2
TEHNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI VERTEBRA THORAKAL LUMBALIS DENGAN STANDART SCOLIOSIS PADA INDIKASI SCOLIOSIS
DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD PARE
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) I
Nama : ZULFAOLITA RAHMAWATI PRIMANSYAH
NIM : 1411011040
PROGRAM STUDI DIII RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diterima , diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) 1 atas mahasiswa mahasiswa radiodiagnostik dan radioterapi yang bernama :
Nama : ZULFAOLITA RAHMAWATI PRIMANSYAH
NIM : 1411041040
Dengan judul laporan "TEHNIK RADIOGRAFI VERTEBRA THORAKAL LUMBALIS DENGAN STANDART SCOLIOSIS pada INDIKASI SCOLIOSIS di Instalasi Radiologi RSUD PARE"
Pare , 30 Desember 2015
Mengetahui,
Pembimbing Instansi Pembimbing Lapangan
( STIKes WIDYA CIPTA HUSADA ) ( CI RSUD PARE )
Yeni Cahyati Valentinus Lukito Edhi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas segala berkah dan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus berjudul " Tehnik Radiografi Vertebra Thorakal Lumbalis Dengan Standart Scoliosis pada Indikasi Scoliosis di Instalasi Radiologi RSUD PARE" guna memenuhi tugas mata kuliah PKL I Program Studi Diploma III Jurusan Radiodignostik dan Radioterapi STIKes Widya Cipta Husada .
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Direktur Rumah Sakit RSUD Pare yang telah bersedia memberikan lahan praktek
Yeni Cahyati,S.Si,M.Si selaku Ka Prodi Radiologi STIKes Widya Cipta Husada
Dr. Nanik Yuliana, Sp.Rad selaku kepala instalasi radiologi di RSUD Pare
Pak Valentinus Lukito Edhi, selaku CI di Instalasi radiologi RSUD jombang
Ibu Yeni Cahyati,S.Si,M.Si selaku pembimbing institusi
Seluruh Staf dan pegawai di instalasi radiologi RSUD Pare
Seluruh staf dan dosen di STIKes Widya Cipta Husada
Ayah , mama dan adikku tercinta dirumah atas doa dan dukungannya selama ini
Teman – teman angkatan VI jurusan radiodiagnostik dan radioterapi STIKes Widya Cipta Husada
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini , untuk itu penulis mohon saran demi kesempurnaan laporan kasus ini . Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya .
Pare , Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
Latar Belakang Masalah 5
Rumusan masalah 5
Tujuan Penulisan 5
Manfaat Penulisan 6
BAB II DASAR TEORI 7
Anatomi Thorax 7
Anatomi Saluran Pernafasan 9
Patofisiologi Dan Etiologi Efusi Pleura 14
Tehnik Pemeriksaan Radiografi Thorax 16
BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN 19
BAB IV PENUTUP 24
Kesimpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang radiologi diperlukan untuk menghasilkan gambaran radiograf yang berkualitas . kualitas radiograf dapat dinilai baik jika radiograf dapat memberikan informasi secara jelas sehingga dapat membantu menegakkan diagnose . dalam prinsip radiodiagnostik adalah pemanfaatan sinar x yang baik yaitu mengenai suatu bahan obyek akan menghasilkan gambaran radiograf yang dapat menentukan diagnose salah satunya adalah pada pemeriksaan thorax .
Pemeriksaan radiologi thorax sangat penting karena penyakit paru belum bisa dilakukan penyembuhan secara pasti tanpa pemeriksaan radiologi thorax terlebih dahulu . kelainan - kelainan dini pada paru juga dapat diketahui dalam pemeriksaan rontgen thorax sebelum gejala klinis muncul .
Pada pemeriksaan radiologi thorax proyeksi yang biasa digunakan adalah postero anterior ( PA ) jika pasien kooperatif dan antero posterior ( AP ) jika pasien non kooperatif . untuk pemeriksaan pada kasus efusi pleura terdapat proyeksi tambahan yaitu posisi RLD ( right lateral decubitus ) .
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis membahas masalah tentang :
Bagaimana tehnik pemeriksaan radiografi thorax dengan indikasi effusi pleura di instalasi radiologi RSUD Jombang ?
