SATUAN ACARA PENYULUHAN APPENDISITIS (RADANG USUS BUNTU)
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) IRNA II RUANG 15 RSU Dr.SAIFUL ANWAR MALANG 2012
LEMBAR PENGESAHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI BURUK di RUANG 15 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Tanggal 28 Desember 2012
Oleh: Dwi Yuliani (0810720028) Siti Maisaroh (0810720068)
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
(
)
2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Appendisitis (Radang Usus Buntu)
Pokok Bahasan
: Appendisitis (Radang Usus Buntu)
Sasaran
: Pasien dan keluarga di Ruang 15
Waktu dan Tempat o
Tempat
: Ruang 15 RSSA
o
Waktu
: 28 Desember 2012
Alokasi Waktu
: 30 menit
Media
: Leaeflet
Metode
: Ceramah dan Tanya jawab
Pengorganisasian
:
-
Moderator
:Maisaroh
-
Pemateri
:Dwi yuliani
-
Observer
:Arum
Latar Belakang: Apppendiksitis
merupakan
suatu
keadaan
yang
sering
terjadi
dan
membutuhkan operasi kegawatan perut pada anak. Diagnosisnya sulit pada anakanak, merupkakan faktor yang memberikan angka perforasi 30-60%. Resiko untuk perforasi terbanyak pada anak usia 1-4 tahun (70-75%) dan terendah pada remaja (30-40%), yang insiden tertingginya menurut umur adalah masa anak-anak. Kejadian appendiksitis meningkat dengan bertambahnya usia, memuncak pada remaja dan jarang terjadi pada anak kurang dari satu tahun. Prognosis buruk
sejak mulainya gejala sampai perforasi biasanya terjadi
setelah 36-48 jam. Jika hal tersebut terlambat 36-48 jam angka perforasi menjadi meningkat. Berdasarkan hal tersebut kami mengangkat tema appendiksitis pada topik penyuluhan ini .
Tujuan instruksional:
Tujuan Umum
:
Setelah mengikuti ceramah, dan diskusi selama 25 menit diharapkan peserta didik mampu menjelaskan konsep Appendisitis (Radang Usus Buntu)
Tujuan Khusus
:
Setelah ceramah, dan diskusi selama 25 menit diharapkan peserta didik mampu : 1. Menjelaskan tentang pengertian Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 2. Menjelaskan tentang penyebab Appendiksitis (Radang Usus Buntu)
3
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 4. Menjelaskan tentang penanganan Appendiksitis (Radang Usus Buntu) A.
Sub Pokok Bahasan: 1. Pengertian Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 2. Penyebab Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 3. Tanda gejala Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 4. Penanganan Appendiksitis (Radang Usus Buntu)
4
B.
Kegiatan Penyuluhan
Tahap
waktu
Pembukaa n
5 menit
Kegiatan Pemateri
Penyajian
15 menit
Evaluasi
5 menit
Penutup
5 menit
Memperkenalkan diri Menyamakan persepsi Menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya penyuluhan Menggali pengetahuan audiens
Menjelaskan tentang pengertian gizi buruk Menjelaskan tentang penyebab gizi buruk Menjalaskan tentang tanda gizi buruk dan gizi baik/seimbang Menjelaskan tentang pencegahan gizi buruk Menjelaskan tentang penanganan gizi buruk
Memberikan pertanyaan pada audiens tentang pengertian, etiologi, tanda gejala dan penanganan usus buntu
Memberi kesimpulan materi Menyampaikan hasil evaluasi dan umpan balik Menutup acara penyuluhan
Kegiatan audiens
Metode
media
Menjawab salam Memperhatika n dan menjawab pertanyaan
Ceramah dan tanya jawab
Leaflet
Menyimak penjelasan Mengajukan pertanyaan seputar materi
Ceramah dan tanya jawab
Leaflet
Menjawab pertanyaan yang diberikan pemateri
Tanya jawab
-
Memperhatika n penjelasan Menjawab pertanyaan dari pemateri
Ceramah dan tanya jawab
Leaflet
5
C.
Evaluasi :
a. Evaluasi Terstruktur 1. Audiens hadir di tempat penyuluhan tepat waktu 2. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan
b. Evaluasi Proses 1. Audiens berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh pemateri 2. Audiens mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai 3. Audiens mengajukan pertanyaan pada pemateri 4. Audiens mampu menjawab pertanyaan dari pemateri dengan lengkap dan benar
c. Evaluasi Hasil 1. Audiens dapat menjelaskan tentang pengertian Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 2. Audiens
dapat menjelaskan tentang penyebab Appendiksitis (Radang Usus
Buntu) 3. Audiens dapat menjelaskan tentang tanda gejala Appendiksitis (Radang Usus Buntu) 4. Audiens dapat menjelaskan tentang penanganan Appendiksitis (Radang Usus Buntu) D.
Materi (terlampir)
E.
Daftar Pustaka Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007 , Informasi Penyakit , Faculty of medicine Gajah Mada University.http:\legasi.blogspot.com Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi , EGC, Jakarta Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit , Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC Rofian. Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu Klutuk.www.KeluargaSehat.com Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
6
Lampiran 1
Materi Penyuluhan 1.
Definisi Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
(4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer,
Suzanne, C., 2001). Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi. Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat.
2.
Penyebab Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
7
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut. Seseorang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak didalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.
3. Tanda dan Gejala Serangan peradangan usus buntu tidak selalu khas sebagaimana lazimnya. Yang khas, diawali dengan tidak enak perut, biasanya rasa tak enak perut di sekitar pusar. Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntahmuntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat. Nyeri berkembang dari sekitar pusar, kemudian menyebar sampai ke perut kanan bawah. Tergantung posisi usus buntunya terhadap usus besar, rasa nyeri dan keluhan tak enak perut tidak selalu khas. Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu. Pada kasus peradangan usus buntu yang spesifik, akan muncul nyeri tekan pada perut kanan bawah. Nyeri semakin memberat dari jam ke jam. Selain nyeri bila ditekan, nyeri juga muncul bila setelah ditekan lalu segera dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama pada perut kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain itu otot-otot dinding perut teraba menegang. Tanda-tanda umumnya terjadi: -
Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus
-
Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah
-
Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)
-
Demam
-
Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm 3)
-
Mual dan muntah dan rasa ngilu 8
-
Kurang nafsu makan
-
konstipasi (Brunner & Suddart, 1997)
Hasil pemeriksaan menggambarkan: Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology.
- Pemeriksaan fisik. Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggitinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu. - Pemeriksaan Laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah). - Pemeriksaan radiologi. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.
4. Penanganan Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan cairan IV diberikan sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan. 9
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. (Brunner & Suddart, 1997)
10