STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH19
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
19
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH205
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
205
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH242
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
242
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH420
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
420
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH556
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
556
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH501
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
501
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH277
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
277
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH300
STUDIO II – PERENCANAAN WILAYAH
300
Sale
Bulu
Gunem
Sedan
Sulang
Pamotan
Sluke
Kaliori
Rembang
Pancur
Sarang
Lasem
Kragan
Sumber
Pustu
Posyandu
Puskesmas
Rumah Sakit
Masjid
Mushola
Gereja
Vihara
Perguruan Tinggi
SD / MI
SMP / MTs
SMA / MA
TK
STUDIO II PERENCANAAN WILAYAH
(TPL 2416P)
PROSES ANALISIS PERENCANAAN
PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN REMBANG
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:
ANGGI SETYA ANDINI 31201300503
ALIYA KAFABIY 31201400578
FARIZ ZAFRY ADITAMA 31201400591
IMA LARAS WATI 31201400596
LALU AHMAD DANIAL 31201400600
MARIYATUL QIBTIYAH 31201400603
NANANG FATACHUL FAUZI 31201400607
PRATAMA SHOMA AULIA 31201400609
PUTRI AFRYANA MAULANI 31201400610
SEPTIVIOLA DWI PERMADANI 31201400616
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penyusun dapat menyusun laporan STUDIO II PERENCANAAN WILAYAH PROSES ANALISIS PERENCANAAN PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN REMBANG sebagai Kabupaten yang bebasis Minapolitan guna memenuhi tugas mata kuliah Studio 2. Selain itu penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat dijadikan sebagai salah satu berinformasi mengenai masalah dan potensi yang ada di kabupaten Rembang.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyampaian laporan ini masihjauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan kualitas laporan dimasa mendatang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasihkepada semua pihak, baik masyarakat, beberapa instansi terkait, para dosen, dan asisten dosen yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh demi tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Demikian laporan ini agar dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Agustus 2016
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Sasaran 3
1.2.1. Tujuan 3
1.2.2. Sasaran 3
1.3. Dasar Hukum 4
1.4. Ruang Lingkup 11
1.4.1. Ruang Lingkup Materi 11
1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah 11
1.5. Kebutuhan Data dan Teknik Analisis 14
1.6. Rencana Kerja 18
1.7. Pembagian Tugas 20
1.8. Sistematika Penulisan 21
BAB II KEBIJAKAN DAN KAJIAN TEORI 23
2.1. Kebijakan Eksternal 23
2.1.1. RTRW Nasional 23
2.1.2. RTR Kepulauan Jawa – Bali 24
2.1.3. RTRW Provinsi Jawa Tengah 29
2.1.4. RTRW Kabupaten Sekitar 30
2.2. Kebijakan Internal 34
2.2.1. RPJPD Kabupaten Rembang 34
2.2.2. RPJMD Kabupaten Rembang 38
2.2.3. RTRW Kabupaten Rembang 42
2.3. Matriks Kebijakan 53
2.4. Kajian Teori 60
2.4.1. Pengembangan Wilayah dan Kawasan 60
2.3.2. Struktur dan Pola Ruang 62
2.3.3. Transportasi 66
2.3.4. Hutan 67
2.3.5. Wilayah Perbatasan 68
2.3.6. Kawasan pesisir 72
2.3.7. Kawasan Dataran dan Perbukitan 73
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG 76
3.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan Kabupaten Rembang 76
3.1.1. Kondisi Fisik Alam Kabupaten Rembang 76
3.1.2. Kondisi Lingkungan Kabupaten Rembang 93
3.2. Kondisi Ekonomi di Kabupaten Rembang 102
3.2.1. Sumberdaya alam 102
3.2.2. Sumberdaya buatan 111
3.2.3. Aspek perekonomian 174
3.3. Kondisi sosial budaya 186
3.3.1. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Rembang 187
3.3.1. Kebudayaan 194
3.4. Kelembagaan Kabupaten Rembang 196
3.5. Martiks kondisi eksisting Kabupaten Sekitar 201
BAB IV ANALISIS TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN REMBANG 206
4.1. Analisis Kedudukan Kabupaten Rembang 206
4.1.1. Kedudukan Kab. Rembang Terhadap Regional Provinsi 206
4.1.2. Kedudukan Kab Rembang Terhadap Wilayah Sekitarnya 209
4.2 Analisis Karakteristik Fisik Wilayah Kabupaten Rembang 212
4.2.1 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Kabupaten Rembang 212
4.3. Analisis Karakteristik Ekonomi Wilayah Kabupaten Rembang 274
4.3.1. Analisis Basis Ekonomi Wilayah Kabupaten Rembang 274
4.3.2 Analisis Prospek 20 tahun yang akan Mendatang 296
4.3.3. Prasarana dan Sarana Penunjang Pertumbuhan Ekonomi 305
4.2. Analisis Kemampuan Keuangan Pembangunan Daerah 308
4.2.1. Sumber Penerimaan Daerah dan Alokasi Pembiayaan Pembangunan 309
4.4.2 Prediksi Peningkatan Kemampuan Keuangan Pembangunan Daerah 309
4.5. Analisis Sosial Budaya 313
4.5.1. Analisis Kependudukan Kabupaten Rembang 313
4.5.2. Analisis Pendidikan Kabupaten Rembang 322
4.5.3. Analisis Ketenagakerjaan 349
4.5.4. Analisis Penduduk Menurut Kesehatan 352
4.5.5. Analisis Perumahan dan Lingkungan 363
4.5.6. Analisis Sosial Budaya 368
4.6. Analisis Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 382
4.6.1. Sistem Perkotaan 382
4.6.2. Analisis Sistem Jaringan Prasarana Skala Kabupaten 397
4.7.1. Temuan Analisis Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 412
4.7.2. Temuan Analisis Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 430
BAB V ANALISIS PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN REMBANG 437
5.1. Analisis Lokasi Penetapan (Deleniasi Kawasan Strategis) 437
5.1.1. Dalam Tingkat Nasional 438
5.1.2. Kawasan strategis Provinsi (KSP) 438
5.1.3. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) 439
5.2. Analisis Jenis Kawasan Strategis Kabupaten 442
5.2.1. Kawasan yang strategis dari sudut kepentingan ekonomi 444
5.2.2. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya, 448
5.2.3 Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber Daya Alam 450
5.2.4. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup 451
BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA 454
6.1 Arahan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 455
6.2. Arahan Rencan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 465
6.3. Arahan Penetapan Kawasan- Kawasan Strategis Kabupaten Rembang 474
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi 475
6.4. Arahan Indikasi Program Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Rembang 478
BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN REMBANG 492
7.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Rembang 492
7.2. Ketentuan Perizinan 537
7.3. Ketentuan Pemberian Insentif Dan Disinsentif 538
7.3. Ketentuan Sanksi Administratif 539
DAFTAR PUSTAKA 542
LAMPIRAN 543
LAMPIRAN 1 543
LAMPIRAN 2 565
DAFTAR TABEL
Tabel I.2 Kebutuhan Data 15
Tabel I.3 Jadwal Kegiatan 19
Tabel I.4 Pembagian Tugas 20
Tabel II.1 Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kepulauan Jawa Bali 24
Tabel II.2. Kawasan Lindung Nasional kepulauan Jawa Bali 26
Tabel II.3. Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional Kepulauan Jawa Bali tahun 2012 28
Tabel II.4.Struktur Ruang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 29
Tabel II.5.Pola Ruang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 29
Tabel II.6.RTRW Kabupaten Pati Tahun 2011 30
Tabel II.7.RTRW Kabupaten Tuban Tahun 2012 31
Tabel II.8.RTRW Kabupaten Blora Tahun 2011 32
Tabel II.9.RPJPD Kabupaten Rembang Tahun 2010 34
Tabel II.10.Potensi Permasalahan Masing-masing Urusan RPJMD Kabupaten RembangTahun 2010 38
Tabel II.11.Kebijakan dan Strategis RTRW Kabupaten Rembang 42
Tabel II.12.Sistem Pusat Kegiatan Struktur Ruang RTRW Kabupaten Rembang 2011 43
Tabel II.13.Sistem Jaringan Prasarana Struktur Ruang RTRW Kabupaten RembangTahun 2011 43
Tabel II.14.Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011 49
Tabel II.16.Matriks Kebijakan Internal Kabuaten Rembang 56
Tabel III.1. Nama dan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang 77
Tabel III.2. Kemiringan Tanah di Kabupaten Rembang tahun 2015 79
Tabel III.3. Ketinggian Lahan Di Kabupaten Rembang tahun 2015 80
Tabel III.4. Persentase Jenis Tanah di Kabupaten Rembang tahun 2002 86
Tabel III.5. Kedalaman Efektif Tanah di Kabupaten Rembang tahun 2015 87
Tabel III.6. Hari Hujan Kabupaten Rembang Tahun 2014 89
Tabel III.7. Curah Hujan di Kabupaten Rembang Tahun 2014 89
Tabel III.8. Hari Hujan Per BulanKabupaten Rembang Tahun 2014 90
Tabel III.9. Curah Hujan Per BulanKabupaten Rembang (mm) Tahun 2014 91
Tabel III.10. Jenis Bencana di Kabupaten Rembang Tahun 2014 93
Tabel III.11. Penggunaan Lahan di Kabupaten Rembang Tahun 2014 95
Tabel III.12. Lahan Sawah di Kabupaten Rembang Tahun 2014 96
Tabel III.13. Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten Rembang Tahun 2014 98
Tabel III.14. Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kabupaten Rembang Tahun 2009–2014 99
Tabel III.15. Produksi Pertanian di Kabupaten Rembang Tahun 2014 102
Tabel III.16. Populasi Ternak Besar dan Kecil di Kabupaten Rembang Tahun 2014 103
Tabel III.17. Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Rembang Tahun 2014 103
Tabel III.18. Produksi Perikanan Pada Tahun 2014 Kabupaten Rembang 104
Tabel III.19. Potensi Hasil Perikanan Tangkap Kabupaten Rembang Tahun 2014 105
Tabel III.20. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014 112
Tabel III.21. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014 116
Tabel III.22. Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Rembang Tahun 2009 dan 2014 120
Tabel III.23. Sebaran Pasar Di Kabupaten Rembang Berdasarkan Jenisnya Tahun 2010 dan 2014 124
Tabel III.24. Nama pasar di Kabupaten Rembang 125
Tabel III.25. Jenis Industri Kabupaten Rembang Tahun 2014 126
Tabel. III.26. Jenis Permukiman di Kabupaten Rembang Tahun 2011 130
Tabel III. 27. Sarana Pariwisata Kabupaten Rembang Tahun 2014 138
Tabel III.28. Pembagian Jalan di Kabupaten Rembang 142
Tabel III.29. Jenis dan Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Rembang Tahun 2011 143
Tabel III.30. Daftar Jaringan Trayek dan Jumlah Angkutan di Kabupaten RembangTahun 2004 144
Tabel III.31. Banyaknya Pelanggan PDAM, Jumlah Air, dan Nilai Produksi di Kabupaten Rembang Tahun 2014 148
Tabel III.32. Nama dan Lokasi Embung di Kabupaten Rembang Tahun 2009 149
Tabel II.34. Kapasitas Sumber Air Baku PDAM di Kabupaten Rembang 151
Tabel III.35. Persampahan Kabupaten Rembang Tahun 2005-2009 153
Tabel III.36. Banyaknya Sarana Pengumpul Sampah Tahun 2014 154
Tabel III.37. Kondisi Saluran Drainase Perkotaan Rembang Tahun 2016 157
Tabel III.39. Kondisi Layanan Air Limbah Kabupaten Rembang Tahun 2016 162
Tabel III.40. Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Pascabayar, Daya Tersambung, Daya Terpakai, dan Nilai Produksi Dirinci Per Bulan di Kabupaten Rembang Tahun 2014 166
Tabel III.41. Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Prabayar (Pulsa), Daya Tersambung, Daya Terpakai, dan Nilai Produksi Dirinci Per Bulan di Kabupaten Rembang 167
Tabel III.42. Jumlah dan Koordinat Menara Bersama Kabupaten Rembang Tahun 2010 170
Tabel III.43. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Rembang Tahun 2010 - 2014 (Juta Rp) 175
Tabel III.44. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kabupaten Rembang, 2010 - 2014 (Juta Rp) 176
Tabel III.45. Hasil Panen Pertanian 4 Tahun Terakhir 178
Tabel III.46. Hasil Perikanan Kabupaten Rembang 2011-2014 179
Tabel III.47. Tenaga Kerja Dan Nilai Produksi Industri Tahun 2014 179
Tabel III.48. Jenis Perdagangan Di Kabupaten Rembang Tahun 2012 dan 2013 184
Tabel III.49. Nama Perusahaan Eksportir Tahun 2014 184
Tabel III.51. Pengunjung Objek Wisata Di Kabupaten Rembang Tahun 2014 186
Tabel III.52. Jumlah Penduduk Tahun 2010-2014 per Kecamatan di Kabupaten Rembang 187
Tabel III.53. Kepadatan Penduduk Rata-Rata Tiap Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2014 187
Tabe III.54 . Struktur Umur di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014 188
Tabel III.55. Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Rembang Tahun 2014 dan 2015 189
Tabel III.56. Jumlah Penganut Agama di Kabupaten Rembang (jiwa) Tahun 2014 190
Tabel III.57. Jumlah Partisipan Pendidikan Kabupaten Rembang (Siswa) Tahun 2014 192
Tabel III.58. Jumlah Penduduk Usia Produktif dan Non Produktif Kabupaten Rembang(jiwa) Tahun 2014 193
Tabel III.59. Banyak Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Rembang Tahun 2014 194
Tabel III.60. Kondisi Eksisting Kabupaten Sekitar 202
Tabel IV.3. SKL Morfologi Kabupaten Rembang (Ha) 215
Tabel IV.4. SKL Kemudahan di Kerjakan 217
Tabel IV.6. Luasan Kemampuan Lahan Kemudahan dikerjakan (Ha) 217
Tabel IV.8. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng 220
Tabel IV.9. Luasan SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Rembang (Ha) 221
Tabel IV.11. SKL Kestabilan Pondasi 223
Tabel IV.12. Luasan SKL Kestabilan Pondasi Kabupaten Rembang (Ha) 223
Tabel IV.14. SKL Ketersedian Air 226
Tabel IV.15. Luasan SKL Ketersedian Air Kabupaten Rembang (Ha) 226
Tabel IV.17. SKL Kemampuan Lahan Drainase 229
Tabel IV.18. Luasan SKL Drainase Kabupaten Rembang (Ha) 229
Tabel IV.20. SKL Kemampuan Lahan Erosi Kabupaten Rembang 232
TabelIV.23. SKL Kemampuan Lahan Limbah 235
Tabel IV.24. Luasan SKL Limbah Kabupaten Rembang (ha) 236
Tabel IV.25. SKL Terhadap Bencana Alam 238
TabelIV.26. SKL Rawan Bencana 238
Tabel IV.27. Luasan SKL Rawan Bencana Kabupaten Rembang (Ha) 238
Tabel IV.28. Kemampuan Lahan 241
Tabel IV.29. Kemampuan Lahan 241
Tabel IV.31. Bobot Satuan Kemampuan Lahan 242
Tabel IV.32. Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Rembang 243
Tabel IV.33.Luasan Kemampuan Pengembangan Lahan (Ha) 243
Tabel IV.35. Arahan Perkiraan Daya Tampung Lahan 249
Tabel IV.36. Analisis Arahan Perkiraan Daya Tampung Lahan Perkotaan 249
Tabel IV.37. Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Kawasan Lindung Dan Budidaya 251
Tabel IV.38. Kelas Lereng Dan Skor 252
Tabel IV.39. Nilai Skor Kelas Lereng di Kabupaten Rembang 252
Tabel IV.40. Kelas Jenis Tanah 253
Tabel IV.42. Kelas Curah Hujan 254
Tabel IV.43. Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Rembang (Ha) 255
Tabel IV.44. Luas Kawasan Penyangga di Kabupaten Rembang ( Ha ) 255
Tabel IV.45. Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Rembang 256
Tabel IV.46. Luasan Overlay Kemampuan Lahan dan Tata Guna Lahan 258
Tabel IV.47. Arahan Tata Ruang Pertanian 260
Tabel IV.50. Arahan Rasio Penutupan Lahan 263
Tabel IV.51. Analisis Rasio Penutupan Lahan 263
Tabel IV.52. Luasan Arahan Rasio Tutupan (Ha) 263
Tabel IV.53. Arahan Ketinggian Bangunan 266
Tabel IV.54. Analisis Arahan Ketinggian Bangunan 266
Tabel IV.56. Arahan Pemanfaatan Air Baku 269
Tabel IV.57. Analisis Arahan Pemanfaatan Air Baku 269
Tabel IV.59. Arahan Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan 272
Tabel IV.60. Arahan Evaluasi Penggunaan Lahan yang Ada Terhadap Kesesuaian Lahan 273
Tabel IV.61. Hasil Perhitungan Analisis Loqation Quotient Kabupaten Rembang Tahun 2014 276
Tabel IV.65. Produksi dan Luas Tambak Garam Menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2015 284
Tabel IV.67. Prospek ekonomi(Ribu Rupiah) 297
Tabel IV.68. Rasio Pertumbuhan Ekonomi 298
Tabel IV.69. Rasio Prospek Pertumbuhan Ekonomi 300
Tabel. IV.71. Analisis Potensi Pengembangan Sarana Penunjang Perekonomian 305
Tabel IV.72. Penerimaan PAD yang bersumber dari Pajak Daerah KabupatenRembang Tahun 2011-1015 309
Tabel IV.73. Presentase potensi peningkatan pajak daerah berdasarkan target awal dan potensi sesuai kondisi eksisiting di Kabupaten Rembang Tahun 2014 310
Tabel IV.74. Proyeksi peningkatan pajak daerah tahun 2015-2035 311
Tabel IV.75. Peningkatan 30% dan 50% dari potensi PAD setiap komponen Pajak berdasarkan data potensi tahun 2014 312
Tabel IV.76. Jumlah Penduduk dan Struktur Umur Menurut Jenis Kelamindi Kabupaten Rembang Tahun 2010-2014 (satuan jiwa) 315
TabelIV.77. Proyeksi Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2015-2035 (satuan jiwa) 319
Tabel IV.78. Kepadatan Penduduk Bruto dan Proyeksinya di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2035 321
Tabel IV.79. Jumlah dan Tingkat Partisipasi Pendidikan di Kabupaten RembangTahun 2013 dan 2014 323
Tabel IV.80. Banyaknya Murid, Jumlah Guru, Rasio Murid-Guru, Rasio MuridKelas Tahun 2010-2014 324
Tabel IV.81. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2014 326
Tabel IV.100. Penduduk yang Bekerja, Mencari Pekerjaan, dan Bukan AngkatanKerja Kabupaten Rembang Tahun 2011-2015 (satuan jiwa) 349
Tabel IV.101. Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010-2014 (dalam jiwa) 350
Tabel IV.102. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka 351
Tabel IV.103. Jumlah Tenaga Kerja Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2014 356
Tabel IV.104. Standar Penyediaan Sarana Kesehatan 357
Tabel IV.105. Pelayanan Sarana Kesehatan 358
Tabel IV.106. Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan RS (unit) 360
Tabel IV.107. Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas (unit) 360
Tabel IV.108. Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Pustu (unit) 361
Tabel IV.109. Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Posyandu (unit) 362
Tabel IV.110. Jenis Perumahan di Kabupaten Rembang Tahun 2011-2015 (satuan unit) 363
Tabel IV.111. Kebutuhan Sarana Perumahan Pada Tahun 2014 365
Tabel IV.112. Kebutuhan Sarana Perumahan Pada Tahun 2034 366
Tabel IV.113. Persentase Penduduk Menurut Agama di Kabupate Rembang Tahun 2014 376
Tabel IV.114. Standart Minimum Pelayanan Sarana Peribadatan 377
Tabel IV.115. Pelayanan Sarana Peribadatan di Kabupatenn Rembang 377
Tabel IV.116. Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Masjid (unit) 379
Tabel IV.117. Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Mushola (unit) 379
Tabel IV.118. Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Gereja (unit) 380
Tabel IV.119. Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Vihara (unit) 381
Tabel IV.130. Hasil Tabulasi Skalogram, Indeks Sentralitas Pelayanan, Gaya Tarik Geografis dan Struktur Kotadi Kebupaten Rembang 396
Tabel IV.131. Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kabupaten Rembang 402
Tabel IV.132. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Rembang 407
Tabel IV.133. Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi Kabupaten Rembang 410
Tabel IV.134. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten Rembang 416
Tabel III.135. Alur Pengumpulan SampahKabupaten Rembang 421
Tabel VII.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Rembang 493
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. kerangka pikir 13
Gambar III.1. Diagram Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang 77
Gambar III.2 Topografi Kabupaten Rembang 79
Gambar III. 3. Waduk Lodan di kecamatan Sarang 84
Gambar III.4. Jenis tanah di Kabupaten Rembang 87
Gambar III.5. Klimatologi Kabupaten Rembang Tahun 2010-2014 90
Gambar III.7. Penggunaan Lahan perkecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2014 96
Gambar III.6. Penggunaan Lahan Kabupaten Rembang Tahun 2014 95
Gambar III.9. Diagram Sistem Pengairan Sawah di Kabupaten Rembang Tahun 2014 97
Gambar III.10. Penggunaan Lahan Kering Kabupaten Rembang Tahun 2014 98
Gambar III.8. Diagram Lahan SawahKabupaten Rembang Tahun 2014 97
Gambar III.11. Peternakan, Perikanan, Pertanian Kabupaten Rembang 106
Gambar III.12. Pertambangan di Kabupaten Rembang 109
Gambar III.13. Diagram Sarana Pendidikan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014 113
Gambar III.14. Sarana Pendidikan di Kabupaten Rembang 114
Gambar III.15. Diagram Sarana Kesehatan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014 117
Gambar III.16. Sarana Kesehatan di Kabupaten Rembang 118
Gambar III.17. Diagram Sarana Peribadatan di Kabupaten Rembang Tahun 2009 dan 2014 121
Gambar III. 18. Sarana Peribadatan di Kabupaten Rembang 122
Gambar III.19. Sarana Perekonomian di Kabupaten Rembang 125
Gambar III.20. Batik Lasem di Kecamatan Lasem 127
Gambar III.21. Kondisi Fisik Bangunan di Kabupaten Rembang 130
Gambar III. 22. Persentase Luasan Permukiman Di Kabupaten Rembang Tahun 2011 135
Gambar III. 23. Diagram Luasan Permukiman perKecamatan di Kabupaten Rembang 136
Gambar III.24. Sarana Pariwisata Kabupaten Rembang 140
Gambar III.25. Kondisi Jaringan JalanKabupaten Rembang 145
Gambar III.26. Gambar Sumber Air Bersih di Kabupaten Rembang 149
Gambar III.27. TPA dan TPS di Kabupaten Rembang 155
Gambar III.29. Drainase di Kabupaten Rembang 158
Gambar III.30. Bagan Alur Pengolahan Limbah Cair di Kabupaten Rembang 163
Gambar III.31. IPAL di Kabupaten Rembang 164
Gambar III.33. Jaringan listrik Kabupaten Rembang 167
Gambar III.34. Telekomunikasi di Kabupaten Rembang 172
Gambar III.33. Diagram Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Rembang Tahun 2014 176
Gambar III.34. Diagram Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kabupaten Rembang 178
Gambar III.35. Industri Kecil Dan Menengah di Kabupaten Rembang 183
Gambar III.36. Industri Besar di Kabupaten Rembang 184
Gambar III.38. Struktur Umur di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014 189
Gambar III.36. Jumlah Partisipan Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2014 192
Gambar III.37. Sedekah Laut di Kabupaten Rembang 196
Gambar III.38. Bagan struktur Organisasi lembaga daerah di Kabupaten Rembang 197
Gambar IV.4. Luasan SKL Kestabilan Pondasi (%) 224
Gambar IV.5. Luasan SKL Ketersediaan Air (%) 227
Gambar IV.10. Luasan Kemampuan Pengembangan Lahan (%) 244
Gambar IV.11. Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2010-2014 (satuan jiwa) 318
Gambar IV.13. Tingkat Kematian Balita di Kabupaten Rembang Tahun 2011-2014 354
Gambar IV.14. Kebudayaan Khas Kabupaten Rembang 370
Gambar IV.15. Gambar tempat bersejarah Wonogiri 371
Gambar IV.16. Kebudayaan khas Kabupaten Rembang 374
Gambar IV.17. Diagram Alur Pengelolaan Air Limbah (Domestik) di Kabupaten Rembang 414
Gambar IV.18. Diagram SistemSanitasi Persampahan Kabupaten Rembang 420
DAFTAR PETA
Peta III.1. Administrasi 78
Peta III.2. topografi / kelerengan 81
Peta III.3.Hidrologi 83
Peta III.4Geologi 85
Peta III.5. jenis tanah 88
Peta III.6.Curah hujan 92
Peta III.7Rawan bencana 94
Peta III.8. Tata Guna Lahan Tahun 2009 100
Peta III.9.Tata Guna Lahan Tahun 2013 101
Peta III.10.Pertambangan 110
Peta III.11.SaranaPendidikan 115
Peta III.12.Sarana Kesehatan 119
Peta III.13.Sarana Peribadatan 123
Peta III.14.Sarana Perekonomian 128
Peta III.15.SaranaIndustri 129
Peta III.16.SebaranPermukiman 137
Peta III.17 Sebaran Pariwisata 141
Peta III.18.Jaringan Jalan 146
Peta III.20.Sebaran Mata Air 152
Peta III.21.Jaringan Persampahan 156
Peta III.22Jaringan drainasePeta III.23. Area Pertanian Beririgasi 160
Peta III.23. Area Pertanian Beririgasi 161
Peta III.24.Sebaran IPAL 165
Peta III.25. Jaringan listrik 168
Peta III.26.Sumber energi 169
Peta III.27.Sebaran Telekomunikasi 173
Peta IV.1. Kedudukan Kabupaten Rembang Dalam Tingkat Prov. Jawa Tengah 208
Peta IV.2. Kedudukan Kabupaten Rembang Terhadap Wilayah Sekitarnya 211
Peta IV.3. SKL Morfologi. 216
Peta IV.4. SKL Kemudahan Dikerjakan 219
Peta IV.5. SKL Kestabilan Lereng 222
Peta IV.6. SKL Kestabilan Pondasi 225
Peta IV.7. SKL Ketersediaan Air 228
Peta IV.8. SKL Drainase 231
Peta IV.9. SKL Terhadap Erosi 234
Peta IV.10. SKLPembuangan Limbah 237
Peta IV.11. SKL Rawan Bencana 240
Peta IV.12. Kemampuan Lahan 245
Peta IV.13. Penyimpangan lahan 247
Peta IV.14. Kesesuian Lahan 257
Peta IV.15. Simpangan terhadap Kesesuaian Lahan 259
Peta IV.16. Arahan Tata Ruang Pertanian 262
Peta IV.17. Arahan Rasio Tutupan 265
Peta IV.18 Arahan Ketinggian Bangunan 268
Peta IV.19. Arahan Pemanfaatan Air Baku 271
Peta IV.20. Distribusi Hasil Perikanan 287
Peta IV.21. Distribusi hasil pertanian unggulan 288
Peta IV.22. Distribusi Pertambangan 289
Peta IV.23. Analisis Prasarana Penunjang Perekonomian 304
Peta IV.23. Distribusi Hasil Industri 290
Peta IV.24 Kecukupan Sarana Pendidikan 333
Peta IV.25 Kecukupan Sarana Peribadatan 340
Peta IV.26. Kecukupan Sarana Kesehatan 348
Peta IV.27. Arahan Permukiman 367
peta IV.28 Pergerakan 401
peta IV.29. sistem pengelolaan air limbah 415
Peta IV.30. Sistem pengelolaan sampah 409
Peta IV.31. Pola Ruang 429
Peta IV.32. Struktur Ruang 436
Peta V.1. Kawasan strategis 441
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batasan-batasan spesifik (tertentu) dimana komponen-komponen wilayah tersebut (sub wilayah) satu sama lain saling interaksi secara fungsional. Perencanaan merupakan penelitian yang menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa yang akan datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tersebut yang meyakini di perlukan untuk mencapai hasil tertentu. Perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan menentukan strategi kebijakan proyek, produk, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang di butuhkan untuk mencapai. Perencanaan wilayah adalah suatu agenda atau rancangan antara manusia dengan lingkungan yang dengan sengaja dibuat untuk menambah, mengurang, memperbaiki, ataupun melengkapi sesuatu dengan harapan memperoleh hasil maksimal dan efesiensi meliputi masalah ekonomi dan pembangunan wilayah. Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan wilayah adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan wilayah adalah suatu gerakan sebagian atau menyeluruh guna meningkatkan fungsi lahan dan penataan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat untuk memanjukan daerah. Selain itu, pengembangan wilayah juga dapat diartikan upaya terpadu memacu perkembangan sosial ekonomi, menjaga keseimbangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah.
Dalam mata kuliah Studio 2ini mencakup analisis serta peta dari aspek fisik maupun non fisik serta struktur dan pola ruang Kabupaten Rembang dalam rangka peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang (inventarisasi isu dan data). Kelancaran pembuatan laporan ini berdasarkan ketersediaannya data yang terdapat di Kabupaten Rembang. Sehingga produk Studio 2 ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam menyelesaikan permasalahan dan menggali serta mengembangkan potensi yang terdapat pada Kabupaten Rembang.
Kabupaten Rembang merupakan suatu daerah yang berada di pesisir pantai utara Jawa dan sebagai pintu gerbang di pantai utara Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Rembang cukup banyak memiliki isu-isu permasalahan yang dapat menjadi tinjauan utama, pertumbuhan penduduk di Kabupaten Rembang terus meningkat setiap tahunnya mengalami kenaikan namun hal ini tidak diimbangi oleh lapangan pekerjaan yang cukup sehingga menimbulkan suatu permasalahan yaitu belum optimalnya pengelolaan sumberdaya pesisir, kuantitas dan kualitas infrastruktur yang terdapat di Kabupaten Rembang belum cukup memadai, rendahnya investasi dan jaringan kemitraan daerah,
Selain isu permasalahan yang ada di Kabupaten Rembang terdapat pula potensi-potensi yang terdapat di Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang yang banyak diketahui masyarakat sebagai penghasil garam dan hasil laut terbaik di Provinsi Jawa Tengah menjadikan Kabupaten Rembang memiliki komunitas masyarakat yang heterogen, dan didominasi oleh masyarakat nelayan sekaligus petani garam. Untuk itu, perencanaan tata ruang wilayah diperlukan dalam pengembangan potensi sumberdaya dan lingkungan, agar menjadi aset pendapatan daerah. Potensi besar di Kabupaten Rembang diantaranya adalah pertanian garam, perkebunan kawista, industri pengolahan terasi, dan pertambakan udang.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa keterkaitan potensi dan masalah dalam suatu daerah sangat berpengaruh pada perencanaan untuk masa depan. Sehingga tahap proses perencanaan dimulai dari tahap identifikasi potensi masalah, kemudian menganalisis, dan setelah itu baru dapat membuat rencana, yang masing-masing mencakup beberapa aspek, antara lain; aspek fisik/lingkungan, sarana dan prasarana, perekonomian setempat, sosial-budaya, dan kependudukan yang disusun berdasarkan aturan/pedoman yang terkait dalam penyusunan RTRW kabupaten.
1.2 Isu permasalahan strategis di Kabupaten Rembang
Adapun isu-isu permasalahan yang terdapat pada Kabupaten Rembang sebagai berikut:
Penetapan peruntukan kawasan sebagai kawasan lindung yang terus dipertahankan kelestariannya. Penggunaan lahan Kabupaten Rembang saat ini suadah terjadi penyimpangan dimana kawasan permukiman telah terbangun dikawasan lindung, sehingga perlu dilestarikan dan dikembalikan sesuai dengan fungsinya.
Terdapat kawasan rawan bencana seperti bencana abrasi/gelombang panjang, banjir, longsor dan kekeringan sehingga perlunya penanggulangan bencana. Bencana abrasi terjadi di sebagian kawasan pesisir Kabupaten Rembang, untuk dapat mengurangi abrasi dapat dilakukan dengan menanaman hutan magroove di sepanjang pantai.
Keterbatasan jaringan prasarana wilayah yang belum mampu mendorong sektor perekonomian. Jalan adalah infrastruktur pokok yang mnghubungkan kesatuan sistem transportasi nasional, sistrm transportasi wilayah maoun sistem transportasi lokal dalam mendorong pertumbuhan wilayahn namun hal ini belum terlihat di Kabupaten Rembang walaupun pada kondisi eksisting di sepanjang koridor jalan Pantura telah berkembang berbagai aktifitas ekonomi seperti industri, jasa, perdagangan maupun perhubungan darat dan perhubungan laut namun untuk Kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Blora belum memadai infrastruktur wilayah dalam mendorong prekonomian wilayah.
Belum memadainya jaringan transportasi jalan seperti trayek dan angkutan umum yang dapat melayani masyarakat antar kecamatan, seperti pada Kecamatan Sarang yang belum adanya transportasi umum jadi masyarakat sekitar menggunakan kendaraan tosa dalam jasa pengangkutan barang maupun manusia.
Belum memadainya prasarana dan sarana penunjang industri pengelolaan hasil pertambangan dan galian seperti yang dapat dilihat di Kecamatan Sale penambang belum mempunyai sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan penambangan sehingga truk-truk hasil penambangan menggunakan jalan umum yang dapat merusak kualitas jalan.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Menyusun arahan pemanfaatan ruang dalam rangka inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Sasaran
Memberikan advokasi planning dalam peninjauan kembaliRTRW Kabupaten Rembang.
Mengkaji potensi dan permasalaan wilayah Kabupaten Rembang sebagai inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Menganalisis aspek pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten rembang.
Menyusun konsep arahan pemanfaatan ruang dalam upaya inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang
Dasar Hukum
Kegiatan Studio 2 perencanaan wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Rembang didasarkan pada :
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831);
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
Undang-Undang Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68);
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertanahan Negara;
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066);
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya;
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan;
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4624);
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947);
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Perkeretaapian dan Penyelenggaraannya;
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan;
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan KA (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086);
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa;
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang;
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah;
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara;
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Kepelabuhanan;
Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015 tentang Penggunaan Kawasan Hutan;
Peraturan Pemerintah Nomor 122Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum;
Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri;
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri;
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009;
Keputusan Menteri PU Nomor 63 Tahun 1993 tentang Sempadan Sungai;
Kepmen ESDM Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggara Tugas Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah;
Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
Peraturan Menteri Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 Nomor 46 Seri E Nomor 7);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Nomor 5 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 4 Seri E Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2009 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 23);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 24);
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 26);
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28);
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Rembang (Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 69);
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2007 Nomor 97, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 70);
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2007 Nomor 103, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 76);
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rembang (Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Nomor 91);
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Rembang (Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Rembang Nomor 92).
Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dari studi ini terdiri dari :
Analisis aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya Kabupaten Rembang
Analisis Pola Ruang Kabupaten Rembang dan kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Rembang baik di Provinsi Jawa Tengah maupun Provinsi Jawa Timur
Analisis Stuktur Ruang Kabupaten Rembang dan kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Rembang baik di Provinsi Jawa Tengah maupun Provinsi Jawa Timur
Merencanakan Pola Ruang Kabupaten Rembang dengan memperhatikan pola ruang yang ada di kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Rembnag baik di Provinsi Jawa Tengah maupun Provinsi Jawa Timur sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Merencanakan Struktur Ruang Kabupaten Rembang dengan memperhatikan pola ruang yang ada di kabupaten-kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Rembang baik di Provinsi Jawa Tengah maupun Provinsi Jawa Timur.
Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah ini adalah mengalisis aspek fisik dan lingkungan dan aspek non fisik yang berada di Kabupaten Rembang yang mempunyai batas administratif sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pati
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora
Kabupaten Rembang terdiri dari 14 kecamatan,dan terbagi atas 287 desa dan 7 kelurahan yang memiiki luas wilayah meliputi 101.408 ha. Berikut adalah kecamatan di Kabupaten Rembang :
Tabel I.1
Kecamatan di Kabupaten Rembang
No
Kecamatan
Luas Wilayah
1
Bulu
102,4 km2
2
Gunem
80,2 km2
3
Kaliori
61,5 km2
4
Kragan
61,66 km2
5
Lasem
45,04 km2
6
Pamotan
81,56 km2
7
Pancur
45,94 km2
8
Rembang
58,81 km2
9
Sale
107,14 km2
10
Sarang
91,33 km2
11
Sedan
79,64 km2
12
Sluke
37,59 km2
13
Sulang
84,54 km2
14
Sunber
76,73 km2
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Berdasarkan data luas wilayah dikabupaten Rembang, kecamatan yang mempunyai luas wilayah terbesar yaitu kecamatan sale yang memiliki luas wilayah 107,14 km2 dan yang memiliki luas paling kecil yaitu kecamatan Sluke dengan luas 37,59 km2.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gelaja yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka pikir ini dapat mempermudah proses identifikasi dalam rangka proses penyusunan laporan Studio II. Penyusunan kerangka pikir ini terdiri atas tiga tahapan penting, yaitu input (masukan), proses, dan output (keluaran). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Isu Permasalahan Strageis1. Penetapan peruntukan kawasan sebagai kawasan lindung 2.Terdapat kawasan rawan bencana seperti bencana abrasi/gelombang panjang, banjir, longsor dan kekeringan 3.Keterbatasan jaringan prasarana wilayah yang belummampu mendorong sektor perekonomian. 4.Belum memadainya jaringan transportasi jalan seperti trayek dan angkutan umum 5.Belum memadainya prasarana dan sarana penunjang industri pengelolaan hasil pertambangan dan galianTujuanMenyususn arahan pemanfaatan ruang dalam rangka inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.SasaranMemberikan advokasi planning dalam peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.Mengkaji potensi dan permasalaan wilayah Kabupaten Rembang sebagai inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.Menganalisis aspek pemanfaatanruang di wilayah Kabupaten rembang.Menyususn konsep arahan pemanfaatan ruang dalam upaya inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten RembangINPUTPROSESOUTPUTInventarisasi Peninjauan kembali RTRW Kabupaten RembangMenganalisis fisik dan lingkungan wilayahMenganalisis potensi sumberdayaMenganalisis ekonomi wilayahMenganalisis sosial dan budayaMenganalisis kelembagaanMenganalisis kebencanaanMenganalisis daerah pesisirPenyusunan KonsepRTRW Kabupaten RembangMetode :Mapping OverlayShiftshareTrendline(linier, poliomail, eksponensial)Scologram
Isu Permasalahan Strageis
1. Penetapan peruntukan kawasan sebagai kawasan lindung
2.Terdapat kawasan rawan bencana seperti bencana abrasi/gelombang panjang, banjir, longsor dan kekeringan
3.Keterbatasan jaringan prasarana wilayah yang belummampu mendorong sektor perekonomian.
4.Belum memadainya jaringan transportasi jalan seperti trayek dan angkutan umum
5.Belum memadainya prasarana dan sarana penunjang industri pengelolaan hasil pertambangan dan galian
Tujuan
Menyususn arahan pemanfaatan ruang dalam rangka inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Sasaran
Memberikan advokasi planning dalam peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Mengkaji potensi dan permasalaan wilayah Kabupaten Rembang sebagai inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Menganalisis aspek pemanfaatanruang di wilayah Kabupaten rembang.
Menyususn konsep arahan pemanfaatan ruang dalam upaya inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang
I
N
P
U
T
P
R
O
S
E
S
OUTPUT
Inventarisasi Peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang
Menganalisis fisik dan lingkungan wilayah
Menganalisis potensi sumberdaya
Menganalisis ekonomi wilayah
Menganalisis sosial dan budaya
Menganalisis kelembagaan
Menganalisis kebencanaan
Menganalisis daerah pesisir
Penyusunan Konsep
RTRW Kabupaten Rembang
Metode :
Mapping Overlay
Shiftshare
Trendline(linier, poliomail, eksponensial)
Scologram
Sumber : deskripsi penyusun 2016
Gambar I.1.
kerangka pikir
Penyusunan laporan Studio II Perencanaan Wilayah Proses Analisis Perencanaan Penyusunan RTRW Kabupaten Rembang berdasarkan isu-isu strategis yang berkembang di Kabupaten Rembang seperti Penetapan peruntukan kawasan sebagai kawasan lindung , Terdapat kawasan rawan bencana seperti bencana abrasi/gelombang panjang, banjir, longsor dan kekeringan, Keterbatasan jaringan prasarana wilayah yang belummampu mendorong sektor perekonomian, Belum memadainya jaringan transportasi jalan seperti trayek dan angkutan umum, Belum memadainya prasarana dan sarana penunjang industri pengelolaan hasil pertambangan dan galian. Dari munculnya isu strategis tersebut laporan ini bertujuan untuk Menyususn arahan pemanfaatan ruang dalam rangka inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang, dengan mempunyai sasaran yaitu 1. Memberikan advokasi planning dalam peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang. 2. Mengkaji potensi dan permasalaan wilayah Kabupaten Rembang sebagai inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.3. Menganalisis aspek pemanfaatanruang di wilayah Kabupaten rembang.4. Menyususn konsep arahan pemanfaatan ruang dalam upaya inventarisasi peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Setelah menentukan isu-isu strategis, tujuan, dan sasaran selanjutnya yaitu mencari kelengkapan data mengenai fisik dan lingkungan wilayah, busaya dan sosial, ekonomi wilayah, kelembagaan, kebencanaan, daerah pesisir serta menyusun konsep RTRW Kabupaten Rembang dan melakukan analisis dengan menggunakan beberapat metode seperti Mapping overlay dalam menganalisi fisik dan lingkungan wilayah, metode Shiftshare dalam menganalisis ekonomi wilayah untuk menentukan sektor unggul dan mundur, metode Triedline dalam memproyeksikan jumlah penduduk, jumlah sarana dan prasarana untuk kebutuhan 20 tahun yang mendatang, Metode Scalogram dalam menentukan sistem perkotaan. Hasil dari analisis diatas dapat ditemukan temuan kawasan strategis, strukstur dan pola ruang yang dapat dijadikan sebagai Inventarisasi Peninjauan kembali RTRW Kabupaten Rembang.
Kebutuhan Data dan Teknik Analisis
Metode analisis yang kami lakukan terdapat 3 jenis yaitu:
Analisis SWOT, karena studio 2 yang kami ambil ini adalah menganalisis Perencanaan di kabupaten Rembang maka dari hasil survey data yang kami ambilakan kami analisis dengan SWOT. Kurtz (2008,45), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external.
Analisis Gravitasi, Hubungan antar daerah disamakan dengan hubungan antar massa. Massa wilayah juga mempunyai daya tarik, sehingga terjadi pengaruh mempe ngaruhi antar daerah sebagai perwujudan kekuatan tarik-menarik antar daerah. Karena kenyataan ini maka model gravitasi dapat diterapkan sebagai salah satu model analisis (Marno,2012).
Analisis Schalogram. Analisis skalogram merupakan alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat ditentukan hierarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah.
Tabel I.2
Kebutuhan Data
Kebutuhan Data
Kegunaan Data
Teknik Analisis
Sumber Data
Fisik dan Lingkungan
Data Klimatologi
Curah Hujan, Hari Hujan, Intensitas Hujan
Menganalisis Kondisi Fisik Dan Lingkungan
Mapping Overlay
Bps, Bappeda Dan KDA
Data Topografi
Peta Rupa Bumi, Peta Topografi, Peta Morfologi, Peta Kemiringan Lereng.
Mapping Overlay
Bappeda, Bapenas
Data Geologi
Geologi Umum, Geologi Wilayah, Geologi Permukaan, Peta Hidrologi,
Mapping Overlay
Bappeda, Bapenas
Data Hidrologi
Air Permukaan
Sumber Air Baku Serta Debit Air Mata Air Irigasi
Kawasan Resapan Air
Kawasan Imbuhan Air Berupa Cekungan Air Tanah Air Tanah
Air Tanah Dangkal
Air Tanah Dalam
Mapping Overlay
Bappeda, Dpu Sumber Daya Air, Dan Psda – Esdm
Data Sumber Daya Mineral Dan Bahan Galian
Potensi Bahan Galian Golongan C,
Mapping Overlay
Bappeda, Psda -Esdm Dan Dpu
Data Sumber Daya Mineral Dan Bahan Galian
Potensi Bahan Galian Golongan C,
Mapping Overlay
Bappeda, Psda -Esdm Dan Dpu
Data Bencana Alam Dan Jalur Evakuasi Bencana
Mapping Overlay
Bpbd Kab. Rembang, Bappeda
Data Penggunaan Lahan
Luas Permukiman, Perdagangan, Industri, Sawah, Kebun, Hutan, Rawa, Danau, Sungai, Kolam, Tambak, Peternakan, Pariwisata, Lahan Kosong (Shp Guna Lahan Dan Tutupan Lahan)
Mapping Overlay
Bappeda, Peta Rupa Bumi, Pengamatan Kapangan, Citra Satelit, Dpu Tata Ruang
Data Studi Fisik/Lingkungan Yang Ada/Pernah Dilakukan
Studi Fisik/Lingkungan
Meninjau Kondisi Fisik Dan Lingkungan Berdasarkan Data Studi Yang Sudah Ada
Dpu Tata Ruang, Bappeda Hasil Penelitian
Data Kebijakan Pengembangan Fisik Yang Ada
Meninjau Data Kebijakan Pengembangan Fisik Yang Ada
Bappeda
Ekonomi
Analisis Aspek Lokasi
Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Biaya Pembangunan Dan Total PengeluaranVolume Ekspor Dan Impor Wilayah
Pariwisata Dan Jumlah Pengunjung
Menganalisis Kondisi Ekonomi, Sarana, Prasarana, Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia Dan Kependudukan Di Kabupaten Rembang.
Metode Lq (Location Quotient)
Bps (Pdrb,Kda), Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan, Dinas Perikanan, Dinas Pekerjaan Umum Dan Energi Sumber Daya Mineral, Dinas Perikanan Dan Kelautan, Dpu Tata Ruang, Dpu Cipta Karya, Dpu Sumber Daya Air, Dkp, Blh (Klhs), Pln
Analisis Aspek Sumber Daya Alam
Produksi Pertanian Wilayah
Produksi Hasil Hutan
Populasi Ternak
Produksi Sumber Daya Pertambangan
KDA, Bappeda
Analisis Sumber Daya Buatan
Penggunaan Lahan
Jaringan Transportasi UtamaPenilaian Potensi Pengembangan Dari Kondisi Jaringan Jalan
Potensi Pelayanan Utilitas
Luasan Jaringan Perpipaan Pdam Dan Kelompok Masyarakat Jumlah Septitank, Pengangkutan Lumpur Tinja, Sistem Air Limbah Jaringan Listrik
Hasil Analisis Potensi Pengembangan Dari Keberadaan Sarana Dan Prasarana Ekonomi.
Data Jaringan Jalan Yang Meliputi Ruas Jalan, Panjang Dan Lebar Jalan
Data Trayek Angkutan Penumpang
Data Trayek Penumpang Umum Bus Dan Non Bus (Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (Akap) Dan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (Akdp)
Bappeda, DPU Cipta Karya, DPU Pertamanan, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika kabupaten Rembang
Analisis Aspek Sumber Daya Manusia
Mata Pencaharian Penduduk
Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur.
Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Kesejahteraan Yang Dicapai
Tingkat Kesehatan Masyarakat
Tingkat Pendidikan Masyarakat
Metode Tredline
KDA, Profil Pendidikan kabupaten Rembang, Profil Kesehatan Kabupaten Rembang
Struktur Ekonomi Dan Pergerserannya
Pendapatan Domestik Bruto (Pdrb)
Metode Lq (Location Quotient) dan Shift Share
PDRB Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah
Sektor Basis
Pendapatan Tenaga Kerja Tiap Sektor
Pendapatan Total Wilayah
Jumlah Produksi Dan Luas Usaha Tiap Sektor
Struktur Ekonomi Wilayah Serta Kontribusi Masing-Masing Sektor Terhadap Pdrb Total.
Metode Lq (Location Quotient)
Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Komoditi Sektor Basis Yang Memiliki Keunggulan Kompratif Dan Berpeluang Ekspor
Volume Ekspor Tiap-Tiap Komoditi Dari Masing-Masing Sektor Basis
Volume Ekspor Komoditi-Komoditi Yang Sama Di Wilayah Pembanding
Metode Shiftshare
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sosial Budaya
Kependudukan
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Usia Produktif Dan Tidak Produktif
Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal
Penduduk Menurut Derah Asal
Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Luas Daerah Dan Kepadatan Penduduk
Proyeksi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Estimasi Proporsi Penduduk Menurut Kelompok Umur Produktif Dan Tidak Produktif
Sensus Penduduk
Penduduk Yang Bekerja Di Sektor Pariwisata Kabupaten Rembang
Menganalisis Kondisi Sosial Budaya Penduduk Kabupaten Rembang. Untuk Penyusunan Tugas Studio 2 Perencanaan Kabupaten Rembang
Metode Tredline
Bps (Kda), Dinas Kesehatan.
Bps (Kda), Dinas Kesehatan,
Bappeda, Bps, Survei Primer
Pendidikan
Partisipasi Pendidikan Penduduk
Banyaknya Murid, Rasio Jumlah Guru Per 10.000 Penduduk, Rasio Murid-Guru, Rasio Murid-Kelas.
Tingkat Melek Huruf, Penduduk Buta Huruf
Pendidikan Yang Ditamatkan
Jumlah Perguruan Tinggi Serta Tenaga Pengajarnya.
Menggambar-kan Tingkat Pendidikan, Tenaga Kerja, Kesehatan, Dan Perumahan
KDA, Profil Pendidikan Kabupaten Rembang
Tenaga Kerja
Tabel Penduduk Yang Bekerja
Tabel Penduduk Yang Mencari Pekerjaan
Tabel Penduduk Bukan Angkatan Kerja
Tabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tabel Angka Beban Tanggungan Angkatan Kerja
Tabel Status Dan Lapangan Pekerjaan.
BPS
Kesehatan
Data Angka Kematian Bayi Dan Balita
Data Angka Harapan Hidup
Data Banyaknya Rs, Tempat Tidur, Puskesmas Dan Apotik
Data Banyaknya Jenis Tenaga Kesehatan
Data Sarana Dan Prasaran Kesehatan.
Profil Kesehatan Kabupaten Rembang
Perumahan Dan Lingkungan
Presentase Rumah Tangga Menurut Temapat Tinggal
Sosial, Budaya Dan Kesenian
Data Keberagaman Nilai Budaya Dan Seni
Penduduk Berdasarkan Agama
Kesenian Atau Ciri Khas Tiap Kecamatan
Cagar Budaya
Menganalisis Kegiatan Sosial Dan Budaya Serta Sejarah
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, KDA Kabupaten Rembang
Sumber : Deskripsi Tim Studio II Kabupaten Rembang
Rencana Kerja
Rencana kerja merupakan alur kegiatan atau jadwal pelaksanaan suatu kegiatan yang telah direncanakan agar dapat mencapai suatu target sesuai waktu yang ditentukan. Dalam laporan studio II, kami akan mengidentifikasi serta menganalisis proses perencanaan penyusunan RTRW Kabupaten Rembang yang kemudian kami dapat merencanakannya. Sehingga kami memerlukan sebuah rencana kerja agar laporan studio II ini dapat terwujud dalam waktu yang telah kami rencanakan.
Tabel I.3
Jadwal Kegiatan
NO
KEGIATAN
BULAN I
BULAN II
BULAN III
BULAN IV
BULAN V
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1.
Persiapan, penyusunan proposal dan perijinan
- Studi literatur tentang teori dan situasi kondisi lokasi studi
- Penentuan lingkup studi
- Identifikasi kebutuhan data
- Penentuan metode studi
- Perijinan
2.
Persiapan survey
- Menyusun rencana survey primer dan sekunder
- Menyusun desain survey primer dan sekunder
- Menyiapkan peta dasar
3.
Pelaksanaan pengumpulan data / survey lapangan
- Data primer
- Data sekunder
4.
Kompilasi data (menyusun data)
5.
Presentasi kemajuan I (kompilasi data)
6.
Perbaikan laporan
7.
Analisis data
8.
Presentasi kemajuan (analisis fisik dan non fisik)
9.
Perbaikan laporan
10.
Penyusunan temuan studi
11.
Penyusunan kesimpulan dan rekomendasi
12.
Pemantapan draf laporan
13.
Pengumpulan draf laporan
14.
Sidang ujian studio II
15.
Pengumpulan laporan akhir
Sumber : Deskripsi Penyusun 2016
Pembagian Tugas
Pembagian tugas ini disesuaikan dengan pembagian mobilitas personil dan kebutuhan data. Pembagian tugas ini guna membatu koordinator kelompok dalam mengkoordinir anggota kelompoknya, dengan adanya pembagian kerja ini diharapkan laporan Studio II mempunyai kelengkapan data serta analisis yang baik. Berikut adalah pembagian tugas dari kelompok 3 Studio II Kabupaten Rembang :
Tabel I.4
Pembagian Tugas
No
Nama
Pembagian Tugas
1.
Pratama Shoma
Kajian Teori
SDB (Prasarana)
Prasarana dan Sarana Penunjang Pertumbuhan Ekonomi
BAB V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten Rembang
2.
Putri Afryana M
Kerangka Pikir Studi
Editor BAB I
SDB (Prasarana)
Kedudukan Kabupaten Di Dalam Sistim Perekonomian Regional
Analisis Kemampuan Keuangan Pembangunan Dearah
BAB V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten/Kota
Arahan Pemanfaatan Ruang
3.
Mariyatul Qibtiyah
Isu Permasalahan Strategis
RTRW Kabupaten Sekitar
Kondisi Sosial Budaya
Analisis Sosial Budaya
BAB V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten/Kota
Penetapan Kawasan-kawasan Strategis Kabupaten
Arahan Pengenaan Sanksi
4.
Fariz Zafry A
Tujuan dan Sasaran
RTRW Kabupaten/Kota
Sdb (sarana)
Prasarana dan Sarana Penunjang Pertumbuhan Ekonomi
BAB V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten/Kota
Tujuan,Kebijakan dan Strategi Penataan Kabupaten/Kota
5.
Lalu Ahmad D
Kondisi Fisik Alam
Analisis Kemampuan Lahan
Analisis Kesesuaian Lahan
Bab V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten Rembang
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana Pola ruang Kabupaten/Kota
6.
Nanang F.F
Kondisi Fisik Alam
Analisis Kemampuan Lahan
Analisis Kesesuaian Lahan
Bab V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten Rembang
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
Rencana Pola ruang Kabupaten/Kota
7.
Septiviola Dwi P
Ruang Limgkup
Sumber Daya Alam
Analisis Karakteristik Ekonomi Wilayah Kabupaten/kota
BAB V penyusunan Konsep RTRW Kabupaten Rembang
Ketentuan Pemberian Insentiv
8.
Ima Laras Wati
Sitematika Penulisan Laporan
Aspek Perekonomian
Analisis Karakteristik Ekonomi Wilayah Kabupaten/Kota
BAB V Penyusuna Konsep RTRW Kabupaten/Kota
Ketentuan Perizinan
9.
Aliya Kafabiy
Latar Belakang
RPJMD Kabupaten/Kota
Kondisi Fisik Alam Kabupaten/Kota
Kedudukan Kabupaten Di dalam Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Nasional
Analisis Kemampuan Lahan
Analisis Kesesuaian Lahan
BAB V Penyusunan Konsep RTRW Kabupaten/Kota
Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota
Rencana Pola Ruang Kabupaten/Kota
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
10.
Anggi Setya A
Kebutuhan Data dan Teknik Analisi
RTRW Nasional
RTRW Kepulauan
RTRW Provinsi
SDA
Analisis Sosial Budaya
BAB V Penyusunan Seluruh Konsep RTRW Kabupaten/Kota
Ketentuan Pemberian Disinsentif
Sumber : Deskripsi Tim Studio II Kabupaten Rembang
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam laporan studio II perencanaan wilayah Kabupaten Rembang, yaitu: Adapun sistematika penulisan laporan Studio II Perencanaan Wilayah Kabupten Rembang sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berfungsi sebagai acuan dalam melaksanakan analisis, pada bab ini berisikan mekanisme analisis yaitu menguraikan secara berurutan dari Latar Belakang, Isu Permasalahan strategis Kabupaten, Tujuan dan Sasaran , Ruang Lingkup, Sistematika Penulisan Laporan, Kerangka Pikir studi, Kebutuhan Data dan Teknis Analisis, Rencana Kerja, Rencan Kerja, kemudia dengan Pembagian Kerja tim studio II Kabupaten Rembang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan kebijakan-kebijakan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah dan akan dijelaskan secara runtut, bab ini berisikan Kebijakan Internal, Kebijakan Eksternal, Kajian teori yang dipakai dalam analisis perencanaan wilayah Kabupaten Rembang.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN
Bab III merupakan uraian mengenai gambaran umum Kabupaten Rembang berupa Kondisi Fisik Alam dan Lingkungan Kabupaten Rembang, Kondisi Ekonomi dan Kondisi Sosial Budaya Kabupaten Rembang.
BAB IV ANALISIS TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pada bab ini memaparkan hasil analisis tim studio II Kabupaten Rembang mengenai Analisis Kedudukan Kabupaten Rembang Di Dalam Wilayah Lebih Luas, Analisis Karakteristik Fisik Wilayah Kabupaten Rembang, Analisis Karakteristik Ekonomi Wilayah Kabupaten Rembang, Analisis Kemampuan Keuangan Pembangunan Daerah, Analisis Sosial Budaya Kabupaten Rembang.
BAB V PENYUSUNAN KONSEP RTRW KABUPATEN
Pada bab ini menjelaskan konsep RTRW yang telah dibetuk oleh tim studio II Kabupaten Rembang berupa Rumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah dengan menggunakan Analisis SWOT dan Konsep PengembanganbWilayah Kabupaten Rembang.
BAB VI RENCANA PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pada bab ini berisikan tentang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Kabupaten, Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten, Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupate, Penetapan Kawasan-Kawasan Strategis Kabupaten, dan Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Rembang.
BAB VII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pada bab ini berisikan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten, Ketentuan Perizinan, Ketentuan Pemberian Intensif, Ketentuan Pemberian Disentif, Arahan Pengenaan Sanksi.
BAB II
KEBIJAKAN DAN KAJIAN TEORI
2.1. Kebijakan Eksternal
Kebijakan yang berada di luar kawasan studi yang biasanya merupakan kebijakan yang berada diatasnya. Sehingga kebijakan ini juga menentukan arah dalam pemdangunan suatu daerah.
2.1.1. RTRW Nasional Tahun 2008-2028 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun2008)
2.1.1.1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional
Tujuan penataan ruang wilayah nasional meliputi:
Ruang wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah Nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
Dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
2.1.1.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi :
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan
kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.
Dalam RTRWN, Kabupaten Rembang termasuk dalam Kawasan Andalan dalam sektor pertanian, industri, pertambangan, dan perikanan. Bersama daerah sekitarnya yaitu WANARAKUTI, atau kawasan Juwana, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, dan Blora.
2.1.2. RTR Kepulauan Jawa – Bali (Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012)
Strategi pemanfaatan ruang Pulau Jawa-Bali diwujudkan dalam Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali yang berisi:
strategi pengembangan struktur ruang;
strategi pengelolaan pola pemanfaatan ruang.
Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang yang mencakup Kabupaten Rembang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan :
sistem jaringan transportasi nasional
sistem jaringan sumber daya air
Tabel II.1
Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kepulauan Jawa Bali Tahun 2012
No
Ruang Lingkup
Muatan
Lokasi
1
Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Pemantapan jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer pada jaringan jalan lintas Utara Pulau Jawa dan jaringan jalan lintas Tengah Pulau Jawa untuk mendorong daya saing perekonomian di Jawa-Bali.
Jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Merak–Cilegon-Serang Tangerang–Jakarta– Bekasi–Karawang–Cikampek– Pamanukan–Lohbener–Palimanan– Cirebon–Losari–Brebes–Tegal– Pemalang–Pekalongan–Batang– Kendal–Semarang–Demak-Kudus–Pati–Rembang–Bulu–Tuban–Widang –Lamongan–Gresik–Surabaya–Waru–Sidoarjo–Pasuruan- Probolinggo–Situbondo-Ketapang–Banyuwangi.
Pemantapan jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, dan jaringan jalan strategis nasional pada jaringan jalan pengumpan untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan di Pulau Jawa bagian selatan dengan kawasan perkotaan nasional di Pulau Jawa bagian tengah dan Pulau Jawa bagian utara, serta antarkawasan di Pulau Bali bagian utara dengan kawasan perkotaan nasional di Pulau Bali bagian selatan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, serta karakteristik, jenis, dan potensi ancaman bencana
Jaringan jalan strategis nasional yang menghubungkan :
Rembang–Blora–Cepu-Padangan;
Pengembangan dan pemantapan jaringan jalur kereta api antarkota pada Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Utara Pulau Jawa, Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Jawa, jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa, dan jaringan jalur kereta api Pulau Bali yang melayani kawasan perkotaan nasional
Pemantapan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Utara Pulau Jawa pada lintas Jakarta–Cikampek–Jatibarang-Cirebon-Tegal–Pekalongan– Semarang–Kudus–Rembang– Bojonegoro-Surabaya yang melayani PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek, PKW Cikampek-Cikopo, PKN Cirebon, PKW Tegal, PKW Pekalongan, PKN Kawasan Perkotaan Kedungsepur, PKW Kudus, PKW Bojonegoro, dan PKN Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila;
Pemantapan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas : Cepu–Blora–Purwodadi–Demak–Kudus–Juwana-Rembang yang melayani PKW Cepu dan PKW Kudus
Pengembangan jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan) Pulau Jawa pada lintas : Rembang–Blora-Cepu yang melayani PKW Cepu
Pengembangan jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan fungsi kawasan pertanian pangan berkelanjutan, kawasan lindung, dan kawasan rawan bencana
Jaringan jalur kereta api antarkota pada jaringan jalur kereta api lintas utara-selatan (pengumpan)
Pulau Jawa pada lintas :
Rembang-Blora-Cepu;
Pengembangan atau pemantapan pelabuhan untuk meningkatkan kegiatan ekspor-impor yang mendukung perkembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan
Pemantapan Pelabuhan Tanjung Emas sebagai pelabuhan utama yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN Kawasan Perkotaan Kedungsepur sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Juwana–Jepara–Kudus–Pati–Rembang-Blora (Wanarakuti)
2
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan imbuhan air tanah dan pengendalian pendayagunaan
sumber air tanah di kawasan pelepasan air tanah pada CAT
CAT Lasem yang berada di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban;
Peningkatan fungsi, pengembangan, dan pemeliharaan jaringan irigasi teknis pada DI untuk
mempertahankan dan meningkatkan luasan lahan pertanian pangan
Di Semen/Krinjo yang melayani kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Rembang dan
Kabupaten Tuban;
Sumber : RTR Jawa-Bali tahun 2012
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pola Ruangyang mencakup Kabupaten Rembang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan :
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung nasional
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya
Kawasan rawan bencana alam
Kawasan lindung geologi
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional :
Kawasan peruntukan hutan
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan industri
Kawasan peruntukan pariwisata
Kawasan peruntukan permukiman
Tabel II.2.
Kawasan Lindung Nasional kepulauan Jawa Bali Tahun 2012
No
Ruang Lingkup
Muatan
Lokasi
1
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya.
Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan luasan kawasan hutan lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan tanaman hutan yang memiliki fungsi lindung sesuai dengan jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian, intensitas hujan, dan parameter fisik lainnya di kawasan hutan lindung, serta rehabilitasi kawasan hutan lindung yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan
Kabupaten Rembang
Pemertahanan fungsi kawasan resapan air dan pengendalian alih fungsi lahan kawasan resapan air, serta rehabilitasi kawasan resapan air yang terdegradasi dengan menggunakan teknologi lingkungan
CAT Lasem (Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban)
2
Kawasan perlindungan setempat
Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk untuk mencegah daya rusak air
Kabupaten Rembang
kawasan sekitar danau atau waduk
Waduk Lodan , Waduk Lodan Wetan, waduk Panohan
3
Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar budaya
Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau untuk perlindungan pantai dari abrasi dan kelestarian biota laut
Kabupaten Rembang
4
Kawasan rawan bencana alam
Penetapan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana, penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana, dan pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana alam
kawasan rawan tanah longsor Kabupaten Rembang, kawasan rawan gelombang pasang di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Rembang
5
Kawasan lindung geologi
Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi, rehabilitasi kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi yang terdegradasi, serta pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun di sekitar kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi
kawasan karst Kabupaten Rembang
Penetapan zona-zona rawan bencana alam geologi beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana, pengendalian perkembangan kawasan budi daya terbangun yang berpotensi terjadinya bencana, dan penyelenggaraan upaya mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi bencana serta pembangunan sarana pemantauan bencana
kawasan rawan abrasi di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Rembang
Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun dan rehabilitasi kawasan imbuhan air tanah pada CAT
CAT Lasem (Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban),
Sumber: RTR Jawa Bali tahun 2012
Tabel II.3.
Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional Kepulauan Jawa Bali tahun 2012
No
Ruang Lingkup
Muatan
Lokasi
1
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan
Pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan menggunakan teknologi lingkungan, pengendalian perubahan peruntukan dan/atau fungsi kawasan hutan sebagai upaya untuk mewujudkan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Pulau Jawa-Bali sesuai dengan ekosistemnya, rehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi, dan peningkatan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan
Kabupaten Rembang,
2
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pertanian
Pemertahanan luas lahan pertanian pangan berkelanjutan, pengendalian perkembangan kegiatan budi daya pada kawasan pertanian pangan berkelanjutan terutama di sisi kiri dan sisi kanan jalan, pengendalian alih fungsi peruntukan lahan pertanian tanaman pangan, dan pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan nasional
Kabupaten Rembang
Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan sarana dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dan rehabilitasi kawasan peruntukan pertanian untuk kegiatan perkebunan yang terdegradasi
Kabupaten Rembang
3
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan
Pengembangan sentra perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang didukung peningkatan fungsi industri pengolahan hasil perikanan serta prasarana dan sarana yang ramah lingkungan
sentra perikanan tangkap Kabupaten Rembang, sentra perikanan budi daya Kabupaten Rembang
Rehabilitasi kawasan peruntukan perikanan budi daya untuk menjaga ekosistem sekitarnya
Kabupaten Rembang
Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat
Kabupaten Rembang
Pengendalian kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung
Kabupaten Rembang
Revitalisasi wilayah penangkapan ikan yang mengalami gejala tingkat penangkapan yang berlebih (overfishing)
Kabupaten Rembang
4
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan industri
Pengembangan kegiatan industri di dalam kawasan peruntukan industri dan mendorong relokasi kegiatan industri menuju kawasan industri, meningkatkan kualitas prasarana dan sarana penunjang kegiatan industri, peningkatan penataan lokasi kegiatan industri di dalam kawasan industri, dan peningkatan kegiatan industri yang benilai tambah tinggi dengan penggunaan teknologi tinggi dan ramah lingkungan
Kabupaten Rembang
5
Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pariwisata
Rehabilitasi dan pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta ekowisata yang didukung prasarana dan sarana pariwisata, serta pengembangan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata dengan menggunakan teknologi lingkungan dan berbasis kerja sama antardaerah
kawasan pariwisata bahari Kabupaten Rembang, kawasan ekowisata Kabupaten Rembang
Sumber: RTR Jawa Bali tahun 2012
2.1.3. RTRW Provinsi Jawa Tengah (Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2010)
Kabupaten Rembang termasuk PKL, dan tergabung dalam sistem perwilayahan Banglor yaitu yang terdiri dari Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora, dengan pusat di Cepu, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi.
Tabel II.4.
Struktur Ruang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
No
Ruang Lingkup
Muatan
Lokasi
1
Prasarana utama
rencana pengembangan jalan kolektor Primer
Pengembangan ruas jalan Cepu–Blora–Rembang.
Rencana pengembangan jalan stategis nasional
Rembang-Bulu-Blora-Cepu-Padangan (Perbatasan Jawa Timur).
Rencana pengembangan terminal tipe A
Kabupaten Rembang
Rencana pengembangan kereta api komuter
jalur semarang–kudus–pati–Rembang
Revitalisi stasiun lama untuk pengoperasian kereta komuter dan antar kota yaitu stasiun Rembang
Kabupaten Rembang
rencana pengembangan pelabuhan umum
termasuk pelabuhan pengumpan adalah Pelabuhan Rembang, dan Pelabuhan Lasem.
2
Prasarana lain
recana pengembangan prasarana kelistrikan
pembangkit listrik tenaga uap di Kabupaten Rembang
Rencana pengembangan prasarana energi BBM (Bahan Bakar Minyak) dan Gas
pembangunan pipa BBM Teras–Pengampon dan Cepu–Rembang–Pengampon Semarang serta pengembangan pipa gas Cirebon–Semarang–Bangkalan–Semarang–Kalimantan Timur, Semarang–Kepodang; Kepodang–Rembang–Pati – Jepara – Semarang.
Sumber : RTRW Prov. Jawa Tengah tahun 2010
Tabel II.5.
Pola Ruang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010
No
Pola Ruang
Ruang Lingkup
Muatan
1
Kawasan Lindung
kawasan hutan lindung
kawasan hutan lindung yang di kelola negara, kawasan hutan lindung yang dikelola oleh masyarakat, kawasan resapan air, kawasan perlindungan setempat, diantaranya sebagai kawasan sempadan pantai
Kawasan cagar alam dan suaka alam, taman wisata alam
taman wisata alam sumber semen, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan bencana banjir, rawan gelombang pasang, rawan kekeringan, dan rawan abrasi.
kawasan lindung geologi
kawasan imbuhan air,
kawasan perlindungan
kawasan perlindungan plasma nutfah
2
Kawasan Budidaya
kawasan hutan
kawasan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,
peruntukan peternakan
peruntukan peternakan besar dan kecil, peternakan unggas, lahan perikanan budidaya air payau, perikanan air tawar, dan perikanan budidaya air laut.
kawasan pertambangan
pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batu bara, pertambangan minyak dan gas bumi,
wialayah industri
kawasan peruntukan industri
kawasan pengembangan pariwisata
kawasan pengembangan pariwisata –B.
Sumber : RTRW Prov. Jawa Tengah tahun 2010
Selain itu disebutkan pula Kabupaten Rembang mempunyai kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu pulau : Marongan, Gede, dan Sualan. Sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, yaitu RATUBANGNEGORO: Blora, Tuban, Rembang, Bojonegoro. Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam/ teknologi tinggi.
2.1.4. RTRW Kabupaten Sekitar
Merupakan pembahasan mengenai perencanaan daerah sekitar atau yang berbatasan dengan Kabupaten rembang. Dalam hal ini merupakan perencanaan yang bersangkutan dengan kabupaten Rembang
2.1.4.1 RTRW Kabupaten Pati (Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011)
Berikut adalah rangkuman materi RTRW Kabupaten Pati yang membahas tentang kaitannya dengan Kabupaten Rembang:
Tabel II.6.
RTRW Kabupaten Pati Tahun 2011
No.
Ketentuan Pokok
Muatan
Strategi
1.
Tujuan
Terwujudnya Kabupaten Pati sebagai kabupaten "Mina Tani" yang berbasis keunggulan pertanian dan industri yang berkelanjutan.
Pembangunan Terkait Kabupaten Rembang
Prasarana
Rencana pengembangan jaringan jalan Nasional
Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian yang menghubungkan Semarang – Demak – Pati – Rembang
jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Semarang-Kabupaten Rembang yang melewati Kabupaten Pati, meliputi, Kecamatan Margorejo, Kecamatan Pati, Kecamatan Gabus, Kecamatan Jakenan, Kecamatan Jaken, Kecamatan Juwana, dan Kecamatan Batangan
Sumber: RTRW Kab. Pati (Peraturan Pemerintah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011)
Dari tabel tersebut, Kabupaten Pati hanya terdapat kaitan tentang pengembangan transportasi dengan Kabupaten Rembang, yaitu Jaringan Jalan Nasional dan Pengembangan perkeretaapian.
2.1.4.2. RTRW Kabupaten Tuban (Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 9 Tahun 2012)
Berikut adalah rangkuman materi RTRW Kabupaten Tuban yang membahas tentang kaitannya dengan Kabupaten Rembang:
Tabel II.7.
RTRW Kabupaten Tuban Tahun 2012
No.
Ketentuan Pokok
Muatan
Strategi
1.
Visi
Terwujudnya Kabupaten Tuban berbasis industri yang ramah lingkungan dengan penyangga pertanian, perikanan, dan pertambangan.
2.
