JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA & SEMISOLIDA (FA 3222) (6 Oktober 2010) KELOMPOK : Q-I-2
SHIF : RABU
Eritromisin 120 mg/5cc
A. Latar Belakang y
Penggunaan Sediaan
:
Suspensi rekonstitusi merupakan sediaan suspensi yang fase terdispersinya berupa serbuk atau granul, dan baru disuspensikan dalam fase pendispersi pada saat akan digunakan oleh pasien. Suspensi jenis ini dibuat ketika suatu bahan aktif dibutuhkan dalam jumlah besar tetapi kelarutannya dalam air atau pelarut campur kecil, dan biasanya bahan aktif tersebut tidak stabil dalam air sehingga mudah terhidrolisis. Bentuk bahan aktif yang digunakan da lam suspensi rekonstitusi ini yaitu ya itu eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat yang potensinya harus disetarakan dengan eritromisin basa. Eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat dipilih karena merupkan bahan yang saat ini tersedia di lab. Untuk eritromisin stearat tidak se-rentan bentuk garam eritromisin lainnya. Hal ini dapat terjadi karena bentuk garamnya berasal dari amin alifatik tersier dan asam stearat selain itu didukung pula oleh kelarutannya yang rendah. Sementara eritromisin eritromisin etilsuksinat tidak memilki sifat rasa yang tidak berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari untuk sediaan oral. Dibandingkan dengan eritromisin stearat, eritromisin suksinat memiliki potensi yang lebih besar. Sediaan dengan bahan aktif eritromisin digunakan untuk infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia, gonorhoea dan sifilis, difteri, intestinal amoebiasis, tetanus, dan peradangan lain disebabkan mikroorganisme yang peka. y
Efek Farmakologis
:
Eritromisin biasanya bersifat bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisidal pada konsentrasi yang tinggi melawan organis me yang sangat rentan. Antibiotik ini paling aktif pada uji in vitro melawan bakteri cocci aerobik Gram-positif dan bacilli. Eritromisin inaktif dapat melawan kebanyakan bakteri basilus Gra m-negatif aerobik. Eritromisin tidak akan berefek pada kasus infeksi karena virus, fungi dan ragi. Jenis bakteri yang dapat dihambat oleh eritromisin yaitu Mycoplasma pneumoniae, Legionella pneumophila, Legionella miedadei, Legionella spp., Chlamydia
trachomatis,
Streptococcus
Chlamydia
pneumoniae,
pneumoniae,
Streptococcus
Campylobacter
pyogenes, Bordetella
jejuni ,
pertussis,
Staphylococcus aureus resisten-penisilin atau sensitif-penisilin, Clostridium tetani, Corynebacterium diphtheriae. Efek samping yang dapat disebabkan eritromisin yaitu reaksi alergi berupa demam, eosinophilia, gangguan kulit, mual, muntah, keram abdominal, distress epigastrik, diare.
y
Dosis
:
Dosis Eritromisin ( F armakope Indonesia, Edisi III, hal. 933-934, 969 )
Dosis dewasa (oral): Dosis lazim sekali: 250mg-500mg. Dosis lazim sehari: 1 gram ± 2 gram. Dosis maksimum sekali: 500 mg. Dosis maksimum sehari: 4 gram.
Dosis anak ± anak dan bayi (oral): Umur 1 tahun ke bawah dosis lazim sekali 50 mg diberikan setiap 6 ja m. Umur 1 ± 5 tahun dosis lazim sekali 100 mg. Umur 6 ± 12 tahun dosis lazim sekali 200 mg. Dosis Eritromisin Basa ( Goodman&Gilman¶s, T he Pharmacological Basis Of T herapeutics,
hal. 1185)
Dosis dewasa : 1-2 gram per hari, dalam dosis terbagi, biasanya setiap 6 jam. Dosis anak-anak : 30-50 mg/ kg BB per hari, dibagi menjadi empat dosis, dosis ini dapat digandakan untuk infeksi parah. Dosis Eritromisin Etilsuksinat ( Martindale Edisi 27, hal. 1133)
Dosis dewasa : 0,765 - 1,530 g/ hari, dalam dosis terbagi. Dosis anak-anak : 22,95 ± 76,50 mg/ kg BB per hari, dalam dosis terbagi.
