yang mau menginvestasikan modal nya dalam negara ini. Penopang pertumbuhan investasi di dalam negeri diantaranya dari sektor Industri logam, mesin dan elektronik naik sebesar 761.8 %. Dukungan
dan
moral
bangsa
Indonesia
sangat
mendukung
atas
perkembangan industri - industri Indonesia agar di tahun 2013 target dari pemerintahan tercapai dengan dukungan investasi dari penanam modal asing yang percaya terhadap sektor Industri Indonesia 2.2
Aglomerasi dan Cluster perkembangan Industri Indonesia
Agomerasi adalah gabungan, kumpulan dua atau lebih pusat kegiatan, tempat pengelompokan berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan tertentu, dapat berupa kawasan industri, permukiman, perdagangan, dan lain-lain (yang dapat saja tumbuh melewati batas administrasi kawasan masing-masing, sehingga membentuk wilayah baru yang tidak terencana secara sempurna ) Terdapat beberapa teori yang berusaha mengupas tentang masalah aglomerasi. Istilah aglomerasi muncul pada dasarnya berawal dari ide Marshall tentang penghematan aglomerasi (agglomeration economies) atau dalam istilah Marshall disebut sebagai industri yang terlokalisir (localized industries). Agglomeration economies atau localized industries menurut Marshall muncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang memungkinkan dapat berlangsung dalam jangka panjang sehingga masyarakat akan banyak memperoleh keuntungan apabila mengikuti tindakan mendirikan usaha disekitar lokasi tersebut. Konsep aglomerasi menurut Montgomery tidak jauh beda dengan konsep yang dikemukakan oleh Marshall, dia mendefinisikan penghematan aglomerasi 12
sebagai penghematan akibat adanya lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan pengelompokan perusahaan, tenaga kerja, dan konsumen secara spasial untuk meminimisasi biaya-biaya seperti biaya transportasi, informasi dan komunikasi. Sementara markusen menyatakan bahwa aglomerasi merupakan suatu lokasi yang tidah mudah berubah akibat adanya penghematan eksternal (pengurangan biaya yang terjadi akibat aktivitas di luar lingkup perusahaan/ pabrik yaitu dengan beraglomerasi secara spasial) yang terbuka bagi semua perusahaan yang letaknya berdekatan dengan perusahaan lain dan penyedia jasa-jasa; dan bukan akibat kalkulasi perusahaan atau para pekerja secara individual. Dengan beraglomerasi secara spasial maka penghematan biaya terjadi berkat adanya perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama bersaing satu sama lain dalam memperoleh pasar atau konsumen. Penghematan juga terjadi karena adanya tenaga terampil dan perusahaan. Suatu aglomerasi tidak lebih dari sekumpulan kluster. Aglomerasi berbeda dengan kluster, terutama dilihat dari sisi skala, keanekaragaman, dan spesialisasi. Aglomerasi dapat dilihat melalui teori klasik, pada teori ini aglomerasi dianggap sebagai proses yang menghasilkan kota . kendati demikian, setiap aglomerasi tidak selalu memunculkan suatu kota. Perbedaan antara aglomerasi dan kota terletak terutama pada perbedaan antara “kesederhanaan” (simplicity) dan kompleksitas. Teori klasik mengenai aglomerasi berargumen bahwa aglomerasi muncul karena pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi (agglomeration
economies),
baik
karena
penghematan
lokasi
maupun
penghematan urbanisasi dengan mengambil lokasi yang saling berdekatan. Penghematan lokasi terjadi apabila biaya produksi perusahaan pada suatu industri menurun ketika produksi total dari industri tersebut meningkat. Atau dengan berlokasi di dekat perusahaan lain dalam industri yang sama, suatu perusahaan dapat menikmati beberapa manfaat. Sedangkan penghematan urbanisasi (urbanization economies) terjadi bila biaya produksi suatu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat. 13