Misi
Misi Kabupaten Tuban adalah mewujudkan:
perencanaan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung wilayah
optimalisasi fungsi kawasan budidaya sesuai dengan peruntukannya
pemantapan fungsi kawasan lindung dan kelestarian sumberdaya alam
penyediaan sarana prasarana wilayah sebagai pendukung kawasan industri terpadu yang didukung oleh berbagai sektor
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.
Tujuan
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah daerah yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan guna:
terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan
terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Isu Pembangunan Terkait Kabupaten Rembang
1.
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi perkeretaapian
Rencana revitalisasi dan konservasi rel mati
Kabupaten Bojonegoro-Kecamatan Parengan-Kecamatan Singgahan-Kecamatan Bangilan-Kecamatan Jatirogo-Kabupaten Rembang.
2.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
Kawasan perbatasan Provinsi Jawa Timur–Jawa Tengah melalui kerjasama regional
Ratubangnegoro.
kawasan perbatasan Provinsi Jawa Timur–Jawa Tengah meliputi Kabupaten Blora–Tuban–Rembang - Bojonegoro (Ratubangnegoro) di Kecamatan Jatirogo
Sumber: RTRW Kab. Pati (Peraturan Pemerintah Kabupaten Tuban Nomor 9 Tahun 2012)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Tuban memiliki kaitan dengan Kabupaten Rembang yaitu hanya pada bidang pengembangan jaringan perkeretaapian dan kawasan strategis RATUBANGNEGORO.
RTRW Kabupaten Blora (Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 18 Tahun 2011)
Berikut adalah rangkuman materi RTRW Kabupaten Blora yang membahas tentang kaitannya dengan Kabupaten Rembang:
Tabel II.8.
RTRW Kabupaten Blora Tahun 2011
No.
Ketentuan Pokok
Muatan
Strategi
1.
Tujuan
Penataan ruang wilayah daerah bertujuan mewujudkan penataan ruang daerah sebagai kawasan argo forestry yang seimbang dan lestari dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan
Isu Pembangunan Terkait Kabupaten Rembang
1.
Prasarana
Pembangunan jaringan jalan sekunder
Pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan
Pengembangan jaringan transportasi
Pengembangan sistem jaringan sumber daya energi
Kawasan strategis provinsi
Ruas Rembang–Bulu–Blora–Cepu–Padangan merupakan jalan strategis nasional
Pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan, meliputi:
Jaringan trayek antar kota dalam provinsi:
Cepu-Blora-Rembang-Kudus
Cepu-Blora-Rembang-Semarang
Jaringan lalu lintas angkutan barang:
Semarang – Kabupaten Grobogan – Blora melalui jalan Gatot Subroto – jalan Agil Kusumo – jalan Taman Makam Pahlawan – Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang – Blora melalui jalan Ahmad Yani – jalan Sudirman – Kecamatan Cepu
Kabupaten Rembang – Blora melalui jalan Ahmad Yani – jalan Kisoreng – Jalan KNPI – jalan Sudirman – Kecamatan Cepu.
Arahan pengembangan jalur perkeretaapian regional melintasi jalur Blora – Rembang.
Pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) yang melewati Cepu-Rembang-Pengapon Semarang.
Kawasan strategis provinsi, meliputi:
kawasan Koridor Perbatasan Blora–Tuban–Rembang – Bojonegoro (Ratubangnegoro)
kawasan strategis Rembang– Blora (Banglor).
Sumber: RTRW Blora (Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 18 Tahun 2011)
Kabupaten Blora memiliki kaitan dengan Kabupaten Rembang cukup banyak, antara lain : Pembangunan jaringan jalan sekunder, pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan, pengembangan jaringan transportasi, pengembangan sistem jaringan sumber daya energi, kawasan strategis provinsi.
2.2. Kebijakan Internal
Kebijakan yang mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri. Contohnya seperti RTRW Kabupaten Rembang, RPJMD Kabupaten Rembang dan RPJPD Kabupaten Rembang.
RPJPD Kabupaten Rembang (Perda Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 2010)
RPJP Daerah merupakan rencana jangka panjang yang telah disahkan oleh masing-masing Kabupaten yang berfungsi untuk menjadi salah satu arahan dalam pembangunan daerah, berikut adalah rangkuman RPJPD Kabupaten rembang:
Tabel II.9.
RPJPD Kabupaten Rembang Tahun 2010
No.
Pokok
Ketentuan Umum
Penjabaran
1
ISU-ISU STRATEGIS
Kemiskinan, pengangguran dan rendahnya kualitas SDM
cenderung lebih banyak muncul pada daerah-daerah yang mengandalkan potensi agraris.
bukan hanya sekedar bersumber pada kelemahan dari kelompok masyarakat miskin itu sendiri, tetapi juga karena faktor-faktor struktural yang membuat sebagian anggota atau kelompok masyarakat tertentu mendominasi sarana ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Akibat kualitas SDM yang masih rendah, dengan rata-rata lama sekolah di bawah 10 tahun pada jenjang pendidikan dasar dan belum ditunjang dengan ketrampilan dan kecakapan serta keahlian yang profesional, seringkali menyebabkan tenaga kerja yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja..
Belum Optimalnya Pengelolaan Sumberdaya Alam
potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam khususnya perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan tingkat produksi yang meningkat dari tahun-ke tahun.
kawasan mangrove, terumbu karang dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Rembang juga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pariwisata bahari terpadu.
pertanian merupakan contributor
pegunungan kapur menambah potensi sumberdaya alam yang dimiliki kabupaten Rembang khususnya bahan galian golongan C.
Pembangunan antar wilayah juga masih terlihat belum terpadu, belum terbangun simpul-simpul keterkaitan dan cenderung parsial
Kondisi kekurangan air baku di Kabupaten Rembang ini berpengaruh terhadap produktivitas lahan pertanian
Kualitas dan kuantitas infrastruktur belum memadai
dilalui jalan Pantura Pulau Jawa kurang optimalnya pengaturan dalam pembangunan infrastruktur, kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan permukiman masih kurang, kondisi infrastruktur permukiman seperti air minum, drainase, persampahan maupun air limbah belum memadai, infrastruktur pelabuhan masih kurang maupun pengelolaan potensi air permukaan belum optimal
kejadian bencana banjir, gelombang pasang/abrasi, tanah longsor dan kekeringan serta fluktuasi harga bahan bangunan sebagai dampak inflasi secara nasional.
Rendahnya minat investasi
kurang memadainya sarana prasarana pendukung ekonomi seperti ketersediaan air bersih untuk kepentingan proses produksi maupun untuk kepentingan domestik, pasokan energi serta fasilitas transportasi khususnya belum tersedianya pelabuhan niaga
Belum adanya lembaga promosi investasi menyebabkan fungsi promosi investasi kurang berjalan secara optimal. Demikian pula regulasi dalam penanaman modal masih kurang memadai untuk memberikan pelayanan bagi minat investasi
Globalisasi dan Perdagangan Bebas
Lemahnya kualitas SDM terutama pengusaha maupun tenaga kerja yang mayoritas kurang menguasai teknologi dan inovasi serta akses permodalan yang terbatas.
Krisis Energi
harga satuan energi semakin tidak terkendali terutama BBM dan listrik yang akan menyebabkan kekurangan energi di berbagai daerah karena ketidakmampuannya untuk membeli atau memproduksi energi.
Degradasi Lingkungan
kerusakan hutan, terjadinya alih fungsi lahan pertanian untuk peruntukan permukiman, industri, dan lainnya, pemanfaatan air bawah tanah yang tidak memperhatikan kaidah pengelolaan ABT, kerusakan terumbu karang, kerusakan daerah tangkapan air (DTA) dan sekitar mata air, berkurangnya daerah resapan air, kerusakan area bekas pertambangan, keterbatasan informasi geologi dalam mendukung kegiatan penatausahaan tambang, masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya lingkungan hidup, kurangnya kepedulian LSM lingkungan hidup, masih kurangnya pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat, dan lemahnya regulasi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
kerusakan hutan, terjadinya alih fungsi lahan pertanian untuk peruntukan permukiman, industri, dan lainnya, pemanfaatan air bawah tanah yang tidak memperhatikan kaidah pengelolaan ABT, kerusakan terumbu karang, kerusakan daerah tangkapan air (DTA) dan sekitar mata air, berkurangnya daerah resapan air, kerusakan area bekas pertambangan, keterbatasan informasi geologi dalam mendukung kegiatan penatausahaan tambang, masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya lingkungan hidup, kurangnya kepedulian LSM lingkungan hidup, masih kurangnya pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat, dan lemahnya regulasi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup di daerah.
2.
VISI
MAJU
Yaitu: memiliki pendidikan yang memadai, berkepribadian dan berakhlak mulia, derajat kesehatan dan produktivitas yang tinggi, serta tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin rendah. Dari sisi ekonomi kemajuan Rembang tercermin dari semakin tingginya tingkat pendapatan per kapita penduduk dengan tingkat kesenjangan yang rendah, akibat keterpaduan perkembangan dan produktivitas yang tinggi antar sektor yaitu pertanian, perikanan kelautan, pertambangan, industri dan jasa-jasa. Dari segi politik-pemerintahan, kemajuan Rembang ditandai oleh semakin mantapnya kelembagaan politik dan pemerintahan didukung oleh partisipasi masyarakat yang tinggi dengan menjunjung tinggi supremasi hukum, HAM dan kesetaraan gender. Rembang yang maju ditandai oleh penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dalam suatu sistem pemerintahan yang demokratis didukung oleh ketersedaiaan infrastruktur yang memadai. Maju juga dimaknai dinamis yang memiliki arti bahwa segenap stakeholder pemerintahan di Kabupaten Rembang memiliki kekuatan dan semangat besar untuk cepat bergerak dan bertindak dalam memanfaatkan peluang kearah kemajuan dan mudah melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi lingkungan internal maupun perubahan kondisi lingkungan eksternal yang terus berkembang. Dinamis juga memiliki arti capaian perkembangan pembangunan daerah yang progresif dari waktu ke waktu, capaian ini didukung oleh segenap potensi stakeholder yang ada di Kabupaten Rembang.
MANDIRI
mencerminkan suatu sikap untuk mengenali potensi dan kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki serta kesiapan menghadapi tantangan yang ada. Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti luas menyangkut perilaku. Sikap positif ini dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik aspek hukum, ekonomi, politik maupun sosial budaya. Kemandirian tercermin antara lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhah pembangunan daerah kabupaten; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum berarti adanya kemampuan dan independensi dalam menjalankan tugasnya. Kemandirian daerah ini juga dicerminkan oleh sikap dan perilaku aparat didukung oleh masyarakat untuk menuju peningkatan kemampuan pembiayaan pembangunan daerah yang makin tinggi, serta kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok daerah terutama pangan dan papan (perumahan).
SEJAHTERA
mengandung arti sejahtera lahir dan batin. bahwa seluruh masyarakat Kabupaten Rembang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya meliputi sandang, pangan, papan dan tingkat pendidikan yang memadai. Kondisi ini terindikasikan oleh tingginya pendapatan per kapita; tingginya Angka Partisipasi Pendidikan di segala jenjang pendidikan; menurunnya jumlah penduduk miskin; tingginya persentase keluarga dengan perumahan layak; meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak; dan meningkatnya perlindungan dan kesejateraan sosial. Kondisi masyarakat yang sejahtera juga ditandai oleh terciptanya kondisi aman, tenteram, tertib dan damai. Sejahtera juga mengandung makna kehidupan masyarakat yang agamis, yaitu terwujudnya masyarakat yang beriman, bertaqwa dalam menjalankan ibadah
yang dianutnya, berilmu dan beraklak mulia dan rukun diantara sesama pemeluk agama serta memiliki toleransi yang tinggi dalam kehidupan masyarakat yang harmonis.
3
MISI
Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatnya pemerataan pendidikan dan kesempatan memperoleh pendidikan yang layak, meningkatnya akses, pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan, makin mantapnya kearifan lokal; dan meningkatnya sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang serta makin kuatnya karakter masyarakat.
Mewujudkan pengembangan perekonomian dan daya saing daerah.
potensi pertanian dalam arti luas, potensi pertambangan, potensi kelautan perikanan dan potensi industri serta jasa. Pengembangan potensi ekonomi yang ada juga ditujukan ke arah peningkatan daya saing daerah dalam produktivitas barang dan jasa.
Mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
akuntabilitas ialah kewajiban untuk
mempertanggung-jawabkan; keterbukaan dan transparan ketaatan pada hukum; komitmen kuat untuk bekerja bagi kepentingan umum, dan bukan pada kelompok atau pribadi; komitmen untuk mengikutsertakan dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap tahap-tahap pembangunan.
Mewujudkan pengembangan infrastruktur yang memadai.
mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan mempercepat mobilitas barang dan jasa. Infrastruktur dimaksud meliputi perhubungan, jalan dan jembatan, pengairan, air bersih, sanitasi, permukiman dan perumahan, persampahan, serta infrastruktur dan komunikasi
Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
pemanfaatan sumberdaya alam ini harus memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan agar lingkungan tetap lestari dan keberlangsungan pembangunan tetap terjaga.
Sumber: RPJPD Kab. Rembang tahun 2010
RPJMD Kabupaten Rembang (Perda Kabupaten Rembang Nomor 10 Tahun 2010)
RPJM Daerah Kabupaten Rembang Tahun 2010-2015 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, disusun untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh stakeholder pembangunan daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita pembangunan daerah sejalan dengan tujuan nasional dan sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan daerah yang telah disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen pelaku pembangunan menjadi lebih efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan dan saling melengkapi satu dengan lainnya, dalam satu kesatuan pola sikap serta pola tindak. RPJM Daerah ini sekaligus menjadi pedoman dalam penyusunan RKPD yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah dimana didalamnya memuat strategi, arah kebijakan, program kegiatan dan prakiraan maju pendanaan.
Isu-Isu Strategis Daerah :
Kemiskinan dan Pengangguran
Belum Optimalnya Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Kualitas dan kuantitas infrastruktur dan pelayanan publik yang belum memadai
Rendahnya investasi dan jalinan kemitraan di daerah
Globalisasi dan Perdagangan Bebas
Degradasi Lingkungan Hidup
Tabel II.10.
Potensi Permasalahan Masing-masing Urusan RPJMD
Kabupaten RembangTahun 2010
No
Aspek
Bidang
Potensi Permasalahan
1
Kelompok Urusan Pemerintahan
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Masyarakat belum bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman serta menghadapi bencana alam.
Belum optimalnya pengembangan wawasan kebangsaan dan jati-diri bangsa dalam masyarakat.
Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan politik masyarakat
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
Belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah
Belum optimalnya pelaksanaan sistem pengawasan internal dan pelaksanaan kebijakan kepala daerah
Belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah
Belum optimalnya kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah daerah
Perencanaan Pembangunan
Belum optimalnya kualitas perencanaan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektoral.
Belum efektifnya sistem monitoring dan evaluasi pembangunan daerah.
Statistik
Belum tersedianya sistem informasi data yang cepat, akurat dan akuntabel
Belum optimalnya pelayanan data/informasi untuk mendukung perencanaan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan
Kearsipan
Belum optimalnya Sistem administrasi kearsipan disebabkan oleh keterbatasan kapasitas sarana prasarana kearsipan dan masih lemahnya penanganan arsip di tingkat SKPD
Keperpustakaan
Masih rendahnya minat baca masyarakat
Belum optimalnya penyelenggaraan dan pelayanan perpustakaan karena disebabkan oleh kurang memadainya sarana prasarana perpustakaan dan minimnya tenaga pengelola perpustakaan.
2
Kelompok Urusan Prasarana Wilayah
Pekerjaan Umum
Belum memadainya kuantitas dan kualitas jaringan jalan dan jembatan, baik jalan nasional, jalan provinsi maupun jalan kabupaten.
Belum optimalnya sistem jaringan pengelolaan sumber daya air terpadu
Masih rendahnya cakupan keluarga dengan akses air bersih di seluruh Kabupaten Rembang.
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas sarana sanitasi di wilayah Kabupaten Rembang
Belum optimalnya pengelolaan persampahan dilihat dari presentase sampah yang tidak terangkut masih tinggi.
Belum meratanya pembangunan sarana dan prasarana pendukung dari kegiatan perkotaan dan perdesaan
Masih rendahnya kualitas rumah yang layak huni dan masih rendahnya upaya peningkatan kualitas permukiman.
Belum optimalnya penataan lingkungan permukiman
Perhubungan
Belum optimalnya ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas perhubungan
Belum optimalnya kualitas pelayanan angkutan.
Perumahan
Rendahnya penyediaan rumah bagi masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Rembang.
Penataan Ruang
Belum optimalnya penegakan perda tata ruang dan masih banyaknya pelanggaran tataruang serta Belum optimalnya Pengendalian pemanfaatan ruang sebagai tindak lanjut Perda RTRW di Kabupaten Rembang.
Belum optimalnya pemanfaatan dan pengembangan Potensi kawasan-kawasan pemacu pertumbuhan ekonomi.
Belum tertatanya pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan
Pertanahan
Belum optimalnya sistem pendaftaran tanah
Masih rendahnya pemahaman masyarakat mengenai penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan peraturan yang ada
Komunikasi dan Informatika
Belum optimalnya penataan jaringan telekomunikasi terutama provider telepon seluler.
Belum tersedianya sarana dn prasarana penyebaran informasi yan memadai.
3
Kelompok Urusan Sosial Budaya
Pendidikan
Kesehatan
Belum optimalnya pelayanan kesehatan baik dasar dan rujukan.
Masih ditemukannya gizi buruk pada balita dengan persentase gizi buruk yang lebih tinggi dibandingkan dengan Propinsi Jawa Tengah.
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Masih kurang optimalnya pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk.
Masih kurangnya kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
Kebudayaan
Masih rendahnya perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya daerah
Masih rendahnya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kesenian khususnya kesenian tradisional dan kegiatan tradisi budaya.
Kependudukan Catatan Sipil
Belum optimalnya pengelolaan sistem administrasi kependudukan, akte dan pencacatan sipil, sehingga menyebabkan masih banyaknya penduduk yang belum memiliki akta kependudukan (KK, KTP dan Akte Kelahiran).
Kepemudaan dan Olahraga
Belum optimalnya peran pemuda dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Rembang.
Belum optimalnya peran kelembagaan/organisasi kepemudaan meningkatkan kapasitas dan kualitas pemuda.
Belum optimalnya prestasi dan pemasyarakatan olahraga serta kelembagaan/organisasi olahraga dalam meningkatkan prestasi olahraga.
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Belum optimalnya prestasi dan pemasyarakatan olahraga serta kelembagaan/organisasi olahraga dalam meningkatkan prestasi olahraga.
Masih rendahnya perlindungan terhadap perempuan dan anak.
Pariwisata
Masih rendahnya jumlah kunjungan wisata, daya saing dan daya jual destinasi pariwisata pada pasar regional, nasional maupun global.
Sosial
Masih tingginya jumlah fakir miskin (angka Kemiskinan).
Masih belum optimalnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kemandirian dan keberdayaan masyarakat desa belum terwujud secara optimal dan belum berkembangnya kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat desa
Ketenagakerjaan
Masih relatif tingginya jumlah pengangguran terbuka dan rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja
Ketransmigrasian
Rendahnya jumlah transmigran yang diberangkatkan ke daerah tujuan transmigrasi dan terbatasnya kuota penempatan transmigran di daerah tujuan.
4
Kelompok Urusan Ekonomi
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan koperasi dan UMUM
Belum optimalnya upaya pengembangan usaha kecil, pelatihan kewirausahaan, bantuan permodalan, jaringan pemasaran, peningkatan mutu produk, pengembangan teknologi tepat guna, dan pengembangan sentra UMKM.
Masih adanya praktek-praktek monopoli dan oligopoli di tingkat pelaku usaha.
Industri
Menurunnya kinerja industri yang ada sehingga kurang dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sumberdaya lokal dan kurangnya kemitraan strategis.
Masih kurangnya kapasitas IPTEKS IKM yang menghasilkan kinerja dan inovasi produk yang masih rendah,
Perdagangan
Belum optimalnya perlindungan dan jaminan usaha perdagangan skala kecil dan menengah dalam menghadapi persaingan usaha di daerahnya.
Belum optimalnya perlindungan konsumen.
Penanaman Modal
Belum optimalnya pengembangan peluang investasi daerah yang mampu menarik investor.
Masih lemahnya pengawasan terhadap ijin usaha yang diberikan.
Energi dan Sumber Daya Mineral
Belum optimalnya pengembangan pertambangan dan energy serta rendahnya pengelolaan usaha pertambangan rakyat yang ramah lingkungan.
Kurangnya pemahaman akan peta daerah rawan bencana alam geologi
Pertanian
Masih rendahnya penerapan teknologi pertanian mulai dari teknik budidaya sampai teknik pengolahan hasil.
Masih lemahnya jaringan pemasaran produksi pertanian, peternakan, dan perkebunan.
Ketahanan Pangan
Belum optimalnya distribusi bahan kebutuhan pokok pangan ke seluruh pelosok daerah.
Masih tingginya ketergantungan pada beras menyebabkan tekanan terhadap peningkatan produksi beras semakin tinggi pula.
Belum otpimalnya perwujudan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Lingkungan Hidup
Belum optimalnya kinerja pengelolaan persampahan dan masih terbatasnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
Belum optimalnya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Belum optimalnya pengendalian dan konservasi sumber daya alam.
Belum optimalnya pengelolaan ruang terbuka hijau.
Kehutanan
Belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumber daya hutan termasuk pengembangan hasil hutan non kayu.
Masih rendahnya rehabilitasi hutan (termasuk hutan pantai) dan lahan dibanding tingkat kerusakannya
Kelautan dan Perikanan
Masih terbatasnya produksi perikanan tangkap (laut).
Belum optimalnya peran masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan.
Meningkatnya ancaman abrasi pantai dan intrusi air laut.
Sumber: RPJMD Kab. Rembang tahun 2010
RTRW Kabupaten Rembang (Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011)
Tujuan penataan ruang wilayah daerah adalah untuk mewujudkan penataan ruang wilayah Daerah Rembang sebagai kawasan pantai unggulan yang didukung pengembangan sektor kelautan dan perikanan, pertanian, pertambangan dan industri dalam keterpaduan pembangunan wilayah utara dan selatan serta antar sektor yang berwawasan lingkungan.
Tabel II.11.
Kebijakan dan Strategis RTRW Kabupaten Rembang
Ruang Lingkup
Bagian
Muatan
Kebijakan dan Strategi
Pengembangan potensi sektor pertanian di bagian tengah dan bagian selatan.
Mengembangkan kawasan produksi pertanian, kawasan agropolitan, produk unggulan pedesaan, dan sarpras kawasan pedesaan.
Pengembangan potensi sektor perikanan kelautan di bagian utara.
Mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap dan budidaya, wisata bahari terpadu, kawasan industri pengolahan perikanan, pelabuhan perikanan dan umum.
Pengembangan potensi sektor pertambangan.
Mengkaji kawasan potensi pertambangan dan zonasi wilayah pertambangan, mengelola kawasan peruntukan pertambangan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, merehabilitasi dan merevegetasi kawasan bekas pertambangan dan mengelola lingkungan sekitar kawasan peruntukan pertambangan.
Pengembangan potensi sektor industri
Mengembangkan kawasan peruntukan industri yang terletak di semua wilayah kecamatan, membangun kawasan industri Kabupaten Rembang dan mengembangkan dan pemantapan klaster industri.
Pengembangan dan pemantapan fungsi pusat pelayanan yang terkoneksi dengan sistem prasarana wilayah dalam rangka pengurangan kesenjangan antar wilayah
Mengembangkan dan memantapkan sistem pusat kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan prasarana sumberdaya air, sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan, sistem jaringan prasarana telekomunikasi dan sistem jaringan prasarana lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan
Melestarikan kawasan hutan lindung, kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat dan mengelola kawasan sumber daya alam dengan memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan.
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
Mendukung penetapan KSN dengan fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan, mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar KSN untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Kemanan, mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar KSN dengan kawasan budidaya terbangun dan turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang tahun 2011
Struktur Ruang Wilayah Daerah meliputi:
Sistem Pusat Kegiatan
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Daerah
Tabel II.12.
Sistem Pusat Kegiatan Struktur Ruang RTRW Kabupaten Rembang 2011
No.
Ruang Lingkup
Muatan
Lokasi
1.
Sistem Perkotaan
PKL
Perkotaan Rembang
PKLp
Perkotaan Lasem, Perkotaan Pamotan, Perkotaan Kragan
PPK
Perkotaan Sulang, Perkotaan Sluke, Perkotaan Kaliori, Perkotaan Pancur, Perkotaan Sumber, Perkotaan Bulu, Perkotaan Gunem, Perkotaan Sedan, Perkotaan Sale, Perkotaan Sarang
2.
Sistem Pedesaan
PPL
Desa Padaran Kecamatan Rembang
Desa Mojorembun Kecamatan Kaliori
Desa Landoh Kecamatan Sulang
Desa Krikilan Kecamatan Sumber
Desa Kedungasem Kecamatan Sumber
Desa Tlogotunggal Kecamatan Sumber
Desa Lambangan Wetan Kecamatan Bulu
Desa Kajar Kecamatan Lasem
Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur
Desa Kepohagung Kecamatan Pamotan
Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke
Desa Tahunan Kecamatan Sale
Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem
Desa Pandangan Wetan Kecamatan Kragan
Desa Sendangwaru Kecamatan Kragan
Desa Lodan Wetan Kecamatan Sarang
Desa Gandrirejo Kecamatan Sedan
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang tahun 2011
Tabel II.13.
Sistem Jaringan Prasarana Struktur Ruang RTRW
Kabupaten RembangTahun 2011
Ruang Lingkup
Bagian
Sasaran
Lokasi
Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi darat
Rencana pengembangan jaringan jalan
Jaringan jalan bebas hambatan
Semarang – Demak - Kudus – Pati – Rembang – perbatasan Jawa Timur melalui Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang
Jaringan jalan nasional
Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang
Jaringan jalan provinsi
Kecamatan Lasem – Kecamatan Pancur – Kecamatan Pamotan – Kecamatan Sedan – Kecamatan Sale – Kabupaten Tuban
Kecamatan Rembang – Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu – Kabupaten Blora
Jaringan jalan kabupaten
Perkotaan Rembang dengan jalur lintasan melalui Desa Kelurahan Magersari – Desa Waru – Desa Sendangagung – Desa Pulo – Desa Ketanggi – Desa Mondoteko – Desa Ngotet – Desa Weton – Desa Tireman
Perkotaan Rembang dengan jalur lintasan melalui Desa Banyudono – Desa Bogorejo – Desa Sendangagung – Desa Ngadem – Desa Mondoteko – Desa Kedungrejo – Desa Turusgede – Desa Kumendung – Desa Sridadi – Desa Pasarbanggi
Perkotaan Lasem dengan jalur lintasan melalui Jembatan Kiringan – Desa Gedongmulyo – Desa Dasun – Desa Sendangasri
Jalan wisata pantai Kabupaten Rembang
Jalan akses menuju kawasan pertambangan
Jalan poros desa
Jalan lingkungan
Jalan tembus untuk membuka daerah terisolir dan daerah yang mempunyai potensi perekonomian
Pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Rembang
Peningkatan jalan yang menuju ke kawasan Bumi Perkemahan Karangsari Park
peningkatan jalan lokal primer
Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan
Rencana pemindahan dan peningkatan fungsi terminal penumpang menjadi tipe A
Kecamatan Rembang
Pemantapan fungsi terminal penumpang tipe B
Desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem
pemantapan fungsi terminal penumpang tipe C
Kecamatan Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Pamotann, Kecamatan Sulang, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sale, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke
Pemantapan fungsi jembatan timbang
Desa Temperak Kecamatan Sarang
Pembangunan terminal barang
Desa Sendangasri Kecamatan Lasem
Rencana pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan
Penambahan armada minibus dan angkutan perdesaan
Pengembangan trayek ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau pelayanan transportasi
Lasem – Kajar – Lasem
Rembang – Lasem – Pulo – Pasar – Ngebrak – Pasar – Pulo – Lasem – Rembang
Sale – Tahunan – Sale
Rencana pengembangan jaringan prasarana perkeretaapian
Pengembangan jaringan jalur kereta api
Jalur komuter Rembang – Pati – Kudus – Semarang
Jalur Cepu – Blora - Rembang – Sluke
Jalur kawasan pertambangan di wilayah Kecamatan Sale dan Kecamatan Gunem ke pelabuhan umum di Kecamatan Sluke
Revitalisasi Stasiun Rembang
Rencana pengembangan
sistem prasarana transportasi laut
Wilayah pantai Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan pengumpan
Rencana Sistem Jaringan Energi/ Kelistrikan
pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
pengembangan jaringan pipa bahan bakar minyak
Cepu – Rembang – Pengapon Semarang melalui Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu
pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
pengembangan stasiun pengisian bahan bakar umum
Setiap kecamatan Kabupaten Rembang
pengembangan jaringan pipa gas
Kepodang– Rembang – Pati – Jepara –Semarang melalui Kecamatan Kaliori-Kecamatan Rembang-Kecamatan Lasem-Kecamatan Sluke-Kecamatan Kragan - Kecamatan Sarang
pengembangan stasiun pengisian bahan bakar elpiji
pada lokasi yang
strategis.
pengembangan pembangkit tenaga listrik dan gardu induk
pengembangan pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Sluke
pembangunan pembangkit listrik tenaga surya
kawasan yang belum terjangkau jaringan listrik
pembangunan energi alternatif
pembangunan satu unit gardu induk baru
Kecamatan Sluke
Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik berupa pengembangan saluran udara tegangan tinggi
Desa Trahan, Desa Jurangjero, Desa Leran, Desa Binangun, Desa Bonang, Desa Sriombo, Desa Sendangasri, Desa Dasun, Desa Gedongmulyo, Desa Dorokandang di Kecamatan Lasem dan Desa Punjulharjo, Desa Tritunggal, Desa Pasarbanggi, Desa Tireman, Desa Gedangan, Desa Kabongan Kidul, Desa Ngotet, Desa Leteh di Kecamatan Rembang
Penambahan dan perbaikan jaringan listrik pada daerah yang belum terlayani
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan jaringan terestrial berupa pengembangan jaringan distribusi telepon kabel
Telepon rumah tangga 60% (enam puluh persen), kebutuhan sosial 20% (dua puluh persen), dan kebutuhan komersial 20% (dua puluh persen.
Pengembangan jaringan satelit pada daerah yang tidak terjangkau
jaringan telekomunikasi
Penggunaan gelombang untuk komunikasi dan penyiaran diatur tata laksananya
Pengembangan jaringan nirkabel dengan pembangunan dan penggunaan
menara telekomunikasi bersama
Di wilayah kecamatan Kabupaten Rembang
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Jaringan sumberdaya air meliputi WS
WS Jratun Seluna dan WS Bengawan Solo
Jaringan sumber daya air strategis Nasional
DAS Randugunting, DAS Widodaren, DAS Anyar, DAS Capluk, DAS Sambung, DAS Panggang, DAS Jambangan DAS Kiringan, DAS Lasem, DAS Keris, DAS Dukoh, DAS Bonang / Nyamplung, DAS Kladen, DAS Banu, DAS Jatisari, DAS Dalananyar, DAS Sanduk, DAS Grasak, DAS Randualas, DAS Kepel, DAS Kresak, DAS Kesambi, DAS Belitung/Ngepang dan DAS Wangon
Jaringan sumberdaya air lintas provinsi
DAS Kening WS Bengawan Solo
Rencana pembangunan dan pengelolaan embung
Embung Lodan, Embung Banyukuwung, Embung Grawan, Embung Panohan, Embung Tlogo, Embung Gedari, Embung Trenggulunan
Rencana sistem jaringan irigasi
Rencana pengembangan jaringan air baku
Jakinah dan Ngandang Kecamatan Sale, Jakinah dan Ngandang Kecamatan Sale, Desa Kalipang Kecamatan Sarang, Desa Grawan Kecamatan Sumber, Desa Jatimudo Kecamatan Sulang, Desa Pamotan Kecamatan Pamotan, Kajar dan Gowak Kecamatan Lasem, Taban dan Pasedan Kecamatan Bulu, Sumber Suco Kecamatan Gunem
Sistem pengendalian banjir
normalisasi sungai, pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah atau
tanggul, pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan pintu air, pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman, penyediaan embung atau pond pengendali banjir di setiap kawasan
permukiman mandiri dan penanaman pohon di sempadan sungai dan lahan-lahan kritis
Rencana Jaringan Prasarana Lingkungan
Pengelolaan sistem jaringan persampahan
revitalisasi tempat pemrosesan akhir menjadi tempat pengolahan
sampah terpadu
Desa Kerep Kecamatan Sulang
pembangunan tempat penampungan sementara
Kecamatan Sedan
pengelolaan sampah reduce,reuse, recycle
peningkatan prasarana pengelolaan sampah permukiman
peningkatan prasarana pengelolaan limbah medis dan bahan
berbahaya dan beracun.
Pengelolaan sistem drainase
Pengembangan sistem pengelolaan limbah
Kabupaten Rembang
Pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana
jalur evakuasi bencana gelombang pasang
Kecamatan Sarang,
Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem, Kecamatan, Rembang dan Kecamatan Kaliori
jalur evakuasi bencana banjir
Kecamatan Kragan, Kecamatan
Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sale, Kecamatan Sumber dan Kecamatan Kaliori
Jalur evakuasi bencana gerakan tanah / longsor
Kecamatan Pancur,
Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang,
Kecamatan Gunem, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan
Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sale dan Kecamatan Sedan
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang tahun 2011
Tabel II.14.
Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011
Ketentuan Pokok
Peruntukan
Muatan
Lokasi
Luas (Ha)
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung
Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke
2.451
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan resapan air
Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale , Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pancur
11.314
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan sempadan pantai
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
649
Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi
9.888
kawasan sekitar waduk/ embung/ bendung
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Gunem, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Pamotan
116
Kawasan sekitar mata air
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur,
Kecamatan Bulu,
Kecamatan Sluke
501
Kawasan sekitar sempadan jalan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori,
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke,
1034
Kawasan RTH
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori,
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang,
Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke,
2720
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Cagar alam
Cagar alam Gunung Butak Kecamatan Gunem dan Kecamatan Sale
45
Taman wisata alam
Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kecamatan Sale
17
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kecamatan Rembang,
Kecamatan Lasem,
Kecamatan Bulu,
Kecamatan Kragan,
-
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
Kawasan perairan Pulau Gede dan kawasan perairan Pulau Marongan
-
Kawasan hutan bakau
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem
330
Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan banjir
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Sumber
-
Kawasan rawan gerakan tanah/ longsor
Kecamatan Pancur, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Gunem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sale, Kecamatan Sedan
-
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan gelombang pasang/ abrasi
Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kaliori
-
Kawasan rawan kekeringan
Kecamatan Sumber , Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
-
Kawasan lindung geologi
Kawasan imbuhan air
Cekungan Watuputih dan Cekungan Lasem
-
Kawasan lindung lainnya.
Kawasan perlindungan plasma-nutfah
145
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan hutan produksi terbatas
Kecamatan Gunem
Kecamatan Sale
1.801
Kawasan hutan produksi tetap
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sarang
19.656
Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pamotan
8.837
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan tanaman pangan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
69.516
Kawasan peruntukan hortikultura
1.804
Kawasan peruntukan perkebunan
3983
Kawasan peruntukan peternakan
318
Kawasan peruntukan perikanan
Budidaya air tawar
Kecamatan Pamotan; Kecamatan Sale; Kecamatan Rembang; Kecamatan Bulu; Kecamatan Kragan; dan Kecamatan Sulang
538
Kawasan budidaya air payau
2452
Kawasan peruntukan pertambangan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
27.628
Kawasan peruntukan industri
Indstri besar
kawasan industri Rembang di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang; kawasan industri Sluke di Desa Leran dan Trahan Kecamatan Sluke dan Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke; dan kawasan industri pertambangan di wilayah Kecamatan Gunem.
869
Industri menegah
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
8864
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan pariwisata
Pengembangan wisata alam
Pantai Pasir Putih Tasikharjo di Kecamatan Kaliori
Pulau Gede dan Pulau Marongan di Kecamatan Rembang
Pantai Soka di Kecamatan Sluke
Wisata Alam Kajar, Watu Layar dan Pantai Caruban Gedongmulyo
-
Pengembangan wisata budaya
Makam Sunan Langgar di Kecamatan Sluke
Makam RA Kartini di Kecamatan Bulu
Situs Plawangan dan Situs Selodiri Terjan di Kecamatan Kragan
-
Pengembangan wisata buatan/binaan manusia.
Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang
Taman Rekreasi Pantai Kartini di Kecamatan Rembang
-
Kawasan peruntukan permukiman
Kawasan peruntukan permukiman perdesaan
6090
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
3214
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Pulau Gede dan Pulau Marongan
85
Kawasan peruntukan budidaya lainnya
Kawasan pertahanan dan keamanan
-
Kawasan bumi perkemahan
Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang
20
Sumber: RTRW Kabupaten Rembang tahun 2011
Matriks Kebijakan
Ringkasan dari kebijakan diatas dapat di lihat dengan ringkas dan jelas pada tabel matriks dibawah ini:
Tabel II.15.
Matriks Kebijakan Eksternal
No.
Kebijakan
Pola Ruang
Strktur Ruang
1.
RTRWN
Kabupaten Rembang termasuk dalam Kawasan Andalan dalam sektor pertanian, industri, pertambangan, dan perikanan. Bersama daerah sekitarnya yaitu WANARAKUTI, atau kawasan Juwana, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, dan Blora.
2.
RTR Jawa Bali
Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan luasan kawasan hutan lindung, Pemertahanan fungsi kawasan resapan air
Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, kawasan sekitar danau atau waduk
Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau
Penetapan zona-zona rawan bencana alam
Pengembangan pengelolaan guna melestarikan kawasan keunikan batuan dan fosil, Penetapan zona-zona rawan bencana alam geologi, Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun dan rehabilitasi kawasan imbuhan air tanah pada CAT
Pemantapan jaringan jalan arteri primer dan jaringan jalan kolektor primer, dan jalur strategis
Pengembangan dan pemantapan jaringan jalur kereta api antarkota
Pengembangan atau pemantapan pelabuhan
3.
RTRWP Jateng
kawasan hutan lindung, Kawasan cagar alam dan suaka alam, taman wisata alam, Kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, kawasan perlindungan, kawasan hutan,
peruntukan peternakan, kawasan pertambanganwialayah industri
Rencana pengembangan jalan kolektor Primer, Rencana pengembangan jalan stategis nasional, Rencana pengembangan terminal tipe A, Rencana pengembangan kereta api komuter, rencana pengembangan pelabuhan umum
recana pengembangan prasarana kelistrikan, Rencana pengembangan prasarana energi BBM (Bahan Bakar Minyak) dan Gas
4.
RTRWK Pati
jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Semarang-Kabupaten Rembang
5.
RTRWK Tuban
Rencana revitalisasi dan konservasi rel mati.
Kawasan perbatasan Provinsi Jawa Timur – Jawa Tengah melalui kerjasama regional Ratubangnegoro
6.
RTRWK Blora
Ruas Rembang – Bulu – Blora – Cepu – Padangan merupakan jalan strategis nasional
Pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan, meliputi:
Jaringan trayek antar kota dalam provinsi:
Cepu-Blora-Rembang-Kudus
Cepu-Blora-Rembang-Semarang
Jaringan lalu lintas angkutan barang:
Semarang – Kabupaten Grobogan – Blora melalui jalan Gatot Subroto – jalan Agil Kusumo – jalan Taman Makam Pahlawan – Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang – Blora melalui jalan Ahmad Yani – jalan Sudirman – Kecamatan Cepu
Kabupaten Rembang – Blora melalui jalan Ahmad Yani – jalan Kisoreng – Jalan KNPI – jalan Sudirman – Kecamatan Cepu.
Arahan pengembangan jalur perkeretaapian regional melintasi jalur Blora – Rembang.
Pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) yang melewati Cepu-Rembang-Pengapon Semarang.
Kawasan strategis provinsi, meliputi:
kawasan Koridor Perbatasan Blora – Tuban – Rembang – Bojonegoro (Ratubangnegoro)
kawasan strategis Rembang – Blora (Banglor).
7.
RTRW Rembang
Kawasan resapan air
Kawasan sempadan pantai , Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi, kawasan sekitar waduk/ embung/ bending, Kawasan sekitar mata air , Kawasan sekitar sempadan jalan , Kawasan RTH .
Cagar alam, Taman wisata alam , Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan , Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, Kawasan hutan bakau.
Kawasan rawan banjir , Kawasan rawan gerakan tanah/ longsor, Kawasan rawan gelombang pasang/ abrasi , Kawasan rawan kekeringan .
Kawasan imbuhan air, Kawasan perlindungan plasma-nutfah
Kawasan hutan produksi terbatas
Kawasan hutan produksi tetap , Kawasan peruntukan hutan rakyat,
Kawasan peruntukan tanaman pangan, Kawasan peruntukan hortikultura , Kawasan peruntukan perkebunan, Kawasan peruntukan peternakan.
Budidaya air tawar, Kawasan budidaya air payau
Indstri besar, Industri menegah
Pengembangan wisata alam, Pengembangan wisata budaya, Pengembangan wisata buatan/binaan manusia. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Kawasan pertahanan dan keamanan , Kawasan bumi perkemahan
Jaringan jalan bebas hambatan, Jaringan jalan nasional, Jaringan jalan provinsi, Jaringan jalan kabupaten, Rencana pemindahan dan peningkatan fungsi terminal penumpang menjadi tipe A, Pemantapan fungsi terminal penumpang tipe B, pemantapan fungsi terminal penumpang tipe C, Pemantapan fungsi jembatan timbang, Pembangunan terminal barang, Penambahan armada minibus dan angkutan perdesaan, Pengembangan trayek ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau pelayanan transportasi, Pengembangan jaringan jalur kereta api, Revitalisasi Stasiun Rembang.
pengembangan jaringan pipa bahan bakar minyak, pengembangan stasiun pengisian bahan bakar umum, pengembangan jaringan pipa gas, pengembangan stasiun pengisian bahan bakar elpiji, pengembangan pembangkit listrik tenaga uap, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, pembangunan energi alternative, pembangunan satu unit gardu induk baru.
Telepon rumah tangga 60% (enam puluh persen), kebutuhan sosial 20% (dua puluh persen), dan kebutuhan komersial 20% (dua puluh persen.
normalisasi sungai, pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah atau
tanggul, pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan pintu air, pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman, penyediaan embung atau pond pengendali banjir di setiap kawasan permukiman mandiri dan penanaman pohon di sempadan sungai dan lahan-lahan kritis.
normalisasi sungai, pembangunan dan pengembangan tembok penahan tanah atau
tanggul, pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan pintu air, pembangunan lubang-lubang biopori di permukiman, penyediaan embung atau pond pengendali banjir di setiap kawasan permukiman mandiri dan penanaman pohon di sempadan sungai dan lahan-lahan kritis, revitalisasi tempat pemrosesan akhir menjadi tempat pengolahan
sampah terpadu, pembangunan tempat penampungan sementara, pengelolaan sampah reduce,reuse, dan recycle, peningkatan prasarana pengelolaan sampah permukiman, peningkatan prasarana pengelolaan limbah medis dan bahan
berbahaya dan beracun.
jalur evakuasi bencana gelombang pasang, jalur evakuasi bencana banjir, Jalur evakuasi bencana gerakan tanah / longsor
Sumber : deskripsi penyusun 2016
Dari tabel diatas, pengembangan yang paling banyak disinggung adalah terkait pembangunan jalan arteri primer nasional. Karena memang Kabupaten Rembang terletak di jalur PANTURA. Yang mana kawasan ini adalah jalur transportasi sangat sibuk.
Berikut ini tabel matriks kebjakan internal Kabupaten Rembang
Tabel II.16.
Matriks Kebijakan Internal Kabuaten Rembang
No
Kebijakan Internal
Ruang Lingkup
Ketentuan Umum
1.
RPJPD
Isu Strategis
Kemiskinan, pengangguran dan rendahnya kualitas SDM
Belum Optimalnya Pengelolaan Sumberdaya Alam
Kualitas dan kuantitas infrastruktur belum memadai
Rendahnya minat investasi
Globalisasi dan Perdagangan Bebas
Krisis Energi
Degradasi Lingkungan
Visi
Maju
Mandiri
Sejaterah
Misi
Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Mewujudkan pengembangan perekonomian dan daya saing daerah.
Mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Mewujudkan pengembangan infrastruktur yang memadai.
Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.
2.
RPJMD
Kelompok Urusan Pemerintahan
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian
Perencanaan Pembangunan
Statistik
Kearsipan
Keperpustakaan
Kelompok Urusan Prasarana Wilayah
Pekerjaan Umum
Perhubungan
Perumahan
Penataan ruang
Pertanahan
Komunikasi dan informatika
Kelompok Urusan Sosial Budaya
Pendidikan
Kesahatan
Keluarga berencana
Kesejateraan
Kebudayaan
Kependudukan dancatatan sipil
Kepemudaan dan Olahraga
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pariwisata
Sosial
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Ketenagakerjaan
Ketransmigrasian
Kelompok Urusan Ekonomi
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Industri
Perdagangan
Menanaman modal
Energi dan Sumber Daya Mineral
Pertanian
Ketahanan pangan
Lingkungan hidup
Kehutanan
Kelautan dan Perikanan
3.
RTRW
Kebijakan dan Strategis RTRW Kabupaten Rembang
Kebijakan dan Strategi
Pengembangan potensi sektor pertanian di bagian tengah dan bagian selatan.
Pengembangan potensi sektor perikanan kelautan di bagian utara.
Pengembangan potensi sektor pertambangan.
Pengembangan potensi sektor industri
Pengembangan dan pemantapan fungsi pusat pelayanan yang terkoneksi dengan sistem prasarana wilayah dalam rangka pengurangan kesenjangan antar wilayah
Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
Sistem Pusat Kegiatan Struktur Ruang RTRW Kabupaten Rembang
Sistem Perkotaan
PKL
PKLp
PPK
Sistem Pedesaan
PPL
Sistem Jaringan Prasarana Struktur Ruang RTRW Kabupaten Rembang
Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi darat
Rencana pengembangan jaringan jalan
Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan
Rencana pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan
Rencana pengembangan jaringan prasarana perkeretaapian
Rencana pengembangan
sistem prasarana transportasi laut
Wilayah pantai Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan pengumpan
Wilayah pantai Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan pengumpan
Rencana Sistem Jaringan Energi/ Kelistrikan
pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
pengembangan pembangkit tenaga listrik dan gardu induk
Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik berupa pengembangan saluran udara tegangan tinggi
Penambahan dan perbaikan jaringan listrik pada daerah yang belum terlayani
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan jaringan terestrial berupa pengembangan jaringan distribusi telepon kabel
Pengembangan jaringan satelit pada daerah yang tidak terjangkau jaringan telekomunikasi
Penggunaan gelombang untuk komunikasi dan penyiaran diatur tata laksananya
Pengembangan jaringan nirkabel dengan pembangunan dan penggunaanmenara telekomunikasi bersama
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Jaringan sumberdaya air meliputi WS
Jaringan sumber daya air strategis Nasional
Jaringan sumberdaya air lintas provinsi
Rencana pembangunan dan pengelolaan embung
Rencana sistem jaringan irigasi
Rencana pengembangan jaringan air baku
Sistem pengendalian banjir
Rencana Jaringan Prasarana Lingkungan
Pengelolaan sistem jaringan persampahan
Pengelolaan sistem drainase
Pengembangan sistem pengelolaan limbah
Pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana
Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Rembang
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Kawasan rawan bencana
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan rawan bencana
Kawasan lindung geologi
Kawasan lindung lainnya.
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan rakyat
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan industri
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan pariwisata
Kawasan peruntukan permukiman
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Kawasan peruntukan budidaya lainnya
Sumber : Deskripsi Kelompok/Tim Studio II Kabupaten Rembang
Kajian Teori
Pengembangan Wilayah dan Kawasan
Secara konseptual pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI. Sementara pengertian wilayah menurut UU No. 26 Tahun 2007, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pasal 1, menyebutkan bahwa :
"Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat."
Dalam aturan ini dapat diketahui bahwa wilayah pesisir dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun pasal 1 juga membahas tentang daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, sumber daya hayati, sumber daya non hayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; yang berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, pasal 3 berasaskan atas keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan. Sedangkan tujuannya pada pasal 4 adalah:
"Melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif Masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat melalui peran serta Masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil."
Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Disamping itu, menurut Sugiharto (1976) wilayah pesisir yang digunakan Indonesia adalah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun yang terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Caster (1988) menyatakan bahwa wilayah pesisir merupakan suatu ruang dimana lingkungan terrestrial mempengaruhi lingkungan dan sebagainya. Sugandhy (1996) wilayah pesisir adalah wilayah antara garis pantai hingga kearah daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang materialnya berupa kerikil. wilayah pesisir dan lautan adalah wilayah yang dipengaruhi langsung oleh pengaruh pasang surut air laut, sehingga batasan darat adalah wilayah desa/ kecamatan yang berbatasan dengan pantai, sedangkan batas laut adalah batas –batas wilayah kecamatan/kabupaten/provinsi atau Negara. Konsep wilayah pesisir mempunyai mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda.
Kay dan Alder (1999) "The band of dry land adjancent ocean space (water and submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes and uses, and vice versa". Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.
Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001). Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.
Menurut UU No. 27 Tahun 2007 tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan. Pengelolaan wilayah pesisir adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua ekosistem atau lebih, sumber daya dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Mengandung tiga dimensi yaitu sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu pengelolaan terdiri atas tiga tahap utama, yaitu perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, maka nuansa keterpaduan/ holistik perlu diterapkan mulai dari tahap awal, yaitu perencanaan hingga evaluasi.
2.3.2. Struktur dan Pola Ruang
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan serta meliharan kelangsungan hidupnya. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang. Struktur ruang wilayah kota merupakan gambaran sistem pusat pelayanan kegiatan internal kota dan jaringan infrastruktur kota sampai akhir masa perencanaan, yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota dan melayani fungsi kegiatan yang ada/direncanakan dalam wilayah kota pada skala kota, yang merupakan satu kesatuan dari sistem regional, provinsi, nasional bahkan internasional. Rencana sturktur ruang kota mencakup: rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kota, dan rencana sistem prasarana kota. Rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan kegiatan kota menggambarkan lokasi pusat-pusat pelayanan kegiatan kota, hirarkinya, cakupan/skala layanannya, serta dominasi fungsi kegiatan yang diarahkan pada pusat pelayanan kegiatan tersebut. Sedangkan rencana sistem prasarana kota mencakup sistem prasarana yang mengintegrasikan kota dalam lingkup yang lebih luas maupun mengitegrasikan bagian wilayah kota serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada/direncakan dalam wilayah kota, sehingga kota dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tujuan penataan ruang kota yang ditetapkan.
Menurut Nia K. Pontoh & Iwan Setiawan (2008), unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan. Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya serta keterkaitannya satu sama lain.
Kota sebagai suatu sistem/tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota adalah unsur-unsur pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang kota. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal. Selain pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dan kawasan fungsional perkotaan, unsur pembentuk struktur tata ruang kota adalah sistem prasarana dan sarana. Prasarana perkotaan adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan kawasan permukiman perkotaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jenis prasarana : Transportasi, Air bersih, Air limbah, Drainase, Persampahan, Listrik, dan Telekomunikasi. Sarana perkotaan adalah kelengkapan kawasan permukiman perkotaan, yaitu : Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Pemerintahan dan Pelayanan umum, Perdagangan dan Industri, dan sarana olahraga serta ruang terbuka hijau.
Menurut Doxiadis (1968), permukiman atau perkotaan merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk oleh 5 unsur : a. Alam (nature) Keadaan permukiman perkotaan berbeda dengan permukiman perdesaan. Lansekap yang ada biasanya lebih luas, dan biasanya berlokasi di dataran, dekat dengan danau, sungai atau laut, dan dekat dengan rute transportasi. Hal ini cukup penting untuk perumahan lebih dari 20.000 penduduk, dan menjadi prasyarat utama untuk perumahan 100.000 penduduk atau lebih. Rumahrumah kecil perkotaan, seperti yang dibuat di masa lalu dengan alasan keamanan, mungkin terdapat di lembah, puncak bukit atau gunung. Akan tetapi, perumahan yang dibangun sekarang, atau perumahan-perumahan besar di masa lalu, membutuhkan dataran yang luas dan kedekatan dengan jalur utama komunikasi untuk tetap bertahan. b. Individu manusia (Antropos) dan Masyarakat (Society) Perumahan perkotaan berbeda dengan perumahan perdesaan, dan sebagian besar dikarenakan perbedaan karakteristik dan perilaku. Semakin besar perubahan perumahan dari desa ke kota, dan semakin besar kepadatan dan ukuran dari perumahan perkotaan, semakin besar perbedaan di antara orangorang.
Dimensi dan karakteristik baru dalam pola hidup perkotaan membutuhkan suatu mekanisme adaptasi dalam usaha untuk mencapai atau melakukan penyesuaian terhadap sumberdaya baru dan kondisi tempat tinggal. Di kota besar dengan kepadatan tinggi, terdapat perbedaan komposisi umur dan jenis kelamin, dala struktur pekerjaan, dalam pembagian tenaga buruh dan struktur sosial. Hal ini memaksa manusia untuk mengembangkan karakteristik yang berbeda sebagai individual, kelompok, unt, dan komunitas. Manusia di perumahan perkotaan adalah anggota dari komunitas yang lebih besar, masyarakat luas, dan jangkauan interaksi sosialnya meningkat. Anggota keluarganya mendapat dampak dari institusi sosial yang berbeda pada akhirnya mengambil alih fungsi tertentu dari keluarga. c. Ruang Kehidupan (Shells) Ruang kehidupan dari perumahan perkotaan memiliki banyak karakteristik meskipun ukurannya bervariasi. Semakin besar ukuran perumahan, semakin internasional karakteristiknya; sementara semakin kecil ukurannya, semakin dipengaruhi oleh faktor lokal. Hal ini terjadi karena sebagian besar perumahan kecil masih dipengaruhi oleh budaya lokal di masa lalu, dan sebagian lagi karena intervensi ekonomi yang ada lebih kecil bila dibandingkan dengan perumahan skala besar dan hal ini memperkuat kekuatan lokal. d. Jaringan (Network) Salah satu cara paling mendasar untuk menggambarkan struktur permukiman adalah berhubungan dengan jaringan dan terutama sistem sirkulasi – jalur transportasi dan titik-titik pertemuan (nodal point).
Tempat ini biasanya adalah suatu pusat dengan ruang terbuka yang bisa mempunyai beragam 15 bentuk mulai dari yang alami hingga geometrik. Jika populasi telah tumbuh lebih dar beberapa ribu jiwa, sebuah titik pertemuan bisa tumbuh mengikuti sepanjang jalan utama atau terpecah menjadi dua atau lebih titik pertemuan lainnya. Pecahan titk pertemuan ini lebih kecil bila dibandingkan titik pertemuan utama. Bila titik pertemuan semacam ini terbentuk, hal ini agak mengurangi kepentingan nodal utama.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi: sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya; merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya; mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah kabupaten bersangkutan; memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.
Pola ruang wilayah kabupaten harus jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan; Pola ruang wilayah kabupaten harus mengikuti ketentuan pemetaan pola ruang wilayah kabupaten (lihat ketentuan di bawah). Rencana pola ruang untuk ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi wilayah kabupaten diatur dengan pedoman tersendiri; dan harus mengikuti peraturan perundang-undangan terkait
2.3.3. Transportasi
Tamin (1997:5) mengungkapkan bahwa , prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu: (1) sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan; dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Dengan melihat dua peran yang di sampaikan di atas, peran pertama sering digunakan oleh perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Misalnya saja akan dikembangkan suatu wilayah baru dimana pada wilayah tersebut tidak akan pernah ada peminatnya bila wilayah tersebut tidak disediakan sistem prasarana transportasi. Sehingga pada kondisi tersebut, parsarana transportasi akan menjadi penting untuk aksesibilitas menuju wilayah tersebut dan akan berdampak pada tingginya minat masyarakat untuk menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini merupakan penjelasan peran prasarana transportasi yang kedua, yaitu untuk mendukung pergerakan manusia dan barang.
Kegiatan ekonomi dan transportasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, dimana keduanya dapat saling mempengaruhi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tamin (1997:4) bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan dengan transportasi, karena akibat pertumbuhan ekonomi maka mobilitas seseorang meningkat dan kebutuhan pergerakannya pun menjadi meningkat melebih kapasitas prasarana transportasi yang tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa transportasi dan perekonomian memiliki keterkaitan yang erat. Di satu sisi transportasi dapat mendorong peningkatan kegiatan ekonomi suatu daerah, karena dengan adanya infrastruktur transportasi maka suatu daerah dapat meningkat kegiatan ekonominya. Namun di sisi lain, akibat tingginya kegiatan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan timbul masalah transportasi, karena terjadinya kemacetan lalu lintas, sehingga perlunya penambahan jalur transportasi untuk mengimbangi tingginya kegiatan ekonomi tersebut.
Hutan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hutan, sejak berabad-abad lampau sudah berinteraksi secara kuat dengan hutan, sehingga antara hutan dan manusia sudah menjadi satu kesatuan. Banyak kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi dari dalam hutan seperti perumahan, sandang, pangan, obat-obatan dan jasa lingkungan. Pada awalnya hubungan saling ketergantungan ini berjalan selaras, namun dengan perkembangan jaman yang disertai dengan pertambahan penduduk, peningkatan kebutuhan dan munculnya motivasi untuk meningkatkan pendapatan, maka eksploitasi terhadap sumber daya hutan mulai dilakukan secara intensif dan ekstraktif, sehingga merusak keselarasan tersebut. Bahkan, pemerintah dan masyarakat yang jauh dari hutan memandang hutan sebagai sumber ekonomi. Akibatnya eksploitasi hutan secara komersial dan berskala besar berkembang pesat (Iswan Dunggio & Hendri Gunawan, 2009 : 44).
Kerusakan yang terjadi pada kawasan hutan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang sebagian besar dikarenakan aktivitas manusia, antara lain pencurian kayu dan perambahan kawasan hutan, dan sebagian lainnya dikarenakan oleh bencana alam berupa kebakaran hutan, gempa bumi, gunung meletus dan tanah longsor (Indriyanto, 2008 : 5). Faktor penyebab degradasi hutan lainnya adalah permasalahan dalam manajemen pengelolaan dan ketidakjelasan institusi yang mengelola kawasan hutan. Institusi pengelolaan hutan yang dimaksud adalah dengan membentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Diharapkan dengan keberadaan KPH, kerusakan hutan dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, sehingga pengelolaan hutan lestari dapat tercapai (Ewida Y.S & Lis Alliya, 2009 : 58). Pengelolaan hutan oleh KPH merupakan usaha untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari berdasarkan tata hutan, rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi.
Pengelolaan lahan kehutanan Indonesia harus dilakukan secara sistematik, bagian perbagian, sehingga hutan Indonesia dibagi ke dalam unit pengelolaan. Lahan kehutanan dituntut untuk berperan sebagai, 1) tempat tinggal jutaan makhluk Tuhan dalam keadaan seimbang yang terdiri dari masyarakat tumbuhan, binatang dan jasad renik, 2) menekan pelonjakan populasi organisme tertentu yang dapat membahayakan organisme lain, 3) gudang penyimpanan bahan genetik atau plasma nutfah, 4) sumber kayu dan hasil lain sepeti rotan, tumbahan obat, anggrek dan lain-lain, 5) pengendalian debit air, 6) membersihkan udara, 7) sumber air bersih, 8) sumber ilmu pengetahuan dan 9) tempat rekreasi.
Pengelolan sumber daya hutan adalah kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumber daya hutan, pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumber daya hutan dan konservasi alam. Sedangkan yang dimaksud Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu sisem pengelolaan sumber daya yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dengan ,masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional (Direksi Perum Perhutani, 2007 : 6).
Wilayah Perbatasan
Wilayah perbatasan merupakan perternuan dua daerah yang berbeda otoritas administratifnya yaitu perbatasan antar Propinsi yang masing-masing mempunyai kewenangan mengatur daerahnya sendiri sesuai yang dimiliki berdasarkan atas kebutuhan nyata bagi masyarakat. Persoalan-persoalan yang dihadapi kedua daerah perbatasan tersebut adalah masalah-masalah yang spesifik masing-masing daerah mempunyai potensi yang berlainan salah satu tujuan pengembangan wilayah adalah menyatukan semua potensi-potensi perbatasan sehingga menjadi kesatuan yang dapat dikembangkan lebih optimal. Namun demikian pada beberapa wilayah perbatasan yang kondisi dan karakteristik tidak sama kedua daerah tersebut seperti iklim, geografis, hidrologis tingkat kesuburan budaya, ekonomi masyarakat. Untuk menangani pengembangan wilayah tersebut diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar kedua Propinsi daerah perbatasan.
Adapun dasar-dasar dilaksanakan pengembangan wilayah perbatasan tersebut sebagai berikut:
a) Adanya Undang-undang No 22/99 yang memperbesar kewenangan Pemda Tk II baik pembinaan, pelaksanaan maupun pengendalian serta pendanaan. Fungsi Tk I sebagai koordinator wilayah yang bersangkutan
b) Memberikan kesempatan yang luas kepada lembaga swadaya masyarakat dunia usaha, koperasi dan masyarakat untuk berpartisipasi secara menyeluruh tidak hanya sebagai pelengkap maupun sebagai obyek sebagaimana terjadi dan berkembang selama ini tetapi untuk kedepan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian.
c) Memberikan penekanan atau prioritas pada potensi masing-masing daerah yang saling berhubungan/lintage, untuk saling isi mengisi dalam mengembangkan potensi yang ada yang secara langsung menyentuh pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat banyak yang berpenghasilan menengah kebawah, sebagai upaya mendukung pembangunan daerah dalam upaya meningkatkan budaya dan perekonomian rakyat pengentasan kemiskinan, maupun peningkatan pelayanan sosial dasar.
d) Dalam hal pembiayaan juga telah diantisipasi arah perubahan kebijaksanaan didalam pengaturan keuangan pusat daerah yaitu kemungkinan porsi daerah yang akan diperbesar dengan cara pembagian langsung dilapangan saat pungutan bea dan cukai.
Adapun kontek dasar Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai berikut:
Kesepakatan bersama masing-masing daerah perbatasan yang menyangkut potensi tata-ruang dan dana, masing-masing daerah secara konsisten menganggarkan untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya.
Kegiatan atau program yang direncanakan hendaknya mengutamakan pada pemberdayaan masyarakat baik mengenai sumberdaya manusia, maupun sumberdaya alam yang tersedia, dengan jalan mengikutsertakan lembaga-lembaga swadaya yang ada serta potensi lainnya
Memperkuat aspek kelembagaan yang ada, sehingga peran Pemda komplek sebagai fasilitator
Masing-masing daerah mempunyai misi untuk memperkuat struktur ekonominya dengan begitu dapat dilalui salah satu dari tujuan pembangunan daerah, yaitu kuatnya ekonomi rakyat
Peran Pernda sebagai koordinasi dalam masalah lintas sektoral, dengan begitu visi dari Pola Dasar dapat diwujudkan dalam pengembangan Wilayah Perbatasan
Prosedur pelaksanaannya hendaknya sederhana dan transparan mengingat bahwa sebagian besar dampaknya adalah dari masyarakat sehingga perlu keterbukaan (open management).
Pola Pengembangan Wilayah Perbatasan pada prinsipnya merupakan salah satu pendekatan pembangunan daerah sebagai upaya memecahkan problem focus dan area focus. Problem focus memberikan makna masalah pokok tertentu yang membutuhkan pemecahan masalah secara terpadu sekaligus menunjukkan tingkat kompleksitas masalah yang dihadapi sebagai indikasi penetapan prioritas penanganan. Sedangkan urea focus memberikan makna lokasi dengan berbagai kondisi dan potensi yaitu tempat dimana persoalan pokok konsentrasi permasalahan tersebut terjadi.
Management Pengembangan Wilayah Perbatasan. Secara urnum manajement mengandung pengertian bagaimana sumber-sumber daya yang tersedia dikerahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang ditetapkan (Bryant dan White 1982). Dengan rumusan lain Koonts dan Weihrich (1988 hal 4) mendefinisikan manajement sebagai "proses pembuatan desain dan pemeliharaan suatu lingkungan dimana individu-individu, bekerja dalam kelompok-kelompok mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan secara efisien" Sebagai manager, orang-orang yang bersangkutan menangani fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, kepemimpinan dan pengendalian dan supervisi. Manajement berlaku bagi setiap organisasi Manajement berlaku bagi manager dan setiap tingkatan organisasi. Tujuan dari para manager adalah sama, yaitu menciptakan kelebihan (surplus). Mengelola (managing) berkaitan dengan produktivitas. Hal ini berarti efektifitas dan efisiensi.
Sementara itu Pengembangan berarti peningkatan kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi masa depannya (Bryant dan White 1982) Pengembangan adalah "suatu proses dengan kelembagaan untuk mengerahkan dan mengelola sumber-sumber daya untuk menghasilkan penyempurnaan-penyempurnaan dalam taraf hidupnya yang didistribusikan secara adil dan berkesinambungan sesuai dengan aspirasi mereka (Korten 1997. hal 67) Jadi Pengembangan diartikan lebih daripada pemenuhan kebutuhan materi dalam kehidupan manusia Pembangunan seharusnya merupakan proses multidimensi yang meliputi perubahan organisasi dan orientasi dari seluruh sistem sosial, ekonomi dan "politik" (Todaro, 1981. hal 614) Dengan pengertian-pengertian ini beberapa komponen dari apa yang disebut dengan pembangunan adalah peningkatan kemampuan, pemerataan, pemberdayaan dan kesinambungan.
Sedangkan wilayah dapat dikategorikan kedalam homogeneous region, planning region dan administrative region (Richardson 1973) Homogeneous region adalah suatu struktur ruang fisik geografis yang memiliki suatu karakteristik yang homogen dan diperlakukan sebagai suatu unit pembangunan biasanya ekonomi. Beberapa contoh homogeneous region adalah "daerah pertanian", "kawasan hutan lindung", "kawasan industri". Kawasan Timur Indonesia dan daerah transmigrasi. Planning region adalah suatu wilayah yang dipergunakan sebagai dasar bagi perencanaan pembangunan. Beberapa contoh dan planning region adalah rencana pembangunan lima tahun daerah, rencana tata ruang wilayah dan rencana anggaran pendapatan dan belanja desa. Administrative region adalah suatu wilayah yang memiliki struktur dan fungsi khusus dan memiliki batas-batas juridis yang jelas. Misalnya : Propinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan dan Desa.
Manajemen Pengembangan Wilayah Perbatasan adalah proses bagaimana sumber-sumber daya pembangunan daerah yang tersedia dikerahkan untuk mencapai tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kelompok-kelompok sasaran pembangunan daerah yang telah ditetapkan oleh, dari dan untuk suatu daerah, dengan cara-cara yang efektif dan efisien. melalui peningkatan kemampuan, pemerataan, pemberdayaan dan kesinambungan pembangunan dalam suatu daerah. Sementara itu pembangunan daerah merupakan semua kegiatan pembangunan baik yang termasuk maupun yang tidak termasuk kewenangan Daerah yang meliputi berbagai sumber pembiayaan, baik yang berasal dari Pemerintah (APBN dan APBD) dan yang bersumber dari masyarakat (Kunarjo 1992, hal 132 lihat juga Soemitro 1989)
Adapun karakteristik Pengembangan Wilayah Perbatasan ini meliputi:
Perlunya ada keterlibatan antar kawasan yang mempunyai potensi-potensi yang dapat diangkat dan saling berhubungan antara lain : keterikatan dalam tata ruang yang sama misalnya daerah aliran sungai kawasan budidaya, sentra sosial budaya, sentra-sentra produk andalan dalam arti ekonomi. Oleh karena itu perlu ada ciri pokok dalam Pengembangan Wilayah Perbatasan ini meliputi : konsisten dengan tata – ruang sebagai dasar yang telah disepakati bersama ciri kedua adalah membudayakan masyarakat dengan meningkatkan Lembaga Swadaya yang ada serta ekonomi kerakyatan. Perlunya memperkuat kelembagaan yang ada dalam masyarakat tersebut terutama lembaga swadaya masyarakat, agar masyarakat dikawasan pengembangan wilayah dapat merencanakan meningkatkan kebutuhan mereka secara tepat sehingga fungsi Pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator selain tersebut fungsi Pemerintah juga koordinasi lintas sektor dan mengambil kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan tentang keterpaduan anggaran dalam berbagai sektor yang ada.
Pengembangan Kawasan Perbatasan ini diharapkan sebagai solusi dalam mengatasi pembangunan yang berorientasi ke Pusat. Mungkin pada tahun awal akan agak lamban namun pada tahun-tahun berikutnya Insya Allah akan sesuai dengan yang direncanakan kelambanan pada bahan-bahan awal, disebabkan karena kesiapan daninovasi masyarakat dan lembaga swadaya yang belum terbiasa dengan pola yang ada. Namun dalam bahan-bahan berikutnya maka diharapkan lebih lancar dan masyarakat diharapkan lebih aktif.
Kawasan pesisir
Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar.
Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi. Selain mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem perairan pesisir (Dahuri et al., 1996).
Menurut Dahuri et al. (1996), hingga saat ini masih belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir mempunyai 7 dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore).
Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat suatu wilayah pesisir ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Batas wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah perencanaan lebih luas dari wilayah pengaturan.
Dalam day-to-day management, pemerintah atau pihak pengelola memiliki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin kegiatan pembangunan. Sementara itu, bila kewenangan semacam ini berada di luar batas wilayah pengaturan (regulation zone), maka akan menjadi tanggung jawab bersama antara instansi pengelola wilayah pesisir dalam regulation zone dengan instansi/lembaga yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.
Kawasan Dataran dan Perbukitan
Dataran Rendah
Salah satu bentuk muka bumi adalah dataran rendah yang merupakan hamparan luas tanah, bagian dari permukaan bumi dengan letak ketinggian 0-200 m dpal. Di daerah dataran rendah, aktivitas penduduk indonesia yang dominan adalah permukiman dan pertanian. Di Pulau Jawa, lahan dataran rendah dimanfaatkan oleh penduduk untuk bercocok tanam padi sehingga Jawa menjadi pulau penghasil padi terbesar di Indonesia. Ada beberapa alasan terjadinya aktivitas pertanian dan permukiman di daerah dataran rendah, yaitu :
Di daerah dataran rendah, pergerakan atau mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dapat dilakukan oleh penduduk. Di daerah dataran, lahan yang subur banyak dijumpai karena biasanya berupa tanah aluvial (hasil endapan sungai yang subur). Dataran rendah dekat dengan pantai hingga banyak penduduk yang bekerja sebagai nelayan. Memudahkan penduduk untuk berhubungan dengan dunia luar melalui jalur laut. Dengan berbagai keuntungan tersebut, banyak penduduk bermukim di dataran rendah. Pemusatan penduduk di dataran rendah kemudian perlahan berkembang menjadi daerah perkotaan. Sebagian besar daerah perkotaan di Indonesia maupun dunia, terdapat di dataran rendah.
Aktivitas pertanian di dataran rendah biasanya adalah aktivitas pertanian lahan basah. Aktivitas pertanian lahan basah dilakukan di daerah yang sumber airnya cukup banyak tersedia untuk mengairi lahan pertanian. Lahan basah umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tanaman padi yang dikenal dengan pertanian sawah.
Selain memiliki aktivitas penduduk tertentu yang dominan berkembang, dataran rendah juga memiliki potensi bencana alam. Bencana alam yang berpotensi terjadi di dataran rendah adalah tsunami, banjir, dan gempa.
Banjir di dataran rendah terjadi karena aliran air sungai yang tak mampu lagi ditampung oleh alur sungai. Tidak mampunya sungai menampung aliran air bisa terjadi karena disebabkan oleh aliran air dari daerah hulu yang terlalu besar, pendangkalan sungai, penyempitan alur sungai, atau banyaknya sampah di sungai yang menghambat aliran sungai. Bencana banjir mempunyai beberapa tanda yang dapat kita lihat. Secara umum, tanda-tanda tersebut antara lain sebagai berikut.
Terjadinya hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi tanpa disertai dengan proses infiltrasi (penyerapan) yang baik. Air melebihi batas sempadan sungai sehingga meluap dan akhirnya menggenangi daerah sekitarnya. Air yang jatuh ke permukaan tidak dapat mengalir dengan baik disebabkan oleh saluran drainase yang ada tidak berfungsi dengan baik sehingga air tersumbat dan tidak dapat mengalir dengan baik. Air tidak dapat menyerap ke dalam tanah karena berkurangnya vegetasi sebagai penyerap atau penyimpan air.