Dosis Eritromisin Stearat ( F armakope Indonesia ed. III, hal. 933-934, 969)
Dosis dewasa (oral): y
Dosis lazim sekali: 250mg-500mg.
y
Dosis lazim sehari: 1 gram ± 2 gram.
y
Dosis maksimum sekali: 500 mg.
y
Dosis maksimum sehari: 4 gram.
Dosis anak ± anak dan bayi (oral): y Umur 1 tahun ke bawah dosis lazim sekali 50 mg diberikan setiap 6 ja m. y Umur 1 ± 5 tahun dosis lazim sekali 100 mg. y Umur 6 ± 12 tahun dosis lazim sekali 200 mg.
B. Permasalahan Farmaseutika a. Zat aktif Eritromisin memiliki rasa pahit, sedangkan sediaan digunakan secara oral. b. Eritromisin dan garamnya termasuk eritromisin etilsuksinat sukar larut dalam air. c. Potensi 1 mg eritromisin etilsuksinat setara dengan 765 Q g eritromisin. d. Stabilitas dari eritromisin dalam larutan berair sangat dipengaruhi oleh pH larutan. e. Eritromisin etilsuksinat tidak memiliki rasa. f. Penggunaan bahan alam seperti CMC-Na FSH rentan terhadap kontaminasi mikroba.
C. Penyelesaian masalah a. Eritromisin berasa pahit, karena itu dalam pembuatan suspensi rekonstitusi ini dipakai eritromisin etilsuksinat yang merupakan bentuk esternya yang hampir tidak berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari. b. Eritromisin dan garam-garamnya termasuk eritromisin etilsuksinat sukar larut dalam air. Oleh karena itu, eritromisin etilsuksinat untuk rute oral dibuat sediaan suspensi rekonstitusi (suspensi kering yang baru direkonstitusikan dalam air ketika akan digunakan). c. Potensi 1 mg eritromisin etilsuksinat setara dengan 765 Q g eritromisin sehingga untuk memperoleh potensi yang sama dengan 120 mg/5 ml eritromisin, eritromisin etilsuksinat yang digunakan yaitu 156,86 mg/5 ml. d. Eritromisin dibuat sediaan rekonstitusi sehingga berada dalam bentuk larutan suspensi pada jangka waktu yang pendek maka tidak perlu ditambahkan dapar.
e. Eritromisin etilsuksinat hampir tidak berasa sehingga perlu ditambahkan pemanis agar penerimaan oleh pasien lebih baik. Dalam sediaan yang digunakan sebagai pemanis yaitu sukrosa sebesar 30%. f. Kadar air pada serbuk rekonstitusi selalu dijaga kurang dari 2% sehingga dapat meminimalisasi pertumbuhan mikroba. Selain itu, eritromisin sebagai bahan aktif juga bersifat antimikroba sehingga dalam sediaan tidak ditambahkan pengawet. D. Kesimpulan Formula
Formulasi yang dibuat adalah sebagai berikut: No
Bahan
Jumlah
Fungsi bahan tambahan
1
Eritromisin etilsuksinat
3,1372% (156,86mg/5ml)
Antibiotika
2
Polivinil pirolidon
2% dari massa total
Bahan pengikat
serbuk yang akan digranulas 3
Etanol (95%)
Qs
4
CMC-Na FSH
1%
Bahan pensuspensi
5
Sukrosa
30%
Pemanis dan bahan pembawa
6
Essens apel
0.01%
Flavor
7
FD&C green#3
0.05%
Pewarna
8
Aqua destillata
Add 100%
Pendispersi
E. Preformulasi zat aktif Preformulasi Eritromisin Etilsuksinat (T he Pharmaceutical Codex, hal. 855-860)
Nama kimia
(3 R,4S ,5S ,6 R,7 R,9 R,
11 R,12 R,13S ,14 R)-4-[(2,6-dideoksi-3-
C metil-3-O-metil--L-ribo-heksopiranosil)oksi]-14-etil7,12,13-trihidroksi3,5,7,9,11,13-heksametil-6-[[3,4,6trideoksi-3-dimetilamino-2-O-[3(etksikarbonil)propionil]--D siloheksopiranosil]oksi]oksasiklotetradekan-2,10-dion.
