STUDIO PROSES PERENCANAAN RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
DEVI ADINDA UTARI Y. F 231 15 025
PRODI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2017
1.
Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yakni
metode dalam pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penyajian data. Berikut metode yang dilakukan : 1.1
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Metode yang digunakan dalam pengumpulannya pengumpulannya ialah sebagai berikut : 1.1.1 Data Primer
Data primer ini merupakan data yang didapatkan langsung dari lapangan atau wilayah studi oleh kelompok kawasan perdagangan dan jasa. Data ini didapatkan dengan cara-cara berikut : a) Menyebarkan kuisioner Teknik pengumpulan data melalui penyebaran pertanyaan dalam format tertentu, yang mana materinya terkait dengan pertumbuhan ekonomi kawasan perdagangan dan jasa. b) Observasi Obersevasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek, yang mana yang menjadi titik pengamatannya ialah lokasi yang penting, intensitas aktivitas yang tinggi, dan permasalahan yang terjadi. c) Pemetaan Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi di wilayah studi seperti batas-batas wilayah studi dan letak sebaran sarana-sarananya. 1.1.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah ada dari pihak-pihak tertentu dan kemudian data tersebut digunakan oleh kelompok perdagangan dan jasa. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan cara mengkaji literatur dan menelaah dokumen-dokumen dari instansi terkait dengan kawasan perdagangan dan jasa dengan menggunakan data terbaru. 1.2
Pengolahan Data
Tahap pengolahan data ini dilakukan ketika telah selesai mengumpulkan data-data baik yang primer maupun yang sekunder. Tahapan dalam pengolahan data ini seperti klasifikasi data dan pemilahan data. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah menggunakan pohon masalah untuk mengetahui masalah dan potensi yang ada di Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur, serta sert a berdasarkan data-data yang telah diperoleh.
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
2
1.3
Analisis Data
Setelah data-data tersebut diolah maka selanjutya akan dilakukan analisis data yang mana menggunakan analisis skalogram, analisis proykesi penduduk, dan analisis radius skala pelayanan sarana dan prasarana dengan mengacu pada standar-standar yang telah ada di SNI. 1.4
Penyajian Data
Setelah data di analisis, selanjutnya disajikan. Hasil analisis tersebut difokuskan, dirangkum,dan ditarik kesimpulan dalam bentuk formula narasi yaitu dalam bentuk laporan akhir yang jelas, informatif, terpercaya serta akurat.
2.
Gambaran Umum Gambaran umum yang dipaparkan terbagi menjadi dua yaitu gambaran umum makro
dan gambaran umum mikro. 2.1
Gambaran Umum Makro
Gambaran umum makro ini adalah wilayah yang mencakup keseluruhan dari lokasi studi. Wilayah yang menjadi lokasi studi secara keseluruhan dalam dokumen perencanaan ini adalah Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur. 2.1.1 Kondisi Geografi
Kawasan perdagangan dan jasa yang ada di Kota Palu tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur dengan luas masing-masing ialah 8,28 km2 dan 7,71 km 2. 2 (dua) Kecamatan tersebut terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan yang mana Kecamatan Palu Barat memiliki 6 (enam) Kelurahan yakni Kelurahan Lere, Baru, Ujuna, Siranindi, Kamonji dan Balaroa. kemudian Kecamatan Palu Timur memiliki 5 (lima) Kelurahan yakni Kelutrahan Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan Lolu Selatan. Kecamatan tersebut berada di daratan yang datar kecuali Kelurahan Balaroa yang ada di Kecamatan Palu Barat. Berdasarkan letak geografisnya Kawasan perdagangan dan jasa Kota Palu memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: berbatasan dengan Teluk Palu
Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kecamatan Mantikulore
Sebelah Selatan
: berbatasan dengan Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu Selatan
Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kecamatan Ulujadi
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
3
2.1.2 Kondisi Demografi
Kondisi demografi ini menunjukkan jumlah penduduk yang ada di wilayah studi makro yang tersebar di 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur yang terdiri atas 11 (sebelas) Kelurahan yaitu Kelurahan Lere, Baru, Ujuna, Siranindi, Kamonji, Balaroa, Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan Lolu Selatan. Berikut luas wilayah, jumlah penduduk serta kepadatan penduduk dari masingmasing Kecamatan yang termasuk dalam kawasan perdagangan dan jasa Kota Palu : Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk No.
Kelurahan
Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk/ km2
1.
Lere
2,97 km2
11.334
3.816
2.
Baru
0,75 km2
6.436
8.581
3.
Kamonji
0,84 km2
9.803
11.533
4.
Siranindi
0,49 km2
8.244
9.814
5.
Ujuna
0,85 km2
10.518
21.465
6.
Balaroa
2,38 km2
14.123
5.934
Sumber : BPS, Kecamatan Palu Barat Dalam Angka 2016
Tabel 2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk No.