Hindari tinggal di wilayah-wilayah yang rentan bahaya banjir, seperti di dataran banjir atau dataran yang biasa terkena banjir. Tinggikan bangunan tempat tinggal hingga perabotan rumah dan peralatan listrik aman dari genangan air. Bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya membangun tanggul yang cukup tinggi untuk menghambat air masuk ke lingkungan tempat tinggal kita. Pantai merupakan bagian dari dataran rendah yang berbatasan dengan laut.
Bukit dan Perbukitan
Bukit adalah suatu wilayah bentang alam yang memiliki permukaan tanah yang lebih tinggi dari permukaan tanah di sekelilingnya namun dengan ketinggian relatif rendah dibandingkan dengan gunung. Perbukitan adalah rangkaian bukit yang berjajar di suatu daerah yang cukup luas. Dalam Bahasa Melayu, bukit juga dapat berarti gunung. Dalam buku A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries(1856), John Crawfurd menulis bahwa bukit dalam Bahasa Melayu sama dengan gunung dalam Bahasa Jawa, yaitu dataran yang tinggi. Contohnya, pegunungan yang berjejer di Pulau Sumatera, dinamakan dengan Bukit Barisan
Bentuk lain dari muka bumi adalah Bukit yang merupakan bagian dari permukaan bumi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah di sekelilingnya, dengan ketinggian kurang dari 600 m dpal. Bukit tidak tampak curam seperti gunung.
Perbukitan berarti kumpulan dari sejumlah bukit pada suatu wilayah tertentu.
Di daerah perbukitan, aktivitas permukiman penduduk tidak seperti di dataran rendah. Permukiman tersebar pada daerah-daerah tertentu atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Penduduk biasanya memanfaatkan lahan datar yang luasnya terbatas di antara perbukitan. Permukiman umumnya dibangun di kaki-kaki perbukitan atau lembah perbukitan karena biasanya di tempat tersebut ditemukan mata air atau sungai sebagai sumber air untuk aktivitas penduduk.
Di daerah perbukitan, pada umumnya aktivitas pertanian adalah pertanian lahan kering. Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang dilakukan di wilayah yang pasokan airnya terbatas atau hanya mengandalkan air hujan. Istilah pertanian lahan kering sama dengan ladang atau huma yang dilakukan secara menetap maupun berpindah-pindah seperti di Kalimantan. Tanaman yang ditanam umumnya berupa umbi-umbian atau palawija dan tanaman tahunan (kayu dan buah-buahan). Pada bagian lereng yang masih landai dan lembah perbukitan, sebagian penduduk juga memanfaatkan lahannya untuk tanaman padi.
Aktivitas ekonomi di daerah perbukitan biasanya sulit berkembang menjadi sebuah pusat perekonomian. Di daerah perbukitan, mobilitas manusia tidak semudah di daerah dataran sehingga pemusatan permukiman dan industri relatif terbatas. Meskipun demikian, daerah perbukitan dapat dikembangkan menjadi daerah pariwisata karena panorama alamnya yang indah dan suhu udaranya yang sejuk. Aktivitas pariwisata yang dapat dikembangkan di daerah ini antara lain wisata alam yang tujuannya menikmati pemandangan daerah perbukitan yang indah.
Seperti halnya dataran rendah, daerah perbukitan memiliki potensi bencana alam. Potensi bencana alam yang dapat terjadi di daerah perbukitan adalah longsor.
Dataran Tinggi
Dataran tinggi adalah salah satu bentuk muka bumi yang merupakan daerah datar yang tingginya lebih dari 400 meter dpal. Daerah ini memungkinkan mobilitas penduduk berlangsung lancar seperti di dataran rendah. Oleh sebab itu, beberapa dataran tinggi di Indonesia berkembang menjadi pusat ekonomi penduduk.
Aktivitas ekonomi, khususnya pertanian, dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan dengan kemiringan lereng tertentu. Agar mudah menanam, penduduk menggunakan teknik sengkedan dengan memotong bagian lereng tertentu agar menjadi datar. Teknik ini kemudian juga bermanfaat mengurangi erosi (pengikisan oleh air).
Aktivitas pertanian juga berkembang di dataran tinggi. Di daerah ini, sebagian penduduk menanam padi dan beberapa jenis sayuran. Suhu yang tidak terlalu panas memungkinkan penduduk menanam beberapa jenis sayuran seperti tomat dan cabe. Sejumlah dataran tinggi juga menjadi daerah tujuan wisata. Udaranya yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke daerah dataran tinggi. Beberapa dataran tinggi di Indonesia menjadi daerah tujuan wisata misalnya Bandung dan Dieng.
Potensi bencana alam di dataran tinggi biasanya adalah banjir. Karena bentuk muka buminya yang datar, dataran tinggi memiliki potensi menimbulkan genangan air. Tanda-tanda bencana banjir dan upaya menghindarinya telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG
Kondisi Fisik dan Lingkungan Kabupaten Rembang
Lingkungan dan fisik di permukaan bumi yang merupakan tempat hidup manusia ini berbeda-beda. Terdapat wilayah yang bergunung dan berbukit, ada yang subur dan kurang subur, serta berbagai cuaca dalam suatu wilayah yang menyebabkan ekosistem lingkunagan serta aktivitas masyarakat dalam wilayah tersebut yang menjadi salah satu faktor kondisi ekonomi dan sosial-budaya setempat.
Kabupaten Rembang menjadi salah satu pintu gerbang menuju wilayah Provinsi Jawa Tengah di Pantai Utara Jawa dari wilayah Provinsi Jawa Timur, khususnyadari Kabupaten Tuban karena dilalui oleh jalur Nasional Jakarta-Semarang-Surabaya. Wilayah Kabupaten Rembang juga dilalui jalur utama ruas Jalan Rembang-Bulu-Blora-Cepu-Padangan (Bojonegoro) yang menjadi jalan strategis nasional.
Kondisi Fisik Alam Kabupaten Rembang
Merupakan kondisi dasar yang ada di suatu wilayah yang dapat diamati secara visual karena berbentuk fisik. Hal tersebut merupakan penyebab dari beberapa gejala alamiah atau sebagai penentu pengambil tindakan dalam mengelola permukaan bumi.
Geografis Kawasan Kabupaten Rembang
Wilayah Kabupaten Rembang yang mempunyai jarak 111 Km dari Ibukota Provinsi merupakan Kabupaten paling timur dari Provinsi Jawa Tengah yang lokasinya berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur tepatnya dengan Kabupaten Tuban. Secara geografis, Kabupaten Rembang terletak diantara 111000´ – 111030´ BT dan 6030´ - 706´ LS. Secara administratif wilayah Kabupaten Rembang mencakup 14 (empat belas) wilayah kecamatan dengan luas wilayah sebesar 101,408 Hektar (sesuai data BPS Kabupaten Rembang tahun 2015). Wilayah Kabupaten Rembang memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:
-Sebelah Utara : Laut Jawa
-Sebelah Timur : Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur
-Sebelah Selatan : Kabupaten Blora
-Sebelah Barat : Kabupaten Pati
Berikut adalah tabel rincian wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang :
Tabel III.1.
Nama dan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
Sumber
7.673
Bulu
10.240
Gunem
8.020
Sale
10.714
Sarang
9.133
Sedan
7.964
Pamotan
8.156
Sulang
8.454
Kaliori
6.150
Rembang
5.881
Pancur
4.594
Kragan
6.166
Sluke
3.759
Lasem
4.504
Jumlah
101.408 Ha
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Untuk daerah yang paling luas di Kabupaten Rembang adalah pada Kecamatan Sale sebesar 10714 Ha, sedangkan daerah yang paling sempit yaitu pada Kecamatan Sluke yaitu sebesar 3859 Ha. Serta daerah dengan rata-rata elevasi paling tinggi yaitu Kecamatan Bulu, sedangkan Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Kragan merupakan Kecamatan dengan elevasi paling rendah yaitu rata-rata 3 mdpl. Berikut adalah diagram luas wilayah kabupaten per kecamatan.
Sumber : Tabel III.1
Gambar III.1.
Diagram Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang
Dari diagram diatas diketahui persentase luasan kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang. Namun untuk mengetahui lokasi dari masing-masing kecamatan dapat dilihat menggunakan peta administrasi Kabupaten. Berikut ini peta administrasi kabupaten Rembang:
Peta III.1. Administrasi
3.1.1.2. Topografi Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang memiliki relief yang beragam, hal ini karena Kabupaten Rembang memiliki kawasan pesisir dan
kawasan pegunungan. Dengan kelerengan antara 0-2% sampai >40%. Berikut adalah tabel kelerengan di Kabupaten Rembanag:
Tabel III.2.
Kemiringan Tanah di Kabupaten Rembang tahun 2015
No
Kecamatan
Tipe Kemiringan (Ha)
0 – 2%
2 – 15%
15 – 40%
>40%
Jumlah
1.
Sumber
3.168
4.454
51
-
7673
2.
Bulu
3.754
2.206
3.998
282
10.240
3.
Gunem
1.100
6.655
1.609
684
10.048
4.
Sale
1.888
6.655
1.946
225
10.714
5.
Sarang
4.940
3.819
374
-
9.133
6.
Sedan
3.576
2..279
1.382
727
7.964
7.
Pamotan
5.226
2.771
159
-
8.156
8.
Sulang
5.663
3.730
61
-
9.454
9.
Kaliori
6.091
59
-
-
6.150
10.
Rembang
5.881
-
-
-
5.881
11.
Pancur
1.692
730
1.369
803
4.594
12.
Kragan
3.492
1.266
702
769
6.229
13.
Sluke
1.014
683
145
617
3.759
14.
Lasem
2.547
466
874
617
4.504
Jumlah
50.032
35.773
13.970
4.724
104.499
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Wilayah yang memiliki kelerengan 0-2% tersebar di seluruh kecamatan, kelerangan 3-15% juga hampir di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Rembang. Untuk kelerengan 16-40% juga hampir disemua kecamatan kecuali Kecamatan Rembang dan Kaliori. Dan kecamatan yang memiliki kelerengan >40% adalah Kecamatan Gunem, Sale, Sedan, Pancur, Kragan, Sluke, serta Kecamatan Lasem. Berikut beberapa sample dari gambaran daratan di Kabupaten Rembang.
Lahan landai serta terdapat perbukitan di Kec. Pancur
Kawasan pertanian yang berada pada lahan yang datar di Kec. Pamotan
Sumber : Hasil Survey Primer 2016
Gambar III.2
Topografi Kabupaten Rembang
Kondisi ini memiliki keuntungan tersendiri bagi Kabupaten Rembang, diantaranya pada kemiring yang cenderung landai digunkan untuk kawasan budidaya yang baik. Seperti peruntukan permukiman, peternakan, perikanan (tambak), dll. Sedangkan untuk kemiringan yang cukup curam digunakan sebagai kawasan lindung dan kawasan konservasi.
Wilayah Kabupaten Rembang memiliki bentang alam yang heterogen. Wilayah yang berada di kawasan pesisir ini juga memiliki kawasan pegunungan dan perbukitan yang cukup menyebar di beberapa Kecamatan. Berikut adalah tabel ketinggian tanah di Kabupaten Rembang:
Tabel III.3.
Ketinggian Lahan Di Kabupaten Rembang tahun 2015
No
Kecamatan
Ketinggian Dari permukaan Laut (Ha)
0 – 7 mdpl
8 – 100 mdpl
101 – 500 mdpl
>500 mdpl
Jumlah
1.
Sumber
-
7.443
210
-
7.653
2.
Bulu
-
3.768
6.472
-
10.240
3.
Gunem
-
2.813
5.207
-
8.020
4.
Sale
-
727
9.987
-
10.714
5.
Sarang
4.040
5.093
.-
-
9.133
6.
Sedan
-
4.197
1.112
2.655
7.964
7.
Pamotan
-
20.390
708
-
21.098
8.
Sulang
-
8.263
191
-
8.454
9.
Kaliori
2.592
3.558
-
-
6.150
10.
Rembang
2.225
3.656
-
-
5.881
11.
Pancur
-
3.274
1.010
310
4.594
12.
Kragan
1.657
3.224
1.260
25
6.166
13.
Sluke
206
2.144
1.324
85
3.759
14.
Lasem
1.253
2.027
1.187
37
4.504
Jumlah
11.973
70.577
28.668
3.112
114.330
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Wilayah Kabupaten Rembang yang memiliki ketinggian 0-7 mdpl adalah Kecamatan yang berada di pesisir, diantaranya Kecamatan Sarang, Kaliori, Rembang, Kragan, Sluke, dan Kecamatan Lasem. Kawasan dengan ketinggian 8-100 mdpl berada di seluruh kecamatan. Sedangkan kawasan dengan ketinggian 101-500 mdpl berada hampir di seluruh Kecamatan, kecuali Kecamatan Sarang, Kaliori, dan Kecamatan Rembang. dan kawasan dengan ketinggian >500 mdpl berada di daerah Kabupaten Rembang bagian selatan yang merupakan kawasan perbukitan dan pegunungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut:
Peta III.2. topografi / kelerengan
3.1.1.3. Hidrologi Kabupaten Rembang
Hidrologi yang ada pada wilayah Kabupaten Rembang terdapat hidrologi dengan menggunakan air permukaaan dan air tanah.
1. Air Permukaan
Air permukaan terutama digunakan masyarakat untuk keperluan irigasi sawah dengan memanfaatkan aliran sungai yang dimanfaatkan petani untuk mengaliri sawah. Wilayah Kabupaten memiliki cukup banyak aliran sungai yang terdapat di setiap kecamatan. Sungai yang melewati wilayah Kabupaten Rembang antara lain Sungai Randugunting, Babagan, Karanggeneng, Kening, Telas, Kalipang, Sudo dan Sungai Patiyan. Di Kabupaten Rembang terdapat 121 dam dan 25 daerah irigasi. Dari jumlah tersebut tidak semuanya dialiri air sepanjang tahun. Selain itu juga terdapat Waduk/embung yang digunakan untuk irigasi pertanian. Kawasan sekitar waduk/embung/bendung seluas kurang lebih 116 Ha meliputi:
a. Kecamatan Sumber;
b. Kecamatan Sulang;
c. Kecamatan Gunem;
d. Kecamatan Rembang;
e. Kecamatan Kragan;
f. Kecamatan Sarang;
g. Kecamatan Sluke;
h. Kecamatan Pancur;
i. Kecamatan Bulu; dan
j. Kecamatan Pamotan
2. Air Tanah
Kabupaten Rembang yang dikenal dengan pegunungan kapur memiliki cadangan air cukup melimpah. Pegunungan Kendeng Utara dikenal sebagai kawasan karst yang aquifer airnya masih berjalan dengan baik, dimana masyarakat juga memanfaatkan sumber air ini untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pegunungan Kendeng Utara, khususnya di Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih. Selain itu juga terdapat CAT Lasem.
Berikut adalah peta hidrologi di Kabupaten Rembang:
Peta III.3.Hidrologi
Berikut adalah contoh Embung yang ada di Kecmatan Sale yang merupakan sumber irigasi pada lahan pertanian
Waduk Lodan di Kecamatan Sarang dengan kondisi masih bagus serta berfungsi semestinya
Sumber : Hasil Survey Primer 2016
Gambar III. 3.
Waduk Lodan di kecamatan Sarang
3.1.1.4. Geologi dan Jenis Tanah Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang yang berbatasan dengan laut jawa bagian utara dan pegunungan di bagian timur memiliki beberapa macam kondisi geologi, yaitu:
Undiferented vulcanik product, tersebar di Kecamatan Pancur, Sule, Kragan, Bulu, Gunem, dan sebagian Kecamatan Sale.
Aluvium, tersebar sepanjang jalur pantura sekitar 60 kilometer. Mulai dari kecamatan Kaliori, sampai dengan Kecamatan Sarang yang berbatasan dengan wilayah kabupaten Tuban (Jawa Timur). Dan sebagian kecil di wilayah Pancur dan Kecamatan Pamotan. Merupakan lapisan geologi yang terbesar meliputi luas 45,470, 783Ha atau sekitas 44,84 persen dari luas wilayah Kabupaten Rembang.
Miocene Sidementary Facies, tersebar di Kecamatan Sale, Bulu, Gunem, Sulang, Pamotan, Sedan, Kragan, Sarang, dan Kecamatan Sumber. Lapisan ini meliputi luas 32,125,00 Ha atau 31,68 persen dari wilayah Kabupaten Rembang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah pertanian yang cukup berpotensi, kecuali di daerah pegunungan sebelah timur yang termasuk pegunungan tandus. Berikut adalah peta Geologi di Kabupaten Rembang:
Peta III.4Geologi
Jenis tanah di Kabupaten Rembang cukup beragam, diantaranya yaitu:
Alluvial
Merupakan tanah yang beraneka ragam sifatnya dengan warna kelabu dan coklat hitam, tidak peka terhadap erosi, serta mempunyai prokditivitas yang rendah sampai tinggi. Biasanya digunakan untuk lahan tanah pertanian dan permukiman.
Regosol
Merupakan tanah yang netral sampai asam. Dengan warna putih, coklat kekuning-kuningan, dan coklat kelabu. Tanah ini sangat peka terhadap erosi. Digunakan terutama untuk lahan perkebunan.
Andosol
Merupakan jenis tanah yang berwarna hitam atau coklat kehitaman.tersusun dari material vulkanik. Yang biasanya terdapat di kawasan di ketinggian 600–2000 mdpl.terkenal bersifat subur, sehingga biasanya di gunakan untuk lahan pertanian.
Grumosol
Merupakan tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai hitam, produktivitasnya dari rendah sampai sedang, serta peka terhadap erosi. Biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan perkebunan.
Mediteran Merah Kuning
Merupakan tanah yang agak netral berwarna merah sampai coklat dengan produktivitas sedag sampai tinggi dan agak peka terhadap erosi. Digunakan untuk tanah sawah, tegalan, kebun buah dan padang rumput.
Dari data diatas, akan lebih jelas pada siaran TV. Luas wilayah di kabupaten Rembang sedang. Berikut adalah tabel presentase luas wilayah sebagai berikut.
Tabel III.4.
Persentase Jenis Tanah di Kabupaten Rembang tahun 2002
No.
Jenis Tanah
Persentase Luasan
Aluvial
10%
Regosol
5%
Andosol
8%
Grumosol
32%
Mediteran Merah Kuning
45%
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2002
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jenis tanah Mediteran Merah Kuning adalah yang paling dominan di Kabupaten Rembang. Sehingga Kabupaten Rembang memiliki wilayah yang baik untuk pertanian, baik sawah, tegalan, kebun buah, dll. Jenis tanah Grumosol juga cukup dominan dengan 35% dari luas wilayah Kabupaten, yang mana jenis tanah ini juga cukup baik untuk pertanian dan perkebunan.
Kedalaman tanah di Kabupaten Rembang juga cukup beragam, berikut adalah tabel kedalaman efektif tanah di Kabupaten Rembang:
Tabel III.5.
Kedalaman Efektif Tanah di Kabupaten Rembang tahun 2015
No.
Kecamatan
Kedalaman Efektif tanah
0 – 30cm
31 – 60cm
61 – 90cm
>90cm
Jumlah
1.
Sumber
-
-
425
7.248
7.673
2.
Bulu
-
1.558
626
8.057
10.241
3.
Gunem
-
833
1.218
8.057
8.021
4.
Sale
-
1.116
2.806
6.791
10.713
5.
Sarang
-
-
-
9.133
9.133
6.
Sedan
-
1.306
-
6.664
7.970
7.
Pamotan
-
-
-
8.156
8.156
8.
Sulang
-
-
529
7.925
8.454
9.
Kaliori
-
-
-
6.150
6.150
10.
Rembang
-
-
301
5.580
5.881
11.
Pancur
-
2.315
-
2.279
4.594
12.
Kragan
56
1.757
275
4.079
6.167
13.
Sluke
-
1.861
1.661
238
3.760
14.
Lasem
-
-
2.651
1.852
4.503
Jumlah
56
10.746
10.492
80.122
101.416
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Rembang yang paling dominan adalah kedalaman >90 cm, hal ini sangat baik digunakan dalam pondasi bangunan, serta pada akar tumbuhan, karena semakin dalam efektif tanah, semakin dalam pula akar yang menembus tanah. Berikut adalah contoh penggunaan tanah di Kabupaten rembang:
Tanah Grumosol menjadi lahan pertanian di beberapa kecamatan diKabupaten Rembang
Tanah Regosol menjadi lahan perkebunan di Kecamatan Sarang
Sumber: Hasil Survey Primer 2016
Gambar III.4.
Jenis tanah di Kabupaten Rembang
Peta III.5. jenis tanah
3.1.1.5. Klimatologi Kabupaten Rembang
Wilayah Kabupaten Rembang merupakan dataran rendah di bagian utara Pulau Jawa, namun juga memiliki kawasan pegunungan dan perbukitan dibagian selatan Kabupaten Rembang. Wilayah ini memiliki jenis iklim tropis dengan suhu maksimum 33ºC dan suhu rata-rata adalah 23ºC. dengan bulan basah yaitu empat sampai lima bulan, sedangkan selebihnya termasuk kategori bulan sedang sampai kering. Berikut adalah tabel curah hujan di Kabupaten Rembang:
Tabel III.6.
Hari Hujan Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Rata-rata hari hujan per tahun
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Sumber
146
93
94
89
67
2.
Bulu
127
89
92
131
114
3.
Gunem
112
76
66
90
90
4.
Sale
137
83
77
23
91
5.
Sarang
131
100
67
88
89
6.
Sedan
81
67
53
74
80
7.
Pamotan
69
68
50
58
42
8.
Sulang
140
86
85
119
92
9.
Kaliori
91
49
49
62
48
10.
Rembang
101
69
70
93
60
11.
Pancur
121
70
68
72
79
12.
Kragan
65
57
52
71
89
13.
Sluke
120
64
51
95
114
14.
Lasem
112
91
72
80
79
Rata-rata Tahun
110.93
75.86
67.57
81.79
80.79
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Tabel III.7.
Curah Hujan di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Rata-rata curah hujan per tahun (mm)
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Sumber
2.732
1.779
1.311
2.162
1.861
2.
Bulu
2.129
1.078
1.245
1.720
1.676
3.
Gunem
2.500
1.774
1.336
1.770
1.699
4.
Sale
2.205
1.398
1.067
1.428
1.604
5.
Sarang
1.699
1.176
785
1.639
1.227
6.
Sedan
1.537
1.014
1.124
1.271
1.241
7.
Pamotan
1.448
923
560
1.158
1.095
8.
Sulang
2.673
1.561
1.607
2.305
2.465
9.
Kaliori
1.795
728
794
1.244
1.323
10.
Rembang
1.815
1.111
1.015
1.662
1.506
11.
Pancur
2.242
898
1.403
1.446
1.698
12.
Kragan
1.929
1.088
1.007
1.325
1.843
13.
Sluke
2.135
1.156
1.016
1.530
1.923
14.
Lasem
1.487
864
870
1.553
1.597
Rata-rata Tahun
202.329
117.986
108.143
158.664
162.557
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Wilayah dengan curah hujan terbanyak yaitu Kecamatan Sulang yang memang terdapat di kawasan perbukitan di bagian selatan Kabupaten Rembang, sedangkan curah hujan paling sedikit yaitu Kecamata Sarang yang merupakan kawasan pesisir. Kemudian hari hujan paling banyak adalah terdapat di Kecamatan Bulu dan Sluke sedangkan hari hujan paling sedikit yaitu terdapat di Kecamatan Pamotan.
Sumber :Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Gambar III.5.
Klimatologi Kabupaten Rembang Tahun 2010-2014
Untuk hari hujan dari empat tahun terakhir terdapat penurunan dan di tahun 2013-2014 kenaikan antara 67 hari hingga 81 hari, sedangkan curah hujan terjadi kenaikan dari 1179mm hingga 1625mm. Sedangkan hari hujan dan curah hujan perbulan adalah sebagai berikut:
Tabel III.8.
Hari Hujan Per BulanKabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
1.
Sumber
20
14
3
6
-
4
3
-
-
-
7
10
2.
Bulu
24
15
12
13
6
7
4
5
-
-
10
18
3.
Gunem
23
11
12
4
3
3
5
2
-
-
9
18
4.
Sale
19
12
11
8
8
9
4
2
-
1
5
12
5.
Sarang
16
7
6
7
10
12
12
1
-
1
2
15
6.
Sedan
22
11
11
6
4
6
4
2
-
1
2
11
7.
Pamotan
14
5
1
6
4
3
2
-
-
-
1
6
8.
Sulang
24
13
10
10
3
5
2
3
-
-
7
15
9.
Kaliori
20
12
-
-
2
2
1
-
-
-
3
8
10.
Rembang
20
11
4
5
2
3
2
-
-
-
1
12
11.
Pancur
20
8
10
7
3
8
10
1
-
-
5
7
12.
Kragan
21
4
5
9
9
9
9
2
-
2
4
15
13.
Sluke
26
12
7
14
13
14
10
3
-
3
3
9
14.
Lasem
20
7
8
6
3
9
7
-
-
1
4
11
Sumber : Kabapaten Rembang Dalam Angka 2015
Tabel III.9.
Curah Hujan Per BulanKabupaten Rembang (mm) Tahun 2014
No.
Kecamatan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
1.
Sumber
605
302
110
131
-
105
25
-
-
-
234
349
2.
Bulu
449
250
152
238
44
25
40
32
-
-
126
311
3.
Gunem
478
142
133
82
54
13
83
29
-
-
142
543
4.
Sale
389
135
144
106
180
148
74
21
-
15
66
326
5.
Sarang
402
86
10
135
81
90
114
8
-
27
31
243
6.
Sedan
389
111
143
84
22
78
36
21
-
17
22
216
7.
Pamotan
343
72
59
109
68
127
82
-
-
-
10
225
8.
Sulang
726
302
232
220
79
81
37
15
-
-
165
608
9.
Kaliori
572
242
-
-
27
52
7
-
-
-
133
290
10.
Rembang
283
289
69
84
14
58
14
-
-
-
35
360
11.
Pancur
754
138
184
101
43
121
144
5
-
-
27
181
12.
Kragan
565
78
75
177
159
201
105
34
-
56
68
325
13.
Sluke
583
194
74
200
124
273
101
28
-
16
24
306
14.
Lasem
561
129
152
123
56
157
172
-
-
5
19
223
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Hari hujan maupun curah hujan, paling banyak terdapat pada bulan Januari dan Desember yang merupakan puncak dari musim penghujan. Sedangkan pada Bulan September tidak terdapat hujan di Kabupaten Rembang. Dari beberapatabel diatas dapat dipetakan pada peta dibawah ini:
Peta III.6.Curah hujan
Kondisi Lingkungan Kabupaten Rembang
Kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, mineral, air dan iklimdengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Rawan Bencana Kabupaten Rembang
Di Kabupaten Rembang terdapat beberapa becana alam, walaupun bencana tersebut jarang diketahui oleh masyarakat luas. Namun dalam catatan BPBD terdapat beberapa kejadian bencana, antara lain:
Tabel III.10.
Jenis Bencana di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Puting Beliung
Banjir
Tanah Longsor
1.
Sumber
1
-
2
2.
Bulu
-
-
3
3.
Gunem
-
1
-
4.
Sale
-
-
2
5.
Sarang
-
1
1
6.
Sedan
-
4
7
7.
Pamotan
-
-
2
8.
Sulang
2
-
-
9.
Kaliori
2
16
2
10.
Rembang
3
-
-
11.
Pancur
-
-
6
12.
Kragan
-
1
1
13.
Sluke
-
1
12
14.
Lasem
1
9
3
Jumlah
9
2
41
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Dari beberapa bencana di Kabupaten Rembang, yang paling banyak adalah bencana tanah longsor yang terjadi di kecamatan sedan, kecamatan pancur, kecamatan kragan, kecamatan sluke dan kecamatan gunem. Bencana tanah longsor yang paling tinggi terdapat pada Kecamatan Sluke.Namun dari segi kerawananannya, Kabupaten Rembang memiliki beberapa kerawanana bencana alam, antara lain: rawan abrasi pantai di sepanjang pantai Rembang khususnya yang belum terdapat hutan Mangrove yang terdapat di 3 desa kecamatan kaliori, desa matalan, desa wates, desa palah. Abrasi ini pada level Rendah hingga menengah. Selain itu terdapat juga kerawanan banjir yang terjadi di 3 kecamatn yaitu kecamatan kaliori ( Desa banggi, desa kuangsan, desa pengkol, dan desa purworejo), kecamatan lasem ( Desa sedangsari, desa dasut, desa tasiksono, desa ngeplak dan desa dedongmulyo) dan kecamatan pamotan ( Desa ringin, desa pamotan, desa suderejo). Selain itu rawan bencana lain juga terjadi di kabupaten rembang ysitu kekeringan dan gerakan tanah, seperti dalam peta dibawah ini:
Peta III.7Rawan bencana
Penggunaan Lahan Kabupaten Rembang
Total luas lahan Kabupaten Rembang adalah 101,408 Ha yang merupakan kawasan pesisir serta memiliki kawasan pegunungan dan perbukitan. Berikut adalah tabel penggunaan lahan di Kabupaten Rembang. Lahan di Kabupaten Rembang terbagi menjadi lahan Pertanian dan bukan pertanian, dengan lahan pertranian yang dibagi lagi yaitu lahan pertanian sawah dan lahan pertanian bukan sawah.
Tabel III.11.
Penggunaan Lahan di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Lahan pertanian (Ha)
Lahan bukan pertanian (Ha)
Sawah
Bukan sawah
1.
Sumber
2.950
4.004
719
2.
Bulu
1.835
7.833
572
3.
Gunem
1.269
3.966
2.785
4.
Sale
1.789
8.782
143
5.
Sarang
2.413
3.903
2.817
6.
Sedan
2.101
3.237
2.626
7.
Pamotan
2.244
4.243
2.626
8.
Sulang
2.036
4.051
2.367
9.
Kaliori
3.633
1.569
948
10.
Rembang
3.103
1.696
1.082
11.
Pancur
1.167
2.734
693
12.
Kragan
2.296
2.717
1.153
13.
Sluke
1.023
1.949
787
14.
Lasem
1.161
2.483
860
Jumlah
29.020
53.156
19.232
Sumber : kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Tabel diatas dapat diringkas pada diagram dibawah ini:
Sumber : tabel III.11.
Gambar III.6.
Penggunaan Lahan Kabupaten Rembang Tahun 2014
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pengggunaan lahan paling banyak untuk lahan pertanian bukan sawah yaitu sebesar 52 persen, atau seluas 53,156 Ha, Di Kabupaten Rembang masing-masing kecamatan memiliki lahan pertanian (sawah/bukan sawah) dan lahan bukan pertanian. Hal ini karena kondisi alam di Kabupaten Rembang mendukung untuk peruntukan lahan pertanian dan bukan pertanian.
Sumber : tabel III.11.
Gambar III.7.
Penggunaan Lahan perkecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Wilayah yang memiliki lahan bukan pertanian terluas adalah Kecamatan Sarang, sedangkan Wilayah yang memiliki lahan pertanian bukan sawah paling luas adalah Kecamatan Sale, serta wilayah yang memiliki lahan pertanian sawah paling luas adalah Kecamatan Kaliori. Untuk lahan pertanian sawah dibagi lagi menurut sistem pengairan, berikut tabel lahan sawah menurut pengairannya:
Tabel III.12.
Lahan Sawah di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Sawah Irigasi (Ha)
Sawah Tadah Hujan (Ha)
1.
Sumber
177
2.773
2.
Bulu
472
1.363
3.
Gunem
497
772
4.
Sale
997
792
5.
Sarang
603
1.810
6.
Sedan
887
1.214
7.
Pamotan
741
1.503
8.
Sulang
95
1.941
9.
Kaliori
2.433
1.200
10.
Rembang
-
3.103
11.
Pancur
434
733
12.
Kragan
-
2.296
13.
Sluke
657
366
14.
Lasem
263
366
Jumlah
8.256
20.764
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Wilayah yang memiliki sawa irigasi terluas berada di kecamatan kaliori dan yang terkecil berada di kecamatan sulang. Dan sawa tadah hujan terluas berada di kecamatan rembang dan yang terkecil berada di kecamatan sluke dan kecamatan lasem. Berikut ada diangramnya:
Sumber : Tabel III.12.
Gambar III.8.
Diagram Lahan SawahKabupaten Rembang Tahun 2014
Sistem pengairan sawah di Kabupaten Rembang pada umunya masih menggunakan tadah hujan yaitu sekitar 72 persen dari seluruh luas pertanian, lahan tersebut tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten rembang. Sedangkan lahan sawah beririgasi juga terdapat di semua kecamatan, kecuali pada Kecamatan Rembang dan Kecamatan Kragan.
Sumber : Tabel III.12.
Gambar III.9.
Diagram Sistem Pengairan Sawah di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Wilayah yang memiliki sistem pengairan sawah berupa tadah hujan paling luas di Kecamatan Rembang yaitu 3103 Ha, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Lasem dan sluke yaitu 366Ha. Kemudian wilayah yang memiliki sawas beririgasi paling luas di Kecamatan Kaliori yaitu 2433Ha, dan paling sedikit di Kecamatan Rembang dan Kragan karena kedua Kecamatan ini tidak memiliki sawah beririgasi.
Tabel III.13.
Penggunaan Lahan Kering di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Tegalan
Perkebunan
Tidak Diusahakan
Hutan Rakyat
Padang Rumput
Pekarangan
Jumlah
1.
Sumber
741
1.511
-
224
500
1.028
4.004
2.
Bulu
2.608
20
-
17
-
5.188
7.833
3.
Gunem
2.829
-
-
778
-
359
3.966
4.
Sale
2.189
-
-
-
-
6.593
8.782
5.
Sarang
3.488
-
-
-
-
415
3.903
6.
Sedan
3.022
-
-
-
-
215
3.237
7.
Pamotan
4.077
-
5
-
1
149
4.232
8.
Sulang
4.019
12
-
-
20
0
4.051
9.
Kaliori
483
-
-
39
-
1.047
1.569
10.
Rembang
1.250
215
231
-
-
0
1.696
11.
Pancur
2.002
-
-
732
-
0
2.734
12.
Kragan
2.378
-
-
-
-
339
2.717
13.
Sluke
1.884
-
-
-
-
65
1.949
14.
Lasem
704
-
-
820
-
958
2.484
Jumlah
31.674
1.758
236
2.610
521
16.356
53.155
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Sumber : Tabel III.13.
Gambar III.10.
Penggunaan Lahan Kering Kabupaten Rembang Tahun 2014
Lahan kering di Kabupaten Rembang pada umumnya dijadikan sebagai tegalan dan pekarangan yang mana kedua lahan tersebut tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Rembang. Berbeda dengan perkebunan yang hanya terdapat di Kecamatan Sumber, Bulu, Sulang, dan Pancur. Lahan untuk hutan rakyat terdapat di Kecamatan Lasem, Pancur, Kaliori, Gunem, Bulu, dan Sumber. Berikut adalah perubahan luasan lahan di Kabupaten Rembang dari tahun 2009 dan tahun 2014:
Tabel III.14.
Luas Tanah Menurut Penggunaannya di Kabupaten Rembang
Tahun 2009–2014
No
JenisLahan
Luasan (Ha)
Perubahan
Tahun 2009
Tahun 2014
1
Air Tawar
73.458
73.458
0,000%
2
SawahTadahHujan
28.163.645
28.075.399
-0,313%
3
SawahIrigasi
4.771.806
4.771.806
0,000%
4
Tegalan
31.441.395
31.337.074
-0,332%
5
Belukar/Semak
1.998.276
1.998.276
0,000%
6
Empang
685.158
685.158
0,000%
7
Hutan
797.311
797.311
0,000%
8
Kebun
22.795.996
22.795.996
0,000%
9
Pemukiman
6.400.678
6.581.449
2,824%
10
Penggaraman
59.111
59.111
0,000%
11
Rumput
270.235
270.235
0,000%
Sumber : Kabupaten Rembang dalam Angka 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan terluas pada tahun 2009 adalah Tegalan dengan luas 31441.395 Hadan pada tahun 2014 lahan terluas adalah Tegalan dengan luas 31337.074 Ha, hal itu menunjukan penurunan pada luas lahan tegalan . Pada tabel diatas juga dapat diketahui bahwa luas penggunaan lahan pada setiap jenis lahan pada tahun 2009 hingga 2014 stabil kecuali pada penggunaan lahan untuk sawah tadah hujan dan tegalan mengalami penurunan, sedangkan penggunaan lahan untuk permukiman mengalami kenaikan sebasar 180.771 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat di liat pada peta dibawah ini:
Peta III.8. Tata Guna Lahan Tahun 2009
Peta III.9.Tata Guna Lahan Tahun 2013
Kondisi Ekonomi di Kabupaten Rembang
Perkembangan dan pembangunan suatu kota saling berkaitan dengan jumlah struktur dan dinamika penduduknya, tingkat sosial ekonomi serta luas wilayahnya. Jumlah penduduk yang banyak memerlukan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, sehingga semakin banyak penduduk , maka semakin besar pula kebutuhan sarana dan prasarana di wilayah tersebut. Tingkat perekonomian dapat membentuk watak dan kualitas kehidupan penduduk.
Sumberdaya alam
Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Rembang ada 4 di antaranya yaitu: pertanian/perkebunan, peternakan, perikanan dan pertambangan
3.3.1.1. Pertanian
Lahan pertanian di Kabupaten Rembang memiliki jumlah lahan sawah yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Rembang. Dengan lahan sawah pertanian di Kabupaten Rembang tersebar merata di tiap-tiap kecamatan. Dengan luas lahan sawah terbesar di Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Rembang. Produktivitas pertanian di Kabupaten Rembang terdiri dari makanan pokok dan buah-buahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III.15.
Produksi Pertanian di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Jenis Produksi
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kw/ha)
Makanan Pokok
Padi Sawah
Jagung
Singkong
35.571
26.948
4.815
166.833
128.389
129.332
4.690
4.764
26.860
Buah-buahan
Mangga
Nangka
Jambu
Pisang
741.039
43.034
51.800
458.423
1.244.061
55.595
55.596
127.987
16.788
12.919
10.733
2.792
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang 2014
Dari tabel diatas untuk komoditi utama tanaman pangan di Kabupaten Rembang tahun 2014 adalah padi sawah. Selain itu juga produksi buah-buahan yang banyak di Kabupaten Rembang adalah mangga, Nangka, jambu, dan pisang dan masi banyak lagi.
3.3.1.2. Peternakan
Untuk peternakan di Kabupaten Rembang terdiri dari hewan ternak dan unggas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel III.16.
Populasi Ternak Besar dan Kecil di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Kecamatan
Populasi Ternak Besar dan Kecil (ekor)
Sapi Potong
Kuda
Kambing
Domba
Kelinci
Sumber
12.921
79
10.020
4,293
-
Bulu
8.891
-
12.826
5.246
400
Gunem
8.081
-
8.944
7.515
137
Sale
8.800
486
8.983
14.819
508
Sarang
12.980
336
9.634
14.838
-
Sedan
12.153
181
7.329
12.671
1.080
Pamotan
8.857
357
10.711
13.746
230
Sulang
10.727
162
13.636
4.357
-
Kaliori
10.545
374
11.508
5.033
-
Rembang
6.962
943
11.294
5.554
1.474
Pancur
4.465
411
9.098
6.804
-
Kragan
7.781
800
12.586
12.315
400
Sluke
4.538
309
11.986
8.403
-
Lasem
3.233
496
11.507
8.405
508
Jumlah
120.934
4.934
150.062
123.999
4.737
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Tabel III.17.
Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Kecamatan
Populasi Ternak Unggas (ekor)
Ayam Buras
Ayam Ras Broiler
Ayam Ras Leyer
Itik
Sumber
76.147
47.000
-
1.541
Bulu
29.011
-
-
2.468
Gunem
38.060
37.500
-
4.429
Sale
90.467
9.000
-
6.449
Sarang
57.326
24.000
5.000
7.353
Sedan
48.989
91.000
450
6.392
Pamotan
31.558
51.900
-
23.375
Sulang
41.897
28.000
-
6.072
Kaliori
36.892
31.200
-
994
Rembang
59.531
35.400
-
36.869
Pancur
36.281
-
700
2.150
Kragan
61.081
8.500
-
8.738
Sluke
29.027
-
-
5.363
Lasem
32.861
3.000
-
9.998
Jumlah
669.128
366.500
6.150
122.191
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Dari tabel diatas untuk komoditi terbesar peternakan di Kabupaten Rembang tahun 2015 adalah ayam buras dengan jumlah populasi 669.128 ekor.
3.3.1.3. Perikanan
Untuk perikanan di Kabupaten Rembang terdiri dari perikanan laut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III.18.
Produksi Perikanan Pada Tahun 2014 Kabupaten Rembang
Jenis Produksi
Hasil Tangkapan (kg)
Nilai (Rp)
Perikanan Laut
Layang
Selar
Tembang
Kembung
Tenggiri
Tongkol
Pari/Peh
Cumi-Cumi
Petek
Ekor kuning
Lain-Lain
Perikanan Tambak
Bandeng
Udang windu
Udang vanamea
Perikanan Air Tawar
Lele
Nila
Lain-lain
17.228.710
2.863.239
5.184.255
2.730.662
246.426
1.793.450
1.423.491
898.765
2.437.025
1.617.049
7.045.024
725.600
216.100
1.495.200
1.164.400
184.300
150.700
128.420.794.100
36.776.220.580
22.459.525.200
41.300.961.430
7.116.789.700
21.477.815.800
4.587.763.150
18.915.428.450
7.110.592.900
3.972.848.200
32.994.723.234
10.158.890.000
17.291.600.000
119.619.200.00
16.301.096.000
2.580.550.000
1.808.700.000
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Dari tabel diatas untuk komoditi perikanan di Kabupaten Rembang tahun 2014 terbagi atas 3 (tiga) jenis antara lain: perikanan laut, perikanan tambak, dan perikanan air tawar. Dengan jumlah tangkapan terbesar adalah ikan layang dengan 17.228.710 kg pada tahun 2014 yang menghasilkan nilai Rp 128.420.794.100.
Tabel III.19.
Potensi Hasil Perikanan Tangkap Kabupaten Rembang Tahun 2014
Perikanan
Tahun
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
a. Perikanan Laut
1) Jumlah Tangkapan
79.579,00
26.625,99
35.633,01
42.026,97
16.413,58
Ton
2) Jumlah Kapal Penangkap Ikan
3.946,00
4.335,00
4.335,00
4.260,00
4.622,00
Unit
3) Jumlah Rumah Tangga Perikanan
4.294,00
4.294,00
4.294,00
3.735,00
4.778,00
KK
4) Jumlah Tempat Pelelangan Ikan
14,00
12,00
12,00
10,00
11,00
Unit
b. Perikanan Darat
1) Tambak
- Luas
1.069,00
1.069,00
1.667,00
1.667,00
3.386,2
Ha
- Jumlah Produksi Perikanan Darat
135,31
340,98
268,30
379,26
887,0
Ton
2) Kolam
- Luas
10,00
15,47
15,47
25,89
25,2
Ha
- Jumlah Rumah Tangga Produksi
10,00
10,00
28,9
56,94
270
Ton
3) Karamba
- Jumlah Karamba
-
-
-
-
-
Unit
- Jumlah Rumah Tangga Produksi
-
-
-
-
-
Ton
4) Perikanan Perairan Umum
- Produksi (Rawa, Danau, Sungai, dll)
189,6
189,6
189,6
290,6
243,5
Ha
- Jumlah Rumah Tangga Produksi
-
8,3
5,1
13,7
30,438
Ton
c. Industri Hasil Perikanan dan Hasil Laut Lainnya
1) Pengalengan Ikan
1
1
1
1
1
Unit
2) Kapal Ikan
7
7
7
7
7
Unit
3) Hasil Laut Non Ikan
-
-
-
-
-
Unit
d. Perusahaan Pengolahan Perikanan
1,291
1,291
1,291
1,291
2,066
Unit
e. Jumlah Hatchery (Rumah Pembenihan)
2
2
2
2
2
Unit
f. Ekspor Hasil Perikanan
-
-
-
-
-
Ton
Sumber : dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Rembang tahun 2014
Dari Tabel diatas potensi Kabupaten Rembang ada beberapa jenis yaitu perikanan laut dan perikanan darat yaitu dari tahun 2006 hingga 2010.Hasil dari perikanan laut dilihat dari jumlah tangkapan di tahun 2006 yaitu 79.579,00 ton meningkat dibandingkan di tahun 2010 menurun drastis sekitar 16.413,58 ton,sedangkan untuk perikanan darat pada tahun 2006 dilihat pada jumlah produksi perikanan darat yaitu dari tahun 2006 sekitar 135,31 ton sedangkan tahun 2010 yaitu 887,0 dari tahun ke tahun meningkat.Dari hasil baik perikanan darat maupun perikanan laut dimasukkan di insutri untuk dimasukkan di distribusikan.Untuk bagian produksi perikanan di Kabupaten Rembang terdapat beberapa perusahaan pengelolaan ikan sebanyak 2,066 unit pada tahun 2010 sedangkan rumah pembenihan di Kabupaten Rembang tersedia 2 unit saja dari 2006 hingga 2010 tidak ada peningkatan.
Dapat dilihat pada foto dibawah ini yang merupakan bentuk aktivitas masyarakat dan gambaran dari penjelasan diatas:
Pemberian vaksin pada ternak sapi milik masyarakat di Kecamatan Pancur
Penjualan hasil perikanan laut yang di garamkan di Kecamatan Lasem
Pertanian padi di areal sawah di Kecamatan Pamotan
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III.11.
Peternakan, Perikanan, Pertanian Kabupaten Rembang
3.3.1.4. Pertambangan
Kabupaten Rembang merupakan salah satu Kabupaten yang mempunyai potensi alam yang termasuk lengkap. karena potensi Tambang Galian C sangat melimpah, antra lain:
Pasir Kwarsa (Sio2)
Pasir kwarsa terbentuk oleh pengendapan butiran mineral kwarsa dari batuan sumber yang kaya akan mineral kwarsa seperti batu granit, riolit, granodiorit. Kegunaan : Bahan baku industri keramik, gelas / kaca, semen, dan industri lain (cat, karet, gerinda, logam, bata tahan api). Kandungan : Sio2 : 95 - 97%
Batu Kapur (CaCO3)
Batu kapur/batugamping merupakan salah satu batuan sedimen yang kaya akan kandungan kalsium karbonat. Batuan ini terbentuk pada lingkungan pengendapan laut berupa terumbu atau secara klastik. Kegunaan : Bahan baku semen portland, kapur tohor, kapur padam, bahan bangunan, dan industri lain seperti industri baja, kertas, pupuk, keramik, cat, dan lain-lain. Kandungan : CaO : 51 - 59%
Dolomit (CaMg(CO3)2)
Dolomit merupakan salah satu jenis batugamping yang sebagian unsur kalsiumnya tergantikan oleh unsur magnesium..Kegunaan : Industri pupuk, bata tahan api, bahan bangunan dan industri kimia lain. Kandungan : MgO : 19.72% dan CaO : 35.79%
Pospat (P2O5)
Bahan pospat merupakan suatu bahan organik yang tersusun oleh senyawa fosfat dan mineral lain seperti kalsium karbonat, oksida besi dan oksida alumina. Kegunaan : Industri pupuk dan industri kimia lain (detergen, asam fosfat). Kandungan : P2O5 : 27%
Kalsit (CaCO3)
Kalsit merupakan mineral kalsium karbonat yang berbentuk kristal. Kalsit ini terbentuk dari rekristalisasi larutan karbonat karena air permukaan atau air bawah tanah pada batugamping. Kalsit ditemukan pada retakan/rekahan, rongga-rongga atau goa pada batugamping. Kristal ini dapat dijumpai dalam bentuk stalaktit, stalakmit atau suatu geode dalam batugamping.. Keterangan : Karena proses pembentukannya, jarang dijumpai cadangan kalsit dalam jumlah besar. Kalsit tersebar secara sporadis/setempat-setempat, sehingga tidak mudah dalam penghitungan cadangannya.. Kegunaan : Bahan pemutih atau pengisi untuk industri kertas, cat, gelas, plastik, karet, pasta gigi dan industri kimia lain.
Andesit
Andesit merupakan salah satu jenis dari batuan beku yang terbentuk dari pendinginan dan pemadatan magma intermediet di dalam atau di luar bumi sebagai intrusi atau lava. Secara umum andesit memiliki warna abu-abu yang didominasi oleh mineral plagioklas, dan mineral lain seperti piroksen, biotit, hornblende dan lain-lain. Kegunaan : Bahan bangunan dan lain-lain.
Tras
Tras terbentuk oleh pelapukan batuan vulkanik yang kaya akan feldspar dan silica seperti breksi andesit, breksi tuf, granit, riolit. Sifat yang penting dari trass adalah bila dicampur dengan kapur tohor dan air akan membentuk bahan seperti semen. Kegunaan : Bahan dasar semen. Kandungan : SiO2 : 51.93-57.35% dan Al2O3 : 18.04-20.57%
Batubara / Bituminous ( C)
Di daerah Rembang, batubara dijumpai dalam Formasi Ngrayong di Kecamatan Sale. Batubara ini memiliki kualitas tinggi (7.805 KCal/gr), kandungan sulfur rendah, persentase kandungan air rendah, derajat kematangan tinggi, kandungan zat terbang tinggi dan kandungan debu rendah. Kegunaan : Bahan bakar.
Lignit ( C)
Lignit merupakan salah satu jenis batubara yang merupakan perubahan lanjut dari gambut. Berdasarkan klasifikasi ASTM-ASA, nilai kalorinya 6.300 BTU/lb/daf. Lokasi : Desa Picis, Kecamatan Gunem. Kegunaan : Bahan bakar.
Tanah Liat
Tanah liat merupakan bahan tambang yang terbentuk oleh pelapukan batuan yang lebih tua atau hasil pengendapan sedimen halus oleh air atau angin dengan berbagai variasi mineral pengotornya. Kegunaan : Bahan baku industri batu bata, genting, keramik, semen dan lain-lain.
Ball Clay
Ball clay merupakan salah satu jenis batulempung yang tersusun secara dominan oleh mineral kaolinite dan mineral lain seperti ilite, kuarsa dan karbon dengan karakter derajat keplastisan tinggi. Kegunaan : ahan baku industri genting, porselen, bata tahan api, karet dan lain-lain. Kandungan : SiO2 : 35 - 60% dan Al2O3 : 30 - 40% serta Fe2O3 : 1-7%
Gipsum (CaSO42H2O)
Gipsum (tak berwarna, kristal tabular) terbentuk oleh interaksi ion Ca+2 dan SO4-2 dengan batuan karbonat (seperti batulempung karbonatan) dalam kondisi reduksi. Kegunaan : Bahan tambahan semen Portland, bahan bangunan, alat-alat kesehatan dan industri kimia lain. Kandungan : CaO : 30.98% dan SO3 : 42.62% serta H2O : 13.01%.
Pertambangan andesit di Kecamatan Sluke
Hasil pertambangan batu kapur
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III.12.
Pertambangan di Kabupaten Rembang
Untuk lebih jelas persebaran galian pertambangannya, dapat dilihat pada peta pertambangan dibawah ini:
Peta III.10.Pertambangan
Sumberdaya buatan
Pembangunan suatu daerah sangat erat kaitannya dengan adanya fasilitas pendukung yang dapat memudahkan aktifitas warga dalam melakukan aktivitas warga dalam melakukan kegiatan ekonomi dan sosial.
Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Dengan kata lain sarana yaitu ditunjukkan untuk benda-benda.
Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam penunjang pembangunan daerah, karena pendidikan merupakan proses pembentuk dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengembangkan daerahnya dengan pesat dan terarah. Oleh karena itu perlu adanya penyediaan sarana pendidikan yang memadai dengan jumlah kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan kondisi jumlah penduduk yang ada. Berikut adalah tabel sebaran jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Rembang pada tahun 2010 dan 2014.
Berikut ini merupakan tabel jumlah sarana yang ada di Kabupaten Rembang:
Tabel III.20.
Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014
No
Kecamatan
Jenis Sarana Pendidikan (Unit)
TK
SD
MI
SMP
MTs
SMA
MA
Perguruan Tinggi
2010
2014
2010
2014
2010
2014
2010
2014
2010
2014
2010
2014
2010
2014
2010
2014
1
Sumber
28
28
25
25
1
1
2
2
3
3
1
2
1
1
-
-
2
Bulu
11
12
18
18
3
3
2
2
1
1
-
1
1
1
-
-
3
Gunem
15
15
20
20
-
-
2
2
1
2
1
2
-
-
-
-
4
Sale
20
20
27
27
2
2
5
5
1
1
2
2
1
1
-
-
5
Sarang
24
26
29
29
5
5
3
3
7
8
1
1
2
2
-
2
6
Sedan
21
24
27
27
12
12
2
2
6
7
1
3
2
3
-
-
7
Pamotan
29
29
27
28
4
5
4
3
3
4
3
3
1
1
-
-
8
Sulang
27
27
23
23
-
-
2
2
3
3
2
2
-
1
-
-
9
Kaliori
27
23
26
26
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
-
-
10
Rembang
44
47
47
47
2
2
8
9
4
4
11
13
2
2
1
1
11
Pancur
18
18
21
21
1
2
4
4
1
1
-
-
-
-
-
-
12
Kragan
32
32
36
36
5
5
6
6
2
2
1
1
2
2
-
-
13
Sluke
16
16
16
16
3
4
4
4
1
1
1
1
-
-
-
-
14
Lasem
34
34
30
31
2
2
7
7
3
3
4
6
3
3
-
-
Jumlah
346
356
372
374
41
44
53
54
38
42
29
38
16
18
1
3
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2011 & 2015 dan Kecamatan Dalam Angka 2015
Sarana pendidikan di Kabupaten Rembang mayoritas sudah tersebar secara merata di masing-masing kecamatan. Namun untuk Kecamatan Pancur masih belum tersedia sekolah menengah atas baik swasta maupun negeri. Sedangkan untuk perguruan tinggi berada di Kecamatan Sarang dan juga Kecamatan Rembang
Sumber : Tabel III.19.
Gambar III.13.
Diagram Sarana Pendidikan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014
Berdasarkan diagram diatas, jumlah taman kanak-kanak dan SD merupakan sarana pendidikan yang paling mendominasi di Kabupaten Rembang. Persebaran TK, SD dan SMP sudah merata di seluruh Kecamatan di Kabupaten Rembang. Dari tahun 2010 sampai 2014 sarana pendidikan di Kabupaten Rembang mengalami peningkatan di semua jenjang pendidikan. Dan di Kecamatan Sarang pada tahun 2010 belum terdapat perguruan tinggi, namun pada tahun 2014 sudah terdapat 2 perguruan tinggi di Kecamatan Sarang.
STIE YPPI yang terletak di Kecamatan Rembang
STAI Al-Anwar terletak di Kecamatan Sarang
SMK N 2 Rembang berada di Kecamatan Rembang
SD N 4 Kutoharjo di Kecamatan Rembang
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III.14.
Sarana Pendidikan di Kabupaten Rembang
STIE YPPI didirikan pada 14 Januari 2000, terletak di Kecamatan Rembang. Di dalamnya sudah terdapat fasilitas yang memadai seperti perpustakaan, hotspot area, laboratorium dll. Dan terdapat pula 13 dosen tetap dan 21 dosen tidak tetap yang mengajar di STIE YPPI Rembang ini.
SMK N 2 Rembang yang letaknya sangat strategis di pinggir jalan pantura Rembang-Tuban. Dalam SMK N 2 Rembang ini sudah tersedia beberapa fasilitas yang sangat mendukung, diantaranya komputer, pesawat bantu, radar, dll.
Sebaran jumlah sarana pendidikan dimasing masing Kecamatan lebih jelasnya pada peta sebaran jumlah sarana pendidikan dibawah ini:
Peta III.11.SaranaPendidikan
Sarana Kesehatan
Upaya pembangunan di bidang kesehatan masyarakat, diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat mencakup gizi masyarakat dan gizi lingkungan, baik diperuntukan masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Sarana kesehatan juga berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Berikut adalah tabel sebaran jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Rembang.
Tabel III.21.
Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014
No
Kecamatan
Jenis Sarana Kesehatan (Unit)
RS
Puskesmas
Pustu
Posyandu
2010
2014
2010
2014
2010
2014
2010
2014
1
Sumber
-
-
1
1
4
4
68
68
2
Bulu
-
-
1
1
5
5
56
55
3
Gunem
-
-
1
1
4
4
46
46
4
Sale
-
-
1
1
5
5
68
68
5
Sarang
-
-
1
1
5
5
100
100
6
Sedan
-
-
1
1
5
5
97
98
7
Pamotan
-
-
1
1
5
5
108
109
8
Sulang
-
-
1
1
5
5
68
69
9
Kaliori
-
-
1
1
5
5
61
61
10
Rembang
1
2
2
2
7
5
195
186
11
Pancur
-
-
1
1
5
5
106
106
12
Kragan
-
-
2
2
7
7
97
98
13
Sluke
-
-
1
1
3
3
61
63
14
Lasem
-
-
1
1
6
6
100
100
Jumlah
1
2
16
16
71
69
1231
1.227
Sumber : Kab. Rembang Dalam Angka 2011 & 2015 dan Kecamatan Dalam Angka 2011 & 2015
Sarana kesehatan yang paling lengkap berada di Kecamatan Rembang yang merupakan ibukota Kabupaten Rembang, mulai dari rumah sakit sampai posyandu. Rumah sakit di kabupaten Rembang hanya tersedia di Kecamatan Rembang sebanyak 2 unit. Sedangkan untuk puskesmas, pustu dan posyandu sudah tersebar merata di 14 kecamatan di Kabupaten Rembang. Namun untuk apotek masih ada 6 kecamatan yang belum tersedia, yaitu di Kecamatan Sumber, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Pancur dan Kecamatan Sluke.
Sumber : Tabel III.20
Gambar III.15.
Diagram Sarana Kesehatan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa posyandu merupakan sarana kesehatan yang sebarannya merata dan jumlahnya paling banyak. Sedangkan rumah sakit yang paling sedikit dan hanya terdapat di Kecamatan Rembang. Dan untuk rumah sakit hanya terdapat di Kecamatan Rembang, dari tahun 2010 sampai 2009 jumlah rumah sakit bertambah 1 unit.
RSUD Dr. R. Soetrasno di Kecamatan Rembang
RS Islam Arafah di Kecamatan Rembang
Puskesmas di Kecamatan Sarang
Puskesmas di Kecamatan Lasem
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III.16.
Sarana Kesehatan di Kabupaten Rembang
Pembangunan Puskesmas Sarang 2 sudah dinyatakan selesai pada pertengahan Desember 2014 lalu. Kemudian di Kecamatan Rembangterdapat 2 rumah sakit yaitu RSUD Dr. R. Soetrasno Rembang dan RS Islam Arafah. RSUD Dr. R. Soetrasno Rembang adalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbata dan Rumah Sakit Islam Arafah adalah rumah sakit swasta kelas D yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan umum kedokteran umum dan gigi.sebaran jumlah sarana ksehatan di masing-masing Kecamatan lebih jelasnya terdapat pada peta sebaran jumlah sarana kesehatan di bawah ini:
Peta III.12.Sarana Kesehatan
Sarana Peribadatan
Jumlah sarana peribadatan yang ada di suatu daerah dapat menunjukkan mayoritas pemeluk agama di wilayah tersebut. Sarana peribadatan yang terdapat di Kabupaten Rembang diantaranya adalah masjid, mushola, gereja dan vihara.
Tabel III.22.
Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Rembang Tahun 2009 dan 2014
No
Kecamatan
Jenis Sarana Peribadatan (Unit)
Masjid
Mushola
Gereja
Vihara
2009
2014
2009
2014
2009
2014
2009
2014
1
Sumber
44
45
170
185
1
1
-
-
2
Bulu
30
32
80
129
-
1
-
-
3
Gunem
23
29
106
114
-
-
-
-
4
Sale
26
29
158
108
3
3
-
-
5
Sarang
41
47
326
368
-
-
-
-
6
Sedan
41
41
309
365
-
-
-
-
7
Pamotan
40
42
253
272
1
1
-
-
8
Sulang
38
40
145
139
-
1
-
-
9
Kaliori
47
45
167
169
1
3
-
-
10
Rembang
59
55
282
164
7
10
2
2
11
Pancur
30
36
109
144
-
-
-
-
12
Kragan
57
46
117
347
2
2
1
1
13
Sluke
24
24
231
217
1
1
-
-
14
Lasem
31
41
141
159
17
11
3
3
Jumlah
531
552
2594
2880
23
34
6
6
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2011 & 2015 dan Kecamatan Dalam Angka 2011 & 2015
Mushola merupakan sarana peribadatan yang jumlahnya paling banyak.Di kabupaten Rembang dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat di Kabupaten Rembang adalah pemeluk Agama Islam. Jumlah masjid paling banyak ada di Kecamatan Rembang, sebanyak 55 unit. Sedangkan yang paling sedikit ada di Kecamatan Sluke. Mushola terbanyak ada di Kecamatan Sarang dengan jumlah 368 unit. Untuk masjid dan mushola sebarannya sudah merata di Kabupaten Rembang. Sedangkan untuk gereja masih ada 4 Kecamatan yang belum tersedia gereja, diantaranya adalah Kecamatan Gunem. Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan dan Kecamatan Pancur. Dan untuk vihara hanya terdapat di Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Lasem.
Sumber : Tabel III.21.
Gambar III.17.
Diagram Sarana Peribadatan di Kabupaten Rembang
Tahun 2009 dan 2014
Berdasarkan dari diagram diatas, mushola yang ada di Kabupaten Rembang penyebarannya sudah merata. Dan jumlahnya paling banyak dibandingkan sarana peribadatan yang lain.
Gereja Katolik St. Maria Immaculata di Kecamatan Lasem
Masjid Baiturrrahman yang berada di sebelah alun-alun di Kecamatan Rembang.
Vihara Ratanavana Arama desa Sendangcoyo Kec. Lasem
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III. 18.
Sarana Peribadatan di Kabupaten Rembang
Vihara Ratanavana Arama desa Sendangcoyo Kec. Lasem kondisinya sangat terawat bersih. Karena para biksu yang ada di dalamnya sangat ketat dalam memperbolehkan pengunjung yang datang. Selain itu pengunjung juga harus mematuhi segala tata tertib yang ada. Masjid Agung Rembang atau Masjid Baiturrrahman ini diyakini menduduki salah satu masjid tertua di Kabupaten Rembang. Kebersihan di masjid ini sangat terawat dengan baik.
Sebaran jumlah sarana peribadatan di tiap Kecamatan di kabupaten rembang akan lebih jesal pada Peta sebaran sarana peribadatan berikut ini:
Peta III.13.Sarana Peribadatan
Sarana Perekonomian
Sarana ekonomi merupakan fasilitas/ sarana yang digunakan untuk memenuhi atau menjalankan kegiatan ekonomi di suatu daerah. Sarana perekonomian dapat berupa pasar. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar umum dan pasar desa. Berikut adalah sebaran pasar di Kabupaten Rembang.
Tabel III.23.
Sebaran Pasar Di Kabupaten Rembang Berdasarkan Jenisnya
Tahun 2010 dan 2014
No
Kecamatan
Pasar (Unit)
Umum
Desa
2010
2014
2010
2014
1
Sumber
-
-
3
3
2
Bulu
-
-
3
2
3
Gunem
-
-
3
3
4
Sale
-
-
3
3
5
Sarang
1
1
2
3
6
Sedan
2
2
-
1
7
Pamotan
1
1
1
1
8
Sulang
1
1
-
1
9
Kaliori
-
-
3
3
10
Rembang
2
2
-
-
11
Pancur
-
-
1
-
12
Kragan
2
2
1
1
13
Sluke
-
-
2
2
14
Lasem
3
3
3
3
Jumlah
12
12
25
26
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2011 & 2015 dan Kecamatan Dalam Angka 2011 & 2015
Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa persebaran pasar di Kabupaten Rembang sudah cukup merata. Hanya saja di Kecamatan Pancur masih belum terdapat pasar, masyarakat di Kecamatan Pancur dalam melakukan kegiatan perekonomiannya biasanya pergi ke Kecamatan tetangga yang jaraknya tidak jauh dari Kecamatan Pancur.
Pasar Rembang di Kecamatan Rembang
Pasar Pamotan di Kecamatan Pamotan
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III.19.
Sarana Perekonomian di Kabupaten Rembang
Pasar di Kecamatan Rembang yang melayani kegiatan perekonomian di seluruh Kabupaten Rembang. Pasar di Kecamatan Rembang termasuk pasar tradisional, kondisi didalamnya sama seperti pasar pada umumnya.
Berikut dibawah ini adalah beberapa pasar yang berada di Kabupaten Rembang :
Tabel III.24.
Nama pasar di Kabupaten Rembang
No
Nama Pasar
Tahun Berdiri
Alamat
Jumlah Prdagang (Unit)
Jumlah (Unit)
Kios
Kios Dlm Los
Kios Dlm Lesehan
Los
Lesehan
1.
Rembang
1945
Kecamatan Rembang
323
595
199
573
1.563
2.
Magersari
1945
Kecamatan Rembang
13
34
14
61
3.
Sulang
1945
Kecamatan Sulang
13
45
89
67
214
4.
Lasem
1985
Kecamatan Lasem
94
594
107
795
5.
Babangan
1998
Kecamatan Lasem
148
10
7
165
6.
Jolotundo
1945
Kecmatan Salem
22
30
44
96
7.
Pamotan
2001
Kecamatan Pamotan
100
117
146
491
854
8.
Gandrirejo
1945
Kecamatan Sedan
27
170
32
229
9.
Kragan
2004
Kecamatan Kragan
46
41
275
327
689
10.
Pandangan
2003
Kecamatan Kragan
36
148
32
52
117
385
11.
Sarang
1985
Kecamatan Sarang
20
100
73
280
473
12.
Sedan
1965
Kecamatan Sedan
116
122
418
656
Sumber : Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Rembang 2014
Selain pasar sebagai sarana perekonomian, Kabupaten Rembang juga mempunyai industri untuk menunjang perekonomian di daerah Rembang, ada industri kecil seperti industri rumah tangga ada juga industri besar seperti pabrik. Di bawah ini adalah daftar industri yang berada di Kabupaten Rembang.
Tabel III.25.
Jenis Industri Kabupaten Rembang Tahun 2014
No
Nama
Tahun 2012
Tahun 2013
Nilai
Satuan
Nilai
Satuan
1.
Industri Kecil/menengah
1. Unit kerja
5.409
Unit
5.417
Unit
2. Tenaga kerja
31.162
Orang
31.225
Orang
3. Nilai produksi
339.906.892
Rp juta
343.224.892
Rp juta
4. Jumlah indrusi kecil perjenis kerajinan
Kulit
11
Unit
11
Unit
Kayu
2.596
Unit
2.596
Unit
Logam/ logam mulia
30
Unit
30
Unit
Anyaman/gerabah keramik
170
Unit
171
Unit
Dari kain tenun
92
Unit
94
Unit
Industri makanan/minuman
83
Unit
86
Unit
Tekstil
70
Unit
70
Unit
Pakayan jadi
6
Unit
6
Unit
Penerbitan, percetakan, dan produksi media rekamaan
5
Unit
5
Unit
Mesin dan perlengkapannya
3
Unit
3
Unit
Fumitur dan industri pengelolaan lainnya
2.343
Unit
2.345
Unit
2.
Industri besar
Unit kerja
36
Unit
36
Unit
Tenaga kerja
3.964
Orang
4.067
Orang
Nilai produksi
267.444.300
Rp juta
269.694.300
Rp juta
3.
Rumah tangga
Jumlah unit usaha
6.202
Unit
6.292
Unit
Jumlah tenaga kerja
8.836
Orang
9.196
Orang
4.
jumlah perusahaan wajib AMDAL yang telah di awasi
4
Unit
4
Unit
5.
Jumlah seluruh perusahaan wajib Andal
7
Unit
7
Unit
Sumber : Disperindagkop dan UMKM 2014
Dari data diatas menunjukkan sektor Industri meningkat pada tahun 2012 sampai tahun 2013. Beberapa industri yang cukup terkenal di Kabupaten Rembang adalah batik Lasem.
Industri Rumahan Batik Tulis di Kecamatan Lasem
Sumber : hasil survey primer 2016
Gambar III.20.
Batik Lasem di Kecamatan Lasem
Berikut adalah peta sebaran jumlah sarana perokonomian perkecamatan di Kabupaten Rembang:
Peta III.14.Sarana Perekonomian
Peta III.15.SaranaIndustri
Sarana Permukiman
Perumahan merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perencanaan wilayah. Dan kebutuhan rumah di Kabupaten Rembang mayoritas sudah terpenuhi. Untuk perumnas sampai tahun 2014 mampu menyediakan sebanyak 2.762 unit meningkat dibanding tahun 2013 sejumlah 1.982 unit.
Berdasarkan kondisi fisiknya, terdapat 65.269 unit rumah dengan kondisi bangunan permanen dan 97.904 untuk jumlah rumah non permanen.
Sumber : RTRW Kabupaten Rembang 2011
Gambar III.21.
Kondisi Fisik Bangunan di Kabupaten Rembang
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa kondisi fisik bangunan non permanen lebih banyak dibanding bangunan yang permanen. Permukiman yang ada di Kabupaten Rembang dibedakan menjadi dua, yaitu permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Berikut data luas permukiman berdasarkan jenisnya yang ada di Kabupaten Rembang.
Tabel. III.26.