Struktur molekul
Rumus molekul
C43H75 NO16
Berat molekul
862,06
Pemerian
serbuk kristalin putih atau agak kekuningan; tidak berbau atau hampir berbau; hanpir tidak berasa.
Potensi
setara dengan tidak kurang dari 765 C37H67 NO13,
per
mg,
dihitung
Qg
terhadap
eritromisin, zat
anhidrat
( F armakope Indonesia ed. IV, hal. 359). Potensi yang diperoleh tidak kurang dari 780 UI per mg, dihitung terhadap zat anhidrat ( British Phamacopoeia tahun 2001, hal. 1146). Keasaman
pH suspensi eritromisin etilsuksinat 1% b/v dalam air adalah 6,0 hingga 8,5.
Kelarutan
eritromisin etilsuksinat sangat sedikit larut dalam air; sangat larut dalam etanol, dalam aseton, dalam kloroform, dan dalam makrogol 400.
Stabilitas
stabilitas eritromisin basa dalam larutan berair dipengaruhi oleh pH. Stabilitas maksimum terjadi pada rentang pH 7,0 hingga 7,5. dekomposisi dalam media asam dan basa mengikuti kinetika orde-satu. Energi aktivasi hidrolisis eritromisin pada pH 7,0 telah dilaporkan sebesar 77,8 kJ/mol. Eritromisin dalam bentuk padat dan dalam larutan pH 4 dan pH 8 bersifat fotostabil.
Efek Ion Logam
degradasi eritromisin dapat meningkat dengan kehadiran ion 3+
3+
2+
2+
2+
2+
logam Al , Fe , Cu , sementara ion logam Co , Zn , Pb , dan Ni2+ memberikan efek menstabilkan (kemungkinan berkaitan dengan pembentukan kompleks kelat antara ion
larutan hidroalkohol. Povidon digunakan sebagai solubilizer dalam formulasi oral dan parenteral dan telah menunjukkan peningkatan disolusi dari obat yang kelarutannya kecil dari sediaan padat. b
Keasaman
pH = 3,0 ± 7,0 (5% /v larutan dalam air)
Densitas (ruah)
0,29 ± 0,39 gr/cm
Densitas
1,180 gr/cm
Keberaliran
20 gr/dtk untuk povidon K-15, 16 gr/dtk untuk povidon K-
3
3
29/32. itik leleh Kandungan lembab
melunak pada suhu 150 rC povidon sangat higroskopis, jumlah lembab yang cukup signifikan dapat terabsorbsi pada kelembaban relat if rendah.
Kelarutan
mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral.
Viskositas
viskositas
larutan
povidon
dalam
air
bergantung
pda
konsentrasi dan berat molekul polimer yang digunakan. Stabilitas
povidon akan berubah menjadi lebih gelap dengan pemanasan pada suhu 150rC, dengan penurunan kelarutan dalam air. Povidon bersifat stabil pada siklus singkat pemanasan sekitar 110-130rC.
Penyimpanan
povidon dapat disimpan pada kondisi biasa tanpa terjadi dekomposisi atau degradasi. Namun bagaimanapun, karena serbuk povidon bersifat higroskopis, maka povidon harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk dan kering.
Kompatibilitas
povidon kompatibel dalam larutan dengan rentang lebar dari garam anorganik, resin alam, resin sintetis dan bahan kimia lain. Dalam larutan povidon akan membentuk senyawa molekular dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin dan senyawa lainnya.
2.
Natrium
Karboksimetilselulosa
Handbook o f Pharmaceutical Exci
( M -Na)
FSH
(Na-karboksimetilselulosa:
ient , hal 120-122)
Parameter
Keterangan
Nama k imia
garam natr ium selulosa karboksimetil eter .
Struk t ur
molekul
Berat molekul
90000-700000
Pemer ian
serbuk granular putih hingga hampir putih, tidak berbau. Untuk CMC- Na FSH: serbuk halus putih.
