UJI VIGOR UJI SALINITAS UJI TANAH DALAM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Perbenihan I
Disusun oleh: Kelompok 6
Serli Asmanawati
150510110006 150510110006
Yuri Khansa Rumaisha
150510110022 150510110022
Nisa Atifah
150510110029 150510110029
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Benih merupakan salah satu alat reproduksi generatif tanaman , mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara benih dan biji, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih adalah kemampuan benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi sub optimum. Kondisi Sub optimum: kondisi yang tidak mendukung atau menghambat perkecambahan. Vigor
benih di
cerminkan oleh
dua informasi
tentang
viabilitas,masing-masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh
menjadi
tanaman
normal
meskipun
keadaan
biofisik
lapangan
produksi sub optimum atau sesudah benih melampui suatu periodesimpan yang lama (Mugnisjah, 1990). Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman.
Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Kamil, ). Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisioogi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampui suatu periode (Sutopo, 2002).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menguji kekuatan berkecambah benih melalui pengujian salinitas dan mengetahui akibat dari cekaman garam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. (Sutopo, 1984). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit danwarna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. (Kartasapoetra,1986). Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya (Sajad, 1993). Semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan t etap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisioogi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan yang lama . (Mugnisjah, 1990) Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih untuk tumbuh secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara
maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama periode pengisian dan pemasakan biji (Sajad, 1993). Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara l ain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984) Bahwa keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh benih adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh benih dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh benihdapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. (Harjadi, 1979) Kemunduran suatu benih dapat diterangkan sebagai turunnya kualitas atau viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor dan jeleknya pertumbuhan tanaman serta produksinya. Di mana kejadian tersebut merupakan suatu proses yang tak dapat balik dari kualitas suatu benih. Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya kemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih menurun, kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah abnormal .
Faktor yang mempengaruhi vigoritas benih Faktor Genetik Faktor yang mempengaruhi mutu benih antara lain faktor genetik, lingkungan dan status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih.
Setiap varietas memiliki identitas genetika yang berbeda. Sebagai contoh, mutu daya simpan benih kedelai lebih rendah dibandingkan dengan mutu daya simpan benih jagung, hal ini diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih. Benih hibrida lebih vigor dibandingkan dengan benih non hibrida. Contoh : Benih jagung hibrida menghasilkan tanaman yang lebih vigor dibandingkan jagung non hibrida Kondisi Lingkungan Tumbuh dan ruang simpan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Kematangan Benih
Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih (Wirawan dan Sri, 2002). Kualitas maksimal suatu benih tercapai saat mencapai Matang Fisiologis. Pada saat Matang Fisiologis akumulasi bahan kering (dry matter) dan bahan kimia yang terlibat dalam perkecambahan sudah mencapai maksimal. Panen sebelum atau sesudah matang fisologis kualitasnya lebih rendah dibandingkan saat matang fisiologis. Kadar air benih
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi
kemunduran benih.
Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim. Kadar air yang rendah dapat meminimalisir proses aktibvasi enzim ( perombakan cadangan makanan). Bagi benih ortodok kadar air terlalu rendah menyebabkan cracking ( retak) sedangkan bagi benih rekalsitran kadar air terlalu rendah menyebabkan gangguan fisiologis.Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-beda. Proses Pengolahan Benih
Pengolahan yang baik tidak menyebabkan kerusakan pada benih. Pengolahan yang tidak baik menyebabkan benih memar, cracking atau pecah, case hardening
(pengerasan kulit benih). Perontokan dan pengeringan merupakan tahap pengolahan yang paling berpengaruh terhadap kualitas benih Jenis Kemasan
Jenis kemasan yang baik dapat mempertahankan kadar air dan vigor benih, selain itu kemasan yang baik juga dapat menghindari benih dari benturan, serangan hama dan penyakit. Contoh kemasan yang baik antara lain : kaleng, aluminium foil, plastik tebal, kertas semen dilapisi aspal dll. Persyaratan Uji Vigor
1. Tidak mahal 2. Hasil uji cepat 3. Sederhana (mudah dilakukan) 4. Objektif 5. Dapat diulang sesuai standar baku 6. Berkorelasi positif di lapangan Macam-macam Tipe Uji Vigor
1. Indeks Vigor 2. Uji Kerikil Bata ( Brick Test )/ Uji Daya Muncul/ Uji Tanam Dalam 3. Klasifikasi Vigor Kecambah ( Seedling Classification Test ) 4. Laju Kecepatan Pertumbuhan Kecambah ( Seedling Growth Rate) 5. Uji Penuaan Dipercepat ( Accelerated Aging Test ) 6. Uji Daya Hantar Listrik ( Conductivity Test ) 7. Uji Tetrazolium ( Tetrazolium Test ) 8. Uji Lingkungan Stres ( Stress Environment Test ) ( stress penyakit, suhu dingin dsb) Penentuan macam uji vigor benih
1.