Jenis Permukiman di Kabupaten Rembang Tahun 2011
No
Perumahan Perkotaan
Luas (Ha)
Permukiman Perdesaan
Luas (Ha)
1
Kecamatan Rembang
Kel. Gegunungan Kulon
4.22
Desa Tlogomojo
16.96
Desa Gegunung Wetan
4.97
Desa Kasreman
38.49
Kel. Pacar
6.05
Desa Punjulharjo
51.66
Kel. Tanjungsari
21.43
Desa Trifungsi
33.26
Desa Pandean
18.32
Desa Sukoharjo
9.58
Desa Kabongan Lor
13.91
Desa Kabongan Kidul
127.57
Desa Sumberjo
70.79
Desa Tasikagung
55.06
Desa Sawahan
13.30
Desa Leleh
50.59
Kel. Sidowayah
29.83
Kel. Kutoharjo
22.04
Desa Gedangan
19.75
Desa Ngotet
24.12
Desa Pulo
50.82
Desa Tireman
53.73
Desa Pantiharjo
9.23
Desa Weton
8.70
Desa Ketanggi
24.78
Kel. Magensari
51.56
Desa Pasarbanggi
54.65
Desa Mondoteko
54.13
Desa Wani
74.69
Desa Sridadi
36.70
Desa Turusgede
18.46
Desa Paderan
21.77
Desa Kumendung
19.74
Desa Ngadam
25.50
Desa Sendanggunung
67.71
Desa Kedungrejo
19.34
1.083.52
140.38
2
Kecamatan Lasem
Desa Jalatundo
52.80
Desa Karasgede
33.36
Desa Sumberagung
38.74
Desa Dasun
3.36
Desa Karangturi
12.10
Desa Selopuro
46.20
Desa Babagan
12.10
Desa Sendangcoyo
52.78
Desa Doorkandang
26.90
Desa Ngargomulyo
5.93
Desa Soditan
27.58
Desa Kajar
20.74
Desa Ngemplak
26.12
Desa Gawok
28.56
Desa Gedungmulyo
27.13
Desa Sendangaan
44.56
Desa Tasiksono
17.43
Desa Sriombo
25.43
Desa Bonang
22.81
Desa Binangon
25.08
227.92
336.35
3
Kecamatan Pamotan
Desa Pamotan
100.45
Desa Mogal
42.52
Desa Bangunrejo
62.56
Desa Ngemplakrejo
17.46
Desa Sidurejo
28.51
Desa Pragen
23.85
Desa Samaran
45.87
Desa Gambiran
50.15
Desa Bamban
7.05
Desa Tempaling
37.50
Desa Joho
20.64
Desa Mlagan
46.32
Desa Kepohagung
22.82
Desa Mlawat
38.86
Desa Segoromulyo
18.69
Desa Ketangi
37.43
Desa Sendangagung
27.56
Desa Gegersima
26.47
Desa Sumbangrejo
31.21
Desa Japereja
18.67
Desa Tulung
16.54
Desa Ringin
28.79
Desa Sumberjo
43.69
251.52
500.98
4
Kecamatan Kragan
Desa Kragan
13.51
Desa tanjungsari
4.39
Desa Karangharjo
16.18
Desa Sendangmulyo
16.32
Desa Tegalmulyo
21.68
Desa Sendanwaru
32.07
Desa Ngasinan
18.18
Desa Kendalagung
22.89
Desa Mojokerto
14.01
Desa Tanjungan
38.90
Desa Kebloran
11.40
Desa Karanganyar
23.39
Desa Karanglincak
18.09
Desa Balongmulyo
17.36
Desa Narukan
14.99
Desa Sudan
13.26
Desa Terjan
18.11
Desa Sendang
11.80
Desa Walupecah
22.73
Desa Woro
27.21
Desa Sumurpule
29.29
Desa Plawangan
25.31
Desa Sumbergayam
11.21
Desa Pandangan Wetan
6.53
Desa Pandangan Kulon
49.15
Desa Sumurtawang
36.98
Desa Sumbersari
27.70
51.37
511.18
5
Kecamatan Kaliori
Desa Tambakagung
59.91
Desa Meteseh
44.33
Desa Mojowarno
30.73
Desa Maguan
45.47
Desa Dresi Kulon
36,54
Desa Sidomulyo
16,54
Desa Wirolo
27,62
Desa Banggi
35,94
Desa Kuangsan
30,86
Desa Gunungsari
36,49
Desa Karangsekar
70,55
Desa Babadan
67,42
Desa Pengkol
44,33
Desa Sambiyan
20,90
Desa Mojorembun
33,85
Desa Tunggulsari
6,35
Desa Dresi Wetan
55,28
Desa Tasikharjo
16,28
Desa Purworejo
9,69
Desa Bogoharjo
34,20
Desa Banyudono
18,96
127,18
617,42
6
Kecamatan Sluke
Desa Sluke
47,03
Desa Sanetan
26,03
Desa Jatisari
22,23
Desa Rakitan
7,10
Desa Pangkalan
16,59
Desa Bendo
21,49
Desa Trahan
36,55
Desa Labuhan Kidul
32,85
Desa Sendangmulyo
32,91
Desa Blimbing
2,64
Desa Manggar
30,25
Desa Langgar
14,00
Desa Leram
59,93
122,39
226,22
7
Kecamatan Pancur
Desa Pancur
32,59
Desa Japeledok
15,73
Desa Wuwur
30,13
Desa Jeruk
70,92
Desa Punggurharjo
19,70
Desa Doropayung
40,72
Desa Langkir
11,96
Desa Karaskepoh
19,74
Desa Tuyuhan
49,66
Desa Pandan
34,22
Desa Gemblongmulyo
20,53
Desa Sumberagung
31,85
Desa Kalitengah
43,68
Desa Sidowayah
13,05
Desa Kedung
8,50
Desa Pohlandak
16,42
Desa Warugunung
45,74
Desa Criwik
16,68
Desa Ngulangan
17,51
Desa Banyuurip
17,20
Desa Johogunung
29,59
Desa Trenggulunan
8,83
Desa Ngroto
12,91
94,38
513,76
8
Kecamatan Sulang
Desa Sulang
61,81
Desa Tanjung
28,10
Desa Kemadu
47,25
Desa Pomahan
27,50
Desa Jatimudo
22,06
Desa Rukem
26,31
Desa Korowelang
18,64
Desa Karangharjo
17,22
Desa Kunir
46,09
Desa Glebeg
20,76
Desa Bogorame
10,64
Desa Kaliombo
33,09
Desa Sudo
10,82
Desa Karangsari
20,25
Desa Pragu
11,78
Desa Kebonagung
11,16
Desa Seren
39,61
Desa Pranli
18,70
Desa Desa Pedak
26,86
Desa Landoh
45,01
Desa Kerep
24,26
131,11
426,19
9
Kecamatan Bulu
Desa Bulu
18,04
Desa Mlatirejo
17,92
Desa Pasedan
59,70
Desa Sendangmulyo
57,16
Desa Jukung
43,54
Desa Pondokrejo
19,84
Desa Mantingan
12,89
Desa Warugunung
16,00
Desa Pinggan
25,59
Desa Cabean
30,53
Desa Lambangan Kulon
14,28
Desa Lambangan Wetan
24,98
Desa Sumbermulyo
23,27
Desa Karangasem
18,11
Desa Ngulaan
14,64
Desa Kadiwono
17,88
134,17
262,20
10
Kecamatan Sumber
Desa Sumber
68,98
Desa Ronggomulyo
Desa Jatihadi
78,63
Desa Logede
Desa Sekarsari
87,87
Desa Pelemsari
Desa Kedungasem
32,91
Desa Logung
Desa Megulun
10,27
Desa Krikilan
Desa Kedunglulup
Desa Polbayem
Desa Jadi
Desa Grawan
Desa Randuagung
Desa Sukorejo
Desa Tlogotunggal
Desa Bogorejo
278,66
474,43
11
Kecamatan Gunem
Desa Gunem
50,23
Desa Kajar
54,66
Desa Kulutan
14,51
Desa Timbrangan
17,58
Desa Sidomulyo
27,61
Desa Tegaldowo
57,94
Desa Telgawah
11,00
Desa Pasucen
36,68
Desa Sendangmulyo
26,69
Desa Suntri
15,16
Desa Dowan
19,90
Desa Trembes
25,55
Desa Panohan
26,54
Desa Demaan
16,99
Desa Banyuurip
19,14
Desa Sambongpayak
16,98
132,05
309,16
12
Kecamatan Sedan
Desa Sedan
53,16
Desa Ngulahan
26,47
Desa Karangasem
81,66
Desa Pacing
58,57
Desa Sidorejo
92,76
Desa Gesikan
16,00
Desa Karas
68,01
Desa Sambiroto
33,14
Desa Mojosari
48,10
Desa Sidomulyo
54,93
Desa Kedungingin
26,86
Desa Gandrirejo
45,15
Desa Candimulyo
45,67
Desa Lemahputih
13,37
Desa Kumbo
39,45
Desa Dadapan
49,18
Desa Sambong
53,15
Desa Bogorejo
50,60
Desa Kenongo
18,68
Desa Jambeyan
18,81
Desa Menoro
43,01
343,69
593,05
13
Kecamatan Sale
Desa Sale
35,54
Desa Tahunan
61,71
Desa Wonokerto
38,65
Desa Ngajaran
38,39
Desa Mrayun
56,08
Desa Bancang
22,95
Desa Joho
26,35
Desa Jinanten
53,89
Desa Gading
40,72
Desa Sumbermulyo
22,20
Desa Tengger
24,64
Desa Britingan
17,48
Desa Pakis
37,19
Desa Ukir
12,81
Desa Rendeng
25,01
74,20
441,61
14
Kecamatan Sarang
Desa Sarang Meduro
10,20
Desa Lodan Kulon
Desa Sendangmulyo
15,50
Desa Lodan Wetan
Desa Kalipang
76,49
Desa Bonjor
Desa Temperak
23,55
Desa Tawangrejo
Desa Bajingjowo
11,98
Desa Sampung
Desa Bajingmeduro
5,20
Desa Balurno
Desa Karangmangu
19,65
Desa Babaktulung
Desa Nglojo
Desa Jambangan
Desa Pelang
Desa Gilis
Desa Gunungmulyo
Desa Gonggang
Desa Stanbermulyo
Desa Dadapmulyo
Desa Banowan
162.57
617.88
TOTAL PERMUKIMAN PERKOTAAN
321.473
TOTAL PERMUKIMAN PERDESAAN
609.060
Sumber : RTRW Kabupaten Rembang2011
Sumber : Tabel III.25.
Gambar III. 22.
Persentase Luasan Permukiman Di Kabupaten Rembang Tahun 2011
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa luas permukiman perdesaan lebih besar daripada luas permukiman perkotaan yang ada di Kabupaten Rembang.
Sumber : Tabel III.25.
Gambar III. 23.
Diagram Luasan Permukiman perKecamatan di Kabupaten Rembang
Dari Diagram di atas dapat dilihat, permukiman perkotaan yang lebih tinggi ada di Kecamatan Rembang. Sedangkan di Kecamatan yang lain, luas permukiman perdesaan lebih luas dibanding luas permukiman perkotaan. Berikut adalah peta sebaran permukiman di Kabupaten Rembang:
Peta III.16.SebaranPermukiman
Sarana Pariwisata
Di Kabupaten Rembang memiliki beberapa lokasi wisata. Sarana pariwisata berfungsi sebagai tempat untuk rekreasi, berlibur dll. Selain itu sarana pariwisata juga berfungsi sebagai pendapatan ekonomi daerah. Berikut adalah obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Rembang.
Tabel III. 27.
Sarana Pariwisata Kabupaten Rembang Tahun 2014
No
Obyek Wisata
Lokasi/ Kecamatan
Taman Rekreasi Dampo Awang (Pantai Kartini)
Kecamatan Rembang
Pantai Caruban
Kecamatan Lasem
Museum RA. Kartini
Kecamatan Rembang
Wana Wisata Kartini Mantingan
Kecamatan Bulu
Makam RA. Kartini
Kecamatan Bulu
Pasajudan Sunan Bonang
Kecamatan Lasem
Pantai Karang Jahe
Kecamatan Lasem
Puncak Argopuro Lasem
Kecamatan Lasem
Pulau Gede wates
Kecamatan Kaliori
Curug Pasucen
Kecamatan Gunem
Goa Kare
Kecamatan Pamotan
Goa Joglo, Goa Jagung, Goa Nganten
Kecamatan Gunem
Vihara Ratanavana Arama
Kecamatan Lasem
Wisata Bahari Embung Lodan
Kecamatan Sarang
Pantai Jatisari
Kecamatan Sluke
Pantai Binangun
Kecamatan Lasem
Krangsari Park
Kecamatan Sulang
Taman Wisata Alam Sumber Semen
Kecamatan Sale
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Pasajudan Sunan Bonang di Kecamatan Lasem
Museum RA Kartini di Kecamatan Rembang
Pantai Kartini di Kecamatan Rembang
Makam RA Kartini di Kecamatan Bulu
Puncak Argopuro Lasem
Pulau Gede wates
Curug Pasucen
Goa Kare
Goa Joglo, Goa Jagung, Goa Nganten
Vihara Ratanavana Arama
Wisata Bahari Embung Lodan
Pantai Jatisari
Pantai Binangun
Karangsari Park
Taman Wisata Alam Sumber Semen
Sumber :Hasil survey Primer 2016 dan Google Image
Gambar III.24.
Sarana Pariwisata Kabupaten Rembang
Sumber daya alam yang melimpah serta warisan budaya yang hampir diketahui masyarakat adalah menjadi potensi yang besar dalam pengembangan sektor pariwisata. Pantai Kartini memiliki fasilitas yang cukup memadai, sayangnya kondisi lautnya kurang terawat dengan baik.
Berikut adalah peta sebaran lokasi wisata di Kabupaten Rembang:
Peta III.17 Sebaran Pariwisata
Prasarana
Prasarana merupakan segala sesuatu tang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.Adapun proses tidak berupa suatu usaha,pembangunan, maupun proyek.
1. Jaringan Jalan
Secara geografis Kabupaten Rembang memiliki lokasi yang strategis karena dilalui oleh jalur pantura yang dapat menghubungkan antar propinsi di Pulau Jawa (Semarang-Surabaya) yang melalui Kabupaten Rembang (Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Surabaya). Jaringan jalan di Kabupaten Rembang berdasarkan fungsi jalan adalah sebagai berikut:
Tabel III.28.
Pembagian Jalan di Kabupaten Rembang
Arteri Sekunder
Kolektor Primer
Kolektor Sekunder
Jalan Kaliori-Dresi
Jl. Untung Suropati
Jl. Jend. Sudirman
Jl. Diponegoro
Jl. Tireman-Lasem
Jl. Lasem-Sluke
Jl. Sluke-Pandangan
Jl. Pandangan-Kragan
Jl. Kragan-Saranag
Jl. RA. Kartini
Jl. Pemuda
Jl. Ngotet-Sulang
Jl. Sulang-Bulu
Jl. Bulu-Blora
Jl. Tireman-Jeparejo
Jl. Jeparejo-Pamotan
Jl. Pamotan-Karas
Jl. Karas-Ngandang
Jl. Ngandang-Sale
Jl. Karas-Sidomulyo
Jl. Sidomulyo-Pandangan
Jl. Sedan-Kragan
Jl. Sedan-Bonjor
Jl. Bonjor-Sarang
Sumber :Hasil survey Primer 2016
Berdasarkan data Kota Dalam Angka Tahun 2015, Panjang jalan di Kabupaten Rembang pada tahun 2014 mencapai 762,42 Km dengan status yaitu jalan negara sepanjang 61,27 Km, jalan propinsi 58,40 Km dan jalan kabupaten 642,75 Km, jenis jalan negara beraspal dan merupakan jalan kelas II dengan kondisi baik sepanjang 59,83 Km dan sedang 1,44 Km. Jalan dengan status jalan provinsi merupakan jalan kelas III B dengan jenis jalan beraspal dengan kondisi baik sepanjang 29,65 Km, kondisi sedang 25,80 Km dan kondisi rusak sepanjang 2,95 Km. Jalan kabupaten merupakan jalan kelas III A, III B, dan III C dengan kondisi jalan baik sepanjang 314,83 Km dan beraspal 564,47 Km.
Pada ruas-ruas jalan arteri khususnya di Kota Rembang dan Lasem yang fungsinya menghubungkan kota atau jalur regional namun saat ini juga berfungsi sebagai jalur internal kota. Himpitan fungsi yang demikian sedikit banyak menyebabkan jalan-jalan tersebut dipadati oleh pergerakan regional maupun lokal, pada akhirnya kecepatan menjadi rendah. Panjang Jalan di kabupaten Rembang pada tahun 2009 untuk Jalan Nasional sepanjang 60,81 km dengan kondisi baik 30.65 km, kondisi sedang 18.36 km, kondisi rusak ringan 10.58 km dan kondisi rusak berat 1.22 km. Sementara Jalan Provinsi sepanjang 57,45 Km dengan kondisi baik 28.95 km, 17.35 km dalam kondisi sedang, 10 km rusak ringan dan 1.15 rusak berat. Sedang untuk panjang Jalan Kabupaten meningkat 15,17% dari tahun 2005 sepanjang 558.9 km menjadi 642.75 km pada tahun 2009, dengan kondisi baik 260,21 Km dan 115,46 Km dalam kondisi sedang, 150 Km kondisinya rusak ringan dan 117,09 Km rusak berat. Selengkapnya panjang dan kondisi jalan yang ada di Kabupaten Rembang baik jalan kabupaten, jalan provinsi maupun jalan nasional dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel III.29.
Jenis dan Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Rembang Tahun 2011
No.
Jenis
Panjang
1
Panjang Jalan Kabupaten (km)
642,75
Kondisi Jalan Baik
311,66
Kondisi Jalan Sedang
105,59
Kondisi Jalan Rusak Ringan
132,98
Kondisi Jalan Rusak Berat
92,53
2
Panjang Jalan Provinsi (km)
57,45
Kondisi Jalan Baik
28,95
Kondisi Jalan Sedang
17,35
Kondisi Jalan Rusak Ringan
10,00
Kondiis jalan Rusak Berat
1,15
3
Panjajng Jalan Nasional (km)
60,81
Kondisi Jalan Baik
30,65
Kondisi Jalan Sedang
18,36
Kondisi Jalan Rusak ringan
10,58
Kondisi Jalan Rusak Berat
1,22
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang 2011
Jaringan transportasi Kabupaten Rembang terbagi menjadi 2 yaitu Jaringan Transportasi Darat dan Jaringan Transportasi Laut.
Jaringan Transportasi Darat
Kabupaten Rembang dilalui angkutan bus AKAP dan sebagai simpul akhir untuk pelayanan bus AKDP. Pelayanan angkutan bus AKAP yang dilayani oleh jaringan pelayanan yang ada Kabupaten Rembnag difokuskan pada jaringan jalan yang ada pada wilayah utara yaitu jalan arteri Kabupaten Rembang. Bus-bus yang melewati jalur utara untuk akan melintasi Kabupaten Rembang untuk bus AKAP dilewatkan pada jalur arteri tersebut. Untuk bus AKDP terbagi dua jalar, yaitu melewati jalur utara seperti pada pelayanan bus AKAP maupun jalur menuju selatan untuk ke arah Blora. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan penumpang dari desa-desa di luar jalur AKAP dan AKDP dilayani dengan angkutan perdesaan yang mempunyai trayek tetap dang angkutan objek, becak, dokar, maupun becak bermotor yang tidak mempunyai trayek tetap.Kabupaten Rembang mempunyai 17 trayek sebagai berikut :
Tabel III.30.
Daftar Jaringan Trayek dan Jumlah Angkutan di Kabupaten RembangTahun 2004
No
Jalur Trayek
Tersedia
1.
Rembang – Lasem – Kragan – Sarang – Sedan – Sale – Pamotan – PP
143
2.
Rembang – Lasem – Kragan – Sarang – PP
7
3.
Rembang – Lasem – Pamotan – Sedan – Sale – PP
4
4.
Rembang – Lasem – Pamotan – Sedan – PP
4
5.
Rembang – Lasem – Pamotan – PP
9
6.
Rembang – Lasem – Pamotan – Kragan – Sarang – PP
10
7.
Rembang – Clangapan – Pamotan – PP
13
8.
Rembang – Sulang – PP
18
9.
Rembang – Ngadem – Sumber – PP
15
10.
Rembang – Kaliori/Batangan – PP
15
11.
Rembang – Banyudono – Sumber – PP
9
12.
Lasem – Banyuurip – Sulang – PP
8
13.
Pamotan – Gunem – Tegaldowo – PP
16
14.
Sarang – Lodan – Sedan – Kragan – PP
0
15.
Sedan – Gandrirejo – Pandangan – PP
0
16.
Sulang – Sumber – Maguan – PP
0
17.
Lasem – Banyuurip – Gunem – PP
0
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Rembang (2004)
Jaringan Transportasi Laut
Di Jawa Tengah terdapat 12 pelabuhan yang tediri dari 20 pelabuhan internasional, 245 pelabuhan nasional, 139 pelabuhan regional, dan 321 pelabuhan lokal. Pelabuhan Rembang termasuk kedalam pelabuhan regional, dan di Kecamatan Lasem termasuk pelabuhan lokal. Dari data itu diketahui, bahwa Kabupaten Rembang mempunyai dua pelabuhan walaupun berbeda hierarki peran dan fungsi pelabuhan. Hal ini menunjukan, bahwa potensi kebutuhan transportasi laut di Kabupaten Rembang cukup tinggi.
Kegiatan Pelabuhan Rembang saat ini masih disominasi oleh kegiatan bongkar muat Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) bagi para nelayan penangkap ikan wilayah Rembang, khususnya daerah Tasikagung. PPI yang ada merupakan bagian dari rencana terpadu pengembangan kawasan pantai Rembang. Dermaga pelabuhan pendaratan ikan terletak pada bagian sebelah bagian timur dari kawasan Pelabuhan Rembang. Pelabuhan ini tidak memiliki kolam pelabuhan yang cukup, sehingga aktifitas bongkar muat dilakukan dengan alat bantu berupa perahun motor/tempel kail. Pelabuhan Rembang mempunyai jaringan pelayanan transportasi yang dapat menjangkau wilayah nasional, karena letaknya berada pada lalu lintas dua pelabuhan internasional yaitu Pelabuhan Tanjung Emas dan Pelabuhan Tanjung Perak. Pelayan pelabuhan transportasi di pelabuhan ini juga didukung oleh moda transportasi jalan karena letaknya berada 300 meter dari jalur Pantura.
Berikut adalah foto kondisi jaringan serta sarana transportasi di Kabupaten Rembang
Jalan arteri primer (pantura) di Kecamatan Lasem dengan perkerasan beton berkondisi baik
Jalan kolektor yang menghubungkan Kab. Rembang dengan Kab. Blora di Kec.Rembang perkerasan aspal, k
Jalan Lokal primer di Kec. Pancur dengan perkerasan aspal berkondisi terkikis
Kondisi Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung dengan berbagai jenis kapal, mulai ukuran kapal kecil, hingga kapal yang berukuran sedang.
Lokasi penjualan Bahan Bakar untuk Kapal di Pelabuhan Tasikagung
Sumber :Hasil survey Primer 2016
Gambar III.25.
Kondisi Jaringan JalanKabupaten Rembang
Untuk lebih jelasnya dapat di liat pada peta jaringan transportasi berikut:
Peta III.18.Jaringan Jalan
Peta III.19.Sebaran Transportasi
2. Jaringan Air Bersih
Pengelolaan prasarana air bersih selama ini ditangani dua instansi, yaitu DPU Kabupaten Rembang yang menangani embung dan PDAM Kabupaten Rembang yang melakukan pengelolaan dan pemanfaatan air. PDAM Kabupaten Rembang memiliki peran sangat penting dalam pemanfaatan sumber air yang ada untuk diolah menjadi air yang bersih dan layak dikonsumsi masyarakat.
Tabel III.31.
Banyaknya Pelanggan PDAM, Jumlah Air, dan Nilai Produksi
di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No
Kecamatan
Pelanggan
Jumlah air yang disalurkan (m3)
Nilai Produksi (Rupiah)
1
Sumber
149
13986.00
45481250.00
2
Bulu
113
17345.00
60386300.00
3
Gunem
-
-
-
4
Sale
78
12993.00
42058100.00
5
Sarang
1.847
346097.00
1029449350.00
6
Sedan
179
16081.00
56606800.00
7
Pamotan
1.008
202367.00
653667450.00
8
Sulang
880
106349.00
357709150.00
9
Kaliori
2.031
375836.00
1366863800.00
10
Rembang
8.276
1662194.00
5864242800.00
11
Pancur
888
190290.00
550636245.00
12
Kragan
26
7179.00
41840450.00
13
Sluke
-
-
-
14
Lasem
3.163
700470.00
2329001400.00
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Berdasarkan Tabel di atas pelanggan PDAM tahun 2014 terbanyak yaitu di Kecamatan Rembang sebanyak 8276 dengan jumlah air 1662194.00 m3 sedangakan untuk Kecamatan Gunem dan Sluke belum teraliri air bersih dari PDAM.
Penyediaan air bersih perpipaan yang dilayani oleh PDAM masih terbatas. Kondisi penduduk yang mendapatkan air PDAM sebanyak 15,47% dari penduduk Kabupaten Rembang, sedangkan sebanyak 42,16% penduduk telah menggunakan air bersih.
Selama ini produksi air minum oleh PDAM Kabupaten Rembang memanfaatkan beberapa sumber air baku yang berasal dari berbagai tempat, antara lain mata air Mudal Pamotan, Gowak, Kajar Kursi, Kajar Sanggrahan, serta memanfaatkan air embung. Jumlah embung baik besar maupun kecil yang menjadi sumber air bersih di Kabupaten Rembang hanya sebanyak 16 buah, pengelolaannya dilakukan oleh PDAM.
Sumber air perlu dipelihara dan dikelola dengan sebaik-baiknya karena wilayah Kabupaten Rembang yang berlokasi di bagian hilir merupakan daerah yang sangat tergantung dengan daerah di atasnya. Dalam kaitannya dengan penyediaan air bersih perlu dilakukan penggalian potensi sumber daya air yang masih tersedia dan berapa besar kandungannya serta kualitas air.
Prasarana air bersih di Kabupaten Rembang yang utama adalah dua embung besar yaitu embung Banyukuwung dan embung Lodan. Selain embung, sumber air bersih lain adalah mata air namun jumlahnya sedikit. Sistem pengeloaan prasarana air bersih sudah baik, tetapi perlu pemeliharaan dan penambahan prasarana, terutama embung sebagai sumber air bersih dan reservoir serta pipa-pipa pendistribusiannya.
Lokasi embung di Kabupaten Rembang sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel III.32.
Nama dan Lokasi Embung di Kabupaten Rembang Tahun 2009
No
Nama Embung
Kecamatan
Keterangan
1
E. Jatihadi
Sumber
Berfungsi
2
E. Banyukuwung
Sumber
Berfungsi
3
E. Grawan
Sumber
Belum Berfungsi
4
E. Jatimudo
Sulang
Berfungsi
5
E. Kerep
Rembang
Berfungsi
6
E. Kemendung
Rembang
Berfungsi
7
E. Rowosetro
Rembang
Kering
8
E. Padaran
Rembang
Berfungsi
9
E. Kasreman
Rembang
Berfungsi
10
E. Brogo
Rembang
Berfungsi
11
E. Lodan
Sarang
Berfungsi
12
E. Kasur
Sarang
Berfungsi
13
E. Precet
Gunem
Berfungsi
14
E. Suruhan
Gunem
Berfungsi
15
E. Sumbreng
Gunem
Berfungsi
16
E. Panohan
Gunem
Belum Berfungsi
Sumber: DPU Kabupaten Rembang 2009
Selain menggunakan layanan PDAM masyarakat Kabupaten Rembang juga mendapatkan air bersih melalui Pamsimas dan sumur-sumur yang di buat oleh warga setempat demi mendapatkan air bersih unutk kebutuhan sehari-hari.
Salah satu sumber air untuk irigasi pertanian
Sumur di desa Landoh, Sulang
Sumber : Dokumentasi Survey Primer 2016
Gambar III.26.
Gambar Sumber Air Bersih di Kabupaten Rembang
Selain itu Kabupaten rembang juga memiliki beberapasumber mata air di berbagai kecamatan. Kawasan sekitar mata air secara keseluruhan memiliki luas kurang lebih 501 Ha meliputi :
Tabel III.33.
Mata Air di Kabupaten Rembang Tahun 2010
No.
Sumber Air
Kecamatan
(1)
(2)
(3)
1.
Sb. Pinggan
Bulu
2.
Sb. Condro
Bulu
3.
Sb. Condong
Bulu
4.
Sb. Senok
Bulu
5.
Sb. Gupit
Bulu
7.
Sb. Gondang
Bulu
8.
Sb. Dong bulu
Bulu
9.
Sb. MiliKerep
Bulu
10.
Sb. Kajan
Bulu
11.
Sb. Nglucan
Bulu
12.
Sb. Mudal
Bulu
13.
Sb. Taban
Bulu
14.
Sb. Dawe
Bulu
15.
Sb. Dukoh
Bulu
16.
Sb. Keben
Bulu
17.
Sb. Soco
Gunem
18.
Sb. Dowan
Gunem
19.
Sb. Ngludru
Gunem
20.
Sb. Pasucen
Gunem
21.
Sb. Kajar
Gunem
22.
Sb. Semen
Sale
23.
Sb. Brumbul
Sale
24.
Sb. Pacing
Sedan
25.
Sb. Kedunglingi
Sedan
26.
Sb. Brubul
Pancur
27.
Sb. Soco
Pancur
28.
Sb. Druju
Pancur
29.
Sb. Belik
Pancur
30.
Sb. Roto
Pancur
31.
Sb. Kedunggruah
Lasem
32.
Sb. Kajar
Lasem
33.
Sb. Bulan
Lasem
34.
Sb. Dur
Pancur
35.
Sb. Mrican I
Pancur
36.
Sb. Mrican II
Pancur
37.
Sb. Watulawang
Pancur
38.
Sb. Bendo
Pancur
39.
Sb. Rambut buntung
Sarang
40.
Sb. Macan
Kragan
Sumber : DPU Subdin Pengairan Kabupaten Rembang, 2010
Namun Potensi sumber air yang termanfaatkan oleh PDAM dalam tabel berikut :
Tabel II.34.
Kapasitas Sumber Air Baku PDAM di Kabupaten Rembang
No
Sumber air
Kecamatan
Kapasitas kumpulan (liter /detik)
1.
Mata air:
Mudal
Gowak
Suco
Taban
Pasedan
Pamotan
Lasem
Gunem
Bulu
Bulu
45,57
1,3
1,5
1,7
0,6
2.
Embung
Banyukuwung
Jatimudo
Lodan
Sulang
Sulang
Sarang
24,33
2,1
-
3.
Sungai
Sumber semen
Sale
86,4
4.
Sumur dalam
ngulahan
Bulu
2,3
Sumber: http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/ssk/kab.rembang/form%20I%20rembang%20bab%20II.pdf
Untuk lebih jelasnya terdapat peta sebaran sumber air yang termanfaatkan oleh PDAM di kabupaten rembang:
Peta III.20.Sebaran Mata Air
3. Jaringan Persampahan
Sampah merupakan permasalahan yang dihadapi hampir di semua kota, termasuk Kabupaten Rembang. Sampai dengan tahun 2009 volume sampah yang tidak terangkut masih lebih besar dibandingkan sampah yang terangkut. Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Rembang menggunakan dua sistem yaitu sistem pengolahan sampah on-site (pengolahan pada lokasi) atau cara tradisional (dibakar atau ditimbun), dan sistem pengolahan sampah off-site (pengolahan secara terstruktur). Selama ini pengelolaan sampah yang tidak terangkut lebih banyak dilakukan dengan sistem on-site. Dengan cara ini timbul masalah apabila sampah yang akan dimusnahkan dengan cara ditimbun jumlahnya banyak, sehingga lahan yang dibutuhkan cukup luas. Begitu pula apabila jika dibakar dengan cara yang sederhana, maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan perencanaan dalam pengelolaan sampah secara terpadu dan berkelanjutan.
Sistem pengolahan sampah yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum bidang Kebersihan dan Drainase sampai tahun 2010 baru melayani kecamatan Rembang, Lasem, Pamotan, Kragan, Sarang, Sedan dan Sulang. Sedangkan target Bidang Kebersihan dan Drainase sampai tahun 2015 mampu melayani sampah di seluruh kabupaten Rembang (14 kecamatan) dengan konsekuensi penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan Bidang Kebersihan dan Drainase.Gambaran Volume sampah terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel III.35.
Persampahan Kabupaten Rembang Tahun 2005-2009
No
Uraian
Tahun
2008
2009
2013
2014
2015
Persampahan
1
Volum sampah (m3)
495.453,33
549.424,6
1.483,3
1.498,3
1.548,7
2
Volume sampah terangkut (m3)
296.678,64
348.556,7
287,6
294,7
299,8
3
Volume sampah tidak terangkut (m3)
198.774,69
200.867,9
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Rembang 2009
Volume sampah di Kabupaten Rembang tahun 2009 sebanyak 549.424,6 m3. Dari jumlah tersebut yang dapat diangkut 348.556,7 (60%) dan sisanya 200.867,9 (40%) tidak terangkut ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Volume sampah/limbah padat di Kabupaten Rembang pada taun 2008 mencapai 495.453,33 m3, yang terangkut sekitar 296.678,64 m3 (60%), sisanya 198.774,69 m3 (40%) tidak terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Pengolahan dan kondisi sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak di Desa Landoh Kecamatan Sulang dilakukan dengan sistem pemadatan sampah dilakukan 25 kali/ bulan, dan penutupan tanah dilakukan 5 kali/ bulan. Adapun Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di Kabupaten Rembang sebagai berikut:
Lokasi TPS Terbuka :
1. TPS TPI Tasik Agung Rembang ( 2 lokasi )
2. TPS pasar Kragan
3. TPS Selopuro Lasem
Lokasi TPS Tertutup :
a) Kecamatan Rembang
1. TPS TPI Tasik Agung ( 2 lokasi ) 10. TPS di belakang pendopo kabupaten
2. TPS Pasar Pentungan 11. TPS Pasar Sumberrejo
3. TPS Gambiran 12. TPS depan Stadion KRIDA
4. TPS Undaan 13. TPS di perumahan "Griya Permai Indah"
5. TPS Depo 14. TPS di BKK "Pasar Sumberrejo"
6. TPS Krapyak 15. TPS di perumahan "Permata Hijau"
7. TPS di Jl. Setia Budi 16. TPS di Jl. Mondoteko
8. TPS di lapangan Borotugel 17. TPS di belakang Balai Kartini
9. TPS di RSU "Dr. Sutrasno"
b) Kecamatan Lasem
18. TPS Pasar barat Sumberejo
19. TPS di belakang terminal 22. TPS di Selopuro
20. TPS di Jolotundo 23. TPS di Ngemplak
21. TPS di Karangturi 24. TPS di alon-alon (pasar lama)
c) Kecamatan Pamotan
25. TPS di pasar Pamotan
d) Kecamatan Sulang
26. TPS di pasar Sulang
Tabel III.36.
Banyaknya Sarana Pengumpul Sampah Tahun 2014
No
Jenis Sarana
Banyaknya Sarana
1.
Truk Sampah
5
2.
Truk Kontainer
7
3.
Kontainer
56
4.
Gerobak atau becak sampah
95
Sumber: Kabupaten Rembang dalam Angka 2015
Kabupaten Rembang memiliki 26 Tempat Pembungan Sementara (TPS) dan memiliki 1 Temapat Pembungan Akhir (TPA). Produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Rembang sebanyak 1483,3 dan sebanyak 620,8 yang terangkut di TPA, artiya sebanyak 862,5 yang tertimbun atau tidak terangkaut setiap harinya.
Melihat penjelasan diatas dapat diketahui bahwa volume sampah terus bertambah sedangkan sistem perangkutan dan pengelolaannya belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
TPA di Kecamatan Sulang
TPA di Kecamatan Sulang
Sumber: Hasil survey Primer 2016
Gambar III.27.
TPA dan TPS di Kabupaten Rembang
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Rembang, dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu pengelolaan darisumber sampah sampai dengan TPS, pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA, danpengelolaan sampah di TPA.
Adapun cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Rembang sekitar 50 % dari seluruh wilayahKabupaten Rembang, hal ini dapat dilihat dari jumlah TPS sebanyak 27 unit TPS dan 3 unit Transfer Depo yang tersebar di wilayah Kabupaten Rembang. Sistem pengelolaan di TPA Sampah Kabupaten Rembang, dengan lokasi di Landoh, Desa Landoh, Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang, dengan luas area 3,3 Ha., pada saat ini menggunakan sistem Controlled Landfill, dilengkapi dengan IPAL (Instalasi PengolahanAir Limbah), adapun area yang digunakan sekitar 1,17 Ha. Di TPA Sampah Kabupaten Rembang, juga terdapat IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) masih pembangunan , yang digunakan untuk mengolah limbah padat berupa tinja, juga terdapat 1 (satu) unit komposting, untuk mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos. Keberadaan pemulung di TPA Sampah Kabupaten Rembang, saat ini berjumlah sekitar 60 orang, keberadaannya juga sangat membantu dalam pengurangan sampah secara 3 R, dimana sampah plastik, kertas dan lain-lainnya (selain organik) mereka pilah untuk kemudian mereka jual ke pengepul.
Peta III.21.Jaringan Persampahan
4. Jaringan Drainase
Kondisi eksisting pelayanan drainase masih dalam kawasan perkotaan Rembang. Pada umumnya, drainase lingkungan di Kota Rembang masih menjadi satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan), dan saluran limbah rumah tangga (grey water). Sistem drainase yang ada di wilayah perencanaan di alirkan ke dalam 3 (tiga) sistem pembuang utama / sungai utama yaitu :
Kali Sambung, bermuara di Desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter;
Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan Desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari dengan bentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu Kali Karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora;
Kali Bedahan, bermuara di Desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kali kecil ini merupakan avour dari persawahan di Desa Waru dan Magersari.
Kondisi ketiga pembuang utama tersebut merupakan saluran alam/ sungai dengan penampang yang tidak beraturan. Disamping ketiga pembuang utama tersebut, masih terdapat 3 (tiga) pembuang sekunder lagi yang sudah ada/ sudah dibangun yaitu : Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo, dan Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul.
Tabel III.37.
Kondisi Saluran Drainase Perkotaan Rembang Tahun 2016
No
Saluran
Volume (m3)
Dimensi
Kondisi
1
Saluran Primer
3.050
D. 1.40
Sedang
2
Saluran Sekunder
1.800
D. 0.80
Rusak
3
Saluran Tersier
6.270
D. 0.70
Sedang
Sumber : DPU Kabupaten Rembang 2009
Diluar wilayah perkotaan Rembang belum terlayani oleh sistem drainase kota, tapi masih berupa sistem drainase lingkungan yang sederhana.
Selain terdapat drainase, Kabupaten Rembang juga terdapat irigasi untuk pengairan sawah petani yang di Kabupaten Rembang. Berikut adalah jumlah banyaknya irigasi yang terdapat di Kabupaten Rembang :
Tabel III.38.
Banyaknya Irigasi di Kabupaten Rembang Tahun 2016
No
Kecamatan
Jumlah Irigasi
1
Lasem
8
2
Sluke
8
3
Kragan
16
4
Sarang
10
5
Sale
11
6
Sedan
16
7
Pancur
8
8
Gunem
8
9
Kaliori
5
10
Sumber
5
11
Rembang
4
12
Sulang
3
13
Pamotan
9
14
Bulu
13
Sumber : PU Sumber Daya Air 2011
Dari data diatas dapat diketahui bahwa irigasi di Kabupaten Rembang yaitu Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sedan dengan jumlah 16 irigas, sedangkan jumlah terkecil yaitu 3 di Kabupaten Sulang.
Drainase tersier di Kecamatan Sale
Drainase sekunder di Kecamatan Pancur yang sedang di renovasi
Kali Karanggeneng, Tasikagung yang bermuara kelaut merupakan drainase primer di Kabupaten Rembang
Sumber: Hasil survey Primer 2016
Gambar III.29.
Drainase di Kabupaten Rembang
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air atau kebangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi pelayanan, drainase terdiri atas :
1. Drainase utama (makro)
2. Drainase lokal (mikro)
Drainase primer yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan airhujan (catchment area). Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di perkotaanRembang yang termasuk dalam drainase utama (makro) adalah :
Kali Sambung, bermuara di desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter,
Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari denganbentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu kali karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora
Kali Bedahan, bermuara di desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kalikecil ini merupakan avour dari persawahan di desa Waru dan Magersari.
Saluran drainase sekunder yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerahtangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampungaliran yang berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Saluran drainase sekunder di perkotaan Rembang adalah:
Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, yaitu Saluran Pembuang Sekunder yang membelah kotamembujur dari timur ke barat yang menghubungkan Kali Sambung dengan Kali karanggeneng sejajardengan jalan Cokroamitoto. Kondisi saluran ini sudah berupa pasangan batu kali yang disiar pada dasardan kedua taludnya. Arah alirannya separuh bagian mengarah ke Kali Sambung dan separuh bagian lagike Kali karanggeneng.
Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo, berupa saluran pasangan batu kali yang bermuara di kaliKaranggeneng di perbatasan desa Karanggeneng dan desa Pulo. Saluran Pembuang SekunderSumberejo ini menampung air buangan dari persawahan dan kampung di desa Pulo, Ketanggi,Mondoteko, dan desa Sumberejo.
Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul, sebagian besar masih berupa saluran alam kondisi penampang tidak beraturan dan banyak tumbuhan air. Saluran pembuang ini bermuara di kali Sambung di desa Kabongan kidul dekat MAN.
Untuk lebih jelasnya, berikut terdapat peta jaringan drainase dan jaringan irigasi di kabupaten Rembang:
Peta III.22Jaringan drainase
Peta III.23. Area Pertanian Beririgasi
5. Jaringan Air Limbah
Sebagian besar masyarakat menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah domestik. Kabupaten Rembang belum memiliki jaringan perpipaan untuk limbah cair rumah tangga skala kota. Cakupan pelayanan untuk pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Rembang terkait jumlah jamban pribadi dan IPAL adalah sebagai berikut.
Tabel III.39.
Kondisi Layanan Air Limbah Kabupaten Rembang Tahun 2016
Sarana Prasarana
Uraian
Kondisi
Pengumpulan
On site (individual / komunal, septik tank)
Jamban keluarga melayani 282.016 jiwa
Jamban komunal sebanyak 7.890
SANIMAS
Tidak Ada
Pengangkutan
Mobil IPLT
belum ada
Pengolahan
IPLT
IPAL
BELUM MEMILIKI
IPAL RSUD
Fasilitas Pendukung
-
-
Sumber : DPU Kab. Rembang 2009
Total jumlah KK di Kabupaten Rembang pada tahun 2008 adalah 155.940 KK dari jumlah KK tersebut sekitar 45,74% KK terlayani jamban keluarga dengan asumsi 1 jamban melayani 1-2 KK. Prosentase jumlah penduduk yang terlayani jamban keluarga paling tinggi terdapat di Kecamatan Kaliori sedangkan yang prosentase paling rendah adalah di Kecamatan Rembang.
Limbah industri di Kabupaten Rembang sebagian besar berasal dari industri hasil perikanan, batik, tahu dan tempe. Untuk industri yang berbasis perikanan tersebar di 6 kecamatan pesisir yaitu Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, kragan dan Sarang. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair dan padat. Sedangkan untuk industri batik terdapat di Kecamatan Lasem dan Pancur dengan limbah yang dihasilkan berupa limbah cair. Ratarata industri tersebut berupa home industry. Sebagian besar industri tersebut belum memiliki IPAL.
Sumber : PU sumber daya air 2011
Gambar III.30.
Bagan Alur Pengolahan Limbah Cair di Kabupaten Rembang
Dari bagan di atas dapat di lihat bahwa alur pengolahan limbah cair memiliki dua system yaitu sistme individual dan gabungan/kolektif.
IPLT Landoh di Kecamatan Sulang
IPAL di kawasan industri Batik di Kecamatan Lasem
Sumber: Hasil survey Primer 2016
Gambar III.31.
IPAL di Kabupaten Rembang
Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman Di Kabupaten Rembang yaitu:
Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site yaitu fasilitas sanitasi individualseperti septic tank atau cubluk
Sanitasi sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage, yaitu sistemyang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dankemudian dialirkan ke IPAL.
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Rembang masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah on siteberupa jamban keluarga maupun MCK Komunal, sistem pengolahan on site ini 15 % menggunakan septic tanksangat sederhana terolah dan 85% tidak terolah langsung masuk ke sungai. Dalam satu MCK umum bisa melayani23 KK sedang di SLBM bisa melayani 60 KK.
Dari beberapa penjelasan diatas, lebih jelasnya dapat dilihat peta jaringan limbah di Kabupaten rembang pada peta limbah berikut:
Peta III.24.Sebaran IPAL
6. Jaringan Listrik
Kabupaten Rembang merupakan salah satu wilayah di Pegunungan Kendeng Utara dimana terdapat potensi bahan penggalian yang cukup besar. Penggalian yang sudah dieksploitasi diantaranya Batu kapur, Andesit, Pasir kwarsa, Tanah liat (Clay), Trass dan Phospat. Data dari Dinas ESDM diketahui bahwa eksploitasi terbesar selama tahun 2014 adalah pasir kwarsa sebanyak 98.813 ton, kemudian andesit 98.377,03 ton dan batu kapur mencapai 65.510 ton.
Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat sejalan dengan roda perekonomian daerah dan pertumbuhan penduduk. Sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan, pemerintah telah mengupayakan listrik masuk desa melalui PLN. Sampai dengan Desember 2014 jumlah pelanggan PLN di Kabupaten Rembang mencapai 114.870 pelanggan PLN pasca bayar dan 38.777 pelanggan PLN prabayar, dengan total daya terpakai sebesar 133.517 kVA.
Tabel III.40.
Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Pascabayar, Daya Tersambung, Daya Terpakai, dan Nilai Produksi Dirinci Per Bulan
di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No
Bulan
Pelanggan
Daya Tersambug (VA)
Daya Terpakai (VA)
Nilai Produksi (Rupiah)
1.
Januari
115764
105392510
16091298
10900839026
2.
Februari
115683
105461860
15273480
10565408837
3.
Maret
115640
105929260
17670742
12360776965
4.
April
115535
106085710
17151536
11962098655
5.
Mei
115477
106037410
17909777
12645134600
6.
Juni
115391
106021310
17217067
12206574736
7.
Juli
115302
105998610
17126710
12115099922
8.
Agustus
115222
105977410
17154838
12291477463
9.
September
115160
10591460
17286289
13243356514
10.
Oktober
115069
105960660
18538970
14201425086
11.
November
114969
107140760
18436179
14924645362
12.
Desember
114870
107758660
18039098
14568970094
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Tabel di atas menjelaskan banyaknya pelanggan listrik PLN pascabayar berserta penggunaanya. Berdasarkan KDA Rembang 2015 pengunaan listrik terbanyak yaitu rumah tangga dengan jumlah pelanggan 108276 dengan daya yang tersabung sebesar 104131932 (VA) dan penggunaan terkecil yaitu industri dengan jumlah pelanggan 197 dengan pemakainan daya sebesar 40 226 040 (VA).
Tabel III.41.
Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Prabayar (Pulsa), Daya Tersambung, Daya Terpakai, dan Nilai Produksi Dirinci Per Bulan
di Kabupaten Rembang
No
Bulan
Pelanggan
Daya Tersambung (VA)
Daya Terpakai (VA)
Nilai Produksi (Rupiah)
1
Januari
31.463
19.698.750
1.997.476
1.143.643.763
2
Februari
31.779
19.950.750
1.897.488
1.091.369.689
3
Maret
32.603
20.503.600
2.185.549
1.282.243.052
4
April
33.604
21.228.750
2.252.963
1.321.337.257
5
Mei
33.997
21.545.050
2.493.982
1.468.281.499
6
Juni
34.107
21.758.150
2.419.184
142.384.354
7
Juli
34.896
22.343.050
2.635.285
1.552.027.413
8
Agustus
35.495
22.866.900
2.533.722
1.507.495.972
9
September
36.159
23.541.650
2.569.529
1.582.358.063
10
Oktober
37.046
24.372.650
2.821.550
1.759.720.866
11
November
37.313
24.665.500
2.870.895
1.825.839.919
12
Desember
38.777
25.758.850
2.895.732
1.843.718.445
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Tabel di atas menjelaskan banyaknya pelanggan listrik PLN prabayar berserta penggunaanya. Berdasarkan KDA Rembang 2015 pengunaan listrik terbanyak yaitu rumah tangga dengan jumlah pelanggan 36519 dengan daya yang tersabung sebesar 236231200 (VA) dan penggunaan terkecil yaitu industri dengan jumlah pelanggan 44 dengan pemakainan daya sebesar 778700 (VA).
Hampir 100% wilayah di Kabupaten Rembang telah terlayani oleh jaringan listrik sebagai sumber energi. Pelayanan listrik telah menjangkau seluruh wilayah melalui sistem jaringan distribusi.
Gardu Induk 150 kV Kab. Rembang terletak di Kec. Rembang
Jaringan listrik di area komersial di Kec. Rembang
Sumber : survey primer 2016
Gambar III.33.
Jaringan listrik Kabupaten Rembang
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat peta jaringan listrik dan lokasi sumber energi di kabupaten rembang:
Peta III.25. Jaringan listrik
Peta III.26.Sumber energi
7. Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di Kabupaten Rembang terlayani oleh Cell Plan yang sudah tersebar merata di seluruh Kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang dengan jumlah 120 menara telekomunikasi bersama. Berikut merupakan tabel sebaran site telekomunikasi di Kabupaten Rembang :
Tabel III.42.
Jumlah dan Koordinat Menara Bersama Kabupaten Rembang Tahun 2010
No.
Nama Site
Koordinat
Desa
Kecamatan
Longitude
Lattitude
1
mp_rmbg72
111.439047
-6.678983
Gedongmulyo
Lasem
2
mp_rmbg51
111.436586
-6.693502
Dorokandang
Lasem
3
mp_rmbg12
111.446073
-6.699632
Karangturi
Lasem
4
mp_rmbg50
111.450486
-6.707567
Jolotundo
Lasem
5
mp_rmbg64
111.455891
-6.681272
Sendangasri
Lasem
6
mp_rmbg112
111.474044
-6.678656
Sendangasri
Lasem
7
mp_rmbg14
111.466677
-6.662430
Bonang
Lasem
8
mp_rmbg15
111.487608
-6.691619
Ngargomulyo
Lasem
9
mp_rmbg113
111.456891
-6.696247
Ngemplak
Lasem
10
mp_rmbg13
111.468558
-6.649677
Binangun
Lasem
11
mp_rmbg36
111.483604
-6.636103
Trahan
Sluke
12
mp_rmbg35
111.500529
-6.635367
Sluke
Sluke
13
mp_rmbg65
111.526866
-6.632211
Manggar
Sluke
14
mp_rmbg39
111.550327
-6.637739
Sendangmulyo
Sluke
15
mp_rmbg37
111.535281
-6.647551
Blimbing
Sluke
16
mp_rmbg38
111.532501
-6.659816
Bendo
Sluke
17
mp_rmbg111
111.515419
-6.666063
Rakitan
Sluke
18
mp_rmbg74
111.570531
-6.651018
Sumurtawang
Kragan
19
mp_rmbg40
111.585978
-6.667339
Pandangan Wetan
Kragan
20
mp_rmbg41
111.595463
-6.675025
Balongmulyo
Kragan
21
mp_rmbg76
111.609443
-6.687317
Kragan
Kragan
22
mp_rmbg42
111.621301
-6.696856
Karanganyar
Kragan
23
mp_rmbg43
111.6283334
-6.706751
Tanjungan
Kragan
24
mp_rmbg90
111.605853
-6.719373
Mojokerto
Kragan
25
mp_rmbg116
111.571839
-6.710054
Sendangwaru
Kragan
26
mp_rmbg75
111.582142
-6.694355
Narukan
Kragan
27
mp_rmbg114
111.540277
-6.693538
Watupecah
Kragan
28
mp_rmbg115
111.559902
-6.673423
Terjan
Kragan
29
mp_rmbg77
111.646725
-6.720021
Kalipang
Sarang
30
mp_rmbg109
111.638058
-6.737683
Kalipang
Sarang
31
mp_rmbg45
111.667203
-6.739475
Bajingjowo
Sarang
32
mp_rmbg110
111.654131
-6.760172
Banowan
Sarang
33
mp_rmbg79
111.641798
-6.781392
Sampung
Sarang
34
mp_rmbg34
111.622034
-6.782089
Bonjor
Sarang
35
mp_rmbg87
111.607481
-6.784121
Lodan Wetan
Sarang
36
mp_rmbg46
111.616068
-6.750743
Dadapmulyo
Sarang
37
mp_rmbg32
111.559073
-6.816105
Sumbermulyo
Sale
38
mp_rmbg108
111.596197
-6.811759
Wonokerto
Sale
39
mp_rmbg85
111.574449
-6.843151
Wonokerto
Sale
40
mp_rmbg49
111.602574
-6.861078
Sale
Sale
41
mp_rmbg118
111.599625
-6.900240
Bancang
Sale
42
mp_rmbg98
111.584859
-6.875987
Mrayun
Sale
43
mp_rmbg86
111.552046
-6.883214
Tahunan
Sale
44
mp_rmbg99
111.540114
-6.843825
Bitingan
Sale
45
mp_rmbg68
111.510350
-6.824021
Pakis
Sale
46
mp_rmbg83
111.523749
-6.723628
Kumbo
Sedan
47
mp_rmbg44
111.565863
-6.726375
Gandirojo
Sedan
48
mp_rmbg80
111.586223
-6.742750
Kedungringin
Sedan
49
mp_rmbg33
111.574087
-6.768076
Sedan
Sedan
50
mp_rmbg78
111.557280
-6.778070
Mojosari
Sedan
51
mp_rmbg31
111.550732
-6.800896
Karas
Sedan
52
mp_rmbg84
111.536667
-6.752081
Ngulahan
Sedan
53
mp_rmbg73
111.439373
-6.723792
Jeruk
Pancur
54
mp_rmbg17
111.465532
-6.720890
Pancur
Pancur
55
mp_rmbg16
111.474689
-6.726449
Punggurharjo
Pancur
56
mp_rmbg81
111.480253
-6.745867
Sumberagung
Pancur
57
mp_rmbg97
111.422361
-6.792639
Sambongpayak
Gunem
58
mp_rmbg117
111.444766
-6.812426
Panohan
Gunem
59
mp_rmbg27
111.464142
-6.807025
Telgawah
Gunem
60
mp_rmbg59
111.418605
-6.812755
Banyuurip
Gunem
61
mp_rmbg63
111.503645
-6.856583
Tegaldowo
Gunem
62
mp_rmbg1
111.243059
-6.706909
Tambakagung
Kaliori
63
mp_rmbg92
111.258338
-6.697462
Mojowarno
Kaliori
64
mp_rmbg2
111.280997
-6.693663
Tasikharjo
Kaliori
65
mp_rmbg101
111.269949
-6.711200
Dresi Kulon
Kaliori
66
mp_rmbg91
111.298567
-6.696644
Purworejo
Kaliori
67
mp_rmbg52
111.291471
-6.722857
Babadan
Kaliori
68
mp_rmbg100
111.321626
-6.730986
Sendangagung
Kaliori
69
mp_rmbg88
111.242601
-6.740470
Maguan
Kaliori
70
mp_rmbg102
111.268968
-6.733113
Sambiyan
Kaliori
71
mp_rmbg53
111.296278
-6.741780
Kuangsan
Kaliori
72
mp_rmbg54
111.256049
-6.765655
Kedungasem
Sumber
73
mp_rmbg47
111.298334
-6.766917
Tlogotunggal
Sumber
74
mp_rmbg23
111.257613
-6.798971
Sumber
Sumber
75
mp_rmbg105
111.283687
-6.788877
Grawan
Sumber
76
mp_rmbg61
111.276654
-6.826818
Kedungtulup
Sumber
77
mp_rmbg106
111.298731
-6.835159
Logede
Sumber
78
mp_rmbg3
111.321193
-6.701358
Gegeunung Wetan
Rembang
79
mp_rmbg5
111.338230
-6.705436
Tasik Agung
Rembang
80
mp_rmbg4
111.348695
-6.706091
Tasik Agung
Rembang
81
mp_rmbg93
111.362838
-6.707110
Kabongan Lor
Rembang
82
mp_rmbg10
111.376330
-6.707563
Tireman
Rembang
83
mp_rmbg11
111.391189
-6.702373
Pasar Banggi
Rembang
84
mp_rmbg57
111.415987
-6.692719
Punjul Harjo
Rembang
85
mp_rmbg7
111.333815
-6.713776
Waru
Rembang
86
mp_rmbg6
111.343953
-6.713286
Sawahan
Rembang
87
mp_rmbg8
111.346570
-6.723751
Sumberjo
Rembang
88
mp_rmbg9
111.353764
-6.732908
Mondoteko
Rembang
89
mp_rmbg103
111.369379
-6.723791
Kabongan Kidul
Rembang
90
mp_rmbg58
111.363593
-6.748016
Kedungrejo
Rembang
91
mp_rmbg56
111.387532
-6.732294
Kumendung
Rembang
92
mp_rmbg60
111.414353
-6.722482
Kasreman
Rembang
93
mp_rmbg119
111.328284
-6.724603
Waru
Rembang
94
mp_rmbg120
111.339055
-6.739287
Ngadem
Rembang
95
mp_rmbg104
111.318519
-6.763040
Karangsari
Sulang
96
mp_rmbg55
111.339453
-6.754371
Seren
Sulang
97
mp_rmbg69
111.323426
-6.789859
Sudo
Sulang
98
mp_rmbg21
111.367009
-6.771009
Landoh
Sulang
99
mp_rmbg70
111.393747
-6.761731
Kerep
Sulang
100
mp_rmbg20
111.373223
-6.794556
Glebeg
Sulang
101
mp_rmbg71
111.397018
-6.790186
Kunir
Sulang
102
mp_rmbg19
111.380582
-6.809436
Sulang
Sulang
103
mp_rmbg66
111.388842
-6.833687
Kemadu
Sulang
104
mp_rmbg94
111.424165
-6.746849
Sendangagung
Pamotan
105
mp_rmbg48
111.450156
-6.748564
Japerejo
Pamotan
106
mp_rmbg29
111.424317
-6.771295
Kepohagung
Pamotan
107
mp_rmbg95
111.449672
-6.773831
Tempaling
Pamotan
108
mp_rmbg96
111.475020
-6.776776
Sidorejo
Pamotan
109
mp_rmbg18
111.489078
-6.765245
Pamotan
Pamotan
110
mp_rmbg82
111.511158
-6.773992
Bangunrejo
Pamotan
111
mp_rmbg30
111.531598
-6.778655
Bangunrejo
Pamotan
112
mp_rmbg28
111.456043
-6.791084
Pragen
Pamotan
113
mp_rmbg107
111.490229
-6.798363
Gambiran
Pamotan
114
mp_rmbg22
111.324330
-6.837889
Sendangmulyo
Bulu
115
mp_rmbg24
111.321713
-6.856531
Sendangmulyo
Bulu
116
mp_rmbg62
111.357606
-6.836630
Lambangan Kulon
Bulu
117
mp_rmbg67
111.377884
-6.869010
Pasedan
Bulu
118
mp_rmbg25
111.405437
-6.861436
Bulu
Bulu
119
mp_rmbg26
111.422444
-6.864380
Bulu
Bulu
120
mp_rmbg89
111.453935
-6.854125
Kadiwono
Bulu
Sumber : Dinhubkominfo, 2010
STO di Kecamatan Lasem
BTS di Kecamatan Rembang
Sumber: Hasil survey Primer 2016
Gambar III.34.
Telekomunikasi di Kabupaten Rembang
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat peta jaringan telekomunikasi di kabupaten Rembang:
Peta III.27.Sebaran Telekomunikasi
Aspek perekonomian
PDRB merupakan pendapatn aspek penting dalam perekonomian di beberapa wilayah untuk memberikan kemajuan yang baik pada wilayah tersebut,terutama di Kabupaten Rembang.Rembang dengan sejuta potensinya bisa memberikan penghasilan PDRB yang lebih baik dari tahun ke tahun meningkat dengan signifikan.
Pada tahun 2014 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Rembang mencapai 12,807 trilyun rupiah, naik 12,00 persen dari tahun sebelumnya. Struktur perekonomian di Kabupaten Rembang dapat ditunjukkan oleh besarnya kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB kabupaten. Pada tahun 2014 lapangan usaha pertanian masih menjadi penyumbang terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Rembang yaitu sebesar 30,23 persen, disusul lapangan usaha industri pengolahan sebesar 20,80 persen. Kontribusi terbesar ketiga diberikan oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 13,03 persen. lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang memberikan sumbangan terkecil yaitu hanya 0,05 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang tahun 2014 mencapai 5,15 persen, ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2010. Pertumbuhan riil sektoral tahun 2014 mengalami fluktuasi dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial, yaitu tumbuh 17,90 persen, kemudian lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh 17,16 persen, dan lapangan usaha industri pengolahan tumbuh 15,04 persen. Berikut data yang kami sajikan dibawah ini adalah PDRB ADH Berlaku:
Tabel III.43.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Rembang
Tahun 2010 - 2014 (Juta Rp)
No
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Pertanian,Kehutanan dan perikanan
2.817.196
3.148.726
3.432.765
3.819.960
3.871.904
2.
Pertambangan dan Penggalian
272.862
279.879
297.736
328.421
392.183
3.
Industri Pengolahan
1.456.976
1.654.335
1.908.314
2.153.538
2.664.249
4.
Pengadaan listrik dan Gas
6.272
7.226
7.797
8.419
8.995
5.
Pengadaan air,pengelolaan sampah,libah dan daur ulang
5.395
5.506
5.508
5.623
5.900
6.
Konstruksi
626.240
703.2999
781.658
773.793
954.913
7.
Perdagangan Besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
1.222.456
1.360.279
1.416.693
1.537.606
1.668.565
8.
Transportasi dan Pergudangan
304.815
319.445
341.295
381.769
449.554
9.
Penyediaan akomodasi dan makan minum
254.382
261.418
299.842
330.004
369.523
10.
Informasi dan Komunikasi
91.957
104.012
111.095
118.564
133.435
11.
Jasa keuangan dan asuransi
333.652
373.268
426.061
480.380
544.191
12.
Real estate
85.569
91.787
95.965
101.595
109.538
13.
Jasa perusahaan
19.335
22.721
24.735
30.029
33.202
14.
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
367.808
385.121
429.672
456.119
492.728
15
Jasa Pendidikan
264.568
347.441
453.337
581.266
697.294
16.
Jasa kesehatan dan kegiatan social
76.245
90.950
109.162
124.398
153.000
17.
Jasa lainya
167.816
177.378
187.740
203.953
238.006
PDRB
8.373.547
9.352.791
10.323.374
11.435.457
12.807.181
Sumber : PDRB Kabupaten Rembang 2015
Dilihat dari PDRB kabupaten rembang menurut lapangan kerja atas dasar harga kostan dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan jumlah penghasilan yang di dapatkan.
Sumber : Tabel III.42.
Gambar III.33.
Diagram Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Rembang Tahun 2014
PDRB ADH Berlaku Kabupaten Rembang penyumbang terbesarnya adalah yang pertama dari sektor pertanian, kemudian dari sektor industri pengolahan, dan yang ketiga dari sektor Perdagangan.
Jika dibandingkan dengan PDRB ADH Konstan 2010, sesuai data dibawah ini adalah:
Tabel III.44.
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kabupaten Rembang, 2010 - 2014 (Juta Rp)
NO
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Pertanian, Kehutanan dan perikanan
2.817.198
2.939.405
3.042.784
3.171.162
2.992.146
2.
Pertambangan dan Penggalian
272.882
265.176
276.356
291.766
310.766
3.
Industri Pengolahan
1.456.976
1.525.025
1.693.227
1.863.046
2.143.284
4.
Pengadaan listrik dan Gas
6.272
7.120
7.925
8.734
9.202
5.
Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang
5.395
5.457
5.449
5.438
5.546
6.
Konstruksi
626.240
667.530
708.583
677.378
776.630
7.
Perdagangan Besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
122.456
1.299.711
1.310.768
1.351.958
1.406.725
8.
Transportasi dan Pergudangan
304.815
318.345
339.534
375.321
414.922
9.
Penyediaan akomodasi dan makan minum
254.382
279.421
284.037
302.419
336.232
10.
Informasi dan Komunikasi
91.957
102.700
112.697
124.070
145.366
11.
Jasa keuangan dan asuransi
333.652
348.945
362.871
383.295
407.252
12.
Real estate
85.569
91.186
94.743
99.192
105.521
13.
Jasa perusahaan
19.335
21.336
22.547
26.308
28.189
14.
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
367.808
376.447
380.889
384.053
386.622
15
Jasa Pendidikan
264.568
313.253
365.529
423.906
486.880
16.
Jasa kesehatan dan kegiatan social
76.245
84.275
94.361
102.304
120.619
17.
Jasa lainya
167.816
171.970
174.863
188.600
206.282
PDRB
8.373.547
8.808.303
9.277.163
9.778.950
10.282.184
Sumber : PDRB Kabupaten Rembang 2015
Dari tabel diatas, telah dirinci sektor penyumbang PDRB ADH Konstan, namun umumnya, dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Sumber : Tabel III.43.
Gambar III.34.
Diagram Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 di Kabupaten Rembang
PDRB ADH Konstan sama dengan PDRB ADH berlaku yang mana penyumbang terbesarnya adalah yang pertama dari sektor pertanian, kemudian dari sektor industri pengolahan, dan yang ketiga dari sektor Perdagangan.
Pada Kabupaten Rembang meskipun terletak di wilayah pesisir Kabupaten Rembang memiliki beberapa sumber daya alam yang berlimpah. Pertanian di Kabupaten Rembang merupakan salah satu perekonomian yang menguntungkan di kabupaten Rembang. Pertanian tersebut tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Rembang. Berikut ada hasil panen pertanian di Kabupaten Rembang:
Tabel III.45.
Hasil Panen Pertanian 4 Tahun Terakhir
Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi(Ton)
Rata2 Produksi(Kw/Ha)
2011
42053
232076
46.90
2012
36839
209203
51.24
2013
40684
208478
56.79
2014
35571
166833
55.19
Sumber :Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang 2014
Terlihat bahwa Kabupaten Rembang yang wilayahnya terdapat diwilayah pesisir dapat berkembang pesat dengan hasil pertaniannya yang sangat pesat.
Perikanan merupakan salah satu potensi di Kabupaten Rembang,karena Rembang terletak di wilayah pesisir oleh karenanya sumber daya alam perikanan ini menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk. Beberapa diantaranya yaitu Garam,rajungan,udang,trasi dan maih banyak lagi. Berikut data perkembangan Luas lahan yang terdapat di Kabupaten Rembang :
Tabel III.46.
Hasil Perikanan Kabupaten Rembang 2011-2014
Uraian
2011
2012
2013
2014
Pembudidaya
887
892
892
892
Luas
2.389
2.396
2.396
2.396
Produksi
-Udang Windu
-Udang vanemia
-Bandeng
-Lain-lain
-Jumlah
- 108 250
- 262.290
- 673.490
- 35.835
-103.830
-410.030
-567.310
-390.050
-110.575
-437.210
-589.709
-39.625
-216.100
-1.495.200
-725.600
81.100
Nilai Produksi
-Udang Windu
-Udang vanemia
-Bandeng
-Lain-lain
-Jumlah
-7.075.138.000
-7.809.200.000
-7.809.200.000
-4.931.375.000
-358.350.000
-20.174.063.000
-4.735.655.000
-12.211.475.000
-5.935.620.000
-1.120.175.000
-24.002.925.000
-5.528.750.000
-13.166.300.000
-5.897.090.000
-395.250.000
-24.987.390.000
-17.291.600.000
-119.619.200.000
-10.158.890.000
-1.136.240.000
-148.205.930.000
Sumber :Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang 2014
Dari hasil diatas terlihat bahwa hasil perikanan di kabupaten Rembang tidak hanya ikan local saja melainkan juga beberapa jenis ikan dan udang yang lain,tergantung dengan harga dalam permintaannya. Dari data sample tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa Kabupaten Rembang memang memiliki sumber daya alam yang cukup besar sehingga menyumbang pada PDRB.
Pada sektor terbesar kedua yaitu pada sektor industri pengolahan. Di kabupaten Rembang memang cukup banyak industri. Berikut adalah data dari jumlah tenaga kerja dan nilai produksinya:
Tabel III.47.
Tenaga Kerja Dan Nilai Produksi Industri Tahun 2014
No.
Kecamatan
Jumlah Industri
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai Produksi
1.
Indutri makanan/minuman
4.725
27.530
493.054.958
2.
Industri Sandang dan kulit(ILME)
2.256
7.477
266.968.832
3.
Industri kerajinan dan umum
3.250
6.629
352.216.912
4.
Industri kimia-bahan bangunan
1.245
2.102
194.591.910
5.
Industri Logam Mesin dan elektrik
360
1.510
20.000.750
Jumlah/Total
2014
2013
2012
2011
2010
11.836
11.745
11.631
11.506
5.378
45.248
44.518
44.619
43.091
34.419
1.326.833.362
1.241.592.362
1.412.074.362
1.377.232.062
219.921.000
Sumber : Disperindagkop dan UMKM 2014
Kabupaten Rembang memiliki berbagai jenis potensi industri kecil dan kerajinan yang sangat unik dan menarik untuk dapat dikembangkan sehingga dapat dijadikan obyek yang dapat menarik investor untuk dapat masuk di Kabupaten Rembang. Banyak potensi industri yang berbasis pada sumber daya alam yang dapat dikembangkan sehingga dapat dijadikan keunggulan komperatif yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Industri tersebut antara lain Garam Rakyat, Pengolahan Ikan, Mebel Antiq, Batik, Bordir, Kuningan, Kerajinan Kerang, Terasi, Genteng, Industri pembuatan tas dan dompet, sabuk dan lain-lain sehingga diharapkan dapat mendongkrak sektor ekonomi riil dalam era otonomi daerah sekarang ini.
1. Garam Rakyat
Kabupaten Rembang dikenal dengan kota garam. Sejak puluhan tahun masyarakat Rembang mengolah lahan tambak dengan sistem bergulir dimana pada musim penghujan dimanfaatkan untuk budidaya ikan bandeng dan udang, dan pada musim kemarau dimanfaatkan sebagai lahan garam sebagai bahan baku pembuatan garam beryodium.
Jumlah Pemilik/pengusaha garam : 805 orang
Penyerapan tenaga kerja : 4.880 orang
Jumlah luas areal tambak garam : 1.184,965 Ha
Lokasi Areal tambak garam meliputi :
Kecamatan Kaliori 524,51 Ha
Kecamatan Rembang 262,357 Ha
Kecamatan Lasem 364,35 Ha
Kecamatan Sluke 21,426 Ha
Kecamatan Kragan 2 Ha
Kecamatan Sarang 28,322 Ha
Produksi rata-rata 150.400 ton pertahun.
2. Pengolahan Ikan
Industri pengolahan ikan terdapat di wilayah kecamatan sepanjang pantura dengan jenis berbagai produksi mulai dari ikan kering maupun ikan segar, baik dikonsumsi lokal maupun ekspor dengan jenis industri pengolahan sebagai berikut :
Ikan Pindang
Ikan asap
Pengeringan ikan
Pengolahan teri nasi
Pengolahan rajungan
Pengolahan ubur-ubur
3. Terasi
Industri kecil terasi di Kabupaten Rembang sangat terkenal dengan rasa dan aromanya sehingga begitu berbicara terasi pasti trend marknya adalah Bonang, hal ini identik dengan kualitas produk. Industri ini mampu menyerap tenaga kerja ± 200 orang dengan jumlah unit usaha sebanyak 35 dengan rata-rata produksi sebesar Rp. 3.500.000.000,- per tahun.Daerah pemasaran meliputi lokal,regional, dan nasional. Sentra industri terasi meliputi: Kecamatan Lasem, Rembang, Kaliori, Sluke,Kragan, dan Sarang
4. Kuningan dan Tembaga
Industri kuningan dan tembaga ini terletak di desa Jolotundo Lasem dan telah berkembang menjadi salah satu sentra industri strategis di Rembang. Berawal sejak tahun 90-an, industri ini telah menghasilkan berbagai jenis desain dan produksi yang beraneka ragam. Terdapat tujuh industri dengan menyerap tenaga kerja ± 150 orang dengan nilai produksi sekitar 700 juta perbulan. Kuningan Jolotundo tidak saja menembus pasar lokal,namun juga manca negara. Namun persoalannya, industri ini perkembangannya masih dibayang-bayangi industri sejenis dari Juwana Pati, sehingga perlu; penanganan khusus.
Miniatur sepeda antik diproduksi oleh pengrajin koningan di desa Pohlandak kec. Pancur. Dibuat dari bahan kuningan. Produk ini disamping dipasarkan lokal juga dieksport ke Jepang dan Singapura. Sedang daerah asaran lokal, antara lain Jakarta, Bali, Surabaya, dan Juana.
5. Bordir dan Konveksi
Sentra industri bordir dan konveksi terletak di Kecamatan Sedan, Sulang, Sluke, Lasem, dan Rembang. Dari sekitar 92 home industri bordir & konveksi yang ada di seluruh Rembang, telah mampu merekrut tenaga kerja ± 363 orang dengan Kapasitas produksi ± 31.010 stel/bulan. Berdasarkan data terakhir, jumlah jenis produksinya (antara lain kerudung, ilbab dan busana dengan berbagai motivnya) telah mencapai ratusan lebih. Kualitas bordir Sedan telah cukup terkenal dan telah mampu menembus pasar Surabaya, Kudus, Semarang dan Solo
6. Batik Tulis
Kerajinan batik tulis di kabupaten Rembang mempunyai ciri khas tersendiri,yang terkenal dengan nama batik Lasem. Ada beberapa tempat kerajinan batik tulis, yaitu di kecamatan Pancur dan kecamatan Lasem. Hasil produksi batik tulis disamping dipasarkan lokal, juga telah dieksport
7. Furniture
Sebagai wilayah yang memiliki kawasan hutan jati yang luas, membuka peluang lebar terhadap jenis industri ini. Secara keseluruhan, terdapat ± 428 pengrajin (besar-kecil) pengusaha mebel jati dan mebel antiq yang tersebar di Rembang, antara lain Kec. Rembang, Kaliori, Sumber, Lasem, dan Pamotan. Industri mebel antikan ini menyerap tenaga kerja ± 3.404 orang dengan kapasitas produksi ± 71,407 stel/bulan. Diperkirakan, total aset yang berputar dalam industri ini telah mencapai berkisar 2,5 milyard lebih perbulan. Pasar dari mebel Rembang telah menembus ekspor (Asia dan Eropa), disamping pasar domestik seperti Jakarta, Bali dan Yogyakarta.
Disamping mebel antik yang merupakan kebanggaan produksi dari Kabupaten Rembang, juga terdapat usaha mebel kebun/garden furniture yang merupakansentra industri yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak, serta mampu melakukan eksport ke luar negeri, dengan tujuan negara-negara di Asia, Eropa, dan Belgia. Sedangkan sentra garden furniture terdapat di Desa Gunungsari dan Mojowarno, Kecamatan Kaliori.
