TERAPI ANTIBIOTIK Istilah pengobatan kausatif menggambarkan suatu upaya pengobatan yang berfokus pada “sebab” seperti menemukan sumber infeksi pada gangguan medis ataupun menemukan sumber cemas pada gangguan emosional. Sebaliknya pada pengobatan simtomatik berfokus pada “akibat” seperti menghilangkan seperti menghilangkan rasa sakit atau nyeri pada gangguan medis dan menghilangkan rasa cemas, gelisah ataupun takut pada gangguan emosional / hambatan pribadi. pribadi. pada pengobatan kausatif biasanya diperlukan waktu yang lebih lama, namun sembuhnya relatif “permanen” dibanding pengobatan simtomatik. Walau pengobatan simtomatik dirasa lebih “cespleng”, biasanya efek terapi bersifat sementara dan hanya bekerja selama perlakuan masih berkhasiat, akibatnya timbul masalah baru berupa ketergantungan dan resiko “toleransi” yaitu adanya kebutuhan dosis ataupun perlakuan yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Untuk itu pengobatan simtomatik sebaiknya hanya digunakan untuk tujuan darurat, namun tetap disertai upaya menemukan akar masalahnya TERAPI ANTIBIOTIK EMPIRIK UNTUK INFEKSI PERNAFASAN
Hingga kini penyakit infeksi masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini diperlukan terapi anti mikroba yang tepat berdasarkan biakan kuman dan uji kepekaan anti mikroba. Tetapi biakan kuman dan uji kepekaan ini memerlukan waktu beberapa hari, sehingga sambil menunggu hasil tersebut pasien diberi terapi anti mikroba secara empiris. Terapi empiris adalah terapi yang dimulai pada penderita yang sakit karena terinfeksi yangh diduga oleh kuman yang biasanya menjadi penyebab. Pemberian anti mikroba secara empiris dilakukan berdasarkan data Peta Kuman dan pola kepekaan anti mikroba yang diperoleh dari waktu sebelumnya. Terapi empirik pada INFEKSI SALURAN PERNAFASAN merupakan hal mendasar. Keadaan ini disebabkan karena :
Test diagnostik memiliki keterbatasan dimana etiologi spesifik hanya terdapat pada setengah penderita.
Memungkinkan dilakukan karena bakteriologis dapat dirediksi berdasarkan beratnya penyakit pneumonia, umur, faktor komorbid dan pola epidemiologi.
Agar efektif terapi terapi antibiotik antibiotik harus cepat dan tepat
Pada penelitian didapatkan keadaan INFEKSI SALURAN PERNAFASAN berat yang membaik dengan pemberian awal antibiotik spektrum luas secara empirik namun hasil akhir tidak meningkat dengan diidentifikasinya patogen spesifik sebagai penyebab.;
Prediksi Patogen Penyebab Hal mendasar pada empirik terapi adalah patogen penyebab dapat di prediksi dan merupakan petunjuk terhadap seleksi antibiotik. Agen penyebab terutama Streptococcus pneumonioae. Pada orang tua dan perokok
Hemophilus
influenzae
sering
menjadi
etiologi.
Pada
orangtua
pertumbangkan pula aspirasi (sering tenang) dan organisme anaerob harus dicurigai. Patogen atypical dan virus sering pada anak muda dan sehat. Pada orangtua dengan penyakit kronis gram negatif banyak menjadi penyebab dan pada INFEKSI SALURAN PERNAFASAN berat pikirkan adanya infeksi Pseudomonas aeruginosa. Pada pneumonia paska influensa, diabetes dan gagal ginjal pikirkan Staphilococcus aureus. Pada S. pneumonia yang resisten sedang
terhadap penisilin diberikan
penisilin dosis tinggi dan sefalosporin genersi ketiga. Resistensi penisilin dipikirkan pada keadaan terapi antibiotik 3 bulan kebelakang dan penderita debil serta penyakit imunosupresif. ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS Suatu tindakan obstetrik (seperti seksio sesarea, atau pengeluaran plasenta secara manual) dapat meningkatakan resiko seorang ibu terkena infeksi. Resiko ini dapat diturunkan dengan : • Mengikuti petunjuk pencegahan infeksi yang dianjurkan • Menyediakan antibiotika profilaksis pada saat tindakan
Antibiotika profilaksis diberikan untuk membantu pencegahan infeksi. Jika seorang ibu dicurigai atau didiagnosis menderita suatu infeksi, pengobatan dengan antibiotika merupakan jalan yang tepat. Pemberian antibiotika profilaksis 30 menit sebelum memulai suatu tindakan, jika memungkinkan, akan membuat kadar antibiotika dalam darah yang cukup pada saat dilakukan tindakan. Perkecualian untuk hal ini adalah operasi seksio sesarea, dimana antibiotika profilaksis sebaikanya diberikan sewaktu tali pusat dijepit setelah bayi dilahirkan. Satu kali dosis pemberian antibiotika profilaksis sudah mencukupi dan tidak kurang efektif dibandingkan tiga dosis atau pemberian
antibiotika selama 24 jam dalam mencegah infeksi. Jika tindakan berlangsung lebih dari 6 jam, atau kehilangan darah mencapai 1500 ml atau lebih, berikan dosis antibiotika profilaksis yang kedua untuk
menjaga
kadarnya
dalam
darah
selama
tindakan
berlangsung.
Penggunaan istilah terapi antibiotika yang diajukan oleh Profesor Reber dari Cantonal University Clinic, Basie, Switzerland dalam World Congress on Antiseptic tahun 1976 di Limburg/Lahn, Jerman, dalam upaya Pengendalian Infeksi menyebutkan bahwa : Istilah terapi profilaksis antibiotika, dapat digunakan pada 2 keadaan, yaitu : 1. Antibiotika yang digunakan sebelum terjadinya atau timbulnya gejala-gejala infeksi (prevention of infection) 2. Antibiotik digunakan sebelum mikroorganisme penyebab teridentifikasi (prevention of infection complication). Identifikasi diperoleh melalui pemeriksaan apus,langsung atau biakan. Pencegahan di sini, juga mempunyai unsure terapetik, dalam arti bahwa pengobatan yang dijalankan belum bersifat definitive, tetapi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat (septicemia atau syok septik). Terapi definitive antibiotika adalah pemberian antibiotika rasional, ditujukan langsung terhadap jenis mikroorganisme tertentu yang diidentifikasi melalui pemeriksaan apus, langsung atau biakan.