Tujuan Penulisan
Tujuan Pembuatan Laporan ini adalah sebagai berikut :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah praktek kerja lapangan I di instalasi radiologi RSUD Jombang
Penulis ingin menjelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan radiologi thorax dengan indikasi efusi pleura yang dilakukan di RSUD Jombang .
Manfaat Penulisan
Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tetang tehnik pemeriksaan thorax khususnya dengan penyakit efusi pleura
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang , rumusan masalah , tujuan penulisan , manfaat penulisan dan sistematika penulisan .
BAB II DASAR TEORI
Berisi landasan teori
BAB III PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang profil kasus dan data – data pasien serta berisi pembahasan pemeriksaan pada thorax
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI
ANATOMI FISIOLOGI VERTEBRA
Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang cervikal, 12 buah tulang thorakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan koksigeus (Cailliet, 1981 dikutip oleh Kuntono, 2007).
Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar sampai mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex dari tulang koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban yang harus ditanggung semakin membesar dari cranial hingga caudal sampai kemudian beban tersebut ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio sacroilliaca. Korpus vertebra selain dihubungkan oleh diskus intervertebralis juga oleh suatu persendian sinovialis yang memungkinkan fleksibilitas tulang punggung, kendati hanya memungkinkan pergerakan yang sedikit untuk mempertahankan stabilitas kolumna vertebralis guna melindungi struktur medula spinalis yang berjalan di dalamnya. Stabilitas kolumna vertebralis ditentukan oleh bentuk dan kekuatan masing-masing vertebra, diskus intervertebralis, ligamen dan otot-otot (Moore, 1999 dikutip oleh Yanuar, 2002).
Gambar 1 : anatomi tulang vertebra
Bagian – bagian dari tulang vertebra
Tulang dada terdiri dari 33 bagian yaitu:
Tulang punggung cervical
Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
Tulang punggung thorax
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.
Tulang punggung lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal berarti ekor).
Disc intervertebralis
Sebuah disc intervertebralis (atau fibrocartilage intervertebralis) terletak di antara yang berdekatan vertebra di tulang belakang. Setiap disk membentuk fibrocartilaginous bersama (a simfisis), untuk memungkinkan gerakan kecil dari tulang belakang, dan bertindak sebagai ligamen untuk menahan tulang belakang bersama-sama. Peran mereka sebagai peredam kejut di tulang belakang sangat penting.
Gambar 2 : Gambar disc intervertebralis
Ligamen
Untuk memperkuat dan menunjang tugas vertebra atau tulang belakang dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat ligamen-ligamen , antara lain :
Ligament Intersegmental ( menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung ke ujung ) :
1. Ligament Longitudinalis Anterior
2. Ligament Longitudinalis Posterior
3. Ligamnet praspinosum
Ligament Intrasegmental ( Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang berdekatan )
1. Ligamentum Intertransversum
2. Ligamentum flavum
3. Ligamentum Interspinosum
Ligamentum – ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang pinggul
fungsi tulang vertebra :
menyangga berat kepala dan dan batang tubuh
melindungi medula spinalis
memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis
tempat untuk perlekatan otot-otot
memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh
(Seelley dan Stephens, 2001 dikutip oleh Yanuar, 2003).
Otot-otot pada vertebra :
Otot-otot spine selain berfungsi sebagai pengerak dan berfungsi sebagai posis tubuh tetap tegak.
Pada bagian depan regio cervical terdapat otot-otot :
M. Rectus capitis anterior
M. Rectus capitis lateralis
M. Longus capitis
M. Longus colli
M. hyoideus
Pada bagian servikal terdapat otot-otot splenius capitis sebagai penggerak utama ekstensi leher dan bagian lateralis leher terdapat M. Stemocleidomastoideus, M .Levator scapula, M. Scalenus anterior-posterior-medius.