Kerajinan ukir kayu terdapat di beberapa kecamatan di Kabupaten Rembang, antara lain Kecamatan Rembang, Kaliori, dan Lasem. Jumlah unit usaha sebanyak 16 Pengrajin. Dari 16 pengrajin ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 340 orang, kapasitas produksi sebanyak 340 buah perbulan. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal, regional, nasional, dan eksport.
Gembol kayu jati merupakan akar (gembol) sisa hasil penebangan. Gembol ini ternyata dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku kerajinan yang sangat unik. Bentuk dari obyek disesuaikan dengan bentuk dari gembol itu sendiri. Terkadang dapat dipahat menjadi patung naga, kadang dapat dibentuk menjadi meja yang unik, dan bentuk-bentuk lainnya. Sentra kerajinan gembol jati terdapat di Kecamatan Rembang, Kaliori, Sulang,Bulu, dan Sale. Jumlah unit usaha sebanyak 15 pengrajin dengan kapasitas produksi sebanyak ± 52 buah perbulan. Industri ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak ±72 orang. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal,regional, dan nasional.
Kerajinan kayu ternyata sangat beraneka ragam bentuk dan gaya. Mebel gaya primitif cukup banyak menembus pasar internasional. Kerajinan ini terdapat di Kec. Pamotan, Sale, Lasem, Rembang, dan Kaliori. Kapasitas produksi ± 81.517 stel/bulan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.904 orang. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal, regional, nasional, dan nternasional.
Glugu merupakan kayu dari pohon kelapa. Kayu ini banyak dimanfaatkan oleh sebagian warga sebagai bahan untuk atap rumah. Disamping itu dapat pula dibuat menjadi kerajinan dengan menggunakan mesin bubut.Kerajinan ini menghasilkan beberapa bentuk barang kebutuhan rumah tangga, seperti baskom, layah, dan lain-lain. Lokasi pengrajin bubut glugu saat ini baru terdapat di desa Sendangcoyo Kecamapatan Lasem, sebanyak 10 pengrajin. Kapasitas produksi ± sebanyak 1.500 buah/bulan, serta mampu menyerap tenaga kerja sebanyak ± 50 orang. Hasil produksi telah dipasarkan secara lokal, regional, dan nasional.
8. Kerajinan Kulit Kerang
Hasil kerang dari laut dimanfaatkan kulitnya sebagai bahan baku industri kerajinan kulit kerang. Kerajinan ini menghasilkan berbagai macam hiasan,antara lain: frame foto, korden, mebel, dan bentuk-bentuk lain. Produksi dari kulit kerang ini mampu menembus pasaran baik dalam negeri maupun luar negeri, dimana permintaanya sekarang ini cukup besar. Sentra kerajinan kulit kerang berada di Desa Tasikagung Rembang
Industri kerajinan furniture di Kecamatan Lasem yang sudah di eksport ke berbagai negara
Industri batik tulis di Kecamatan Lasem yang cukup terkenal adalah produk batik 3 negara
Sumber : survey primer 2016 dan google image
Gambar III.35.
Industri Kecil Dan Menengah di Kabupaten Rembang
Lahan yang disediakan untuk zonasi industri besar mencapai 869 hektare. Lahan seluas itu tersebar masing-masing di Kecamatan Kota Rembang (173 hektare), kawasan industri Sluke (491 hektare), dan kawasan industri Gunem yang khusus diperuntukan untuk pertambangan seluas 205 hektare. Kawasan industri besar di Kecamatan Rembang akan dipusatkan di Desa Pasarbanggi, sedangkan kawasan industri di Kecamatan Sluke berada di Desa Trahan dan Leran seluas 291 hektare dan Desa Sendangmulyo seluas 200 hektare
.
Perusahaan pengolahan ikan di Kecamatan Sluke
Sumber : survey primer 2016
Gambar III.36.
Industri Besar di Kabupaten Rembang
Untuk sektor yang terbesar ketiga yaitu sektor perdagangan, berikut adalah data jenis perdagangan di kabupaten Rembang.
Tabel III.48.
Jenis Perdagangan Di Kabupaten Rembang Tahun 2012 dan 2013
No
Nama
Tahun 2012
Tahun 2013
Nilai
satuan
Nilai
Satuan
1.
Industri perdagangan menengah
Unit kerja
6.798
Unit
6.798
Unit
Tenaga kerja
33.990
Orang
33.990
Orang
2.
Sasaran perdagangan
Pasar tradisional
12
Buah
12
Buah
Pasar lokal
-
Buah
-
Buah
Pasar regional
-
Buah
-
Buah
Pasar swalayan/supermarket/toserba (minimarket)
36
Buah
36
Buah
Hioermarket
-
Buah
-
Buah
Pasar grosir
-
Buah
-
Buah
Mal/plaza
-
Buah
-
Buah
Pertokohan/warung,kios
-
Buah
-
Buah
3.
Jenis bangunan pasar
Pasar bangunan permanen/ semi permanen
48
Buah
48
Buah
Pasar tampa bangunan permanen/semi permanen
-
Buah
-
Buah
Pusat perdagangan
-
Unit
-
Unit
Sumber : Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Rembang 2014
Data diatas menunjukkan stagnasi perdagangan pada tahun 2012 dan tahun 2013, namun perdagangan tersebut tidak lepas dari pasar yang merupakan tempat berinteraksi dan loksi pertukaran uang.
Tidak hanya perdagangan yang terjadi dalam regional Rembang, bahkan terdapat pelaku eksportir yang menjual produk ke berbagai negara. Seperti data dibawah in:
Tabel III.49.
Nama Perusahaan Eksportir Tahun 2014
No
Subjek
Kondisi
1
Nama Perusahaan
:
CV. Karya Mina Putra
Alamat
:
Ds. Matalan Ds. Purworejo Kec. Kaliori
Komoditi
:
Ikan beku, kayu olahan
Tujuan Ekspor
:
Cina dan Eropa
2
Nama Perusahaan
:
UD. Sasana Antik
Alamat
:
Ds. Krikilan Rt.07 Rw.I Kec. Sumber
Komoditi
:
Furnitur dan kayu olahan
Tujuan Ekspor
:
Belanda, Jerman, perancis, portugal dan belgia
3
Nama Perusahaan
:
CV. Sabha
Alamat
:
Jln. Rembang-Blora Km.12 Ds. Kemadu Sulang
Komoditi
:
Furnitur dan kayu olahan
Tujuan Ekspor
:
Asia,Eropa, USA dan Australia
4
Nama Perusahaan
:
CV. Natural
Alamat
:
Jl. Mondoteko Ds. Mondoteko Rembang
Komoditi
:
Furniture
Tujuan Ekspor
:
Eropa
5
Nama Perusahaan
:
PT. Holi Mina Jaya
Alamat
:
Jl. Rembang Km. 38 Ds. Sendangmulyo Sluke
Komoditi
:
Ikan beku dan biota perairan lainnya
Tujuan Ekspor
:
Cina,hongkong,malaysia,jepang,italia,singapura, vietnam dan taiwan
6
Nama Perusahaan
:
PT. Jazidha Sejahtera
Alamat
:
Jl. Sunan Bonang No.19 Lasem
Komoditi
:
Meubel,homeware, rotan dan kayu olahan
Tujuan Ekspor
:
Asia dan Eropa
7
Nama Perusahaan
:
UD. Java Niaga Indonesia
Alamat
:
Jl. Demang Waru No. 5 Rembang
Komoditi
:
Arang kayu (lump charcoal)
Tujuan Ekspor
:
Hongkong, jepang, kanada dan australia
Sumber : Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Rembang 2014
Selain itu Transportasi merupakan aset penting untuk kelancaran dalam bidang perekonomian, karena tanpa transportasi maka dalam perekonomian tidak akan berjalan sesuai yang diharapkan. Berikut data Transportasi yang kami lampirkan:
Tabel III.50.
Jumlah Moda Transportasi Di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Jenis Kendaraan
Umum
Tidan untuk Umum
Jumlah
Mobil penumpang
-
-
-
Mobil Bus
918
70
968
Mobil Pick Up
-
-
-
Mobil Bestel Wagon
-
3
3
Mobil Truck
1.500
1.096
2.596
Mobil barang Sb II
-
-
-
Mobil barang Sb II
68
41
109
Mobil Tangki
2
28
30
Mobil Traktor head
28
2
30
Mobil/Kend khusus
-
7
7
Kereta Gandengan
161
20
181
Kereta tempelan
33
3
36
Jumlah/total
2014
2013
2012
2011
2010
2.710
2.273
1.182
1.447
1.228
1.270
3.428
3.124
2.396
2.799
3.980
5.699
4.306
4.382
4.027
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab.Rembang tahun 2015
Pendorong nilai PDRB juga berasal dari objek wisata di kabupaten Rembang sangat banyak karena Rembang terletak di wilayah pesisir oleh karenanyan banyak wisata pantai yang terdapatr di kabupaten Rembang yang belum diexplore berikut data objek wisata di Kabupaten Rembang :
Tabel III.51.
Pengunjung Objek Wisata Di Kabupaten Rembang Tahun 2014
Objek wisata
Jumlah Objek wisata
Pengunjung
Taman Rekreasi pantai Kartini
1
277.699
Pantai Caruban
1
38.805
Museum RA.Kartini
1
12.850
Hutan wisata Sumber semen
-
Sudah tidak aktif
Wana wisata Kartini mantingan
1
26.649
Makam RA.Kartini
1
33.708
Pasujudan Sunan Bonang
1
24.485
Pantai Karang jahe
1
Belum ada laporan
Jumlah/Total
2014
2013
2012
2011
2010
7
6
6
7
7
414.196
401.223
444.608
537.238
386.205
Sumber:Dinas kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab.Rembang tahun 2015
Kondisi sosial budaya
Segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.atau bisa dikatakan bahwa sosial budaya adalah mengacu padda kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Berikut adalah kondisi sosial dan budaya di kabupaten Rembang yang terdiri dari kondisi kependudukan dan sumber daya manusia kabupaten Rembang dan kondisi budaya kabupaten Rembang.
3.3.1. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Rembang
3.3.1.1. Kependudukan
Berikut ini adalah tabel dan grafik jumlah penduduk di kabupaten Rembang per kecamatan tahun 2010-2014 berdasarkan kabupaten Rembang dalam angka 2015.
Tabel III.52.
Jumlah Penduduk Tahun 2010-2014 per Kecamatan
di Kabupaten Rembang
No.
Kecamatan
Tahun (satuan jiwa)
2010
2011
2012
2013
2014
1.
Sumber
33.641
33.734
34.272
34.439
34.630
2.
Bulu
25.689
25.760
26.166
26.292
26.435
3.
Gunem
22.805
22.924
23.345
23.457
23.641
4.
Sale
35.852
35.998
36.722
36.901
37.198
5.
Sarang
60.322
60.870
62.171
62.472
63.165
6.
Sedan
51.321
51.688
52.618
52.872
53.335
7.
Pamotan
44.035
44.176
44.890
45.107
45.369
8.
Sulang
36.882
37.137
37.775
37.959
38.273
9.
Kaliori
38.742
38.986
39.699
39.891
40.228
10.
Rembang
84.373
85.138
87.009
87.431
88.452
11.
Pancur
27.458
27.687
28.203
28.342
28.618
12.
Kragan
58.496
59.041
60.250
60.541
61.205
13.
Sluke
26.689
26.816
27.291
27.423
27.624
14.
Lasem
47.055
47.307
48.137
48.368
48.728
JUMLAH
593.360
597.262
608.548
611.495
616.901
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2010, 2012, 2013, 2014, dan 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk terbesar berada di kecamatan Rembang, dengan pertumbuhan penduduk tertinggi sejak 2010-2014 berada di tahun 2011 ke 2012, dengan jumlah pertumbuhan 1.886 jiwa pada tahun tersebut.Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk terkecil berada di kecamatan Sluke dengan pertumbuhan penduduk terendah pada tahun 2011-2012 adalah sebesar 475 jiwa. Adapun untuk kepadatan penduduk tiap kecamatan di kabupaten Rembang disajikan dalam bentuk data dan grafik sebagai berikut.
Tabel III.53.
Kepadatan Penduduk Rata-Rata Tiap Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Jumlah Desa
Luas Wilayah (km2)
Rata-Rata
Penduduk per Desa (jiwa)
Penduduk per km2 (jiwa)
1.
Sumber
18
76,73
1.918
450
2.
Bulu
16
102,4
1.647
257
3.
Gunem
16
80,2
1.472
294
4.
Sale
15
107,15
2.469
346
5.
Sarang
23
91,33
2.731
688
6.
Sedan
21
79,64
2.528
667
7.
Pamotan
23
81,56
1.967
555
8.
Sulang
21
84,54
1.815
451
9.
Kaliori
23
61,5
1.741
651
10.
Rembang
34
58,81
2.586
1.495
11.
Pancur
23
45,93
1.238
620
12.
Kragan
27
61,66
2.254
987
13.
Sluke
14
37,59
1.966
732
14.
Lasem
20
45,04
2.427
1.078
Jumlah
294
1.014,08
2.089
606
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk tertinggi rata-rata per desa berada di kecamatan Sarang sebanyak 2731 jiwa/desa. Sedangkan untuk kepadatan penduduk rata-rata per km2 terbanyak berada di kecamatan Rembang sebanyak 1495 jiwa/km2. Untuk kecamatan dengan kepadatan penduduk rata-rata per desa paling rendah adalah kecamatan Pancur yang memiliki kepadatan penduduk rata-rata sebanyak 1238 jiwa/desa. Sedangkan untuk kepadatan penduduk per km2 terendah adalah kecamatan Bulu yakni sebanyak 257 jiwa/km2. Meskipun kecamatan Bulu memiliki luas wilayah terbesar kedua setelah Sale, namun pertumbuhan penduduk di kecamatan Bulu paling rendah. Hal ini disebabkan oleh letak kecamatan Bulu yang cukup jauh dari pusat kota.Sedangkan untuk struktur penduduk dan piramida penduduk kabupaten Rembang sebagai berikut.
Tabe III.54 .
Struktur Umur di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014
Kelompok Umur
2010 (jiwa)
Jumlah (jiwa)
2014 (jiwa)
Jumlah (jiwa)
Laki – Laki
Perempuan
Laki – Laki
Perempuan
0 – 4
23.431
21.715
45.146
24.306
22.798
47.104
5 – 9
25.036
23.571
48.607
24.949
23.495
48.444
10 – 14
26.310
24.338
50.648
25.982
24.447
50.429
15 – 19
26.270
24.678
50.948
26.668
25.035
51.703
20 – 24
23.006
23.305
46.311
25.299
24.539
49.838
25 – 29
24.503
25.361
49.864
23.559
24.075
47.634
30 – 34
24.953
25.395
50.348
23.872
25.052
48.924
35 – 39
22.683
23.106
45.789
23.954
24.628
48.582
40 – 44
22.342
23.195
45.537
22.942
23.731
46.673
45 – 49
20.848
21.186
42.034
21.664
22.509
44.173
50 – 54
18.026
17.625
35.651
19.730
19.686
39.416
55 – 59
14.178
12.106
26.284
15.988
15.046
31.034
60 – 54
8.498
8.804
17.302
10.502
10.066
20.568
+65
16.169
22.722
38.891
17.589
24.790
42.379
Jumlah
296.253
297.107
593.360
307.004
309.897
616.901
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2010 dan 2015
Tahun 2010
Tahun 2014
Sumber : Tabel III.58.
Gambar III.38.
Struktur Umur di Kabupaten Rembang Tahun 2010 dan 2014
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa usia produktif dengan usia non produktif tidak seimbang. Terlihat dari gambaran grafik struktur umum yang didominasi penduduk usia non produktif. Sehingga besaran angka tanggungan dari usia produktif semakin besar, mengingat lebih banyaknya penduduk yang berada di usia non produktif dibandingkan usia produktif.
Untuk angka kelahiran, diambil berdasarkan data Rembang Dalam Angka 2015, dan untuk data kematian diambil berdasarkan Rembang Dalam Angka 2014 karena data untuk tahun 2014 tidak tersedia.
Tabel III.55.
Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Rembang
Tahun 2014 dan 2015
No.
Kecamatan
Laki-Laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Total (jiwa)
Tingkat Kelahiran (CBR)
1.
Sumber
262
233
495
14.34
2.
Bulu
206
169
375
14.23
3.
Gunem
156
139
295
12.53
4.
Sale
216
218
434
11.72
5.
Sarang
548
456
1004
15.98
6.
Sedan
409
413
822
15.48
7.
Pamotan
326
366
692
15.30
8.
Sulang
236
264
500
13.12
9.
Kaliori
308
272
580
14.48
10.
Rembang
684
610
1294
14.72
11.
Pancur
263
207
470
16.51
12.
Kragan
513
486
999
16.41
13.
Sluke
240
179
419
15.23
14.
Lasem
394
352
746
15.37
Jumlah
4761
4364
9125
14.86
No.
Kecamatan
Laki-Laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Total (jiwa)
Tingkat Kematian (CDR)
1.
Sumber
118
98
216
6.29
2.
Bulu
63
78
141
5.38
3.
Gunem
56
43
99
4.24
4.
Sale
126
100
226
6.15
5.
Sarang
205
191
396
6.37
6.
Sedan
77
75
152
2.89
7.
Pamotan
107
91
198
4.40
8.
Sulang
140
104
244
6.45
9.
Kaliori
126
106
232
5.84
10.
Rembang
107
107
214
2.46
11.
Pancur
114
86
200
7.09
12.
Kragan
186
183
369
6.13
13.
Sluke
53
60
113
4.14
14.
Lasem
147
151
298
6.18
Jumlah
1635
1473
3098
5,09
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015 dan 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kecamatan Pancur memiliki tingkat kelahiran yang tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya di kabupaten Rembang. Disusul oleh kecamatan Kragan dengan CBR sebesar 16,41%. Sedangkan untuk kecamatan dengan tingkat kelahiran terendah adalah kecamatan Sale dengan CBR mencapai 11,72%. Dan kecamatan Gunem dengan CBR sebesar 12,53%. Sedangkan untuk angka kematian tertinggi berada di kecamatan Pancur dengan CDR sebesar 7,09%. Disusul oleh kecamatan Sulang dengan CDR sebesar 6,45%. Sedangkan untuk angka kematian terendah berada di kecamatan Rembang dengan CDR sebesar 2,46%, dan kecamatan Sedan dengan tingkat kematian sebesar 2,89%.
Di kabupaten Rembang, mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun bukan berarti di kabupaten Rembang tidak ada penduduk yang beragama selain Islam. Dan berikut adalah tabel penganut agama di kabupaten Rembang berdasarkan Rembang Dalam Angka 2015.
Tabel III.56.
Jumlah Penganut Agama di Kabupaten Rembang (jiwa) Tahun 2014
No.
Kecamatan
Islam (jiwa)
Protestan (jiwa)
Katolik (jiwa)
Hindu (jiwa)
Budha (jiwa)
1.
Sumber
27.144
0
69
0
0
2.
Bulu
19.372
11
75
0
0
3.
Gunem
17.986
0
0
0
0
4.
Sale
28.456
115
44
0
0
5.
Sarang
48.516
0
0
0
0
6.
Sedan
39.002
0
0
0
0
7.
Pamotan
33.628
100
9
0
0
8.
Sulang
29.827
7
0
0
0
9.
Kaliori
31.225
41
91
0
0
10.
Rembang
63.699
1.926
1.534
61
115
11.
Pancur
20.880
0
0
0
0
12.
Kragan
45.935
152
219
0
165
13.
Sluke
20.008
115
0
0
0
14.
Lasem
35.285
576
627
0
236
Jumlah
460.963
3.043
2.668
61
516
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Berdasarkan tabel di atas, penduduk yang menganut agama Islam paling banyak berada di kecamatan Rembang dengan jumlah penganut agama Islam sebanyyak 63699 orang. Begitupula dengan agama protestan dan katolik, dimana kecamatan Rembang memiliki jumlah penganut agama tersebut paling banyak diantara kecamatan yang lainnya dengan jumlah penganut agama protestan sebanyak 1926 orang dan katolik sebanyak 1534 orang. Sedangkan penganut Hindu hanya terdapat di kecamatan Rembang dengan jumlah penganut sebanyak 61 orang. Untuk penganut agama budha terbanyak berada di kecamatan Lasem dengan jumlah penganut sebanyak 236 orang. Kecamatan Lasem merupakan tempat penyebaran ajaran budha sekaligus Islam karena terdapat kebudayaan dari agama budha dan Islam yang melebur menjadi satu disana.
3.3.1.2. Sumber Daya Manusia
Berikut adalah banyaknya partisipan pendidikan di tiap kecamatan se kabupaten Rembang.
Tabel III.57.
Jumlah Partisipan Pendidikan Kabupaten Rembang (Siswa) Tahun 2014
No.
Kecamatan
TK (Siswa)
SD (Siswa)
SMP (Siswa)
SMA (Siswa)
1.
Sumber
810
2.817
1.516
905
2.
Bulu
624
2.593
843
147
3.
Gunem
497
1.908
681
222
4.
Sale
949
3.577
1.537
853
5.
Sarang
2.005
5.759
3.070
1.460
6.
Sedan
1.701
4.173
2.801
1.740
7.
Pamotan
1.140
4.567
2.515
1.174
8.
Sulang
901
3.173
2.273
1.138
9.
Kaliori
1.066
3.529
1.574
341
10.
Rembang
3.076
8.910
4.783
6.998
11.
Pancur
885
2.703
1.191
0
12.
Kragan
1.889
6.160
2.732
1.077
13.
Sluke
762
2.740
1.159
62
14.
Lasem
1.702
5.019
3.011
3.177
Jumlah
18.007
57.628
29.686
19.294
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Gambar III.36.
Jumlah Partisipan Pendidikan Kabupaten Rembang Tahun 2014
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, partisipan terbanyak berada di tingkat SD dengan jumlah partisipan sebanyak 57628 orang. Disusul dengan tingkat SMP dengan jumlah partisipan sebanyak 29686 orang. Sedangkan kecamatan dengan jumlah partisipan pendidikan terbanyak berada di kecamatan Rembang dengan jumlah partisipan sebanyak 23767 orang. Untuk kecamatan dengan jumlah partisipan pendidikan terendah berada di kecamatan Gunem dengan jumlah partisipan sebanyak 2676 orang partisipan.Penduduk Produktif
Berikut adalah jumlah penduduk produktif berdasarkan kecamatan dalam angka masing-masing kecamatan di kabupaten Rembang tahun 2015.
Tabel III.58.
Jumlah Penduduk Usia Produktif dan Non Produktif
Kabupaten Rembang(jiwa) Tahun 2014
No.
Kecamatan
0 – 14 (jiwa)
15 – 64 (jiwa)
>65
(jiwa)
1.
Sumber
7624
24951
2055
2.
Bulu
6038
18268
2129
3.
Gunem
4867
16902
1872
4.
Sale
8583
25494
2821
5.
Sarang
14649
45250
3266
6.
Sedan
14333
35775
3227
7.
Pamotan
11596
30455
3282
8.
Sulang
8369
26835
3069
9.
Kaliori
8871
28277
3080
10.
Rembang
21117
61500
5835
11.
Pancur
6858
19540
2220
12.
Kragan
14734
42953
3518
13.
Sluke
6505
19128
1991
14.
Lasem
12004
33414
3310
Jumlah
146148
428742
41675
Sumber : KDA masing-masing kecamatan tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio perbandingan usia produktif dengan non produktif adalah 2 : 1. Artinya adalah 2 orang usia produktif menanggung beban 1 orang usia non produktif. Hal ini menunjukan bahwa tanggungan usia produktif terhadap usia non produktif dianggap masih kecil.
3.3.2.3. Ketenagakerjaan
Di kabupaten Rembang, mayoritas penduduknya bekerja di sektoral kelautan dan perikanan. Karena merupakan daerah pesisir menjadikan kabupaten Rembang memiliki banyak pekerja di wilayah pesisir, terutama untuk industri pengolahan seperti ikan, terasi, dan sebagainya. Berikut adalah tabel tenaga kerja di kabupaten Rembang berdasarkan Rembang Dalam Angka 2015.
Tabel III.59.
Banyak Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Rembang
Tahun 2014
No.
Kecamatan
Industri RT (jiwa)
Tenaga Kerja (jiwa)
Industri Sedang (jiwa)
Tenaga Kerja (jiwa)
Industri Besar (jiwa)
Tenaga Kerja (jiwa)
1.
Sumber
230
369
242
1013
1
120
2.
Bulu
298
560
222
953
0
0
3.
Gunem
260
321
297
1057
1
0
4.
Sale
315
348
320
2 122
2
112
5.
Sarang
316
338
306
2147
1
25
6.
Sedan
655
1007
574
2869
2
100
7.
Pamotan
637
1321
363
2240
6
125
8.
Sulang
712
712
421
3446
1
105
9.
Kaliori
388
420
418
3406
7
990
10.
Rembang
1213
2054
616
3452
8
1055
11.
Pancur
619
566
320
2253
0
0
12.
Kragan
360
514
321
2110
4
396
13.
Sluke
370
159
388
1291
2
185
14.
Lasem
338
735
631
3317
2
935
Jumlah
6711
9424
5439
26531
37
4148
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa industri sedang atau menengah paling dominan di kabupaten rembang dengan jumlah industri sebanyak 5439 buah dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 26531 orang. Apabila diasumsikan dengan perbandingan, antara industri menengah dengan jumlah pekerja adalah 1 : 5, dengan 1 industri menyerap 5 tenaga kerja. Sedangkan untuk industri rumah tangga berbanding tenaga kerja adakah 2 : 3 dengan 2 industri rumah tangga mampu menyerap 3 tenaga kerja. Dan untuk industri besar berbanding tenaga kerja, perbandingannya adalah 1 : 112 dengan 1 industri besar mampu menyerap 112 tenaga kerja.
Kebudayaan
Kabupaten Rembang merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tradisi yang masih kental. Hal ini dapat terlihat dari acara-acara yang selalu dilaksanakan pada tiap tahunnya.
Sedekah Laut
Sedekah laut merupakan budaya yang unik di Jawa Tengah yang diantaranya ada di daerah Rembang. Bulan Maret hingga Agustus secara bergantian beberapa desa di daerah Rembang mengadakan sedekah bumi dan sedekah laut, yang sering disebut sebagai pesta rakyat. Sedekah bumi diadakan di daerah-daerah yang penduduknya hidup bergantung dari pertanian dan sedekah laut diadakan dibeberapa daerah pesisir yang penduduknya menggantungkan diri dari hasil laut.
Sedekah laut sebenarnya mempuyai sejarah, pada awalnya merupakan pesta tasyakuran masyarakat atas kerja mereka dari hasil bumi dan hasil laut selama setahun. Kemudian mereka mengadakan kondangan (makan bersama), mereka juga menjamu setiap tamu yang hadir dari luar desa dengan makanan dan tontonan budaya.
Sebagian besar Desa di daerah Rembang masih mempunyai tradisi sedekah laut. Di daerah Pesisir Rembang yang mengadakan sedekah laut bahkan lebih ramai, seperti di Desa Tasik Agung yang terletak di Kecamatan Rembang. Kegiatan yang mereka sunguhkan biasanya lebih mahal. Jika dikalkulasi biaya berbagai kegiatan dalam sedekah laut menghabiskan dana 50 juta lebih. Jika ada berbagai perlombaan hadiahnya pun mahal, untuk perlombaan yang diikuti anggota masyarakat sendiri biasanya hadiahnya kambing. Sedekah laut yang ada di Rembang hanya memiliki beberapa tahapan, yaitu:
Sehari sebelum melakukan arak-arakan, masyarakat biasanya melakukan pengajian sebagai sarana untuk meminta kelancaran dan keselamatan terhadap serangkaian acara yang akan dilaksanakan.
Arak-arakan besar keliling kota yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan berbagai budaya dan ciri khas daerah mereka, seperti membawa keliling patung replika ikan, jangkar, perahu, raksasa, serta membawa beberapa sesaji, seperti tumpengan, kembang setaman, air suci, dan beberapa hasil laut.
Setelah acara arak-arakan, biasanya diadakan perlombaan di sepanjang pesisir pantai, seperti lomba volly, sepak takrow, dan kasti. Selain itu, juga diadakan "lomban" atau lomba naik perahu sampai ke pulau karang. Ketika lomba berlangsung, ada perahu khusus yang dibawa oleh panitia bersama seorang pamengku gati melakukan ritual pembuangan sesaji yang ditempatkan di perahu lain, kemudian perahu tersebut ditinggalkan di tengah laut (di larung di tengah laut).
Tanggapan wayang. Hanya dukuh tertentu yang melakukan tanggapan wayang, seperti dukuh Kramatan.
Hiburan Dangdut. Biasanya dilakukan pada hari terakhir perayaan sedekah laut. Acara hiburan dangdut tersebut biasanya diadakan secara besar-besaran karena dianggap sebagai penutup acara.
Acara arak-arakan sesajen yang berlangsung pada H-1 sebelum pelepasan Sesajen. Bertujuan untuk memberi kabar masyarakat luas bahwa desa tersebut sedang mengadakan Sedekahan
Acara pelepasan sesajen di tengah laut menggunakan kapal kecil merupakan acara inti dari sedekah laut.
Gambar III.37.
Sedekah Laut di Kabupaten Rembang
Peringatan Hari Kartini
Dalam rangka memperingati Hari Kelahiran Pahlawan Nasional RA. Kartini, Pemkab Rembang tiap tahunnya mengadakan serangkaian acara. Apada tahun ini bertajuk "Gema Kartini Tahun 2016". Beragam acara yang diagendakan oleh Pemkab Rembang ini, diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Rembang.
Acara yang digelar ini bertujuan untuk menggali potensi-potensi dan budaya yang ada di Kabupaten Rembang, baik yang berada ditingkat kecamatan dan desa yang selama ini berada dibawah permukaan bisa terangkat kembali.
Rangkaian Acara ini diselenggarakan dimulai tanggal 10 April – 24 April 2016. Berikut ini daftar rangkaian acara yang bertajuk "Gema Kartini 2016" Kabupaten Rembang:
Kelembagaan Kabupaten Rembang
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Peraturan daerah mengatur mengenai susunan, kedudukan, tugas pokok organisasi perangkat daerah. Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja diatur lebih lanjut dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.
Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Berikut adalah Struktur Organisasi Perangkat Daerah:
DPRDSekretariat DPRDBupati / Wakil BupatiSekretariat Daerah
DPRD
Sekretariat DPRD
Bupati / Wakil Bupati
Sekretariat Daerah
KelurahanLembaga Teknis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Inspektorat; Badan Kepegawaian Daerah; Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana; Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat; Badan Lingkungan Hidup; Kantor Perpustakaan dan Arsip; Rumah Sakit Umum Daerah Dinas Daerah Dinas Pendidikan; Dinas Kesehatan; Dinas Pekerjaan Umum; Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi; Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah raga; Dinas Pertanian dan Kehutanan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;SATPOL PPKecamatanKantor Pelayanan Dan Perijinan Terpadu
Kelurahan
Lembaga Teknis
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
Inspektorat;
Badan Kepegawaian Daerah;
Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana;
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;
Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat;
Badan Lingkungan Hidup;
Kantor Perpustakaan dan Arsip;
Rumah Sakit Umum Daerah
Dinas Daerah
Dinas Pendidikan;
Dinas Kesehatan;
Dinas Pekerjaan Umum;
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;
Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi;
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah raga;
Dinas Pertanian dan Kehutanan;
Dinas Kelautan dan Perikanan;
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral;
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
SATPOL PP
Kecamatan
Kantor Pelayanan Dan Perijinan Terpadu
Sumber : deskripsi penyusun
Gambar III.38.
Bagan struktur Organisasi lembaga daerah di Kabupaten Rembang
Berikut ini adalah tugas dan fungsi dari masing-masing lembaga dalam Kabupaten Rembang
1. Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh sekretaris DPRD yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta mengkoordinasikan dan menyediakan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas:
a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. penyelenggaraan rapat-rapat DPRD; dan
d. penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.
2. Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh sekretaris DPRD yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggungjawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggungjawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, serta mengkoordinasikan dan menyediakan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas:
a. penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
b. penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. penyelenggaraan rapat-rapat DPRD; dan
d. penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.
3. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pendidikan yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dinas pendidikan dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan;
b.penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendidikan;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan ; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati di bidang pendidikan.
4. Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pekerjaan umum, perumahan dan tata ruang yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum, perumahan dan tata ruang berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, perumahan dan tata ruang;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum, perumahan dan tata ruang ;
pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum, perumahan dan tata ruang; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati di bidang pekerjaan umum, perumahan dan tata ruang.
5. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika.
6. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan pencatatan sipil;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kependudukan dan pencatatan sipil;
pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kependudukan dan pencatatan sipil; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati di bidang kependudukan dan pencatatan sipil.
7. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil yang dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis di bidang kependudukan dan pencatatan sipil;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kependudukan dan pencatatan sipil;
pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kependudukan dan pencatatan sipil; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati di bidang kependudukan dan pencatatan sipil.
Martiks kondisi eksisting Kabupaten Sekitar
Data berikut adalah ringkasan dari beberapa data dari masing-masing daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Rembang. Yang digunakan agar perencanaan nantinya tidak bertentangan dengan kebijakan dan kondisi eksisting di Kabupaten yang berbatasan.
Tabel III.60.
Kondisi Eksisting Kabupaten Sekitar
No.
Kabupaten
Jumlah penduduk
Kondisi ekonomi
Potensi wilayah
Isu permasalahan
Kedudukan wilayah
Kebijakan strategis
Pdrb
Dana alokasi
1
Tuban
1.291.665 jiwa Pertumbuhan 1,25%
Agregat PDRB Rp 31.044.705,4 Sektor basis pada industri pengolahan sebesar Rp 10.873.855,81
DAU = Rp 926.685.197.000,-
DAK = Rp 48.566.930.000,-
Potensi energi
Pariwisata
Industri
Pertanian dan perkebunan
Perikanan dan kelautan
Pengolahan makanan
Perdagangan dan jasa
Kemiskinan, kesempatan kerja dan kualitas sumber daya manusia
Penurunan ketersediaan pangan
Penurunan ketersediaan energi
daya saing industri
Perkotaan Tubn sebagai PKW.
Perkotaan Bancar, Jenu, Soko, Jatirigi, Bangilan, Kerek, Palang, sebagai PKLp.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten meliputi : a. pengembangan wilayah berbasis industri ramah lingkungan, pertanian, perikanan, dan pertambangan; b. penetapan wilayah secara berhierarki sebagai pusat pelayanan regional dan lokal mendukung perkembangan Kawasan Perkotaan Germakertasusila (GKS) Plus; c. pengembangan prasarana wilayah secara terpadu dan terinterkoneksi; d. pemantapan kawasan lindung secara terpadu dan berkelanjutan; e. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan, dan aspek konservasi sumber daya alam; dan f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.
2
Pati
1 225 594 jiwa. Pertumbuhan 0,79%
Agregat PDRB Rp
28.417 093 .68
Sektor basis pada industri pengolahan sebesar Rp 7 933 113.13
DAU = Rp1.043.498.355.000,-
DAK = Rp 79.852.630.000,-
Potensi pangan hortikultura
Potensi perikanan
Potensi peternakan
Potensi perkebuan
Potensi pertambangan
Pottensi unggulan sektor industri
Potensi industri manufaktur
Potensi pariwisata
Belum optimalnya pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Belum optimalnya pengembangan sektor pertanian dan perikanan serta pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) dan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) berbasis kelestarian lingkungan hidup.
Kurangnya penyediaan prasarana dan sarana yang berkualitas untuk
mendukung pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Kurangnya investasi dalam pengembangan dunia usaha guna
mendorong daya saing daerah
Kurangnya pengembangan pariwisata dan budaya.
Terdapat PKL yaitu di perkotaan Juana, perkotaan Pati, perkotaan Tayu.
Kebijakan pengembangan struktur ruang: penetapan hirarki sistem perkotaan dan kawasan layanannya, dalam rangka menciptakan hubungan Kota-Desa; dan pengembangan prasarana wilayah yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah dan distribusi produk-produk ekonomi lokal.
Strategi penetapan hirarki sistem perkotaan dan kawasan layanannya: membagi ruang wilayah pembangunan Daerah sesuai dengan karakteristik perkembangan dan permasalahan yang dihadapi, mengembangkan pusat pelayanan baru yang mampu menjadi simpul distribusi dan pemasaran untuk beberapa Kecamatan, mengoptimalkan peran Ibukota Kecamatan, mengembangkan
sistem interaksi antar ruang wilayah.
Strategi kebijakan pengembangan prasarana wilayah
3
Blora
848369 jiwa pertumbuhan 4,43%
Agregat PDRB Rp 15.055.175,26 Sektor basis pada pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp 4.098.504,71
DAU = Rp823.874.089.000,-
DAK = Rp 61.140.660.000,-
Potensi tanaman pangan holtikultura
Potensi perkebunan
Potensi peternakan
Potensi bahan galian
Potensi MIGAS
Kurangnya Ketersediaan air
Rusaknya infrastruktur perhubungan dan transportas
Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran
Rendahnya Investasi
Belum optimalnya penyelenggaraan Clean government dan good governance
Belum optimalnya pengelolaan pertambangan dan Migas
Belum Optimalnya produktivitas pertanian dan pemasaran produk
pertanian dalam arti luas
Belum Optimalnya pemerataan akses pelayanan pendidikan dan mutu
peindidikan baik formal maupun non formal
Belum Optimalnya kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
khususnya untuk penduduk miskin.
Belum optimalnya pembinaan terhadap UMKM, industri dan
pengelolaan pasar tradisional
Belum optimalnya pelestarian alam dan lingkungan hidup.
PKW berada di perkotaan Cepu. PKL terdapat di Perkotaan Blora.
PKLp yaitu berada di Perkotaan Randublatung dan Perkotaan Kunduran.
Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi: a. pengembangan wilayah berbasis agro industri; b. pengembangan wilayah berbasis agro forestry; c. pengendalian dan peningkatan dalam pertanian pangan berkelanjutan; d. penataan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi; e. pengembangan sistem jaringan prasarana mendukung konsep agro industri, agro
forestry, dan pelayanan dasar masyarakat; f. pengelolaan sumber daya alam dan buatan berbasis kelestarian lingkungan hidup; g. pengembangan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek ekologis; h. pengembangan nilai – nilai sosial dan budaya; i. pengendalian kegiatan pada kawasan rawan bencana; dan j. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Sumber : Deskripsi Tim Studio II Kabupaten Rembang
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Tuban memiliki Penduduk Paling banyak, sedangkan pertumbuhan penduduk paling tinggi adalah Kabupaten Blora. PDRB paling banyak adalah Kabupaten Tuban dengan sektor pendorong dari sektor industri pengolahan. Dan bahkan Perkotaan Tuban juga merupakan PKW bersama dengan Perkotaan Cepu, Blora.
BAB IV
ANALISIS TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN REMBANG
Analisis Kedudukan Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang merupakan kabupaten yang letaknya cukup strategis dalam provinsi jawa tengah karena merupakan gerbang masuk jawa tengah dari provinsi jawa timur. Kabupaten rembang juga memiliki kerjasama dengan provinsi jawa timur.
Kedudukan Kabupaten Rembang Terhadap Regional Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Rembang mempunyai peran yang cukup strategis dalam provinsi Jawa Tengah karena merupakan gerbang masuk Jawa Tengah dari Provinsi Jawa Timur. Dalam RTRW provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Rembang yang merupakan salah satu pusat pelayanan Lokal (PKL) di perbatasan provinsi jawa tengah dengan jawa timur. Dan sebagai pintu gerbang keluar masuknya kendaraan ekspedisi antar provinsi. Yang biasanya membawa barang untuk di ekspor melalui pelabuhan tanjungg perak Surabaya. Tidak hanya barang, angkutan masyarakat juga sangat banyak di jalan ini, mulai angkutan antar desa hingga angkutan AKAP. Sehingga jalan Pantura dikenal sebagai jalan paling sibuk di Jawa Tengah dan di Indonesia.
Kabupaten Rembang merupakan salah satu kawasan strategis di bidang perekonomian khususnya untuk koridor perbatasan RATUBANGNEGORO (Blora-Tuban-Rembang-Bojonegoro) dan kawasan Banglor (Rembang-Blora) yang berpusat di Cepu. Selain di bidang ekonomi Kabupaten Rembang juga dikembangkan sebagai kawasan strategis di bidang pendayagunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi terutama di bidang energi kelistrikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya PLTU yang tergabung dalam jaringan listrik Jawa Bali.
Adanya jalan pantura memberikan dampak posiitif di kabupaten rembang, karena kabupaten rembang sangat bergantung pada sumber daya kelautan. Dan jarak antara jalan Pantura dengan garis pantai di rembang cukup dekat. Sehingga hasil olahan perikanan dapat langsung tersalurkan ke berbagai wilayah melalui jalur darat. Di jawa tengah, Kabupaten Rembang memiliki pengolahan ikan terbesar. Dengan nilai produksi hingga Rp 1,5 triliun. Sehingga merupakan potensi besar untuk daerah tersebut.
Dari segi pertaniannya, rembang dikenal sebagai pengkasil buah kawis. Buah ini biasanya diolah menjadi sirup, dan menjadi oleh-oleh khas Rembang. Selain itu banyak juga produk pertanian lain, seperti kacang tanah untuk pemasok industri makanan di Kabupaten Pati, Tebu, untuk bahan baku gula yang produksinya di Kabupaten Pati dan Kudus, serta cabai merah unggul karena rasa yang pedas dan tidak mudah busuk juga menjadi salah satu andalannya. Dari segi sosial budaya, Kabupaten Rembang juga dikenal karena terdapat Museum Kartini, hal ini karena Pahlawan Nasional Tersebut berjuang di wilayah Rembang dan wafat disana. Terdapat juga pasujudan Sunan Bonang di Kecamatan Lasem yang keduanya menjadi salah satu lokasi wisata religi di Jawa Tengah.
Kabupaten Rembang memiliki karakteristik kawasan kars di beberapa daerah. Ini menjadikan Kabupaten Rembang menjadi salah satu wilayah di Jawa Tengah yang mempunyai industri pengolahan semen skala besar. Yang di kembangkan oleh perusahaan semen indonesia untuk mencukupi kebutuhan semen nasional. Berikut adalah peta yang menjelaskan kedudukan Kabupaten Rembang:
Peta IV.1. Kedudukan Kabupaten Rembang Dalam Tingkat Provinsi Jawa Tengah
Kedudukan Kabupaten Rembang Terhadap Wilayah Kabupaten Sekitarnya
Kabupaten Rembang yang merupakan bagian dari Kawasan strategis di bidang perekonomian khususnya untuk koridor perbatasan RATUBANGNEGORO (Blora-Tuban-Rembang-Bojonegoro), dalam kawasan RATUBANGNEGORO terdapat hirarki perkotaan yang mana Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang termasuk Hirarki II, dan Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang termasuk Hirarki IV.
Setiap kota memiliki wilayah belakang atau wilayah pengaruhnya. Makin besar suatu kota makin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya. Apabila kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka kotakecil termasuk kedalam wilayah pengaruh dari kota yang lebih besar. Untuk kotayang berlainan orde maka kota kecil itu sendiri merupakan wilayah pengaruh darikota yang lebih besar. Namun untuk kegiatan perdagangan eceran (pemenuhan kebutuhan sehari-hari) masih mungkin untuk menetapkan batas pengaruh dari dua kota berdekatan yang berlainan orde. Hartshron, dkk (1988). Dengan menggunakan dan memperhatikan variabel jarak, waktu tempuh dan aksesibilitas dari masing-masing kota, perkotaan di kabupaten Rembang termasuk dalam perkotan Orde I dan Orde II di Kawasan RATUBANGNEGORO, antara lain adalah Perkotaa Rembang yang mempunyai wilayah pengaruh hingga Kecamatan Kaliori, Sumber, Sulang, Bulu, Gunem, Pamotan, dan Sale. Sedangkan dan Perkotaan Lasem, wilayah pengaruhnya mencakup Kecamatan Pancur, Sluke, Kragan, Sedan, dan Sarang.
Kabupaten Rembang memiliki Kawasan Strategis Prioritas yang bekerja sama dengan Kabupaten Tuban, yng berlokasi di Kecamatan Jatirogo (Kabupaten Tuban) dan Kecamatan Sale (Kabupaten Rembang) yang biasa di sebut KSP Jatisale. Kawasan ini merupakan perbatasan antara Kecamatan Jatirogo (Kabupaten Tuban) dan Kecamatan Sale (Kabupaten Rembang). Kawasan ini merupakan kawasan strategis dalam pengembangan potensi pertanian dan hortikultura dengan penerapan konsep agropolitan, Pengembangan pertambangan galian C yang didukung oleh sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pertambangan, Pengembangan industri kecil berupa batu bata merah dan genteng, Pengembangan sentra kerajinan kayu/ pengolahan kayu yang didukung oleh prasarana pendukung berupa tempat pemasaran (pasar mebel), Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan pada pusat pertumbuhan Desa Sale dan Desa Jatirogo. Pengembangan prasarana perhubungan berupa terminal tipe C dan jalan kolektor primer (pada jalur lintas: Rembang–Sedan–Sale–Jatirogo–Bojonegoro; Blora–Jepon– Bogorejo–Kenduruan–Jatirogo–Bancar), Struktur pemanfaatan ruang kawasan straegis prioritas Jatisale untuk mendorong perkembangan kegiatan sosial ekonomi wilayah yang mempunyai fungsi budidaya.
Selain RATUBANGNEGORO juga melakukan kerjasama PAKUDJEMBARA, yaitu kerjasama dengan Kabupaten Pati, Kudus, Demak, Jepara, Blora dan Rembang. Yang merupakan kerjasama ekonomi daerah yang di fokuskan pada bidang Pariwisata. kerjasama ini untuk melengkapi keterbatasaan sumber daya, mempromosikan potensi daerah, mempercepat pencapaian prioritas pembangunan daerah serta memperluas jejaring dan mendorong peningkatan investasi serta menyerap tenaga kerja.
Peta IV.2. Kedudukan Kabupaten Rembang Terhadap Wilayah Sekitarnya
Analisis Karakteristik Fisik Wilayah Kabupaten Rembang
Karakter fisik merupakan penentu yang sangat vital bagi perencanaan wilayah, hal ini karena faktor fisik tidak dapat diubah oleh mansia. Sehingga segala kebijakan mengenai fisik harus dikups tuntas agar tidak ada masalah yang mengakibakan bencana alam dan musibah lainnya.
Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Kabupaten Rembang
Daya dukung Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungannya adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Keudian daya tampung adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
4.2.1.1. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis aspek fisik dan lingkungan dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah serta batasan potensi alam di kawasan perancanaan dengan menganalisis karakteristik sumber daya alam, menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat bencana.
Analisis aspek fisik dan lingkungan merupakan analisis daya dukung lingkungan hidup.analisis ini dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
1. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
Bukit/Perbukitan:
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang memperlihatkan relief baik halus maupun kasar, serta membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Secara lebih rinci, satuan morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga sub satuan, yakni :
Sub satuan morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5%- 15% dan memperlihatkan relief halus;
Sub satuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara 15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan
Sub satuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40% dan memperlihatkan relief kasar.
Datar/Dataran:
Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kelas lereng 0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua sub satuan, yakni: Sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan Sub satuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kelas lereng lebih dari 2% hingga 5%.
Tabel IV.1.
SKL Morfologi
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
untuk memilah bentuk bentang alam/ morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya.
Peta Morfologi
Peta Kemiringan Lahan
Pengamatan Lapang
Peta SKL Morfologi
Potensi & Kendala untuk tiap kelas Morfologi
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Maka dari hasil data dan pengamatan langangan didapatkan hasil analisis kemampuan lahan (SKL) morfologi sebagai berikut:
Tabel IV.2.
SKL Morfologi
Morfologi
Lereng
Hasil Pengamatan
Skl Morfologi
Nilai
Gunung / Pergunungan dan Bukit / Perbukitan
>40 %
Kemampuan lahan dari morfologi tinggi
1
Gunung / Pergunungan dan Bukit / Perbukitan
25–40%
Di Kecamatan Sale
Digunakan sebagai kawasan pertabnagan Kapur
Kemampuan lahan dari morfologi cukup
2
Bukit / Perbukitan
15- 25%
Di Kecamatan Sedan
Diperuntukan untuk pertanian
Kemampuan lahan dari morfologi sedang
3
Datar
2 - 15 %
Di Kecamatan Rembang
Digunakan sebagai kawasan permukiman
Kemampuan lahan dari morfologi kurang
4
Datar
0- 2%
Di Kecamatan Lasem
Digunakan sebagai kawasan permukiman
Kemampuan lahan dari morfologi rendah
5
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.3.
SKL Morfologi Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Morfologi
Tinggi
Kurang
Sedang
Cukup
Rendah
Jumlah
1
Sumber
0,00
0,00
0,00
4162,91
3603,00
7765,91
2
Bulu
1047,74
1663,46
2032,45
4600,66
963,00
10307,31
3
Gunem
743,94
1587,54
2561,98
2875,97
566,00
8335,42
4
Sale
273,87
633,65
2652,46
5465,61
2135,00
11160,59
5
Sarang
0,00
0,00
250,79
4400,28
4816,00
9467,07
6
Sedan
845,02
614,56
2099,25
2409,57
2836,00
8804,39
7
Pamotan
0,00
7,51
286,58
2631,00
5509,00
8434,09
8
Sulang
0,00
77,30
170,79
2665,49
5328,00
8241,57
9
Kaliori
0,00
0,00
0,00
0,00
6070,00
6070,00
10
Rembang
0,00
0,00
0,00
0,00
6015,00
6015,00
11
Pancur
761,43
1114,20
556,85
239,58
1825,00
4497,05
12
Kragan
924,88
872,90
221,37
1243,61
3779,00
7041,76
13
Sluke
785,54
1139,03
710,35
419,70
812,00
3866,63
14
Lasem
900,97
739,04
338,41
165,97
2285,00
4429,39
Jumlah
6.297,795
8.550,692
6.280,943
36.911,547
46.542,767
104.583,744
Persentase (%)
6,02 %
8,18 %
6,01 %
35,29 %
45,50 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.1.
Luasan SKL Morfologi (%)
Sumber : TabelIV.3
Dari hasil analisis didapatkan 45,50 % atau sekitar 46.542,767Ha wilayah Kabupaten Rembang memiliki kemampuan lahan dengan morfologi rendah dimana Kecamatan dengan luasan terbesar yaitu Kecamatan Kaliori yaitu 6.070Ha kemampuan morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah di kembangkan sebagai tempat permukiman dan budidaya. untuk Kemampuan lahan dengan morfologi Tinggi yaitu sebesar 6,02 % atau 6.297,795 Ha dimana Kecamatan dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Kragan dengan luas 924,88 Ha.Lahan dengan kondisi morfologi tinggi harus di perhatikan penggunaanya karena kemampuan pengembanganya sangat rendah dan sebaiknya di rekomendasikan sebagai kawasn lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan aktifitas manusia. Kabupaten Rembang di dominasi oleh kemampuan lahan rendah seluas 46.542,767 Ha dengan Kecamatan paling luas adalah Kecamatan Kaliori seluas 6.070 Ha.
Peta IV.3. SKL Morfologi.
2.Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan
Tujuan analisis satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di Kabupaten Rembang untuk digali/ dimatangkan dalam proses pembangunan/pengembangan kawasan. Dalam analisis ini data yang di butuhkan yaitu peta jenis tanah, kelerengan dan penggunaan lahan.
Tabel IV.4.
SKL Kemudahan di Kerjakan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/ pengembangan kawasan
Peta-peta: ·
Topografi
Morfologi
Kemiringan Lereng
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Peta SKL Kemudahan Dikerjakan
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Tabel IV.5.
SKL Kemudahan di Kerjakan
Morfologi
Lereng
HasilPengamatan
SKL
Nilai
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40 %
Surveilapangan
SangatSulit
1
Gunung dan Bukit/Perbukitan
25 – 40 %
Surveilapangan
Agaksulit
2
Bukit / Perbukitan
15 – 25 %
Survai lapangan
Cukup
3
Datar
2 – 15 %
Surveilapangan
Mudah
4
Datar
0 – 2 %
Surveilapangan
Sangat mudah
5
``Sumber :Permen PU No.20 Tahun 2007
Dari hasil analisis berikut didapatkan luas dan presentase Kemampuan lahan di Kabupaten Rembang :
Tabel IV.6.
Luasan Kemampuan Lahan Kemudahan dikerjakan (Ha)
No.
kecamatan
Sulit
Agak Sulit
Mudah
Sangat Mudah
Jumlah luas
1
Sumber
0,00
10,34
1368,40
6376,22
7754,96
2
Bulu
0,00
1195,82
4169,51
5039,46
10404,79
3
Gunem
0,00
922,99
3823,76
3613,11
8359,85
4
Sale
0,02
1620,91
6687,55
3810,57
12119,05
5
Sarang
0,00
1225,39
1105,47
8355,93
10686,79
6
Sedan
98,67
1854,76
2705,74
4832,00
9491,17
7
Pamotan
0,00
303,91
1116,84
7766,72
9187,47
8
Sulang
0,00
162,58
1713,40
6427,19
8303,16
9
Kaliori
0,00
15,56
0,00
6071,96
6087,52
10
Rembang
0,00
290,07
4,23
6011,36
6305,66
11
Pancur
214,69
1386,45
498,53
2435,51
4535,18
12
Kragan
282,40
3260,52
713,83
4635,46
8892,20
13
Sluke
196,71
1270,06
437,56
1961,83
3866,16
14
Lasem
282,40
3260,52
713,83
4635,46
8892,20
Jumlah
1.019,513
9.335,409
24.632,435
70.445,816
104.583,744
Persentase (%)
0,97 %
8,93 %
23,55 %
67,36 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.2.
Luasan SKL Lahan Kemudahan dikerjakan (%)
Sumber : Tabel IV.5
Dari hasil analisis didapatkan 67,36 % atau 70.455,816 Ha lahan di Kabupaten Rembang mempunyai tingkat kemudahan lahan di kerjakan sangat mudah dengan luasan paling besar adalah Kecamatan Sarang yaitu 8355,93Ha. Dalam hal ini artinya Kabupaten Rembang dalam pengembangan daerahnya mudah untuk dikerjakan khususnya dalam proses pembangunan/pengembangan kawasan maupun kegiatan lainnya. Sedangkan lahan dengan tingkat kemudahan lahan sangat sulit di dapatkan 0,97 % atau sekitar 1.019,513Ha dengan luasan paling besar yaitu Kecamatan Kragan seluas 282,40Ha. Kemudahan lahan sangat sulit menunjukan bahwa kelerengan stabil sehingga cocok untuk kawasan budidaya. Lahan dengan tingkat kemudahan agak sulit di dapatkan 8,93% atau 9.335,409 dengan luasan terbesar yaitu Kecamatan Kragan dan Kecamatan Lasem dengan luas 3260,52. Lahan dengan tingkat kemudahan lahan agak sulit dikerjakan karena kawasan tersebut diperuntukan untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Rembang
Peta IV.4. SKL Kemudahan Dikerjakan
3. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Peta lereng diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang dan peruntukannya banyak sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu wilayah. Demikian juga pengembangan jaringan utilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lereng ini. Peta ini memuat pembagian atau klasifikasi kelas lereng di wilayah dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa kelas. Berikut ini adalah adalah kelas lereng yang biasa dipakai dalam penyusunan rencana tata ruang: 1) Lereng 0 % - 2% 2) Lereng > 2% - 15% 3) Lereng >15% - 25% 4) Lereng > 25% - 40% 5) Lereng > 40% (Klasifikasi lereng dapat disesuaikan dengan kondisi lereng wilayah kegiatan).
Analisis satuan kemampuan lahan kestabilan lereng digunkanan untuk mengatahui wilayah mana saja dan berapa luasanya yang dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahanya dengan melihat kemiringan lereng dilahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerenganya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya.
Tabel IV.7.
SKL Kestabilan Lereng
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah/ kawasan pengembangan dalam menerima beban.
Peta-peta:
Topografi
Morfologi
Kemiringan Lereng
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Curah hujan
Karakteristik Air tanah dangkal
Data bencana alam
Peta SKL Kestabilan Lereng
Daerah lereng yang aman untuk dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan
Batasan pengembangan pada tiap tingkat kestabilan lereng
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Tabel IV.8.
Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng
Morfologi
Lereng
Ketinggian
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Gubnung / Pegunungan dan bukit / Perbukitan
>40 %
Tinggi
Semak,Belukar,
Ladang/tegalan
Kestabilan Lereng Rendah
1
Gubnung / Pegunungan dan bukit / Perbukitan
25 – 40 %
Cukup Tinggi
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Kestabilan Lereng Kurang
2
Bukit / Perbukitan
15 – 25 %
Sedang
Semua
Kestabilan Lereng Sedang
3
Datar
2 – 15 %
Rendah
Semua
Kestabilan Lereng Tinggi
4
Datar
0 – 2 %
Sangat Rendah
Semua
5
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007.
Tabel IV.9.
Luasan SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Kestabilan lereng
Rendah
Kurang
Sedang
Tinggi
Jumlah
1
Sumber
4800,64
78,98
2875,34
0,00
7754,96
2
Bulu
1418,53
4230,53
4332,24
217,27
10198,59
3
Gunem
1503,00
2329,03
4527,83
35,27
8395,12
4
Sale
2231,45
1745,75
7307,06
53,10
11337,37
5
Sarang
8057,60
51,11
1352,69
0,00
9461,40
6
Sedan
3051,32
1831,68
4065,69
56,84
9005,54
7
Pamotan
7269,63
147,46
1587,33
0,00
9004,43
8
Sulang
6390,012
116,4609
1747,873
0
8254,346
9
Kaliori
6071,96
0,00
0,00
0,00
6071,96
10
Rembang
6011,36
0,00
4,23
0,00
6015,59
11
Pancur
2498,81
1202,98
833,39
63,29
4598,48
12
Kragan
4778,22
1472,79
791,10
142,76
7184,87
13
Sluke
2106,68
1174,72
584,75
144,85
4011,01
14
Lasem
3109,05
723,41
596,89
0,55
4429,90
Jumlah
58.584,418
30.716,602
15.764,894
367,256
104.583,744
Persentase (%)
56,02 %
29,37 %
15,07 %
0,35 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Sumber : Tabel IV.7
Gambar IV.3.
Luasan SKL Kestabilan Lereng (%)
Dari hasil analisis diketahuai 56,02% atau sekitar 58.584,418 Ha wilayah Kabupaten Rembang memiliki kestabilan lereng yang rendah dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Bulu seluas 217,27Ha,Kestabilan lereng rendah yang dalam penggunaanya harus hati-hati karena kestabilan lereng rendah menandakan kondisi lahan tersebut tidak stabil dan tidak cocok untuk di kembangkan sebagai budidaya.Kestabilan lereng tinggi sebesar 0,35% atau 367,256Ha dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Sulang seluas yaitu 6390,012Ha. Kestabilan lereng tinggi yang dalam penggunaannyadapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya baik kawasan terbangun maupun kawasan tidak terbangun.
Peta IV.5. SKL Kestabilan Lereng
Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu.
Tabel IV.10.
SKL Kestabilan Pondasi
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.
a. Peta-peta:
Kestabilan Lereng
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
b. Karakteristik Air tanah dangkal
Peta SKL Kestabilan Pondasi dukung tanah
Deskripsi tingkat kestabilan pondasi
Perkiraan jenis pondasi untuk tiap tingkatan kestabilan pondasi
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Tabel IV.11.
SKL Kestabilan Pondasi
SKL Kestabilan Lereng
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Kestabilan lereng rendah
Semak,Belukar,
Ladang/tegalan
Daya Dukung dan Kestabilan Pondasi Rendah
1
Kestabilan lereng kurang
Semak,Belukar,
Ladang/tegalan
Daya Dukung dan ketabilan pondasi kurang
2
Kestabilan lereng sedang
Semak,Belukar,
Ladang/tegalan, kebun, sawah
3
Kestabilan lereng
Tinggi
Semua
Daya Dukung dan Kestabilan pondasi tinggi
4
Semua
5
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007.
Tabel IV.12.
Luasan SKL Kestabilan Pondasi Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Kestabilan Pondasi
Rendah
Kurang
Tinggi
Jumlah
1
Sumber
4358,99
3395,97
0,00
7754,96
2
Bulu
1003,50
9382,17
19,12
10404,79
3
Gunem
1468,38
6856,20
35,27
8359,85
4
Sale
1195,32
10035,98
53,04
11284,35
5
Sarang
6010,65
3450,75
0,00
9461,40
6
Sedan
2550,81
5827,16
570,72
8948,70
7
Pamotan
7139,26
1865,17
0,00
9004,43
8
Sulang
5860,96
2393,39
0,00
8254,35
9
Kaliori
6071,96
0,00
0,00
6071,96
10
Rembang
6005,98
9,60
0,00
6015,59
11
Pancur
7139,26
1865,17
0,00
9004,43
12
Kragan
4064,82
2060,60
916,69
7042,12
13
Sluke
1377,23
1922,15
566,77
3866,16
14
Lasem
2713,63
1350,56
365,15
4429,35
Jumlah
367,256
46.481,496
58.584,418
104.583,744
Persentase (%)
0,35 %
44,44 %
56,02 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.4.
Luasan SKL Kestabilan Pondasi (%)
Sumber : Tabel IV,9
Dari hasil analsis didapatkan sekitar 0,35 % atau 367,256 Ha wilayah Kabupaten Rembang dengan Kestabilan pondasi rendah dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Pamotan dan Pancur yaitu 7139,26Ha, untuk kestabilan pondasi kurang yaitu 44,44% atau 46.481,499Ha wilayah Kabupaten Rembang. Kestabilan pondasi rendah dan sedang yang menunjukan lahan tersebut tidak stabil untuk pondasi atau berbagai bangunan sehingga dalam pengunaan lahan tersebut harus hati-hati. Sedangkan untuk kestabilan pondasi tinggi yaitu sekitar 56,02% atau 58.584,418 Ha dengan luasan paling banyak yaitu Kecamatan Kragan seluas 916,69 Ha, untuk kestabilan pondasi tinggi menunjukan lahan tersebut stabil untuk pondasi atau berbagai bangunan sehingga dalam penggunaannya adapat digunakan sebagai kawasan budidaya atau kawasan terbangun.
Peta IV.6. SKL Kestabilan Pondasi
Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan air
SKL Ketersediaan air artinya baik atau tidaknya kemampuan air mengalir pada wilayah tertentu, kemampuan lahan ketersediaan air di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu morfologi wilayah, penggunaan lahan dan kelerengan. Semakin kompleks morfologi dan tinggi kelerengan suatu wilayah maka kemampuan lahan ketersediaan airnya semakin rendah sebaliknya semakin datar morfologi dan rendah kelerengan suatu wilayah maka ketersediaan airnya semakin tinggi.
Tabel IV.13.
SKLKetersediaan Air
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing- masing tingkatan, guna pengembangan kawasan.
Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Curah hujan
Data-data:
Hidrologi
Klimatologi
Peta SKL Ketersedian air & deskripsi tiap tingkatan
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Tabel IV.14.
SKL Ketersedian Air
Morfologi
Lereng
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Gunung/Pegunungan dan Bukit/perbukitan
>40 %
Semak,Belukar,
Ladang/tegalan
Ketersedian Air Sangat rendah
1
Gunung/Pegunungan dan Bukit/perbukitan
25 – 40 %
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Ketersediaan Air rendah
2
Bukit/Perbukitan
15 – 25 %
Semua
Ketersediaan air sedang
3
Datar
2 – 15 %
Semua
Ketersediaan Air Tinggi
4
Datar
0 – 2 %
Semua
5
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007
Tabel IV.15.
Luasan SKL Ketersedian Air Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Ketersedian air
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah
1
Sumber
0,00
78,98
2875,34
4800,64
7754,96
2
Bulu
222,14
4538,96
4442,42
1201,26
10404,79
3
Gunem
35,27
2329,03
4527,83
1467,73
8359,85
4
Sale
53,10
1745,75
7307,06
2178,43
11284,35
5
Sarang
0,00
51,11
1352,69
8057,60
9461,40
6
Sedan
56,84
1831,68
4065,69
2994,48
8948,70
7
Pamotan
0,00
147,46
1587,33
7269,63
9004,43
8
Sulang
0,00
116,46
1747,87
6390,01
8254,35
9
Kaliori
0,00
0,00
0,00
6071,96
6071,96
10
Rembang
0,00
0,00
4,23
6011,36
6015,59
11
Pancur
63,29
1202,98
833,39
2435,51
4535,18
12
Kragan
142,76
1472,79
791,10
4635,46
7042,12
13
Sluke
144,85
1174,72
584,75
1961,83
3866,16
14
Lasem
0,55
723,41
596,89
3108,50
4429,35
Jumlah
718,816
15.413,335
30.716,602
58.584,418
104.583,744
Persentase (%)
0,69 %
14,74 %
29,37 %
56,02 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.5.
Luasan SKL Ketersediaan Air (%)
Sumber : Tabel IV.9
Dari hasil analisis diketahuai 56,02 % atau sekitar 58.584,418Ha wilayah Kabupaten Rembang memiliki ketersediaan air yang tinggi dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Sarang seluas 8057,60 Ha, ketersediaan air sangat rendah sebesar 0,69 % atau 718,816Ha dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Bulu seluas yaitu 222,14 Ha. Namun secara keseluruhan kemampuan lahan ketersediaan air di Kabupaten Rembang tinggi, ketersediaan air di Kabupaten Rembang terpenuhi oleh waduk seperti waduk lodan, panohan dan dipenuhi oleh sumur rumah tangga.
Peta IV.7. SKL Ketersediaan Air
Satuan Kemampuan Lahan Drainase
Kemampuan lahan drainase Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir dari tempat satu ke tempat yang lain. Kemampuan lahan drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar, sedangkan kemampuan lahan drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang.
Tabel IV.16.
SKL Untuk Drainase
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari
Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Topografi
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Curah hujan
Data-data:
Hidrologi
Klimatologi
Peta SKL Drainase & deskripsi tiap tingkatannya
Tingkat kemampuan lahan dalam proses pematusan
Daerah -daerah yang cenderung tergenang di musim hujan
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Tabel IV.17.
SKL Kemampuan Lahan Drainase
Morfologi
Lereng
Ketinggian
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40 %
Tinggi
Semak,Belukar,
Ladang
Drainase
Tinggi
5
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25 – 40 %
Cukup Tinggi
Semak,Belukar,
kebun
4
Bukit /Perbukitan
15 – 25 %
Sedang
Semua
Drainase Cukup
3
Datar
2 – 15 %
Rendah
Semua
Drainase Kurang
2
Datar
0 - 2 %
Sangat Rendah
Semua
1
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007
Tabel IV.18.
Luasan SKL Drainase Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Untuk Drainase
Tinggi
Cukup
Kurang
Jumlah
1
Sumber
0,00
3045,89
4709,07
7754,96
2
Bulu
2580,55
7034,17
790,07
10404,79
3
Gunem
927,38
6846,64
585,83
8359,85
4
Sale
751,17
9409,89
1123,28
11284,35
5
Sarang
0,00
3060,94
6400,46
9461,40
6
Sedan
959,40
6098,90
1890,39
8948,70
7
Pamotan
80,23
2311,73
6612,46
9004,43
8
Sulang
81,43
2110,04
6062,87
8254,35
9
Kaliori
0,00
0,00
6071,96
6071,96
10
Rembang
0,00
9,60
6005,98
6015,59
11
Pancur
760,87
1715,66
2058,66
4535,18
12
Kragan
916,69
1792,96
4332,47
7042,12
13
Sluke
566,77
1505,07
1794,32
3866,16
14
Lasem
365,15
1202,27
2861,92
4429,35
Jumlah
16.132,151
30.716,602
58.584,418
104.583,744
Persentase (%)
15,43 %
29,37 %
56,02 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.6.
Luasan SKL Drainase (%)
Sumber : Tabel IV. 13
Dari hasil analsis didapatkan sekitar 15,43% atau 16.132,151Ha wilayah Kabupaten Rembang dengan Kemampuan Lahan Untuk Drainase Tinggi dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Bulu yaitu 2580,55 Haartinya daerah Kabupaten Rembang memiliki drainase yang aliran airnya mengalir dengan lancar, sedangkan untuk Kemampuan Lahan Drainase kurang yaitu sekitar 56,02 % atau 58.384,418 Ha dengan luasan paling banyak yaitu Kecamatan Pamotan seluas 6612,46Ha. Kemampuan lahan drainase kurang menunjukan bahwa aliran air sulit dan mudah meluap atau tergenang.
Peta IV.8. SKL Drainase
Satuan Kemampuan Lahan Erosi
Satuan Kemampuan Lahan Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah.
Tabel IV1.19.
SKL Terhadap Erosi
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui daerah- daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir.
Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Curah hujan
Data-data:
Hidrologi
Klimatologi
Peta SKL terhadap Erosi
Deskripsi / Gambaran batasan pada tiap tingkat kemampuan lahan terhadap erosi.
Daerah yang peka terhadap erosi dan perkiraan arah pengendapan hasil erosi tersebut pada bagian hilirnya.
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
Tabel IV.20.
SKL Kemampuan Lahan Erosi Kabupaten Rembang
Morfologi
Lereng
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40 %
Semak,
Belukar,
Ladang/tegalan
Erosi Tinggi
1
Gunung dan Bukit/Perbukitan
25 – 40 %
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
Erosi Cukup Tinggi
2
Bukit / Perbukitan
15 – 25 %
Semua
Erosi Sedang
3
Datar
2 – 15 %
Semua
Erosi Sangat Rendah
4
Datar
0 – 2 %
Semua
Tidak ada Erosi
5
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007
Tabel IV.21.
Luasan SKL Erosi Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Terhadaap Erosi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
1
Sumber
78,98
2875,34
970,79
3829,86
7754,96
2
Bulu
4761,11
4442,42
764,78
436,48
10404,79
3
Gunem
2364,30
4527,83
1128,27
339,47
8359,85
4
Sale
6,21
6,95
0,00
0,00
13,16
5
Sarang
51,11
1352,69
3115,18
4942,42
9461,40
6
Sedan
1888,52
4065,69
1912,99
1081,49
8948,70
7
Pamotan
147,46
1587,33
2023,10
5246,53
9004,43
8
Sulang
116,46
1747,87
1241,15
5148,86
8254,35
9
Kaliori
0,00
0,00
163,91
5908,04
6071,96
10
Rembang
0,00
4,23
451,42
5559,94
6015,59
11
Pancur
1266,28
833,39
858,33
1577,18
4535,18
12
Kragan
1615,55
791,10
1646,02
2989,44
7042,12
13
Sluke
1319,57
584,75
1088,49
873,35
1319,57
14
Lasem
723,96
596,89
1139,20
1969,31
4429,35
Jumlah
16.132,151
30.716,602
18.602,0491
39.902,369
104.583,744
Persentase (%)
15,43 %
29,37 %
17,86 %
38,15 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.7.
Luasan SKL Terhadap Erosi (%)
Sumber : Tabel IV.15
Dari hasil analsis didapatkan sekitar 15,43% atau 16.132,151Ha wilayah Kabupaten Rembang dengan kemampuan lahan Erosi tinggi dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Bulu yaitu 4761,11 Ha. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan lahan erosi tinggi tidak cocok untuk kawasan budidaya atau kawasan lahan terbangun dan dalam pengembangan lahan harus dilakukan dengan hati-hati, sedangkan kemampuan lahan erosi sangat rendah yaitu 38,15 % atau 39.902,369 Ha dengan luasan paling banyak Kecamatan Kalioriseluas 5908,04 Ha, kemampuan lahan erosi sangat rendah cocok untuk digunakan sebagai kawasan permukiman dan pertanian.
Peta IV.9. SKL Terhadap Erosi
Satuan Kemampuan Lahan Limbah
SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan limbah. Dalam SKL Limbah yang menjadi dasar pertimbangan antara lain kondisi morfologi, kelerengan, ketinggian, dan penggunaan lahan. Semakin kompleks kondisi morfologi, kelerengan dan ketinggian semakin tinggi maka kestabilan lahan untuk pembuangan limbah semakin kurang, sebaliknya semakin datar dan kelerengan dan ketinggian semakin rendah maka kestabilan lahan untuk pembuangan limbah semakin tinggi.
Tabel IV.22.
SKL Pembuangan Limbah
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui daerah- daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair
Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Topografi
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Curah hujan
Data-data:
Hidrologi
Klimatologi
Peta SKL Pembuangan Limbah
Prioritas lokasi penampungan akhir sampah dan pengelolaan limbah serta daya tampungnya, termasuk pengamanan lokasinya.
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
TabelIV.23.
