Budidaya Udang galah Keluaran Udang galah atau udang watang termasuk salah satu jenis udang air tawar yang banyak terdapat di daerah tropis, harganya cukup mahal dan bernilai ekonomis tingi. Dengan menggunakan teknologi budidaya yang benar, akan diperoleh produksi yang tinggi. Bahan dan Peralatan Kolam, Pipa paralon, pupuk anorganik/organik, pupuk TSP dll. Persiapan Kolam
Keringkan kolam agar tanah dasarnya terjemur sinar matahari kurang dari 15 hari sampai kelihatan retak-retak dilanjutkan pengapuran dasar kolam dengan dosis 20 gram/m2 Perbaiki pematang dari kebocoran dengan mengangkat lumpur dasar kolam Pintu pemasukkan dan pengeluaran serta penyaring air harus diperbaiki untuk memudahkan pengaturan air dan mencegah benih ikan liar masuk ke kolam.
Pemupukan Kolam Bertujuan untuk menumbuhkan makanan alami Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik dan organik (kotoran ayam) Setelah kolam dikeringkan masukkan air kedalam kolam sedalam 25 cm Kemudian pupuk organik ditaburkan diatas air dengan dosis 1,5 - 2 ton/Ha Setelah 1 minggu pupuk organik disebarkan 1/3 dosis Urea (50 kg) dan 1/3 dosis TSP (50 kg), dengan cara merendam dalam ember dengan air. Setelah 3 hari air dinaikkan 80 - 120 cm dan 10 hari setelah pemupukan benih ditebar.
Pengolahan Air Air harus bebas dari pembusukan bahan organik, pestisida dan minyak Penggantian air diupayakan tiap 2 hari sekali sebesar 5% Kedalaman air kolam selama pemeliharaan berkisar antara 80 - 120 cm. Untuk menjaga dan melindungi udang dari penetrasi sinar matahari yang masuk kedalam air kolam, perlu diberi pelindung daun kelapa atau tanaman air (eceng gondok).
Penebaran Benih Benih yang ditebar harus bermutu baik Waktu penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari setelah dilakukan aklimatisasi benih Padat penebaran benih untuk teknologi sedang 5 - 10 ekor/m2 dan teknologi maju 11 - 20 ekor/m2 dengan ukuran benih PL 18 Diusahakan pada waktu penebaran benih tidak mengumpul disatu tempat
Pakan Jenis pakan yang digunakan adalah pellet dengan kadar protein 25% Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pagi (07.00 - 08.00) dan sore (17.00 18.00)
Dosis pakan berdasarkan biomasa udang
Panen Pemanenan dilakukan bersama (panen total) dalam masa pemeliharaan 5 bulan Keluarkan air pelan-pelan dan upayakan udang berkumpul pada parit penguras dirangsang dengan tetap mengalirkan air pada parit penguras Gunakan seser atau alat penangkap lainnya.
(ID:387, posted:29 April 2002 , Source: Departemen Pertanian)
Pembesaran Udang Galah di Kolam Air tawar Keluaran Benih udang galah dapat diproduksi secara terkontrol di Balai benih ikan, Anjungan Bahan dan Peralatan Cangkul, kapur, pupuk dll Pedoman Teknis
Kualitas air kolam dengan pH air = 7,0 - 8,5 Tanah untuk kolam udang galah harus baik untuk membuat pematang, menumbuhkan makanan alami dan mampu menahan air Bentuk kolam empat persegi panjang dengan luas minimal 1000 meter Buatlah caren atau saluran keliling kolam berukuran 50 cm dan dalam 30 cm. Setelah membuat caren, lanjutkan dengan perbaikan pematang sehingga pemakaian pupuk efisien dan kehilangan benih melalui bocoran berkurang Lanjutkan dengan pengolahan tanah dasar, pengapuran dan pemupukan Padat penebaran dianjurkan 3 ekor/m2 selama pemeliharaan, yang perlu dilakukan adalah pengendalian kualitas air.