Tergantung jenis komoditi, kaitannya dengan tipe kecambah ( epigeal atau hipogeal)
2.
Setidaknya dilakukan tiga macam uji vigor, sehingga hasil pengujian saling melengkapi.
3. 4.
Penentuan macam uji vigor bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Ada konsistensi hasil dari setiap hasil pengujian vigor benih.
BAB III METODE 3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2012 dan bertempat di Laboratorium Benih Gedung Budidaya Fakultas Petanian UNPAD. 3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum uji vigor yaitu : - Kertas merang - Alas plastik - Tali rafia - Germinator Bahan yang digunakan yaitu : - Benih jagung biasa - Larutan garam 0,5%, 1%, dan 2% 3.3
Cara Kerja
Pada praktikum ini dilakukan pengujian vigor dengan uji salinitas. Berikut adalah cara kerjanya: - Siapkan benih jagung 40 butir - Sediakan kertas merang yang telah diberi perlakuan kadar garam 0,5%, 1%, dan 2% - Letakan alas plastik , susun tiga lapis kertas merang diatasnya - Letakan 40 benih jagung diatas kertas merang yang diberi perlakuan kadar garam, susun secara zig-zag, dan tutup kembali menggunakan kertas merang sebanyak dua lapis. - Gulung lapisan tersebut, beri ikatan menngunakan tali rafia di kedua ujungnya lalu beri label. - Lakukan hingga ulangan ke empat dengan kadar garam yang berbeda - Simpan dalam germinator - Hitung kecambah dengan kriteria kecambah normal, tidak normal dan mati.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan
Gb.1. benih jagung larutan garam 0,5 %
Gb.2. benih jagung larutan garam 1%
Gb.1. benih jagung larutan garam 2 % Tabel Data Hasil Pengamatan
Salinitas 0,5% N Ab M 5 37 0 0 6 3 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0 10 0 0 0 Keterangan : N : Normal Hari ke
Ab : Abnormal M : Mati
Salinitas 1% N Ab M 7 0 0 27 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 FDC = 5 LDC = 14
Salinitas 2% N Ab M 0 0 0 25 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Larutan garam 0,5 % IV
=
% DB =
= 6,9
Larutan garam 0,5 % IV
=
% DB =
= 6,7
Larutan garam 0,5 % IV
=
% DB =
= 6,3
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa benih jagung yang diuji memiliki vigor yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari indeks vigor benih yang diberi larutan garam 0,5% yaitu 6,9, untuk larutan garam 1% yaitu 6,7 dan untuk larutan garam 2% yaitu 6,3. Namun benih jagung yang kami uji memiliki daya kecambah yang tinggi , yang dibuktikan dengan tidak adanya benih jagung yang mati. Perendaman kertas merang dalam larutan garam ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kecambah jagung yang diuji. Hal ini dikarenakan adanya kadar mineral garam yang berlebihan dan menghambat proses perkecambahan jagung. Keadaan ini juga merupakan cekaman bagi benih tersebut, yaitu cekaman garam karena adanya perubahan keadaan lingkungan yang memberikan pengaruh negatif terhadap benih dan benih tersebut harus mengeluarkan energi ekstra untuk melawan faktor cekaman tersebut agar bisa berkecambah. Selain itu, vigor benih juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur benih, tingkat kemasakan benih, susunan genetic, jumlah kerusakan, jumlah organisme penyakit yang ada, perlakuan benih, tipe panen, keadaan lingkungan sebelum panen, dan keadaan lingkungan setelah panen.
BAB V KESIMPULAN Benih pada umumnya membutuhkan banyak energi untuk berkecambah. Jika keadaan lingkungannya sub-optimum maka benih harus mengeluarkan energi tambahan untuk dapat berkecambah dengan normal. Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap daya berkecambah benih. Seperti pada praktikum yang kami lakukan, pemberian kadar garam dengan intensitas tertentu sangat mempengaruhi perkecambahan benih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. Vigor Benih Kedelai. Dikutip dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ Pada tanggal 7 November 2012
Sutopo, lita . 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Grafindo Persada.
Syhida.2010. Viabilitas dan vigor benih. http://id.scribd.com/doc/40347094/as-Dan-Vigor-Benih
diakses
Pada
tanggal 25 November 2012 http://id.scribd.com/doc/94029144/BAB-II-Tinjauan-Pustaka tanggal 25 November 2012
diakses
Pada