IDENTIFIKASI PEWARNA SINTETIS SUNSET YELLOW DALAM PRODUK MINUMAN SERBUK MARIMAS RASA JERUKMETODE KROMATOGRAFI KERTAS
DISUSUN OLEH :
SYAHRUL RAMADHAN NIS : 150101028
Kelas/Kelompok
: XII Kimia Analis A/ III
Tanggal Praktikum
: Jumat, 25 Agustus 2017
Temppat Praktikum
: Laboratorium Instrumen SMKN 1 Bontang
1
KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktikum Identifikasi Pewarna Sintetis Rhodamin-B di SMKN 1 Bontang dengan baik dan lancar. Praktikum ini diselenggarakan dalam rangka memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penulis. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis penulis mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada : 1. Kepada Allah SWT atas rahmat-Nya dan kemudahan-Nya dalam menyelesaikan laporan Praktikum ini. 2. Bapak Drs.Kasman Purba, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Bontang. 3. Ibu Ery Sepdyatutik M.Pd selaku Kepala Program Studi Keahlian Teknik Kimia SMKN 1 Bontang. 4. Ibu Wahyu Juli Hastuti selaku guru mata pelajaran Anlisis Instrumen sekaligus pembimbing dalam praktikum ini. 5. Kepada teman – teman teman kelompok 3 yaitu M. Bagas Rizky Akbar, Muhammad Irhas dan Trisna Nurhaliza dan teman-teman siswa SMKN 1 Bontang. 6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan material. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat
P r aktikum kti kum I dentifi ntif i kasi Pe P ewar na Si ntetis ntetis Sunse S unsett membangun. Penulis berharap L apor an Pr Y ellow dalam dalam P r oduk oduk Mi M i numa numan Serbuk Mari M arim mas Ra R asa J er uk M etod tode K r omatogr atogra af i K er tas tas ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya. Semoga Allah SWT Senantiasa memberkahi dan meridhoi segala usaha dan doa bagi kita semua, Amin.
Bontang, 27 Agustus 2017
Penulis
2
KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirrahim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktikum Identifikasi Pewarna Sintetis Rhodamin-B di SMKN 1 Bontang dengan baik dan lancar. Praktikum ini diselenggarakan dalam rangka memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penulis. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis penulis mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada : 1. Kepada Allah SWT atas rahmat-Nya dan kemudahan-Nya dalam menyelesaikan laporan Praktikum ini. 2. Bapak Drs.Kasman Purba, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Bontang. 3. Ibu Ery Sepdyatutik M.Pd selaku Kepala Program Studi Keahlian Teknik Kimia SMKN 1 Bontang. 4. Ibu Wahyu Juli Hastuti selaku guru mata pelajaran Anlisis Instrumen sekaligus pembimbing dalam praktikum ini. 5. Kepada teman – teman teman kelompok 3 yaitu M. Bagas Rizky Akbar, Muhammad Irhas dan Trisna Nurhaliza dan teman-teman siswa SMKN 1 Bontang. 6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan material. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat
P r aktikum kti kum I dentifi ntif i kasi Pe P ewar na Si ntetis ntetis Sunse S unsett membangun. Penulis berharap L apor an Pr Y ellow dalam dalam P r oduk oduk Mi M i numa numan Serbuk Mari M arim mas Ra R asa J er uk M etod tode K r omatogr atogra af i K er tas tas ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya. Semoga Allah SWT Senantiasa memberkahi dan meridhoi segala usaha dan doa bagi kita semua, Amin.
Bontang, 27 Agustus 2017
Penulis
2
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar belakang
Minuman serbuk adalah salah satu jenis minuman yang memiliki aneka rasa dan warna, yang sangat digemari oleh masyarakat khususnya anak-anak. Untuk menarik minat konsumen terhadap minuman serbuk biasanya produsen menggunakan zat pewarna agar menghasilkan warna yang lebih menarik. Namun terkadang zat pewarna yang terdapat pada minuman tersebut adalah zat pewarna yang dilarang, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis dan kadar zat pewarna yang digunakan apakah memenuhi syarat atau tidak. Salah satu jenis pewarna sintetis yang sering ditambahkan ke dalam produk pangan ialah Sunset Yellow (Kuning FCF). Penggunaan Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah dan gangguan pencernaan, me ngakibatkan asma dan dapat pula mengakibatkan hiperaktif pada anak. Alasan diataslah yang melatar belakangi penulis melakukan identifikasi pewarna sintetis Sunset Yellow dalam minuman serbuk Marimas rasa jeruk. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Sunset Yellow dalam sampel Marimas rasa jeruk menggunakan uji kromatografi kertas. Alasan digunakannya metode ini dikarenakan mudahnya dalam proses identifikasi zat pewarna tersebut serta memberikan hasil yang cukup akurat. B.
Rumusan masalah
Bedasarkan latar belakang tersebut , rumusan masalah yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil identifikasi pewarna sintetis Sunset Yellow dalam produk minuman serbuk Marimas rasa jeruk dengan menggunakan kromatografi kertas? 2. Berapa nilai Rf sampel dan apakah hasil identifikasi positif atau negatif pewarna sintetis Sunset Yellow? C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut , tujuan dirumuskan sebagai berikut : Mengidentifikasi atau mengetahui ada tidaknya pewarna sintetis Sunset Yellow dalam produk Marimas Rasa Jeruk menggunakan kromatografi kertas.
3
D.