Kelurahan
Luas Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk/ km2
1.
Besusu Barat
0,87 km2
17.985
20.672
2.
Besusu Tengah
2,26 km2
10.254
4.537
3.
Besusu Timur
0,60 km2
10.520
17.533
4.
Lolu Utara
2,69 km2
14.416
5.349
5.
Lolu Selatan
1,29 km2
16.086
12.470
Sumber : BPS, Kecamatan Palu Timur Dalam Angka 2016
2.1.3 Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan yang ada di wilayah studi Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur sebagian besar didominasi oleh permukiman dan perdagangan dan jasa. Selain itu terdapat juga kawasan pendidikan, kawasan perkantoran, kawasan wisata budaya dan lain sebagainya. Wilayah yang paling didominasi oleh perdagangan dan jasa ialah Kelurahan Siranindi dan Kelurahan Ujuna.
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
4
2.1.4 Kondisi Prasarana
Kondisi prasarana yang ada di wilayah studi makro mencangkup kondisi jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi. Berikut kondisi prasarana yang ada di wilayah studi makro : a) Jaringan Jalan Jaringan jalan yang ada di wilayah studi makro termasuk 11 (sebelas) Kelurahan sebagian besar telah memiliki kondisi yang baik dengan perkerasan aspal. Namun hampi seluruh Kelurahan tersebut masih terdapat beberapa jaringan jalan yang berkondisi kurang baik, utamanya di lorong-lorong kecil dan jalan-jalan yang belum mengalami perkerasan. b) Jaringan Drainase Jaringan drainase yang berada di 11 (sebelas) Kelurahan umumnya berkondisi baik. Utamanya pada lokasi-lokasi yang berada di jaringan jalan utama yang menjadi kawasan perdagangan dan jasa memiliki drainase tertutup. Beberapa drainase tertutup tersebut kurang efektif, karena lubang yang dibuat sebagai jalan masuk air ke drainase tersebut, tertutup oleh pasir dan sampah berupa dedaunan bahkan sampah plastik. Selain itu, jaringan drainase yang memiliki kondisi kurang baik berada di wilayah-wilayah permukiman dengan kondisi tidak terbangun dan ada yang terbangun namun tidak teraliri. c) Jaringan Air Bersih Jaringan air bersih yang ada di wilayah studi pada umumnya bersumber dari PDAM Donggala dan PAM. Sedangkan warga yang tidak menggunakan keduanya memakai air suntik untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. d) Jaringan Air Limbah Jaringan air limbah yang ada di wilayah studi makro seluruhnya tidak memiliki jaringan khusus tersendri melainkan tergabung dengan jaringan drainas e. e) Jaringan Listrik/Energi Wilayah studi makro seluruhnya sudah terlayani oleh jaringan listrik. Jaringan listrik yang ada di wilayah studi ada dua jenis yaitu SUTR dan SUTM dan tidak terdapat SUTT dan SUTET karena wilayah studi sebagian besar merupakan wilayah yang terisi dengan permukiman dan perdagangan/jasa.
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
5
2.1.5 Kondisi Sarana
Kondisi sarana yang ada di wilayah studi makro mencangkup kondisi sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan dan ruang terbuka hijau. Berikut kondisi sarana-sarana tersebut : a) Sarana Peribadatan Sarana peribadatan merupakan salah satu kebutuhan oleh masyarakat dalam memenuhi rohaninya. Oleh karena itu, penyediaannya juga menjadi penting. Penyediaan sarana peribdatan di wilayah studi makro seluruhnya tel ah terpenuhi karena sarana peribadatan yang ada disesuaikan dengan jumlah penduduk yang memerlukannya. Sarana peribadatan yang ada didominasi oleh mesjid sesuai dengan jumlah penganutnya. Kemudian sarana peribadatan lainnya ada 2 (dua) gereja yang terdapat di Kelurahan Ujuna dan Kelurahan Lolu Utara. b) Sarana Pendidikan Sarana pendidikan juga merupakan sarana yang penting dalam memenuhi kebutuhan akan ilmu pendidikan. Di wilayah studi makro ini telah terdapat sarana pendidikan yang memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada dimasing-masing Kelurahan. Sarana pendidikan yang ada di wilayah studi makro ini mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. c) Sarana Kesehatan Untuk memfasilitasi kesehatan masyarakat dibutuhkan adanya sarana kesehatan dalam suatu lingkungan. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan sarana kesehatan di wilayah studi makro juga telah difasilitasi dengan adanya rumah sakit, puskesmas pembantu, posyandu, apotek, praktek dokter, dan tempat bersalin. d) Sarana Ruang Terbuka Hijau Standar minimal ruang terbuka hijau publik di perkotaan yaitu minimal 30% dari luas wilayah, sebagian besar wilayah studi makro belum memenuhi standar penyediaan ruang terbuka hijau karena padatnya bangunan. Adapun ruang terbuka hijau yang tersedia dibeberapa Kelurahan ialah lapangan. e) Persampahan Seluruh wilayah studi makro mempunyai tong sampah kecil atau bak sampah kecil sebagai tempat pembuangan sampah sementara, kemudian diangkut oleh truk sampah. Meskipun begitu, sampah masih berserakan dimana-mana.