Pada regio abdominial terdapat otot-otot:
M. Rectus Abdominis
M. Obliques Eksternus dan Internus
Pada Regio Thorachal dan Lumbalis terdapat oto-oto :
Sacospinalis
M. Semispinalis
M. Spinalis
M. Longisimus
M. Iliocostalis
Otot-otot Spinalis seperti :
M. Multifidus
M. Rotators
Interspinalis
Intertransversari
Pada Regiao bagian lumbal terdapat otot-otot yang dominan yaitu :
M. Quardratus Lumborum
M. Psoas Mayo
PATOFISIOLOGI SKOLIOSIS
Definisi
Skoliosis merupakan masalah ortopedik yang sering terjadi adalah pelengkungan lateral dari medulla spinalis yang dapat terjadi di sepanjang spinal tersebut. Pelengkungan pada area toraks merupakan scoliosis yang paling sering terjadi, meskipun pelengkungan pada area servikal dan area lumbal adalah scoliosis yang paling parah.
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).Skoliosis ini biasanya membentuk kurva "C" atau kurva "S".
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang.Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa (Mion, Rosmawati, 2007).
Klasifikasi
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
Infantile : dari lahir-3 tahun.
Anak-anak : 3 tahun – 10 tahun.
Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ).
Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau lebih badan vertebra.
Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.
Skoliosis nonstruktural ( Postural )
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di punggung.
Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
ETIOLOGI EFFUSI PLEURA
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1) Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2) Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile.
3) Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan berupa:
1) Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2) Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3) Nyeri punggung
4) Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5) Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan sakit pada tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan pinggang mereka saja.
Menurut Dr Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin (Jamaluddin, 2007), skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat apabila tulang belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami masalah sakit belakang serta sukar bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita mulai menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat.
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi (Kawiyana dalam Soetjiningsih, 2004) :
1) Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 derajat
2) Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40 derajat
3) Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41 derajat
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan melalui operasi.
Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas2 tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf.
Komplikasi
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti :
Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
Prognosis
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot).Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali pembedahan.
TEKNIK RADIOGRAFI SKOLIOSIS
Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan skoliosis adalah sebagai berikut :
1. AP/PA
2. ERECT LATERAL
3. AP/PA METODE FERGUSON
4. AP/PA RIGHT AND LEFT BENDING
5. POSISI LATERAL HIPEREKSTENSI & HIPERFLEKSI
1. PROYEKSI PA/AP
Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi erect atau recumbent dengan distribusi berat tubuh pada kedua kaki pada posisi erect
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan Mid line
- Tidak ada rotasi tarsal / pelvis jika memungkinkan
- Letakkan lower margin min 3-5 cm dibawah crista iliaka
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus langsung pada mid point
SID : 100 -150 cm
Kriteria Gambar :
Tampak vertebra thoracal dan lumbal
2. PROYEKSI LATERAL ERECT
Tujuan :
Untuk melihat Spondylolis, derajat kiposis atau lordosis
Posisi Pasien :
Posisi pasien lateral erect dengan kedua lengan diangkat, atau jika tidak tegak, pegangan di depannya.
Sisi cembung pada kurva harus tegak lurus
Posisi Obyek :
- Letakkan pelvis dan tarsal dalam posisi lateral
- Atur mid coronal plane tubuh pada CR dan mid line
- Lower margin minimal 3 -5 cm dibawah setinggi crista iliaka
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus grid
CP : pada pertengahan kaset
SID : 100 – 150 cm
Kriteria Gambar : Tampak vertebra thorakal dan lumbal dalam posisi lateral
3. PROYEKSI AP METODE FERGUSON
Tujuan :
Metode ini membantu mengkompensasi perbedaan kelainan bentuk curva
Posisi Pasien :
- Salah satu kaki pasien bisa duduk / berdiri dengan kedua lengan disamping
-Utk kaki yg kedua, letakkan block dibawah kaki ( atau hip jika duduk) pada sisi cekung curva kaki pasien dapat meneggakkan sedikit posisi tanpa assiten.
- Block boleh digunakan dibawah pantat jika pasien duduk atau kaki jika pasien berdiri
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan mid line grid dengan kedua lengan disamping
-Tidak ada rotasi tarsal atau pelvis jika memungkinkan
- Batas bawah 3 -5 cm dibawah crista iliaka
Posisi Sinar:
CR : Tegak lurus
CP : pada pertengahan kaset
SID : 100 – 150 cm
4. PROYEKSI AP (PA) RIGHT AND LEFT BENDING
Tujuan :
Utk menilai space vertebra jika digerakkan
Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi erect atau recumbent dan AP atau PA dengan kedua lengan disamping
Posisi Obyek :
- Atur MSP pada CR dan mid line pada grid
- Tidak ada rotasi tarsal dan pelvis jika memungkinkan .
