MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN “INVESTASI PADA EFEK TERTENTU” Dosen Pengampu :Ibu Aviani Widyastuti., SE., Ak., CA
Kelompok: 1. Laras Murdaningrum
201310170311264
2. Ririn Okatia
201310170311299
3. Karina Ismurossa
201310170311312
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan karunia akal budi serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Investasi pada Efek Tertentu” dengan baik dan terselesaikan tepat pada waktunya.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk pengajuan tugas mata kuliah Akuntansi Pajak di jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang.Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali bantuan yang di terima baik berupa bimbingan, maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Allah SWT 2. Ibu Aviani Widyastuti., S.E., Ak., CA., selaku dosen pembimbing mata kuliah Akuntansi Pajak 3. Orang tua kami selaku pemberi motivasi 4. Teman-teman selaku pemberi semangat Dalam pembuatan makalah ini kami banyak menemukan kendala.Salah satunya saat mencari literature yang sesuai.Selain itu, mengatur waktu saat mengerjakan makalah bersama.Kami menyadari bahwa makalah ini belum pada tingkat kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu di benahi.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari semua pihak.
Malang, 06 Maret 2016
Penyusun 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................... .................................................
1
DAFTAR ISI .....................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Definisi Efek ........................................................................................
5
2.2 Akuntansi Investasi Efek ....................................................................
5
2.3 Perubahan Kelompok Investasi .........................................................
8
2.4 Penyajian dan Pelaporan Investasi pada efek terterntu ...................
8
2.5 Perpajakan ...........................................................................................
11
2.6 Surat Utang Negara .............................................................................
11
BAB III ANALISIS KASUS 3.1 Investasi efetk tertentu PT. Gudang Garam dalam Laporan Keuangan berdasarkan peraturan Akuntansi Perpajakan ..................................
14
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ..........................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
16
2
BAB I PENDAHULUAN
Efek (security) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek utang (debt security) adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang
piutang
antara kreditor
dengan entitas yang
menerbitkan efek. Efek ekuitas (equity security) adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan. Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang dapat diperoleh dari pertukaran instrumen keuangan dalam transaksi antarpihak-pihak yang bebas, bukan karena paksaan atau likuidasi. Jika terdapat harga pasar untuk instrumen tersebut, nilai wajar yang harus digunakan dalam penerapan Pernyataan ini dihitung dengan cara mengalikan volume saham yang diperdagangkan dengan harga pasar per unit. Keuntungan atau kerugian kepemilikan (holding gain or loss) adalah perubahan neto dalam nilai wajar efek, tidak termasuk: (a) dividen atau pendapatan bunga yang telah diakui namun belum diterima (basis akrual), dan (b) setiap penurunan nilai efek yang bersifat permanen.
3
Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini: a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity), b) diperdagangkan (trading), c) tersedia untuk dijual (available for sale).
4
BAB II PEMBAHASAN MATERI
2.1 Definisi Efek Efek menurut SAK ETAP adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan hutang piutang antara kreditor dengan entitas yang menerbitkan efek. Efek ekuitas adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk memperoleh (misalnya: waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan. 2.2 Akuntansi Investasi Efek Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini: a) dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity), Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:840-841) surat berharga utang yang diklasifikasi sebagai HTM hanya apabila perusahaan mempunyai niat untuk memiliki efek tersebut sampai dengan jatuh tempo. Jika perusahaan mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” dan disajikan dalam neraca sebesar biaya perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto. Perusahaan mungkin mengubah maksudnya untuk memiliki efek utang tertentu sampai dengan saat jatuh tempo dengan menjual atau mentransfer efek utang tersebut. Penjualan atau transfer efek utang tidak dianggap sebagai perubahan dalam tujuan “dimiliki hingga jatuh tempo” jika perubahan maksud tersebut disebabkan oleh kondisi berikut ini: 1. Terdapat bukti mengenai penurunan signifikan risiko kredit perusahaan penerbit efek 2. Terjadi
