JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM INOKULASI MIKROBA NAMA
: VINY OKTAVIANI
NIM
: G311 16 015
KELOMPOK : IX ( SEMBILAN) ASISTEN
: IRMA KAMARUDDIN
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
INOKULASI MIKROBA Viny Oktaviani1), Irma Kamaruddin2) Abstrak Inokulasi merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan memindahkan mikroba dari media yang lama dengan ketelitian yang tinggi. Sebelum melakukan inokulasi terlebih dahulu alat-alat harus di sterilkan. Hal mendasar yang harus dilakukan dalam inokulasi yaitu mengetahui fungsi media, mengetahui teknik-teknik inokulasi dan pengenceran bertingkat agar mudah melakukan perhitungan mikroba. Dalam inokulasi terdiri dari dua cara yaitu pour plate dan spread plate. Setelah melakukan inokulasi selanjutnya akan diamati selama 4 hari. Dari praktikum ini diharapkan untuk mendapatkan mikroba yang diinginkan. Kata kunci : Inokulasi, roti, pour plate, spread plate, PCA I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mikroorganisme dapat berkembang secara alami dan buatan. Dalam menumbuhkan mikroorganisme dibutuhkan media sebagai sumber nutrisi untuk partumbuhannya. Berdasarkan itu perlu dipahami jenis-jenis nutrient yang diisyaratkan oleh mikroba dan lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum untuk pertumbuhannya. Berdasarkan itu perlu dilakukan inokulasi mikroa. Inokulasi mikroba adalah proses penanaman mikroba secara aseptik ke media tumbuhnya, baik berbentuk padat, cair atau semi padat. Tujuan utama inokulasi adalah untuk menumbuhkan mikroba pada media tumbuh sehingga akan memudahkan dalam mempelajarinya. Populasi mikroba yang ditumbuhkan melalui inokulasi pada dasarnya masih berupa mikroorganisme campuran dari beberapa jenis mikroba Teknik inokulasi diperlukan perlakuan yang aseptik, memelihara biakan dan mencegah pencemaran dari luar. Namun pada saat pemindahan mikroorganisme sering terjadi pencemaran udara yang banyak mengandung mikroorganisme lainnya untuk itu perlu berhati-hati dan mematuhi prosedur. Metode yang digunakan sepertipour plate dan spread plate. Melakukan inokulasi, digunakan medium yang telah dibuat sebelumnya.
Dimana, dalam medium ini terkandung nutrisi yang dibutuhkan mikroba untuk hidup. Pada medium yang telah berisi mikroorganisme, lambat laun akan menunjukkan tanda-tanda mikroba yang tumbuh. Dari beberapa jenis media yang digunakan dapat diketahui jenis mikroba yang akan tumbuh. Salah satunya media yang hanya menumbuhkan khamir dan kapang seperti PCA (Plate Count Agar) PCA ini terdiri kasein enzimatik, ekstrak ragi, dekstrosa dan agar. Mikroorganisme yang dapat tumbuh dari media PCA yaitu seperti Rhizopus stolonifer. Karakteristik dari Rhizopus stolonifer ini yaitu hifa tidak memiliki dinding silang antara sel-sel, mereka dikatakan coenocytic. Reproduksi generatif pada organisme ini terjadi ketika hifa berlawanan generative. Jamur ini membentuk miselium putih atau abu-abu pada roti. Sporangia yang berisi spora vegetatif dapat dilihat memanjang ke udara. Rhizopus stolonifer dengan ciri-ciri tidak memiliki aktivitas amilase, bagus untuk tempe serelia/kedelei, aktifitas prtotease paling rendah, tumbuh pada suhu rendah 25C Rhizopus Stolonifer ini biasa ditemukan pada roti tawar (Agustina, 2007) Roti adalah produk makanan hasil fermentasi tepung dengan ragi atau bahan pengembang lainnya, kemudian dipanggang. Roti merupakan salah satu produk bioteknlogi konvensional karena didalam proses pembutannya berlangsung
proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme (Mudjajanto, 2007). Roti tawar merupakan salah satu jenis makanan yang berbentuk sponge, yaitu makanan yang sebagian besar volumenya tersusun dari gelembung gelembung gas. Produk ini terdiri dari gas sebagai fase diskontinyu dan zat padat sebagai fase kontinyu (Astawan, 2006). Berdasarkan bahan pengembang yang digunakan, roti tawar termasuk dalam yeast raised goods, yaitu adonan yang mengembang karena adanya karbondioksida yang dihasilkan dari proses fermentasi gula oleh yeast (Apriyantono, 2009) Menurut SNI 1995, definisi roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN, 1995). Menurut SNI (1995) syarat mutu dari roti tawar adalah sebagai berikut: Kriteria Uji Kenampakan Bau Rasa Kadar air Kadar abu Kadar NaCl Serangga
Satuan % b/b % b/b % b/b -
Persyaratan Normal,tidak berjamur Normal Normal Maksimal 40 Maksimal 1 Maksimal 2,5 Tidak boleh ada
Sumber: SNI 1995 I.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Inokulasi Mikroba sebagai berikut : 1. Untuk mengetahu tentang pengenceran bertingkat 2. Untuk mengetahui fungsi media dalam mikrobiologi 3. Untuk mengetahui teknik inokulasi. I.2 Kegunaan Praktikum Kegunaan dari praktikum Inokulasi Mikroba adalah agar praktikan dapat mengetahui cara melakukan inokulasi dengan baik dan benar.
II. METODELOGI PRAKTIKUM II.1. Waktu dan tempat Praktikum Inokulasi dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2017 pukul 08.00-11.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanain, Fakultas Pertanian, Unversitas Hasanuddin Makassar. II.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum Inokulasi Mikroba meliputi tabung reaksi, laminar air flow, cawan petri, pipet volume, pipet ukur, bunsen, hockey stik, dan bulb, rak tabung, timbangan digital, vorteks Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini meliputi, larutan fisiologis, yakult, roti berjamur, wortel busuk, kulit jeruk, susu basi, media Nutrient Agar (NA), media kentang agar dan media Plate Count Agar (PCA), kertas bekas, aluminium foil, dan kapas. II.3 Prosedur Praktikum II.3.1 Pembuatan Larutan Fisiologis Sebanyak 8,5 gram NaCl ditambah 1000 ml aquades dan dimasukkan ke dalam erlemeyer. Lalu bibir erlemeyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Larutan tersebut dihomogenkan lalu dilakukan sterilisasi menggunakan autoclave selama 15 menit dengan suhu 121oC pada tekanan 1 atm. II.3.2. Pengenceran Bertingkat. Bahan padat meliputi roti, kulit jeruk, wortel busuk ditimbang sebnyak 1 gram dan bahan cair meliputi yakult, susu basi dipipet sebanyak 1 ml. masing-masing specimen dimasukkan dalam tabung reaksi pertama yang berisi 9 ml larutan fisiologis disebut dengan pengenceran 100 untuk bahan padat dan pengenceran 10-1 untuk bahan cair. Selanjutnya dipipet 1 ml dari tabung rekasi pertama ke tabung reaksi
kedua yang berisi 9 ml larutan fisiologis disebut dengan pengenceran 10-1 untuk bahan padat dan pengenceran 10-2 untuk bahan cair. Hal ini dilakukan hingga mencapai pengenceran 10-4 untuk bahan cair dan kulit jeruk. Serta pengenceran 10-3 untuk bahan padat lainnya.