Manfaat
Identifikasi pewarna sintetis Sunset Yellow dalam produk minuman serbuk Marimas rasa jeruk diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Menambah wawasan dan pengalaman kepada penulis baik secara teori maupun praktik. 2. Menambah refrensi pada praktik selanjutnya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Tambahan Makanan 1. Definisi Bahan Tambahan Makanan
Pada umumnya dalam pengolahan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan produk makanan yang disukai dan berkualitas baik (Widyaningsih, 2006). Bahan Tambahan Makanan secara umum didefinisikan sebagai bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan (Cahyadi, 2006). Menurut FAO dan WHO dalam kongres di Roma pada tahun 1956 menyatakan bahwa Bahan Tambahan Makanan adalah bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, citarasa, tekstur, atau memperpanjang daya simpan. Sedangkan menurut Puspitasari (2001), Bahan Tambahan Pangan adalah senyawa (atau campuran berbagai senyawa ) yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dalam proses pengolahan, pengemasan dan penyimpanan dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Makanan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila (Puspitasari, 2001): 1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan 2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi syarat. 3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan. 4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
5
2. Fungsi Bahan Tambahan Makanan
Fungsi Dasar Bahan Tambahan Makanan yaitu (Puspitasari, 2001) : a. Meningkatkan nilai gizi makanan, banyak makanan yang diperkaya atau difortifikasi dengan vitamin untuk mengembalikan vitamin yang hilang selama pengolahan, seperti penambahan berbagai vitamin B ke dalam tepung terigu, vitamin A dan D ke dalam susu. b. Memperbaiki nilai sensori makanan, warna, bau, rasa dan tekstur suatu bahan pangan berkurang akibat pengolahan dan penyimpanan. c. Memperpanjang umur simpan makanan, yaitu untuk mencegah timbulnya mikroba maupun untuk mencegah terjadinya reaksi kimia yang tidak dikehendaki selama pengolahan dan penyimpanan.
3. Penggolongan Bahan Tambahan Makanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MenKes/Per/IX/88 terhadap Bahan Tambahan Makanan, Bahan Tambahan Makanan terdiri dari dua golongan, yaitu Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan dan Bahan Tambahan Makanan yang tidak diizinkan. 1. Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan, yaitu : a. Pengawet, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat tumbuhnya bakteri, sehingga tidak terjadi pembusukan, pengasaman yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. b. Pewarna, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan dan minuman. c. Pemanis, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memberikan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan lidah terhadap rasa manis. d. Penyedap rasa, aroma serta penguat rasa, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma pada makanan. e. Antioksidan, yaitu bahan tambahan makanan yang berfungsi mencegah atau menghambat
proses
oksidasi
ketengikan.
6
lemak
sehingga
mencegah
terjadinya
f. Anti kempal, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mencegah menggumpalnya makanan yang berupa serbuk atau bubuk. g. Pengatur keasaman, yaitu bahan tambahan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan. h. Pemutih tepung, yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan tepung. i. Pengemulsi, pemantas, dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya dan memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. j. Pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengeraskan atau mencegah melunaknya makanan. 2. Bahan Tambahan Makanan yang tidak diizinkan, yaitu : a. Natrium Tetraborat (Boraks) b. Formalin (Formaldehyd) c. Minyak nabati yang dibrominisasi (Brominated Vegetable Oils) d. Kloramfenikol (Chlorampenicol) e. Kalium Klorat (Pottasium Chlorate) f. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate, DEPC) g. Nitrofuranzon (Nitrofuranone) h. P-Phenitilkarbamida (p-Phenethycarbamide,Dulcin, 4-ethoxyphenyl) i. Asam Salisilat dan garamnya. Selain bahan tambahan di atas masih ada tambahan kimia lain yang dilarang seperti Rhodamin B (pewarna merah), Methanyl Yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintetis), dan kalsium bromat (pengeras) (Cahyadi 2006). B. Zat Warna 1. Definisi Zat Pewarna
Menurut Winarno (1997), yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.
7
2. Penggolongan Zat Warna
Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. 1. Pewarna alami Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti : karamel, coklat, daun suji, daun pandan dan kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain : a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga sering disebut zat warna hijau daun. b. Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging. c. Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain, lumut, tomat, cabe merah, wortel. d. Anthosianin dan anthoxanthin. Warna pigmen anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.
3. Tabel 2.1 Daftar Zat Pewarna Alami Kelompok Karamel
Warna Coklat
Sumber Gula yang dipanaskan
Flavonoid
Jingga Merah Biru Tanpa kuning
Tanaman
Leucoantho sianin Tannin Batalain Quinon Xanthon
Tidak berwarna Tidak berwarna Kuning, merah Kuning, hitam Kuning
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
Anthosianin
Tanaman
Karoteniod Tanpa kuning merah Tanaman/hewan Klorofil Hijau, coklat Tanaman Heme Merah, coklat Hewan 4. Sumber:Tranggono dkk,1989 (dalam Cahyadi, 2006). 2. Pewarna buatan Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum digunakan sebagai pewarna makanan. Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat 8
racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. (Cahyadi, 2006). Namun sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakain pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan adalah pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu, kerupuk, es cendol, mie dan manisan (Yuliarti, 2007). Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga disebabkan karena harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan (Seto, 2001). Tabel 2.2 Jenis minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan terlarang atau melebihi batas Jenis pewarna yang
Jenis minuman
dilarang/dibatasi
Amaran
Sirup, minuman ringan/limun, saus, es campur.
Auramin
Sirup, minuman ringan/limun, saus.
Rhodamin B
Sirup, minuman ringan/limun, saus, es campur, es mambo, es cendol, bakpau, es kelapa. Sirup, minuman ringan/limun, pisang goreng, manisan mangga, kedondong.
Methanyl Yellow Ponceau 4R, Sunset Yellow, Tartrazin.
Sirup, minuman ringan/limun, es campur.
5. Sumber : Fardiaz (1997) dalam Seto (2001). Tabel 2.3 Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia
Pewarna
Amaran
Amaranth :CL Food
Nomor indeks
Batas
warna
maksimum
(C.I.No.)
penggunaan
16185
Secukupnya
42090
Secukupnya
Red 9 Biru berlian
Brilliant blue FCF 9
:CL Food Red 2 Eritrosin
Erithrosin :CL Food
45430
Secukupnya
42053
Secukupnya
44090
Secukupnya
73015
Secukupnya
16255
Secukupnya
74005
Secukupnya
15980
Secukupnya
Red 14 Hijau FCF
Fast green FCF :CL Food Green 3
Hijau S.