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
6
2.2
Gambaran Umum Mikro
Gambaran umum mikro ini adalah wilayah yang merupakan lokasi studi kawasan perdagangan dan jasa. Wilayah yang menjadi lokasi studi mikro kawasan perdagangan dan jasa dalam dokumen perencanaan ini adalah 6 (enam) Kelurahan yang ada di Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Palu Timur yakni Kelurahan Baru, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Besusu Tengah, dan Lolu Utara. 2.2.1 Kondisi Perdagangan dan Jasa
Kondisi perdagangan dan jasa di wilayah studi mikro 6 (enam) Kelurahan ini memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda pada suatu wilayahnya. Hal tersebut menunjukkan karakteristik perdagangan dan jasa yang ada di Kota Palu cukup beragam. Berikut jenis-jenis perdagangan dan jasa yang ada ditiap Kelurahan : a) Kelurahan Baru Kelurahan Baru dengan luas wilayah 0,79 km 2 yang ada di Kecamatan Palu Barat memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang berada di sepanjang garis jalan dan jenis perdagangan yang ada didominasi oleh oleh pasar, dan mebel. b) Kelurahan Siranindi Kelurahan Siranindi dengan luas wilayah 0,84 km2 yang juga berada di Kecamatan Palu Barat memiliki karateristik perdagangan yang terpusat dan mengikuti garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang di Kelurahan ini didominasi oleh pakaian, mebel, dan cellular. c) Kelurahan Ujuna Kelurahan Ujuna dengan luas 0,49 km 2 berada di Kecamatan Palu Barat dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang berada disepanjang garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini didominasi oleh pakaian, cellular, elektronik, dan toko bangunan. d) Kelurahan Besusu Barat Kelurahan Besusu Barat dengan luas wilayah 0,87 km 2 berada di Kecamatan Palu Timur dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang mengikuti garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini didominasi oleh
bengkel,
warung/kios, dan cellular. e) Kelurahan Besusu Tengah Kelurahan Besusu Tengah dengan luas wilayah 2,26 km 2 berada di Kecamatan Palu Timur dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang yang cenderung memusat RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
7
dan mengikuti garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini hanya celuller. f) Kelurahan Lolu Utara Kelurahan Lolu Utara dengan luas wilayah 2,69 km 2 berada di Kecamatan Palu Timur dan memiliki karakteristik perdagangan dan jasa yang memusat pada satu tempat dan ada yang mengikuti garis jalan. Jenis perdagangan dan jasa yang ada di Kelurahan ini didominasi oleh pakaian, dan cafe.
3.
Analisis Analisis yang digunakan dalam laporan kawasan perdagangan dan jasa ini terbagi atas
dua cakupan analisis yakni analisis makro dan analisis mikro. Beberapa analisis yang digunakan didalamnya ialah seperti analisis daya dukung lingkungan, analisis skalogram, proyeksi penduduk, analisis radius pelayanan dan analisis deskrispi mengenai kondisi fisik wilayah studi. 3.1
Analisis Makro
Analisis makro ini mencangkup konstelasi wilayah guna mengetahui fungsi dan peranan wilayah studi terhadap Kota Palu, penentuan pusat kegiatan, daya dukung lahan untuk mengetahui kemampuan lahan dan penyimpangan lahan, proyeksi distribusi penduduk untuk memprediksikan jumlah penduduk dan sarana yang dibutuhkan dimasa yang akan datang, skala dan radius pelayanan sarana untuk mengetahui cakupan pelayanan dari sarana. 3.1.1 Konstelasi Wilayah
Konteks wilayah yang dibahas dalam laporan ini yaitu untuk melihat fungsi dan peranan wilayah studi terhadap Kota Palu. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030, disebutkan bahwa pusat kegiatan (Centre of Bussines District atau CBD) di Kota Palu pada awalnya terletak di Kelurahan Ujuna. Yaitu pasar dan sekitarnya, namun telah berkembang dan membentuk titik tumbuh baru CBD Kota Palu. Sebagai pusat pelayanan kota (PPK), maka dapat diketahui bahwa peranan wilayah studi yaitu sebagai kawasan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama pelayanan perkotaan skala kota atau wilayah yang lebih luas, hal tersebut didukung oleh perkembangan CBD yang awalnya berada di Kelurahan Ujuna, tersebar hingga ke kelurahan disekitarnya. 3.1.2 Penentuan Pusat Kegiatan
Dalam penentuan pusat kegiatan berdasarakan 6 (enam) kelurahan yang mencakup wilayah studi, digunakan metode analisis skalogram oleh Guttman untuk mengidentifikasi
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
8
pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimiliki, sehingga dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang akan menjadi daerah terbelakang (hinterland). Seluruh 6 (enam) Kelurahan yang termasuk dalam wilayah studi tersebut belum memiliki sarana yang lengkap berdasarkan sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Kelurahan yang memiliki sarana paling sedikit diantara Kelurahan yang lainnya adalah Kelurahan Baru yaitu hanya memiliki 3 dari 13 fasilitas, sedangkan kelurahan yang memiliki sarana yang paling banyak diantara Kelurahan lainnya adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Besusu Barat, dan Kelurahan Besusu Tengah yaitu 7 dari 13 fasilitas yang ada. Dari analisis skalogram dapat diketahui bahwa Kecamatan yang layak menjadi pusat pelayanan khususnya di wilayah studi adalah Kelurahan Ujuna, Kelurahan Besusu Barat, dan Kelurahan Besusu Tengah yang memiliki nilai 7. Dan Kelurahan yang memiliki nilai paling rendah yaitu Kelurahan Siranindi, dan Kelurahan Baru. 3.1.3 Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah). Berdasarkan karakteristik lahan tersebut maka dilakukan analisis kemampuan lahan dengan menggunakan 3 (tiga) data karakteristik berupa curah hujan, jenis tanah, dan kelerengan. Analisis tersebut dilakukan dengan memasukkan skor dari tiap-tiap karakteristik
yang
berdasar
pada
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
682/Kpts/Um/8/81. Kemudian didapatkan hasil berdasarkan skor curah hujan, skor jenis tanah, dan skor tingkat kelerengan, masing-masing memiliki skor 20, 15, dan 20. Sehingga total skor dari seluruh kelurahan yang termasuk dalam kawasan perdagangan dan jasa adalah 55. Karena skor wilayah studi 55, yaitu <124, maka termasuk dalam kawasan budidaya. 3.1.4 Penyimpangan Lahan
Wilayah studi merupakan wilayah yang terbangun dan berbatasan dengan teluk serta sungai yang membelah kedua kecamatan tersebut. Berdasarkan standar, sempadan pantai memiliki jarak 100 m dari pasang tertinggi dan sempadan sungai memiliki jarak 3 m dari bibir
sungai.
Sehingga
setelah
dilakukan
analisis
menggunakan
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
ArcGIS
dengan
9
membandingkan penggunaan lahan dengan jarak sempadan sungai dan sempadan pantai tersebut, didapatlah hasil sebagai berikut.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
Gambar 1 Peta Penyimpangan Lahan
Berdasarkan peta hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa di wilayah studi terdapat adanya penyimpangan di beberapa titik. Berdasarkan kondisi eksisting, lahan yang menyimpang tersebut dikarenakan adanya pembangunan yang berada di 100 m dari pantai dan 3 m dari sungai yang seharusnya tidak boleh dibangun, sehingga dikategorikan sebagai penyimpangan. 3.1.5 Proyeksi dan Distribusi Penduduk
Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2011-2015 yang telah diuraikan sebelumnya, akan dilakukan analisis terkait dengan proyeksi penduduk selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun kedepan, dimana berdasarkan hasil proyeksi penduduk tersebut dapat dilakukan analisis terkait dengan kebutuhan sarana selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun kedepan sehingga pada tahun-tahun tersebut jumlah sarana yang dibutuhkan dapat diketahui. Jumlah penduduk 5 tahun sebelumnya memiliki laju pertumbuhan pertahun rata-rata hanya 0,043. Berikut adalah hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan mode eksponensial:
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
10
Tabel 3 Proyeksi Jumlah Penduduk Proyeksi Penduduk (Jiwa) No.
Kelurahan 5 Thn (2020)
10 Thn (2025)
15 Thn (2030)
20 Thn (2035)
1.
Baru
7,281
8,238
9,321
10,546
2.
Siranindi
8,664
9,106
9,571
10,059
3.
Ujuna
11,900
13,463
15,233
17,234
4.
Besusu Barat
18,531
19,093
19,673
20,270
5.
Besusu Tengah
16,285
21,194
31,355
60,372
6.
Lolu Utara
15,994
17,746
19,689
21,845
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
Berdasarkan data pada tabel proyeksi jumlah penduduk di atas, maka dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk di setiap kelurahan meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut tentunya mendorong adanya distribusi penduduk. Dari distribusi penduduk dapat diketahui apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Sehingga diperlukan analisis terkait dengan distribusi penduduk. Hasil proyeksi penduduk tersebut dibandingkan dengan persentase penduduk eksisting. Hasil tersebutlah yang merupakan hasil distribusi penduduk. Rumus untuk mengetahui distribusi penduduk yaitu persentase penduduk esksisting X proyeksi penduduk. Berikut adalah hasil perhitungannya: Tabel 4 Hasil Perhitungan Distribusi Penduduk Proyeksi Penduduk (Jiwa) No.