SKL Kemampuan Lahan Limbah
Morfologi
Lereng
Ketinggian
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40 %
Tinggi
Semak,
Belukar,
Ladang/tegalan
Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah Kurang
1
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25 – 40%
Cukup Tinggi
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
2
Bukit / Perbukitan
15 – 25 %
Sedang
Semua
Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah Sedang
3
Datar
2 – 15 %
Rendah
Semua
Kemampuan lahan untuk pembunagn limbha cukup
4
Datar
0-2%
SangatRendah
Semua
5
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007.
Tabel IV.24.
Luasan SKL Limbah Kabupaten Rembang (ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKL Limbah
Kurang
Sedang
Cukup
Jumlah
1
Sumber
7754,96
0,00
0,00
7754,96
2
Bulu
5593,78
2072,37
2738,67
10404,81
3
Gunem
3440,35
2581,06
2338,44
8359,85
4
Sale
7607,84
2668,99
1007,52
11284,35
5
Sarang
9210,67
250,73
0,00
9461,40
6
Sedan
5350,39
2138,74
1459,57
8948,70
7
Pamotan
8710,34
286,58
7,51
9004,43
8
Sulang
7999,37
170,79
84,21
8254,37
9
Kaliori
6072,22
0,00
0,00
6072,22
10
Rembang
6015,96
0,00
0,00
6015,96
11
Pancur
2102,79
556,85
1875,77
4535,41
12
Kragan
5022,70
221,37
1797,78
7041,86
13
Sluke
1231,21
710,37
1924,62
3866,20
14
Lasem
2451,38
338,42
1640,18
4429,98
Jumlah
16.132,151
49.398,651
58.584,418
104.583,744
Persentase (%)
13,43 %
40,23 %
47,02 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.8.
Luasan SKL Limbah (%)
Sumber : Tabel IV.17
Dari hasil analsis didapatkan sekitar 13,43 % atau 16.132,151Ha wilayah Kabupaten Rembang dengan Kemampuan Lahan Pembuangan limbah Kurang dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Sarang yaitu 9210,67 Ha,kemampuan lahan pembuangan limbah kurang berarti lahan tersebut tidak cocok untuk dijadikan tempat pembungan limbah. Sedangkan untuk Kemampuan Lahan pembuangan limbah cukup yaitu sekitar 47,02 % atau 58.584,418Ha dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Bulu yaitu 2738,67 artinya kemampuan lahan pembuangan limbah cukup mampu atau cocok untuk dijadikan tempat pembuangan limbah.
Peta IV.10. SKLPembuangan Limbah
Satuan Kemampuan Lahan Rawan Bencana
SKL bencana alam yaitu tingkatan yang memperlihatkan potensi bencana alam di Kabupaten Rembang, kawasan atau lahannya yang potensi rawan bencana tinggi tentunya harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai kawasan budidaya. SKL rawan bencana merupakan pertampahan (Overlay) dari empat peta bencana alam, yaituRawan Longsor.
Tabel IV.25.
SKL Terhadap Bencana Alam
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/ mengurangi kerugian dan korban akibat bencana tersebut
Peta-peta:
Morfologi
Kemiringan Lahan
Topografi
Geologi
Geologi Permukaan
Penggunaan Lahan saat ini
Data-data:
Hidrologi
Klimatologi
Bencana Alam
Peta SKL terhadap bencana alam
Deskripsi tiap tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam (daerah rawan & kecenderungan terkena bencana serta bahaya ikutan dari bencana tsb.)
Batasan pengembangan (pola & pengamanan) pada tiap tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam
Sumber : Permen PU No. 20 Tahun 2007
TabelIV.26.
SKL Rawan Bencana
Morfologi
Lereng
Keting
gian
Pengunaan
Lahan
SKL
Nilai
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
>40 %
Tinggi
Semak,Belukar,
Ladang
Potensi Bencana Alam Tinggi
5
Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan
25 – 40%
Cukup Tinggi
Kebun, Hutan, Hutan Belukar
4
Bukit / Perbukitan
15 – 25 %
Sedang
Semua
Potensi Bencana Alam Cukup
3
Datar
2 – 15 %
Rendah
Semua
Potensi Bencana Alam Kurang
2
Datar
0 – 2 %
Sangat
Rendah
Semua
1
Sumber :Permen PU No.20/PRT/M/2007.
Tabel IV.27.
Luasan SKL Rawan Bencana Kabupaten Rembang (Ha)
No
Nama Kecamatan
Klasifikasi SKLRawan Bencana
Rendah
Cukup
Tinggi
Jumlah
1
Sumber
4800,64
2875,34
78,98
7754,96
2
Bulu
1201,26
4442,42
4761,11
10404,79
3
Gunem
0,00
155,87
201,58
357,45
4
Sale
2178,43
7307,06
1798,85
11284,35
5
Sarang
8057,60
1352,69
51,11
9461,40
6
Sedan
2994,48
4065,69
1888,52
8948,70
7
Pamotan
7269,63
1587,33
147,46
9004,43
8
Sulang
6390,01
1747,87
116,46
8254,35
9
Kaliori
6071,96
0,00
0,00
6071,96
10
Rembang
6011,36
4,23
0,00
6015,59
11
Pancur
2435,51
833,39
1266,28
4535,18
12
Kragan
4635,46
791,10
1615,55
7042,12
13
Sluke
1961,83
584,75
1319,57
3866,16
14
Lasem
3108,50
596,89
723,96
4429,35
Jumlah
58.584,418
30.716,602
16.132,151
104.583,744
Persentase (%)
56,02 %
29,37 %
15,43 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.9.
Luasan SKL Rwan Bencana (%)
Sumber : Tabel IV.19
Dari hasil analsis didapatkan sekitar 15,43% atau 16.132,151Ha wilayah Kabupaten Rembang dengan potensi rawan bencana Tinggi dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Bulu yaitu 4761,11 Ha, rawan bencana tinggi ini merupakan rawan bencana tanah longsor. Untuk potensi rawan bencana cukup yaitu 29,37 % atau 30.716,602 Ha dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Sale seluas 7307,06 Ha, sedangkan sisanya potensi rawan bencana rendah yaitu 56,02 % atau 58.584,418 Ha dengan luasan paling banyak Kecamatan Sarang 8057,60 Ha.Karena dari hasil analisis masih menunjukan adanya wilayah yang berpotensi tinggi maka untuk kedepannya wilayah yang berpotensi rawan bencana tinggi tidak diperbolekan adanya bangunan terbangun di wilayah ini. Potensi rawan bencana tinggi ini disebabkan oleh faktor kelerengan yang lebih dari 40 % dan rawan bencana tinggi yang ada di Kabupaten Rembang adalah rawan bencana tanah longsor.
Peta IV.11. SKL Rawan Bencana
Kemampuan Pengembanga Lahan
Dari 9 SKL diatas selanjutnya dapat dibuat analisis kemampuan lahan di Kabupaten Rembang yang di dapatkan dari penjumlahan nilai yang dikalikan dengan bobot yang merupakan hasil tumpang tindih berbagai peta SKL yang telah di buat sebelumnya.
Tabel IV.28.
Kemampuan Lahan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya.
Peta-peta hasil analisis SKL
Data-data:
Topografi
Geologi
Hidrologi
Klimatologi
Sumberdaya mineral/bahan galian
Bencana alam
Penggunaan Lahan
Studi yang ada
Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.29.
Kemampuan Lahan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya.
Peta-peta hasil analisis SKL
Data-data:
Topografi
Geologi
Hidrologi
Klimatologi
Sumberdaya mineral/bahan galian
Bencana alam
Penggunaan Lahan
Studi yang ada
Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan
Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.30.
Kelas Kemampuan Lahan
Total Nilai
Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi Pengembangan
32-58
Kelas a
Kemampuan pengembangan sangat rendah
59-83
Kelas b
Kemampuan Pengembangan rendah
84-109
Kelas c
Kemampuan pengembangan sedang
110-134
Kelas d
Kemampuan Pengembangan agak tinggi
135-160
Kelas e
Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.31.
Bobot Satuan Kemampuan Lahan
SKL Morfologi
SKL Kemudahan Dikerjakan
SKL Kestabilan Lereng
SKL kestabilan Pondasi
SKL Ketersediaan air
SKL Terhadap Erosi
SKL Untuk Drainase
SKL Pembuangan Limbah
SKL Bencana Alam
Kemampuan Lahan
Bobot 5
Bobot
1
Bobot 5
Bobot 3
Bobot 5
Bobot3
Bobot 5
Bobot0
Bobot 5
Total Nilai
Bobot x Nilai
5
1
5
3
5
3
25
0
25
72
10
2
10
6
10
6
20
0
20
84
15
3
15
9
15
9
15
0
15
96
20
4
20
12
20
12
10
0
10
108
25
5
25
15
25
15
5
0
5
120
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007.
Dari total nilai, dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin di dapat adalah 32, sedangkan nilai maksimum yang mungkin di dapat adalah 160. Dengan begitu, pengkelasan dari total nilai ini adalah :
Kelas a dengan nilai 32-58
Kelas b dengan nilai 59-83
Kelas c dengan nilai 84-109
Kelas d dengan nilai 110-134
Kelas e dengan nilai 135 - 160
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda seperti terlihat pada tabel berikut ini
Tabel IV.32.
Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Rembang
TotalNilai
KelasKemampuanLahan
Klasifikasi Pengembangan
59-83
Kelas b
Kemampuan Pengembangan rendah
84-109
Kelas c
Kemampuan Pengembangan sedang
110-134
Kelas d
Kemampuan Pengembangan agak tinggi
Sumber: Hasil Analisis Tim Studio II
Dari hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Rembang memiliki nilai kemampuan lahan yang sangat rendah dengan total nilai 72 yang masuk pada kemampuan lahan kelas b. Kemudian Kabupaten Rembang juga termasuk dalam kelas kemampuan lahan yang sedang dengan total nilai 94 dan 96 yang masuk pada kemampuan lahan kelas c dan ada juga yang masuk kedalam kemampuan lahan agaktinggi yaitu 108 dan 120 yang masuk pada kemampuan lahan kelas d. Pada kemampuan kelas ini diartikan bahwa wilayah Kabupaten Rembang memiliki lahan yang dapat dikembangkan untuk berbagai macam lahan.
Tabel IV.33.
Luasan Kemampuan Pengembangan Lahan (Ha)
No.
Kecamatan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Agak Tinggi
Jumlah luas
1
Sumber
0,00
3432,89
4800,64
7754,96
15988,49
2
Bulu
222,14
5096,68
1201,26
10404,79
16924,87
3
Gunem
35,27
5463,76
1467,73
8359,85
15326,62
4
Sale
53,10
8577,53
2178,43
11284,35
22093,42
5
Sarang
0,00
3453,81
8057,60
9461,40
20972,81
6
Sedan
56,84
5701,11
2994,48
8948,70
17701,13
7
Pamotan
0,00
2537,79
7269,63
9004,43
18811,85
8
Sulang
0,00
2387,56
6390,01
8254,35
17031,92
9
Kaliori
0,00
0,00
6071,96
6071,96
12143,91
10
Rembang
0,00
9,60
6011,36
6015,59
12036,55
11
Pancur
63,29
1265,47
2435,51
4535,18
8299,46
12
Kragan
142,76
1361,74
4635,46
7042,12
13182,08
13
Sluke
144,85
1169,35
1961,83
3866,16
7142,20
14
Lasem
0,55
991,76
3108,50
4429,35
8530,16
Jumlah
718.816
27.525.746
41.449.058
58.584.418
104.583.744
Persentase (%)
0,69 %
26,32 %
39,63 %
56,02 %
100 %
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Sumber : Tabel IV. 24
Gambar IV.10.
Luasan Kemampuan Pengembangan Lahan (%)
Dari tabel hasil analisis tersebut diketahui bahwa 1% lahan di Kabupaten Rembang mempunyai kemampuan pengembanganya sangat rendah dengan luas 718.816 Ha dan yang terluas berada di Kecamatan Bulu seluas 22.214Ha. Untuk kemampuan pengembangan lahan rendah sebesar 21% atau 27.525.746 Ha dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Sale seluas 8577,53 Ha, sedangkan kemampuan pengembangan lahan sedang yaitu sebesar 32% atau 41.449.058 Ha dengan luasan paling banyak adalah Kecamatan Sarang seluas 8057,60 Ha dan Untuk kemampuan pengembangan lahan Agak tinggi sebesar 46 % atau 58.584.418Ha.Karena hasil analisis menunjukan masih ada wilayah yang kemampuan lahanya sangat rendah jadi lebih baik wilayah dengan kemampuan lahan sangat rendah ini kemudahan dikerjakannya sulit, tingkat erosi tinggi yang dapat menyababkan terjadinya bencana tanah longsor, jadi dalam pembangunanya harus hati-hati.
Peta IV.12. Kemampuan Lahan
Penyimpangan Lahan antara Kemampuan Lahan dan Tata Guna Lahan
Penyimpangan lahan merupakan tindakan yang melanggar aturan dengan cara memakai atau menggunakan lahan milik orang kain atau lahan yang telah ditetapkan ketentuannya berdasarkan kesesuian lahan tersebut tanpa izin sehingga dapat membahayakan bagi lingkungan sekitar.
Tabel IV.34.
Luasan Overlay Kemampuan Lahan dan Tata Guna Lahan
No
Tata Guna Lahan
Peruntukan Kawasan (Ha)
Total
(Ha)
Rendah
Sedang
Agak Tinggi
1
Hutan
350,15
7,94
-
358,09
2
Permukiman
222,36
1.609,00
5.591,41
74.220,77
.3
Tegalan
12.700,94
9246,74
10.617,21
32.564,89
4
Air tawar
42,66
30,68
-
73,34
5
Sawah tadah hujan
1.052,20
9018,03
22.207,32
32.277,55
6
Semak / belukar
1.357,02
634,25
17,77
2.009,04
7
Sawah Irigasi
0,65
427,54
4.562,60
4.990,79
8
Kebun
11.983,48
8.217,63
3.080,29
23.281,4
9
Rumput
3,04
220,53
67,89
291,46
10
Penggaraman
-
-
768,58
768,58
11
Empang
-
-
935,69
935,69
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Dari analisis menggunakan overlay peta kemampuan pengembangan lahan dengan Tata Guna Lahan eksisting di Kabupaten Rembang dapat diketahui luasan–luasan penggunaan lahan di Kabupaten Rembang dari lahan dengan kemampuan pengembangan rendah, sedang sampai ahak tinggi seperti pada tabel.
Dari tabel terebut penyimpangan Kawasan Permukiman di Kawasan Lindung sebesar 22,36 Ha yang tersebar di Kecamatan Lasem, Sluke, Kragan, Gunem, dan Pancur. Yang mana Kawasan Permukiman terssebut suda ada sejak sebelum tahun 2009, namun meningkat hingga tahun 2014. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan rendah paling besar diperuntukan untuk kawasan Tegalan yaitu 12.700,94 Ha sedangkan penggunaan lahan agak tinggi paling besar diperuntukan untuk kawasan sawah tadah hujan yaitu 22.207,32 Ha. luasan–luasan penggunaan lahan di kabupaten dari lahan dengan kemampuan pengembangan rendah, sedang sampai ahak tinggi seperti pada tabel.
Peta IV.13. Penyimpangan lahan
4.2.1.2 Analisis Daya Dukung Dan Daya Tampung Lahan
4.2.1.2.1. Daya Dukung Lahan
Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Segala yang ada di bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia.Dalam keadaan alami,lingkungan dengan segala keanekaragaman ekosistem yang ada mampu menyeimbangkan keadaanya.Namun tidak tertutup kemungkinan kondisi demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia dengan segala aktivitasnya guna memenuhi kebutuhannya yang terkadang melampaui batas.Oleh karena itu analisis daya dukung lahan (Carrying capacity analysis) merupakan alat perencanaan pengembangan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk,penggunaan lahan dan lingkungan selain itu analisis ini juga dapat memberikan informasi tentang daya dukung yang dimiliki suatu daerah dalam mendukung proses pembangunan dan pengembangan daerah itu dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan yang dimiliki dan jumlah penduduk yang ada.
r
r
H.h.FCCR =
H.h.F
Keterangan :
CCR = Kemampuan daya dukung lahan
r = Hasil Produksi
H = Jumlah KK
h = Parameter jumlah penduduk yang tinggal
424.554170566.100%.0,5CCR =
424.554
170566.100%.0,5
= 0.004
1. CCR >1 artinya kualitas lahan masih memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok manusia dan masih mampu menerima tambahan pendudukpembangunan di wilayah tersebut .
2. CCR <1 artinya kualitas lahan sudah tidak memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok manusia dan sudah tidak mampu menerimatambahan penduduk pembangunan di wilayah tersebut. Diperlukanprogrampeningkatan produktivitas intensifikasi dan ekstensifikasi melalui perbaikanteknologi atau penekanan pertumbuhan penduduk.
3. CCR=1 artinya berdasarkan jumlah lahan daerah ini masih memiliki keseimbangan antara kemampuan lahan dan jumlah dan jumlah penduduknamun perlu diwaspadai bila pertambahan penduduk meningkat pesat makaakan terjadi penurunan daya dukung lahan.
Dalam perhitungannya nilai F dianggap 0,5 Ha yang artinya kebutuhan 1 kk yaitu0,5 Ha. Sedangkan nilai h dianggap 100% atau semua penduduk tinggal di kecamatantertentu karena data migrasi tidak didapatkan. Jumlah 1 KK dianggap 4 orang. Datayang diambil berdasarkan data tahun 2014
Hasil dariperhitungan yang ada adalah <1 yang berarti kualitas lahan sudah tidak memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok manusia dan sudah tidakmampu menerima tambahan penduduk pembangunan di Kabupaten Rembang
4.2.1.2.2. Daya Tampung Lahan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau kawasan dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Analisis ini dilakukan juga untuk memperoleh gambaran daya tampung lahan diwilayah dan/atau kawasan,memperoleh gambaran distribusi penduduk berdasarkan daya tampungnya dan memperoleh persyaratan pengembangan penduduk untuk daerah yang melampaui daya tamping.
Tabel IV.35.
Arahan Perkiraan Daya Tampung Lahan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau kawasan, dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan
Peta-peta:
Proyeksi jumlah penduduk
Standar kebutuhan air/hari/orang
Peta Perkiraan Daya tampung lahan
Persyaratan pengembangan berdasarkan daya tampung lahan
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.36.
Analisis Arahan Perkiraan Daya Tampung Lahan Perkotaan
No.
Tingkat Kesesuaian Lahan
Kemiringan Lahan
Lokasi
Luas (Ha)
Keterangan
1
Sangat sesuai (S1)
< 15 %
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Rembang
85.805 Ha
bukan daerah rawan banjir dan erosi.
2
Agak sesuai (S2)
<40 %
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Rembang kecuali Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Rembang
13.970 Ha
Daerah yang memiliki kelerengan yang cukup tinggi sehingga dapat berpotensi erosi
3.
Kurang Sesuai (S3)
>40%
Sebagian Kecamatan Bulu, Gunem, Sale, Lasem, Sluke, Kragan, Pancur, Sedan
4724 Ha
Merupakan daerah yang memiliki kelerengan terjalsehingga berpotensi terjadi erosi dan dapat digunakan untuk kawasan penyangga.
Total Luas
104.583,744 Ha
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007 danAnalisis Penyusun 2016
Keterangan :
Lw = Luas wilayah (hektar)
P = Jumlah penduduk non pertanian (jiwa)
H = Jumlah penduduk pertanian (jiwa)
P+H = Proporsi penduduk studi dengan jumlah penduduk keseluruhan
Dt = Daya tampung (jiwa)
0,01 = Kebutuhan lahan non pertanian (hektar/ jiwa)
0,03 = Kebutuhan lahan pertanian (hektar/ jiwa)
= 0,00533 Dt + 0.01377 Dt
= 0,0191 Dt
Dt = 5.475.589 jiwa
Dari hasil daya tampung di atas di dapat perkiraan daya tampung untuk wilayah Kabupaten Rembang adalah5.471.152 jiwa. Jika di bandingkan daya tampung dengan jumlah penduduk eksisting tahun 2014 sebesar 617.901 jiwa maka secara teoritis jumlah penduduk Kabupaten Rembang pada tahun 2014tidak melampui daya tampung lahan. Dan jika di bandingkan dengan jumlah proyeksi penduduk dalam masa perencanaan maka jumlah penduduk yang akan datang seimbang dengan daya tampung Kabupaten Rembang sekarang. Berdasarkan analisis daya tampung lahan Kabupaten Rembang, maka masih banyak lahan yang dapat dikembangkan dan pengembangannya tetap dibatasi agar tidak melampui daya tampung yang telah diperkirakan.
Analisis Kesesuaian Lahan
Penentuan Zona Lindung dan Zona Budidaya di Kabupaten Rembang berdasarkan pada SK. Menteri No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No.683/KPTS/UM/8/1982 tersebut menghasilkan suatu perwilayahan kelayakan lahan yang dapat dibudidayakan dan tidak dapat dibudidayakan (zona lindung). Ketentuan tersebut seperti pada tabel berikut.
Tabel IV.37.
Kriteria Dan Tata Cara Penetapan Kawasan Lindung Dan Budidaya
No
Fungsi Kawasan
Total Nilai Skor
1
Kawasan Lindung
>175
2
Penyangga
125-174
3
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
<125
4
Kawasan Budidaya Tanaman Semusim
<125
5
Kawasan Permukiman
<125
Sumber : SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982
Keterangan : Total nilai skor dari tiga faktor yang dinilai dari :
Kelas Kelerengan
Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi
Curah hujan rata- rata
Dalam menentukan fungsi kawasan, terdapat berbagai faktor yang harus diperhatikan, yaitu meliputi :
Kelas Kelerengan
Pendeskripsian mengenai nilai dari variabel kelas lereng dalam penentuan lahan budidaya dan non budidaya menurut dari proses ini didapat dari tingkatan kelas kelerengan lahan itu sendiri. Adapun klasifikasi mengenai kelas kelerengan adalah sebagai berikut :
Tabel IV.38.
Kelas Lereng Dan Skor
No
Kelas Lereng
Kelerengan(%)
Deskripsi
Skor
1
I
0-2
Datar
20
2
II
2-15
Landai
40
3
III
15-40
Agak Curam
60
4
IV
>40
Sangat Curam
80
Sumber : SK Mentan No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 863/KPTS/UM/1981
Tabel IV.39.
Nilai Skor Kelas Lereng di Kabupaten Rembang
No
Kelas Lereng
Lereng (%)
Deskripsi
Lokasi
Skor
1
I
0-2
Datar
Terdapat dii emua kecamatan
20
2
II
2-15
Landai
Kecamatan Sumber, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem
40
3
III
15-25
Agak curam
Kecamatan Sumber, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sulang, Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem
60
4
IV
25-40
Curam
Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sulang, Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke dan Kecamatan Lasem
80
5
IV
>40
Sangat Curam
Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem
100
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Jenis Tanah
Penilaian terhadap jenis tanah didasarkan pada kepekaan terhadap erosi. Berikut ini tabel mengenai kelas jenis tanah pada proses penentuan kawasan budidaya dan non budidaya.
Tabel IV.40.
Kelas Jenis Tanah
No
Kelas Tanah
Jenis Tanah
Deskripsi Terhadap Erosi
Nilai Skor
1
I
Alluvial, tanah clay, planosol, hidromorf kelabu, laterit air tanah
Tidak peka
15
2
II
Latosol
Kurang peka
30
3
III
Brown forest soil, non caltic brown, mediteran.
Agak peka
45
4
IV
Andosol, laterit, grumosol, podosol, podsolic.
Peka
60
5
V
Regosol, litosol, organosol, renzina.
Sangat peka
75
Sumber : SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982
Berdasarkan kondisi diatas, dapat diidentifikasi klasifikasi nilai skor terhadap jenis tanah di Kabupaten Rembang menurut SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982 adalah sebagai berikut.
Tabel IV.41.
Nilai Skor Jenis Tanah Di Kabupaten Rembang
No
Kelas Tanah
Jenis Tanah
Deskripsi Terhadap Erosi
Lokasi
Nilai Skor
1
I
Aluvial
Tidak Peka
Kecamatan Sumber, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sluke, Kecamatan Lasem,
Kecamatan Rembang
30
2
III
mediteran
Agak Peka
Kecamatan Bulu, Kecamatan sumber, Kecamatan gunem, Kecamatan sale, Kecamatan pamotan, Kecamatan sedan, Kecamatan sulang, Kecamatan sluke, Kecamatan pancur, Kecamatan lasem,
45
3
IV
Andosol
Peka
Kecamatan Sumber, Kecamatan Kaliori, Kecamatan lasem, Kecamatan pamotan, Kecamatan pancur, Kecamatan rembang, Kecamatan sulang,
60
4
IV
Grumusol
Peka
Kecamatan Sedan, Kecamatan sale. Kecamatan Kragan, Kecamatan Pancur, Kecamatan sarang, Kecamatan pamotan, Kecamatan bulu, Kecamatan gunem, Kecamatan pamotan, Kecamatan sulang, rembang, Kecamatan sumber,
60
5
V
Regosol
Sangat Peka
Kecamatan Kragan,Kecamatan Lasem,
Kecamatan Rembang, Kecamatan Sarang,Kecamatan Bulu, Kecamatan Sulang, Kecamatan, sumber
75
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Curah Hujan
Indonesia merupakan wilayah dengan iklim tropis basah sehingga faktor curah hujan merupakan faktor yang utama dalam penentuan iklim (keragaman dan fluktuasinya sangat tinggi). Karena dominasi faktor curah hujan tersebut maka ciri karakteristik dan potensi sumber daya agroklimat sangat dipengaruhi oleh curah hujan. Proses analisis dan klasifikasi curah hujan dilakukan secara temporal dan spasial. Seperti halnya analisis penentuan skor sebelumnya, dalam penentuan nilai skor terhadap intensitas curah hujan juga didasarkan pada SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982, dimana nilai skor untuk intensitas curah hujan ditetapkan sebagai berikut.
Tabel IV.42.
Kelas Curah Hujan
Kelas Lereng
Intensitas Hujan
(mm/ hari hujan)
Deskripsi
Nilai
1
0 -13,6
sangat rendah
10
2
13,6 - 20,7
Rendah
20
3
20,7 - 27,7
Sedang
30
4
27,7 - 34,8
Tinggi
40
5
>34,8
sangat tinggi
50
Sumber : SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982
Berdasarkan data hujan harian dan curah hujan di Kabupaten Rembang, didapatkan rata-rata intensitas curah hujan harian (mm/hari) yaitu menjadi 4 yaitu 17,28 mm/hari hujan, 19,75 mm/hari hujan, 22,22 mm/hari hujan, dan 24,69. Sehingga berdasarkan tabel tersebut di Kabupaten Rembang mempunyai nilai skor terhadap intensitas hujan yang dari rendah sampai sedang sdengan skor masing–msing 20 dan 30.
Dari perhitungan berdasarkan kelerengan, jenis tanah dan rata-rata intensitas hujan, maka diperoleh nilai skor klasifikasi fungsi lahan, baik fungsi lindung, penyangga dan budidaya. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel di Lampiran 1.Dari lampitan 1 tersebut, dapat dibagi menjadi 3 jenis kawasan, yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga dan kawasan budiya.
Kawasan Lindung
Kawasan Lindung merupakan kawasan yang berfungsi melindungi kawasan dibawahnya yang mencakup sumber daya alam,sumber daya buatan dan sejarah serta budaya bangsa.Kawasan lindung merupakan kawasan yang tidak bisa di ganggu gugat dengan cara apapun atau dengan kata lain kawasan lindung tidak dapat dirubah menjadi kawasan budidaya. Berikut adalah tabel luas kawasab lindung di Kabupaten Rembang;
Tabel IV.43.
Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Rembang (Ha)
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Luas Kawasan Lindung
1
Bulu
10.240
550,11
2
Gunem
8.020
546,33
3
Kaliori
6.150
0
4
Kragan
6.166
885,60
5
Lasem
4.504
900,97
6
Pamotan
8.156
0
7
Pancur
4.594
514,19
8
Rembang
5.881
-
9
Sale
1.071
39,11
10
Sarang
9.133
0
11
Sedan
7.964
579,63
12
Sluke
3.759
785,54
13
Sulang
8.454
0
14
Sunber
7.673
0
Jumlah
104.583,744
4.801,48
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Kabupaten Rembang memiliki beberapa kawasan lindung yang tersebar di hampir semua kecamatan, kecuali di Kecamatan Kaliori, Pamotan, Rembang, Sarang, Sulang dan Kecamatan Sumber. Kawasan lindung di Kabupaten Rembang tergolong kecil, sehingga lebih aman untuk melakukan pengembangan wilayah. Luas kawasan lindung di Kabupaten Rembang sekitar 4,47% dari luas wilayah.
Kawasan Penyangga
Kawasan Penyangga merupakan kawasan lindung yang dapat dirubah namun dengan syarat atau dengan kata lain kawasan penyangga dapat diubah namun harus dengan beberapa syarat. Berikut adalah tabel luas kawasab Penyangga di Kabupaten Rembang;
Tabel IV.44.
Luas Kawasan Penyangga di Kabupaten Rembang ( Ha )
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Luas Kawasan Penyangga
1
Bulu
10.240
6521,83
2
Gunem
8.020
7076,03
3
Kaliori
6.150
0
4
Kragan
6.166
1427,72
5
Lasem
4.504
1238,50
6
Pamotan
8.156
2755,52
7
Pancur
4.594
1870,53
8
Rembang
5.881
0
9
Sale
1.071
7585,16
10
Sarang
9.133
659,09
11
Sedan
7.964
5059,44
12
Sluke
3.759
2270,86
13
Sulang
8.454
314,01
14
Sunber
7.673
2041,73
Jumlah
104.583,744
38.820,42
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Kawasan Penyangga di Kabupaten Rembang berada di Hampir semua Kecamatan, Kecuali Kecamatan rembang dan Kecamatan Kaliori. Dengan luas sekitar 36,15% dari luas wilayah. Adanya Kawasan Penyangga diharapkan pengembangan wilayah dapat memenuhi pengembangan.
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yaitu kawasan dimana kawasan tersebut merupakan kawasan yang dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Berikut adalah tabel luas kawasab Budidaya di Kabupaten Rembang;
Tabel IV.45.
Luas Kawasan Budidaya di Kabupaten Rembang
No
Kecamatan
Luas Wilayah
Luas Kawasan Budidaya
1
Bulu
10.240
5614,58
2
Gunem
8.020
748,27
3
Kaliori
6.150
6076,07
4
Kragan
6.166
4748,60
5
Lasem
4.504
2301,18
6
Pamotan
8.156
5690,77
7
Pancur
4.594
2121,99
8
Rembang
5.881
6015,85
9
Sale
1.071
3784,58
10
Sarang
9.133
8823,65
11
Sedan
7.964
3187,74
12
Sluke
3.759
823,94
13
Sulang
8.454
8083,41
14
Sunber
7.673
5733,24
Jumlah
104.583,744
63.753,87
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Kabupaten Rembang memiliki luas wilayah budidaya sebesar 59,37% dari luas wilayahnya. Luas kawasan budidaya yang cukup luas ini menguntungkan untuk pengembangan kawasan. Sehingga pembangunan dapat dimaksimalkan.
Peta IV.14. Kesesuian Lahan
Penyimpangan Lahan anatara Kesesuaian Lahan dan Tata Guna Lahan
Penyimpangan lahan merupakan tindakan yang melanggar aturan dengan cara memakai atau menggunakan lahan milik orang kain atau lahan yang telah ditetapkan ketentuannya berdasarkan kesesuian lahan tersebut tanpa izin sehingga dapat membahayakan bagi lingkungan sekitar.
Tabel IV.46.
Luasan Overlay Kemampuan Lahan dan Tata Guna Lahan
No
Tata Guna Lahan
Peruntukan Kawasan (Ha)
Total
(Ha)
Lindung
Penyangga
Budidaya
1
Hutan
351,51
432,03
15,27
798,81
2
Permukiman
128,92
1.538,89
5.862,70
7.530,51
.3
Tegalan
2.168,68
14.705,79
15.850,12
32.724,59
4
Air tawar
-
0,11
73,34
73,45
5
Sawah tadah hujan
556,92
7.610,92
24.982,89
33.150,73
6
Semak / belukar
729,24
652,20
635,52
2.016,96
7
Sawah Irigasi
4.801,90
138,38
4.873,89
9.814,17
8
Kebun
862,92
13.592,31
9.699,61
24.154,84
9
Rumput
3,04
203,14
85,63
291,81
10
Penggaraman
-
-
768,64
768,64
11
Empang
-
-
937,69
937,69
Sumber : Hasil Analisis Tim III Studio 2
Dari analisis menggunakan overlay peta kesesuaian lahan dengan Tata Guna eksisting di Kabupaten Rembang dapat diketahui luasan – luasan penggunaan lahan di kabupaten dari peruntukan kawasan lindung, penyangga, dan budidaya.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan untuk kawasan lindung terbesar adalah sawah irigasi yaitu 4.801,90 Ha, penggunaan lahan untuk kawasan penyangga terbesar adalah tegalan yaitu 14.705,79 Ha, sedangkan untuk penggunaan lahan untuk kawasan budidaya terbesar adalah sawah tadah hujan yaitu 24.982,89 Ha.
Peta IV.15. Simpangan terhadap Kesesuaian Lahan
Arahan Tata Ruang Pertanian
Tabel IV.47.
Arahan Tata Ruang Pertanian
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Untuk mendapatkan arahan pengembangan pertanian sesuai dengan kesesuaian lahannya.
ATLAS Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia, skala 1:1.000.000 (Sumber: Departemen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Pusat Litbang Tanah & Agroklimat, 2001)
Peta Arahan Tata Ruang Pertanian
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Dari hasil arahan tata ruang pertanian maka pada Kabupaten Rembang terdiri dari beberapa klasifikasi yaitu :
Tabel IV.48.
Arahan Tata Ruang Pertanian Kabupaten Rembang
Kemampuan Lahan
Arahan Tata Ruang Pertanian
Kelas
Kemampuan Pengembangan
Klasifikasi
Nilai
Kelas b
Kemampuan lahan rendah
Kawasan Penyangga
2
Kelas c
Kemampuan lahan sedang
Tanaman Tahunan
3
Kelas d
Kemampuan lahan Agak Tinggi
Tanaman Setahun
4
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007 dan Analisis Tim Studio 20016
Dari tabel di atas diketahui bahwa kemampuan lahan pada Kabupaten Rembang masuk pada 3 kelas kemampuan lahan yaitu Kelas b yaitu kawasan penyangga yang mempunyai kemampuan pengembangan lahan rendah.Kelas c yaitu kawasan yang di gunakan untuk tanaman tahunan yang mempunyai kemampuan pengembangan lahan sedang,Kelas d yaitu kawasan yang di gunakan untuk tanaman setahun yang mempunyai kemampuan pengembangan lahan Agak tinggi. Dimana di Kabupaten Rembang untuk kawasan tanaman setahun tersebar Kecamatn Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan dan Kecamatan Sarang, sedangkan untuk tanaman tahunan tersebar di sebagian Kecamatan Sumber, Sulang, Sedan, Bulu, Gunem dan Sale.
Tabel IV.49.
Luasan Arahan Tata Ruang Pertanian (Ha)
No
Kecamatan
lindung
penyangga
tahunan
setahun
1.
Bulu
222.1
4539.0
4442.4
1201.3
2.
Gunem
35.3
2329.0
4527.8
1467.7
3.
Kaliori
0.0
0.0
0.0
6072.0
4.
Kragan
142.8
1472.8
791.1
4635.5
5.
Lasem
0.6
723.4
596.9
3108.5
6.
Pamotan
0.0
147.5
1587.3
7269.6
7.
Pancur
63.3
1203.0
833.4
2435.5
8.
Rembang
0.0
0.0
4.2
6011.4
9.
Sale
53.1
1745.8
7307.1
2178.4
10.
Sarang
0.0
51.1
1352.7
8057.6
11.
Sedan
56.8
1831.7
4065.7
2994.5
12.
Sluke
144.9
1174.7
584.8
1961.8
13.
Sulang
0.0
116.5
1747.9
6390.0
14.
Sumber
0.0
79.0
2875.3
4800.6
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil analisi diatas dapat disimpulakan bahwa Arahan Tata Ruang Pertanian sebagai lindung dengan luasan yang terbesar adalah Kecamatan Bulu yaitu 222.1 Ha, Arahan Tata Ruang Pertanian sebagai penyangga luasan terbesar adalah Kecamatan Bulu yaitu 4539.0 Ha, Arahan Tata Ruang Pertanian sebagai tanaman tahunan luaan terbesar adalah Kecamatan Sale yaitu 7307.1 H, sedangkan untuk Arahan Tata Ruang Pertanian sebagai tanaman tahunan luasan terbesar adalah Kecamatan sarang yaitu 8057.6 Ha
Peta IV.16. Arahan Tata Ruang Pertanian
Arahan Rasio Penutupan
Tabel IV.50.
Arahan Rasio Penutupan Lahan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui gambaran perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas lahan keseluruhan beserta kendala fisik pada tiap tingkatan
Peta-peta:
Klasifikasi Kemampuan Lahan
SKL untuk drainase
SKL Kestabilan Lereng
SKL terhadap erosi
SKL terhadap Bencana alam
Peta Arahan Rasio Penutupan Lahan
Batasan rasio tutupan lahan untuk tiap arahan serta persyaratan pengembangannya
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.51.
Analisis Rasio Penutupan Lahan
Arahan Rasio Penutupan
Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi
Nilai
Kelas b
Rasio Tutupan Lahan maksimal 10%
2
Kelas c
Rasio Tutupan Lahan maksimal 20%
3
Kelas d
Rasio Tutupan Lahan maksimal 30%
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007dan Hasil Analisis Tim 2014
Dari hasil analisis di atas di ketahui bahwa dengan kemampuan lahan pada kelas b,c dan kelas d, maka kelas b mempunyai arahan rasio penutupan lahan maksimal 10%, pada kelas c mempunyai arahan rasio penutupan lahan maksimal 20% dan pada kelas d mempunyai arahan rasio penutupan lahan maksimal 30 %. Batasan rasio penutupan yang seharusnya maksimal 30% belum sesuai dengan kondisi eksisting yang ada, karena pada kondisi eksisting Kabupaten Rembang permukiman dan bangunan-bangunan sarana perkotaan masih banyak mendominasi sehingga rasio penutupan yang maksimal 30% belum terdapat pada Kabupaten Rembang. Bahkan pada sebagian sempadan sungai yang ada pada Kabupaten Rembang sudah terdapat permukiman warga yang seharusnya pada kawasan lindung tidak terdapat bangunan-bangunan. Sehingga untuk pembangunan kedepannya dibutuhkan arahan-arahan pembatasan pengembangan permukiman maupun pengembangan sarana perkotaan.
Tabel IV.52.
Luasan Arahan Rasio Tutupan (Ha)
No
Kecamatan
Non Bangunan
Maks. 10 %
Maks.20%
Maks.30 %
1.
Bulu
5102.0
131.7
4498.7
1201.3
2.
Gunem
2379.6
14.0
4568.0
1485.9
3.
Kaliori
0.0
0.0
0.0
6080.3
4.
Kragan
1615.5
0.0
791.1
5140.2
5.
Lasem
728.6
0.7
597.9
3109.0
6.
Pamotan
147.5
0.0
1587.4
8410.6
7.
Pancur
1347.1
5.4
854.3
2511.1
8.
Rembang
0.0
0.0
4.2
6011.7
9.
Sale
1818.2
139.5
7582.0
2183.9
10.
Sarang
51.1
0.0
1601.8
8406.8
11.
Sedan
2060.5
53.7
4626.5
3372.3
12.
Sluke
1356.5
0.0
599.8
1966.1
13.
Sulang
130.3
5.4
1763.0
6390.0
14.
Sumber
79.0
0.0
2875.3
4800.7
Jumlah
16.815,839
250,444
31.950,061
61.089,539
Sumber : Hasil Analisis Tim III Studio II, 2016
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa 61.089,539 Ha wilayah Kabupaten Rembang mempunyai arahan rasio tutupan Maks. 30 % dengan luasan terbesar Kecamatan Pamotan yaitu 8410.6 Ha, untuk arahan rasio tutupan Maks.20% sebesar 31.950,061 Ha dengan luasan tebesar adalah Kecamatan Sale yaitu 7582.0 Ha, arahan rasio tutupan Maks.10 % sebesar 250,444 Ha dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Sale yaitu 139.5 Ha, sedangkan arahan rasio tutupan non bangunan sebesar 16.815,839 dari wilayah Kabupaten Rembnag dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Bulu yaitu 5102.0 Ha.
Peta IV.17. Arahan Rasio Tutupan
Arahan Ketinggian Bangunan
Tabel IV.53.
Arahan Ketinggian Bangunan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui gambaran daerah- daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi pada pengembangan kawasan
Peta-peta:
Klasifikasi Kemampuan Lahan
SKL Kestabilan pondasi SKL terhadap Bencana Alam
Pemanfaatan Lahan saat ini
Peta Arahan Ketinggian Bangunan
Batasan / persyaratan pengembangan bangunan tinggi
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.54.
Analisis Arahan Ketinggian Bangunan
Arahan Ketinggian Bangunan
Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi
Nilai
Kelas b
Non Bangunan
2
Kelas c
Bangunan < 4 lantai
3
Kelas d
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007dan Analisis Penyusun 2016
Dari hasil analisis di atas di ketahui bahwa arahan ketinggian bangunan pada Kabupaten Rembang masuk pada kelas b,c dan kelas d. Kelas b yang merupakan tidak ada arahan ketinggian bangunan (Non Bangunan), kelas c dan d yang merupakan arahan ketinggian bangunan <4 lantai. Hal ini disebabkan oleh kemampuan lahan pada Kabupaten Rembang yang masuk juga pada kelas b,c, dan kelas d yang mempunyai kemampuan lahan yang rendah hingga agak tinggi sehingga dapat di dirikan bangunan dengan ketinggian <4 lantai. Namun Pada Kondisi eksisting bahwa di Kabupaten Rembang masih terdapat bangunan yang melebihi 4 lantai tepatnya pada bangunan hotel Fave di Kecamatan Rembang.
Tabel IV.55.
Luasan Arahan Ketinggian Bangunan (Ha)
No
Kecamatan
Lindung (Non Bangunan)
<4 lantai
1.
Bulu
9930,20
1003,50
2.
Gunem
6958,50
1488,94
3.
Kaliori
0,00
6080,34
4.
Kragan
2977,29
4569,54
5.
Lasem
1556,73
2539,38
6.
Pamotan
1865,17
8280,34
7.
Pancur
2638,92
2078,98
8.
Rembang
9,60
6006,35
9.
Sale
10526,04
1197,55
10.
Sarang
3713,93
6365,26
11.
Sedan
7049,64
3063,52
12.
Sluke
2541,31
1381,05
13.
Sulang
2427,78
5860,96
14.
Sumber
3395,97
4359,05
Jumlah
55591,08
54274,76
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Dari hasil analisis didapatkan 54.274,76 Ha wialayah Kabupaten Rembang memiliki arahan ketinggian bangunan <4 lantai dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Pamotan yaitu 8280,34 Ha, sedangkan untuk arahan ketinggian bangunan lindung (non banguanan) sebesar 3.700,55 Ha dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Kragan yaitu 916.7 Ha.
Peta IV.18 Arahan Ketinggian Bangunan
Arahan Pemanfaatan Air Baku
Tabel IV.56.
Arahan Pemanfaatan Air Baku
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang
1. Peta-peta: · SKL Ketersediaan Air · Penggunaan Lahan saat ini
2. Data: · Hasil Perhitungan Ketersediaan Air
·
Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku
Kapasitas sumber -sumber air yang disarankan untuk dikembangkan ·
Gambaran prioritas pengembangan sumber- sumber air baku sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan, serta teknis pemanfaatannya
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Tabel IV.57.
Analisis Arahan Pemanfaatan Air Baku
Arahan Pemanfaatan Air Baku
Kelas Kemampuan Lahan
Klasifikasi
Nilai
Kelas b
Rendah
2
Kelas c
Cukup
3
Kelas d
Baik
4
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007dan Hasil Analisis Tim 2016
Dari hasil analisis di atas di ketahui bahwa pemanfaatan air baku pada Kabupaten Rembnag masuk pada kelas b,c, dan kelas d dengan kondisi pemanfaatan air baku rendah hingga baik. Ini di dapatkan dari hasil analisis SKL ketersediaan air dan kemampuan lahan pada Kabupaten Rembang, yang mana pada SKL ketersediaan air di Kabupaten Rembang berada pada ketersediaan air tinggi ini juga di pengaruhi oleh kelerengan wilayah Kabupaten Rembang yang 0-2 %. Dan pada kondisi eksisting, masyarakat Kabupaten Rembang masih banyak menggunakan air dari sumur-sumur dangkal maupun sumur-sumur dalam, air PDAM, serta terdapat waduk di Kabupaten Rembang seperti waduk Lodan dan Panohan.
Tabel IV.58.
Luasan Arahan Pemanfaatan Air Baku
No
Kecamatan
Baik
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
1.
Bulu
1201.26
4572.77
4936.27
223.39
2.
Gunem
9.09
0.00
0.00
0.00
3.
Kaliori
6080.34
0.00
0.00
0.00
4.
Kragan
5140.18
791.10
1472.79
142.76
5.
Lasem
3109.02
598.19
728.37
0.55
6.
Pamotan
8410.72
1587.33
147.46
0.00
7.
Pancur
2511.10
856.97
1286.54
63.29
8.
Rembang
6011.73
4.23
0.00
0.00
9.
Sale
2184.42
7651.54
1833.07
54.57
10.
Sarang
8437.18
1590.90
51.11
0.00
11.
Sedan
3508.08
4532.39
1974.25
98.44
12.
Sluke
1971.57
594.31
1211.60
144.87
13.
Sulang
6390.01
1765.73
133.00
0.00
14.
Sumber
4800.70
2875.34
78.98
0.00
Jumlah
61.244,600
31.993,648
16.204,493
763,142
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Dari hasil analisis diatas dapat didapatkan 61.224,600 Ha dari wialayah Kabupaten Rembang sebagai arahan pemanfaatan air baku dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Sarang yaitu 8437.18 Ha, padahal pada kawasan tersebut terjadi rawan bencana kekeringan. Arahan pemanfaatan air baku sangat rendah sebesar 763,142 Ha dengan luasan terbesar adalah Kecamatan Bulu yaitu 223.39 Ha
Peta IV.19. Arahan Pemanfaatan Air Baku
Persyaratan Dan Pembatasan Pengembangan
Tabel IV.59.
Arahan Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui persyaratan dan pembatasan pengembangan pada masing-masing arahan peruntukan, sesuai dengan potensi dan kendala fisiknya.
Peta-peta:
Semua SKL
Klasifikasi kemampuan lahan
Data:
Arahan Kesesuaian Lahan
Persyaratan dan Batasan pengembangan dari masing-masing arahan peruntukan lahan
Gambaran penanggulangan kendala fisik
Gambaran proporsi pengembangan perkotaan
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Kendala fisik dalam penegmbangan Kabupaten Rembang yang dilihat dari semua SKL, kalsifikasi kemampuan lahan dan arahan kesesuaian lahan adalah sebagai berikut:
Dalam analisis satuan kemampuan lahan (SKL) pada Kabupaten Rembang, yang memiliki nilai rendah yang menjadi kendala fisik dalam pengembangan adalah SKL Morfologi dan SKL Drainase. Yang artinya Kabupaten Rembang memiliki morfologi yang rendah sehingga aliran drainase tidak jelas antara dari hulu ke hilir yang dapat mengakibatkan drainase yang aliran airnya sulit dan mudah tergenang, sehingga dalam melakukan pengembangan harus memperhatikan kondisi drainase dan kondisi morfologi.
Dalam analisis kesesuaian lahan Kabupaten Rembang, yang menjadi kendala adalah arahan ketinggian bangunan. Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa ketinggian bangunan pada Kabupaten Rembang melebihi batas. Sehingga dalam pengembangan harus dilakukan pembatasan dalam pembangunan yang melebihi dari syarat bangunan yaitu < 4 lanati.
Evaluasi Penggunaan Lahan yang Ada Terhadap Kesesuaian Lahan
Tabel IV.60.
Arahan Evaluasi Penggunaan Lahan yang Ada
Terhadap Kesesuaian Lahan
Tujuan Analisis
Data yang dibutuhkan
Keluaran
Mengetahui penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dilihat dari hasil studi kesesuaian lahan ini
Peta-peta:
Penggunaan Lahan saat ini
Semua SKL
Klasifikasi Kemampuan Lahan
Data:
Arahan Kesesuaian Lahan
Persyaratan dan Pembatas pembangunan
Penyimpangan- penyimpangan penggunaan lahan yang ada saat ini dari kemampuan dan kesesuaian lahan.
Arahan-arahan penyesuaian dan pengembangan berikutnya
Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007
Penyimpangan-penyimpangan penggunaan lahan yang ada saat ini pada wilayah Kabupaten Rembang adalah:
Penyimpangan pada arahan ketinggian bangunan, yang mana pada analisis ini arahan ketinggian bangunan yang seharusnya ada pada Kabupaten Rembang adalah <4 lantai. Akan tetapi pada kondisi eksisting yang ada masih banyak bangunan-bangunan yang lebih dari 4 lantai. Contohnya pada bangunan hotel Fave di Kecamatan Rembang yang memiliki tinggi bangunan lebih dari 4 lantai.
Penyimpangan pada arahan rasio tutupan, yang mana pada analisis ini arahan rasio tutupan yang ada pada Kabupaten Rembang Maksimal 30 %. Akan tetapi pada kondisi eksisting yang ada, kondisi permukiman atau bangunan lebih banyak jika di bandingkan dengan lahan terbuka yang ada. Contohnya pada daerah aliran sungai (DAS) yang seharusnya tidak didirikannya bangunan namun kondisi eksisting terdapat bangunan.
Penyimpangan terhadap peralihan kawasan lindung menjadi pelebaran luas kawasan permukiman. Hal ini dapat dilihat dari sebagian Kecamatan Lasem, Sluke dan Kecamatan Kragan
Adapun arahan penyesuaian dan pengembangan kedepannya adalah :
Pembatasan terhadap pembangunan yang akan melebihi 4 lantai, karena dilihat dari kondisi geologi dan jenis tanah Kabupaten Rembang, dimana jenis tanah yang ada pada Kabupaten Rembang sebagian besar merupakan jenis tanah mediteran merah kuning dimana cocok digunakan untuk tegalan, sawah, kebun buah dan padang rumput, sehingga pada jenis tanah ini kurang sesuai jika pembangunan lebih dari 4 lantai pada Kabupaten Rembang tidak di batasi.
Membatasi jumlah pembangunan yang ada serta melakukan strategi pengolahan lahan yang diharapkan dapat meminimalisir dampak perubahan tutupan lahan.
Membatasi jumlah penduduknya dengan melakukan program KB,pemerintah merencanakan pembuatan rumah susun agar kawasan lindung tidak semakin menyempit dan tetap dipertahankan.
4.3. Analisis Karakteristik Ekonomi Wilayah Kabupaten Rembang
Analisis Kabupaten di wilayah Kabupaten Rembang,yaitu untuk mengetahui ekonomi basis wilayah kabupaten Rembang,analisis basis ini untuk menetukan sektur unggul,agak unggul,dan mudur pada Kabupaten Rembang.Selanjutnya untuk menentukan aliran pasar unggulan dan pola aliran komoditas unggulan yang gunanya untuk melihat sejauh mana Kabupaten Rembang memberikan kontribusinya selain di Kabupatennya sendiri maupun kabupaten sekitar.Analisis ini tujuannya untuk mengembangkan potensi yang berkembang di Kabupaten Rembang dan melihat dari seluruh aspek seperti infrastruktur seperti jalan,dan pasar apakah semua pergerakan ekonominya memadai atau tidak.
4.3.1. Analisis Basis Ekonomi Wilayah Kabupaten Rembang
Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.
Analisis Basis Ekonomi pada Kabupaten Rembang yaitu menentukan sektor basis dan sektor unggulan pada Kabupaten Rembang,dengan menggunakan rumus LQ dan Shift share.Menentukan terlebih dahulu menggunakan PDRB kabupaten Rembang dan PDRB Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan jangka waktu 2010 hingga 2014.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Penyumbang PDRB Kabupaten Rembang terbanyak ada pada sektor Pertanian,kehutanan dan perikanan yang setiap tahunnya terus meningkat walaupun tidak signifikan tetapi di tahun 2014 menurun,yaitu sekitar Rp 299.214.479,selanjutnya posisi PDRB yang kedua di Kabupaten Rembang yaitu ada Perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan reparasi motor,dari 2010 hingga 2014 perdagangan besar memberikan kontribusinya selama 5 tahun berturut-turut dengan terus bertahap dan tidak mengalami penurunan sama sekali,yaitu sekitar Rp 140.672.491,penyumbang PDRB yang ketiga ada pada industri pengolahan yaitu sekitar Rp 2,143,284.16.Sedangkan untuk hasil PDRB Provinsi Jawa Tengah pemberi kontribusi terbanyak di tahun 2012 hingga 2014 yaitu ada pada Pertanian,kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi sebanyak Rp 106,029,380.88 ditahun 2014 sedikit menurun karena tahun 2013 sekitar Rp 109,252,110.52 meskipun menurun tetapi tidak signifikan,selanjutnya penyumbang PDRB yang kedua ada pada Industri Pengolahan yaitu sekitar Rp 274,971,473.26 di tahun 2104 dan tidak mengalami penurunan,selanjutnya penyumbang kontribusi ketiga yaitu perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor memberikan kontribusi Rp 110,357,193.58.Dari hasil PDRB diatas kami tentukan dengan menggunakan metode LQ dan shift share apakah kontribusi terbanyak pada PDRB Kabupaten Rembang maupun Provinsi merupakan sektor unggulan atau basis.Berikut akan kami sampaikan perhitungan dengan menggunakan metode LQ dan Shift Share.
Berikut kami sajikan metode analisis kami :
LQ=s1/p1s2/p2
Dimana :
S1 yaitu Sektor PDRB dalam Kabupaten
S2 yaitu Sektor PDRB dalam Provinsi
P1 yaitu Nilai total PDRB Kabupaten
P2 yaitu Nilai Total PDRB Provinsi
Hasil LQ dapat diinterpretasikan dengan ketentuan jika
LQ > 1 : Basis
LQ < 1 : Non Basis
Berikut ini adala perhitungan analisis LQ Kabupaten Rembang Terhadap Provinsi Jawa tengah Tahun 2010-2014.
Tabel IV.61.
Hasil Perhitungan Analisis Loqation Quotient
Kabupaten Rembang Tahun 2014
Sektor
Kabupaten Rembang
Provinsi jawa tengah
LQ 2014
Keterangan
S1/P1 total
S2/P2 total
Pertanian,Kehutanan dan perikanan
0.19
0.15
1.29
Basis
Pertambangan dan Penggalian
0.03
0.01
3.05
Basis
Industri Pengolahan
0.19
0.35
0.53
Non Basis
Pengadaan Listrik dan gas
0.00085
0.11
7.72
Basis
Pengadaan air,Pengelolaan sampah,limbah dan Daur ulang
0.00059
0.00076
0.78
Non Basis
Konstruksi
0.07
0.10
0.74
Non Basis
Perdagangan Besar dan eceran,Reparasi mobil dan sepeda motor
0.14
0.15
0.94
Non Basis
Transportasi dan pergudangan
0.04
0.02
1.88
Basis
Penyediaan akomodasi makanan dan minuman
0.03
0.03
1.04
Basis
Informasi dan Komunikasi
0.01
0.04
0.309
Non Basis
Jasa keuangan dan asuransi
0.04
0.03
1.315
Basis
Real estate
0.01
0.02
0.511
Non Basis
Jasa perusahaan
0.00025
0.32
0.00078
Non Basis
Administrasi Pemerintahan,pertahanan dan jaminan sosial wajib
0.03
0.02
1.624
Basis
Jasa pendidikan
0.04
0.03
1.33
Basis
Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial
0.01
0.01
1.02
Basis
Jasa Lainnya
0.02
0.02
0.10
Non Basis
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa LQ > 1 merupakan sektor basis dan LQ < 1 adalah sektor non basis pada Kabupaten Rembang terhadap Provinsi Jawa Tengah.Sektor basis pada Kabupaten Rembang yang dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2014 sektor basis nya yaitu pertanian,kehutanan dan perikanan,pertambangan dan penggalian,sedangkan untuk non basis nya yaitu industri pengolahan,pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang,kontruksi,informasi dan komunikasi,real estate dan jasa perusahaan.
Selanjutnya Sektor unggulan Kabupaten Rembang dapat dihitung menggunakan analisis shift share. Dalam analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen pertumbuhan wilayah yakni Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN), komponen Pertumbuhan proporsional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW).
Komponen Pertumbuhan Nasional (KPN) merupakan komponen share dan sering disebut dengan national share. KPN adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yang mampu mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Sehingga dalam komponen ini dapat dilihat bagaimana pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional terhadap daerah. Contoh kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan kurs, pengendalian inflasi, dan masalah penggangguran serta kebijakan dalam perpajakan.
Komponen Pertumbuhan Proporsioanal (KPP) merupakan komponen proportioanal shift yaitu penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan wilayah. KPP adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh komposisi sektor dalam permintaan produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Sehingga penerapan KPP ini dapat mengukur perubahan relatif (naik/turun) suatu sektor daerah terhadap sektor yang sama di tingkat nasional atau dalam hal ini disebut juga pengaruh bauran industri (industri mix).
Apabila KPP bernilai positif (KPP>0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat.
Apabila bernilai negatif (KPP<0) pada wilayah/daerah yang berspesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW) merupakan komponen lokasional atau regional atau sisa lebihan. KPPW adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tersebut, adanya dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi, serta kebijakan lokal di wilayah tersebut.
Apabila KPPW bernilai positif (KPPW>0) pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif (kompartif advantage) di wilayah/daerah tersebut juga sebagai keuntungan lokasional.
Apabila KPPW bernilai negatif (KPPW<0) pada sektor yang tidak mempunyai keunggulan komparatif/ tidak dapat bersaing
Tabel IV.62.
Perhitungan Shift Share Kabupaten RembangTahun 2012-2014
No
Sektor
Kabupaten
Provinsi
Ri
Ri
Ra
PDRB 2012
PDRB 2014
PDRB 2012
PDRB 2014
Yo
Yt
Yo
Yt
Yit/yi
Yit/Yi
Yt/Yo
1.
Pertanian,Kehutanan dan perikanan
3,042,784.22
2,992,144.79
106,536,703.12
106,029,380.88
0.98
0.99
1.108
2.
Pertambangan dan penggalian
276,355.61
310,767.69
13,745,487.30
15,542,648.84
1.12
1.130
1.108
3.
Industri pengolahan
1,693,226.77
2,143,284.16
241,528,855.93
274,971,473.26
1.27
1.138
1.108
4.
Pengadaan listrik dan gas
7,924.66
9,201.67
751,160.19
836,739.65
1.16
1.114
1.108
5.
Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang
5,448.74
5,546.09
547,794.91
567,980.08
1.017
1.036
1.108
6.
Kontruksi
708,583.25
776,630.15
70,034,622.63
76,681,876.60
1.096
1.094
1.108
7.
Perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
1,310,768.41
1,406,724.91
101,058,608.68
110,357,193.58
1.073
1.092
1.108
8.
Transportasi dan pergudagangan
339,533.66
414,922.27
20,814,468.63
24,802,180.75
1.222
1.1915
1.108
9.
Penyediaan akomodasi dan makan minum
284,037.18
336,231.73
20,871,604.64
23,465,641.09
1.183
1.124
1.108
10.
Informasi dan komunikasi
112,696.95
145,336.04
24,690,219.27
30,130,161.63
1.29
1.2203
1.108
11.
Jasa keuangan dan asuransi
362,871.11
407,251.89
18,588,738.12
20,207,820.52
1.122
1.087
1.108
12.
Real estate
94,742.88
105,520.70
11,934,423.12
13,776,863.55
1.113
1.154
1.108
13.
Jasa perusahaan
22,547.27
28,188.71
2,087,130.46
2,534,615.61
1.250
1.214
1.108
14.
Administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
380,889.43
386,621.53
20,373,579.95
21,075,646.55
1.015
1.03
1.108
15.
Jasa pendidikan
365,528.95
486,880.24
22,760,883.69
27,466,220.07
1.331
1.206
1.108
16.
Jasa kesehatan dan kegiatan social
94,360.92
120,619.36
4,959,375.94
5,907,510.61
1.278
1.191
1.108
17.
Jasa lainnya
174,863.25
206,282.10
10,055,072.38
11,917,818.01
1.179
1.185
1.108
JUMLAH
19.70886483
19.21185204
Sumber : Analisis Penyusun 2016Lanjutan Tabel
No
Sektor
PN
PP
PPW
PB
Ra-1
Ri-Ra
ri-Ra
PP+PPW
1.
Pertanian,kehutanan dan perikanan
0.108381285
-0.113143233
-0.125023751
-0.238166984
2.
Pertambangan dan penggalian
0.108381285
0.022364282
0.016139726
0.038504008
3.
Industri pengolahan
0.108381285
0.030080917
0.157417365
0.187498282
4.
Pengadaan listrik dan gas
0.108381285
0.005548421
0.052762536
0.058310958
5.
Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang
0.108381285
-0.071533243
-0.09051477
-0.162048013
6.
Konstruksi
0.108381285
-0.01346746
-0.012348956
-0.025816416
7.
Perdagangan Besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
0.108381285
-0.016369481
-0.03517499
-0.051544471
8.
Transportasi dan Pergudangan
0.108381285
0.083202376
0.113654462
0.196856838
9.
Penyediaan akomodasi dan makan minum
0.108381285
0.015904149
0.075378284
0.091282433
10.
Informasi dan Komunikasi
0.108381285
0.111946542
0.181503135
0.293449676
11.
Jasa keuangan dan asuransi
0.108381285
-0.021281107
0.013923243
-0.007357864
12.
Real estate
0.108381285
0.045999066
0.005377342
0.051376408
13.
Jasa perusahaan
0.108381285
0.106020813
0.141823728
0.247844541
14.
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
0.108381285
-0.073921627
-0.093332036
-0.167253663
15.
Jasa Pendidikan
0.108381285
0.098347787
0.223606892
0.321954679
16.
Jasa kesehatan dan kegiatan social
0.108381285
0.082798952
0.169895357
0.252694309
17.
Jasa lainya
0.108381285
0.076873038
0.071295405
0.148168443
Sumber : Analisis Penyusun 2016Lanjutan Tabel
Lanjutan....
No
Sektor
PN
PP
PPW
PB
Ra-1
Ri-Ra
ri-Ra
KPP+KPPW
1.
Pertanian,kehutanan dan perikanan
10.84%
-11%
-13%
-24%
2.
Pertambangan dan penggalian
10.84%
2%
2%
4%
3.
Industri pengolahan
10.84%
3%
16%
19%
4.
Pengadaan listrik dan gas
10.84%
1%
5%
6%
5.
Pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang
10.84%
-7%
-9%
-16%
6.
Konstruksi
10.84%
-1%
-1%
-3%
7.
Perdagangan Besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
10.84%
-2%
-4%
-5%
8.
Transportasi dan Pergudangan
10.84%
8%
11%
20%
9.
Penyediaan akomodasi dan makan minum
10.84%
2%
8%
9%
10.
Informasi dan Komunikasi
10.84%
11%
18%
29%
11.
Jasa keuangan dan asuransi
10.84%
-2%
1%
-1%
12.
Real estate
10.84%
5%
1%
5%
13.
Jasa perusahaan
10.84%
11%
14%
25%
14.
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
10.84%
-7%
-9%
-17%
15.
Jasa Pendidikan
10.84%
10%
22%
32%
16.
Jasa kesehatan dan kegiatan social
10.84%
8%
17%
25%
17.
Jasa lainya
10.84%
8%
7%
15%
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Dari tabel di atas dapat dapat dilihat pada kolom PP Sektor yang nilainya negatif adalah pertanian,kehutanan dan perikanan,pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang,Konstruksi,Perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor,dikarenakan sector tersebut pertumbuhannya yang lambat,yang berarti pendapatan daerah juga berkurang.Sedangkan sebelas sektor lainnya nilainya positif yang berarti enam sektor tersebut pesat pertumbuhannya. Sementara itu PPW yang bernilai negatif yaitu juga pertanian,kehutanan dan perikanan,pengadaan air,pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang,Konstruksi,Perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor.
PB>0Kemudian untuk mengenali sektor unggul,agak unggul,mundur dan agak mundur akan disajikan tabel:
PB>0
LQ<1LQ>1
LQ<1
LQ>1
Agak Unggul
Jasa keuangan dan asuransi
Unggul
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Pengadaan listrik dan gas
Transportasi dan pergudangan
Penyediaan akomodasi dan makan minum
Jasa Kesehatan
Jasa Pendidikan
Agak Mundur
Tidak adanya sector mundur karena tidak ditemukan KPPW yang bersifat negativ dan KPP positif.
Mundur
Pertanian,kehutanan dan perikanan
Pengadaan air,Pengelolaan sampah,limbah dan daur ulang
Konstruksi
Perdagangan besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor.
Administrasi pertahanan dan jaminan social wajib
PB<0
PB<0
Dari hasil tabel diatas bahwa Kabupaten Rembang tidak terdapat sector unggul tetapi yang agak unggul diantaranya yaitu pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,pengadaan listrik dan gas, dan lain-lain,mengapa disebut sektor agak unggul karena dari hasil analisis shift share dari penghitungan PP dan PPW menyatakan bahwa jika hasilnya positif(+)maka sektor dinyatakan unggul atau agak unggul sedangkan negatif(-)maka sektor mundur atau agak mundur. Sedangkan yang mundur pertanian,kehutanan dan perikanan yang dikarenakan nilai produksi yang menurun meskipun tidak signifikan dan curah hujan yang rendah oleh, konstruksi tetapi sektor mundur ini bukan berarti tidak ada kemajuan dalam sektor tersebut melainkan sektor tersebut memberikan kontribusi terbanyak pada Kabupaten Rembang meskipun sektor mundur akan tetapi nantinya sektor ini akan berkembang pesat dengan tetap memberikan kontribusi yang tetap/relatif tetapi terus berkembang.
4.3.1.1 Analisis Pasar Unggulan dan Pola Aliran Komoditas Unggulan
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sektor yang unggul pada Kabupaten Rembang,dengan mengidentifikasi asal impor bahan baku,menginventarisasi wilayah-wilayah tujuan produksi pasar.
Sektor Unggulan pertanian
Dari data lahan pertanian di Bab III, Kecamatan Kaliori memiliki lahan sawah yang luas dengan 3633 Ha. Meskipun memiliki luas lahan sawah yang luas tetapi dari hasil PDRB bahwa kaliori tidak memberikan kontribusinya terhadap kabupaten rembang. Sedangkan menurut PDRB pemberi kontribusi pertanian terbanyak yaitu kecamatan sumber sebesar 57,41 %. Hal ini bisa terliat jelas bahwa luas lahan kecamatan sumber ada 2950 Ha, perbandingannya terlihat jauh dari luas lahan pertanian kaliori. Menurut analisis kami bahwa hal ini di hubungkan dengan hari hujan, curah hujan, jenis sawa, kemiringan tanah, tekstur tanah, ketinngian air laut. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian kami menemukan di kecamatan sumber sawah irigasi terdapat 177 lahan pertanian dan jenis sawah tadah hujan terdapat 2773 lahan pertanian. Jenis sawah tadah hujan lebih banyak di kecamatan sumber karena hari hujan terdapat 67 hari dan curah hujan sekitar 186, di bandingkan dengan sawah irigasi sumber menghasilkan sedikit hasil pertanian karna tidak mengandalkan air hujan. Untuk testur tanah di kecamatan sumber jenis tanah halus terdapat 5115 Ha dan jenis tanah sedang terdapat 1861 Ha. Hal ini jelas juga mempengaruhi kesuburan lahan pertanian. Untuk ketinggian air laut di kecamatan sumber ketinggian dari 8-100 meter ada sekitar 7443 Ha, ketinggian air laut pun juga mempengaruhi lahan pertanian karena air laut tidak bisa di gunakan untuk irigasi sawah. Kemiringan tanah di kecamatan sumber rata-rata ada di dataran tinggi terdapat 4454 Ha. Sedangkan untuk kecamatan kaliori sawa irigasi terdapar 2433 Ha dan tada hujan sekitar 1200 Ha, hal ini berhubungan dengan kemiringan tanah yang terdapat di kecamatan kaliori dengan kemiringan hanya 6091 Ha lahan pertanian, maka dengan kemirinagn lahan di dataran rendah maka hari hujan dan curah hujannya sedikit di bandingkan dengan kecamatan Sumber, dan ketinggian air laut di Kaliori pun sekitar 0-7 meter yang mempengaruhi hasil kesuburan tanah.
Di beberapa lokasi juga menjadi pusat komoditas unggulan seperti Kecamatan Kaliori sebagai pusat beras dan bandeng, Kecamatan Sumber sebagai pusat bawang merah dan jeruk serta cabai merah, Kecamatan Sulang sebagai pusat pembuatan gula dan siwalan, Keecamatan Rembang sebagai pusat terasi, Kecamatan Lasem memounyai produk unggulan beras, pamotan sebagai pusat madu, bawang merah, gula, tebu, dan beras, Kecamatan Gunem sebagai pusat penghasil ketela dan pepaya, Kecammatan Pancur sebagai pusat penghasil jeruk dan pepaya, Kecamata Sluke sebagai pusat penghasil pepaya dan pisang, kemudian Kecamatan Kragan penghasil melon, Kecamatan Sarang penghasil sawo dan cabai, Kecamatan Sedan penghasill Kelapa degan, serta Kecamatan Sale pusat penghasil beras organik.
2.Sektor Unggulan Pertambangan dan Penggalian
Kabupaten Rembang memiliki hasil pertambangan yang ada di beberapa kecamatan.Pertambangan di Kabupaten Rembang ini tersebar di beberapa kecamatan rembang.Dalam mengelola pertambangan ini hampir semua dalam pengolahannya memiliki Ijin khusus untuk melakukan penggalian dan hasil dari penggalian diantaranya:
.Pasir Kwarsa(SiO) gunanya sebagai bahan baku industri kermik,semen dan industry lain seperti cat,karet,gerinda,logam dan bata tahan api.
Batu kapur(CaCO3)gunanya sebagai bahan baku semen portlaind,kapur tohor,kapur padar dan bahan bangunan dan industri lain seperti baja,kertas,pupuk,keramik dll.
Dolomit(CaMg(CO3)2)gunanya sebagai indutri pupuk,bata tahan api, bahan bangunan dan industri kimia lainnya.
Pospat(P2O5)gunanya bahan pemutih atau pemutioh untuk industri kertas,cat,gelas,plastic,karet,pasta gigi dan industri kimia lainnya.
Kalsit(CaCO3)gunanya sama dengan Pospat.
Karena Rembang juga terkenal dengan hasil penggalian maka hasil galian bisa dijadikan bahan baku pembuat semen.Penghasil pertambangan penggalian C tersebar di beberapa Kecamatan yaitu :
Tabel IV.63.
Bahan Galian dan Penyebaran Lokasi Pertambangan di Kabupaten Rembang
No
Bahan Galian
Penyebaran/lokasi
1.
Pasir kuarsa
Lasem,Sluke,Sedan,Bulu,Sarang,Sale,Gunem
2.
Pospat
Pamotan,Gunem,Sale
3.
Batu gamping
Sarang,Sedan,Pamotan,Sale,Gunem,Bulu,Sumber
4.
Dolomit
Gunem
5.
Kalsit
Pamotan,Sale,Gunem,Sumber,Bulu
6.
Andesit
Sluke,Sedan,Lasem,Kragan,Pancur,Gunem,Sale
7.
Tras
Sluke,Pancur,Kragan,Gunem,Sale
8.
Batubara
Sale,Gunem,Pamotan, Sarang,Lasem Dan Sedan
9.
Lignit
Sale,Gunem,Pamotan,Sarang,LasemDan Sedan
10.
Tanah liat
Sluke,Sedan,Kragan,Lasem, Bulu,Sumber,Gunem Dan Sale
11.
Ball clay
Sarang,Sedan,Gunem,Bulu Dan Sale
12.
Gypsum
Sedan,Gunem,LasemSarang
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Yang hasil diatas telah dikontrak oleh beberapa CV diantaranya yaitu CV Alam mega putih(batu kapur),CV andesit tras makmur(batu tras),CV driji kencana(marmer),CV batu permata(pasir kwarsa),CV Mitra sukses(batu gamping),CV sinsantuk(batuan Tras),CV sumilir jaya(batuan tras),CV Wahyu manunggal(batu kapur) dan PT Sinar asia fortuna(batu gamping).