Green S : Cl.Food Green 4
Indigotin
Indigotin : Cl.Food Blue I
Ponceau 4R
Ponceau 4R : Cl Food Red 7
Kuning
Quineline yellow
Kuinelin
Cl.Food Yellow 13
Kuning FCF
Sunset Yellow FCF Cl.Food Yellow 3
Riboflavina
Riboflavina
-
Secukupnya
Tartrazine
Tartrazine
19140
Secukupnya
Sumber: Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
6. Dampak Zat Pewarna Bagi Kesehatan
Pemakain zat pewarna sintetis dalam makanan dan minuman mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, mengembalikan warna bahan dasar yang telah hilang selama pengolahan ternyata dapat pula menimbulkan halhal yang tidak diinginkan dan bahkan memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan konsumen. Menurut Cahyadi (2006), ada hal-hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut apabila : 1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang. 2. Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu yang lama. 3. Kelompok masyarakat yang luas dengan daya tahan yang berbeda-beda yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari-hari dan keadaan fisik. 4. Beberapa masyarakat menggunakan bahan pewarna sintetis secara berlebihan. 10
5. Penyimpanan bahan pewarna sintetis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan. Sejumlah makanan yang kita konsumsi tidak mengandung zat berbahaya menurut daftar zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988). Namun demikian, penggunaan pewarna tesebut hendaknya dibatasi karena meskipun relatif aman, penggunaannya dalam jumlah yang besar tetap dapat membahayakan kesehatan konsumen. Beberapa bahan pewarna yang harus dibatasi penggunaannya diantaranya adalah amaran, allura merah, citrus merah, caramel, erithrosin, indigotine, karbon hitam,kurkumin.
Amaran dalam jumlah yang besar dapat
menimbulkan tumor, reaksi alergi pada pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Allura merah dapat memicu kanker limpa, sedangkan karamel dapat menimbulkan efek pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat meyebabkan reaksi alergi, khususnya bagi orang yang sensitif pada asam asetilsiklik dan asam benzoat, selain akan mengakibatkan asma dapat pula mengakibatkan hiperaktif pada anak. Fast Green FCF yang berlebihan akan meyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedangkan Sunset Yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah, dan gangguan pencernaan. Indigotine dalam dosis tertentu mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Pemakaian eritrosin akan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, hiperaktif pada anak-anak dan efek yang kurang baik pada otak dan perilaku, sedangkan Ponceau SX dapat mengakibatkan kerusakan sistem urin, kemudian dapat memicu timbulnya tumor (Yuliarti, 2007). Begitu juga dengan zat pewarna yang berbahaya seperti Rhodamin B, pemakaian zat warna ini tidak diizinkan karena dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen. Bahan ini bila dikonsumsi bisa menyebabkan gangguan pada fungsi hati, bahkan kanker hati (Cahyadi,2006). Tabel 2.4 Daftar Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang di Indonesia Bahan Pewarna
Nomor Indeks Warna
Citrus red No.2
12156
Ponceau 3 R
16155 11
Ponceau SX
14700
Rhodamin B
45170
Guinea Green B
42085
Magenta
42510
Chrysoidine
11270
Butter Yellow
11020
Sudan I
12055
Methanil Yellow
13065
Auramine
41000
Oil Oranges SS
12100
Oil Orange XO
12140
Oil Yellow AB
11380
Oil Yellow OB
11390
Sumber: Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/
C. Kromatografi 1. Dasar-dasar Kromatografi
a. Prinsip Kromatografi Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Istilah kromatografi
berasal
dari
kata
“chroma”
(warna)
dan
“ graphein”
(menuliskan). Teknik pemisahan analitik yang paling banyak digunakan ditemukan pada tahun 1903 oleh TSWETT, ia telah menggunakan kromatografi untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. b. Klasifikasi Kromatografi Kromatografi
Kromatografi Gas
Kromatografi Cair
Planar
Kertas
Kolom
Lapis Tipis
Terbuka/Twseet 12
Terbuka/ KCKT
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponenkomponen dalam fasa diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan untuk preparatif atau analisa kualitatif dan kuantitatif. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa tetap ( stationary) dan fasa bergerak (mobile), pemisahan pemisahannya tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Persyaratan utama kromatografi adalah: 1. Ada fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam tidak boleh bereaksi dengan fasa gerak. 2. Komponen sampel (contoh) harus larut dalam fasa gerak dan beri nt erak si deng an fas a te ta p (dia m) . 3. Fasa gerak harus bisa mengalir melewati fasa diam, sedangkan fasa diam harus terikat kuat di posisinya. Berdasarkan cara kontak antara fasa diam dan fasa gerak, dikenal kelompok kromatografi kolom dan kromatografi planar, sebagai beri kut: 1. Kromatografi kolom : fasa diam ditahan dalam sebuah kolom
sempit (terbuka di kedua ujungnya). Fasa gerak mengalir karena efek gravitasi atau tekanan. Fasa diam umumnya berupa padatan atau cairan. Fasa gerak umumnya berupa cairan atau gas dan dialirkan terus menerus. Hasil pemisahan adalah spesi yang keluar dari kolom. 2. Kromatografi planar : fasa diam didukung oleh (dilapiskan pada)
pl at data r at au le mb ar an. Fa sa ge rak be rgera k be rdas ar kan aksi kapiler atau gaya gravitasi. Fasa diam umumnya adalah padatan, sedangkan fasa gerak umumnya adalah cairan. Fasa gerak dialirkan hanya sampai mendekati akhir bidang fasa diam. Hasil pemisahan beru a sp ot -s pot pada li nt as an (tract ) yang dijalani oleh sampel. Cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan (absorption 13
chromatography ), dan jika zaf cair dikenal sebagai kromatografi partisi ( partition chromatography). Karena fasa gerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam sistem kromatografi. Keempat rnacam sistem kromatografi tersebut adalah: 1. Fasa gerak zat cair-fasa tetap padat: Komatografi penukar ion. 2. Fasa gerak gas-fasa tetap padat: Kromatografi gas padat 3. Fasa
gerak
zat
cair-fasa
tetap
zat
cair,
dikenal
sebagai
kromatografi partisi dan kromatografi kertas. 4. Fasa gerak gas-fasa tetap zat cair: Kromatografi gas-air dan Kromatografi kolom kapiler. Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada senyawasenyawa yang dipisahkan, sehingga terdistribusi sendiri diantara fasa gerak dan fasa tetap dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain. c. Kromatografi Partisi Perbedaan yang pokok adalah terletak pada sifat dari penyerap, dimana dalam kromatografi partisi berupa materi yang berpori, seperti kieselguhr ,
yang
dilapisi
dengan
lapisan
dari
zat
cair
sering
menggunakan air. Fasa tetap adalah lapisan zat cair da n zat padat yang berper an se ba gai pe nyan gga/ penyokong. Jik a fa sa -f as a be rgerak da n tetap keduanya berupa zat cair maka akan diperoleh kromatografi zat cair-cair. Kecepatan bergerak dari suatu komponen dari campuran tidak tergantung pada kelarutannya dalam fasa tetap, yang berupa zat cair sehingga senyawa-senyawa yang lebih larut akan bergerak lebih lambat turunnya dalam kolom daripada yang kurang kelarutannya. Selama bergerak senyawa-senyawa mengalami partisi di antara dua fasa, dan pemisahan terjadi karena perbedaan dalam koefisien partisi. Kromatografi kertas merupakan partisi yang spesial, dimana lembaran
kertas
adalah
sebagai 14
pengisi/pengganti
dari
kolom.