perubahan
peraturan
perpajakan
yang
menghapuskan
atau
menaikkan tariff perpajakan yang menghapuskan atau menaikkan tariff pajak
5
final yang berlaku atas bunga dari efek utang (tidak termasuk perubahan peraturan perpajakan yang merevisi tariff pajak atas bunga secara umum). 3. Terjadi penggabungan usaha atau penjualan dalam jumlah besar (seperti penjualan segmen) yang mengakibatkan diperlukannya penjualan atau transfer
efek
dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” untuk
mempertahankan risiko kredit perusahaan dan posisi risiko suku bunga yang ada saat tersebut. 4. Terjadi perubahan dalam persyaratan atau peraturan perundangan yang secara signifikan mengubah definisi investasi yang diizinkan atau tingkat maksimum investasi yang diizinkan dalam jenis efek tertentu, sehingga perusahaan harus melepaskan efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo. 5. Terjadi perubahan peraturan pemerintah mengenai modal minimum industri tertentu yang mengakibatkan perusahaan mengurangi aktivitas usahanya atau skala operasinya dan menjual efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo. 6. Terjadi perubahan dalam peraturan pemerintah yang mengakibatkan bertambahnya bobot risiko atas investasi efek utang dalam perhitungan rasio tertentu, misalnya dalam perhitungan solvabilitas perusahaan asuransi atau perhitungan rasio kecukupan modal perbankan. Selain perubahan yang diuraikan di atas, kejadian lain yang tidak berulang dan bersifat luar biasa yang tidak dapat diantisipasi, dapat menyebabkan perusahaan menjual atau mentransfer efek tertentu dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, tanpa harus dipertanyakan tujuan awal pemilikan efek dalam kelompoj dimiliki hingga jatuh tempo mempertimbangkan effek lain dalam kelompok yang sama, Semua penjualan dan transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus diungkapkan sesuai dengan persyaratan pada paragraph 23. b) Efek “diperdagangkan” (trading) Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:846, 850) surat berharga dalam bentuk utang ataupun saham yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam periode singkat (kurang dari 3 bulan atau mungkin diukur dalam hitungan hari). Perusahaan melaporkan efek “trading” pada vair value, dengan unrealized holding gain or losses sebagai bagian dari laba netto. 6
Holding gain or losses adalah perubahan netto antara nilai wajar dari satu period eke periode lainnya, tidak termasuk dividen maupun bunga yang telah diakui tetapi belum diterima. Sama seperti kedua jenis investasi utang lainnya, premi/diskonto juga akan diamortisais. Menurut
IAI
dalam
SAK-ETAP
(2009;46-47)
investasi
utang
yang
dikelompokkan dalam kelompok “trading” diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca. Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, harus diklasifikasikan dalam kelompok Efek “diperdagangkan”. Pengelompokkan ini biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek Diperdagangkan”. ini dimiliki denga tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Laba/rugi yang belum direalisasi atas investasi utang “trading” harus diakui sebagai penghasilan. c) Efek “Tersedia untuk dijual” (available for sale). Menurut Kieso, Weygand, dan Warfield (2007:842-845, 848-850) Investasi dalam bentuk utang maupun ekuitas yang termasuk dalam kategori AFS dilaporkan sebesar fair values dalam neraca. Keuntungan/kerugian yang belum direalisasi terkait dengan perubahan fair value akan dicatat dalam akun unrealizes gain or losses (bagian dari Laporan Laba Rugi
dilaporkan dalam ekuitas).
Perubahan fair value tidak akan dilaporkan sebagai bagian dari net income sampai investasi tersebut dijual. Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009:47) efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok “trading” dan dalam kelompok HTM, maka harus diklasifikasikan kedalam kelompok AFS. Laba/Rugi yang belum direalisasi harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajian secara terpidah dan tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai pada saat laba/rugi tersebut dapat direalisasi. Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividend an pendapatan bunga termasuk amortisasi premi/diskonto yang timbul saat perolehan diakui sebagai penghasilan. Sedangkan untuk laba/rugi yang telah direalisasi dala efek “trading” dan HTM tetap harus dilaporkan sebagai penghasilan.