3.Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri di beberapa wilayah menentukan kemajuan ekonomi di wilayah tersebut.Industri terdapat 3 jenis yaitu industri sedang,menengah dan besar.Kabupaten Rembang terdapat beberapa industri yang tersebar di beberapa kecamatan antara lain yaitu:
Tabel IV.64.
Jumlah Industri di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No
Kecamatan
Jumlah industri
Jumlah Tenaga kera
1.
Rembang
1213
2054
2.
Sedan
655
1007
3.
Pamotan
637
1321
4.
Pancur
619
566
5.
Kaliori
388
420
Sumber :Rembang dalam angka 2015
Tabel IV.65.
Produksi dan Luas Tambak Garam Menurut Kecamatan
di Kabupaten Rembang Tahun 2015
No
Kecamatan
Luas Lahan Potensi(Ha)
Luas Lahan Produksi(Ha)
Potensi Pengembangan (Ha)
Jumlah Produksi (Ton)
1.
Sumber
-
-
-
-
2.
Bulu
-
-
-
-
3.
Gunem
-
-
-
-
4.
Sale
-
-
-
-
5.
Sarang
63,79
53,13
10,66
3281,00
6.
Sedan
-
-
-
-
7.
Pamotan
-
-
-
-
8.
Sulang
-
-
-
-
9.
Kaliori
896,25
329,67
568,58
669981,76
10.
Rembang
310,77
117,56
193,21
15038,10
11.
Pancur
-
-
-
-
12.
Kragan
-
-
-
-
13.
Sluke
66,90
53,45
13,45
2517,50
14.
Lasem
397,05
241,45
155,60
19302,73
Kab.Rembang 2014
2013
2012
2011
2010
1736,76
1467,61
1696,24
-
-
795,26
404,56
1622,42
-
-
941,50
439,45
73,82
-
-
107121,09
163464,37
140201,00
-
-
Sumber:KDA Kabupaten Rembang
Dari hasil analisa diatas, karena jenis industri dibagi 3 jenis :
Indutri besar terdapat di kecamatan rembang dengan penghasil industri
-Klaster industri kawis
-Klaster industri garam
Industri menengah terdapat di kecamatan Sedan dan Pamotan dengan hasil industri
-Industri basis pertanian dan pertambangan
-Industri gula
Indutri kecil/ mikro terdapat di kecamatan Pancur dan kaliori dengan hasil industri
-Indutri basis pertanian
-Klaster industri mabelair
-klaster indutri batik,
-klaster bordir
-klaster batik
-klaster perikanan
Terdapatnya pasar unggulan pada Kabupaten Rembang seperti pertanian,perikanan dan Industri pengolahan dan jumlah tenaga kerja yang terdapat di kabupaten Rembang dapat dikategorikan cukup,dan berkembangnya sektor unggulan di kabupaten Rembang. Dilihat dari tabel PDRB kabupaten Rembang dari tahun 2010-2014 tiap tahun menunjukkankenaikan yang cukup signifikan dapat membantu meningkatkan perekonomian di Kabupaten Rembang.Semakin meningkatnya kebutuhan penduduk dalam hal ekonomi baik barang dan jasa oleh karenanya kegiatan dalam mengembangkan sektor unggulan yang tersebar di beberapa kecamatan diKabupaten Rembang nantinya akan semakin meningkat.Lokasi yang menjadi hasil Sektor unggulan diatas dikirimkan di beberapa wilayah bahkan hingga ke kabupaten tetangga. Diantaranya Kabupaten Tuban yang hasil dari pemasokannya berupa pertambangan dan penggalian yang dikirim ke semen gresik.Selanjutnya Kabupaten Pati dengan pemasok industri berupa pertaniansekitar 11,25 ton yang berupa kacang dan jagung. Kitra ketahui bahwa dipati terdapat pabrik kacang garuda dan kacang dua kelinci.Terakhir kabupaten Jepara yang merupakan pemasok hasil tambang berupa batu kapur dengan memberikan pasokan sekitar 3000ton.Semakin bertambahnya kebutuhan pendudukmaka untuk mendukung kegiatan perekonomian.
Kabupaten Rembang menyiapkan prasarana pengembangan jalan yang memadai dan lebih baik untuk meningkatkan keuntungan di bidang ekonomi.Pengembangan Jalan bebas hambatan di Jalan tol sepanjang Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-perbatasan Jawa Timur melalui Kecamatan Kaliori-Kecamatan Rembang-Kecamatan Lasem-Kecamatan Sluke-Kecamatan Kragan-Kecamatan Sarang dengan kondisi baik.Seluruh pengembangan jalan yang dilalui ini nantinya diharapkan bisa mengembangkan ekonomi di Kabupaten Rembang yang lebih maju dan lebih baik dengan cara meningkatkan sumber daya alamnya,sumber daya manusianya dan sumber daya buatannya.Saat ini PDRB di Kabupaten Rembang menyumbang sekitar 3,96%.
Peta IV.20. Distribusi Hasil Perikanan
Peta IV.21. Distribusi hasil pertanian unggulan
Peta IV.22. Distribusi Pertambangan
Peta IV.23. Distribusi Hasil Industri
4.3.1.2 Analisis Potensi Pengembangan Kegiatan/Komoditas Unggulan
Di tingkat nasional Kabupaten Rembang yang tergabung dalam kawasan Juwana, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Blora (Wanarakuti) telah di tetapkan sebagai kawasan adalan. Sehingga kabupaten Rembang memiliki kedudukan yang cukup strategis dalam lingkup regional provinsi sebagai kawasan andalan yaitu :
Pertanian
Padi Sawah merupakan potensi pertanian yang ada di kabupaten Remabang sebagian besar juga masyarakat bermata pencarian petani padi. Dengan hasil produksi padi sawah di kabupaten Rembang pada tahun 2014 sebesar 166,833 ton, dengan luas panen 35,571 Ha dengan jumlah produktivitas 46,90 kw/Ha. Pengelolaan hasil panen di setiap desa sudah cukup baik, masyarakan di kabupaten rembang yang merupakan petani padi mengolah hasil panennya dengan cara di jual ke pasar-pasar besar yang ada di kabupaten rembang dan juga sebagian menjualnya di pasar-pasar desa mereka. Sebagian hasil dari panen tersebut di gunakan untuk kebutuhanpribadi untuk memperkecil biaya pengeluaran ekonomi.Adanya lahan dan petani padi di Kabupaten rembang juga memperluas upaya-upaya nilai tambah bagi penghasilan ekonomi daerah. Produksi padi mempunyai hasil lebih tinngi dengan adanya jaminan kebutuhan masyarakan yang akan selalu di butuhkan dan digunakan sebagai makanan pokok di daerah manasaja. Berikut merupakan tabel rata-rata produktivitas pertanian kabupaten Rembang:
Tabel VI.66.
Rata-rata hasil Produksivitas pertanian kabupaten rembang
Jenis Produksi
Luas Panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (kw/ha)
Makanan Pokok
1) Padi Sawah
52,8%
39,3%
12,9%
2) Jagung
40,0%
30,2%
13,1%
3) Singkong
7,2%
30,5%
74,0%
Buah-buahan
1) Mangga
57,3%
0,5%
38,8%
2) Nangka
3,3%
23,1%
29,9%
3) Jambu
4,0%
23,1%
24,8%
4) Pisang
35,4%
53,2%
6,5%
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Potensi pertanian yang dimiliki Kabupaten Rembang, tidak kalah dengan daerah lain di Jawa Tengah, seperti komoditas tanaman pangan yang potensial dikembangkan menjadi berbagai usaha agribisnis unggulan di Kabupaten Rembang yaitu komoditas jagung dan kacang tanah, sedangkan kabupaten sekitar yakni Pati terdapat dua pabrik besar makanan olahan dari bahan baku kacang tanah. Lain halnya komoditas tanaman sayur-sayuran yang menjadi unggulan, yakni tanaman cabai merah varietas tampar yang merupakan plasma nutfah asli Rembang dan memiliki karakteristik rasa sangat pedas, buah tidak mudah busuk, warna merah cerah, dan produktivitasnya mencapai 11,25 ton/ha serta harganya cukup bersaing di pasaran. Produktivitas tersebut masih bisa dikembangkan dan bisa dijadikan daya tarik investasi karena sentra produksi cabai merah tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Sarang, Kragan, sulang, Sale, Kaliori, dan Sumber. Hasil cabai ini didistribusikan di wilayah regional, nasional, bahkan internasional.
Industri Pengolahan
Terdapat 3 peruntukan industri di Kabupaten Rembang, antara lain industri pengolahan semen di Kecamatan Gunem, Industri Pengolahan hasil perikanan tangkap di Kecamatan Sluke dan Kecamatan rembang. Terdapat juga industri menengah yang terkenal di Kabupaten Rembang yaitu Industri Barik dan mebel di Kecamatan Lasem, dan kecamatan Pancur.
Tambak garam juga merupakan potensi industri yang terdapat di kabupaten Rembang. Sebagian besar masyarakat bermata pencarian sebagai penambak garam. Produksi garam di kabupaten rembang pada tahun 2014 sebesar 795,26 Ha, dengan luas lahan 1736,76 dan jumlah potensi pengembangan sebesar 941,50 Ha. Sistem penanganan hasil produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk garam ini belum optimal,serta harga jual produk bahan mentah belum memberikan pengaruh untuk meningkatkan produksi,pengolahan hasil pemasarannya.
Selanjutnya terdapat industri berbasis galian, industri ini salah satunya menghasilkan produk semen. industri semen di kirim ke berbagai beberapa daerah di indonesia karena pengembangnya merupakan perusahaan nasional. Sedangkan industri hasil perikanan di salurkan keberbagaii wilayah di indonesia juga di eksport ke berbagai negara. Hal ini karena nelayan di Kabupaten Rembang yang cukup banyak sehingga menghasilkan tangkapan yang cukup banyak pula. Hal ini menjadikan pengolahan hasil perikanan yang cukup bagus. Kemudian produksi kain batik Lasem di distribusikan ke berbagai daerahm namun lebih banyak di jual di sekitar jakarta khususnya pada pameran-pameran. Batik Lasem juga terdapat jenis 3 negeri, yang mana batik tersebut berawal di buat di solo, kemudian di lanjutkan di lasem, dan teakhir di selesaikan di Pekalongan.
Pengembagan peruntukan Industri di Kabupaten Rembang terhambat oleh kurangnya pasokan sumber air dan energi, namun kabupaten yang berada di perlintasan jalur transportasi darat antarkota dan antarprovinsi ini, memiliki potensi yang cukup banyak, oleh karenanya akhir-akhir ini berbagai mega proyek dibangun, di antaranya untuk mencukupi kebutuhan air telah dibangun embung-embung besar seperi embung lodan, embung panohan, dan embung-embung kecil lainnya. Kemajuan Rembang dipastikan masih bisa ditingkatkan, menyusul lokasinya berada di perlintasan Jalur Pantura Timur serta berbagai mega proyek akan dibangun di kota ini, seperti pabrik semen dan sebelumnya juga dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sluke yang akan terkoneksi pada jaringan listrik Pulau Jawa dan Bali dan akan menghasilkan daya hingga 2.000 megawatt. Selain itu, Rembang juga akan memiliki PelabuhanUmum Nasional (PUN) di Desa Sendangmulyo senilai Rp.386 miliar yang proses pembangunannya masih terus berlangsung. Diyakini akan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, menyusul pelabuhan tersebut akan dimanfaatkan untuk masuk-keluar kapal barang berbobot mati 30-40 gross tonnage.
Pertambangan
Kabupaten Rembang juga memiliki sejumlah potensi galian tambang seperti, pasir kuarsa, pospat, batu gamping, kalsit, andesit, tras, lignit, tanah liat, ball clay, dan gipsum. Sejumlah galian tambang tersebut biasa digunakan untuk berbagai keperluan industri, seperti pasir kuarsa biasa digunakan sebagai bahan dasar keramik, gelas / kaca, semen, dan industri lain (cat, karet, gerinda, logam, dan bata tahan api), demikian pula pospat yang digunakan oleh industri pupuk dan industri kimia lain seperti detergen dan asam fosfat.Potensi galian tambang tersebut juga menarik investor untuk mendirikan pabrik semen di kota ini. Di antaranya, PT Semen Indonesia yang sebelumnya merupakan PT Semen Gresik. Bahkan, perusahaan tersebut sudah menyiapkan lahan, sedangkan rencana rencana pembangunan akan dimulai dengan konstruksi pabrik pada kuartal pertama 2013 sampai kuartal pertama 2016 yang melibatkan sekitar 3.500 tenaga kerja proyek. "Commissioning" pabrik ditargetkan pada awal 2016, sehingga pengoperasiannya secara penuh ditarget mulai kuartal ketiga 2016.
Perikanan
Produksi ikan layang merupakan potensi perikana yang ada di kabupaten renbang. Dengan jumlah tangkapan yaitu 17.228.710 kg pada tahun 2014 yang menghasilkan nilai Rp.128.420.794.100. Pengelolaan ikan layang di kabupaten sudah cukup baik. Mesyarakat yang bermata pencarian nelayan mengelolah ikan layang dengan cara di jual ke pasar-pasar terbesar di kabupaten rembang. Pengelolaan ikan layang yang ada di kabupaten rembang yaitu sebagai bahan industri makanan ringan yang di olah sedemikian rupa, ada juga yang di olah menjadi ikan kering yang sebagai makan dan dapat juga di jadikan oleh-oleh dari kabupaten rembang, karana para pedagang ikan kering tersebut banyak menjual ikan kering di pinggir-pinggir jalan karena banyaknya pembeli yang lewat sehinnga tertarik dengan aromah khas ikan kering tersebut.
Produksi perikanan ikan layang dapat memperluas upaya-upaya peningkatan hasil perekonomian kabupaten rembang. Produksi ikan layang mempunyai hasil lebih tinggi dari hasil produksi perikanan lainya. Dengan di olah sebagai bahan indusrti makanan ringan. Pabrik-prabik yang mengolah dengan bahan tersebut pasti banyak membutuhkan ikan layang tersebut. Masyarakat juga menggunakan sebagai lauk pelengkap makanan mereka.Di bidang perikanan, Rembang juga tak kalah dengan daerah pesisir lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil pendataan Pemkab Rembang, omzet perikanan yang terdeteksi setiap tahunnya antara Rp.1 miliar hingga Rp.2 miliar. Omzet tersebut masih bisa ditingkatkan lagi, mengingat potensi perikanan di Rembang cukup besar dan belum tergarap secara menyeluruh. Jika pengembangan sektor perikanan dipacu, maka omzet perikanan di Rembang bisa mencapaiRp.3 miliar per tahun. Sedangkan sentra pengolahan ikan di Kabupaten Rembang terdapat 2.762 unit pengolahan ikan dengan 21 ribu orang tenaga kerj dn nilai produksinya mencapai Rp 1,5 Triliun, dan menjadi sentra industri penolahan ikan terbesar di Jawa Tengah.Hampir separuh penduduk Rembang menggantungkan hidupnya pada sektor usaha di bidang perikanan dan kelautan. Pengembangan sektor usaha perikanan, juga didukung akses transportasi yang cukup memadai, karena kabupaten ini menjadi jalur perlintasan antarprovinsi. Untuk mendukung pengembangan sektor perikanan, Pemkab Rembang juga menyiapkan sentra perikanan dan kelautan di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang. Berikut peta distribusi produk unggulan Kabupaten Rembang:
Analisis Pemilihan Sektor/Komoditas Unggulan
Analisis pemilihan sektor/komoditas unggulan pada Kabupaten Rembang yaitu untuk menjadikan penggerak ekonomi dalam ruang lingkup wilayah Kabupaten Rembang,hasil akhir dari analisis pemilihan sektor yaitu untuk memberikan lapangan pekerjaan yang luas kepada masyarakat Kabupaten Rembang maupun sekitarnya.Pada Kabupaten Rembang yang menghasilkan PDRB tertinggi yaitu Pertanian,kehutanan dan penggalian,Industri pengolahan,Pertambangan dan penggalian,pengadaan listrik dan gas,perdagangan besar,reparasi mobil dan motor.Jika dilihat dalam tabel PDRB Pengadaan listrik dan Gas memberikan kontribusi kepada Kabupaten Rembang sebesar Rp.920.167 akan tetapi jika dipersenkan hanya sekitar 0,07% saja, dan jika dihitung dengan menggunakan rumus LQ hasil pengadaan listrik dan gas adalah basis dan juga agak unggul,maka bisa dikatakan bahwa pengadaan listrik dan gas bisa diandalkan untuk menambah pendapatan PDRB pada Kabupaten Rembang.Selanjutnya yaitu Pertanian,kehutanan dan perikanan pada Kabupaten Rembang memberikan kontribusi sebanyak Rp.299.214.479 dilihat dari Tabel LQ pertanian kehutanan dan perikanan merupakan basis,akan tetapi dari hasil shift share menyatakan bahwa pertanian,kehutanan dan perikanan adalah agak mundur padahal di Kabupaten Rembang hasil pertanian dan perikanan memiliki potensi yang besar seperti di kecamatan Pamotan, Kaliori dan Sumber. Hasil dari proyeksi Pertanian,kehutanan dan Kabupaten Rembang pertumbuhan potensi ini lambat tetapi setiap 5 tahun laju pergerakan Pertanian,kehutanan dan perikanan pada Kabupaten Rembang akan terus meningkat meskipun dalam jangka waktu yang lama.Lain halnya dengan industri pengolahan yang memberikan Kontribusi PDRB sekitar Rp.214.328.416 hasil dari LQ industri pengolahan merupakan non basis dan hasil dari shift share yaitu agak unggul,hal ini diperkuat juga oleh hasil proyeksi yang dalam 20 tahun mendatang Industri pengolahan ini akan terus berjalan dan laju pertumbuhannya pun meningkat dari hasil proyeksi. Pertambangan dan penggalian PDRB kabupaten Rembang diberikan kontribusi sebesar Rp.31.076.769,saat ini pertambangan dan penggalian di Kabupaten Rembang akan mulai berkembang dilihat dari hasil shift share,LQ dan proyeksi laju pertumbuhan Pertambangan dan penggalian di Kabupaten Rembang terus meningkat dan hasil dari pertambangan serta penggalian ini nantinya akan dikontribusikan ke beberapa wilayah sekitar seperti Tuban dan Jepara.
4.3.2 Analisis Prospek 20 tahun yang akan Mendatang
Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari indikator ekonomi makro serta perekonomian daerah. Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global.Terdapat faktor-faktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Perkembangan Ekonomi dan prospek ekonomi pada 20 tahun yang akan mendatang di Kabupaten Rembang dijelaskan dengan menggunakan proyeksi yang nantinya memudahkan dalam menentukan sektor unggulan yang baik di 20 tahun yang akan datang.Langkah-langkah proyeksi yaitu membuat tabel PDRB tahun 2010-2014 dibuat grafik dengan membuat perbandingan 5 tahun kondisi proyeksi yang akan datang,nantinya dibuat rasio untuk memprediksi proyeksi sektor unggulan yang akan datang.
Tabel IV.67.
Prospek ekonomi(Ribu Rupiah)
No
Lapangan Usaha
2010
2011
2012
2013
2014
Persamaan
2019
2024
2029
2034
2039
1
Pertanian,Kehutanan dan perikanan
2,817,198.18
2939405
3,042,784.22
3,171,162.16
2992144.79
y = 58165x + 3E+06
3581650
3872475
4163300
4454125
4744950
2
Pertambangan dan Penggalian
272,861.55
265,175.56
276,355.61
291,765.56
310,767.69
y = 10240x + 252665
355065
406265
457465
508665
559865
3
Industri Pengolahan
1,456,976.07
1,525,024.94
1,693,226.77
1,863,045.88
2,143,284.16
y = 171064x + 1E+06
2710640
3565960
4421280
5276600
6131920
4
Pengadaan listrik dan Gas
6,721.58
7,119.79
7,924.66
8,733.72
9,201.67
y = 657.41x + 5968.1
12542.2
15829.25
19116.3
22403.35
25690.4
5
Pengadaan air,pengelolaan sampah,libah dan daur ulang
5,394.98
5,457.25
5,448.74
5,438.49
5,546.09
y = 28.346x + 5372.1
5655.56
5797.29
5939.02
6080.75
6222.48
6
Konstruksi
626,240.46
667,530.21
708,583.25
677,377.74
776,630.15
y = 31063x + 598084
908714
1064029
1219344
1374659
1529974
7
Perdagangan Besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
1,222,456.43
1,299,711.49
1,310,768.41
1,351,957.53
1,406,724.91
y = 42078x + 1E+06
1420780
1631170
1841560
2051950
2262340
8
Transportasi dan Pergudangan
304,815.34
318,344.75
339,533.66
375,320.78
414,922.27
y = 27719x + 267430
544620
683215
821810
960405
1099000
9
Penyediaan akomodasi dan makan minum
254,381.92
270,421.47
284,037.18
302,419.11
336,231.73
y = 19570x + 230789
426489
524339
622189
720039
817889
10
Informasi dan Komunikasi
91,956.59
102,699.89
112,696.95
124,069.69
145,366.04
y = 12819x + 76901
205091
269186
333281
397376
461471
11
Jasa keuangan dan asuransi
333,652.12
348,945.23
362,871.11
383,294.92
407,251.89
y = 18155x + 312738
494288
585063
675838
766613
857388
12
Real estate
85,568.95
91,185.86
94,742.88
99,192.48
105,520.70
y = 4791x + 80869
128779
152734
176689
200644
224599
13
Jasa perusahaan
19,335.46
21,336.26
22,547.27
26,308.16
28,188.71
y = 2267.8x + 16740
39418
50757
62096
73435
84774
14
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
367,807.89
376,446.48
380,889.43
384,053.41
386,621.53
y = 4523.4x + 365593
410827
433444
456061
478678
501295
15
Jasa Pendidikan
264,568.24
313,253.45
365,528.95
423,906.11
486,880.24
y = 55528x + 204244
759524
1037164
1314804
1592444
1870084
16
Jasa kesehatan dan kegiatan social
76,244.98
84,275.10
94,360.92
102,304.22
120,619.36
y = 10678x + 63528
170308
223698
277088
330478
383868
17
Jasa lainya
167,816.13
171,969.64
174,863.25
188,600.44
206,282.10
y = 9356.3x + 153837
247400
294181.5
340963
387744.5
434526
Jumlah
8,373,546.87
8,808,302.78
9,277,163.23
9,778,950.39
10,282,184.04
12421790.76
14815307
17208823
19602340
21995856
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.68.
Rasio Pertumbuhan Ekonomi
No
Lapangan Usaha
Tahun 2010
Tahun 2011
Rasio
Tahun 2012
Rasio
Tahun 2013
Rasio
Tahun 2014
Rasio
Rata-Rata Rasio (%)
1
Pertanian,Kehutanan dan perikanan
2,817,198.18
2,939.405
0.04
3,042,784.22
0.04
3,171,162.16
0.04
2,992,144.79
-0.06
0.02
2
Pertambangan dan Penggalian
272,861.55
265,175.56
-0.03
276,355.61
0.04
291,765.56
0.06
310,767.69
0.07
0.03
3
Industri Pengolahan
1,456,976.07
1,525,024.94
0.05
1,693,226.77
0.11
1,863,045.88
0.10
2,143,284.16
0.15
0.10
4
Pengadaan listrik dan Gas
6,721.58
7,119.79
0.06
7,924.66
0.11
8,733.72
0.10
9,201.67
0.05
0.08
5
Pengadaan air,pengelolaan sampah,ibah dan daur ulang
5,394.98
5,457.25
0.01
5,448.74
0.00
5,438.49
0.00
5,546.09
0.02
0.01
6
Konstruksi
626,240.46
667,530.21
0.07
708,583.25
0.06
677,377.74
-0.04
776,630.15
0.15
0.06
7
Perdagangan Besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
1,222,456.43
1,299,711.49
0.06
1,310,768.41
0.01
1,351,957.53
0.03
1,406,724.91
0.04
0.04
8
Transportasi dan Pergudangan
304,815.34
318,344.75
0.04
339,533.66
0.07
375,320.78
0.11
414,922.27
0.11
0.08
9
Penyediaan akomodasi dan makan minum
254,381.92
270,421.47
0.06
284,037.18
0.05
302,419.11
0.06
336,231.73
0.11
0.07
10
Informasi dan Komunikasi
91,956.59
102,699.89
0.12
112,696.95
0.10
124,069.69
0.10
145,366.04
0.17
0.12
11
Jasa keuangan dan asuransi
333,652.12
348,945.23
0.05
362,871.11
0.04
383,294.92
0.06
407,251.89
0.06
0.05
12
Real estate
85,568.95
91,185.86
0.07
94,742.88
0.04
99,192.48
0.05
105,520.70
0.06
0.05
13
Jasa perusahaan
19,335.46
21,336.26
0.10
22,547.27
0.06
26,308.16
0.17
28,188.71
0.07
0.10
14
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
367,807.89
376,446.48
0.02
380,889.43
0.01
384,053.41
0.01
386,621.53
0.01
0.01
15
Jasa Pendidikan
264,568.24
313,253.45
0.18
365,528.95
0.17
423,906.11
0.16
486,880.24
0.15
0.16
16
Jasa kesehatan dan kegiatan social
76,244.98
84,275.10
0.11
94,360.92
0.12
102,304.22
0.08
120,619.36
0.18
0.12
17
Jasa lainya
167,816.13
171,969.64
0.02
174,863.25
0.02
188,600.44
0.08
206,282.10
0.09
0.05
Sumber : Analisis Penyususun 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio ekonomi eksisting yang terlihat mencolok yaitu ada Jasa Pendidikan sebesar 0,16%,Industri pengolahan sebesar 0,10%,Jasa kesehatan dan kegiatan sosial,informasi dan komunikasi sebesar 0,12%,Pengadaan listrik dan gas dan transportasi dan pergudangan sebesar 0,08%.Dari penjelasan hasil dari rasio eksisting beberapa sektor yang saat ini berkembang yaitu jasa pendidikan dikarenakan pada Kecamatan Sarang dalam kurun waktu 2 tahun terdapat 3 Perguruan Tinggi baru seperti sekolah tinggi agama karena kecamatan Sarang dikenal dengan kota Wali maka tidak heran jika terdapat sekolah tinggi agama,selanjutnya Pengadaan Listrik dan gas adanya PLTU(Pembangkit Listrik Tenaga Uap)terdapat di kecamatan Sluke yang akan terkoneksi di pulau Jawa-Bali sebesar 2000MW.Sedangkan untuk Transportasi di Kabupaten Rembang didapat dari hasil parkir dikarenakan moda transportasi di kabupaten Rembang kurang strategis oleh karenanya banyak penduduk Kabupaten Rembang memilih kendaraan pribadi sebagai transportasi,untuk industri pengolahan yang hasil rasionya sebesar 10% karena pada Kabupaten Rembang terdapat banyak sekali hasil industri seperti industri pengolahan garam,dan kawis yang terdapat di kecamatan Rembang,dan industri pertambangan pada kecamatan Pamotan dan Sedan.Sebaliknya seperti real estate yang memiliki rasio sebesar 0,02% disebabkan pada Kabupaten Rembang jarang terdapat hotel yang mewah melainkan hanya sebuah wisma saja.Selanjutnya untuk pertanian sebesar 0,02% Kabupaten Rembang mempunyai potensi pertanian yang baik seperti kecamatan Sumber, Kaliori, Sulang, Sale akan tetapi dari hasil pertanian ini kurang dioptimalkan.
Tabel IV.69.
Rasio Prospek Pertumbuhan Ekonomi
No
Lapangan Usaha
Tahun 2019
Rasio
Tahun 2024
Rasio
Tahun 2029
Rasio
Tahun 2034
Rasio
Tahun 2039
Rata-Rata Rasio (%)
1
Pertanian,Kehutanan dan perikanan
3581650
0.08
3872475
0.08
4163300
0.07
4454125
0.07
4744950
0.07
2
Pertambangan dan Penggalian
355065
0.14
406265
0.13
457465
0.11
508665
0.10
559865
0.12
3
Industri Pengolahan
2710640
0.32
3565960
0.24
4421280
0.19
5276600
0.16
6131920
0.23
4
Pengadaan listrik dan Gas
12542.2
0.26
15829.25
0.21
19116.3
0.17
22403.35
0.15
25690.4
0.20
5
Pengadaan air,pengelolaan sampah,libah dan daur ulang
5655.56
0.03
5797.29
0.02
5939.02
0.02
6080.75
0.02
6222.48
0.02
6
Konstruksi
908714
0.17
1064029
0.15
1219344
0.13
1374659
0.11
1529974
0.14
7
Perdagangan Besar dan eceran,reparasi mobil dan sepeda motor
1420780
0.15
1631170
0.13
1841560
0.11
2051950
0.10
2262340
0.12
8
Transportasi dan Pergudangan
544620
0.25
683215
0.20
821810
0.17
960405
0.14
1099000
0.19
9
Penyediaan akomodasi dan makan minum
426489
0.23
524339
0.19
622189
0.16
720039
0.14
817889
0.18
10
Informasi dan Komunikasi
205091
0.31
269186
0.24
333281
0.19
397376
0.16
461471
0.23
11
Jasa keuangan dan asuransi
494288
0.18
585063
0.16
675838
0.13
766613
0.12
857388
0.15
12
Real estate
128779
0.19
152734
0.16
176689
0.14
200644
0.12
224599
0.15
13
Jasa perusahaan
39418
0.29
50757
0.22
62096
0.18
73435
0.15
84774
0.21
14
Administrasi Pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib
410827
0.06
433444
0.05
456061
0.05
478678
0.05
501295
0.05
15
Jasa Pendidikan
759524
0.37
1037164
0.27
1314804
0.21
1592444
0.17
1870084
0.25
16
Jasa kesehatan dan kegiatan social
170308
0.31
223698
0.24
277088
0.19
330478
0.16
383868
0.23
17
Jasa lainya
247400
0.19
294181.5
0.16
340963
0.14
387744.5
0.12
434526
0.15
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Dari hasil rasio proyeksi tahun 2019-2039 dilihat dengan perbandingan yang sebelumnya dari hasil proyeksi eksisting untuk prospek 20 tahun yang akan datang yaitu jasa pendidikan sebesar 25%,didukung karena adanya Perguruan Tinggi di Kabupaten Rembang tepatnya di Kecamatan Sarang,banyak yang menyebutkan bahwa Sarang kota santri dan hali ini ternyata didukung oleh penduduk Kecamatan Sarang yang sangat kental dengan nilai agamanya yang tinggi,oleh karenanya pendidikan yang terdapat pada kecamatan Sarang akan semakin berkembang,dan semoga hal ini didukung juga oleh keadaan infrastruktur yang semakin membaik.Selanjutnya terdapat industri pengolahan yang menghasilkan rasio proyeksi sebesar 23% dengan semakin banyaknya industri pada Kabupaten Rembangyang diantaranya industri garam dikarenakan letak Kabupaten Rembang di wilayah pesisir maka potensi Sumber Daya alamnya yang berlimpah pastinya industri garam ini akan semakin berkembang,sedangkan untuk Industri pertambangan dan penggaliannya pada kecamatan Pamotan dan sedan saat ini sudah dilakukan penggalian. Potensi pertambangan dan penggalian ini juga masih baru berkembang pertumbuhannya serta diharapkan potensi ini akan terus menunjang pertumbuhan sektor ekonomi di masa yang akan datang. Pertanian dan perikanan rasio proyeksinya sebesar 0,07% jika debandingkan proyeksi eksisting sebesar 0,02%,jika dilihat perbedaannya kenaikan pertumbuhan sektor tersebut setiap 5 tahun sebesar 0,05% hal ini dibuktikan pada hasil shift share yang menyebutkan bahwa pertanian dan perikanan berada pada sektor agak mundur berarti dari hasil proyeksi setiap 5 tahun meningkat,oleh karena itu meskipun pertanian dan perikanan berada pada sestor mundur dan pertumbuhannya yang lambat maka 20 tahun yang akan datang pertanian dan perikanan akan terus meningkat dan nantinya Sumber Daya Alam ini akan memberikan kontribusi terbanyak pada Kabupaten Rembang.
Kesimpulan Hasil ekonomi
Dari hasil ekonomi ini berupa tabel yang dirangkum dari hasil analisis LQ,Shift share,dan proyeksi 20 tahun yang akan datang.Berikut hasil dari analisis ekonomi:
Tabel IV.70.
KesimpulanStruktur Ekonomi Kabupaten Rembang
No.
LQ
Shift share
Kesimpulan
1.
Pertanian,kehutanan dan perikanan
Industri pengolahan
Dari hasil LQ dan shift share terdapat persamaan beberapa sektor yang dikategorikan unggul yaitu Pertambangan dan penggalian yang terdapat industri pengolahan semen,selanjutnya pengadaan listrik dan gas yang adanya PLTU di Kecamatan sluke,Jasa pendidikan yang saat ini akan berkembang di Kecamatan Sarang karena adanya sekolah tinggi agama.Dari hasil keduanya diharapkan bisa mendongkrak perekonomian pada Kabupaten Rembang.
2.
Pertambangan dan penggalian
Pertambangan dan penggalian
3.
Pengadaan listrik dan gas
Pengadaan listrik dan gas
4.
Transportasi dan pergudangan
Transportasi dan pergudangan
5.
Penyediaan akomodasi makanan dan minuman
Penyediaan akomodasi makan dan minum
6.
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
Jasa kesehatan dan kegiatan social
7.
Jasa keuangan dan asuransi
Jasa keuangan dan asuransi
8.
Jasa pendidikan
Jasa pendidikan
9.
Perdagangan besar,dan eceran,reparasi mobildan sepeda motor
Sumber :Analisis penyusun 2016
Dari hasil diatas bahwa perekonomian yang unggul di Kabupaten Rembang ditinjau dari hasil analisis LQ, dan Shift share. Dari hasil diatas terdapat 3 sektor yang bisa dijadikan komoditas unggulan di Kabupaten Rembang yaitu diantaranya yaitu,Pertambangan dan penggalian yang memberikan kontribusi pada PDRB sekitar Rp.31.076.769.meskipun tidak memberikan kontribusi terbanyak pada Kabupaten Rembang akan tetapi saat ini pertambangan dan penggalian pada Kabupaten Rembang akan mulai berkembang karena sudah terlihat beberapa potensi yang tersebar di Kabupaten Rembang yaitu ada pada kecamatan Pamotan,Lasem,Sedan,Sluke dan Sale yang masing-masing pada Kecamatan ini memiliki beberapa potensi hasil galian yang berbeda-beda,hasil pada pertambanga dan penggalian tersebut didistribusaikan di Jepara dengan jumlah sekitar 3000ton serta adanya pabrik semen Indonesia di kec gunem.Untuk selanjutnya yaitu Jasa pendidikan yang memberikan kontribusi pada Kabupaten Rembang sekitar Rp.48.688.024,jasa pendidikan ini unggul karena dalam kurun waktu 2 tahun akhir ini pendidikan di Kabupaten Rembang bermunculan tepatnya di Kecamatan sarang yaitu terdapat Perguruan Tinggi Agama,karena di Kec. Sarang ini unik dikarenakan disebutkan bahwa "Sarang Kota Santri" oleh karenanya banyak investor yang datang pada lokasi ini karena uniknya kecamatan sarang dan hal ini diharapkan dapat mendukung Pendapatan pada Kabupaten Rembang.Terakhir yaitu Pengadaan listrik dan gas yang memberikan kontribusi PDRB sekitar Rp.920.167 hal ini dikarenakan terdapat PLTU di Kabupaten Rembang yaitu di Kecamatan Sluke.Sehinnga untuk mendukung kegiatan dsiatas yaitu perlu infrastruktur yang memadai,seperti Jasa pendidikan yaitu meningkatkan kualitas jalan,pelebaran jalan,penetapan sempadan jalan agar terdapat jalur pedestrian,penambahan sarana perekonomian,peningkatan lampu jalan karena pada kecamatan sarang kejahatan sangat banyak dan peningkatan moda transportasi seperti angkutan umum yang ijinnya lebih jelas dari dishub ketimbang tossa yang tidak terdapat ijin dari dishub.Selanjutnya untuk peningkatan sarana dan prasana untuk pertambangan dan penggalian yaitu diantaranya pembangunan jalur khusus untuk pertambangan,penetapan batas kawasan pertambangan,pemnambahan pangkalan untuk parkir truck agar tidak mengganggu alur lalu lintas dan pembangunan khusus stasiun pengisian bahan bakar khusus angkutan tambang.
Arahan untuk Kabupaten Rembang yang akan datang yaitu Pertanian,Perikanan dan Perindustrian.Saat ini Pertanian di Kabupaten Rembang tersebar dibeberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Sumber dan Kaliori yang memiliki potensi besar guna perkembangan pertanian.Hanya saja sebaiknya untuk memproduksi hasil pertanian yang lebih baik yaitu persiapan akses jalan yang lebih baik,agar dalam pengiriman hasil produksi pertaniannya lebih mudah dan strategis selanjutnya yaitu penambahan alat-alat produksi yang lebih baik agar hasil produksi pertanian yang didapat lebih baik.Untuk perikanan pada Kabupaten Rembang karena hampir seluruh Kabupaten Rembang adalah pesisir jadi sebaiknya pemerintah menyiapkan dukungan sarana infrastruktur yang lebih baik seperti penyediaan kapal bagi para nelayan yang layak dan beberapa alat jaringan yang sesuai agar penangkangpan yang didapat memuaskan.Sedangkan untuk industri,Kabupaten Rembang memiliki beberapa jenis industry yaitu, antara lain industri pengolahan semen di Kecamatan Gunem, Industri Pengolahan hasil perikanan tangkap di Kecamatan Sluke dan Kecamatan rembang. Terdapat juga industri menengah yang terkenal di Kabupaten Rembang yaitu Industri Batik dan mebel di Kecamatan Lasem, dan kecamatan Pancur.Dari hasil Industri sebaiknya Pemerintah lebih menggencarkan kepada masyarakat dengan cara mensosialisasikan agar industri pada kabupaten Rembang bisa di ekspor dengan membangun pelabuhan yang layak agar pendistribusiannya lebih mudah. Berikut adalah peta prasarana penunjang perekonomian di Kabupaten Rembang:
Peta IV.23. Analisis Prasarana Penunjang Perekonomian
4.3.3. Prasarana dan Sarana Penunjang Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan sarana dan prasarana memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan pertumbuhan perekonomian serta dapat mendukung aktivitas ekonomi, sosial maupun budaya. Kabupaten Rembang memiliki pembangunan sarana dan prasarana diharapkan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan perekonomian Kabupaten Rembang dan dapat mendukung daya saing terhadap Kabupaten sekitar, baik tingkat nasional maupun internasional. Berikut merupakan potensi pengembangan sarana dan prasarana perekonomian di Kabupaten Rembang :
Tabel. IV.71.
Analisis Potensi Pengembangan Sarana Penunjang Perekonomian
Kabupaten Rembang
No
Lembaga Perekonomian
Unit
Keterangan
Kualitas Pelayanan
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
1
Lembaga Perbankan
38
Lembaga perbankan di Kabupaten Rembang tersebar di seluruh Kecamatan
V
2
Perdagangan dan Koperasi
554
17 unit termasuk KUD dan 537 unit termasuk non KUD
V
4
Pasar
43
Diantaranya 12 unit pasar umum, 26 unit pasar Desa, 3 unit pasar hewan, 1 unit pasar sepeda dan 1 unit pasar buah
V
5
Rumah Makan
32
Rumah Makan di Kabupaten Rembang tersebar di Kecamatan Pamotan, Rembang, Kragan, Sluke dan Kecamtan Lasem
V
6
Industri
11837
Sebagian besar industri yang ada bergerak dalam bidang makanan/minuman mencapai4625 perusahaan
V
Industri rumahtangga
6361
Jumlah industri rumahtangga terbanyak berada di Kecamatan Rembang sebanyak 1213 unit
V
Industri Kecil/sedang
5439
Jumlah industri kecil/sedang terbanyak terdapat di Kecamatan Lasem sebanyak 631 unit
V
Industri Besar
37
Jumlah industri besar terbanyak terdapat di Kecamatan Rembang sebanyak 8 unit
V
8
Penginapan dan Hotel
Hotel
17
Menurut Klasifikasi hotel yang terdapat di Kabupaten Rembang terdiri dari 1 hotel berbintang di Kecamatan Rembang dan 16 hotel non berbintang di Kecamatan Rembang dan Kaliori.
V
9
Obyek Wisata
18
Obyek wisata di Kabupaten Rembang tersebar di beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Rembang, Lasem, Bulu, Kaliori, Gunem, Pamotan, Sarang, Sluke, Sulang dan Kecamatan Salem
V
11
Terminal
9
Terminal di Kabupaten Rembang terdapat 2 tipe yaitu tipe B sebanyak 2 unit dan terminal tipe C sebanyak 7 unit
V
12
Pelabuhan Pelelangan Ikan
2
PPI di Kabupaten Rembang terletak di Kecamatan Rembang dan Kecamatan Lasem
V
13
Pelabuhan Laut
1
Pelabuhan Umum Nasional ( PUN ) terletak di Desa Sedangmulyo yang saati ini sudah beroperasi.
V
Sumber : KDA Kabupaten Rembang Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sarana penunjang perekonomian di Kabupaten Rembang dilihat dari beberapa lembaga perekonomian sebagian besar sudah mencukupi tingkat pelayanan, namun masih terdapat beberapa lembaga yang masih kurang dalam pelayanannya, seperti lembaga perekonomian pasar. Kabupaten Rembang memiliki 43 pasar, namun tidak menyebar secara menyeluruh disetiap Kecamatan, seperti Kecamatan Pancur yang tidak memiliki pasar sehingga masyarakat sekitar harus pergi ke Kecamatan lain untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data hasil retribusi daerah lembaga pasar memberikan retribusi sebanyak Rp. 1.529.283.600,00 terhadap pendapatan asli daerah.
Selain sarana perekonomian pasar terdapat juga sarana penunjang ekonomi lainnya seperti industri, hotel, pariwisata, perbankan dan perdagangan. Kabupaten Rembang memiliki 11837 unit industri terdiri dari industri besar, sedang/kecil, dan industri rumah tangga yang dapat memberikan perkembangan bagi pendapatan masyarakat sekitar. Menurut Dinas Perindagkop dan UMKM jumlah industri di Kabupaten Rembang pada tahun 2014 mencapai 11.837 usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 45.248 orang. Industri besar berjumlah 37 perusahaan mampu menyerap tenaga kerja 4.148 orang, industri kecil/sedang mencapai 5.439 perusahaan menyerap tenaga kerja 31.626 orang dan industri rumahtangga mencapai 6.361 usaha dengan jumlah tenaga kerja 9.424 orang. Jika dikelompokkan menurut jenis produksinya, sebagian besar industri yang ada bergerak dalam bidang makanan/minuman mencapai 4.725 perusahaan menyerap tenaga kerja sebanyak 27.530 orang.
Hotel/penginapan di Kabupaten Rembang terdapat 17 hotel yang terletak di Kecamatan Rembang dan Kecamatan Kaliori, berdasarkan fungsinya hotel merupakan suatu tempat bagi pariwisatawan untuk beristirahat namun di Kabupaten Rembang daya tarik pariwisata kurang, sehingga hanya dapat memberikan pajak hotel sebanyak Rp. 150.000.000,00 terhadap pendapatan asli daerah.
Sarana perekonomian pariwisata di Kabupaten Rembang memeberikan retribusi sebanyak Rp. 1.060.315.000,00 dari 18 objek wisata di Kabupaten Rembang, selain dapat memberikan retribusi terhadap pendapatan asli daerah juga dapat memeberikan potensi bagi pendapatan masyarakat sekitar lokasi pariwisata.
Sarana Perekonomian Rumah makan/Restoran di Kabupaten Rembang terdapat 32 unit yang tersebar di 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Pamotan, Rembang, Kragan, Sluke, dan Kecamatan Lasem serta dapat memberikan paka daerah sebanyak Rp. 1.000.000.000,00 terhadap pendapat asli daerah.
Sarana perekonomian bank di Kabupaten Rembang memiliki 38 bank yang tersebar diseluruh kecamatan dengan tingkat pelayanan cukup serta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Rembang. Sarana perdagangan dan koperasi di Kabupaten Rembang terdapat 554 unit diantaranya 17 unit teramasuk KUD dan 537 unit termasuk non KUD dengan tingkat pelayanan cukup dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Rembang.
Selain sarana yang dapat menunujang perekonomian Kabupaten Rembnag juga memiliki prasarana yang dapat menunjang pertumbuhan perekonomian pula seperti prasarana Terminal, Pelabuhan Pelelangan Ikan dan Pelabuhan laut. Terminal di Kabupaten Rembang mempunyai 2 tipe yaitu 2 unit tipe B dan 7 unit tipe C. Berdasarkan hasil retribusi daerah lembaga terminal memberikan retribusi sebanyak Rp. 480.701.500,00 terhadap pendapatan asli daerah yang berasal dari bus menengah dan bus kecil.
Kabupaten Rembang juga mempunyai peran yang cukup strategis dalam transportasi laut wilayah Provinsi Jawa Tengah. Pelabuhan Umum Nasional (PUN) di Desa Sendangmulyo senilai RP. 386 miliar yang proses pembangunan masih terus berlangsung. Diyakini akan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, menyusul pelabuhan tersebut akan dimanfaatkan untuk masuk – keluar kapal barang berbobot mati 30-40 gross tonnage. Selain PUN, Kabupaten Rembang memiliki Pelabuhan Pelelangan Ikan yang terletak di Kecamatan Rembang dan Kecamatan Lasem.
Analisis Kemampuan Keuangan Pembangunan Daerah
Pembangunan ekonomi daerah dapat terlihat dari peningkatan pendapatan perkapita suatu daerah. Pembiayaan kebutuhan daerah dibagi dalam dua sumber penerimaan. Pertama penerimaan yang bersumber dari pusat yakni dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai sumber pembiayaan urusan pemerintahan yang telah didaerahkan, Dana Bagi Hasil (DBH) dari potensi sumberdaya alam yang ada di daerah dan diberikannya otoritas pajak yang terbatas kepada pemerintah daerah serta Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk membiayai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dimana ini bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah.Kedua,dana yang bersumber dari daerah itu sendiri yakniPendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, BUMD dan lain-lain PAD yang sah.
Sumber Penerimaan Daerah dan Alokasi Pembiayaan Pembangunan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Rembang dihasilkan dari Pajak Daerah, Restribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang sah, dan Lain-lain PAD yang sah dengan rincian sebagai berikut :
Tabel IV.72.
Penerimaan PAD yang bersumber dari Pajak Daerah
KabupatenRembang Tahun 2011-1015
No
jenis Penerimaan
Tahun
2011
2012
2013
1
Pajak Daerah
14.850.000.000,00
17.063.722.000,00
29.742.877.000,00
2
Restribusi Daerah
24.433.899.000,00
23.136.304.700,00
26.481.195.000,00
3
Hasil Pengelolaan kekayaan daeah yang dipisahkkan
2.781.850.000,00
5.739.706.000,00
4.997.434.000,00
4
lain-lain PAD yang sah
41.289.373.000,00
49.102.059.100,00
65.931.042.700,00
Jumlah
83.355.122.000,00
95.041.791.800,00
127.152.548.700,00
Lanjutan...
No
jenis Penerimaan
Tahun
Total
2014
2015
1
Pajak Daerah
32.816.917.000,00
37.023.000.000,00
94.473.516.000,00
2
Restribusi Daerah
38.845.073.000,00
29.756.100.500,00
112.896.471.700,00
3
Hasil Pengelolaan kekayaan daeah yang dipisahkkan
6.222.204.000,00
4.429.911.000,00
19.741.194.000,00
4
lain-lain PAD yang sah
95.260.752.339,00
113.747.727.829,00
251.583.227.139,00
Jumlah
173.144.946.339,00
184.956.739.329,00
478.694.408.839,00
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang 2016
Dalam lima tahun diatas pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Rembang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumber pendapatan terbesar diperoleh dari jenis PAD lain yang sah sebesar Rp. 184.956.739.329,00 pada tahun 2015 yang meliputi hasil Pajak Daerah, Retribusi daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dll PAD yang sah. Hasil tersebut meningkat karena banyaknya peningkatan pendapatan dari hasil pajak daerah, pajak daerah tersebut meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak sarang burung walet. Pendatan tersebut akan terus meningkat sesuai pembangunan daerah di Kabupaten Rembang.
4.4.2 Prediksi Peningkatan Kemampuan Keuangan Pembangunan Daerah
Dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, paja merupakan unsur penting yang memiliki pengaruh yang sangat besar. Hal ini pun berlaku dalam pembangunan daerah di Kabupaten rembang. Salah satu sumber PAD yang memiliki kontribusi yang cukup besar yaitu pajak daerah sehingga perlu dilakukan proyeksi penerimaan pajak daerah untuk lima tahun kedepan sebagai gambaran bagi pembangunan Kabupaten Rembang.
Tabel IV.73.
Presentase potensi peningkatan pajak daerah berdasarkan
target awal dan potensi sesuai kondisi eksisiting
di Kabupaten Rembang Tahun 2014
No
Jenis Pajak
Target Awal
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Pencapaian Target (%)
Potensi
(Rp)
Rata-Rata Potensi (%)
1
Hotel
125.000.000
162.467.050
129,97
37.467.050
29,97
2
Restoran
800.000.000
12.274.423.660
153,43
427.442.360
53,43
3
Hiburan
120.000.000
127.792.400
106,06
7.792.400
6,49
4
Reklame
501.877.000
580.568.850
116
78.691.850
15,68
5
Mineral
8.000.000.000
8.881.901.012
111,02
881.901.012
11,02
6
penerangan jalan
8.294.000.000
8.801.010.322
106,11
507.010.332
6,11
7
Walet
25.000.000
34.926.000
139,7
9.926.000
39,70
8
BPHTB
4.000.000.000
4.812.890.484
120,32
812.890.484
20,32
9
bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan
7.750.000.000
9.301.056.011
120,01
1.551.056.011
20,01
10
air Tanah
120.000.000
130.472.295
108,73
10.472.295
8,73
Jumlah
29.735.877.000
45.107.508.084
1.211
4.324.649.794
211
Sumber : BPPKAD Kabupaten Rembang 2016
Tabel diatas menunjukkkan bahwa masih terdapat potensi peningkatan adalah 21,1 % yang bisa ditingkatkan untuk peningkatan penerimaan pajak daerah. Pajak yang masih memiliki potensi untuk ditingkatkan yaitu pajak restoran 53,43%, pajak walet 39,70 , pajak hotel 29,97%, dan pajak BPHTB 20,32%. Potensi ini perlu terus ditingkatkan guna menunjang pembangunan daerah khususnya Kabupaten Rembang.
Potensi pajak daerah Kabupaten Rembang merupakan salah satu penunjang ekonomi pembangunan daerah. Selain itu kenaikan potensi pajak daerah ini pun terus ditingkatkan guna memberikan kontribusi besar bagi pembangunan. Hal ini dapat dilihat lewat proyeksi peningkatan potensi PAD yang bersumber dari pajak daerah untuk tahun 2015-2035 pada tabel dibawah ini.
Tabel IV.74.
Proyeksi peningkatan pajak daerah tahun 2015-2035
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
R
1
PENDAPATAN
681400890000
1136234400000
1017133407333
1165433076125
1329587756593
0,21
a. Pendapatan Asli Daerah
65699259000
73931946000
102727487192
126808083812
165530925487
0,26
b. Pajak Daerah
13358018000
14568408000
21691251109
34067851784
38643241316
0,32
c. Restribusi Daerah
19172685000
21051283000
26023155565
30924102833
41529546661
0,22
d. Bagian laba usaha
4123503000
2678745000
3318450860
3277635260
6183205661
0,19
e. Lain-lain PAD
29045053000
35633510000
51694629658
58536493935
79174931844
0,29
a. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
42599303000
40967698000
43592546559
34411514793
28882462184
-0,09
b. DAU
411434996000
468744939000
570454948000
640273360000
700774721000
0,14
c. DAK
48878400000
62327200000
78350660000
56771470000
46206000000
0,02
Lanjutan...
Tahun
2015
2020
2025
2030
2035
1
PENDAPATAN
1611902919586
4221319802011
11054971521130
28951228777969
75818707099539
a. Pendapatan Asli Daerah
209172074601
673948183220
2171447381454
6996359435078
22542128242599
b. Pajak Daerah
51051759805
205445469427
826765640776
3327118513126
13389184376357
c. Restribusi Daerah
50514911553
134502894278
358132440759
953576841693
2539029391153
d. Bagian laba usaha
7362065798
17616908877
42156031595
100876437081
241390263103
e. Lain-lain PAD
102184987307
365918259032
1310331153545
4692216607313
16802543868680
a. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak
26387633689
16796995765
10692094261
6806031345
4332365722
b. DAU
801188781952
1565009661004
3057026376566
5971471294960
11664429754312
c. DAK
47022816950
51328666979
56028801011
61159323386
66759644496
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Proyeksi peningkatan potensi PAD yang bersumber dari pajak daerah terus mengalami peningkatan tahun per tahun dengan besaran presentase peningkatan berpatokan pada perubahan penerimaan tahun 2010 sampai 2014 yaitu sebesar Rp. 681.400.890.000. sehingga presentase peningkatan potensi PAD meskipun meningkat namun dari tahun ke tahun mengalami penurunan karena disebabkan oleh perubahan peningkatan yang tetap. Selanjutnya dapat dilihat proyeksi peningkatan PAD untuk setiap komponen pajak dengan peningkatan 30% dan 50% dari potensi yang dimiliki pada tabel berikut.
Dari tabel diatas rasio terbesar pada sektor Pendapatan Asli Daerah.usaha untuk menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)sebagai salah satu sumber pembiyaan penyrlenggaraan kewenangan harus di dukung oleh potensi ekonomi yang dimiliki daerah sebagai basis PAD. Hal inidisebabkan karena kemampuan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi kepada daerah sangat tergantung kepada aktifitas ekonomi yang mereka lakukan. Semakin tinggi aktifitas ekonomi yang dilakukan, akan meningatkan pendapatanyang mereka terima dan seiring dengan hal itu usaha daerah untuk meningkatkanPAD melalui pajak daerah dan retribusi daerah dapat ditingkatkan.
Tabel IV.75.
Peningkatan 30% dan 50% dari potensi PAD setiap komponen Pajak berdasarkan data potensi tahun 2014
No
Jenis Pajak
Potensi
(Rp)
30%
(Rp)
50%
(Rp)
1
Hotel
37.467.050
48.707.165
56.200.575
2
Restoran
427.442.360
555.675.068
641.163.540
3
Hiburan
7.792.400
10.130.120
11.688.600
4
Reklame
78.691.850
102.299.405
118.037.775
5
Mineral
881.901.012
1.146.471.316
1.322.851.518
6
Penerangan Jalan
507.010.332
659.113.431,6
760.515.498
7
Walet
9.926.000
12.903.800
14.889.000
8
BPHTB
812.890.484
1.056.757.629
1.219.335.726
9
Bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan
1.551.056.011
2.016.372.814
2.326.584.017
10
Air Tanah
10.472.295
13.613.983,5
15.708.442,5
jumlah
4.245.957.944
5.519.745.327
6.368.936.916
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan data diatas menunjukkan potensi pajak akan memiliki kontribusi yang besar bagi penerima daerah yang bersumber dari PAD jika pemerintah maupun seluruh pihak terkait bekerja sama untuk mampu mencapai target yang ditetapkan bahkan lebih dari itu jika bisa mencapai peningkatan hingga 30% sampai 50% sesuai data yang dimiliki.
Tentunya kenaikan atau proyeksi setiap komponen sangatlah diharapkan agar bisa meningkatkan PAD Kabupaten Rembang. Dengan ini, efektifitas dan efisiensi setiap komponen pajak pun harus diperhatikan agar bisa mencapai titik maksimum serta keseimbangan antara potensi, target dan realisasi sehingga semuanya tercapai dengan baik.
4.5. Analisis Sosial Budaya
Analisis sosial budaya merupakan aspek penting dalam penyusunan sebuah rencana tata ruang ataupun dalam rangka mengevaluasi produk tata ruang tersebut. Di dalam menganalisis sosial budaya, terdapat beberapa aspek yang dijadikan parameter dalam menentukan arahan pengembangan kebijakan selanjutnya. Dalam menganalisis sosial budaya di kabupaten Rembang, ada beberapa indikator yang digunakan dalam menganalisisnya, yang terdiri dari analisis kependudukan, analisis pendidikan, analisis ketenagakerjaan, analisis penduduk menurut kesehatan, analisis perumahan dan lingkungan, serta analisis sosial budaya yang terdapat di kabupaten Rembang. Sebagai kawasan pesisir, tentunya banyak hal menarik yang bisa dijadikan potensi dalam kabupaten Rembang, terutama kaitannya dengan sosial budaya. Disamping itu, selain bisa dijadikan potensi, juga bisa terjadi masalah sebagai akibat dari kesalahan analisis ataupun hal-hal diluar prediksi perencana. Maka dari itu, untuk meminimalisir permasalahan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, dibuatlah analisis yang diharapkan dapat memberikan gambaran perencanaan baik secara eksisting maupun rencana.
4.5.1. Analisis Kependudukan Kabupaten Rembang
Kependudukan merupakan salah satu indikator penting dalam menganalisis potensi dan masalah sosial budaya terutama di kabupaten Rembang. Dari hasil analisis kependudukan, nantinya akan timbul yang dinamakan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk digunakan untuk menganalisis kebutuhan terhadap sarana maupun prasarana, kemampuan lahan, ataupun dalam hal perekonomian. Selain proyeksi, terdapat pula angka kelahiran dan kematian yang berguna untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penduduk.
4.5.1.1.Struktur Umur
Penduduk menurut struktur umur digunakan untuk mengetahui penduduk yang berusia produktif dengan yang non produktif, memberikan gambaran tentang demografi penduduk kabupaten. Untuk penduduk non produktif, dibagi menjadi 2 yaitu penduduk belum produktif dan penduduk tidak produktif. Di kabupaten Rembang, penduduk produktif dengan non produktif memiliki rasio perbandingan 1:2, dimana 1 orang penduduk produktif berbanding 2 orang penduduk non produktif (bisa penduduk belum produktif dengan belum produktif atapun penduduk belum produktif dengan penduduk tidak produktif). Penduduk usia 15-19 tahun menempati urutan tertinggi secara jumlah penduduk dari tahun 2010-2014, yakni sebesar 259.143 jiwa, kemudian disusul penduduk berusia 10-14 tahun sebanyak 251.962 jiwa. Piramida yang terbentuk merupakan bentuk Berikut adalah tabel penduduk menurut usia di kabupaten Rembang dari tahun 2010-2014 (dalam jiwa).
Tabel IV.76.
Jumlah Penduduk dan Struktur Umur Menurut Jenis Kelamindi Kabupaten Rembang
Tahun 2010-2014 (satuan jiwa)
No.
Struktur Umur
2010
Sex Ratio (%)
2011
Sex Ratio (%)
2012
Sex Ratio (%)
2013
Sex Ratio (%)
2014
Sex Ratio (%)
Keterangan
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
1.
0-4
23.431
21.715
107,90
23.588
21.855
107,93
23.813
22.128
107,61
24.129
22.565
106,93
24.306
22.798
106,61
Usia Penduduk Belum Produktif
2.
5-9
25.036
23.571
106,22
25.204
23.722
106,25
24.122
22.824
105,69
24.767
23.255
106,50
24.949
23.495
106,19
3.
10-14
26.310
24.338
108,10
26.487
24.494
108,14
25.853
24.061
107,45
25.793
24.197
106,60
25.982
24.447
106,28
4.
15-19
26.270
24.678
106,45
26.446
24.837
106,48
27.882
26.074
106,93
26.474
24.779
106,84
26.668
25.035
106,52
Usia Penduduk Produktif
5.
20-24
23.006
23.305
98,72
23.160
23.456
98,74
24.365
23.829
102,25
25.115
24.288
103,40
25.299
24.539
103,10
6.
25-29
24.503
25.361
96,62
24.668
25.524
96,65
23.048
24.210
95,20
23.387
23.829
98,15
23.559
24.075
97,86
7.
30-34
24.953
25.395
98,26
25.120
25.559
98,28
25.272
26.060
96,98
23.698
24.796
95,57
23.872
25.052
95,29
8.
35-39
22.683
23.106
98,17
22.835
23.256
98,19
23.089
23.572
97,95
23.780
24.376
97,55
23.954
24.628
97,26
9.
40-44
22.342
23.195
96,32
22.491
23.345
96,34
22.470
23.386
96,08
22.775
23.488
96,96
22942
23.731
96,68
10.
45-49
20.848
21.186
98,40
20.987
21.323
98,42
21.808
22.440
97,18
21.506
22.279
96,53
21.664
22509
96,25
11.
50-54
18.026
17.625
102,28
18.147
17.738
102,31
19.022
19.149
99,34
19.586
19.484
100,52
19.730
19.686
100,22
12.
55-59
14.178
12.106
117,12
14.273
12.184
117,15
15.558
13.856
112,28
15.872
14.892
106,58
15.988
15.046
106,26
13.
60-64
8.498
8.804
96,52
8.556
8.861
96,56
9.921
9.528
104,12
10.425
9.963
104,64
10.502
10.066
104,33
Usia Penduduk Tidak Produktif
14.
>65
16.169
22.722
71,16
16.282
22.864
71,21
16.960
24.248
69,94
17.921
24.110
74,33
17.589
24.790
70,95
JUMLAH
296.253
297.107
99,71
298.244
299.018
99,74
303.183
305.365
99,29
305.228
306.301
99,65
307.004
309.897
99,07
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2011-2015
Berdasarkan struktur umur tahun 2010-2014, jumlah penduduk terbesar berada di struktur umur 15-19 dengan jumlah penduduk sebesar 259.143 jiwa. Untuk usia belum produktif (0-14 tahun) dari tahun 2010-2014 adalah sebesar 723.235 jiwa, usia produktif (15-59 tahun) adalah sebesar 200.5586 jiwa, dan usia tidak produktif (>60 tahun) sebesar 298.779 jiwa. Sehingga akan dapat ditentukan angka ketergantungan (dependency ratio) dengan melakukan perhitungan sebagai berikut.
DR (2010)=jumlah penduduk belum produktif+tidak Produktifjumlah penduduk produktif×100%
DR= 144.401+56.193392.766 ×100%
DR= 200.594392.766 ×100%
DR= 0,510721396×100%
DR=51,07213965 %
DR=51%
DR (2014)=jumlah penduduk belum produktif+tidak Produktifjumlah penduduk produktif×100%
DR= 145.977+62.947407.977 ×100%
DR= 208.924407.977 ×100%
DR= 0,512097496×100%
DR=51,20974957%
DR=51%
Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa angka dependency ratio di kabupaten Rembang adalah 51%. Hal ini berarti bahwa setiap 2 orang penduduk usia produktif memiliki beban tanggungan sebesar 1 orang bukan produktif. Sehingga usia produktif di Kabupaten Rembang lebih banyak dari pada usia bukan produktif, suatu wilayah yang memiliki usia yang lebih banyak tergolong sebagai usia produktif akan lebih cenderung menghasilkan suatu keadaan yang seimbang dari pendapat wilayah.
Jumlah perempuan lebih besar dibandingkan dengan jumlah laki-laki, dimana sex ratio pada tahun 2011-2014 memiliki rata-rata sebesar 99,38, dibawah angka 100. Sex ratio tertinggi berada di tahun 2012, yakni sebesar 99,72. Artinya, pada tahun 2012, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki atau seimbang jumlahnya antara penduduk perempuan dengan penduduk laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa ketersediaan sumberdaya laki-laki dengan perempuan seimbang, sehingga diharapkan tuntutan kesetaraan gender di kabupaten Rembang seimbang. Persentase usia produktif di kabupaten Rembang terendah berada di kecamatan Sedan dan Pamotan dengan rata-rata persentase penduduk produktif mencapai 67%. Artinya adalah setiap 100 orang penduduk usia produktif di kecamatan Sedan dan Pamotan memiliki beban tanggungan sebanyak 67 orang. Sedangkan persentase usia produktif tertinggi berada di kecamatan Gunem dengan persentase sebesar 73%. Artinya adalah setiap 100 orang penduduk usia produktif memiliki beban tanggungan sebanyak 73 orang.
Bertambah atau berkurangnya penduduk usia produktif sangat mempengaruhi jumlah lapangan pekerjaan yang akn butuhkan, semakin bertambah upaya pemerintah untuk selalu mengontrol jumlah lapangan pekerjaan agar tidak terjadi sempitnya lapangan pekerjaan.
4.5.1.3. Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk merupakan prediksi pertumbuhan penduduk yang digunakan sebagai alat analisis dalam memperkirakan dampak yang kemungkinan akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam memproyeksikan penduduk, ada beberapa metode yang dipergunakan, seperti metode linear, metode polinomial, maupun metode eksponensial. Kegunaan dari proyeksi penduduk ini adalah untuk meramalkan pertumbuhan yang kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang, supaya kesalahan yang terjadi bisa diminimalisir sekecil mungkin. Proyeksi penduduk juga berguna dalam analisis sebaran sarana dan prasarana ke depannya.
Berdasarkan data kependudukan kabupaten Rembang tahun 2011-2015, terjadi peningkatan jumlah penduduk di setiap tahunnya, sehingga diprediksikan akan terjadi peningkatan penduduk pada setiap tahun yang akan diprediksikan. Karena pertumbuhan penduduk selalu meningkat setiap tahunnya di setiap kecamatan, tim studio 2 kabupaten Rembang menggunakan metode trendline cara linear dalam memproyeksikan jumlah penduduk tahun 2015-2035.
Gambar IV.11.
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2010-2014 (satuan jiwa)
Sumber : Analisis Penyusun 2016
TabelIV.77.
Proyeksi Penduduk Kabupaten Rembang Tahun 2015-2035 (satuan jiwa)
No.
Kecamatan
Tahun
R2
Tahun Proyeksi
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
2030
2035
1
Sumber
33.641
33.734
34.272
34.439
34.630
0,9939
34.661
35.845
37.030
38.214
39.399
2
Bulu
25.689
25.760
26.166
26.292
26.435
0,9925
26.460
27.352
28.245
29.137
30.030
3
Gunem
22.805
22.924
23.345
23.457
23.641
0,9977
23.654
24.658
25.662
26.666
27.670
4
Sale
35.852
35.998
36.722
36.901
37.198
0,9984
37.214
38.822
40.431
42.039
43.648
5
Sarang
60.322
60.870
62.171
62.472
63.165
0,9964
63.169
66.586
70.003
73.420
76.837
6
Sedan
51.321
51.688
52.618
52.872
53.335
0,9964
53.339
55.777
58.215
60.653
63.091
7
Pamotan
44.035
44.176
44.890
45.107
45.369
0,9967
45.389
46.985
48.582
50.178
51.775
8
Sulang
36.882
37.137
37.775
37.959
38.273
0,996
38.299
39.982
41.665
43.348
45.031
9
Kaliori
38.742
38.986
39.699
39.891
40.228
0,9942
40.259
42.056
43.853
45.650
47.447
10
Rembang
84.373
85.138
87.009
87.431
88.452
0,996
88.465
93.428
98.392
103.355
108.319
11
Pancur
27.458
27.687
28.203
28.342
28.618
0,9973
28.627
30.037
31.447
32.857
34.267
12
Kragan
58.496
59.041
60.250
60.541
61.205
0,9961
61.226
64.505
67.785
71.064
74.344
13
Sluke
26.689
26.816
27.291
27.423
27.624
0,9986
27.652
28.796
29.940
31.084
32.228
14
Lasem
47.055
47.307
48.137
48.368
48.728
0,9978
48.757
50.757
52.757
54.757
56.757
JUMLAH
593.360
597.262
608.548
611.495
616.901
617.171
645.586
674.007
702.422
730.843
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2011-2015 dan Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa proyeksi penduduk 20 tahun mendatang selalu mengalami peningkatan, dan yang tertinggi adalah kecamatan Rembang dan yang terendah adalah kecamatan Gunem. Metode yang digunakan adalah metode trendline dengan menggunakan cara linear. Karena pertambahan penduduk cenderung konstan dan menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Selain itu, penggunaan metode linear dalam proyeksi kabupaten Rembang lebih tepat karena selain rasio kuadrat mendekati 1, yang dimana diasumsikan mendekati akurat, pertambahan penduduk yang terjadi apabila menggunakan metode linear lebih rasional dan tidak terlalu signifikan.
4.5.1.4 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk di suatu wilayah dibagi dengan luasan wilayah tersebut, dihitung dengan satuan Ha. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, kepadatan penduduk diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan, yakni:
Rendah : <150 jiwa/Ha
Sedang : 151 – 200 jiwa/Ha
Tinggi : 201 – 400 jiwa/Ha
Sangat Tinggi : >400 jiwa/Ha
Untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/Ha, diberikan reduksi 15-30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan. Berdasarkan kabupaten Rembang dalam angka 2011-2015, jumlah penduduk di tiap kecamatan di kabupaten Rembang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga kepadatan penduduk juga bertambah setiap tahunnya.
Tabel IV.78.
Kepadatan Penduduk Bruto dan Proyeksinya di Kabupaten Rembang Tahun 2010-2035
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
2010
2011
2012
2013
2014
Jml Pnddk (jiwa)
Kpdtn (jiwa/Ha)
Kate-gori
Jml Pnddk (jiwa)
Kpdtn (jiwa/Ha)
Kate-gori
Jml Pnddk (jiwa)
Kpdtn (jiwa/Ha)
Kate-gori
Jml Pnddk (jiwa)
Kpdtn (jiwa/Ha)
Kate-gori
Jml Pnddk (jiwa)
Kpdtn (jiwa/Ha)
Kate-gori
1
Sumber
7.673
33.641
4
Rendah
33.734
4
Rendah
34.272
4
Rendah
34.439
4
Rendah
34.630
5
Rendah
2
Bulu
10.240
25.689
3
Rendah
25.760
3
Rendah
26.166
3
Rendah
26.292
3
Rendah
26.435
3
Rendah
3
Gunem
8.020
22.805
3
Rendah
22.924
3
Rendah
23.345
3
Rendah
23.457
3
Rendah
23.641
3
Rendah
4
Sale
10.715
35.852
3
Rendah
35.998
5
Rendah
36.722
5
Rendah
36.901
5
Rendah
37.198
5
Rendah
5
Sarang
9.133
60.322
7
Rendah
60.870
8
Rendah
62.171
8
Rendah
62472
8
Rendah
63.165
8
Rendah
6
Sedan
7.964
51.321
6
Rendah
51.688
7
Rendah
52.618
7
Rendah
52.872
7
Rendah
53.335
7
Rendah
7
Pamotan
8.156
44.035
5
Rendah
44.176
6
Rendah
44.890
6
Rendah
45.107
6
Rendah
45.369
6
Rendah
8
Sulang
8.454
36.882
4
Rendah
37.137
5
Rendah
37.775
5
Rendah
37.959
5
Rendah
38.273
5
Rendah
9
Kaliori
6.150
38.742
6
Rendah
38.986
5
Rendah
39.699
5
Rendah
39.891
5
Rendah
40.228
5
Rendah
10
Rembang
5.881
84.373
14
Rendah
85.138
11
Rendah
87.009
11
Rendah
87.431
11
Rendah
88.452
12
Rendah
11
Pancur
4.593
27.458
6
Rendah
27.687
4
Rendah
28.203
4
Rendah
28.342
4
Rendah
28.618
4
Rendah
12
Kragan
6.166
58.496
9
Rendah
59.041
8
Rendah
60.250
8
Rendah
60.541
8
Rendah
61.205
8
Rendah
13
Sluke
3.759
26.689
7
Rendah
26.816
3
Rendah
27.291
4
Rendah
27.423
4
Rendah
27.624
4
Rendah
14
Lasem
4.504
47.055
10
Rendah
47.307
6
Rendah
48.137
6
Rendah
48.368
6
Rendah
48.728
6
Rendah
No.