Fungsi
agen penyalut, agen penstabil, agen pensuspensi, disintegran tablet dan kapsul, pengikat tablet, agen peningkat viskositas, agen pengabsorb air .
K onstanta disoasi
p K a = 4,30
Densitas (ruah)
0,52 gr /cm
Titik leleh
warnanya men jadi cok lat pada suhu k ira-k ira 227rC dan
3
terbakar sebagian pada suhu k ira-k ira 252rC. K andungan lembab
umumnya mengandung kurang dar i 10% air . Bagaimanapun, natr ium karboksimetilselulosa bersi at higroskopis dan dapat mengabsorbsi air pada jumlah yang signi ikan pada suhu 37rC dan kelembaban relati 80%.
K elarutan
prak tis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluen. Mudah terdispersi dalam air, tidak bergantung temperatur, membentuk larutan koloidal yang jernih. K elarutan dalam air akan bervar iasi tergantung dera jat substitusinya.
Viskositas
viskositas larutan CMC- Na dalam air akan bervar iasi sesuai tingkatannya. Peningkatan konsentrasinya dalam air akan
meningkatkan viskositas larutan. Pemanasan yang lama pada suhu
tinggi
dapat
men-depolimer isasi
gom
dan
akan
menurunkan viskositas secara permanen. Viskositas larutan CMC- Na cukup stabil pada rentang pH 4-10. R entang pH optimumnya yaitu pada pH netral Stabilitas
natr ium
karboksimetilselulosa
bersi at
stabil
walaupun
higroskopis. Pada kondisi kelembaban tinggi, CMC- Na dapat mengabsorbs i lebih dar i 50% air . Larutan CMC- Na dalam air stabil pada pH 2-10; presi pitasi dapat ter jadi pada pH di bawah 2, dan viskositas larutan menurun secara cepat pada pH diatas 10.
Secara
umum, larutan CMC- Na dalam air menun jukkan
viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9. Penyimpanan
mater ial ruahannya harus disimpan dalam wadah ter tutup baik, di tempat yang se juk dan ker ing
K ompati bilitas
CMC- Na inkompati bel dengan larutan asam kuat, dengan garam besi larut dan dengan beberapa
logam seper ti
aluminium, merkur i, dan seng. Presi pitasi dapat ter jadi pada pH di bawah 2 dan jika dicampur dengan etanol 95%. CMC- Na dapat membentuk kompleks koaservat dengan gelatin dan pek tin,
dan
kompleks
dengan
kolagen
ser ta
dapat
mempresi pitasi beberapa protein bermuatan positi .
3.
Etanol (95%) ( Handbook o f Pharmaceutical Exci ient , hal. 18-20)
Parameter
Keterangan
Nama k imia
Etanol
R umus k imia
C2H6 O
Struk t ur
molekul
Berat molekul
46,07
Pemer ian
cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, mudah bergerak dengan bau khas, dan rasa membakar .
Fungsi
pengawet antimikroba, disinfek tan, penetran kulit dan pelarut.
Titik didih
78,15rC
Berat jenis
0,8119-0,8139 pada suhu 20rC.
K elarutan
bercampur dengan k loroform, eter, gliser in, dan air (dengan peningkatan temperatur dan kontraksi volume).
Penyimpanan
dalam wadah kedap udara, di tempat yang se juk .
K ompati bilitas
dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi hebat dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat mengubah warna men jadi gelap yang berkaitan dengan reaksi dengan molekul aldehid. Garam organik atau akasia dapat mengendap dar i larutan berair atau dar i sistem dispersi. Larutan etanol juga inkompati bel dengan wadah aluminium dan dapat ber interaksi dengan beberapa obat.
4. Sukrosa ( Handbook o f Pharmaceutical Exci ient , hal. 744-747) Parameter
Keterangan
Nama k imia
± D ± fruk tofuranosil ± ± glukopiranosida.
