RUKUN IMAN DENGAN PEMBAHASAN LENGKAP Rukun Iman ada enam. Enam rukun ini menjadi prinsip dasar agama Islam. Prinsip rukun iman telah dijelaskan di beberapa surat dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rukun iman yang dahulu pernah kita pelajari sangat penting untuk dipelajari kembali. Karena rukun iman adalah pondasi dasar yang harus berdiri kokoh pada agama seorang muslim. Sehingga dengan itu bisa mendapatan pemahaman yang lebih mendalam tentang rukun iman dan bisa mengamalkannya dengan benar. Namun sebelum kita membahas lebih lanjut tentang rukun iman, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu iman.
Rukun Iman Daftar Isi 1Rukun Iman • 1.1 Makna Iman yang Benar • 1.2 Pernyataan Imam Ahmad • 1.3 Pernyataan Imam Syafi’i 2 Pembagian manusia berdasarkan tingkat keimanan • 2.1 Pertama: Sabiqun bil khairat, • 2.2 Kedua: Muqtashid, • 2.3 Ketiga: Zhalim linafsih, 3 Urutan Rukun Iman • 3.1 Rukun Iman ada Enam • 3.2 Rukun iman diawali dengan Iman kepada Allah • 3.3 Iman kepada Para Malaikat • 3.4 Iman kepada Kitab-kitab Allah • 3.5 Iman kepada Para Rasul • 3.6 Iman kepada Hari Akhir • 3.7 Iman kepada Qada’ dan Qadar
Makna Iman yang Benar Para ulama terdahulu telah menjelaskan bahwa Iman adalah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan, dan amalan dengan anggota badan. Kemudian dirinci lagi oleh Al Imam Ahmad rahimahullahu bahwa iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Berikut kami nukilkan beberapa perkataan para ulama tentang Iman.
Pernyataan Imam Ahmad Perkataan Al-Imam Ahmad rahimahullahu tersebut juga dinyatakan oleh para ulama lainnya. Diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu, beliau berkata: “Aku menjumpai lebih daripada seribu orang ulama di berbagai negeri. Tidaklah aku melihat seorang pun yang berselisih bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.” Makna bertambah dan berkurangnya iman seperti yang ditanyakan oleh putra Imam Ahmad yaitu Shalih rahimahullahu. Shalih rahimahullahu berkata: “Aku bertanya kepada ayahku, apa itu makna bertambah dan berkurangnya iman?” Beliau menjawab: “Bertambahnya iman adalah dengan adanya amalan, berkurangnya adalah dengan meninggalkan amalan, seperti meninggalkan shalat, zakat, dan haji.”
Pernyataan Imam Syafi’i Murid Al Imam Syafi’i yang bernama Ar-Rabi’ berkata: “Aku mendengar Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan berkurang.” Pada riwayat yang lain terdapat tambahan: “Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.” Kemudian beliau membaca ayat:
َّ ين َآمنُوا ِإميَااًن َ َويَ ْزَد َاد الذ
“Dan agar bertambah keimanan orang-orang yang beriman.” (Al-Muddatstsir: 31) [Lihat Fathul Bari, 1/62-63]
Begitulah makna iman di sisi ahlus sunnah wal jama’ah. Adapun yang menyimpang dalam permasalahan ini diantaranya adalah kelompok khawarij dan murji’ah dan Mu’tazilah. Untuk lebih jelas, mari kita lihat perbedaannya: Murji’ah Aqidah
Iman itu ucapan semata, amalan tidak mempengaruhi iman.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah Iman adalah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan, dan amalan dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Iman mempunyai cabang-cabang.
Khawarij dan Mu’tazilah Iman itu ucapan, keyakinan dan amal. Tidak bertambah dan tidak berkurang. Namun ukuran iman itu adalah: adanya iman dan tidak adanya iman, tidak bercabang. Jika sebagian iman hilang
berarti hilang semuanya. Sehingga imannya pelaku dosa besar Pengambilan dengan imannya hukum para sahabat mereka anggap sama.
Iman para ahlul maksiat dan iman orang-orang shalih dari kalangan para sahabat berbeda tingkatannya. Pelaku dosa besar tidak dihukumi kafir. Namun imannya berkurang.
Maka para pelaku dosa besar dan orang yang tidak beramal mereka vonis kafir dan halal darahnya.
Pembagian manusia berdasarkan tingkat keimanan Sebagian ahlul ilmi menyatakan, manusia terbagi menjadi tiga bagian:
• Pertama: Sabiqun bil khairat, Yaitu orang yang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala baik yang wajib maupun yang mustahab, serta menjauhi larangan-Nya.
• Kedua: Muqtashid,
Yaitu orang yang HANYA mengerjakan yang wajib dan meninggalkan yang haram saja.