7
2.3 Perubahan Kelompok Investasi Menurut IAI dalam SAK-ETAP (2009:47-48) pemindahan Efek antar kelompok dicatat sebesar nilai wajarnya. Pada tanggal perubahan kelompok, laba/rui yang belum direalisasi harus dicatat sebagai berikut: a. Untuk Efek yang dipindahkan dari kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal transfer telah tercatat sebagai penghasilan dan oleh karena itu tidak boleh dihapus. b. Untuk Efek yang dipindahkan ke kelompok diperdagangkan, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal pemindahan diakui sebagai penghasilan pada saat tersebut. c. Untuk Efek utang yang dipindahkan ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi diakui dalam kelompok ekuitas secara terpisah pada tanggal pemindahan kelompok. d. Untuk Efek yang ditransfer ke kelompok tersedia untuk dijual dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, laba atau rugi yang belum direalisasi pada tanggal transfer harus tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas secara terpisah, namun harus diamortisasi selama masa manfaat efek dengan cara yang konsisten dengan amortisasi premi atau diskonto. Amortisasi laba atau rugi yang belum direalisasi tersebut akan sepadan dengan pengaruh amortisasi premi atau diskonto terhadap pendapatan bunga dari efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo. 2.4 Penyajian dan Pengungkapan Investasi pada Efek Tertentu Menurut IAI dalam SAK ETAP (2009:49-51) Perusahaan dengan neraca yang aktiva dikelompokkan menjadi aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain kewajibannya dikelompokkan manjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (classified balance sheet) harus melaporkan semua efek yang diperdagangkan sebagai aktiva lancar. Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan kelompok tersedia untuk dijual yang jatuh tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aktiva lancar. Dalam laporan arus kas, arus kas yang digunakan untukatau berasal dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo, harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas 8
investasi, dan dilaporkan sebesar nilai bruto untuk setiap kelompok efek di dalam laporan arus kas. Arus kas untuk atau dari pembelian, penjualan, dan jatuh tempo efek dalam kelompok diperdagangkan harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi. Sementara itu, untuk pengungkapan untuk Efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama efek: 1. Nilai wajar agregat 2. Laba yang belum direalisasi dan pemilikan efek 3. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek 4. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.
Lembaga keuangan (bank, koperasi kredit, lembaga pembiayaan dan asuransi) perusahaan harus mengungkapkan setiap jenis efek utama yang dimilikinya sebagai berikut: a) efek ekuitas, b) efek utang yang dikeluarkan oleh pemerintah, c) efek utang perusahaan, d) efek utang yang dijamin hipotik, dan e) efek utang lainnya. Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun terakhir yang disajikan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat dikelompokkan menurut jangka waktunya sejak tanggal neraca. Lembaga keuangan harus mengungkapkan nilai wajar dan biaya perolehan efek utang, termasuk diskonto dan premium yang belum diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh tempo berikut ini: a) jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun, b) jatuh tempo dalam waktu antara 1 sampai 5 tahun, c) jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun, d) jatuh tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun 9
Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal tertentu, seperti efek yang pembayarannya dijamin hipotik, dapat diungkapkan secara terpisah (tidak dialokasikan ke
dalam
beberapa
kelompok
jatuh
tempo
tersebut).
Jika
penggolongan jatuh temponya dialokasikan, dasar alokasinya harus diungkapkan. Untuk setiap periode akuntansi, perusahaan harus mengungkapkan: a) Penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi yang direalisasi dari penjualan tersebut. b) Dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi (misalnya, identifikasi khusus, rata-rata, atau metode lain). c) Laba
dan
rugi
pengelompokkan
yang efek
dimasukkan dari
debagai
kelompok
penghasilan
tersedia
untuk
dari
dijual
pemindahan ke
kelompok
diperdagangkan. d) Perubahan laba atau rugi pemilikian yang belum direalisasi untuk efek dalam kelompok tersedia untuk dijual yang telah dimasukkan ke dalam komponen ekuitas secara terpisah selama periose yang bersangkutan. e) Perubahan dalam laba tau rugi pemilikian efek yang belum direalisasi dari efek untuk tujuan diperdagangkan yang telah diperdagangkan yang telah diakui sebagai penghasilan dalam periode pelaporan.
Penilaian investasi pada Efek tertentu menurut perpajakan didasarkan pada perolehannya sesuai dengan penjelasan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6) ditentukan bahwa penilaian sekuritas hanya boleh menggunakan harga perolehan. Sedangkan keuntungan atau kerugian karena penjualan/pengalihan saham hendaknya berpegang kepada ketentuan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), yaitu sebesar selisih antara harga jual dengan harga perolehan. Investasi surat berharga dalam valuta asing, sesuai dengan ketentuan perpajakan, harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah. Penjabarannya dilakukan dengan menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs tetap yang dilakukan secara taat asas.