R umus molekul
C12H22O11
Struk t ur
molekul
Berat molekul
342,30
Pemer ian
kr istal
tidak
berwarna,
sebagai
massa kr istalin
atau
bongkahan, atau sebagai serbuk kr istalin putih, tidak berbau dan berasa manis. Fungsi
sirup sukrosa (sirupus simpleks) digunakan dalam pembuatan tablet sebagai agen pengikat dalam granulasi basah. Dalam bentuk serbuk, sukrosa ber tindak sebagai pengikat ker ing ( 2 b
20% / b) atau sebagai agen ruahan dan pemanis tablet kunyah ser ta lozenges.
Sirup
sukrosa juga digunakan sebagai agen
penyalut tablet pada konsentrasi antara 50 hingga 67% b/ b,
sebagai pembawa sediaan cair oral untuk meningkatkan palatibilitas atau untuk meningkatkan viskositas. Konstanta disoasi
12,62
Bobot jenis
1,6 g/cm
itik leleh
3
160-186rC
Kelarutan
idak larut dalam kloroform, larut dalam etanol (1:400), alarut dalam air (1:0,5), larut dalam air 100 oC (1;0,2)
Stabilitas
Sukrosa memiliki kestabilan yang baik pada temperatur kamar dan
pada
kelembaban
relatif
sedang.
Sukrosa
dapat
mengabsorbsi sampai 1% kelembaban yang akan dilepaskan pada pemanasan hingga suhu 90rC. Sukrosa dapat mengalami karamelisasi ketika dipanaskan hingga suhu di atas 160 rC. Larutan sukrosa encer rentan terhadap fermentasi oleh mikroorganisme tetapi tahan terhadap dekomposisi pada konsentrasi yang lebih tinggi. Penyimpanan
bahan ruahannya harus disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering.
Kompatibilitas
serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh cemaran logam berat yang dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan bahan akt if. Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit, dengan kadar sulfit yang tinggi dapat terjadi perubahan warna pada tablet salut sukrosa. Jika terdapat asam encer atau terkonsentrasi, sukrosa akan terhidrolisis atau t erinversi membentuk dekstrosa dan fruktosa (gula invert). Sukrosa dapat menyerang wadah aluminium.
5. FD&C Green#3. ( H andbook of Pharmaceutical Excipient hal. 196) -
Kegunaan dalam resep sebagai : zat pewarna
-
Pemerian : Serbuk hijau.
-
Stabilita : Stabil terhadap panas dan suasana asam. Inkompatibilitas :
idak stabil dalam suasana basa.
Inkompatibel dengan zat pengoksidasi dan pereduksiKelarutan : Dalam air 17g/100mL; dalam etanol (90%) 0,2g/100mL. 6. Apple Essence -
Kegunaan dalam resep sebagai : F lavouring agent.
7. Aqua es ( H andbook of Pharmaceutical Excipients, 802-806) Parameter
Keterangan
Rumus molekul
H2 O
Berat molekul
18,02
Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
Fungsi
Pelarut
Sifat fisik
- titik didih: 100 rC - konstanta dielektrik: 78,54 - titik leleh: 0rC - indeks bias: n D20 ! 1,3330 - tegangan permukaan: 71,97 mN/m (71,97 dyne/cm) pada 25rC - viskositas: 0,89 mPa (0,89 cP) pada 25 rC
Kelarutan
bercampur hampir dengan semua pelarut polar.
Stabilitas
secara kimia air bersifat stabil pada semua bentuk fisiknya (es, cair, uap).
Penyimpanan
disimpan dalam wadah tertutup rapat. Jika disimpan dalam bentuk ruahan, maka kondisi penyimpanan harus didesain untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan untuk menghindari kontaminasi.
Kompatibilitas
dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan bahan lain yang dapat mengalami hidrolisis. Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali dan dengan cepat dengan logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida atau magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat membentuk garam hidrat, dengan beberapa bahan organik dan kalsium karbida.
G. Penimbangan Untuk memenuhi syarat Volume erpindahkan, sediaan akan dibuat sebanyak 102ml (anjuran tambahan volume yaitu 2%), tetapi dilebihkan hingga 300ml untuk proses evaluasi. 156,86m g Eritromisin Etilsuksinat: v 300 ml ! 9411,6 mg = 9,4116 gram 5ml 30 gram Sukrosa : v 300 ml ! 90 gram 100ml Ditimbang 100 gram untuk mengatasi kehilangan saat penggerusan. 2 gram Povidon : gram ! 2,1882 gram v 9, 4116 100 100 gram Etanol 95%
:
CMC-Na FSH
:
Aquades
10 ml 1 gram
100ml : ad. 300 ml.