Kelurahan
Persentase
5 Thn
10 Thn
15 Thn
20 Thn
(2020)
(2025)
(2030)
(2035)
9,5 %
961
782
885
1.001
1.
Baru
2.
Siranindi
12, 15%
1.052
1.106
1.162
1.122
3.
Ujuna
15, 50 %
1.844
2.086
2.361
2.671
4.
Besusu Barat
26, 50 %
4.910
5.059
5.213
5.371
5.
Besusu Tengah
10, 11 %
1.646
2.142
3.169
6.103
6.
Lolu Utara
21, 24 %
3.397
3.769
4.181
4.639
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
11
3.1.6 Skala dan Radius Pelayanan Sarana
Untuk menganalisis radius pelayanan sarana yang telah ada, dibutuhkan standar radius pencapaian setiap sarana. maka digunakan standar radius pencapaian sarana peribadatan, sarana pendidikan, dan sarana kesehatan yang bersumber dari Standar Nasional Indonesia (SNI). a) Sarana Peribadatan Berdasarkan jenis sarana peribadatan, di wilayah studi hanya terdapat masjid dan gereja dan tidak terdapat pura maupun vihara. Namun untuk gereja tidak terdapat standar yang mengatur radius pelayanannya karena tergantung dari kelembagaan, sehingga hanya dilakukan radius pencapaian untuk sarana berupa masjid. Berdasarkan standar jumlah penduduk sarana peribadatan, maka dapat diproyeksi jumlah sarana peribadatan dalam 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun kedepan sehingga dapat diketahui kebutuhan masyarakat di tahun-tahun tersebut untuk melayani masyarakat. dan didapatkan hasil bahwa seluruh wilayah studi telah terlayani dengan sarana peribadatan yang telah ada b) Sarana Pendidikan Berdasarkan standar radius pelayanan sarana pendidikan, maka dilakukan analisis radius pelayanan di wilayah studi. Untuk sarana pendidikan berupa Taman KanakKanak (TK) belum mencapai seluruh wilayah studi, sarana pendidikan berupa Sekolah Dasar (SD) juga sebagian kecil belum mencapai seluruh wilayah studi, sarana pendidikan berupa Sekolah Menegah Pertama (SMP) juga belum sepenuhnya mencapai wilayah studi, sedangkan sarana pendidikan berupa Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah mencapai seluruh wilayah studi bahkan juga pelayanannya mencapai kawasan di sekitar wilayah studi. c) Sarana Kesehatan Untuk sarana kesehatan berupa puskesmas sudah terpenuhi, namun sarana kesehatan berupa posyandu belum terpenuhi karena jumlah posyandu hanya terdapat 1 unit sehingga pelayanannya belum mencapai seluruh wilayah studi, sedangkan sarana kesehatan berupa tempat praktek juga belum sepenuhnya terlayani. 3.1.7 Ekonomi
Berdasarkan aspek ekonomi, wilayah studi yang terbagi dalam 6 (enam) kelurahan tersebut memiliki kondisi perekonomian yang dapat berkembang dengan sendirinya karena merupakan kawasan strategis perdagangan dan jasa yang tentunya mempengaruhi pendapatan masyarakatnya sebagai pedagang dan juga menciptakan lapangan usaha. Sebagai wilayah RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
12
yang termasuk bagian dari kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya antara 2 kecamatan dan 6 kelurahan tersebut bekerjasama dalam menumbuhkan perekonomian. 3.2
Analisis Mikro
Analisis mikro ini mencangkup tentang karakteristik wilayah studi mikro, yang menjadi bahasan analisis didalamnya yaitu karakteristik fisik prasarana, kriteri a fisik sarana, pedagang kaki lima, aktifitas yang ada di wilayah studi, dan analisis swot. 3.2.1 Karakteristik
Wilayah studi yang terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Baru, Kelurahan Ujuna, Kelurahan Siranindi, Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Besusu Tengah, dan Kelurahan Lolu Utara, memiliki karakteristik yang berbedabeda. Karakteristik wilayah studi berdasarkan jenis perdagangannya adalah sebagai berikut: a) Kelurahan Baru Berdasarkan jenis perdagangan yang ada di Kelurahan Baru didominasi oleh pasar, dan mebel. Bentuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Baru cenderung linier mengikuti jalan. Kemudian berdasarkan skala pelayanan, terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu lokal, regional, dan antar regional. Berdasarkan data lapangan terkait dengan karakteristik Kelurahan Baru menurut skala pelayanan adalah lokal dan regional, yaitu lokal sebesar 60% dan regional sebesar 40%. b) Kelurahan Siranindi Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Siranindi didominasi oleh