10
2.5 Perpajakan Obligasi merupakan surat peminjaman uang yang akan dilunasi setelah jangka waktu tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bungan dengan jumlah tetap kepada investor. Ada kalanya obligasi juga mempunyai hak atas pembagian keuntungan. Penjelasan Pasal 4 ayat (1) bagian (g) UU PPh menganggap bagian keuntungan tersebut sebagai penghasilan. Pada UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa “Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima/diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia., yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan WP yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apa pun.” Hal ini juga mencakup penghasilan yang diterima/diperoleh dari transakasi investasi utang. Jika dalam pembelian obligasi termasuk unsure bunga berjalan, maka bunga tersebut harus diperhitungkan sebagai penghasilan. PPh yang dipungut atas bunga obligasi yang tidak dijual di bursa efek tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang dibayar dimuka (PPh 23 denngan tarif 15% x penghasilan bruto). Sementara itu, bunga obligasi di bursa efek dikenakan PPh final (PPh Pasal 4 ayat 2) sesuai dengan peraturan pemerintah (PP). Selain bunga tetap, penghasilan obligasi dapat berupa capital gain dan realisasi diskonto (selisih antara nilai nominal dengan nilai perolehan) pada saat pelunasan obligasi. Hanya bunga yang diperdagangkan di Bursa Efek yang diterima WP orang pribadi dimana tidak melebihi jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun dibebaskan dari pajak.
2.6 Surat Utang Negara Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan dalam mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara. 1) Penghasilan Negara diskonto SPN sesuai dengan PP 27 Tahun 2008 jo. PMK63/PMK.03/2008 yang mulai berlaku 4 April 2008. SPN berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Diskonto SPN meruakan selisih lebih antara: 11
a. Nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di pasar (perdana atau sekunder) b. Harga jual di pasar sekunder dengan harga perolehan di pasar perdana atau pasar sekunder. Tarif PPh Final atas diskonto SPN adalah 20% bagi WP dalam negeri dan BUT, atau sesuai dengan tariff ketentuan P3B yang berlaku bagi WP luar negeri. Pemotongan PPh tersebut dilakukan oleh: Penerbit SPN (emiten) atau custodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas diskonto SPN yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo. Perusahaan Efek (Broker) atau bank selaku pedagang perantara maupun selaku pembeli, atas diskonto SPN yang diterima di Pasar Sekunder. Tetapu apabila diskonto SPN diterima/diperoleh WP: Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia; Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha. Tidak dilakukan pemotongan pajak final. 2) Penghasilan dari transaksi bunga obligasi sesuai dengan PP 16 Tahun 2009 jo.PMK85/PMK.03/2011 tentang PPH atas penghasilan berupa bunga obligasi; yang mulai berlaku 1 Januari 2009. Besarnya PPh adalah sebagai berikut. a) Bunga dari Obligasi dengan kupon (interest bearing debt) sebesar: 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period) Obligasi.
12
b) Diskonto dari Obligasi tanpa bunga (non-interest bearing debt securities) sebesar: 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi. c) Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar:
0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; dan
15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya.
13
BAB III ANALISIS KASUS
3.2 Investasi pada Efek Tertentu Laporan Keuangan PT Gudang Garam dengan Peraturan Akuntansi Perpajakan Perusahaan PT. Gudang Garam menerbitkan saham kepada para entitas, dari penerbitan saham tersebut akan menimbulkan timbal balik kepada pemilik saham berupa deviden yang diberikan setiap akhir periode oleh PT. Gudang Garam. Pembagian deviden kepada para entitas akan dikenakan PPh Psl 23 dengan tarif 15% x penghasilan bruto. Pasal ini berlaku bagi entitas yang memiliki kepemilikan saham paling sedikit 25%, selain itu PT. Gudang Garam berlaku sebagai pemotong, dan penyetor atas deviden yang telah di kenakan PPh Psl 23. Penerbitan saham dari PT. Gudang Garam juga menimbulkan keuntungan (agio)
saham tertera pada laporan keuangan, dalam peraturan perpajakan
keuntungan atau pun kerugian saham harus di kesampingkan. PT. Gudang Garam tetap harus membayar PPh Pasal 4 ayat 2, tanpa harus mempertimbangkan adanya fakta kerugian atau pun keutungan.
14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Efek menurut SAK ETAP adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Pada saat pemerolehan, perusahaan harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini: 1. Efek Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Held To Maturity –HTM) 2. Efek “DIperdagangkan” (Trading) 3. Efek “Tertentu untuk Dijual” (Available for Sale –AFS) Penyajian Efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual disajikan sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar berdasarkan keputusan manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan kelompok tersedia untuk dijual yang jatuh tempo pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aktiva lancar Sedangkan pengungkapannya Efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama efek: 1. Nilai wajar agregat 2. Laba yang belum direalisasi dan pemilikan efek 3. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek 4. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.
15
DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntansi Indonesia.2009. Standart Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Jakarta; Dewan Standart Akuntansi Keuangan. Agoes, Sukrisno.2014. Akuntansi Perpajakan Berbasis ETAP Edisi 3,Jakarta; Salemba Empat.
16