UJI SALINITAS LAPORAN PRAKTIKUM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Perbenihan I
Disusun oleh Kelompok 4
Ramly Fredy C
150510100136
Shinta Puspitadewi
150510100141
Hedi Paramita
150510100157
Iin Rusita
150510100161
Miando Ericson M
150510100178
Marifah Ibrahim
150510100179
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok laporan praktikum VI yang berjudul “ UJI SALINITAS” sebagai salah satu nilai prasyarat Mata Kuliah Teknologi Perbenihan 1. Adapun fungsi uji salinitas secara umum yaitu suatu cara pengujian daya kecambah benih di lingkungan yang tertekan atau merugikan bagi benih. Yang merupakan salah satu pengujian daya tahan benih. Kami berterimakasih kepada semua pihak yang membantu atas pembuatan laporan praktikum ini dan semoga laporan ini selain sebagai pelengkap nilai khususnya, semoga laporan ini menjadi informasi dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jatinangor, 31 Oktober 2011
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................2 BAB I Pendahuluan ...............................................................................................4 BAB II Tinjauan Pustaka .......................................................................................5 BAB III Metode Praktikum ...................................................................................7 BAB IV Hasil dan Pembahasan .............................................................................9 BAB V Kesimpulan dan Saran..............................................................................13 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Adaptasi fenotipik adalah adaptasi individu tanaman terhadap perubahan lingkungan yang tidak teratur yang terjadi karena adanya plastisitas fenotip (phenotypic plasticity), tidak diwariskan,
dan
biasa
disebut
sebagai
aklimatisasi. Phenotipic
plasticityada
yang
berupa norm of reaction (suatu genotipe yang mempunyai sejumlah fenotip yang berbeda pada lingkungan yang berbeda, dan noisy plasticity (suatu genotipe mempunyai sejumlah keragaman fenotip pada suatu lingkungan tertentu, berfungsi sebagai penyangga genotipe dalam menghadapi perubahan lingkungan) ada prinsipnya, setiap tumbuhan memiliki kisaran tertentu terhadap faktor lingkungannya.Setiap makhluk hidup memiliki range of optimum atau kisaran optimum terhadap faktor lingkungan untuk pertumbuhannya. Kondisi di atas ataupun di bawah batas kisaran toleransi itu, makhluk hidup akan mengalami stress fisiologis. Cekaman salinitas sering terjadi sebagai akibat akumulasi garam akibat deposit garam asal bahan induk, intrusi air laut, atau evaporasi yang tinggi dengan curah hujan yang rendah. Bentuk garam yang dominant pada cekaman salinitas seperti ini pada umumnya adalah Natrium Klorida (NaCl).
1.2 Maksud dan Tujuan
A.Maksud
Pembuatan makalah yang berjudul “Laporan Praktikum Uji Salinitas” dimaksudkan sebagai suatu proses pembelajaran sebagaimana kurikulum serta merupakan tugas mata pelajaran Teknologi Perbenihan 1.
B. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat ketahanan varietas kacang merah terhadap beberapa kondisi cekaman (kadar salinitas) pada stadia perkecambahan serta untuk menguji vigor benih dalam benih pada situasi yang mencekam (ekstrem).
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti, 2005). Faktor-faktor cekaman secara garis besar dibedakan atas dua yaitu cekaman biotik dan abiotik, cekaman biotik yaitu: sebagai dampak negativ dari faktor-faktor tumbuhan biologis pada organisme di lingkungan tertentu. sedangkan cekaman abiotik adalah sebagai dampak negativ dari faktor-faktor non hidup yang tidak menguntungkan dan yang berpenagruh buruk pada tanaman budidaya. beberapa contoh cekaman biotik yaitu : HPT, virus, Jamur, dan gulma sedangkan contoh cekaman abiotik yaitu: cahaya, curah hujan, ph tanah, musim hujan atau kemarau dan suhu (Wahyu dan Asep,1990) .. Vigor Benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal padalingkungan yang kurang memadai (suboptimum), dan mampu disimpan pada kondisi simpan yang sub optimum (Sadjad, 1972; 1993; 1994) Isely (1957) mengemukakanbahwa vigor benih adalah jumlah total sifat‐sifat benih yang menciptakan tegakanyang memuaskan pada kondisi lapangan yang tidak menguntungkan. Delouche danCaldwell (1960) memperbaiki definisi yang dikemukanan olehIselytersebut, bahwavigor benih adalah semua sifat benih yang menciptakan pertanaman tumbuh cepatdan seragam di lapangan. Vigor benih adalah kesehatan dan kekuatan alamiah benih yang pada pertanamanakan membuat perkecambahan cepat pada kondisi lapangan yang beragam luas (Woodstock , 1969) Vigor benih adalah potensi benih untuk berkecambah dengan cepat dan lajupertumbuhan kecambah yang tinggi pada kondisi lapangan pada umumnya (Ching,1973) Ciri‐ciri benih bervigor adalah a. tahan bila disimpan, b. dapat berkecambah dengan cepat dan seragam, c. bebas dari penyakit benih, d. tahan terhadap gangguan mikroorganisme, 5
e. bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering, f. bibit mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih denganmaksimal, sehingga tumbbuh jaringan baru, g. laju pertumbuhan bibit tinggi, dan h. mampu berproduksi tinggi dalam waktu tertentu (Heydecker (1972)
Vigor benih dapat dipilahkan menjadi vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetikadalah vigor benih akibat factor genetik atau factor innate (sifat bawaan daritetuanya dan akan menurun ke generasi berikutnya) sedangkan vigor fisiologi adalah vigor benih akibat faktor selain genetik, yaitu faktor lingkungan yang dapatdibedakan dalam galur genetik yang sama. Faktor indus (induced factor); yaitu lingkungan di sekitar benih yang sedang berkembang dan pohon induknya,(mencakup, air, suhu udara dan tanah, nutrisi, cahaya, factor lingkungan biotik Faktor enfos ( enforced factor); yaitu lingkungan di sekitar benih setelah benih lepas dari pohon induknya, (mencakup suhu, kelembaban udara, cahaya, dan faktorlingkungan biotic lainnya) Pengujian Vigor benih dapat dila kukan dengan beberapa cara : • Uji Penuaan Dipercepat • Uji Kecepatan berkecambah • Uji kerikil bata • Uji salinitas Uji tanam dalamTanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansifenotipis kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsisebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai unsur musibah yangmenimpa. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapatmerupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaingdengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa.Vigor benih untuk tumbuh secara spontan merupakan landasan bagi kemampuantanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama periode pengisian danpemasakan biji. (Sajad, 1993)
6
BAB III METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
1. 120 butir benih tanaman kacang merah (masing-masing 40 butir) 2. Kertas Merang 3. Garam Dapur/ NaCl dengan konsentrasi 1%, 1,5%, dan 2% 4. Germinator 5.
Sprayer
Prosedur Kerja
1. Siapkan larutan 1%, 1,5% dan 2% dengan menambahkan jumlah tertentu garamdapur NaCl sebanyak yang telah ditentukan dalam air. 2. Lembabkan kertas merang yang akan digunakan sebagai media dengan larutan garam yang sudah di buat (1%, 1,5%, dan 2%).
3. Kecambahkan benih kacang merah yang akan di uji diatas kertas merang yang telah dilembabkan oleh larutan garam tersebut disusun secara zig-zag di atas kertas merang tersebut. Kemudian tutup dengan kertas merang yang telah diberi perlakuan sama.
7
4. Gulung, beri label dan simpan dalam germinator
5. Pengamatan dilakukan pada LDC, dan hitung dengan kriteria kecambah normal, abnormal dan mati.
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I Hasil
Dari hasil uji daya vigor benih kacang merah dengan menggunakan media yang telah dilembabkan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda-beda dihasilkan :
Pada Hari Ke 8 (Last Day Count Kacang merah )
No
Benih
Kertas merang konsentarsi larutan NaCl 1%
Kertas merang konsentrasi NaCl 1,5 %
Kertas merang konsentrasi larutan NaCl 2%
1
Kacang merah
Benih awal : 40
Benih awal : 40
Benih awal : 40
Benih normal : 34
Benih normal : 31
Benih normal : 16
Benih abnormal : 6
Benih abnormal : 7
Benih abnormal : 22
Benih mati : 0
Benih mati :2
Benih mati :2
Rumus Indeks Vigor : ∑ Jumlah kecambah dari FDL – FDC
x
100%
Hari Indeks vigor = Jumlah kecambah ke 4 + jumlah kecambah ke 5 + jumlah kecambah ke 6 + 4
5
6
Jumlah kecambah ke 7 + Jumlah kecambah ke 8 7 8 Indeks vigor benih pada kertas merang konsentrasi larutan NaCl 1%
= 40 9
8 =5
Indeks vigor benih pada kertas merang konsentrasi larutan NaCl 1,5%
= 38 8 = 4,75
Indeks vigor benih pada kertas merang konsentrasi larutan NaCl 2%
= 38 8 = 4,75
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa vigor benih kacang merah dapat dikatakan baik, karena rata-rata benih dapat berkecambah dan hanya sedikit benih yang mati.
Rumus Daya Kecambah : Kecambah normal dari FDC – LDC
x 100 %
Jumlah biji Konsentrasi NaCl 1 %:
Konsentrasi NaCl 1,5 %:
Konsentrasi NaCl 2 %:
34 x 100 % = 85 %
31 x 100% = 77,5 %
16 x 100 % = 40 %
40
40
40
Dapat dilihat konsentrasi NaCl yang semakin tinggi membuat nilai daya kecambah benih yang normal kacang merah semakin menurun. Daya kecambah pada tanaman kacang merah tersebut sudah baik, akan tetapi belum memenuhi syarat serti fikasi benih yang memiliki daya kecambah diatas 90% untuk benih normal, karena diberi kecaman lebih lanjut.