pakaian, mebel, dan cellular. Sedangkan untuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Siranindi cenderung terpusat, namun terdapat pula pola linier yang mengikuti jalan. Untuk skala pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan Siranindi, yaitu skala lokal, regional, dan antar regional. Persentasi dari masing-masing skala pelayanan adalah lokal sebesar 34%, regional sebesar 33%, dan antar regional 33%. c) Kelurahan Ujuna Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Ujuna didominasi oleh pakaian, cellular, elektronik, dan toko bangunan. Bentuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Ujuna sama dengan Kelurahan Baru, yaitu linier mengikuti jalan. Berdasarkan skala pelayanan di Kelurahan Ujuna juga merupakan lokal dan regional, yaitu masing-masing 50%. RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
13
d) Kelurahan Besusu Barat Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Besusu Barat didominasi oleh bengkel, warung/kios, dan cellular. Untuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Besusu Barat memiliki pola linier mengikuti jalan. Sedangkan berdasarkan skala pelayanan perdagangan dan jasa, Kelurahan Besusu Barat memiliki skala pelayanan dari mulai lokal, regional, hingga antar regional. Persentasi skala pelayanan lokal yaitu 15%, regional yaitu 28%, dan antar regional yaitu 57%. e) Kelurahan Besusu Tengah Berbeda dengan 5 (lima) Kelurahan sebelumnya yang jenis perdagangannya didominasi oleh lebih dari satu jenis, Kelurahan Besusu Tengah hanya didominasi oleh satu jenis perdagangan, yaitu cellular. Sedangkan untuk sebarannya yaitu cenderung memusat, namun terdapat pula pola sebaran yang linier. Untuk skala pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan Besusu Tengah yaitu lokal dan regional, dimana presentase lokal 17%, dan regional sebesar 83%. f) Kelurahan Lolu Utara Karakteristik berdasarkan jenis perdagangan di Kelurahan Lolu Utara didominasi oleh pakaian, dan cafe. Sedangkan untuk sebaran jenis perdagangan di Kelurahan Lolu Utara berpola linier dan terpusat. Sama dengan Kelurahan Besusu Tengah, untuk skala pelayanan perdagangan dan jasa di Kelurahan Lolu Utara merupakan skala lokal, regional, dan juga antar regional. Presentase skala lokal yaitu 20%, skala regional yaitu 60%, dan skala antar regional yaitu 20%. 3.2.2 Kriteria Fisik Prasarana
a) Jaringan Jalan Fungsi jalan terbagi menjadi jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal primer, dan jalan lokal sekunder. Berikut analisis dari fungsi jalan tersebut : -
Jalan arteri Di Kota Palu, jalan arteri primer tidak terbagi menjadi primer dan sekunder. Namun dalam pembahasan kali ini akan digunakan kriteria jalan arteri primer. Tabel 5 Analisis Jalan Arteri No.
1.
Kriteria
Fakta
beberapa
Analisis
Kriteria jalan arteri
Terdapat
jalan
primer didesain
arteri di wilayah studi, yaitu
Jalan tersebut
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
arteri belum
primer sesuai
14
berdasarkan kecepatan
jalan Imam Bonjol, jalan
rencana paling rendah 60
Gajah
km/jam
Hasanuddin,
Mada,
dengan dengan kriteria
jalan berdasarkan kecepatan.
dan
jalan
Samratulangi.
dalam
keadaan eksiting, kecepatan rata-rata di jalan
Jalan yang memenuhi Jalan Imam Bonjol, jalan Gajah Lebar 2.
jalan
Mada,
arteri Hasanuddin,
primer paling rendah
Samratulangi
11 meter
masingmasing
jalan
dan
jalan
memiliki
lebar jalan 14,5, 14,5, 7,3, dan 14.
kriteria Imam
yaitu
Jalan
Bonjol,
jalan
Gajah Mada, dan jalan Samratulangi
karena
memiliki lebar di atas 11 meter. Sedangkan untuk jalan Hasanuddin belum
memenuhi
kriteria. Berdasarkan Jalan 3.
arteri
primer
seharusnya dilengkapi dengan median jalan
eksisting jalan
di
kondisi 4
yang
(empat) termasuk
dalam fungsi arteri, semua jalan
tersebut
tidak
Belum
memenuhi
kriteria
karena
tidak
memiliki median jalan.
memiliki median jalan Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
-
Jalan kolektor primer Tabel 6 Analisis Jalan Kolektor Primer No.
Kriteria
Fakta
Berdasarkan
Analisis
kondisi
eksisting, jalan di wilayah Jalan 1.
kolektor
didesain
primer studi yang termasuk dalam
berdasarkan fungsi kolektor primer yaitu
kecepatan rencana paling jalan rendah 40 km/jam.
