Uji aglutinasi Uji aglutinasi merupakan salah satu uji serologi yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit. Uji aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menambahkan antibodi yang homolog pada antigen yang dapat berupa sel ataupun partikel lateks yang telah diserapi antigen yang dapat larut. Penambahan antibodi pada pertikel lateks ini dapat menyebabkan terjadinya proses aglutinasi atau penggumpalan, sehingga menyebabkan terbentuknya agregat sel-sel yang kasat mata. Proses penggumpalan ini disebabkan karena antibodi berlaku sebagai jembatan untuk membentuk jaringan kisi-kisi antibodi dan antigen partikulat sehingga membentuk gumpalan. Uji aglutinasi ini tidak tid ak hanya dapat digunakan untuk diagnosis penyakit menular tertentu yang reaksi aglutinasi antigen-antigennya yang telah diketahui oleh serum penderita, tetapi juga dapat digunakan digunakan untuk mengetahui mikroorganisme atau bakteri yang belum diketahui. Hal ini dapat diketahui karena kemampuan spesifik serum yang telah diketahui untuk menggumpalkan suspensi sel-sel yang yang belum diketahui tersebut, sehingga mikroorganisme atau bakteri yang belum diketahui tersebut dapat diidentifikasi. Uji aglutinasi terhadap bakteri dapat diklakukan dalam tabungtabung reaksi kecil atau sebuah kaca objek. Kebanyakan uji bakteri dilakukan dengan pengenceran antiserum secara serial di dalam tabung yang kedalamnya ditambahkan antigen dalan jumlah yang konstan. Setelah diinkubasi, pengamatan dapat dilakukan secara visual, kemudian ditentukan titernya. Titer antiserum adalah suatu nilai nisbi dan berbanding terbalik dengan pengenceran tertinggi yang memiliki gumpalan sel dan antibodi. Titer yang lebih tinggi menunjukkan adanya konsentrasi antibodi yang lebih tinggi pula. Beberapa contoh uji aglutinasi adalah sebagai berikut: * a. Uji Widal Uji Widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri Salmonella enterica yang mengakibatkan penyakit Thipoid. Uji ini akan memperlihatkan reaksi antibodi Salmonella terhadap antigen O-somatik dan H-flagellar di dalam darah. Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang
digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. * Uji Weil-Felix Uji Weil-Felix merupakan uji yang dilakukan terhadap infeksi oleh riketsia. Uji ini melibatkan antigen heterofil, beberapa riketsia memiliki antiten yang sama seperti yang terdapat pada galur-galur Proteus spp. Artinya serum dari pasien yang menderita infeksi oleh riketsia akan mengaglutinasikan suspensi bakteri Proteus spp.Reaksi Weil-Felix ini bersifat diferensial, atau diagnostik terhadap penyakit-penyakit tertentu yang disebabkan oleh riketsia karena terjadinya aglutinasi galur-galur ini secara selektif. Uji Aglutinasi biasanya digunakan dalam penentuan golongan darah ABO dan penentuan tipe Rh. * Penggolongan Darah ABO Pada proses transfusi darah, pertimbangan utama ditunjukkan pada interaksi antara antibodi resipien dan sel-sel donor. Transfusi yang inkompatibel (tidak serasi) akan mengakibatkan terjadinya penggumpalan serta lisis sel yang ditransfusikan oleh isoantibodi dan komplemen serum si donor. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal pada donor.
Orang-orang dengan golongan darah O, yang memiliki agulitinin anti -A dan anti-B dalam serum darahnya disebut sebagai donor universal, sedangkan golongan darah AB yang memiliki aglutinogen A dan B disebut sebagai resipien universal. *
Penentuan tipe darah Rh Pada sistem Rh tidak dijumpai isoantibodi alamiah terhadap antigen Rh. Namun demikian, seseorang dengan Rh negatif yang menerima selsel darah dengan Rh positif akan memberikan respon dengan cara mensintesis antibodi terhadap faktor Rh. Untuk melakukan uji Rh dapat dilakukan dengan menambahkan antigen D pada darah. Penyakit yang dapat ditimbulkan apabila perkawinan terjadi antara
rherus yang berbeda adalah eritroblastosis fetalis bada bayi mereka. Hal ini dapat terjadi bila ayah rhesus positif sedangkan ibunya rhesus negatif, rhesus positif lebih dominan terhadap rhesus negatif. . Anak dari pasangan beda rhesus punya kemungkinan 50-100% berrhesus positif. Kemungkinan berrhesus negatif hanya 0-50%. Artinya rhesus si anak lebih mungkin berbeda dengan si ibu. Perbedaan rhesus antara calon bayi dengan ibu akan menimbulkan masalah. Melalui plasenta, rhesus darah janin akan masuk ke peredaran darah si ibu. Selanjutnya ini akan menyebabkan tubuh si ibu memproduksi antirhesus. Melalui plasenta juga, antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah si calon bayi. Sel-sel darah merah si calon bayi akan dihancurkan.Pada kehamilan pertama, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada kulit). Tapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin mengalami keguguran.