Kromatografi campuran dari senyawa yang dipisahkan membentuk suatu jalur dalam kolom. 2. Kromatografi Serapan/Kolom
a. Kolom Serapan Untuk memisahkan suatu campuran, kolom seperti gambar l.a dapat digunakan dan diisi dengan penyerap zat padat seperti alumina sebagai fasa tetap dan dialiri dengan pelarut seperti benzena sebagai fasa gerak
Gambar 2.1 Jalur jalur Serapan
Gambar
2.2
Pemisahan
Suatu Campuran Sejumlah kecil cuplikan dari campuran dimasukkan melalui sebelah atas dari kolom yang kemudian membentuk jalur-jalur serapan dari senyawa, seperti gambar 2.2. Bila pelarut dibiarkan mengalir melalui kolom ia akan mengangkut senyawa-senyawa yang merupakan komponenkomponen dari campuran. Kecepatan bergerak dari suatu komponen tergantung pada bera pa besar nya za t te rham ba t/ te rt ahan ol eh penyera p di da la m kolom. Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan bergerak lebih cepat
daripada
yang
diserap
kuat.
Akan
terlihat
bahwa
jika
perb edaa n- pe rbed aa n dala m se rapan cu kup be sa r maka ak an te rj ad i pemi sa han yang se mp ur na, se pe rt i te rl ih at pa da gamb ar 2.2. Bentuk kolom serapan yang sederhana telah ditunjukkan seperti dalam Garnbar 1a. Bentuk ini merupakan jenis yang pertama-tama digunakan untuk pemisahan-pernisahan kromatografi hingga sampai sekarang. Kolom krornatografi dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan kran dan gelas penyaring di dalamnya. Meskipun kolom-kolom dapat dibuat secara sederhana dari tabung gelas, kadang-kadang buret pun dapat 15
digunakan. Ukuran kolom tergantung pada banyaknya zat yang akan dipisahkan. Untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom dapat digunakan gelas wool atau kapas, lihat Gambar 2.3 dan 2.4.
Gambar 2.3 Kolom untuk Kromatografi
Gambar 2.4 Kolom untuk Kromatografi
b. Pengisian Kolom Pengisian kolom adalah tidak mudah untuk mernperoleh pengisian kolom yang homogen, tetapi perlu dicoba hingga mendapatkan hasil yang maksimurn. Pengisian yang tidak teratur dari penyerap akan mengakibatkan merusak batas-batas pita krommatografi. Putusnya penyerap dalam kolom biasanya disebabkan oleh gelembung-gelembung udara selama pengisian. Untuk rnencegah hal-hal tersebut sedapat mungkin zat pengisi/penyerap
16
dibuat menjadi "bubur" dengan pelarut kemudian dituangkan perlahan-lahan dalam tabung. Jika penyerap dibiarkan turun perlahan-lahan dapat ditolong dengan mengguncang perlahan-lahan maka akan diperoleh pengisian yang homogen. Jika besarnya partikel-partikel penyerap sama, akan lebih mudah untuk mendapatkan pengisian yang homogen. Tetapi hal ini sangat jarang. Harus diperhatikan penyerap yang telah dimasukkan jangan sampai ada bagian yang kering baik selama pengisian atau selama pemisahan. 3. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang datar yaitu benuk kertas. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Kromatografi kertas, fase diam adalah kertas ser ap yang sangat seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Berbagai jenis pemisahan yang sederhana dengan Kromatografi kertas telah dilakukan dimana proses dikenal sebagai "analisa Kapiler". Metodametoda ini sangat sesuai dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi kertas dipandang sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk se lu lo sa . Mula-mula telah dilakukan pemisahan asam-asam amino dan peptida pe pt ida yang me rupa ka n hasi l hi drol is a pr ot ei n wool dengan su at u ca ra di mana kolom yang berisi bubuk diganti dengan lembaran kertas dan kemudian diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis dari sistem partisi dimana fasa tetap adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulose dari kertas, dan fasa bergerak bi as an ya me rupa kan ca mpuran da ri sa tu at au le bi h pela rut-pel ar ut or gani k dan air. Suatu hal yang perlu diperhatikan disini adalah tentang peralatan. Pada kromatografi Kertas peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti atau mahal. Hasil-hasil yang baik dapat diperoleh dengan peralatan 17
dan
materi-materi
yang
sangat
sederhana.