• Ketiga: Zhalim linafsih, Yaitu orang yang MENCAMPURADUKKAN amalan baik dengan amalan buruk. Kelompok yang pertama lebih sempurna imannya ketimbang yang kedua, dan yang kedua lebih sempurna ketimbang yang ketiga.
Urutan Rukun Iman Rukun Iman ada Enam Rukun iman ada enam, itulah yang masih terngiang di telinga kita sejak kecil. Meskipun pada zaman ini sudah mulai banyak yang lupa makna rukun iman bahkan ada yang sudah lupa urutan rukun iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut urutan rukun Iman dalam berbagai hadits terkhusus hadits Jibril:
.. َوتُ ْْؤم َن اِبل َق َدر َخ ْرْيه َو َشّره، َوالْيَ ْوم اَآلَخر، َوُكتُبه َوُر ُسله، َوَمالِئ َكته، َأَ ْن تُ ْْؤم َن اِبهلل:ال َ َق..
bahwa Rukun Iman adalah: 1.Engkau beriman kepada Allah, 2.Malaikat-malaikat-Nya, 3.Kitab-kitab-Nya, 4.Rasul-rasul-Nya, 5.Hari Akhir, dan
6.Qadar yang baik dan buruknya; (HR Muslim) Terdapat hikmah dari urutan rukun iman dan Allah lah yang lebih mengetahui. Walaupun huruf waw ( )وdalam ayat dan hadits tentang rukun iman tidak melazimkan urutan. 1.
Rukun iman diawali dengan Iman kepada Allah
Disebutkan di awal dalam rukun iman karena iman kepada Allah adalah pondasi utama sedangkan rukun-rukun yang lain adalah yang mengikutinya. Allah Ta’ala berfirman:
َّ آاَيتُهُ َز َادتْ ُه ْم ِإميَااًن َو َعلَ ٰى َرّهِّب ْم يَتَ َوَّكلُو َن َّ ين ِإ َذا ذُكَر ْ َت قُلُوبُ ُه ْم َوِإ َذا تُلي ْ َاهَّللُ َوجل َ ت َعلَْيه ْم َ ِإَّمَّنَا الْ ُم ْْؤمنُو َن الذ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allahgemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al Anfal: 2) Termasuk beriman kepada Allah Ta’ala adalah beriman bahwa Dia-lah “Al-Ilah” yang haq, (yaitu) yang berhaq untuk diibadahi, tanpa selain-Nya. •
Karena Dia adalah pencipta para hamba dan seluruh alam yang tersembunyi maupun yang tampak, memberikan kebaikan kepada mereka, dan mengurus rizki mereka.
•
Dia juga yang mampu untuk memberikan pahala kepada hamba-hamba yang taat dan memberi hukuman kepada hamba-hamba yang menentang.
Dalam rangka Ibadah inilah Allah menciptakan jin dan manusia, dan Allah perintahkan mereka untuk melaksanakan ibadah tersebut. Sebagaimana firman-Nya :
يد َأَ ْن يُطْع ُمون ْ ت ُ يد مْن ُه ْم م ْن رْزٍق َوَما َأُر ُ س ِإال ليَ ْعبُ ُدون َما َأُر ُ َوَما َخلَ ْق َ ْاجْل َّن َو ْاِإْلن ني َّ ِإ َّن ُ الرَّز َّ اهَّللَ ُه َو ُ اق ذُو الْ ُق َّوة الْ َمت
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. Tidaklah Aku menginginkan rizki dari mereka tidak pula Aku ingin mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki yang sangat banyak dan memiliki kekuatan yang sangat kokoh.” (Adz Dzariyat: 56-58)
Allah Ta’ala juga berfirman,
َّ َّ ين م ْن قَ ْبل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُقو َن * الَّذي َ َّاس ْاعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم َوالذ ُ َاَي َأَيُّ َها الن
َخَر َج به م َن الث ََّمَرات َّ الس َماءَ بنَاء َوَأَنْ َزَل م َن َّ ض فَراشا َو ْ الس َماء َماء فََأ َ َج َع َل لَ ُك ُم ْاَأْل َْر رْزقا لَ ُك ْم فَال َْجَت َعلُوا َّهَّلل َأَنْ َدادا َوَأَنْتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن
“Wahai umat manusia, BERIBADAHLAH kalian kepada Rabb kalian, yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. Dialah yang telah menjadikan untuk kalian bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap. Dia turunkan air (hujan) dari langit, maka dengannya Dia keluarkan dari berbagai buah-buahan sebagai rizki untuk kalian. Maka janganlah kalian menjadikan bagi Allah adanya sekutu-sekutu, padahal kalian tahu.” (Al Baqarah: 21-22) Termasuk iman kepada Allah juga, adalah beriman kepada semua yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, diantaranya yang terdapat dalam Rukun Islam.