Taman
Sis
Al-Jufri,
Ria,
jalan
jalan
Sehingga
berdasarkan
kecepatan,
jalan-jalan
tersebut telah memenuhi kriteria
sebagai
jalan
dengan fungsi kolektor
Moh. primer.
Hatta, dan jalan Ir. H. Juanda dengan rata-rata kecepatan
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
15
telah mencapai 40 km/jam
Berdasarkan
kondisi
eksisting jalan Sis Al-Jufri Lebar 2.
badan
jalan
kolektor primer paling rendah
9
(sembilan)
meter
memiliki lebar jalan 12 meter, jalan Taman Ria memiliki lebar 5-7 meter, jalan Moh. Hatta memiliki lebar 14,4 meter, dan jalan Ir. H. Juanda memiliki kebar 14,8 meter
Sehingga
berdasarkan
kriteria jalan
lebar
jalan,
yang
telah
memenuhi
kriteria
yaitu jalan jalan Sis AlJufri, jalan Moh. Hatta, dan jalan Ir. H. Juanda, sedangkan jalan Taman Ria belum memenuhi kriteria.
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
-
Jalan kolektor sekunder Tabel 7 Analisis Jalan Kolektor Sekunder No.
Kriteria
Fakta
Analisis
Berdasarkan eksisting,
keadaan jalan
memiliki
fungsi
yang sebagai
Semua
jalan
tersebut
telah memenuhi kriteria sebagai
jalan
dengan
kolektor sekunder di wilayah
fungsi kolektor sekunder
studi adalah jalan Durian,
karena
sebagian
jalan
kecepatan ratarata di atas
Supratman,
sebagian jalan
Bantilan,
jalan
W.R.
memiliki
20 km/jam
Wahid
Jalan kolektor sekunder Hasyim, jalan S. Gumbasa, 1.
didesain
berdasarkan jalan
S.
Lariang,
jalan
rencana kecepatan paling
Kemiri, jalan Kimaja, jalan
rendah 20 km/jam
Dr.
Soeharso,
Wahidin, jalan
jalan
H.
Raden
Pattimura, jalan
jalan
jalan
Soeprapto,
Dr.
Hayyun,
Saleh,
Parman,
jalan
jalan
S.
Letjen Gatot
Subroto, jalan Masjid Raya, jalan Kartini, dan jalan Bali. Dan
keseluruhan
jalan
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
16
tersebut
telah
mencapai
kecepatan 20 km/jam.
Berdasarkan lebar jalan tersebut, Berdasarkan kolektor
jalan
sekunder
di
wilayah studi yang telah di Lebar 2.
jalan
paparkan
di
atas,
kolektor
masing-masing lebar jalan
sekunder paling rendah
tersebut adalah 6 m, 7 m,
9 meter
5,5 m, 8,5 m, 6 m, 6 m, 9 m, 10 m, 5,5 m, 7 m, 7,8 m, 6,5 m, 7,5 m, 5,5 m, 7 m, 8,7 m, 7,15 m, 8,4 m, dan 3,2 m.
yang
memenuhi
kriteria
sebagai jalan dengan fungsi
kolektor
sekunder hanya 2 (dua) dari
19
(sembilan
belas) jalan yaitu jalan Kemiri,
dan
Kimaja.
jalan
Sehingga
sebagian
besar
tersebut
jalan belum
memenuhi
kriteria
sebagai jalan dengan fungsi
kolektor
sekunder. Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
-
Jalan lokal Di Kota Palu, jalan lokal tidak terbagi dalam primer dan sekunder. Namun dalam pembahasan kali ini akan digunakan kriteria jalan lokal primer. Tabel 8 Analisis Jalan Lokal No.
Kriteria
Fakta
Berdasarkan
Analisis
seluruh
jalan
Sehingga
yang memiliki fungsi lokal, berdasarkan belum Jalan 1.
didesain
lokal
seluruhnya
kriteria kecepatan
jalan
untuk jalan dengan fungsi
primer memiliki kecepatan ratarata
lokal belum sepenuhnya
berdasarkan 20 km/jam. Seperti pada
kecepatan rencana paling jalan
dalam
kompleks
rendah 20 km/jam
Agung,
kompleks
Masjid
terpenuhi
palu plaza, sekitar pasar tua, kompleks korem juanda, dan kompleks
asrama
korem
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
17
yang
memiliki
kecepatan
tidak mencapai 20 km/jam
Selain
jalan
Gunung
Sidole,
jalan
Rajawali,
Sehingga
dan jalan Setia Budi yang besar
2.