Senyawa-senyawa
yang
terpisahkan dapat dideteksi pada kertas dan dapat segera diidentifikasi. Bahkan komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan
jalan
memotong-motongnya
yang
kemudian
dilarutkan
secara
terpisah. Meskipun kromatografi kertas sangat mudah pengerjaannya, tetapi sangat sulit dijelaskan apabila membadingkannya dengan kromatografi lapis tipis. Penjelasannya tergantung tingkatan pemilihan pelarut yang anda gunakan, dan beberapa sumber untuk mengatasi masalah secara tuntas. Jika anda telah pernah melakukannya, ini sangat membantu jika anda dapat membaca penjelasan bagaimana kromatografi lapis tipis bekerja. Struktur dasar kertas Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa.
Gambar 2.5 Rumus Struktur Selulosa
Sangat menarik untuk mencoba untuk menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan kertas. Sayangnya, hal ini lebih kompleks daripada itu! Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Oleh karenanya, anda dapat berpikir yakni kertas sebagai seratserat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan. Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.
18
4. Kromatografi Lapis Tipis
Teknik TLC/KLT fasa diam (terutama silika, alumina, dan selulosa) dilapiskan
di permukaan sebuah plat pendukung (umumnya dibuat dari
bahan kaca atau lembaran logam Al). Bila noda telah kering plat diletakkan secara vertikal dalam bejana yang sesuai dengan tepi yang di bawah dicelupkan ke dalam fasa gerak, maka pemisahan kromatografi penaikan akan diperoleh. Pada akhir perkembangan, pelarut dibiarkan menguap dari plat dan noda -noda yang terpisah dilokalisir dan diidentifikasi dengan ca ra fisika dan kimia seperti yang digunakan dalam kromatografi kertas. 1.
Metoda Kromatografi Lapisan Tipis Kromatografi serapan dalam bentuk lapisan tipis yang dilekatkan pada suatu penyokong telah diketengahkan dalam tahun 1938. Pertama kali dicoba untuk memisahkan terpen-terpen. Pada "Cromatostrip" yang dibuat melapisi ` potongan gelas kecil dengan penyerap yang dicampur denga n pati atau pere kat
seba gai pengik at. Perkembangan lebih lanjut
STHAL telah mernbuat cara-cara pembuatan potongan gelas dan cara melapiskannya serta
menunjukkan bahwa kromatografi lapisan tipis dapat
digunakan untuk keperluan yang luas dalam pernisahan-pemisahan. kromatografi kertas
Metoda
memberikan hasil pemisahan dengan waktu yang lebih
cepat dan lebih baik. 2.
Jenis Penyerap Sifat-sifat umum dari penyerap
untuk kromatografi lapisan tipis
adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat
yang
penting
dari
penyerap
adalah
besar
partikel
dan
homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat tergantung pada je nis penyer ap. Besar partikel yang biasa digunakan adal ah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan
adalah
menggun akan
penyer ap
yan g
butirannya
halus.
Sedangkan dalam kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada lapisan tipis butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih cepat.
19
Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapisan tipis adalah sebagai berikut dalam tabel 2.5 . Tabel 2.5 Jenis Penyerap untuk Kromatografi Lapisan Tipis Zat Padat - Silika
Digunakan untuk Memisahkan
- Alumina
- Kieselguhr
- Bubuk selulosa - Pati
Asam-asam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida, minyak esensial, anion dan kation organik, sterol, terpenoid Alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitamin-vitamin, karoten, asam-asam amino Gula, oligosakarida, asam-asam dibasa, asam-asam lemak, irigliscrida, asam-asam amino, steroid alkaloid, nukleotida asam-asam amino asam-asam amino,protein
5. Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan sekelompok teknik pemisahan kromatografi yang menggunakan gas sebagai fasa gerak. Karena gas bersifat menyebar ke ruang disekelilingnya. maka tidak ada kromatografi gas dalam bentuk planar, semua kromatografi gas berbentuk kolom. Kolom untuk kromatografi gas biasanya dibuat dari bahan logam nir-karat atau dari bahan gelas. Di dalam alur pemisahan, fasa sampel juga berupa gas. Karena umumnya sampel untuk kromatografi gas berfasa cair, maka sistem pemisahan kromatografi gas memerlukan pemanasan. Disisi lain, stabilitas gas sangat dipengaruhi temperatur, sehingga walaupun sampel sudah berfasa gas, sistem pemanasan untuk memungkinkan pengendalian temperatur tetap diperlukan. Kromatografi gas (Gas chromatography, disingkat GC ) termasuk alatalat analisa. Analisa dapat dibagi menjadi : 1. Analisa Kualitatif, yaitu
penentuan sifat-sifat dari suatu komponen atau
campuran dari komponen. 2. Analisa Kuantitati, yaitu penentuan jumlah dari suatu komponen atau komponen-komponen dalam suatu campuran. Kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik. Berdasarkan fasa diam, dikenal ada dua tipe kromatografi gas yaitu : 1. Kromatografi padat-gas (Gas Solid Cromatography, GSC ). 2. Kromatografi cairan-gas (Gas Liquid Cromatography, GLC ). Dalam kedua hal ini sebagai fasa gerak adalah gas (hingga keduanya disebut kromatografi gas) tetapi fasa diamnya berbeda. 20