2.
Iman kepada Para Malaikat
Iman kepada malaikat termasuk ke dalam rukun iman ketiga. Mereka sebagai wasithah (perantara) antara Allah dengan makhluk-makhluk-Nya dalam penyampaian risalah kerasulan. Malaikat menurunkan wahyu kepada para Rasul. Dan para rasul menyampaikannya kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman:
يُنَ ّزُل الْ َمآلِئ َكةَ اِبلُّْروح م ْن َأ َْمره َعلَى َمن يَ َشاءُ م ْن عبَاده َأَ ْن َأَنذ ُرواْ َأَنَّهُ الَ ِإلَهَ ِإالَّ َأَ َاًنْ فَاتَّ ُقون
Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: “Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”. (An-Nahl : 2)
َّ ين َآمنُوا آمنُوا اِب َّهَّلل َوَر ُسوله َوالْكتَاب الَّذي نََّزَل َعلَى َر ُسوله َوالْكتَاب الَّذي َأَنْ َزَل م ْن قَ ْب ُل َوَم ْن يَ ْك ُف ْر َ َاَي َأَيُّ َها الذ ضالال بَعيدا َ ض َّل َ اِب َّهَّلل َوَمالِئ َكته َوُكتُبه َوُر ُسله َوالْيَ ْوم ْاَآلخر فَ َق ْد
“Wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa yang mengingkari Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan Hari Akhir maka dia telah sesat dengan kesesatan yang jauh.” (An Nisa: 136)
3.
Iman kepada Kitab-kitab Allah
Rukun iman yang ketiga adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Karena kitab-kitab Allah adalah hujjah (argumen) dan marji’ (sumber rujukan) yang Allah wahyukan kepada para Rasul untuk menegakkan hukum antara manusia dalam hal-hal yang mereka berselisih di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman:
ْاختَ لَ ُفوا َ فَبَ َع ْ يما َ ْ َاب اِب ْحْلَ ّق ليَ ْح ُك َم ب َ ّاهَّللُ النَّبي ّ ث َ ين َوَأ َ ََنزَل َم َع ُه ُم الْكت َ ني النَّاس ف َ ين َوُمنذر َ ني ُمبَ ّشر
“(Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (Al-Baqarah: 213) 4.
Iman kepada Para Rasul
Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada para Rasul. Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab untuk menjelaskan kebenaran ini dan mengajak (dakwah) kepadanya, serta memperingatkan (tahdzir) dari lawannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وت َّ َولََق ْد بَ َعثْ نَا يِف ُك ّل َأ َُّم ٍة َر ُسوال َأَن اُ ْعبُ ُدوا َ ُاجتَنبُوا الطَّاغ ْ اهَّللَ َو
“Sungguh benar-benar Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul (yang menyampaikan) ‘beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.” (an-Nahl : 36) Allah Ta’ala juga berfirman,
ٍ ك من رس اعبُ ُدون ْ َول ِإال نُوحي ِإلَْيه َأَنَّهُ ال ِإلَهَ ِإال َأَ َاًن ف ُ َ ْ َ َوَما َأ َْر َس ْلنَا م ْن قَ ْبل
“Tidaklah kami utus sebelummu seorang rasul pun kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa ‘tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Aku’, maka beribadahlah kalian kepada-Ku.” (al-Anbiya : 25)
اهَّللَ ِإنَّيِن لَ ُك ْم َّ ت م ْن لَ ُد ْن َحكي ٍم َخب ٍرْي * َأَال تَ ْعبُ ُدوا ِإال ْ َصل ْ ُحك َم ٌ َكت ّ ُآاَيتُهُ ُمُثَّ ف ْ اب َأ َ ت ٌمْنهُ نَذ ٌير َوبَشرْي
“Inilah sebuah kitab yang telah disusun rapi ayat-ayatnya kemudian dijelaskan secara rinci dari sisi (Allah) Yang Maha Bijak dan Maha Mengetahui. (Yaitu) ‘Janganlah kalian beribadah kecuali kepada Allah.’ Sesungguhnya aku (Muhammad) bagi kalian adalah sebagai pemberi peringatan dan berita gembira dari-Nya.” (Hud : 1-2)
{َح ٍد م ْن ُر ُسله ُ الر ُس َّ }آم َن َ ْ َول مِبَا َأُنْزَل ِإلَْيه م ْن َربّه َوالْ ُم ْْؤمنُو َن ُكلٌّ َآم َن اِب َّهَّلل َوَمالِئ َكته َوُكتُبه َوُر ُسله ال نُ َفّر ُق ب َ ني َأ َ
“Rasul beriman kepada wahyu yang diturunkan kepadanya dari Rabb-Nya, demikian pula kaum mukminin. Semua beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya, kami tidak membedakan seorang pun dari para rasul-Nya.” (Al Baqarah: 285) Dan Firman Allah Ta’ala:
{وه ُك ْم قبَ َل الْ َم ْشرق َوالْ َم ْغرب َولَك َّن الْرِبَّ َم ْن َآم َن اِب َّهَّلل َوالْيَ ْوم ْاَآلخر َوالْ َمالِئ َكة َوالْكتَاب َ س الْرِبَّ َأَ ْن تُ َولُّوا ُو ُج َ لَْي “Kebajikan itu bukan kalian menghadapkan wajah ke arah timur atau barat. Namun kebajikan adalah barangsiapa yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, para malaikat, kitab, dan para nabi.” (Al Baqarah: 177)
5.