Pemberian Pakan Makanan yang diberikan dapat berbentuk pelet dengan kadar protein sekitar 30% Panen Panen dapat dilakukan secara selektif dengan jaring. Hanya udang ukuran besar saja yang ditangkap tanpa mengeringkan kolam. (ID:388, posted:29 April 2002 , Source: Departemen Pertanian)
Teknik Pembesaran Udang Galah di Kolam Bahan dan Peralatan Kolam, saringan halus, kapur tohor, pupuk kandang, pupuk TSP dll Penyediaan Benih Benih udang galah dapat ditangkap dari perairan umum atau sungai-sungai, dan dapat diperoleh dari tempat pembenihan buatan atau biasa disebut Hatchery
Pemilihan Lokasi
Sebaiknya dipelihara didataran rendah sampai ketinggian 400 meter diatas permukaan laut Air kolam untuk pemeliharaan sebaiknya berasal dari sungai, danau atau mata air. pH air yang baik adalah 7,5 - 8,5 serta kandungan oksigen dengan temperatur 20 - 30 derajat celcius. Tanah sebaiknya bertekstur liat, berpasir, lempung liat berdebu dan mudah dibentuk serta kuat untuk pematang dan mampu menahan beban berat Bebas dari daerah banjir
Konstruksi Kolam Bentuk kolam usahakan persegi panjang dan tidak lebih dari 3000 M2 Pematang kolam sebaiknya ditanami pohon seperti pohon Turi, Lamtorogung, Talas, Terong dll. Dari tempat pemasukkan dan pengeluaran air harus dilengkapi dengan saringan halus yang berfungsi untuk mencegah keluarnya udang dan masuknya ikan liar. Kedalaman air kolam harus dapat dipertahankan ñ 100 - 120 cm.
Persiapan Pemeliharaan Kolam sebainya dikeringkan terlebih dahulu Tanah dasar kolam digemburkan kemudian dipupuk dengan pupuk kandang 1 - 2 ton/ha, 5 - 10 kg TSP biarkan 3 - 7 hari. Bila dasar kolam sudah agak kering baru air dimasukkan setinggi 100 - 120 cm Pemupukan susulan dapat dilakukan 1 - 2 minggu sekali dengan dosis 0,5 - 1 ton pupuk kandang 3 - 5 kg TSP/Ha. Untuk menghindari sifat kanibalisme udang pada saat ganti kulit maka perlu dibuat pelindung.
Pakan Makanan tambahan dapat berupa pellet, makanan ayam, dedak, ampas kelapa, bungkil kacang tanah, singkong, umbi-umbian, siput dan ikan rucah yang dicacah. Pada pase pertumbuhan makanannya dibuat lebih halus Pada pase pembesaran dosis pakan cukup 3% dari berat total udang Pemberian pakan cukup satu kali sehari dengan cara menebarkannya dipinggir pematang.
Panen Panen dapat dilakukan setelah 4 - 6 bulan masa pemeliharaan Panen dapat dilakukan secara bertahap atau bongkar sekaligus Panen dapat dilakukan dengan menggunakan jaring insang untuk menangkap yang besar saja. Panen total dapat dilakukan dengan cara mengeringkan kolam dan menangkap udang dengan cerok atau tangan.