2.3. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Indonesia Subsektor
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1 Makanan dan Minuman
732,945
636,625
784,129
748,155
721,457
714,824
715,648
2 Tembakau
258,678
272,343
316,991
334,194
346,042
331,590
327,865
3 Tekstil
545,507
567,042
572,710
558,766
484,732
498,005
525,470
4 Pakaian jadi
444,904
451,975
583,634
523,118
495,518
464,777
481,470
5 Kulit dan barang dari kulit
222,932
208,723
237,626
210,854
219,792
219,071
225,481
347,962
312,193
299,278
279,622
241,226
214,991
219,641
117,871
119,469
126,430
134,305
126,883
120,001
126,379
50,735
49,371
65,561
58,519
59,065
60,980
44,915
4,162
5,203
5,853
9,018
6,727 6,711
6,964
211,667
216,433
339,297
363,490
6 7 8 9 10
Kayu, barang dari kayu, dan anyaman Kertas dan barang dari kertas Penerbitan, percetakan, dan reproduksi Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir Kimia dan barang-barang dari bahan kimia Karet dan barang-barang dari plastik
204,234
208,621
208,406
213,095
199,990
339,546
334,345
348,405
343,155
360,181
165,352
165,056
190,630
177,304
176,459
175,127
171,313
59,044
56,411
65,069
64,233
64,099
60,632
64,643
126,523
123,349
111,388
129,577
147,330
126,921
142,885
77,268
78,847
106,321
83,714
87,192
71,276
74,751
2,619
3,698
1,477
3,427
3,009
2,892
2,908
77,233
81,251
79,996
82,764
77,094
80,529
80,611
133,082
139,715
141,672
147,283
117,274
130,173
134,414
13,784
17,521
20,275
23,412
25,071 19,938
20,805
20 Kendaraan bermotor
72,585
72,382
86,066
79,216
86,928
85,362
92,999
21 Alat angkutan lainnya
61,969
58,923
72,474
85,925
91,136
81,761
97,376
Furniture dan industri 22 pengolahan lainnya
263,008
260,766
325,362
326,785
313,656
322,741
362,437
3,036
2,743
5,950
8,496
7,071
5,908
2,247
4,324,979
4,226,572
4,755,703
4,624,937
4,457,932
4,345,174
4,501,145
11
12 Barang galian selain logam 13 Logam dasar 14 15 16 17 18 19
Barang-barang dari logam dan peralatannya Mesin dan perlengkapannya Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya Radio, televisi, dan peralatan komunikasi Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam
23 Daur ulang Jumlah
Sumber : BPS Online Berdasarkan tabel diatas jumlah tenaga kej indonesia terus berkembang dari tahun ketahun
14
Indonesia sebagai Negara yang besar tentunya memiliki angkatan kerja yang sangat besar. Lalu,struktur pasar tenaga kerja di Indonesia pun berubah relatif cepat. Mari kita bahas bersama mengenai keadaan pasar kerja Indonesia dan karakteristik pekerja Indonesia. Secara umum pasar kerja Indonesia ditandai oleh lapangan kerja yang dualistik yaitu lapangan kerja formal dan informal; tingkat pengangguran yang tinggi dan kualitas tenaga kerja yang rendah. Dalam table 1, Anda bisa melihat karakteristik dasar tenaga kerja Indonesia sejak tahun 1997 hingga 2010. Table 1. Karakteristik Dasar Ketenagakerjaan Indonesia (1997 – 2010) Populasi & Angkatan Kerja
1997
Pendudukan ≥ 15 Thn (jutaan)
135,07 144,03 153,92 164,12 172,07
Angkatan Kerja (jutaan)
89,60
Tingkat
Partisipasi
Angkatan 66,3%
2001
2004
2007
2010
98,81
103,97 109,94 116,53
68,6%
67,6%
67%
67,7%
Kerja (TPAK) Bekerja (jutaan)
85,41
90,81
93,72
99,93
108,21
Tingkat Partisipasi Kerja (TPK)
95,3%
91,9%
90,1%
90,9%
92,9%
Pengangguran Terbuka (jutaan)
4,19
8,00
10,25
10,01
8,32
8.10%