Lebar badan jalan lokal
masingmasing
primer paling rendah
lebar 6,5 meter, 7 meter, belum
6,5 meter
dan
7
meter,
sebagian jalan
yang
memiliki memiliki fungsi lokal
belum
kriteria
memenuhi karena
lebar
mencapai 6,5 meter dan badan jalannya belum hanya berkisar antara 2,5
mencapai 6,5 meter
meter hingga 6 meter Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
3.2.3 Kriteria Fisik Sarana
Berdasarkan kondisi eksisting di wilayah studi, ketersediaan sarana pendukung yang disesuaikan dengan kebutuhkan konsumen yaitu sarana peribadatan. Untuk sarana peribadatan berupa masjid dan gereja telah terpenuhi, yaitu masing-masing 5 unit dan 2 unit yang tersebar di berbagai titik di wilayah studi. Dimana 4 unit masjid dan 1 unit gereja berada di Kecamatan Palu Barat, dan 1 unit masjid serta 1 unit gereja berada di Kecamatan Palu Timur. Untuk sarana peribadatan berupa pura dan vihara belum terdapat di wilayah studi. Berikut adalah peta sebaran sarana peribadatan yang ada di wilayah studi. Sedangkan untuk prasarana berupa jalan, drainase, air bersih, air limbah, listrik, dan telekomunikasi telah terpenuhi. Untuk jenis bangunan yang terdapat di wilayah studi yaitu bangunan usaha perdagangan, bangunan penginapan yang berupa hotel dan penginapan, serta bangunan penyimpanan dan pergudangan. Namun tidak terdapat bangunan te mpat pertemuan yang berupa aula dan tempat konferensi, dan bangunan pariwisata/rekreasi yang berupa biskop dan area bermain. 3.2.4 Analisis Swot
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (oppurtunity), dan ancaman (threats). Analisis tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan faktor eksternal dimana potensi dan kelemahan merupakan faktor internal, serta peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal..Berikut adalah hasil analisis SWOT terkait dengan kawasan strategis perdagangan dan jasa. RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
18
a) Peluang (Oppurtunity) -
Lokasi kawasan pedagangan dan jasa yang strategis
-
Sebagai pusat pelayanan kota dengan skala pelayanan kota dan regional
-
Berada di pusat kota sehingga mudah untuk di akses
-
Mobilitas yang tinggi
-
Memiliki jenis perdagangan yang berbeda-beda (bervariasi)
-
Terdapat toko/warung yang menjual kebutuhan sehari-hari sehingga frekuensi belanja lebih sering
-
Menciptakan lapangan kerja
-
Sebagai daerah aglomerasi perdagangan dan jasa sehingga dapat menjadi pusat pertumbuhan wilayah.
b) Ancaman (Threat) -
Munculnya toko-toko besar diluar kawasan strategis perdagangan dan jasa.
c) Potensi (Strenght) -
Harga yang ditawarkan terjangkau
-
Jam operasi lebih dari 12 jam sehari
-
Berkedudukan sebagai Pusat Pelayaan Kota (PPK) di Kota Palu
-
Terdapat CBD pertama di Kota Palu dengan bangunan-bangunan tua yang dapat memperkuat citra kawasan.
d) Kelemahan (Weekness) -
Tidak adanya kesatuan tema bangunan di seluruh kawasan
-
Kawasan perdagangan dan jasa tersebut belum tertata
-
Kurangnya lahan parkir
-
Tidak tersedia jalur pejalan kaki
-
Belum mempertimbangkan bagi kaum berkebutuhan khusus seperti penyandang cacat, anak-anak, dan manula
-
Tidak adanya ruang terbuka public
-
Tidak adanya penghijauan sebagai penetralisir suhu dan polusi
-
Jalan yang kurang lebar
-
Sering terjadi kemacetan
-
Belum optimalnya sistem pengelolaan sampah dan sistem jaringan drainase sekunder sehingga mengakibatkan kawasan rawan genangan air di beberapa titik.
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
19
Tabel 9 Analisis Swot
Eksternal Peluang (Opputurnity)
Internal
- Meningkatkan
Ancaman (Threat)
kualitas
produk. Potensi (Strength)
- Memaksimalkan pertumbuhan kawasan
- Mempertahankan
citra
perdagangan dan jasa
kawasan dari segi bentuk bangunan
yang
ada
di
sekitar pasar tua - Menata
kawasan
perdagangan dan jasa.
bangunan
tema sehingga
- Menyediakan kantong parkir
dapat
menciptakan
sehingga dapat mendukung
kesan
khas
aktivitas jual-beli sekaligus
kawasan tersebut.
mengurangi kemacetan. - Menyediakan fasilitas untuk Kelemahan (Weakness)
- Menyatukan
kaum berkebutuhan khusus. - Menyediakan ruang terbuka publik dan penghijauan.
dari
- Membuat jalur pejalan kaki. - Harus adanya bidang pemasaran kawasan
untuk perdagangan
dan jasa yang dikekolah oleh pemerintah kota. - Perlu peningkatan
adanya kawasan
perdagangan dan jasa. Sumber : Hasil Analisis Kelompok Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa di Kota Palu, 2017
RESUME PUSAT PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN DAN JASA
20