Kentang Agar dan jeruk busuk
II.3.3 Tahap Inokulasi II.3.3.1 Metode Spread Plate Setelah dilakukan pengenceran bertingkat, langkah pertama yaitu media PCA dituang sebanyak 3/4 volume cawan petri lalu di diamkan hingga dingin dan mengeras. Setelah itu suspensi hasil pengenceran 10-3 sebanyak 1 ml dipindahkan ke dalam cawan petri. Selanjutnya, ratakan dengan hockey stick kemudian didiamkan dan dibungkus kertas. Lalu di inkubasi selama 7 X 24 jam.
Nutrient Agar dan susu basi
Tauge Ekstrak Agar dan roti berjamur
plate (10-4)
belum ditumbuhi mikroba
Spread plate (10-4)
Berwujud padat dan belum ditumbuhi mikroba
Pour plate (10-4)
Berwujud cair dan belum ditumbuhi mikroba
Spread plate (10-4) Pour plate (10-4) Spread plate (10-3)
Berwujud padat dan belum ditumbuhi mikroba Berwujud cair dan belum ditumbuhi mikroba Berwujud padat dan berwarna bening kekuningan dan belum terdapat mikroba Berbentuk cair dan berwarna bening kekuningan dan belum terdapat mikroba
Pour plate (10-3)
II.3.3.2 Metode Pour Plate Media PCA dituang sebanyak 1/4 volume cawan petri. Selanjutnya didiamkan dan kemudian suspensi mikroba hasil pengenceran 10-3 dipindahkan dari tabung rekasi sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri. Berikutnya, media dituang kembali hingga memenuhi 2/4 volume cawan Petri. Kemudian dibungkus dengamn kertas. Yang terakhir di inkubasi selama 7 X 24 jam. III.HASIL DAN PEMBAHASAN III.1. Hasil Berdasarkan hasil pengamatan tentang inokulasi mikroba, didapatkan hasil sebagai berikut: Pengamatan ke: 0 Hari/ tanggal : Kamis/ 9 Maret 2017 Tabel III.1 tabel pengamatan hari ke- 0 Media Dan Bahan
Nutrient Agar dan yakult
Metode/Pe -rlakuan
Kenampakan
Spread plate (10-4)
Berwujud padat dan belum ditumbuhi mikroba
Pour
Berwujud cair dan
Gambar
Nutrient Agar dan wortel busuk
Spread plate (10-3)
Belum terda-pat mikroba yang tumbuh
Pour plate (10-3)
Belum terda-pat mikroba yang tumbuh
Pengamatan ke: 1 Hari/ tanggal : Jumat/ 10 Maret 2017 Tabel III.tabel pengamatan hari ke- 1 Media Dan Bahan
Nutrient Agar dan yakult
Metode Dan Perlakuan
Kenampakan
Spread plate (10-4)
Berwujud padat dan mulai terlihat koloni mikroba dalam jumlah kecil Berwujud padat dan mulai terlihat koloni mikroba dalam jumlah kecil
Pour plate (10-4)
Gambar
Kentang Agar dan jeruk busuk
Spread plate (10-4)
Pour plate (10-4)
Nutrient Agar dan susu basi
Spread plate (10-4)
Pour plate (10-4)
Tauge Ekstrak Agar dan roti berjamur
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Nutrient Agar dan wortel busuk
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Berwujud padat, berwarna putih kecoklatan,dan tidak ditumbuhi mi-kroba Berwujud padat dan mulai terlihat koloni mikroba dalam jumlah kecil Berwujud padat dan mulai terlihat koloni mikroba dalam jumlah kecil
Pour plate (10-4)
Kentang Agar dan jeruk busuk
Pour plate (10-4)
Nutrient Agar dan susu basi
Metode Dan Perlakuan
Nutrient Agar dan yakult
Spread plate (10-4)
Kenampakan
Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah cukup banyak
Spread plate (10-4) Pour plate (10-4)
Tauge Ekstrak Agar dan roti berjamur
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Nutrient Agar dan wortel busuk
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Pengamatan ke: 4 Hari/ tanggal : Senin/ 13 Maret 2017 Tabel III.3 tabel pengamatan hari ke- 4 Media Dan Bahan
Spread plate (10-4)
Gambar
Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah cukup banyak Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba
Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah cukup banyak Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah cukup banyak
Pengamatan ke: 5 Hari/ tanggal : Selasa/ 14 Maret 2017 Tabel III.4 tabel pengamatan hari ke- 5 Media Dan Bahan
Metode Dan Perlakuan
Nutrient Agar dan yakult
Spread plate (10-4)
Kenampakan
Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah banyak
