You are here
UT-Online
/ EKMA5309.02
/ Tugas
/ Tugas 2
Rini Rusmadhani 018932313
Perbaharui profil
Tuton Yang Saya Ikuti
Keluar
Home
My Courses
My Profile
ShortCuts
Tugas 2
Tujuan: Melalui tugas ini mahasiswa diharapkan dapat menganalisis lingkungan bisnis suatu organisasi.
Jenis Tugas: Analisis lingkungan bisinis dari case studi mengenai Ancol
Ruang lingkup: Menggunakan berbagai tools yang ada dalam mata kuliah Managemen Strategik untuk menganalisis suatu case study.
Deskripsi tugas:
Bacalah case study mengenai Ancol.
Lakukan Environmental Screening (hasil:SWOT)
Identifikasi core competence dari Ancol, berikan penilaian tentang sustanability dari kompetensi tersebut.
Tugas ini adalah tugas individual.
Kumpulkan tugas saudara pada tutor tatap muka ketika tutorial tatap muka yang ketiga.
Selamat mengerjakan.
ANCOL
Berlokasi di Jakarta Utara, Ancol Jakarta Bay City (Ancol) merupakan salah satu tujuan wisata di Indonesia. Objek wisata ini terus melakukan pengembangan dengan menambah wahana baru. Salah satu wahana yang baru saja dibuka adalah Ice World, sebuah wahana yang membuat pengunjung seakan-akan berada di Kutub Utara. Dengan suhu dibawah nol derajat memberikan sensasi dingin yang menusuk kulit hingga ke tulang sumsum, membuat tubuh mengigil sementara napas yang terembus lewat hidung dan mulut menyembur-nyemburkan buih tipis. Dari langit-langit sebuah ruangan seluas 1.200 m2 diguyurkan butiran-butiran hujan salju yang lembut. Di kiri-kanan ruangan dihiasi pahatan es berbentuk objek Tujuh keajaiban Dunia karya pemahat Harpin, Cina Utara, seperti Taj Mahal, Menara Eiffel, Tembok Cina, candi Borobudur, dan Patung Liberty. Tahun 2005-2006, selain mengembangkan wahana permainan baru, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (PJA), juga merevitalisasi beberapa gelanggang hiburan yang lama. Saat ini Ancol (dulu disebut Taman Impian jaya Ancol) memiliki 28 wahana/gelanggang hiburan. Untuk membangun sebuah wahana baru dibutuhkan nilai investasi minimal Rp. 60 miliar. Sementara itu, biaya pembangunan Ice World menyedot dana Rp. 250 miliar. PJA juga merehab sejumlah wahana yang sudah ada semisal The Lost Kingdom yang merupakan revitalisasi Gelanggang Samudra. Pertunjukan lumba-lumba diganti dengan wahana 1001 malam. Wahana ini menyajikan banyak seri pertualangan yang dilengkapi Pyramidium theatre empat dimensi. Selain sarat edukasi tentanng biodata laut, wahana 1001 malam juga menampilkan kejutan spesial efek berupa cipratan air di wajah, embusan angin dan laingnya yang disesuaikan deangan jalan cerita yang diputar. Wahana yang dibangun dalam kurun januari 2005-Februari 2006 ini menelan biaya sekitar Rp. 90 miliar. Adapun gelanggang Renang direvitalisasi menjadi Athlantic Water Adventures. Di wahana yang menghabiskan modal lebih dari Rp 70 miliar ini, pengunjung dapat menikmati suasana kota Atlantis: mengarungi kedasyatan taman air, spiral luncur dan kolam arus dengan suasana penuh legenda. Wahana yang mematok tiket masuk Rp. 35 ribu/orang ini diopearasikan sejak Juli 2005. Tarif wahana Atlantis lebih murah dibandingkan dengan IceWorld yang memungut Rp. 50 ribu/orang sejak dibuka 23 Desember tahun lalu. Urusan makanan di Ancol pun dibenahi. Dulu, Ancol identik dengan sajian makanan yang tidak enak dan mahal, kini PJA berusaha menghapus citra negatif itu. Makanya, PJA meluncurkan Jimbaran Café & Resto. Pengelolaannya dilakukan oleh PJA bersama beberapa pengusahan kafe dan resto di Jimbaran, Bali. Resto itu dibangun di atas lahan seluas 3 ribu m2 dengan menghabiskan biaya Rp. 3 miliar. Di sana terdiri atas empat bangunan khas Bali berkapasitas 500 kursi dan tempat terbuka di pelataran pantai. Resto ini untuk melengkapi 10 gerai franchise milik PJA (Planet Baso dan Columbus Fried Chicken) dengan menggandeng beberapa franchisee, mampu memberikan kontribusi