Nama bahan Eritromisin Etilsuksinat
v
300 ml ! 3 gram
Jumlah bahan yang ditimbang (untuk 300 mL) 9,4116 g
Sukrosa
100 g
Povidon
2,1882 g
Etanol 95%
10ml
CMC-Na FSH
3g
FD&C green#3
500 mg
Apple essence
100 mg
Aquades
Ad to 300 ml
H. Prose ur Pembuatan
1.
Kalibrasi botol kaca coklat 100 ml dengan aquades sebanyak 102 mL. Keringkan botol dari sisa aquades.
2.
imbang sukrosa sebanyak 100 gram dalam cawan penguap, kemudian gerus dalam mortir hingga halus, timbang kembali sebanyak 90 gram.
3.
imbang eritromisin etilsuksinat sebanyak 9,4116 gram dalam cawan penguap.
4.
imbang 2,1882 gram povidon di dalam ca wan penguap, timbang 3 gram CMC-Na FSH, timbang 500 mg pewarna hijau, timbang 100 mg essens apel.
5.
Pembuatan granul: y Gerus sedikit sukrosa dalam mortir hingga halus, masukkan eritromisin stearat
dan pewarna hijau lalu digerus hingga homogen. Kemudian secara bertahap dan geometris, tambahkan sisa sukrosa hingga habis. y
Tambahkan
2-5 tetes essens apel lalu gerus hingga homogen
y Larutkan 2,1882 gram PVP dengan penambahan etanol secukupnya ( 10 mL)
dalam cawan penguap y
Tambahkan
larutan povidon ke dalam campuran serbuk sedikit demi sedikit
dengan pipet sampai terbentuk massa yang dapat digranulasi. Jika larutan povidon sudah habis namun belum terbentuk massa yang dapat digranulasi, tambahkan 3 ml etanol (95%) ke massa hingga terbentuk massa yang dapat digranulasi. y Massa granul diayak dengan ayakan 12 mesh. y Massa granul dikeringkan granul dengan mendiamkannya pada s uhu kamar. y Kadar air granul ditentukan dengan alat. y Massa granul diayak kembali dengan ayakan 14 mesh.
6.
y
Timbang
y
Tambahkan
Timbang
serbuk CMC-Na FSH sebanyak 3 gram dalam cawan penguap. serbuk CMC-Na FSH ke dalam massa granul yang telah kering.
massa total granul dan masukkan @100/300 massa total granul dalam dua
buah wadah sediaan 100 mL 7.
Tuangkan
granul yang telah ditimbang ke dalam botol sediaan yang telah
dikalibrasi, tutup, beri etiket, kemas dala m dusnya. 8.
Satu botol sediaan digunakan untuk evaluasi waktu r ekonstitusi Sediaan yang telah didispersikan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi. Catat waktu pada saat memasukkan sediaan ke tabung sedimentasi. Amati sediaan pada menit ke 10, 20, 30, 60, lalu 1 hari, 2 hari dan 3 hari.
I. Hasil Pecobaan No
1
E aluasi
Hasil Pengamatan
Berat Jenis
Alat yang digunakan adalah piknometer dan neraca elektrik. Piknometer yang telah dibersihkan ditetapkan bobotnya (
1 ).
Piknometer lalu
diisi aquades (yang telah dididihkan dan didinginkan) sampai kapiler tutup piknometer penuh, kemudian ditimbang (
2).
Piknometer
dibersihkan, lalu diisi larutan uji sampai kapiler penuh, kemudian ditimbang (
3 ).
Perhitungannya adalah B J !
w w
3 2
w1 w1
(Farmakope Indonesia IV tahun 1995; 1030)
2
Penetapan pH
Alat yang dipakai adalah pHmeter. pH campuran larutan sebelum penggenapan volume yang ditempatkan dalam gelas kimia diukur dengan menggunakan pH meter. pH meter dibakukan dengan 2 jenis larutan dapar baku pH 7 dan pH 4, kemudian dibilas dengan aquades kemudian dikeringkan.