- Letakkan batas bawah 3 -5 cm di bawah crista iliaka
- Dengan pelvis sbg titik tumpu, fleksikan ke arah lateral pada salah satu sisi
- Jika recumbent gerakkan kedua tarsal dan tungkai sampai maksimum lateral fleksi
Posisi Sinar :
CR : tegak lurus
CP : pertengahan Kaset
SID : 100 – 150 cm
KRITERIA GAMBAR :
Tampak gambaran AP/PA vertebra thoracal dan lumbal, dengan pasien dalam lateral fleksi min 2,5 cm di bawah crista iliaka tampak
5. Posisi Lateral Hyperextensi dan Hiperfleksi
Tujuan :
Proyeksi ini digunakan utk melihat penyatuan spinal fusion
-Dilakukan dengan pasien dalam posisi
( hiperfleksi dan hyperekstensi)
Posisi Pasien :
Pasien dalam posisi lateral recumbent, dengan kepala diatas bantal dan suport diantara knee
Posisi Obyek :
- Atur mid coronal plane pada mid line grid
Hiperfleksi :
Gunakan pelvis sebagai fulcrum, bending ke arah depan dgn tungkai ke atas
Hiperekstensi :
Gunakan pelvis sebagai fulcrum, tarsal dan kedua tungkai ditarik ke posterior hiperextensi
Tidak ada rotasi thoraks dan pelvis.
Kriteria gambar :
Tampak lateral lumbal dan hiperfleksi dan hiperekstensi
BAB III
PAPARAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Identitas pasien
Adapun identitas pasien yang menjalani pemeriksaan Radiografi Vertebra Thorakal Lumbalis Dengan Standart Scoliosis pada Indikasi Scoliosis di Instalasi Radiologi RSUD PARE adalah sebagai berikut :
Nama : An Mukholida
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pare
Pemeriksaan : Skoliosis AP dan Bending
Poli / Ruangan : Poli Orthopedi
Gambar 4 : Surat permintaan foto rontgen
3.1.2 Tata Laksana Pemeriksaan Thorax AP
3.1.2.1 Persiapan pesawat , alat dan bahan
Pesawat sinar x yang digunakan pada pemeriksaan thorax pada pasien Tn.B :
Merk pesawat : BMI ( Bio Medical Internasional )
Type : BHEC
No. seri tabung : F302/A
Tegangan maksimum : 150 KV
Arus maksimum : 500 mAs
Kaset dan film ukuran : 43 x 35 cm
Marker R atau L
Gambar 5 : marker R dan L
3.1.2.2 Persiapan pasien dengan proyeksi AP
Pada pemeriksaan foto vertebra thorakal lumbalis dengan proyeksi AP tidak ada persiapan khusus , hanya saja pasien harus dibebaskan dari benda – benda di sekitar dada seperti : kalung , kancing baju , BH yang dapat menyebabkan artefak pada radiograf .
3.1.2.3 Prosedur pemeriksaan
Posisi pasien : pasien dianjurkan untuk berdiri . tangan pasien berada disamping tubuh dengan posisi anatomi dan komunikasikan kepada pasien agar tidak merubah posisinya .
Posisi obyek : atur mid sagital plane ( MSP ) pasien tepat dipertengahan kaset . atur kedua pundak agar sama tinggi . usahakan vertebrae prominens ( cervical 7 ) masuk dalam lapangan penyinaran . kedua sisi tubuh diatur agar mempunyai jarak yang sama dari sisi lateral kaset .
Pengaturan sinar : central ray ( CR ) tegak lurus dengan kaset dengan arah sinar vertical . central point ( CP ) pada pertengahan kedua angulus inferior scapula atau setinggi vertebrae thorakal ke 7 dengan FFD sejauh 150 cm .