Meskipun demikian kedua cara tersebut mempunyai banyak persamaan cara kerja. Pada GSC kita mempunyai absorbsi (absorpsi) dan dalam GLC kita mempunyai partisi (larutan). Pengoperasian GSC memerlukan tingkat keahlian yang lebih tinggi dari GLC, shingga relatif jarang digunakan. penyebabnya adalah GSC berdasarkan fasa diam padat, sehingga gaya tambat analit berdasarkan adsorpsi fisik. Gaya tambat ini bersifat semi permanen terhadap molekul polar atau molekul aktif sehingga proses adsorpsi bersifat tidak linier, akibatnya pik
hasil elusi menjadi sangat berekor (tailing). GLC relatif lebih
mudah dioperasikan sehingga digunakan secara luas disegala bidang sains, dan nama GLC sering disingkat menjadi Kromatografi Gas (GC). 1. Kromatografi pada t- ga s (Gas Solid Cromatography, GSC ). Kromatografi Gas adalah suatu t eknik untuk memisahkan campuran zat yang mudah menguap dengan cara melewatkan aliran gas pada suatu fasa diam ( stationary phase). Dasar kerja dari GSC adalah adsorbsi (serapan). Dengan alasan ini maka GSC sangat sukar untuk digunakan secara berulang dengan hasil yang sama. Hal ini disebabkan oleh kenyataan-kenyataan bahwa: 1) Aktivitas dari penyerap (adsorbent) tergantung pada cara pembuatannya. 2) Juga
aktivitas
tergantung
pada
bagaimana
ia
diperlakukan
setelah
pembuatannya. Keadaan 1 dan 2 sangat sukar untuk distandarisasi. Hal-hal inilah yang menyebabkan " Reproducibility" yang rendah dari GSC, yang sering dijumpai adalah : a. Puncak-puncak berekor disebabkan permukaan aktif yang tidak homogen dari penyerap. b. Waktu retensi relatif panjang. c. Waktu retensi sangat tergantung pada jumlah dari cuplikan. d. Kernungkinan penyerap.dapat berperan sebagai katalisator yang aktif. Itulah sebabnya pengguanaan dari GSC sangat terbatas, baik untuk senyawa yang mempunyai titik didih yang rendah maupun tinggi. Meskipun demikian ada 21
keuntungan dari GSC bila dibandingkan dengan GLC. Fasa diam tidak dapat diuapkan, karena tekanan uap dari padatan sangat rendah. Hingga dapat menggunakan detektor-detektor yang sensitif, karena di sini tidak terjadi "column bleeding". Dalam tahun akhir-akhir ini GSC menjadi lebih penting yaitu setelah diketemukannya penyerap-penyerap yang lebih baik. Contoh-contoh penyerap adalah : 1) " grafite-coal ": dikenal sebagai " spheron", strukturnya sangat homogen (dibandingkan dengan diamond), ini digunakan terhadap senyawa-senyawa polar yang titik didihnya tinggi. 2) “molecular sieves": ini merupakan zeolit buatan (= Na- atau Ca-AI-silikat), dengan pori-pori yang sangat kecil/halus di dalamnya. Ukuran dari diameter pori dinyatakan dalam A°. Sebagai contoh "Linde", mempuyai ukuran dari 3A° hingga 13A°. Zeolit sangat stabil, pada suhu hingga 600°C. Molecular sieves hanya menyerap molekul-molekul yang lebih kecil dari pori-porinya. Air sangat cepat diserap hingga merupakan pe ng er in g yang sa ngat ef is ie n. Molecular sieves mempunyai sifat katalisator yaitu dapat merupakan zat dehidrator (dehydrating agents). Sebagai contoh zeofit dapat mengubah alkohol menjadi hidrokarbon/gasolin : R-OH → R -H. Sebelum digunakan biasanya molecular sieves diaktifkan dengan memanaskannya selama 12 jam pada suhu 150°C sambil dialiri gas H 2 yang kering. Kegunaan molecular pemisahan gas-gas seperti hidrokarbon-hidrokarbon menyerap sangat kuat. CO 2 dan prosesnya tidak dapat balik sehingga zeolit tidak digunakan bila CO 2 dipakai sebagai gas pengangkut.Perkembangan dalam GSC pada saat sekarang yaitu digunakannya polimer -polimer yang berpori seperti PORAPAK dan POLYPAK (nama perdagangannya) juga CHROMOSORB. Penyerap-penyerap ini sangat cocok untuk pemisahan : 1. Senyawa-senyawa yang sangat polar seperti H 20, NH3, R-NH2, R-OH dan glikol-glikol, dan asam-asam lemak rendah. 2. Juga untuk seperti CO2,N2O,O2 juga yang lainnya. 22
Kromatografi gas yang paling tua digunakan adalah GSC. Dalam tahun 1800 gas-gas telah dimurnikan dengan menyerapkan pada fasa diam yang berupa : alumina (AI 2 0 3 ), atau pada silica gel (Si O, pasir yang dimurnikan). Kadang-kadang penyerap ini menjadi tidak aktif bila terkena oleh air. b) Kromatografi gas-cair (GLC) atau Kromatografi Gas (GC) Keuntungan-keuntungan yang ditunjukkan oleh GLC : 1. Kecepatan : a. Gas yang merupakan fasa bergerak sangat cepat mengadakan kesetimbangan antara fasa bergerak dengan fasa diam. b. Kecepatan gas yang tinggi dapat juga digunakan.Hingga waktu pemi sa han sa ngat ce pa t (d iukur dala m me ni t) . 2. Sederhana : Alat GLC relatif sangat mudah dioperasikan. Interprestasi langsung dari data yang diperoleh dapat dikerjakan. Harga dari alat GLC relatif murah. 3. Sensitif : GLC sangat sensitif. Alat yang paling sederhana dapat mendeteksi konsentrasi dalam ukuran 0,01% (100 ppm). Alat-alat GLC yang lebih rumit dapat mendeteksi senyawa yang konsentrasinya rendah. Alat yang tertentu sekarang dapat dibuat dengan kemampuan mendeteksi " part s pe r bi ll io n", hingga dalam jangkauan pikogram = 10 g. Disebabkan sensitivitas yang tinggi dari GLC maka hanya memerlukan sejumlah kecil dari cuplikan, biasanya dalam ukuran mikroliter. 4. Pemisahan: (resolution = performance ). Dengan GLC memungkinkan untuk memisahkan moleku-molekul dari suatu campuran, dimana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara yang lain. 23