10
IV.II Pembahasan
Dari hasil diatas dapat dipastikan bahwa pengaruh NaCl sangat besar terhadap vigor benih dan daya perkecambahan. Dapat terlihat media yang telah dilembabkan dengan konsentrasi NaCl tinggi memiliki benih yang berkecambah lebih sedikit dibandingkan dengan benih-benih lain yang disimpan dengan konsentrasi NaCl yang lebih sedikit. Adapun benih yang berkecambah pertumbuhannya sangat lamban, hal ini dibuktikan dengan pengamatan pada LDC (last day count), benih-benih yang seharusnya sudah berkecambah baik pada LDC(pada kondisi yang optimum) tumbuh dengan lamban dan banyak menghasilkan benih abnormal.gejala-gejala
tersebut
menunjukan
kondisi
lingkungan
biji
yang
kurang
menguntungkan, akubatnya biji mengalami dormansi dan terhambat pertumbuhannya. Kecilnya air yang diserap dan daya kecambah suatu benih dapat diakibatkan tidak adanya penyerapan pada benih bahkan kemungkinan air dalam benih keluar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu berdasarkan peningkatan tekanan hidrolastik. Kecepatan penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih dahulu oleh benih. Pada kondisi demikian, benih memerlukan energy yang lebih tinggi untuk menyerap air. Hanya benih yang memiliki vigor tinggi saja yang mampu menyerap air dan tumbuh normal. Substrat kertas merang yang dilembabkan dalam larutan garam NaCl dapat mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh kekeringan (Sadjad, 1993). Fitter dan M. Hay (1981), mengemukakan tanaman-tanaman yang dapat tumbuh pada tanah dengan kandungan kadar garam tinggi disebut Halophyta. Untuk dapat hidup terus tanaman tersebut harus dapat mengatasi beberapa masalah, yaitu: 1. Pengaruh osmotik – potensial larutan air laut (c. 3% NaC) adalah -20 bar dan bahkan larutan yang mengandung NaCl 0,5% mempunyai potensial sebesar -4,2 bar. Untuk dapat mengambil air dari larutan tersebut suatu tanaman yang resisten harus mencapai ptensial intraseluler yang lebih rendah lagi.
11
2. Pengaruh ion spesifik-konsentrasi Na+ dan Cl- yang tinggi akan berakibat toksik untuk banyak sel, Mg 2+, SO42- dan banyak yang lain dapat juga menyebabkan kematian. 3. Pengaruh habitat tanah-tanah yang dipengaruhi garam cenderung menjadi daerah yang ekstrem dalam hal-hal yang lain. Gurun bergaram tentu saja kering sedangkan paya bergaram cenderung tergenang dan kadang kandungan Na + yang tinggi menyebabkan deflokulasi partikel liat tanah dan kehilangan ruang pori yang berisi ruang udara. Hal ini terjadi sebab ion Na monovalen hanya bersifat atraktuif setengahnya terhadap partikel liatindividual dibandingkan dengan ion-ion kalsium divalen, kation yang biasanya lebih dominan di tanah. Jadi laisan ganda listrik di sekeliling partikel liat yang jenuh Na lebih luas daripada di dalam sistem Ca dan saling tolak antara partikel-pertikel yang sama-sama bermuatan Na bekerja pada jarak lebihjauh dibandingkan antara partikel-partikel Ca. Oleh karena itu agregasi partikel tanah tidak terjadi (gagal), mengakibatkan ruang pori rendah dan tanah menjadi seperti perekat.
12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan
1. Uji salinitas merupakan suatu cara pengujian daya kecambah benih di lingkungan yang tertekan atau merugikan bagi benih. Dari pengujian ini kita dapat mengetahui persentase vigor benih, deterioasi benih, dan kualitas benih. 2. Besarnya konsentrasi NaCl pada media perkecambahan benih berpengaruh terhadap vigor dan perkecambahan benih. Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada media pertumbuhan, semakin rendah benih yang berkecambah, begitu pula sebaliknya. 3. Ada beberapa kondisi yang kurang mendukung perkecambahan benih yaitu : pengaruh osmotik – potensial larutan air laut, pengaruh ion spesifik-konsentrasi Na+ dan Cl- yang tinggi, pengaruh habitat tanah-tanah yang dipengaruhi garam cenderung menjadi daerah yang ekstrem dalam hal-hal yang lain. 4. Sampel benih yang digunakan pada uji salinitas di atas tergolong benih yang berkualitas timggi, karena bervigor tinggi karena persentase tingkat kecambah normal lebih mendominasi.
V.II Saran
Praktikum pada uji salinitas sudah baik akan tetapi saran dari kelompok kami perlunya pengulangan untuk mengetahui keakuratan hasil pengamatan tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan dari Plant Physiology oleh D.R Lukman dan Sumaryono, Penerbit ITB Bandung, hal. 133-139. Wahyu dan Asep. 1990 . Budidaya Tanaman Padi. Jember : SMT Pertanian Jember Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih Cetakan ke-7, Jakarta : Raja Grafindo http://www.masbied.com/2011/05/24/seleksi-benih-tahan-kering-melalui-uji-peg/ (DIAKSES 31 Oktober 2011) http://www.masbied.com/2011/05/23/pengujian-ketahanan-benih-terhadap-cekamanlingkungan/ (DIAKSES 31 Oktober 2011)
14