pemasukan ke PJA Rp 3 miliar selama dua tahun. Selama ini, Ancol juga punya Bandar Jakarta sebagai pusat jajan makanan dengan jumlah pengunjung 2-3 ribu orang /bulan dan perputaran uang di bisnis makanan ini mencapai Rp. 40-50 juta/hari. Selain merevitalisasi dan membangun proyek-proyek baru, PJA juga melakukan reklamasi pantai seluas 350 ha secara bertahap. Tahap pertama ditargetkan 60 ha (tapi batu selesai 28 ha) diperkirakan menelan dana Rp 100 miliar. Total belanja, modal yang dianggarkan tahun 2005-2006 senilai Rp 325 miliar. Untuk mendanai proyek-proyek ini PJA akan meminjam ke bank sebesar Rp 250 miliar dan sisanya dari kantong sediri. Pengembangan berbagai proyek Ancol tak luput dari ambisi PJA. "Setelah kami melakukan instropeksi untuk memenangi persaingan, makan Ancol harus melakukan perubahan. Untuk itu kami mendefinisikan ulang visi dan misi Ancol ke depan, yakni harus menjadi perusahaan pengembangn kawasan wisata serta properti terbaik dan terbesar di Asia Tenggara, " papar Budi Karya Sumadi , Presedir PJA. Di Asia Tenggara, Ancol memang mesti bersaing ketat dengan tempat rekreasi milik negeri jiran: Genting Island, Malaysia dan Sentosa Island, Singapura. Bagi Budi, core competence yang bisa diandalkan Ancol adalah sebagai edutainment centre. Dengan demikian, pihaknya berharap 10 tahun mendatang menjadi Ancol Spectacular. "Tapi kami sadar untuk mencapai itu butuh tatanan-tatanan, yaitu Ancol Reborn, tahapannya: Ancol Excellent, setelah itu Ancol Reborn". Dengan cara kerja Ancol selama ini, Budi pesimistis target itu dapat tercapai. Akhimya dilakukanlah evaluasi dan ditemukan 130 milestone. Artinya, selain pekerjaan yang existing masih 130 pekerjaan lain yang harus dituntaskan semua karyawan. Ternyata hal yang lebih mendasar dilakukan adalah mengubah pola pikir, yakni dari bekerja dengan tenaga menjadi bekerja dengan hati. Maksudnya, dalam bekerja tidak semata-mata mengejar target tugas, tapi juga melibatkan emosi untuk meraih hasih yang optimal. Ada empat pokok milestone yang dilakukan: strategi inisiatif yang berkaitan dengan keuangan; bisnis; SDM; pengembangan SDM itu sendini. Dan soal SDM menjadi penekanan utama PJA.
Menurut Budi, saat ini pengembangan Ancol ibaratnya kurva linier karena pasar Jakarta sudah maksimal pada titik 10-12 juta orang pengunjung/tahun. "Kami hanya mungkin melakukan pengembangan 10%- 20%/tahun. Makanya tiga tahun terakhir kami membenahi Ancol dengan memperbaiki acara-acara dan wahananya," ungkapnya. Tidak sia-sia, jumlah pengunjung pun mengalami kenaikan. Sebelum direhab Ancol rata-rata dikunjungi 700 ribu orang/ bulan, tahun 2005 (6 bulan pascarehab) sudab melampaui 1 juta orang/bulan. Ke depan, PJA menargetkan1,3-2,4 juta orang pengunjung/bulan dalam genggaman. Membludaknya jumlah pengunjung Ancol otomatis mendongkrak pendapatan PJA. Lihat saja pada acara jelang Tahun Baru 2006, Ancol memecahkan rekor pendapatan terbesar sepanjang sejarah berdirinya pusat hibunan mi. Dalam sehari (31 Desember 2005) jumlah pengunjungnya mencapai 280 ribu dengan keuntungan kotor Rp 5,89 miliar dan penjualan tiket masuk Ancol dan Dunia Fantasi (Dufan). Itu belum termasuk pendapatan nontiket, karcis wahana non-Dufan dan partisipasi sponsor. Padahal, untuk menggelar acara tutup tahun 2005 itu Ancol hanya menghabiskan dana Rp 2 miliar dengan menampilkan penyanyi Iwan Fals, Slank, God Bless plus pesta kembang api. Budi mengklaim, periode 2005 kinerja keuangan PJA tidak mengecewakan. Total pendapatan yang dibukukan Rp 650 miliar. Sumber pendapatan terbesar berasal dan sektor properti (30%), karcis Dufan (20%), tiket pintu genbang (20%), dan sisanya dan wahana lain di dalam kawasan Ancol. Wahana Dufan sepanjang 2005 memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 120 miliar dan tahun depan diharapkan bertambah menjadi Rp 