(ID:385, posted:29 April 2002 , Source: Departemen Pertanian)
Tahap pembudidayaan udang galah mulai dari pembenihan, pemeliharaan tokolan satu (usia benih udang dari 0-45 hari), pemeliharaan tokolan kedua (usia 0 hingga 60 hari), sampai yang terakhir pembesaran untuk konsumsi. "Sejak masih tokolan satu, udang galah sudah bisa dipanen," kata Wahyu. Sebagian besar petani sudah bisa melakukan proses pemeliharaan tokolan hingga pembesaran udang galah. Tiap 1.000 meter persegi, ditanam benih udang galah 5.000-7.000 ekor. "Sampai sekarang kami masih sulit melakukan pembenihan karena membutuhkan modal besar dan kemampuan teknis tinggi. Jadi, kami memilih membeli benih udang Rp 40 per ekor," ujar Wahyu. SEJAK berdirinya Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) di Kecamatan Cisolok, pengembangan budidaya udang galah di daerah tersebut makin digalakkan hingga tercipta pola kemitraan inti plasma. BBAT bertindak sebagai inti yang memberikan pelatihan tentang budidaya hingga menyediakan benih udang bagi para petani yang mau mencoba di bidang itu. Selanjutnya, tahun 2001 lalu, ada program pemerintah untuk mengembangkan udang galah didukung akademisi dari Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor. Terbentuklah kelompok tani yang awalnya hanya beranggotakan 20 orang. Dalam sarasehan antara pihak Direktorat Jenderal Budidaya Ikan Air Tawar dan sekitar 200 petani udang galah, muncul gagasan menjadikan daerah itu sebagai kawasan pusat pengembangan udang galah di Jawa Barat, dan nantinya tingkat nasional dengan target produksi satu kuintal udang per 1.000 meter persegi. Saat ini sedikitnya tercatat 90 petani udang galah telah bergabung dalam kelompok tani setempat. Tahun 2002, produksi udang galah 44 petani Kecamatan Cikakak sebanyak 12.860 kilogram. Budidaya udang galah itu dilaksanakan di atas lahan di sejumlah desa di Kecamatan Cikakak seluas 32.150 meter persegi. Untuk Kecamatan Cisolok, produksi udang galah 26 anggota kelompok pembudidaya udang galah tahun 2002 mencapai 9.720 kilogram, dengan nilai penjualan sebesar Rp 340,2 juta. Budidaya udang galah dilakukan di atas lahan di Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, dengan luas lahan sedikitnya 20 hektar tambak udang ga lah. N>small 2small 0<, para petani udang galah mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah. "Memang pemerintah selalu menggembar-gemborkan daerah kami sebagai percontohan pengembangan udang galah. Tapi, hingga sekarang, kami belum pernah menerima bantuan modal satu sen pun untuk pengembangan usaha. Baru tahun 2003 ini rencananya ada bantuan berbentuk uang untuk sarana produksi," kata Wahyu. Selain itu, pihaknya masih kesulitan memenuhi permintaan pengiriman udang galah ke lokasi yang jauh dengan kuantitas dan kualitas sesuai keinginan pemesan. "Udang itu kan sulit diawetkan, bisa mati kalau disimpan di dalam akuarium di supermarket karena udang suka ganti kulit. Jadi, harus ada tempat pembekuan udang untuk menampung," tambahnya. Mereka juga belum siap memenuhi kualitas dan kuota produksi yang diinginkan pemesan karena belum seragamnya teknologi budidaya dan perbedaan perlakuan terhadap udang antarlokasi. Menanam udang di kolam yang tanahnya keras dengan di kolam yang tanahnya berlumpur akan menghasilkan udang yang kuantitas dan kualitasnya berbeda," tambah Wahyu. (EVY)