Faktor eksposi : KVp = 73 , mAs = 16
Kollimasi : Luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas vertebrae prominens dan batas bawah pada batas bawah kaset dan batas kanan kiri .
kriteria radiograf
Tampak vertebra lumbal,
space intervertebra,
prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra,
prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.
Tampak foramen intervertebralis Lumbal 1 – Lumbal 4,
Corpus vertebrae,
space intervertebrae,
prosessus spinosus dan Lumbal 5 – Sakrum 1.
3.1.3 Tata Laksana Pemeriksaan Vertebra thorakal lumbalis Bending kanan dan kiri
3.1.3.1 Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan foto vertebra thorakal lumbalis bending kanan dan kiri tidak ada persiapan khusus pada pasien hanya saja pasien harus berdiri dan memiringkan badan ke arah kanan atau kiri semaksimal mungkin .
3.1.3.1 Prosedur pemeriksaan
Posisi pasien : pada pasien RLD pasien diposisikan berdiri dan harus memiringkan bagian badan atas kea rah kanan atau kiri semangsimal mungkin agar dapat mendapatkan hasil true anatomis.
Posisi obyek : atur mid sagital plane pasien tepat pada pertengahan kaset . atur salah satu pundak di bagian atas kase. kedua sisi tubuh di atur agar masuk kedalah kaset .
CR : tegak lurus
CP : pertengahan Kaset
Pengaturan sinar :dengan FFD sejauh 150 cm
Faktor eksposi : KV = 73 , mA = 16
Kollimasi luas lapangan penyinaran seluas obyek dengan batas atas vertebrae prominens dan batas bawah pada batas bawah kaset , dan batas kanan dan kiri.
Kriteria radiograf : Tampak gambaran AP/PA vertebra thoracal dan lumbal, dengan pasien dalam lateral fleksi min 2,5 cm di bawah crista iliaka tampak
Prosesing Film
Pengolahan film dilakukan di sebelah ruang pemeriksaan, karena sudah menggunakan CR sehingga daerah kerjanya hanya ada daerah kerja kering.
Model : CR Fuji
Ser. No : Capsula XL2
Made in : Japan
Gambar 6 : Prosesing Film automatic
Pembahasan Tehnik pemeriksaan AP dan RLD
Pada pemeriksaan radiologi vertebra curva thorakal lumbalis AP, Bending kanan dan kiri tidak tampak kelainan congenital deformitas pada corpus vertebra.
HASIL RADIGRAF
Gambar . foto vertebra AP Gambar . foto vertebra bending
Hasil Pembacaan Radiograf Oleh Radiolog
Foto vertebra thorakal lumbalis dengan standart scoliosis
SCOLIOSIS THORACOLUMBALIS INDIOPHTIC SINGLE CURVE
tampak single curva, yaitu curva thoraco lumbalis dengan conveksitas kekanan. Adapun sudut cob : 44 , sudut bending kanan : 34, flexibilitas : 10. Derajat rotasi menurut Moe's pedicle method 1. Derajat maturitas tulang menurut riser 2
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pemeriksaan radiologi tborax dengan indikasi efusi pleura di RSUD Pare hanya menggunakan proyeksi yaitu AP atau PA dan bending kanan atau kiri dan tidak mengggunakan proyeksi tambahan lainnya . berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di RSUD Pare , penerapan di lapangan tidak sama dengan teori yang telah diajarkan di perkuliahan di stikes widya cipta husada .
Saran
Saran dari penulis untuk pemeriksaan radiologi di RSUD Pare agar proteksi radiasi kepada pasien dan radiographer lebih diperhatikan agar dapat meminimalisir dosis radiasi yang diterima pasien maupun radiografernya .
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/53727796/Patofisiologi-Efusi-Pleura
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_EfusiPleuraTuberkulosis.pdf/.html
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/efusi-pleura.html
http://ahmadgelegarpersada.blogspot.com/2013_06_01/anatomisalpernapasan.html
http://firdadistira.blogspot.com/p/anatomi-fisiologi-saluran-pernapasan.html
http://ardhysmart.blogspot.com/2012/05/teknik-pemeriksaan-radiografi-thorax.html
http://aviero.blogspot.com/2011/05/teknik-radiografi-thorax_01.html