ني َ ّ}والنَّبي َ
Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir termasuk dalam rukun iman yang kelima karena ia adalah tempat dijanjikan pembalasan atas setiap amalan yang merupakan hasil dari beriman kepada Allah, para malaikat, Kitab-kitab, para Rasul atau akibat dari pendustaan terhadap hal-hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman
ض َالال بَعيدا َ ض َّل َ َوَم ْن يَ ْك ُف ْر اِب َّهَّلل َوَم َالِئ َكته َوُكتُبه َوُر ُسله َوالْيَ ْوم ْاَآلخر فَ َق ْد
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. Sehingga konsekuensi keadilan ilahi adalah ditegakkannya Hari Akhir untuk memisah antara yang lalim dengan yang teraniaya dan penegakan keadilan antara manusia.
6.
Iman kepada Qada’ dan Qadar
Rukun iman yang keenam dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:
ٍ َك يِف كت َّ َأََمَلْ تَ ْعلَ ْم َأ َّ ك َعلَى َّ َن َّ اهَّللَ يَ ْعلَ ُم َما يِف َ اب ۚ ِإ َّن َٰذل َ الس َماء َو ْاَأْل َْرض ۗ ِإ َّن َٰذل ٌاهَّلل يَسرْي
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Al Hajj: 70) Rukun iman yang keenam ini mendorong manusia untuk beramal shalih dan mengambil berbagai sebab yang bermanfaat dalam mencapai tujuannya disertai penyandaran diri kepada Allah Yang Maha Suci. Tidak ada kontradiksi antara syariat Allah diutusnya para Rasul dan diturunkannya Kitabkitab dengan dengan Qada’ dan Qadar-Nya. Berbeda dengan apa yang disangka oleh orang-orang yang suka mengada-ngadakan perkara baru dalam agama dan sangkaan kaum musyrikin yang mereka berkata (sebagaimana dalam firman-Nya):
َّ ٍ آاِب ُُؤَاًن َوالَ َحَّرْمنَا من ُدونه من َش ْي ٍء ّ لَ ْو َشاء َ اهَّللُ َما َعبَ ْد َاًن من ُدونه من َش ْيء ْحَّن ُن َوال
“Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin) -Nya”. (An-Nahl: 35)
Mereka tetap di atas kekufuran dengan alasan bahwa Allah telah mentakdirkan hal itu atas mereka. Dan apabila Allah telah mentakdirkannya atas mereka tentu –dalam persangkaan mereka- Dia telah meridhai hal tersebut dari mereka. Maka Allah pun membantah mereka. Seandainya Allah ridha dengan kekufuran mereka, niscaya Dia tidak akan mengutus para Rasul untuk mengingkarinya, sehingga Allah berfirman pada penutup ayat di atas:
ني ُّ فَ َه ْل َعلَى ُ الر ُسل ِإالَّ الْبَالغُ الْ ُمب
“maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An-Nahl: 35)1 1Seorang Mufassir dalam tafsirnya berkata:
“Lalu apabila para Rasul telah menyampaikan perintah dan larangan Rabb mereka kepada mereka kaum musyrikin, sedangkan mereka membantah dengan berargumen kepada para Rasul bahwa kseyirikan mereka itu takdir, maka tidak ada lagi kewajiban apapun atas para Rasul. Dan hanyalah perhitungan mereka diserahkan kepada Allah ‘azza wa jalla (bukan lagi tugas para Rasul tersebut, pent.).” Taisiirul Kariimir Rahman, hal. 503.
Sumber: 1.Muntaqaa Fataawa Ulama Besar Arab Saudi. 2.Kitab Al-‘Aqidah Ash-Shahihah Wa Maa Yudhadduha
Demikianlah pembahasan tentang Rukun Iman, semoga bermanfaat. Sumber: https://islamhariini.com/rukun-iman/