9.90%
9.10%
7.10%
Tingkat Pengangguran Terbuka 4.70% (TPT) Setengah Pengangguran (Jutaan) (0* Jam/Minggu)
1,69
2,48
2,27
2,35
2,49
( 1 - 14 Jam/Minggu)
5,95
4,28
4,24
5,22
5,78
(15 - 24 Jam/Minggu)
11,34
10,05
9,80
9,98
12,48
(24 - 34 Jam/Minggu)
14,65
13,40
13,91
14,17
15,01
Angkatan kerja Indonesia selama 1997 - 2010 tumbuh sebesar 26,13% dengan rata-rata pertumbuhan 2,01% /tahun. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga mengalami sedikit kenaikan, dari 66,3% tahun 1997 menjadi 67,7% tahun 2010. Kenaikan jumlah angkatan kerja dan tingkat partisipasi angkatan kerja ini 15
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk. Sedang pertumbuhan penduduk yang bekerja selama periode tersebut mencapai sekitar 23,2% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,78% /tahunnya. Tingkat partisipasi kerja tahun 1996, setahun sebelum krisis ekonomi mencapai 94,9%, sedang tingkat pengangguran mencapai 5,1%. Saat krisis ekonomi berlangsung, tingkat partisipasi kerja terus mengalami penurunan hingga mencapai 88,8%, sebaliknya tingkat penggangguran terbuka meningkat mencapai 11,2% tahun 2005. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat table dibawah ini. Table 2. Trend Pengangguran 2000 – 2010 (juta)
Secara perlahan tingkat partisipasi kerja kemudian kembali meningkat hingga mencapai 92,86% seiring menurunnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 7,1% pada tahun 2010. Pengertian tingkat partisipasi kerja sebesar 92,86% disini menunjukkan bahwa setiap 100 orang yang aktif di pasar kerja, 93 di antaranya bekerja, sementara 7 sisanya merupakan pencari kerja alias (menganggur). Situasi ini menyebabkan pengangguran selalu ditemukan dalam pasar kerja.
16
BAB III PENUTUP
5.1
Kesimpulan Sejarah kata Industri berawal dari masa - masa terdahulu. Pada jaman
terdahulu mata pencaharian manusia masih berpindah - pindah hidupnya mulai dari berburu, nelayan, dan memetik hasil - hasil bumi. Pada akhirnya manusia mulai hidup menetap ( tidak lagi berpindah - pindah ) dengan melakukan berbagai macam aktifitas seperti membangun rumah, berkebun, beternak, bertani. Tahun demi tahun bahwa manusia menyadari arti pentingnya suatu alat penunjang untuk membantu meringankan perkerjaan mereka dalam hal bertani, membangun rumah dan lain - lain. Mulai abad ke 18 M dan 19 M mulailah berkembang pertumbuhan indsutri -industri. Pemerintah Indonesia mentargetkan pertumbuhan industri Indonesia di tahun 2012 sebesar 7.1 % dengan menggunakan asumsi pertumbuhan industri Indonesia di tahun 2011 sebesar 6.5 % dan menurut Badan Pusat Statistik bahwa pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan impor, terutama impor produk bahan baku dan barang penolong karena industri Indonesia sebagian besar masih menggunakan bahan baku dan penolong impor. Dan juga harus di sadari bahwa pertumbuhan industri Indonesia juga adanya campur tangan atau penanaman modal asing yang mau menginvestasikan modal nya dalam negara ini. Penopang pertumbuhan investasi di dalam negeri diantaranya dari sektor Industri logam, mesin dan elektronik naik sebesar 761.8 %.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://sundriesofworld.blogspot.com/2012/01/perkembangan-industri-diindonesia.html http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=09¬ab =11 http://slametteguh.blogspot.com/2009/02/aglomerasi.html http://www.gajimu.com/main/tips-karir/kiat-pekerja/karakteristik-tenaga-kerjaindonesia google.com wikipedia bps online kementerian perindustrian.com
18
LAMPIRAN
19
1