Gambar
Pour plate (10-4)
Kentang Agar dan jeruk busuk
Spread plate (10-4)
Pour plate (10-4)
Nutrient Agar dan susu basi
Spread plate (10-4)
Pour plate (10-4)
Tauge Ekstrak Agar dan roti berjamur
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Nutrient Agar dan wortel busuk
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah banyak Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba pada sebagian permukaan cawan petri Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba pada sebagian permukaan cawan petri Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah besar Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba dalam jumlah besar
Pour plate (10-4)
Kentang Agar dan jeruk busuk
Pour plate (10-4)
Nutrient Agar dan susu basi
Metode Dan Perlakuan
Nutrient Agar dan yakult
Spread plate (10-4)
Kenampakan
Berwujud padat dan terlihat koloni
Spread plate (10-4)
Pour plate (10-4)
Tauge Ekstrak Agar dan roti berjamur
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Nutrient Agar dan wortel busuk
Pengamatan ke: 6 Hari/ tanggal : Rabu/ 15 Maret 2017 Tabel III.5 tabel pengamatan hari ke- 6 Media Dan Bahan
Spread plate (10-4)
Spread plate (10-3)
Pour plate (10-3)
Gambar
III.2. Pembahasan
mikroba yang memenuhi sebagian besar permukaan media Berwujud padat dan terlihat koloni mikroba yang memenuhi sebagian besar permukaan media Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padat dan tidak terlihat koloni mikroba Berwujud padan dan sebagian besar koloni mikroba tumbuh pada media Berwujud padan dan sebagian besar koloni mikroba tumbuh pada media Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Berwujud padat, berwarna putih,dan tidak ditumbuhi mikroba. Ada yang berwarna kuning dan juga warna putih. Hifa tumbuh hampir memenuhi permukaan media di cawan petri. Spora berwarna hitam.
III.2.1 Roti Roti merupakan makanan yang terbuat dari terigu. Roti ini mengandung pati, pati ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana oleh mikroorganisme khususnya jamur, karena gula sederhana merupakan sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme tersebut. Roti tawar juga tidak mempunyai rasa sehingga rasanya tawar. Beberapa jenis mikroorganisme yang sering ditemukan pada pembusukan roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium sp, Mucor sp dan Geotrichum sp serta juga bisa terdapat Aspergillus sp dan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusuma (2008), yang menyatakan bahwa tepung terigu menjadi bahan dasar dalam pembuatan roti tawar mengandung pati dalam jumlah yang relatif tinggi. III.2.2 Inokulasi Mikroba Inokulasi mikroba atau penanaman mirkoorganisme adalah suatu kegiatan pemindahan mikroba dari media yang lama ke media yang baru dengan ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi. Tujuan inokulasi adalah untuk menumbuhkan mikroba pada media tumbuh sehingga mudah untuk dipelajari dan untuk memurnikan mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwijoseputro (1998) yang menyatakan bahwa inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. III.2.3 Mikroorganisme Pada Roti Mikroorganisme yang terdapat pada roti berjamur yaitu Rhizopus stolonifer. Rhizopus stolonifer ini tumbuh pada 5C – 37C, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25C. Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur
Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor (Agustina, 2007) III.2.4 Larutan Fisiologis NaCl 0,85% merupakan garam fisiologis dimana garam fisiologis merupakan larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan, NaCl adalah garam yang berbentuk kristal, atau bubuk berwarna putih, NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak dapat larut dalam alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Fais (2009), yang menyatakan bahwa larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. III.2.5 Pengenceran Bertingkat Pengenceran bertingkat adalah suatu proses yang digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba untuk proses inokulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunita (2015), yang menyatakan bahwa tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan kepadatan bakteri yang ditanam Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi berubah hal ini sesuai dengan pendapat Nurohaianah (2007), yang
menyatakan bahwa pengenceran adalah proses yang dilakukan untuk menurunkan konsetrasi larutan serta melarutkan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga penanganannya lebih mudah. III.2.6 Metode Spread Plate (Metode sebar) Metode spread plate atau metode sebar adalah metode yang digunakan dalam melakukan suatu proses inokulasi untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar dengan cara menuangkan kultur mikroba dan meratakannya di atas media agar yang telah memadat menggunakan hockey stick. Kelebihan dari metode ini yaitu mikroba dapat menyebar rata pada media agar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan (2008), yang menyatakan spread plate adalah pemupukan dengan metode permukaan, dimana media agar steril terlbih dahulu dituang kecawan petri lalu dibiarkan membeku. III.2.7 Metode Pour Plate (Metode Tuang) Metode pour plate atau metode tuang adalah suatu metode yang digunakan dalam suatu proses inokulasi dimana pada metode ini menuangkan media terlebih dahulu, kemudian suspensi hasil pengennceran bertingkat dan menuangkan kembali media pada cawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar dan Chan (2008), yang menyatakan pour plate dilakukan dengan memasukkan hasil pengenceran bertingkat kedalam cawan petri dengan cara menuang. III.2.8 Hasil Hasil dari praktikum Inokulasi Mikroba yaitu pada proses inokulasi telah di dapatkan mikroorganisme yang tumbuh dengan melakukan pegamatan berhari hari serta melakukannya secara aseptik. IV. PENUTUP
IV.1Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum inokulasi mikroba ini adalah : 1. Pengenceran bertingkat adalah suatu proses yang digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba untuk proses inokulasi 2. Fungsi pada media yaitu sebagai sumber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi serta sebagai tempat perkembang biakan mikroba. 3. Teknik inokulasi diperlukan perlakuan yang baik, memelihara biakan dan mencegah pencemaran dari luar IV.2 Saran Sebaiknya alat-alat di laboratorium diperbaharui. DAFATR PUSTAKA Agustina, Erna dkk. 2007. Penggunaan Mikrofungi Akuatik (Rhizopus stolonifer) Sebagai Bioremediator Dalam MendegradasiI Limbah Minyak Nabati. Bandung. Apriyantono, A. 2009. Tips Mengolah dan Memodifikasi Adonan Roti. http://dunia.pelajar-islam.or.id. Diakses pada tanggal 28 maret 2017. Astawan. 2006. Kandungan Serat Dan Gizi Pada Roti Ungguli Mie Dan Nasi. http://www.gizi.net. Diakses pada 28 maret 2017. Fais. 2009. Metode penanaman. Surabaya Kusuma R. 2008. Pengaruh penggunaan cengkeh (Syzygium aromaticum) dan kayu manis (Cinnamomum) sebagai pengawet alami terhadap daya simpan roti manis (skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mudjajanto, E.S dan L.N. Yulianti. 2007. Seri Agrotekno Membuat Aneka Roti. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Nurohaianah et al, 2007. Media . UI Press .Jakarta . Sridianti. 2015. Ciri-ciri dan Klasifikasi Jamur (fungi). http://www. sridianti.com/ ciri-ciri-klasifikasijamur.html. diakses pada tanggal 14 maret 2017. Yunita.
Merie dkk. 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Vol 3. No.3 Hal. 237-248. Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :Surabaya
Pengenceran bertingkat
LAMPIRAN Diagram alir Pembuatan larutan fisiologis
Inokulasi a) Metode Pour Plate
b) Metode Spread Plate