150 miliar. "Revenue tahun 2006 kami targetkan tumbuh 20% atau sekitar Rp 750 miliar," imbuh Budi. Adapun pendapatan properti PJA diperoleh dari sewa lahan dan kantor Cordova Building, Apartemen Marina Residence, dan housing Putri Duyung. Untunglah, kondisi keuangan PJA tidak besar pasak daripada tiang. Simak saja selama tahun 2005 dengan pendapatan sekitar Rp 650 miliar, pengeluarannya kurang- lebih Rp 440 miliar. Pengeluaran terbesar tahun lalu untuk investasi dua wahana: Atlantis dan The Lost Kingdom, yang mencapai Rp 300 miliar. Sisanya, Rp 110 miliar untuk ongkos operasional dan bayar pegawai sebanyak 1.150 orang. "Sampai saat ini utang kami hanya di Bank DKI senilai Rp 20 miliar," kata Budi. Strategi pricing tiket Ancol tidak dilakukan bundling sebagaimana Disneyland di Tokyo, Hong Kong, atau negara lain yang jika dikurskan setara Rp 400 ribu/orang. Itulah sebabnya harga tiket itu dibuat beragam. Katakanlah, untuk tiket masuk gerbang Rp 10 ribu/orang, karcis Dufan Rp 60 ribu/orang pada hari biasa dan hari libur Rp 90 ribu/orang. Harga tiket ini rata-rata naik l0%-20% saban tahun. Tahun 1985 saat pertama kali Dufan dibuka harga tiketnya Rp 7 ribu/orang dengan tarif pintu gerbang Rp 4 ribu/orang. Namun, di mata masyarakat, harga tiket Ancol masih dianggap kelewat tinggi. "Mestinya tarif tiket Dufan jangan di atas Rp 50 ribu. Kami sebagai orang kecil, termasuk orang-orang di daerah yang memimpikan Ancol hanya bisa gigit jari. Apalagi sekarang biaya hidup mahal, ekonomi makin sulit, sehingga dunia hiburan tidak terjangkau," keluh Afi Tambih (28 tahun), warga' Rawabelong, Jakarta Barat, yang sampai sekarang belum bisa membawa putri semata wayangnya untuk jalan-jalan ke Ancol.
Bagi Budi tantangan yang dihadapi tidak saja kritikan soal tarif Ancol yang cuma terjangkau segmen menengah-atas, tapi juga masalah: Jakarta belum menjadi daerah tujuan wisata utama. "Indikasinya, coba perhatikan Sabtu dan Minggu atau hari libur, pasti banyak orang Jakarta yang keluar, entah itu ke Bandung, Bali, bahkan ke luar negeri daripada orang yang datang ke Jakarta," imbuhnya Sadar akan pasar Jakarta yang mulai jenuh, PJA tak kehabisan akal. Saat ini pihaknya berencana membiakkan Ancol ke beberapa daerah. Sebut saja Bali, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. "Kami tetap memakai brand Ancol untuk pengembangan di beberapa daerah tersebut," Budi berujar. Maklumlah, dan total 550 ha lahan yang dikuasai Ancol, sekarang yang masih bisa dikembangkan tinggal 200 ha. Pertimbangan dipilihnya daerah tujuan ekspansi itu: daerah turis dan punya income tinggi. Di Bali, selain banyak dikunjungi wisman dan turis lokal juga banyak bersinggungan dengan dunia internasional, apalagi budaya orang Bali sendiri yang mendukung pariwisata. "mi membuka peluang kami lebih gampang untuk go international, " ucap Budi dengan nada optimistis. Budi menjelaskan, di Bali PJA menggandeng Pemda Buleleng guna mengembangkan kawasan 250 ha (50 ha di antaranya untuk properti). Saat ini mereka sedang berancang-ancang membuat masterplan dengan mengundang Baltimore. Di Pulau Dewata ini juga akan dikembangkan dua pola yang selama ini menjadi andalan PJA: pariwisata dan properti. Yang membedakan, nuansa alami Buleleng lebih ditonjolkan. "Jadi lebih ke rekreasi alam ketimbang teknologi," tuturnya. Untuk tahap awal, sebanyak 6-8 ekor lumba-lumba Ancol akan dipindahkan ke Buleleng dengan membuat wahana di tepi laut. Investasi awal masih diatasi oleh PJA dan Pemda. Akan tetapi, setelah master-plan rampung, tidak menutup kemungkinan bakal mengundang investor lain. Strategi ini dilakukan sebagaimana pengembangan wahana Sea World di Jakarta dengan sistem built, operate and transfer yang hak kelolanya 20-25 tahun. Dan, yang terbaru pengembangan Ice World melibatkan investor Malaysia dan teknologi dari Cina.