Pengukuran pH dilakukan terhadap sampel larutan dengan mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampel dala m vial hingga kepala elektroda terendam seluruhnya.
3 E aluasi Organoleptika Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan organ-organ tubuh biasa. Yang dilakukan pada evaluasi ini adalah warna, rasa, dan aroma.
4 Volume Terpin ahkan Jika suatu sediaan dituangkan ke wadah lain, maka tentulah ada sedikit sisa dari sediaan tersebut yang tertinggal di wadah semulanya, terutama pada sediaan larutan. Jika ada bagian yang tertinggal, maka tentulah dosis dari sediaan tersebut akan berkurang bagi pasien yang menggunakannya. Oleh karena itu evaluasi ini bertujuan untuk menjamin bahwa pasien tetap mendapatkan dosis yang sebenarnya. Sediaan yang telah digenapkan dalam botol sediaan yang telah dikalibrasi dipindahkan kembali ke gelas ukur dan dilihat apakah volume
di gelas ukur sama dengan volume sediaan yang telah kita tentukan.
5 Pertumbuhan Mikroba Evaluasi ini dilakukan untuk menguji apakah pengawet yang digunakan memiliki potensi yang cukup baik untuk melindungi sediaan dari mikroba, karena adanya jamur atau mikroba dapat mengubah penampilan awal, atau mungkin dapat menguraikan zat aktif sehingga dosisnya berkurang, atau memberikan senyawa sampingan yang dapat bersifat toksik.
6. Terbentuknya cap-locking Evaluasi ini dilakukan untuk membuktikan apakah dalam sediaan dapat terjadi cap-locking pada tutup sediaan. Jika terjadi cap-locking artinya gula menempel pada tutup sediaan telah mengkristal.
7 Penentuan Viskositas Larutan engan Alat Brookfiel
Pada percobaan, evaluasi ini hanya dilakukan pada suspensi biasa, sehingga untuk suspensi
rekonstitusi, viskositas tidak dapat diukur secara pasti. Evaluasi untuk viskositas suspensi rekonstitusi hanya dilihat dari kemudahannya untuk dituang dan keseragaman dispersi partikel di dalam suspensi tersebut.
8 Pengamatan se imentasi Parameter
sedimentasi
yang
diamati yaitu tinggi sedimentasi (Hv) dan tinggi total larutan suspensi (H0). Buat grafik
H v H 0
untuk setiap
waktu pengamatan.
Waktu rekonstitusi
9
Waktu
rekonstitusi merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengocokan, mulai dari sediaan yang telah ditambah air
tersebut
granul
dikocok,
terdispersi
hingga
sempurna
dalam sediaan. Semakin lama waktu
rekonstitusi,
semakin
lama
artinya
waktu
dibutuhkan
untuk
suspensi
sebelum
digunakan.
yang
mengocok siap
J. Analisis Titik Kritis
K.
Bahan pensuspensi mudah dikembangkan.
Proses pencampuran serbuk.
Proses penambahan pewarna atau odoris.
Kadar air granul atau serbuk.
Pemilihan metode pencampuran kering.
Daftar Pustaka British Pharmacopoeia Comission, British Pharmacopoeia, Departement of Health, London, 2001, halaman 1146.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. F armakope Indonesia,. edisi III . Jakarta : Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. F armakope Indonesia,. edisi IV . Jakarta : Departemen Kesehatan.
Goodman, Louis S., Gilman, Alfred. 2006. T herapeutics ,
Lund,
Watter,
T he
Pharmacological Basis of
th
11 edition. Chicago : Mc-Graw Hill Companies, Inc.
1994,
Pharmaceutics´ 12
T he nd
Pharmaceutical Codex, ³Principle and Practice of
ed. 1994.London :
Rowe, Raymond C..2003. Pharmaceutical Press.
H andbook
T he
Pharmaceutical Press.
of Pharmaceutical Excipients. London :