Misalnya pemisahan metil ester-metil ester dari : 1) Asam stearat dengan ttd 232°C pada tekanan 15 mmHg CH 3(CH) 6 COOH. 2) Asam oleat dengan ttd 229°C pada tekanan 15 mm HgCH 3(CH)7CH = CH(CH)7COOH: 3) Asam linoleat dengan ttd 237°C pada tekanan I5 mm Hg CH j(CHZ)4CH = CH = CHCH ZCH = CH (CH) 7COOH. Senyawa-senyawa tersebut tak mungkin dipisahkan dengan cara distilasi atau dengan ekstraksi, tetapi sangat mudah dipisahkan dengan GLC, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 23 menit. 5. Analisa dapat digunakan sebagai : 1) Analisa kualitatif yaitu dengan membandingkan waktu retensi. 2) Analisa kuantitatif yaitu dengan penghitungan luas puncak. 3) Alat GLC dapat dipakai dalam wakt u yang lama dan berulang-ulang. c) Prinsip Krimatografi Gas-Cair (GC) Prinsip kerja kromatografi gas adalah sampel (cuplikan/analit) diinjeksikan ke dalam kolom dan diuapkan lalu dielusi oleh aliran gas inert (sebagai fasa gerak). Pada kromatografi gas, fasa gerak tidak berinteraksi dengan molekulmolekul analit. Fungsi fasa gerak, hanya berfungsi sebagai transpor analit atau cuplikan untuk bergerak di sepanjang kolom. Proses pemisahan terjadi karena perbedaan interaksi analit dengan fasa diam. Aliran gas dari gas pengangkut akan membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke dalam kolom. Kolom akan memisahkan komponenkomponen dari cuplikan. Kemudian komponen-komponen dideteksi oleh detektor, dan sinyal dalam bentuk puncak akan dihasilkan oleh pencatat. f. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC)
24
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC) adalah suatu metode kromatografi yang mampu memisahkan campuran makromolekul, senyawa ionik, produk alam yang labil, senyawa polimerik dan kelompok polifungsional yang memiliki berat molekul tinggi dengan cara penyarian berfraksi, penyerapan atau penukaran ion. Ditinjau dari sistem peralatannya KCKT termasuk kromatografi kolom karena fasa diamnya diisikan atau terpacking dalam kolom. Dan bila ditinjau dari proses pemisahannya KCKT digolongkan dalam kromatografi adsorpsi atau kromatografi partisi. KCKT/HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Bagian ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan dan penggunaan serta prinsip HPLC yang sama dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Pemisahan secara kromatografi dalam KCKT adalah hasil interaksi spesifik anatara molekul sampel dengan fasa diam atau fasa gerak. KTKC juga merupakan teknik kromatofrafi yang paling banyak digunakan, dengan keunggulan-keunggulan: 1. Sensitif dan mudah disesuaikan untuk analisis kuantitatif, 2. Cocok untuk pemisahan spesi yang mudah menguap dan spesi yang mudah rusak oleh panas, 3. Bisa dugunakan untuk industri, bebagai bidang sains dan keperluan publik seperti untuk analisis asam-asam amino, protein, asam-asam nukleat, hidrokarbon, karbohidrat, obat-obatan, terpenoid, pestisida, antibiotik, steroid, spesi metal organik, dan berbagai senyawaan norganik. KCKT menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam bisa berupa cairan atau padatan, dan bisa dilbagi menjadi menggunakan fasa gerak cairan, fasa diam bisa berupa cairan atau padatan, dan bisa dilbagi menjadi 4 (empat) tipe utama yaitu: 1. Kromatografi Partisi (untuk solut senyawa polar tetapi bukan ionik berukuran kecil)
25
2. Kromatografi Adsorpsi atau Kromatografi Padar-cairan (untuk pemisahan spesi non-polar, isomer struktur,dan klasifikasi senyawa seperti pemisahan hidrokarbon alifatik dari alkohol alifatik) 3. Kromatografi Ion (untuk spesi ionik ber-Mr rendah) 4. Kromatografi Eklusi-ukuran atau Kromatofrafi Gel (untuk solut dengan Mr > 1000) yang bisa dipisahkan lagi menjadi filtrasi gel dan permiasi gel.
26
BAB III METODE ANALISA A.
B.
Tanggal dan Tempat Praktikum
Tanggal
: 24 Agustus 2017
Tempat
: Laboratorium Instrumen SMKN 1 Bontang
Alat dan Bahan
1) Alat No 1.
Nama Alat Neraca analitik
Spesifikasi 50 mL
Jumlah 1
2.
Spatula
250 mL 600 mL 100 mL
2 1 1
3.
Gelas Beker
4.
Pipet Volume Pipet Ukur Pipet Tetes Bulp
50 mL 10 mL 5 mL Karet
1 1 1 1 1
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Botol Semprot Batang Pengaduk Kaca Arloji
Plastik Kaca Kaca
1 1 1
11. 12.
Gelas Ukur Corong
100 mL Kaca
1 1
13. 14.
Pemanas Listrik Water Bath
250 mL
1 1 2
15.
Labu Ukur
100 mL 50 mL
1 1
16. 17. 18.
Pensil Penggaris Tusuk Gigi
-
1 1 1
19.
Guntung
-
1
Spesifikasi Padat
Jumlah 3,7 gr
Bubuk PA 25 %
secukupnya secukupnya 20 mL
2) Bahan No 1.
Nama Bahan Sampel lipstick Wardah
2. 3. 4.
Wantex merah tua Petroleum eter NH3 27
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
NaCl Etanol Metanol Asam asetat Aquades Tisu Plastik wrap Kertas saring
Padat 96 % PA Glacial Biasa
5 gr 130,2 mL secukupnya 10 mL seperlunya seperlunya Seperlunya 1
Spesifikasi 10 %
Jumlah 2 mL
10 % 50 % -
10 mL secukupnya secukupnya
3) Reagen
C.
No 1.
Nama Reagen Larutan Asam Asetat
2. 3. 4.