Seiring dengan pengembangan kawasan Buleleng, PJA bakal merevitalisasi Singaraja termasuk pelabuhannya, pusat sejarah pemerintahan kerajaan Bali masa lampau. Ini akan menjadi ikon baru Bali dan butuh investasi sekitarRp 500 miliar. Sebagaimana Ancol Jakarta, investasi ini tidak bisa cepat mengalami titik impas. Jadi, sifatnya jangka panjang, memakan waktu sekitar 30 tahun.
Tak puas di Bali, PJA pun merambah Parangtritis dan Samarinda. Luas lahan Parangteritis yang bakal disulap menjadi wisata ala Ancol 200 ha. Untuk Samarinda, luas lahannya 200 ha dipakai area wisata dan 50 ha untuk properti. "Kami bekerja sama dengan Universitas Mulawarman di Samaninda dan sekarang masuk tahap MoU," Budi menjelaskan. Dan, kreativitas PJA mengepakkan sayap ke beberapa daerah diacungi jempol oleb Taufik. "ini menarik karena bisa memberikan alternatif destinasi wisata baru," kata Associate Partner Head MarkPlus Consulting & MarkPlus Research itu. Sayang, ia kurang setuju kalau mereknya tetap memakai embel-embel Ancol lantaran dianggapnya kurang cocok dengan daerah setempat. Pendeknya, setumpuk rencana pengembangan bisnis PJA, khususnya Ancol telah disiapkan. Katakanlah Pasar Seni Ancol bakal direposisi sebagai laboratorium seni untuk ruang edukasi, apresiasi, implementasi dan aplikasi karya seni. Tahap awal, dipaparkan Budi, PJA akan membangun Ancol Art Academy. Jadi, kalau mau belajar seni lukis, seni tari dan seni musikbisa dilakukan di laboratonium seni Ancol. "Kami ingin tiap tahun ada gereget baru," tutur Budi. Untuk itu, pihaknya tidak cepat puas dengan apa yang dicapai sekarang, terutama soal penambahan wahana baru yang lebih atraktif. Kehadiran Ice World akhir 2005, bisa jadi ditambah Ice Skating di tahun 2006. Di kawasan Pantai Carnaval ini juga telah diteken MoU pengembangan area konser, stadion musik berkapasitas 5-6 ribu orang. Pertengahan tahun ini mulai digarap dengan melibatkan investor konsorsium lokal. Nantinya, di sekeliling arena bakal ada mal dan kafe dengan nilai investasi sekitar Rp 400 miliar. Saat ini komposisi kepemilikan sahamPJA: Pemda DKI (68%), PT Pembangunan Jaya (17%), dan masyarakat (15%). Strategi pemasaran Ancol selain beriklan di media,juga meluncurkan program Kereta Wisata Ancol bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia pada akhir 2005. Dengan paket ini memudahkan akses warga Bogor, Depok, Bekasi, Serpong dan Tangerang menuju Ancol. Biayanya Rp 19.500- 22.500/orang, sudah termasuk tiket masuk dan bus antar-jemput dan stasiun. "Meski Ancol gencar beriklan, saya kok belum terdorong datang ke sana," ujar Taufik sengit. Baginya, Ancol memang memiliki awareness bagus sebagai tempat rekreasi, tapi lemah dalam pengembangan emotional branding yang terus-menerus membuat orang rindu datang ke sana. Menurutnya, ini kebalikan dani Sentosa Island yang selalu membuat orang ketagihan datang ke Singapura. Apalagi faktor keamanan dan kebersihan di Jakarta, khususnya Ancol, kurang mendukung kampanye pariwisata.
Available from:
Jumat, 6 September 2013, 09:00
Top of Form
Upload file (Ukuran tertinggi: 2Mb)
Bottom of Form
Anda login sebagai Rini Rusmadhani 018932313. (Keluar)