Pola pengkajian stok ( stock assesment ) semacam inilah yang dilakukan Pusat Riset Perikanan Tangkap (PRPT) Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). Secara umum, riset tersebut menunjukkan bahwa stok udang di perairan Indonesia terus turun. Untuk
itu, kebijakan pengendalian penangkapan udang terus ditempuh, termasuk pengendalian perizinannya. Di sisi lain, sejak 2000 para pakar di Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK) BRKP secara rutin juga mengirim informasi mingguan berupa lokasi lintang dan bujur yang berpotensi kaya ikan dan udang di perairan Indonesia. Informasi ini telah membantu para nelayan dalam mengarahkan kegiatan penangkapan ikannya di laut, walaupun diakui masih terdapat beberapa kelemahan dalam menerapkan teknologi tersebut. Di samping itu, pelatihan-pelatihan tentang cara menggunakan Global Positioning System (GPS) serta pelatihan teknologi sonar dan fish finder juga digelar di sentra-sentra nelayan. Para peneliti PRTK juga membuat desain-desain model terumbu karang buatan dari beton, besi, kayu, dan batu gamping untuk disebarluaskan ke berbagai pemerintah daerah. Semua informasi tersebut digelar di kios-kios iptek yang d ibangun di pelabuhan pelabuhan perikanan di seluruh Indonesia. Di Agroteknopark, Achsin dan rekan peneliti memberikan dukungan teknologi budidaya udang galah. Sedangkan, pelaksanaannya sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat. ''Peneliti sebatas membantu pembibitan dan hatchery sedangkan pemerintah menjadi penjamin permodalan dan pemasaran,'' jelas Kusmayanto. Untuk membantu penyediaan bibit, Achsin melakukan teknik 'menipu' udang. Teknik ini dikenal dengan Water Stimulating Feed (WSF). Terobosan teknologi itu mampu mengakali kendala proses pembiakan alami udang yang berlangsung di dua tempat, hilir dan hulu sungai. Ketika akan bertelur, udang mencari jalan kembali ke pantai mencari air payau. Selanjutnya, begitu mencapai usia 36 hari udang akan beranjak ke hulu. Persoalannya, air di hulu sungai sudah tercemar hingga membuat tingkat kematian udang menjadi tinggi. Dengan teknik WSF, Achsin dan rekan mencoba memberikan habitat yang diperlukan udang untuk dapat berkembang biak. Tahap pertama diawali dengan pemijahan induk di kolam air tawar s elama 20 hingga 25 hari. Begitu masuk ke waktu penetasan, udang dipindahkan ke kolam air payau dengan salinitas 5 ppt sampai 7 ppt. Setelah satu hingga lima hari, waktu pemeliharaan larva pun tiba. Larva akan dimasukkan ke kolam air payau yang salinitasnya antara 10 hingga 12 ppt. Selanjutnya, proses adaptasi benur dimulai. Saat proses tersebut berlangsung, salinitas air diturunkan secara bertahap hingga 0 ppt. ''Hasil adaptasi benur bisa dipasarkan,'' kata Achsin. Dalam waktu lima hingga tujuh hari benur sudah siap untuk ditebar. Pendederan benur di air tawar akan berlangsung selama 45 sampai 65 hari. Sesudah itu, dilakukanlah seleksi tokolan sesuai ukurannya. ''Tokolan dapat langsung dijual atau dibesarkan di air tawar antara 90 hingga 120 hari,'' papar Achsin. Udang yang sudah dibesarkan tadi akan mencapai ukuran 25 sampai 35 cm. Berat per ekor udang konsumsi rata-rata 25 hingga 35 gram. ''Ketika seleksi udang dilakukan jantannya bisa mencapai berat lebih dari 50 gram per ekor dan betinanya tidak kurang dari 40 gram per ekor,'' jelas Achsin. Lahan seluas 1.000 meter persegi di Desa Gedung Buruk, lanjut Achsin, bisa dibangun 200 kolam. Ditargetkan tiap kali panen dapat mencapai 500 kilogram. ''Jika diuangkan akan setara dengan 17,5 hingga 20 juta rupiah,'' katanya.