Larutan Ammonia Larutan Etanol Larutan Pewarna Baku
Prosedur Praktikum
1) Preparasi Benang Wool a) Potong benang wool lalu ikat sepeti pita. b) Masukkan dalam beaker glass 100 mL. c) Tambahkan petroleum eter secukupnya. d) Diamkan benang wool sampai beberapa menit. e) Keringkan benang wool di udara. 2) Preparasi Sampel a) Memasukan
±
100 ml sampel cair atau 4 gram sampel padatan ke dalam
gelas piala 100 ml. b) Diasamkan dengan menambahkan 2 ml Asam asetat 10 %. c) Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut. d) Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih ( ±10 menit). e) Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades. f) Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut. g) Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur). h) Benang wool dibuang, larutan diuapkan di atas water bath sampai kering.
3) Proses Identifikasi Sampel 28
a) Residu ditambah beberapa tetes metanol, untuk ditotolkan pada kertas kromatografi yang siap pakai. b) Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas. c) Kertas kromatografi diangkat dan dibiarkan mengering. d) Warna yang terjadi diamati, membandingkan Rf ( Retardation factor ) antara Rf sampel dan Rf standar.
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Praktikum
Gambar 4.1 Hasil Identifikasi Sunset Yellow dalam Sampel Marimas Rasa Jeruk
Gambar 4.2 Hasil Scan Identisikasi Sunset Yellow dalam Sampel Marimas Rasa Jeruk
30
B. Pembahasan
Akhir-akhir ini penggunaan pewarna sintetis atau bahan aditif pada kosmetik sedang marak-maraknya, tercatat lebhih dari 2500 jenis pewarna maupun pengawet yang telah beredar di pasaran. Mengingat banyaknya pewarna sintetis yang beredar membuat berbagai perusahaan untuk menambahkannya pada produk olahannya. Pewarna sintetis memiliki beberapa kelebihan yaitu, memberikan warna yang cerah, relatif murah, mudah diaplikasikan pada suatu produk, dan juga warnanya yang tahan lama. Sunset Yellow salah satu pewarna yang banyak digunakan pada Minuman serbuk rasa jeruk dan dapat memberikan efek samping pada penggunanya hingga kematian. Identifikasi Sunset Yellow pada marimas rasa jeruk kali ini menggunakan metode kromatografi kertas. Untuk Pembuatan baku sampel penulis menggunakan pewarna tekstil Kuning ketela merek wantex yang ditimbang lalu dilarutkan dengan aquades yang nantinya akan ditotol bersama dengan sampel dan spike. Pada proses preparasi sampel penulis menambahkan asam aseta t 10% gunanya untuk mengasamkan sampel dan juga melarutkan pewarna yang ada pada sampel, setelah itu dimasukkan benang wool yang sebelumnya sudah direndam dengan petroleum eter yang berupa pelarut organik agar lemak yang terdapat dalam benang wol dapat larut sehingga tidak menutupi pori pori pada benang wool pada saat penyerapan warna. Setelah itu sampel tadi dipanaskan diatas waterbath hingga mendidih atau menguap, selanjutnya benang wool dicuci dan dibilas dengan aquades lalu ditambahkan ammonia 10 % yang berguna untuk menarik warna yang melekat pada benang wool dan dipanaskan hingga warna pada benang wol luntur. Benang wool yang telah dipanaskan bersama sampel diperas lalu dibuang, filtrat hasil pemanasan di panaskan kembali hingga mengering. Lalu ditambahkan methanol yang berguna untuk melarutkan pewarna yang mengering dan lakukan penotolan pada kertas saring yang sudah digambar, penotolan dilakukan diatas hot plate agar hasil penotolan tidak melebar. Setelah proses penotolan kertas saring dimasukkan kedalam eluen yang sudah dijenuhkan, usahakan kertas saring tidak miring sehingga membuat hasilnya juga akan miring dan jarak garis bawah tidak menyentuh larutan eluen agar hasil penotolan tidak luntur. Tutup dengan plastik wrap agar tidak ada udara yang masuk yang nantinya dapat mengganggu proses elusi. Setelah proses elusi selesai angkat kertas saring dan hitung nila Rf-nya. 31
Apabila nilai Rf sampel melebihi nilai Rf baku dan spike maka dapat dikatan bahwa sampel yang di identifikasi positif mengandung pewarna sintetis Sunset Yellow. Pada Identifikasi yang dilakukan penulis pada sampel marimas rasa jeruk hasil yang diberikan bahwa sampel penulis positif mengandung Sunset Yellow.
32
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi maka dapat disimuplkan bahwa sampel yang di identifikasi yaitu sampel marimas rasa jeruk postif mengandung Sunset Yellow karena nilai Rf-nya lebih tinggi dibandingkan dengan baku dan s pike. 5.2
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penulis menyarankan agar pada proses praktikum diusahakan meminimalisir kesalahan yang kemungkinan dapat terjadi.
33
DAFTAR PUSTAKA Modul Kimia Instrumen http://lib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/20320079-S-Imam%2520Akbari.pdf&ved http://novitahendarmin.blog.upi.edu/files/2017/02/LAPORAN-PRAKTIKUM-KIMPANG1.pdf&ved http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi/article/viewFile/239/154&ved
34
LAMPIRAN I GAMBAR A. Proses Preparasi Benang Wool
Gambar 1. Penambahan Petroleum Eter Gambar 2. Benang Wool di aduk lalu diamkan B.
Proses Preparasi Sampel
Gambar 1. Timbang Sampel 4 gr
Gambar 3. Masukkan Benang Wool
Gambar 2. Tambahkan larutan CH 3COOH 10 %
Gambar 4. Panaskan Diatas Waterbath
35
Gambar 5. Cuci Benang Wool
Gambar 6. Tambahkan larutan NH 3 10 %
Gambar 7. Didihkan agar warna luntur C. Pembuatan Eluen
Gambar 1. Larutkan NaCl
Gambar 2. Terakan dengan Etanol 50 %
36
C. Proses Analisa Sampel
Gambar 1. Totolkan sampel, baku dan spike
Gambar 3. Keringkan diatas Hot Plate
Gambar 2. Masukkan dalam eluen
Gambar 4. Menentukan nilai Rf
37