Kini masyarakat perikanan boleh berbangga hati, karena beberapa waktu yang lalu para peneliti di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) Sukamandi Subang Jawa Barat telah menemukan jenis udang air tawar baru yang dikenal dengan sebutan GIMacro. GIMacro atau Genetic Improvement of Marcrhrochium rosenbergil, merupakan hasil pemuliaan dari benih-benih unggul udang galah yang berasal dari beberapa lokasi antara lain dari Sungai Kalipucang dan Cimanuk (Jawa Barat), dan dari sungai Musi Sumatera Selatan. Kelebihan yang dimiliki oleh udang galah GIMacro menurut Bambang Gunadi salah seorang peneliti di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar adalah bahwa pada umur lima bulan panjang tubuh yang jantan bisa mencapai 38 cm dengan berat 480 gram,
sehingga para peneliti menjulukinya dengan sebutan "baby lobster", sedangkan udang galah yang sudah biasa dipelihara di petani tidak sampai demikian ukurannya. Dengan melihat peluang pasar, sumberdaya alam yang tersedia, serta dukungan teknologi, kiranya udang galah GIMacro berpeluang untuk dibudidayakan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani walaupun adopsi teknologi memerlukan waktu. (Khairuman, A.Md), Teknisi pada Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT), Cijengkol PO Box 2 Sukamandi Subang 41256
Analisis usaha pembenihan udang galah Tolok ukur (satuan dalam rupiah)
1. Investasi (kapasitas bak 24 ton) - Tanah: 2000 m2 (sewa selama 5 th, asumsi Rp 2.000.000/ha/th) - Pembuatan hatchery - Pembuatan gudang, rumah jaga, instalasi air, saluran, pompa, dll - Induk udang galah (750 ekor @ Rp 5.000) Jumlah 2. Biaya operasional per siklus (45 hari) a. Biaya Tetap - Sewa lahan - Penyusutan Hatchery - Penyusutan Gudang, dll - Induk Total
2.000.000 40.000.000 10.000.000 3.750.000 55.750.000
50.000 250.000 125.000 234.375 659.375
b. Biaya Tidak Tetap- Pakan alami - Pakan induk - Pakan tambahan - Obat-obatan - Gaji Pegawai - Biaya daya - Perawatan kolam - Packing dan transportasi - Lain-lain Total
12.500.000 2.000.000 1.200.000 1.500.000 600.000 1.000.000 500.000 1.000.000 500.000 20.800.000
c. Total Biaya
21.459.375
Penerimaan - Produksi benih (960.000 x Rp 50) - Residu Induk 150 kg x Rp 50.000 e. Total Penerimaan:
48.000.000 7.500.000 55.500.000
f. Laba Operasional g. Laba bersih sebelum pajak h. Laba bersih dalam 1 tahun (8 Siklus)
34.650.000 34.040.625 272.325.000
i. j. k. l.
Cash Flow Rentabilitas Ekonomi B/C Ratio : Pay Back Period
328.075.000 10,6% 2,6 > 1,0 2,8 bulan
Sumber: Balitkanwar 2001. Analisis usaha pembesaran udang galah (satuan dalam rupiah) 1. Investasi kolam (petakan 8 @ 5000 m2) - Tanah: 50.000 m2 (sewa selama 5 th, asumsi Rp 2.000.000/ha/th) - Pembuatan kolam 40.000 m2 - Pembuatan gudang, rumah jaga, instalasi air, saluran, pompa, dll Jumlah 2. Biaya operasional per siklus (4 bulan) a. Biaya Tetap a. Sewa lahan b. Penyusutan kolam c. Penyusutan Gudang dll d. Total b. Biaya Tidak tetap e. Gaji pegawai 4 orang f. Benih (ukuran tokolan (140.000 ekor @ Rp 150) g. Pakan (8190 kg @ Rp 3600) h. Biaya daya (listrik, solar) i. Biaya obat-obatan dan pupuk j. Biaya persiapan kolam dan panen k. Biaya perawatan, dll Total l. Total Biaya (Tetap + Variabel) m. Produksi udang size 30 ekor/kg (3496 kg x Rp 35.000) n. Laba Operasional o. Laba bersih sebelum pajak p. Laba bersih dalam 1 tahun (3 siklus) q. Cash Flow r. Rentanbilitas Ekonomi s. B/C Ratio t. Pay Back Period
50.000.000 60.000.000 40.000.000 150.000.000
3.333.000 2.000.000 666.000 5.999.000
6.200.000 25.000.000 29.484.000 1.750.000 2.500.000 2.500.000 2.950.000 70.384.000 75.383.000 122.360.000 51.975.000 45.977.000 137.931.000 287.931.000 18,05% 1,6 9,2 bulan
Sumber: Balitkanwar 2001.
Pria bernama Wahyu Jauhari itu kini menjabat Ketua Kelompok Tani Udang Galah Harapan Makmur yang beranggotakan sekitar 200 petani udang galah di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Cisolok, Cikakak, dan Pelabuhan Ratu. Tak heran, bila ayah dua anak ini menjadi salah satu tokoh kunci pengembangan budidaya udang galah di kawasan itu.
Lulusan S1 Jurusan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Bandung ini mengungkapkan, ketertarikannya mengembangkan udang galah dipupuk sejak kecil karena orangtuanya juga membudidayakan ikan air tawar. Meski orangtuanya agak berkeberatan karena sudah capek-capek kuliah kok akhirnya turun ke kolam juga, ia tetap bersikukuh untuk menggeluti usaha itu sebagai gantungan hidupnya. Sejak lima tahun lalu, Wahyu menekuni budidaya udang galah di Kampung Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Berbekal lahan seluas 200 meter persegi, ia menabur benih udang galah dan secara rutin memberi pakan udang. Ia juga tak segan-segan belajar budidaya udang g alah dari para petani yang lebih senior maupun para pakar udang galah dari Balai Budidaya Air Tawar (BBAT). Keuletannya membuahkan hasil. Dalam setahun, ia bisa empat kali panen udang galah, dengan keuntungan berkisar Rp 1.000 hingga Rp 1.850 per meter persegi. Bahkan, untuk tokolan satu (usia udang 0 hingga 45 hari), ia bisa memanennya setiap bulan. "Besar keuntungan itu tergantung dari berapa jumlah benih udang yang ditanam dan berapa luas kolamnya. Makin besar dan bagus kondisi udang, tentu harganya makin mahal," kata Wahyu. SAAT ia telah memiliki sejumlah kolam udang galah seluas 1.000 meter persegi. "Satu meter persegi bisa dihuni lima hingga tujuh ekor udang galah. Jadi, produksi udang galah per 1.000 meter persegi mencapai 5.000 hingga 7.000 ekor, mulai dari tokolan satu sampai dengan tahap pembesaran," ujar suami Yaniwati ini. Menurut Wahyu, untuk menghasilkan udang galah berkualitas bagus, cara pembudidayaan udang harus benar. Singkatnya, kolam udang terlebih dulu disiapkan dan diberi pupuk untuk menumbuhkan pakan alami udang. Lalu, setiap hari, udang galah diberi pakan empat kali dalam sehari, dan jumlah pakan terbanyak diberikan pada malam hari. Usia udang galah untuk siap panen sebanyak lima hingga enam bulan dari benur. "Tapi, jangan sekaligus memanennya karena pakan udang itu kan bau, b anyak racunnya. Jadi, satu bulan untuk tokolan, lalu ditanam lagi pada kolam baru, jangan kolam itu juga. Kolam harus dikeringkan dan diolah dulu. Makin besar udangnya, kepadatan kolam harus makin dikurangi. Lebih bagus lagi kalau menerapkan sistem monoseks agar udang lebih konsentrasi untuk makan, tidak cepat hamil," ujar Wahyu. Kini, ia bukan saja berkeinginan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari udang galah. Lebih jauh lagi, bersama ratusan petani udang galah, Wahyu bertekad menjadikan kawasan pesisir Cisolok dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan udang galah. "Kami berharap dapat mengembangkan budidaya udang galah hingga menembus pasar ekspor," kata Wahyu.