Kecamatan
Luas (Ha)
2015
2020
2025
2030
2035
1
Sumber
7.673
34.661
5
Rendah
35.845
5
Rendah
37.030
5
Rendah
38.214
5
Rendah
39.399
5
Rendah
2
Bulu
10.240
26.460
3
Rendah
27.352
4
Rendah
28.245
4
Rendah
29.137
4
Rendah
30.030
3
Rendah
3
Gunem
8.020
23.654
3
Rendah
24.658
3
Rendah
25.662
3
Rendah
26.666
3
Rendah
27.670
3
Rendah
4
Sale
10.715
37.214
5
Rendah
38.822
5
Rendah
40.431
5
Rendah
42.039
5
Rendah
43.648
4
Rendah
5
Sarang
9.133
63.169
8
Rendah
66.586
9
Rendah
70.003
9
Rendah
73.420
10
Rendah
76.837
8
Rendah
6
Sedan
7.964
53.339
7
Rendah
55.777
7
Rendah
58.215
8
Rendah
60.653
8
Rendah
63.091
8
Rendah
7
Pamotan
8.156
45.389
6
Rendah
46.985
6
Rendah
48.582
6
Rendah
50.178
7
Rendah
51.775
6
Rendah
8
Sulang
8.454
38.299
5
Rendah
39.982
5
Rendah
41.665
5
Rendah
43.348
6
Rendah
45.031
5
Rendah
9
Kaliori
6.150
40.259
5
Rendah
42.056
5
Rendah
43.853
6
Rendah
45.650
6
Rendah
47.447
8
Rendah
10
Rembang
5.881
88.465
12
Rendah
93.428
12
Rendah
98.392
13
Rendah
103.355
13
Rendah
108.319
18
Rendah
11
Pancur
4.593
28.627
4
Rendah
30.037
4
Rendah
31.447
4
Rendah
32.857
4
Rendah
34.267
7
Rendah
12
Kragan
6.166
61.226
8
Rendah
64.505
8
Rendah
67.785
9
Rendah
71.064
9
Rendah
74.344
12
Rendah
13
Sluke
3.759
27.652
4
Rendah
28.796
4
Rendah
29.940
4
Rendah
31.084
4
Rendah
32.228
9
Rendah
14
Lasem
4.504
48.757
6
Rendah
50.757
7
Rendah
52.757
7
Rendah
54.757
7
Rendah
56.757
13
Rendah
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kecamatan dengan kategori kepadatan penduduk tertinggi berada di kecamatan Rembang dengan tingkat kepadatan raata-rata 12 jiwa/Ha. Kecamatan Rembang merupakan pusat kegiatan lokal, sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi diantara semua wilayah di kabupaten Rembang. Sebagai pusat kegiatan lokal, kecamatan Rembang merupakan pusat perkotaan di kabupaten Rembang, sehingga segala macam aktivitas, mulai dari pendidikan, kesehatan, pemerintahan, ataupun perdagangan dipusatkan di kecamatan Rembang. Sementara itu kecamatan Lasem menempati urutan kedua kepadatan tertinggi di kabupaten Rembang dengan rata-rata kepadatan mencapai 7 jiwa/Ha. Kecamatan Lasem merupakan pusat kegiatan lokal promosi, dimana ada sektor yang diunggulkan di kecamatan Lasem, yakni industri tekstil dan pariwisata. Di kecamatan Lasem terdapat desa batik yang merupakan kawasan pengrajin batik yang berdiri secara turun temurun. Untuk kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah, yakni kecamatan Bulu dan Gunem, dengan rata-rata kepadatan penduduk 3 jiwa/Ha. Penyebabnya adalah kecamatan Bulu dan Gunem mayoritas wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung, sehingga lahan peruntukkan permukiman sangat sedikit. Selain itu, karena pusat pelayanan berada di kecamatan Rembang, dan jarak untuk menuju ke pusat perkotaan cukup jauh, ditambah aksesibilitas terutama untuk kendaraan umum yang cukup sulit, membuat sebagian warga Bulu dan Gunem pindah ke kabupaten tetangganya, yakni kabupaten Blora, dimana mereka lebih bisa mendapatkan pelayanan lebih dibandingkan harus menuju ke kecamatan Rembang karena lebih jauh secara jarak.
4.5.2. Analisis Pendidikan Kabupaten Rembang
Indikator pendidikan menjadi salah satu indikator penting dalam analisis sosial budaya, karena indikator ini menggambarkan potensi sumberdaya manusia. Dengan mengetahui kondisi pendidikan inilah, indeks pembangunan manusia suatu wilayah bisa dilihat. Bertolak dari indeks pembangunan manusia, maka kemampuan masyarakat untuk lebih dapat memberdayakan "diri sendiri", baik secara sosial maupun ekonomi dapat dipetakan. Tujuan dari analisis pendidikan yakni mampu memperoleh gambaran keadaan pendidikan penduduk sebagai acuan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan serta penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai bagi penduduk.
4.5.2.1 Partisipasi Pendidikan Penduduk
Partisipasi pendidikan penduduk adalah keikutsertaan penduduk dalam dunia pendidikan. Dengan mengetahui partisipasi pendidikan penduduk seorang perencana mampu memperoleh gambaran keadaan pendidikan secara keseluruhan di suatu daerah.
Tabel IV.79.
Jumlah dan Tingkat Partisipasi Pendidikan di Kabupaten Rembang
Tahun 2013 dan 2014
No.
Kecamatan
2013
2014
Jumlah Penduduk Usia Sekolah (murid)
Penduduk yang Bersekolah (jiwa)
Partisipasi (%)
Jumlah Penduduk Usia Sekolah (murid)
Penduduk yang Bersekolah (jiwa)
Partisipasi (%)
1.
Sumber
9.749
6.346
65,09
10.139
6.048
59,65
2.
Bulu
4.197
7.746
54,18
7.783
4.207
54,05
3.
Gunem
6.557
3.384
51,61
6.604
3.308
50,09
4.
Sale
11.365
6.940
61,07
11.452
6.916
60,39
5.
Sarang
20.903
12.337
59,02
21.137
12.294
58,16
6.
Sedan
19.380
11.707
60,41
19.547
10.415
53,28
7.
Pamotan
15.283
9.370
61,31
15.378
9.396
61,10
8.
Sulang
11.725
7.562
64,49
11.816
7.485
63,35
9.
Kaliori
11.615
6.545
56,35
11.716
6.510
55,56
10.
Rembang
28.262
24.432
86,45
28.587
23.737
83,03
11.
Pancur
8.988
4.866
54,14
9.078
4.779
52,64
12.
Kragan
19.348
11.653
60,23
19.562
11.858
60,62
13.
Sluke
8.404
4.854
57,76
8.464
4.723
55,80
14.
Lasem
16.634
12.427
74,71
16.755
12.909
77,05
JUMLAH
192.410
130.169
61,92
198.018
124.585
60,34
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2014 & 2015 serta Analisis Penyusun 2016
Terlihat bahwa tingkat partisipasi pendidikan di kabupaten Rembang mengalami penurunan sebesar 1,58% dari tahun 2013 ke 2014, namun tingkat partisipasi pendidikan sudah mencapai >60%. Partisipasi pendidikan tertinggi di kabupaten Rembang berada di kecamatan Rembang dengan tingkat partisipasi pendidikan 80%. Penurunan partisipasi pendidikan tertinggi berada di kecamatan Sedan dan kecamatan Sumber, dengan tingkat penurunan partisipan pendidikan lebih besar dari 6%. Meskipun jumlah anak usia sekolah mengalami peningkatan jumlah sebanyak 5.608 orang, namun tidak diimbangi dengan jumlah anak yang bersekolah. Tapi sebaliknya, jumlah anak yang bersekolah mengalami penurunan sebanyak 5.584 murid. Kemungkinan penyebabnya adalah jumlah sarana pendidikan yang kurang memadai dan cenderung mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dan kemudian tidak mampu mengakomodir kebutuhan pendidikan di kabupaten Rembang.
4.5.2.2 Banyaknya Murid, Jumlah Guru, Rasio Murid-Guru, Rasio Murid-Sekolah
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia suatu daerah. Semakin banyak jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan, maka semakin baik kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Selain itu, jumlah tenaga pendidik atau guru juga mempengaruhi kualitas pendidikan di suatu daerah. Disamping tenaga pendidik dengan murid yang bersekolah, ketersediaan sarana pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pemerataan pendidikan di suatu daerah. Dan berikut ini adalah rasio guru, murid, dan jumlah sebaran sarana pendidikan di kabupaten Rembang berdasarkan Rembang dalam angka 2011-2015.
Tabel IV.80.
Banyaknya Murid, Jumlah Guru, Rasio Murid-Guru,
Rasio MuridKelas Tahun 2010-2014
Indikator
Tahun
Banyaknya Murid (orang)
2010
2011
2012
2013
2014
TK
13.773
8.562
14.404
14.502
14.969
RA
2.815
2.952
2.715
2.715
3.038
SD
61.832
60.878
60.258
59.881
57.642
SMP
29.326
26.799
28.652
29.869
29.686
SMA
16.418
17.507
18.200
19.672
19.294
JUMLAH
126.174
118.709
126.241
128.652
126.643
Jumlah Guru (orang)
TK
787
810
738
761
773
RA
184
183
182
182
207
SD
4.289
4.232
4.090
5.190
4.056
SMP
1.927
1.857
1.842
1.956
2.223
SMA
1.271
1.291
1.400
1.492
1.817
JUMLAH
8.458
8.373
8.252
9.581
9.076
Rasio Murid-Guru (%)
TK
17,99
10,52
20,13
19,06
19,36
RA
10,65
16,1
14,92
14,92
14,68
SD
13,185
11,265
13,065
14,235
11,75
SMP
14,785
15,04
15,76
15,16
13,275
SMA
12,97
13,325
12,975
13,785
10,355
RATA-RATA
13,916
13,25
15,37
15,432
13,884
Rasio Murid-Kelas (%)
TK
40,93
24,60
39,33
39,71
42,05
RA
150,58
51,79
47.63
47,63
53,30
SD
146,24
118,17
132,205
140,65
124,08
SMP
312,505
296,28
314,535
313,235
308,945
SMA
346,905
326,545
301,525
307,205
335,68
RATA-RATA
199,432
163,477
179,519
169,686
172,811
Angka melek huruf (%)
99,82
99,98
99,98
99,98
99,98
Angka buta huruf (%)
0,18
0,02
0,02
0,02
0,02
Sumber: Kabupaten Rembang dalam angka 2011-2015, profil pendidikan kabupaten Rembang tahun 2011-2015 dan Analisis Penyusun 2016
Dari tabel di atas, terlihat bahwa jumlah murid terbanyak berada di tingkat SD, namun selalu mengalami penurunan >500 murid setiap tahunnya. Sedangkan partisipan pendidikan yang paling sedikit berada di tingkat RA. Adapun untuk rasio murid-guru tertinggi berada di tahun 2013 dengan rasio 15,432%, sedangkan untuk rasio murid-kelas tertinggi berada di tahun 2010 dengan rasio rata-rata sebesar 199,432%. Untuk jumlah tenaga pendidik yang selalu mengalami peningkatan adalah guru SMA dengan jumlah peningkatan rata-rata sekitar 130 guru per tahunnya, baik PNS maupun non PNS. Angka melek huruf di kabupaten Rembang sudah mencapai 99%, artinya adalah tingkat pendidikan di kabupaten Rembang sudah memenuhi standar. Rasio guru dengan murid paling tinggi berada di jenjang pendidikan TK dengan rasio murid-guru tertinggi adalah 19,36%. Artinya adalah 1 orang tenaga pendidik mengajar 19 siswa, atau bertanggung jawab terhadap 19 siswa.
4.5.2.3 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan mayoritas jenis pekerjaan di suatu daerah. Semakin beragam tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin heterogen jenis pekerjaan yang disediakan di daerah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka diasumsikan bahwa akan semakin baik juga jenis pekerjaan yang didapatkan dan semakin besar pula penghasilannya. Berikut adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan berdasarkan kabupaten Rembang dalam angka 2011-2015.
Tabel IV.81.
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Rembang
Tahun 2010-2014
No
Kecamatan
2010
2011
2012
2013
2014
SD
SMP
SMA
SD
SMP
SMA
SD
SMP
SMA
SD
SMP
SMA
SD
SMP
SMA
1
Sumber
554
509
204
509
504
250
520
499
258
523
476
272
548
559
285
2
Bulu
403
289
25
419
231
34
409
321
25
429
328
25
442
312
48
3
Gunem
343
221
38
333
292
43
342
288
38
326
275
52
383
718
40
4
Sale
747
449
189
598
293
175
586
490
181
614
474
219
604
455
289
5
Sarang
894
512
36
891
655
144
906
605
92
916
569
146
924
906
312
6
Sedan
998
701
335
980
659
205
1001
734
290
1.058
756
342
1.033
736
605
7
Pamotan
752
842
305
680
637
329
716
755
293
798
733
309
847
739
374
8
Sulang
534
714
215
438
531
276
535
632
296
493
428
277
526
683
380
9
Kaliori
610
455
47
519
612
109
507
531
71
553
484
66
599
504
132
10
Rembang
1.420
1.441
1.817
1.244
1.213
2.216
1.248
1.475
2.077
1.362
1.525
2.354
1.400
1.495
2.339
11
Pancur
457
507
0
431
420
0
411
425
0
456
454
0
499
379
0
12
Kragan
956
779
219
964
818
265
958
853
243
972
864
258
941
871
315
13
Sluke
456
389
28
435
335
19
444
340
25
447
306
17
448
385
29
14
Lasem
803
1028
752
740
961
764
696
971
814
751
972
765
773
975
775
JUMLAH
9.927
8.836
4.210
9.181
8.161
4.829
9.279
8.919
4.703
9.698
8.644
5.102
9.967
9.717
5.923
Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka 2011-2015 dan Analisis Penyusun 2016
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu daerah. Banyaknya jumlah penduduk yang ada harus diimbangi dengan banyaknya sarana pendidikan yang mencukupi untuk melayani penduduk yang ada. Sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Rembang diantaranya adalah TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Berikut di bawah ini adalah cara yang digunakan untuk menghitung sarana pendidikan berdasarkan SNI.
Tabel IV.82.
Standart Minimum Pelayanan Sarana Pendidikan
JenisSarana
Jumlah
Penduduk
LuasLahan
Minimal (m²)
Radius Pencapaian (m)
Lokasi dan penyelesaian
1 unit TK
1.250 jiwa.
500
500
Di tengahkelompok warga.
Tidakmenyeberangjalan raya.
Bergabungdengan tamansehingga terjadipengelompokankegiatan.
1 unit SD
1.600 jiwa.
2.000
1.000
1 unit SMP
4.800 jiwa.
9.000
1.000
1 unit SMA
4.800 jiwa.
12.500
3.000
Dapat dijangkau dengankendaraan umum.
Disatukan dengan lapangan olah raga.
Tidak selalu harus di pusat lingkungan.
Sumber: SNI Tata Cara PerencanaanLingkunganPerumahan di Perkotaan, 2004
Berikut di bawah ini adalah tabel Kebutuhan sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Rembang selama tahun 2014.
Tabel IV.83.
Pelayanan Sarana Pendidikan
=
Kecamatan
Jenis Sarana Pendidikan
TK
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
1
Sumber
28
6
22
26
5
21
5
2
3
3
2
1
2
Bulu
12
5
7
21
4
17
3
1
2
2
1
1
3
Gunem
15
4
11
20
3
17
4
1
3
2
1
1
4
Sale
20
7
13
29
6
23
6
2
4
3
2
1
5
Sarang
26
13
13
34
10
24
11
3
8
3
3
0
6
Sedan
24
12
12
39
10
29
9
3
6
6
3
3
7
Pamotan
29
9
20
33
7
26
7
2
5
4
2
2
8
Sulang
27
7
20
23
6
17
5
2
3
3
2
1
9
Kaliori
23
7
16
27
5
22
4
2
2
2
2
0
10
Rembang
47
17
30
49
13
36
13
4
9
15
4
11
11
Pancur
18
5
13
23
4
19
5
1
4
0
1
-1
12
Kragan
32
12
20
41
9
32
8
3
5
3
3
0
13
Sluke
16
5
11
20
4
16
5
1
4
1
1
0
14
Lasem
34
10
24
33
8
25
10
3
7
9
3
6
Jumlah
356
121
235
418
94
324
96
31
65
56
31
25
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Untuk menghitung jumlah sarana pendidikan berdasarkan SNI tata cara perencanaan lingkungan perumahandi perkotaan, digunakan jumlah penduduk usia pelajar. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sarana pendidikan eksisting yang ada di Kabupaten Rembang dibandingkan dengan SNI sudah memenuhi. Untuk semua kecamatan di Kabupaten Rembang mayoritas sarana pendidikannya sudah terpenuhi. Namun untuk SMA di Kecamatan Pancur masih kurang 1 unit jika membandingkan antara eksisting dan SNI.Selain itu di Kabupaten Rembang juga memiliki 3 Perguruan Tinggi, diantaranya adalah :
STIE YPPI,merupakan perguruan tinggi yang berlokasi di Kecamatan Rembang dan sudah mendapatkan akreditasi B dari BAN PT.
STAI Al-Anwar,adalah perguruan tinggi swasta yang berlokasi di Kecamatan Sarang.
STAI Al – Kamal,merupakan salah satu Perguruan Tinggi PTA Islam Swasta di indonesia yang berwujud Sekolah Tinggi, dinaungi oleh Kementerian Agama. Yang berada di Kecamatan Sarang.
Dengan adanya perguruan tinggi tersebut, dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat di luar Kabupaten Rembang untuk menempuh pendidikan di Kabupaten Rembang. Dan di Kecamatan Rembang sendiri merupakan Kecamatan yang paling banyak memiliki sarana pendidikan yang paling banyak dibanding kecamatan yang lainnya karena merupakan pusat kegiatan di Kabupaten Rembang.Namun pelayanan perguruan tinggi di Kabupaten Rembang sebenarnya cukup kurang. Karena dua perguruan tinggi swasta yang ada di Kecamatan Sarang hanya menyediakan jurusan yang berhubungan dengan keislaman. Dikarenakan Kecamatan Sarang terdapat 25 pondok pesantren dan juga lokasinya yang strategis terletak di jalur pantura. Selain itu STIE YPPI yang berada di Kecamatan Rembang juga hanya menyediakan kurikulum manajemen dan juga akuntansi.
Tabel IV.84.
Proyeksi Jumlah Sarana Pendidikan TK (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah TK
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
7.818
28
6
22
10.466
8
20
14.010
11
17
18.754
15
13
25.105
20
8
2
Bulu
5.828
12
5
7
5.970
5
7
6.116
5
7
6.265
5
7
6.417
5
7
3
Gunem
5.057
15
4
11
5.246
4
11
5.442
4
11
5.646
5
10
5.857
5
10
4
Sale
8.818
20
7
13
9.166
7
13
9.528
8
12
9.904
8
12
10.295
8
12
5
Sarang
16.452
26
13
13
17.382
14
12
18.365
15
11
19.404
16
10
20.501
16
10
6
Sedan
15.374
24
12
12
16.046
13
11
16.748
13
11
17.480
14
10
18.244
15
9
7
Pamotan
11.747
29
9
20
12.124
10
19
12.513
10
19
12.915
10
19
13.330
11
18
8
Sulang
9.099
27
7
20
9.457
8
19
9.830
8
19
10.217
8
19
10.619
8
19
9
Kaliori
8.710
23
7
16
9.100
7
16
9.508
8
15
9.934
8
15
10.379
8
15
10
Rembang
21.390
47
17
30
22.648
18
29
23.979
19
28
25.389
20
27
26.881
22
25
11
Pancur
6.789
18
5
13
7.071
6
12
7.364
6
12
7.670
6
12
7.988
6
12
12
Kragan
14.777
32
12
20
15.609
12
20
16.488
13
19
17.416
14
18
18.397
15
17
13
Sluke
6.326
16
5
11
6.556
5
11
6.794
5
11
7.041
6
10
7.297
6
10
14
Lasem
12.795
34
10
24
13.276
11
23
13.774
11
23
14.291
11
23
14.828
12
22
Jumlah
150.980
356
121
235
160.117
128
228
170.459
136
220
172.326
138
218
196.138
157
199
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Tabel IV.85.
Proyeksi Jumlah Sarana Pendidikan SD(unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah SD
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
7.818
26
5
21
10.466
7
19
14.010
9
17
18.754
12
14
25.105
16
10
2
Bulu
5.828
21
4
17
5.970
4
17
6.116
4
17
6.265
4
17
6.417
4
17
3
Gunem
5.057
20
3
17
5.246
3
17
5.442
3
17
5.646
4
16
5.857
4
16
4
Sale
8.818
29
6
23
9.166
6
23
9.528
6
23
9.904
6
23
10.295
6
23
5
Sarang
16.452
34
10
24
17.382
11
23
18.365
11
23
19.404
12
22
20.501
13
21
6
Sedan
15.374
39
10
29
16.046
10
29
16.748
10
29
17.480
11
28
18.244
11
28
7
Pamotan
11.747
33
7
26
12.124
8
25
12.513
8
25
12.915
8
25
13.330
8
25
8
Sulang
9.099
23
6
17
9.457
6
17
9.830
6
17
10.217
6
17
10.619
7
16
9
Kaliori
8.710
27
5
22
9.100
6
21
9.508
6
21
9.934
6
21
10.379
6
21
10
Rembang
21.390
49
13
36
22.648
14
35
23.979
15
34
25.389
16
33
26.881
17
32
11
Pancur
6.789
23
4
19
7.071
4
19
7.364
5
18
7.670
5
18
7.988
5
18
12
Kragan
14.777
41
9
32
15.609
10
31
16.488
10
31
17.416
11
30
18.397
11
30
13
Sluke
6.326
20
4
16
6.556
4
16
6.794
4
16
7.041
4
16
7.297
5
15
14
Lasem
12.795
33
8
25
13.276
8
25
13.774
9
24
14.291
9
24
14.828
9
24
Jumlah
150.980
418
94
324
160.117
100
318
170.459
107
311
172.326
108
310
196.138
123
295
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Tabel IV.86.
Proyeksi Jumlah Sarana Pendidikan SMP(unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah SMP
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
7.818
5
2
3
10.466
2
3
14.010
3
2
18.754
4
1
25.105
5
0
2
Bulu
5.828
3
1
2
5.970
1
2
6.116
1
2
6.265
1
2
6.417
1
2
3
Gunem
5.057
4
1
3
5.246
1
3
5.442
1
3
5.646
1
3
5.857
1
3
4
Sale
8.818
6
2
4
9.166
2
4
9.528
2
4
9.904
2
4
10.295
2
4
5
Sarang
16.452
11
3
8
17.382
4
7
18.365
4
7
19.404
4
7
20.501
4
7
6
Sedan
15.374
9
3
6
16.046
3
6
16.748
3
6
17.480
4
5
18.244
4
5
7
Pamotan
11.747
7
2
5
12.124
3
4
12.513
3
4
12.915
3
4
13.330
3
4
8
Sulang
9.099
5
2
3
9.457
2
3
9.830
2
3
10.217
2
3
10.619
2
3
9
Kaliori
8.710
4
2
2
9.100
2
2
9.508
2
2
9.934
2
2
10.379
2
2
10
Rembang
21.390
13
4
9
22.648
5
8
23.979
5
8
25.389
5
8
26.881
6
7
11
Pancur
6.789
5
1
4
7.071
1
4
7.364
2
3
7.670
2
3
7.988
2
3
12
Kragan
14.777
8
3
5
15.609
3
5
16.488
3
5
17.416
4
4
18.397
4
4
13
Sluke
6.326
5
1
4
6.556
1
4
6.794
1
4
7.041
1
4
7.297
2
3
14
Lasem
12.795
10
3
7
13.276
3
7
13.774
3
7
14.291
3
7
14.828
3
7
Jumlah
150.980
96
31
65
160.117
33
63
170.459
36
60
172.326
36
60
196.138
41
55
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Tabel IV.87.
Proyeksi Jumlah Sarana Pendidikan SMA(unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah SMA
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
7.818
3
2
1
10.466
2
1
14.010
3
0
18.754
4
-1
25.105
5
-2
2
Bulu
5.828
2
1
1
5.970
1
1
6.116
1
1
6.265
1
1
6.417
1
1
3
Gunem
5.057
2
1
1
5.246
1
1
5.442
1
1
5.646
1
1
5.857
1
1
4
Sale
8.818
3
2
1
9.166
2
1
9.528
2
1
9.904
2
1
10.295
2
1
5
Sarang
16.452
3
3
0
17.382
4
-1
18.365
4
-1
19.404
4
-1
20.501
4
-1
6
Sedan
15.374
6
3
3
16.046
3
3
16.748
3
3
17.480
4
2
18.244
4
2
7
Pamotan
11.747
4
2
2
12.124
3
1
12.513
3
1
12.915
3
1
13.330
3
1
8
Sulang
9.099
3
2
1
9.457
2
1
9.830
2
1
10.217
2
1
10.619
2
1
9
Kaliori
8.710
2
2
0
9.100
2
0
9.508
2
0
9.934
2
0
10.379
2
0
10
Rembang
21.390
15
4
11
22.648
5
10
23.979
5
10
25.389
5
10
26.881
6
9
11
Pancur
6.789
0
1
-1
7.071
1
-1
7.364
2
-2
7.670
2
-2
7.988
2
-2
12
Kragan
14.777
3
3
0
15.609
3
0
16.488
3
0
17.416
4
-1
18.397
4
-1
13
Sluke
6.326
1
1
0
6.556
1
0
6.794
1
0
7.041
1
0
7.297
2
-1
14
Lasem
12.795
9
3
6
13.276
3
6
13.774
3
6
14.291
3
6
14.828
3
6
Jumlah
150.980
56
31
25
160.117
33
23
170.459
36
20
172.326
36
20
196.138
41
15
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Berdasarkan hasil proyeksi sarana pendidikan, kebutuhan sarana pendidikan di setiap kecamatan di Kabupaten Rembang terus mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai dengan 2034. Kebutuhan TK merupakan yang tertinggi dari kebutuhan semua jenis sarana pendidikan seperti SD, SMP dan juga SMA.Kecamatan Rembang merupakan kecamatan yang paling banyak kebutuhan sarana pendidikannya dibandingkan kecamatan yang lain sedangkan Kecamatan Gunem yang paling sedikit berdasarkan perhitungan SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004.Kecamatan Rembang merupakan kecamatan yang memiliki kebutuhan sarana pendidikan tertinggi karena Kecamatan Rembang merupakan pusat kegiatan di Kabupaten Rembang. Hampir seluruh aktivitas di setiap kecamatan di Kabupaten Rembang terjadi di Kecamatan Rembang. Selain itu, jumlah penduduk di Kecamatan Rembang juga lebih padat dibanding kecamatan yang lain maka dari itu kebutuhan sarana pendidikan di Kabupaten Rembang lebih banyak dibanding kecamatan lain. Didukung juga kecamatan Rembang yang memang sebagai PKL, sehingga cakupan pelayanan adalah seluruh kabuaten Rembang. Seperti Kecamatan Kaliori, Kecamatan Sulang, Kecamatan Sumber. Sebagian masyarakat di Kecamatan tersebut memilih bersekolah di Kecamatan Rembang karena sarana pendidikan di kecamatan Rembang memiliki cakupan layanan yang luas serta memiliki kondisi yang fasiitas yang baik. Selain Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem juga memiliki cakupan layanan fasilitas pendidikan yang cukup luas, antara lain mencakup Kecamatan Pancur, Pamotan, dan Sedan. Lain lagi Kecamatan Sarang. Kecamatan ini memiliki fasilitas pendidikan yang cakupannya tak hanya dengan kecamatan sekitarnya, bahkan sudah mencakup beberapa kabupaten di sekitar Kabupaten Rembang. Seperti Kabupaten Pati, Jepara, Blora dan Kabupaten Tuban. Hal ini karena memang Kecamatan Sarang sudah terkenal menjadi kawasan pendidikan islam, khususnya pesantren.
Sedangkan untuk Kecamatan yang kebutuhan sarananya sedikit seperti Kecamatan Gunem dikarenakan oleh jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak.Kebutuhan akan sarana pendidikan dari tahun ke tahun terus meningkat. Untuk sarana pendidikan berupa TK, SD, SMP dan SMA untuk skala kabupaten masih dapat terpenuhi sampai dengan tahun 2034 Namun untuk kebutuhan SMA berdasarkan SNI di Kecamatan Pancur pada tahun 2014 masih kurang 1 unit. Dan setelah diproyeksikan sampai dengan 2034 untuk Kecamatan Sumber, Sarang, Pancur, Kragan dan Sluke masih kurang, namun untuk skala kabupaten kebutuhan akan sarana pendidikan sudah dapat terpenuhi semua sampai dengan tahun 2034.
Peta IV.24 Kecukupan Sarana Pendidikan
Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana pendukung kegiatan keagamaan yang ada pada suatu wilayah. Pada wilayah studi, sebagian besar penduduk memeluk Agama Islam. Hal ini menyebabkan sebagian besar fasilitas peribadatan yang ada di Kabupaten Rembang berupa masjid dan mushola. Oleh karena itu, penyediaan sarana peribadatanya harus memperhatikan struktur penduduk menurut agama dan kepercayaannya. Penyediaan kebutuhan fasilitas peribadatan ini dapat dihitung dengan menggunakan standar unit pelayanan wilayah. Jenis fasilitas dan minimal penduduk pendukungnya adalah:
Tabel IV.88.
Standart Minimum Pelayanan Sarana Peribadatan
Jenis Sarana
Peribadatan
Standar
Pelayanan
StandarLuas
Lahan Min (m²)
Radius Pencapaian (m)
Lokasi dan penyelesaian
1 unit Mushola
250 jiwa.
45
100
Di tengah kelompoktetangga.
Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
1 unit Masjid
2.500 jiwa.
1.800
1.000
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
Dapat bergabung dalam lokasi balai warga.
1 unit Gereja
120.000 jiwa
3.600
-
Dapat dijangkau dengan
kendaraan umum.
1 unit Vihara
120.000 jiwa
3.600
-
Dapat dijangkau dengan
kendaraan umum
Sumber: SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004
Berikut kebutuhan sarana peribadatan di Kabupaten Rembang hingga tahun 2014 :
Tabel IV.89.
Pelayanan Sarana Peribadatan
No
Kecamatan
Jenis Sarana Peribadatan
Masjid
Mushola
Gereja
Vihara
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
1
Sumber
45
14
31
185
139
46
1
0
1
0
0
0
2
Bulu
32
11
21
129
106
23
1
0
1
0
0
0
3
Gunem
29
9
20
114
95
19
0
0
0
0
0
0
4
Sale
29
15
14
108
149
-41
3
0
3
0
0
0
5
Sarang
47
25
22
368
253
115
0
1
-1
0
1
-1
6
Sedan
41
21
20
365
213
152
0
0
0
0
0
0
7
Pamotan
42
18
24
272
181
91
1
0
1
0
0
0
8
Sulang
40
15
25
139
153
-14
1
0
1
0
0
0
9
Kaliori
45
16
29
169
161
8
3
0
3
0
0
0
10
Rembang
55
35
20
164
354
-190
10
1
9
2
1
1
11
Pancur
36
11
25
144
114
30
0
0
0
0
0
0
12
Kragan
46
24
22
347
245
102
2
1
1
1
1
0
13
Sluke
24
11
13
217
111
106
1
0
1
0
0
0
14
Lasem
41
19
22
159
195
-36
11
0
11
3
0
3
Jumlah
552
247
305
2.880
2.468
412
34
5
29
6
5
1
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Setelah perhitungan kebutuhan sarana peribadatan berdasarkan SNI maka dapat kita ketahui bahwa mayoritas sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Rembang sudah sangat mencukupi. Deviasi untuk masjid di semua kecamatan di Kabupaten Rembang sudah memenuhi bahkan lebih dari standar SNI. Dan untuk mushola ada 4 kecamatan yang jumlah musholanya masih kurang dari standar, yaitu di Kecamatan Sale, Sulang, Rembang dan Lasem. Karena di keempat kecamatan ini juga dihuni mayoritas penduduk beragama non muslim dengan dapat dijumpainya 3 buah vihara di Kecamatan Lasem, 2 di Rembang dan 1 di Kecamatan Kragan. Dan untuk gereja, Kecamatan Lasem merupakan Kecamatan dengan jumlah gereja tertinggi di Kabupaten Rembang.
Di Kecamatan Sarang sebenarnya tidak diperlukan gereja dan vihara seperti perhitungan standar SNI dikarenakan berdasarkan data yang ada tidak ada penduduk yang beragama Budha. Penduduk beragama Budha hanya ada di Kecamatan Rembang, Kragan dan Lasem. Maka dari itu di ketiga kecamatan tersebut diperlukan adanya vihara untuk menunjang kebutuhan spiritual penduduk yang beragama Budha. Selain itu di Kecamatan Sarang juga tidak terdapat penduduk beragama Kristen maupun Katholik begitu juga dengan Kecamatan Gunem, Sedan dan Pancur yang tidak memerlukan gereja karena berdasarkan data Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015, seluruh penduduk di kecamatan tersebut beragama Islam.
Tabel IV.90.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Masjid (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Masjid
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
45
14
31
35.608
14
31
36.793
15
30
37.977
15
30
39.162
16
29
2
Bulu
26.435
32
11
21
27.174
11
21
28.066
11
21
28.959
12
20
29.851
12
20
3
Gunem
23.641
29
9
20
24.457
10
19
25.461
10
19
26.465
11
18
27.469
11
18
4
Sale
37.198
29
15
14
38.500
15
14
40.109
16
13
41.717
17
12
43.326
17
12
5
Sarang
63.165
47
25
22
65.903
26
21
69.320
28
19
72.737
29
18
76.154
30
17
6
Sedan
53.335
41
21
20
55.289
22
19
57.727
23
18
60.165
24
17
62.603
25
16
7
Pamotan
45.369
42
18
24
46.666
19
23
48.262
19
23
49.859
20
22
51.455
21
21
8
Sulang
38.273
40
15
25
39.654
16
24
41.328
17
23
43.011
17
23
44.694
18
22
9
Kaliori
40.228
45
16
29
41.697
17
28
43.494
17
28
45.291
18
27
47.088
19
26
10
Rembang
88.452
55
35
20
92.435
37
18
97.399
39
16
102.362
41
14
107.326
43
12
11
Pancur
28.618
36
11
25
29.755
12
24
31.165
12
24
32.575
13
23
33.985
14
22
12
Kragan
61.205
46
24
22
63.849
26
20
67.129
27
19
70.408
28
18
73.688
29
17
13
Sluke
27.642
24
11
13
28.567
11
13
29.711
12
12
30.855
12
12
31.999
13
11
14
Lasem
48.728
41
19
22
50.357
20
21
52.357
21
20
54.357
22
19
56.357
23
18
Jumlah
616.919
552
247
305
639.911
256
296
668.321
267
285
696.738
279
273
725.157
290
262
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.91.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Mushola (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Mushola
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
185
139
46
35.608
142
43
36.793
147
38
37.977
152
33
39.162
157
28
2
Bulu
26.435
129
106
23
27.174
109
20
28.066
112
17
28.959
116
13
29.851
119
10
3
Gunem
23.641
114
95
19
24.457
98
16
25.461
102
12
26.465
106
8
27.469
110
4
4
Sale
37.198
108
149
-41
38.500
154
-46
40.109
160
-52
41.717
167
-59
43.326
173
-65
5
Sarang
63.165
368
253
115
65.903
264
104
69.320
277
91
72.737
291
77
76.154
305
63
6
Sedan
53.335
365
213
152
55.289
221
144
57.727
231
134
60.165
241
124
62.603
250
115
7
Pamotan
45.369
272
181
91
46.666
187
85
48.262
193
79
49.859
199
73
51.455
206
66
8
Sulang
38.273
139
153
-14
39.654
159
-20
41.328
165
-26
43.011
172
-33
44.694
179
-40
9
Kaliori
40.228
169
161
8
41.697
167
2
43.494
174
-5
45.291
181
-12
47.088
188
-19
10
Rembang
88.452
164
354
-190
92.435
370
-206
97.399
390
-226
102.362
409
-245
107.326
429
-265
11
Pancur
28.618
144
114
30
29.755
119
25
31.165
125
19
32.575
130
14
33.985
136
8
12
Kragan
61.205
347
245
102
63.849
255
92
67.129
269
78
70.408
282
65
73.688
295
52
13
Sluke
27.642
217
111
106
28.567
114
103
29.711
119
98
30.855
123
94
31.999
128
89
14
Lasem
48.728
159
195
-36
50.357
201
-42
52.357
209
-50
54.357
217
-58
56.357
225
-66
Jumlah
616.919
2.880
2.468
412
639.911
2.560
320
668.321
2.673
207
696.738
2.787
93
725.157
2.901
-21
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.92.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Gereja (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Gereja
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
1
0
1
35.608
0
1
36.793
0
1
37.977
0
1
39.162
0
1
2
Bulu
26.435
1
0
1
27.174
0
1
28.066
0
1
28.959
0
1
29.851
0
1
3
Gunem
23.641
0
0
0
24.457
0
0
25.461
0
0
26.465
0
0
27.469
0
0
4
Sale
37.198
3
0
3
38.500
0
3
40.109
0
3
41.717
0
3
43.326
0
3
5
Sarang
63.165
0
1
-1
65.903
1
-1
69.320
1
-1
72.737
1
-1
76.154
1
-1
6
Sedan
53.335
0
0
0
55.289
0
0
57.727
0
0
60.165
1
-1
62.603
1
-1
7
Pamotan
45.369
1
0
1
46.666
0
1
48.262
0
1
49.859
0
1
51.455
0
1
8
Sulang
38.273
1
0
1
39.654
0
1
41.328
0
1
43.011
0
1
44.694
0
1
9
Kaliori
40.228
3
0
3
41.697
0
3
43.494
0
3
45.291
0
3
47.088
0
3
10
Rembang
88.452
10
1
9
92.435
1
9
97.399
1
9
102.362
1
9
107.326
1
9
11
Pancur
28.618
0
0
0
29.755
0
0
31.165
0
0
32.575
0
0
33.985
0
0
12
Kragan
61.205
2
1
1
63.849
1
1
67.129
1
1
70.408
1
1
73.688
1
1
13
Sluke
27.642
1
0
1
28.567
0
1
29.711
0
1
30.855
0
1
31.999
0
1
14
Lasem
48.728
11
0
11
50.357
0
11
52.357
0
11
54.357
0
11
56.357
0
11
Jumlah
616.919
34
5
29
639.911
5
29
668.321
6
28
696.738
6
28
725.157
6
28
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.93.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Vihara (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Vihara
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
0
0
0
35.608
0
0
36.793
0
0
37.977
0
0
39.162
0
0
2
Bulu
26.435
0
0
0
27.174
0
0
28.066
0
0
28.959
0
0
29.851
0
0
3
Gunem
23.641
0
0
0
24.457
0
0
25.461
0
0
26.465
0
0
27.469
0
0
4
Sale
37.198
0
0
0
38.500
0
0
40.109
0
0
41.717
0
0
43.326
0
0
5
Sarang
63.165
0
1
-1
65.903
1
-1
69.320
1
-1
72.737
1
-1
76.154
1
-1
6
Sedan
53.335
0
0
0
55.289
0
0
57.727
1
-1
60.165
1
-1
62.603
1
-1
7
Pamotan
45.369
0
0
0
46.666
0
0
48.262
0
0
49.859
0
0
51.455
0
0
8
Sulang
38.273
0
0
0
39.654
0
0
41.328
0
0
43.011
0
0
44.694
0
0
9
Kaliori
40.228
0
0
0
41.697
0
0
43.494
0
0
45.291
0
0
47.088
0
0
10
Rembang
88.452
2
1
1
92.435
1
1
97.399
1
1
102.362
1
1
107.326
1
1
11
Pancur
28.618
0
0
0
29.755
0
0
31.165
0
0
32.575
0
0
33.985
0
0
12
Kragan
61.205
1
1
0
63.849
1
0
67.129
1
0
70.408
1
0
73.688
1
0
13
Sluke
27.642
0
0
0
28.567
0
0
29.711
0
0
30.855
0
0
31.999
0
0
14
Lasem
48.728
3
0
3
50.357
0
3
52.357
0
3
54.357
0
3
56.357
0
3
Jumlah
616.919
6
5
1
639.911
6
0
668.321
6
0
696.738
6
0
725.157
6
0
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil proyeksi sarana peribadatan, kebutuhan akan sarana peribadatan berupa masjid, gereja dan vihara masih dapat terpenuhi untuk 20 tahun mendatang sampai dengan tahun 2034. Namun untuk mushola, hanya dapat terpenuhi sampai dengan tahun 2029. Dan pada tahun 2034 dibutuhkan pembangunan mushola sebanyak 21 unit untuk dapat memenuhi kebutuhan mushola di Kabupaten Rembang.
Dan untuk Kecamatan Sale, Sulang, Rembang dan Lasem kebutuhan akan sarana peribadatan berupa mushola masih kurang dari standar. Hal ini dikarenakan di keempat kecamatan tersebut mayoritas penduduknya juga dihuni oleh penduduk beragama Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Untuk Kecamatan Sale sendiri terdapat 115 penduduk protestan dan 44 yang beragama Katholik dan itu kebutuhan akan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 3 gereja di kecamatan tersebut. Dan di Kecamatan Sulang sendiri terdapat 7 orang beragama Kristen yang kebutuhan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 1 gereja. Di Kecamatan Rembang terdapat 1.926 penduduk beragama Kristen, 1.534 penduduk beragama Katholik, 61 beragama Hindu dan 115 beragama Budha yang kebutuhan akan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 10 gereja dan juga 2 vihara. Kemudian untuk Kecamatan Lasem terdapat 576 penduduk beragama Kristen, 627 beragama Katholik, dan 236 beragama Budha yang kebutuhan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 11 gereja dan 3 vihara.
Walaupun dalam perhitungan SNI akan kebutuhan sarana peribadatan per kecamatan masih ada yang kurang. Namun untuk mencukupi kebutuhan se Kabupaten Rembang masih bisa. Bahkan jumlah sarana peribadatan pada data eksisting sekarang ini masih dapat memenuhi kebutuhan sarana peribadatan se Kabupaten Rembang dalam 20 tahun mendatang. Sehingga pembangunan sarana peribadatan tidak terlalu perlu untuk dilaksanakan dibanding sarana yang lain seperti sarana pendidikan maupun kesehatan.
Peta IV.25 Kecukupan Sarana Peribadatan
Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan mulai dari upaya pencegahan penyakit hingga penyembuhan. Pada suatu kota, fasilitas kesehatan standar yang harus dimiliki antara lain Puskesmas dan Posyandu. Keberadaan fasilitas kesehatan ini sangat vital untuk kelangsungan kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana kesehatan ini diharapkan akan membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam melakukan pembangunan di bidang pengembangan sarana kesehatan maka perlu dilakukan proyeksi kebutuhan sarana kesehatan yang dihitung dari standart serta proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Rembang hingga tahun 2034. Berikut adalah standar dari sarana kesehatan :
Tabel IV.94.
Standar Penyediaan Sarana Kesehatan
Jenis Sarana
Kesehatan
Standar Jumlah Penduduk
Luas
Lahan (m2)
Radius Pencapaian (m)
Lokasi dan penyelesaian
1 unit Rumah Sakit
120.000
1 unit Posyandu
1.250 jiwa
60
500
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
1 unit Balai Pengobatan / Pustu
2.500 jiwa
300
1.000
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
1 unit Praktek Dokter
5.000 jiwa
-
1.500
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
1 unit Puskesmas
30.000 jiwa
1.000
3.000
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
1 unit Apotek
30.000 jiwa
120
1.500
Dapat bersatu dengan tempat tinggal/ tempat usaha. Apotik
Sumber: SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004
Berikut adalah tabel untuk mengetahui kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten Rembang :
Tabel IV.95.
Pelayanan Sarana Kesehatan
No
Kecamatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Pustu
Posyandu
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
1
Sumber
0
0
0
1
1
0
4
14
-10
68
28
40
2
Bulu
0
0
0
1
1
0
5
11
-6
55
21
34
3
Gunem
0
0
0
1
1
0
4
9
-5
46
19
27
4
Sale
0
0
0
1
1
0
5
15
-10
68
30
38
5
Sarang
0
1
-1
1
2
-1
5
25
-20
100
51
49
6
Sedan
0
0
0
1
2
-1
5
21
-16
98
43
55
7
Pamotan
0
0
0
1
2
-1
5
18
-13
109
36
73
8
Sulang
0
0
0
1
1
0
5
15
-10
69
31
38
9
Kaliori
0
0
0
1
1
0
5
16
-11
61
32
29
10
Rembang
2
1
1
2
3
-1
5
35
-30
186
71
115
11
Pancur
0
0
0
1
1
0
5
11
-6
106
23
83
12
Kragan
0
1
-1
2
2
0
7
24
-17
98
49
49
13
Sluke
0
0
0
1
1
0
3
11
-8
63
22
41
14
Lasem
0
0
0
1
2
-1
6
19
-13
100
39
61
Jumlah
2
5
-3
16
21
-5
69
247
-178
1.227
494
733
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan perhitungan menggunakan SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004. Kebutuhan akan sarana kesehatan untuk rumah sakit, puskesmas dan juga pustu masih kurang dari jumlah standar. Sedangkan untuk posyandu jumlahnya sudah lebih dari cukup. Karena kurangnya sarana kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas dan juga pustu maka diperlukan adanya penambahan sarana kesehatan. Rumah sakit yang ada di Kabupaten Rembang hanya ada dua, yaitu :
RSUD dr. R. Soetrasno Rembangadalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
RS Islam Arafah, RS Islam Arafah adalah rumah sakit swasta kelas D yang berlokasi di Kecamatan Rembang. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
Untuk pelayanan rumah sakit di Kabupaten Rembang yang hanya ada dua unit dirasa masih kurang. Walaupun untuk RSUD dr. R. Soetrasno termasuk rumah sakit besar dan juga jumlah dokter yang tersedia cukup, sebanyak 36 dokter yang terdiri dari 33 dokter umum dan spesialis kemudian 3 dokter gigi. Namun di rumah sakit ini tidak terdapat dokter bedah. Sehingga pelayanannya kurang maksimal dalam penanganan penyakit yang membutuhkan tindak lanjut untuk pembadahan.Sedangkan untuk RS Islam Arafah hanya terdapat 13 dokter saja.
Selain itu sarana kesehatan berupa rumah sakit hanya terdapat di Kecamatan Rembang saja dan tidak merata untuk dapat dijangkau oleh semua kecamatan di Kabupaten Rembang. Dan untuk puskesmas di setiap kecamatan di Kabupaten Rembang sudah ada, namun untuk jumlah standarnya masih kurang memenuhi seperti yang ditunjukkan tabel di atas.
Tabel IV.96.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan RS (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah RS
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
0
0
0
35.608
0
0
36.793
0
0
37.977
0
0
39.162
0
0
2
Bulu
26.435
0
0
0
27.174
0
0
28.066
0
0
28.959
0
0
29.851
0
0
3
Gunem
23.641
0
0
0
24.457
0
0
25.461
0
0
26.465
0
0
27.469
0
0
4
Sale
37.198
0
0
0
38.500
0
0
40.109
0
0
41.717
0
0
43.326
0
0
5
Sarang
63.165
0
1
-1
65.903
1
-1
69.320
1
-1
72.737
1
-1
76.154
1
-1
6
Sedan
53.335
0
0
0
55.289
0
0
57.727
0
0
60.165
1
-1
62.603
1
-1
7
Pamotan
45.369
0
0
0
46.666
0
0
48.262
0
0
49.859
0
0
51.455
0
0
8
Sulang
38.273
0
0
0
39.654
0
0
41.328
0
0
43.011
0
0
44.694
0
0
9
Kaliori
40.228
0
0
0
41.697
0
0
43.494
0
0
45.291
0
0
47.088
0
0
10
Rembang
88.452
2
1
1
92.435
1
1
97.399
1
1
102.362
1
1
107.326
1
1
11
Pancur
28.618
0
0
0
29.755
0
0
31.165
0
0
32.575
0
0
33.985
0
0
12
Kragan
61.205
0
1
-1
63.849
1
-1
67.129
1
-1
70.408
1
-1
73.688
1
-1
13
Sluke
27.642
0
0
0
28.567
0
0
29.711
0
0
30.855
0
0
31.999
0
0
14
Lasem
48.728
0
0
0
50.357
0
0
52.357
0
0
54.357
0
0
56.357
0
0
Jumlah
616.919
2
5
-3
639.911
5
-3
668.321
6
-4
696.738
6
-4
725.157
6
-4
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.97.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Puskesmas
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
1
1
0
35.608
1
0
36.793
1
0
37.977
1
0
39.162
1
0
2
Bulu
26.435
1
1
0
27.174
1
0
28.066
1
0
28.959
1
0
29.851
1
0
3
Gunem
23.641
1
1
0
24.457
1
0
25.461
1
0
26.465
1
0
27.469
1
0
4
Sale
37.198
1
1
0
38.500
1
0
40.109
1
0
41.717
1
0
43.326
1
0
5
Sarang
63.165
1
2
-1
65.903
2
-1
69.320
2
-1
72.737
2
-1
76.154
3
-2
6
Sedan
53.335
1
2
-1
55.289
2
-1
57.727
2
-1
60.165
2
-1
62.603
2
-1
7
Pamotan
45.369
1
2
-1
46.666
2
-1
48.262
2
-1
49.859
2
-1
51.455
2
-1
8
Sulang
38.273
1
1
0
39.654
1
0
41.328
1
0
43.011
1
0
44.694
1
0
9
Kaliori
40.228
1
1
0
41.697
1
0
43.494
1
0
45.291
2
-1
47.088
2
-1
10
Rembang
88.452
2
3
-1
92.435
3
-1
97.399
3
-1
102.362
3
-1
107.326
4
-2
11
Pancur
28.618
1
1
0
29.755
1
0
31.165
1
0
32.575
1
0
33.985
1
0
12
Kragan
61.205
2
2
0
63.849
2
0
67.129
2
0
70.408
2
0
73.688
2
0
13
Sluke
27.642
1
1
0
28.567
1
0
29.711
1
0
30.855
1
0
31.999
1
0
14
Lasem
48.728
1
2
-1
50.357
2
-1
52.357
2
-1
54.357
2
-1
56.357
2
-1
Jumlah
616.919
16
21
-5
639.911
21
-5
668.321
22
-6
696.738
23
-7
725.157
24
-8
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.98.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Pustu (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Pustu
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
4
14
-10
35.608
14
-10
36.793
15
-11
37.977
15
-11
39.162
16
-12
2
Bulu
26.435
5
11
-6
27.174
11
-6
28.066
11
-6
28.959
12
-7
29.851
12
-7
3
Gunem
23.641
4
9
-5
24.457
10
-6
25.461
10
-6
26.465
11
-7
27.469
11
-7
4
Sale
37.198
5
15
-10
38.500
15
-10
40.109
16
-11
41.717
17
-12
43.326
17
-12
5
Sarang
63.165
5
25
-20
65.903
26
-21
69.320
28
-23
72.737
29
-24
76.154
30
-25
6
Sedan
53.335
5
21
-16
55.289
22
-17
57.727
23
-18
60.165
24
-19
62.603
25
-20
7
Pamotan
45.369
5
18
-13
46.666
19
-14
48.262
19
-14
49.859
20
-15
51.455
21
-16
8
Sulang
38.273
5
15
-10
39.654
16
-11
41.328
17
-12
43.011
17
-12
44.694
18
-13
9
Kaliori
40.228
5
16
-11
41.697
17
-12
43.494
17
-12
45.291
18
-13
47.088
19
-14
10
Rembang
88.452
5
35
-30
92.435
37
-32
97.399
39
-34
102.362
41
-36
107.326
43
-38
11
Pancur
28.618
5
11
-6
29.755
12
-7
31.165
12
-7
32.575
13
-8
33.985
14
-9
12
Kragan
61.205
7
24
-17
63.849
26
-19
67.129
27
-20
70.408
28
-21
73.688
29
-22
13
Sluke
27.642
3
11
-8
28.567
11
-8
29.711
12
-9
30.855
12
-9
31.999
13
-10
14
Lasem
48.728
6
19
-13
50.357
20
-14
52.357
21
-15
54.357
22
-16
56.357
23
-17
Jumlah
616.919
69
247
-178
639.911
256
-187
668.321
267
-198
696.738
279
-210
725.157
290
-221
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.99.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Posyandu (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Posyandu
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
68
28
40
35.608
28
40
36.793
29
39
37.977
30
38
39.162
31
37
2
Bulu
26.435
55
21
34
27.174
22
33
28.066
22
33
28.959
23
32
29.851
24
31
3
Gunem
23.641
46
19
27
24.457
20
26
25.461
20
26
26.465
21
25
27.469
22
24
4
Sale
37.198
68
30
38
38.500
31
37
40.109
32
36
41.717
33
35
43.326
35
33
5
Sarang
63.165
100
51
49
65.903
53
47
69.320
55
45
72.737
58
42
76.154
61
39
6
Sedan
53.335
98
43
55
55.289
44
54
57.727
46
52
60.165
48
50
62.603
50
48
7
Pamotan
45.369
109
36
73
46.666
37
72
48.262
39
70
49.859
40
69
51.455
41
68
8
Sulang
38.273
69
31
38
39.654
32
37
41.328
33
36
43.011
34
35
44.694
36
33
9
Kaliori
40.228
61
32
29
41.697
33
28
43.494
35
26
45.291
36
25
47.088
38
23
10
Rembang
88.452
186
71
115
92.435
74
112
97.399
78
108
102.362
82
104
107.326
86
100
11
Pancur
28.618
106
23
83
29.755
24
82
31.165
25
81
32.575
26
80
33.985
27
79
12
Kragan
61.205
98
49
49
63.849
51
47
67.129
54
44
70.408
56
42
73.688
59
39
13
Sluke
27.642
63
22
41
28.567
23
40
29.711
24
39
30.855
25
38
31.999
26
37
14
Lasem
48.728
100
39
61
50.357
40
60
52.357
42
58
54.357
43
57
56.357
45
55
Jumlah
616.919
1.227
494
733
639.911
512
715
668.321
535
692
696.738
557
670
725.157
580
647
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan proyeksi kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten Rembang, untuk rumah sakit masih kurang. Hanya di Kecamatan Rembang saja yang sudah terpenuhi, bahkan untuk kebutuhan 20 tahun mendatang di Kecamatan Rembang masih terpenuhi untuk kebutuhan rumah sakitnya. Namun untuk memenuhi kebutuhan seluruh Kabupaten Rembang masih kurang. Untuk tahun 2014 saja dibutuhkan 3 unit rumah sakit lagi agar kebutuhan akan rumah sakit dapat terpenuhi. Dan untuk puskesmas di Kecamatan Sarang, Sedan, Pamotan, Kaliori, Rembang dan Lasem masih kurang mencukupi. Dikarenakan banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan tersebut yang membutuhkan pelayanan puskesmas.
Sedangkan untuk pustu di masing-masing kecamatan di Kabupaten Rembang masih sangat kurang berdasarkan perhitungan proyeksi maupun standar. Maka diperlukan adanya penambahan jumlah pustu untuk menunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Rembang. Dan untuk posyandu di seluruh kecamatan di Kabupaten Rembang sudah memenuhi standar. Bahkan untuk kebutuhan posyandu 20 tahun mendatang sudah terpenuhi pada tahun 2014 ini. Sehingga tidak perlu ada penambahan posyandu.
Peta IV.26. Kecukupan Sarana Kesehatan
4.5.3. Analisis Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan penduduk. Melalui analisis ketenagakerjaan, dapat diketahui jumlah tenaga kerja, upah minimum regional wilayah, dan kebutuhan akan lapangan pekerjaan di masa depan melalui proyeksi penduduk.
4.5.3.1 Penduduk yang Bekerja, Penduduk yang Mencari Pekerjaan, Penduduk Bukan Angkatan Kerja
Jumlah penduduk usia produktif di kabupaten Rembang terus berkembang setiap tahunnya. Sekitar 5000 usia produktif terus bertambah per tahun, sehingga harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang mampu mengakomodir pertambahan ini. Di kabupaten Rembang, penggolongan usia produktif diawali dari usia 15 tahun ke atas. Berikut adalah penduduk yang bekerja, mencari pekerjaan dan penduduk bukan angkatan kerja di kabupaten Rembang tahun 2011-2015.
Tabel IV.100.
Penduduk yang Bekerja, Mencari Pekerjaan, dan Bukan Angkatan
Kerja Kabupaten Rembang Tahun 2011-2015 (satuan jiwa)
Uraian Kegiatan
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
Penduduk > usia 15 tahun
455.225
461.136
467.042
472.576
478.731
Angkatan Kerja
345.704
343.985
340.675
322.111
320.584
Bekerja
320.747
324.204
320.341
305.280
306.110
Pengangguran terbuka
24.957
19.781
20.334
16.831
14.474
Pernah bekerja
4.577
5.683
6.704
6.405
4.878
Tidak pernah bekerja
20.380
14.098
13.630
10.426
9.596
Bukan Angkatan Kerja
109.521
117.151
126.367
150.645
158.147
Sekolah
23.663
30.692
27.193
37.345
32.976
Mengurus rumah tangga
69.214
70.867
81.233
94.117
110.051
Lainnya
16.644
15.592
17.941
19.183
15.120
Sumber: BPS Kabupaten Rembang
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk usia produktif yang menjadi angkatan kerja mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan angkatan kerja paling signifikan terjadi pada tahun 2013 ke 2014, yang mengalami penurunan sebanyak 18.564 pekerja, baik bekerja maupun pengangguran terbuka. Namun penduduk bukan angkatan kerja selalu mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, dan pertumbuhan paling signifikan terjadi tahun 2013 ke 2014 sama halnya seperti penduduk yang merupakan angkatan kerja. Peningkatan jumlah penduduk bukan angkatan kerja sebesar 24.278 jiwa dengan peningkatan pada kegiatan mengurus rumah tangga yang meningkat sekitar 10.000 jiwa setiap tahunnya. Hal ini mempengaruhi tingkat ketergantungan usia non produktif terhadap usia produktif juga sehingga dependency ratio usia produktif terus bertambah setiap tahunnya, seiring dengan banyaknya penduduk usia produktif yang lebih memilih untuk mencari lapangan pekerjaan di beberapa kota besar di Indonesia dibandingkan di kabupaten Rembang.
4.5.3.2 Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari bps, penduduk yang bekerja di kabupaten Rembang digolongkan menjadi angkatan kerja dengan bukan angkatan kerja (penduduk berusia 15 tahun ke atas). Selain itu, data dibedakan dari jenis lapangan pekerjaan utama, dimana di kabupaten Rembang terbagi menjadi 5 sektor utama, yakni pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan, industri pengolahan, perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, jasa kemasyarakatan, dan lainnya (pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air, bangunan, angkutan, pergudangan dan komunikasi, keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, serta tanah dan jasa perusahaan). Berikut adalah penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan di kabupaten Rembang tahun 2011-2015 berdasarkan data dari BPS kabupaten Rembang.
Tabel IV.101.
Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010-2014 (dalam jiwa)
Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
127.412
115.811
129.691
126.575
137.048
Industri Pengolahan
25.763
32.313
14.303
15.859
28.967
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel
38.185
36.298
36.016
33.588
61.299
Jasa Kemasyarakatan
20.375
24.967
36.076
14.122
39.297
Lainnya (Pertambangan Dan Penggalian, Listrik, Gas Dan Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan Dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah Dan Jasa Perusahaan)
29.434
31.007
25.792
36.637
29.489
TOTAL
243.179
242.407
243.890
228.794
298.114
Sumber: BPS Kabupaten Rembang
Penduduk paling dominan berada di sektoral pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan dengan perbandingan antara total pekerja seluruh dibanding dengan pekerja sektoral pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan mencapai rasio 2:1, dimana sektor ini paling diunggulkan di kabupaten Rembang. Sedangkan sektoral industri pengolahan menjadi yang terendah jumlah pekerjanya dengan jumlah rata-rata pekerja per tahun sebanyak 23.441 pekerja. Hal ini disebabkan karena di kabupaten Rembang sektor unggulannya berasal dari pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan, dimana sektor perikanan merupakan basis dari kabupaten Rembang karena merupakan kawasan pesisir.
4.5.3.3 Tingkat Partisipasi Kerja
Kabupaten Rembang merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat partisipasi kerja yang sudah lebih dari 50%, namun tidak lebih dari 80%. Untuk tingkat pengangguran terbuka di kabupaten Rembang tidak lebih dari 8% pada tahun 2011-2015. Tentu angka ini terbilang cukup besar, mengingat tingkat ketergantungan di kabupaten Rembang sendiri mencapai 51%, sehingga perlu diminimalisir tingkat pengangguran terbuka di kabupaten Rembang karena penduduk bukan angkatan kerja juga merupakan tanggungan dari penduduk usia produktif. Untuk menghitung tingkat partisipasi angkatan kerja menggunakan rumus :
TPAK= penduduk angkatan kerjapenduduk usia produktif ×100%
Sedangkan untuk tingkat pengangguran terbuka dapat dihitung berdasarkan rumus :
TPK= jumlah pengangguran terbukapenduduk angkatan kerja ×100%
Sehingga akan dihasilkan output sebagai berikut.
Tabel IV.102.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat
Pengangguran Terbuka
Uraian
Tahun (%)
2011
2012
2013
2014
2015
TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja)
75,94
74,60
72,94
68,16
66,97
TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka)
7,22
5,75
5,97
5,23
4,51
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja selalu menurun setiap tahunnya (terhitung dari tahun 2011-2015) dengan jumlah penurunan terbesar terjadi pada tahun 2013 ke 2014 yakni sebesar 4,78%. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan jumlah angkatan kerja di kabupaten Rembang sebanyak 18.564 jiwa dan diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk bukan angkatan kerja, terutama dalam kegiatan mengurus rumah tangga. Namun tingkat pengangguran terbuka yang terdiri dari penduduk yang pernah bekerja maupun tidak pernah bekerja terus menunjukan penurunan, terutama untuk tahun 2011 ke 2012 yang mengalami penurunan sebanyak 1,47% terkecuali untuk tahun 2012 ke 2013 yang mengalami peningkatan sebanyak 0,22%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah penduduk yang masuk ke dalam kategori pengangguran terbuka, terutama untuk penduduk yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Kemungkinan penyebabnya adalah banyaknya penduduk wanita yang menikah kemudian beralih kegiatan mengurus rumah tangga, ataupun penduduk yang kembali bersekolah dan memperoleh keterampilan tambahan, maupun penduduk yang melakukan migrasi ke daerah yang lebih menjanjikan secara finansial.
4.5.4. Analisis Penduduk Menurut Kesehatan
Analisis penduduk menurut kesehatan merupakan sebuah analisis yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi kesehatan dan kondisi pelayanan kesehatan di suatu wilayah. Berdasarkan hasil analisis ini akan diperoleh sebuah gambaran mengenai eksisting kondisi kesehatan masyarakat di suatu wilayah guna perencanaan di masa yang akan datang, kaitannya dengan tren kependudukan dan penyediaan sarana prasarana penunjang yang nantinya digunakan untuk mengakomodir kebutuhan kesehatan masyarakatnya. Output dari analisis ini adalah penggambaran kondisi kesehatan yang mencerminkan tinggi rendahnya kualitas kesehatan di suatu wilayah sebagai akibat dari penyediaan sarana prasarana yang mengakomodir atau tidak mampu mengakomodir.
4.5.4.1 Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka kematian bayi dan balita di kabupaten Rembang dalam 4 tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan, namun angka kematian bayi dan balita masih dianggap tinggi di kabupaten Rembang. Tercatat sekitar 100 kematian bayi dan balita terjadi setiap tahunnya di kabupaten Rembang. Metode yang digunakan untuk menghitung angka kematian bayi dan balita di kabupaten Rembang adalah sebagai berikut.
IMR = (Db/Pb) × 1000
IMR = (Db/Pb) × 1000
Keterangan:
IMR : Infant Mortality Rate
Db : jumlah kematian bayi sebelum 1 tahun
Pb : jumlah kelahiran bayi dalam waktu yang sama
Adapun untuk penggolongan tingkat kematian bayi adalah:
Sangat tinggi = >125 kematian
Tinggi = 75 – 125 kematian
Sedang = 35 – 75 kematian
Rendah = <35 kematian
Sedangkan untuk menghitung angka kematian balita adalah sebagai berikut.
Akaba = (kematian balita/jumlah penduduk usia 0-4) × 1000
Akaba = (kematian balita/jumlah penduduk usia 0-4) × 1000
Angka kematian balita didapatkan berdasarkan hasil penjumlahan kematian bayi + kematian balita, sehingga akan didapatkan angka kematian balita, kemudian digolongkan seperti halnya tingkat kematian bayi. Adapun untuk penggolongannya adalah:
Sangat tinggi = >140 kematian
Sedang = 71 – 140 kematian
Rendah = <40 kematian
Angka kematian bayi dan balita cenderung digunakan untuk merefleksikan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan anak-anak serta tingkat pemeliharaan kesehatannya. Indikator ini terkait dengan target kelangsungan hidup anak-anak di suatu daerah. Berikut adalah grafik kematian bayi dan balita berdasarkan profil kesehatan kabupaten Rembang tahun 2011-2014.
Sumber: tabel 4.
Gambar IV.12.
Tingkat Kematian Bayi di Kabupaten Rembang Tahun 2011-2014
Sumber: tabel 4.
Gambar IV.13.
Tingkat Kematian Balita di Kabupaten Rembang Tahun 2011-2014
Tingkat kematian bayi dan balita di kabupaten Rembang untuk tahun 2011-2014 menunjukan penurunan. Terhitung sejak tahun 2011-2014 penurunan rata-rata untuk bayi dan balita adalah sebesar 0,25%. Penurunan paling besar terjadi pada tingkat kematian balita laki-laki pada tahun 2014, yakni sebesar 8,77%. Tingkat kematian balita lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian bayi. Terhitung selama periode 2011-2014, angka kematian balita sebanyak 728 kematian, selisih 102 kematian dengan kematian bayi sebanyak 626 kematian. Angka kematian bayi di kabupaten Rembang terhitung mengalami penurunan setiap tahunnya (2011-2014), dengan penurunan sebesar 5 kematian (2011 ke 2012) dan 3 kematian (2013 ke 2014). Sedangkan angka kematian balita mengalami penurunan pada tahun 2012, 2013, dan 2014. Untuk tahun 2012 ke 2013, jumlah penurunan kematian balita sebesar 7 kematian, sedangkan tahun 2013 ke 2014 jumlah penurunan kematian balita sebesar 4 kematian. Angka kematian bayi dan balita di kabupaten Rembang tergolong rendah. Angka tertinggi untuk kematian bayi di kabupaten Rembang berada di kecamatan Sarang dengan angka kematian sebanyak 33 jiwa. Sedangkan angka kematian tertinggi untuk kematian balita berada di kecamatan Sarang dan Rembang dengan angka kematian sebanyak 37 kematian dan masih tergolong ke dalam tingkat rendah.
Penyebab jumlah kematian bayi dan balita di kecamatan Sarang diantaranya karena jumlah kelahiran di kecamatan Sarang juga terbilang tinggi, dengan kelahiran rata-rata mencapai 926 jiwa setiap tahunnya (2011-2014). Angka kelahiran yang tinggi di kecamatan Sarang tidak disertai dengan penyedian prasarana kesehatan yang memadai. Di kecamatan Rembang dan Kaliori, meskipun angka kelahiran tinggi, namun disertai dengan penyediaan prasarana yang mengakomodir, sehingga bisa meminimalisir angka kematian bayi.
4.5.4.2 Jumlah Tenaga Kerja Kesehatan
Indikator kesehatan lainnya bergantung kepada jumlah tenaga kerja kesehatan di wilayah tertentu. Semakin banyak jumlah tenaga kerja kesehatan, maka akan semakin baik juga kualitas kesehatan di wilayah perencanaan. Di kabupaten Rembang, jumlah tenaga kerja kesehatan tertinggi adalah bidan dan perawat. Jumlah perawat terbanyak berada di kecamatan Kragan, sedangkan jumlah bidan terbanyak berada di kecamatan Rembang. Berikut adalah jumlah tenaga kesehatan di kabupaten Rembang pada tahun 2014 berdasarkan profil kesehatan kabupaten Rembang tahun 2014.
Tabel IV.103.
Jumlah Tenaga Kerja Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2014
No.
Unit Kerja
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Tenaga Kefarmasian
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Tenaga Gizi
Tenaga Teknisi Medis
1
Sumber
0
2
0
8
16
1
1
2
1
2
1
2
Bulu
0
1
0
10
8
1
0
1
1
0
1
3
Gunem
0
1
0
9
7
1
0
1
0
0
1
4
Sale
0
2
1
9
14
1
1
0
1
0
1
5
Sarang
0
2
0
11
10
1
1
0
1
0
1
6
Sedan
0
2
0
11
17
1
1
1
0
1
1
7
Pamotan
0
3
1
13
17
1
1
1
1
1
1
8
Sulang
0
2
1
9
14
1
1
1
0
1
1
9
Kaliori
0
2
0
12
14
1
1
1
1
0
1
10
Rembang
0
5
2
31
16
2
2
1
2
0
2
11
Pancur
0
1
0
11
8
1
0
0
1
0
1
12
Kragan
0
6
1
20
38
1
2
0
1
2
6
13
Sluke
0
2
0
9
13
0
1
0
1
1
1
14
Lasem
0
3
1
15
19
1
1
0
1
1
2
SUB JUMLAH I (Puskesmas)
1
RS Dr. R. Soetrasno Rembang
20
15
2
18
142
14
11
11
1
8
36
2
RSI Arofah Rembang
1
3
0
0
0
0
5
0
0
1
3
SUB JUMLAH II (Rumah Sakit)
1
PKU Muhammadiyah Pamotan
0
3
0
0
8
0
1
0
0
0
0
2
Klinik Citra Medika
0
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
3
RB Asysafira
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
4
BP Panti Bahagia
0
2
0
0
5
0
1
0
0
0
0
5
RB Ibu Kartini
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Klinik Bina Medika
0
2
0
4
4
0
0
0
0
0
0
SUB JUMLAH III (Sarkes Lain)
0
0
0
0
18
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
21
59
9
209
371
18
31
20
13
18
60
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2014
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Rembang Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja kesehatan yang mendominasi adalah perawat, dengan jumlah sebanyak 371 orang. Sedangkan untuk tenaga kerja kesehatan yang paling sedikit adalah dokter gigi dengan jumlah 9 orang. Jumlah bidan dan perawat yang mendominasi jumlah tenaga kerja di kabupaten Rembang disebakan karena angka kelahiran yang cukup tinggi di kabupaten Rembang, sehingga dibutuhkan tenaga medis seperti bidan dan perawat untuk mengangani proses persalinan. Selain itu, terdapat rumah sakit umum daerah di kabupaten Rembang, sehingga mengakibatkan banyaknya tenaga medis perawat yang bekerja di kabupaten Rembang.
4.5.4.3.Sarana Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan mulai dari upaya pencegahan penyakit hingga penyembuhan. Pada suatu kota, fasilitas kesehatan standar yang harus dimiliki antara lain Puskesmas dan Posyandu. Keberadaan fasilitas kesehatan ini sangat vital untuk kelangsungan kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana kesehatan ini diharapkan akan membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam melakukan pembangunan di bidang pengembangan sarana kesehatan maka perlu dilakukan proyeksi kebutuhan sarana kesehatan yang dihitung dari standart serta proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Rembang hingga tahun 2034. Berikut adalah standar dari sarana kesehatan :
Tabel IV.104.
Standar Penyediaan Sarana Kesehatan
Jenis Sarana
Kesehatan
Standar Jumlah Penduduk
Luas
Lahan (m2)
Radius Pencapaian (m)
Lokasi dan penyelesaian
1 unit Rumah Sakit
120.000
1 unit Posyandu
1.250 jiwa
60
500
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
1 unit Balai Pengobatan / Pustu
2.500 jiwa
300
1.000
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
1 unit Praktek Dokter
5.000 jiwa
-
1.500
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
1 unit Puskesmas
30.000 jiwa
1.000
3.000
Dapat dijangkau dengan kendaraan umum
1 unit Apotek
30.000 jiwa
120
1.500
Dapat bersatu dengan tempat tinggal/ tempat usaha. Apotik
Sumber: SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004
Berikut adalah tabel untuk mengetahui kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten Rembang :
Tabel IV.105.
Pelayanan Sarana Kesehatan
No
Kecamatan
2014
Rumah Sakit
Puskesmas
Pustu
Posyandu
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
1
Sumber
0
0
0
1
1
0
4
14
-10
68
28
40
2
Bulu
0
0
0
1
1
0
5
11
-6
55
21
34
3
Gunem
0
0
0
1
1
0
4
9
-5
46
19
27
4
Sale
0
0
0
1
1
0
5
15
-10
68
30
38
5
Sarang
0
1
-1
1
2
-1
5
25
-20
100
51
49
6
Sedan
0
0
0
1
2
-1
5
21
-16
98
43
55
7
Pamotan
0
0
0
1
2
-1
5
18
-13
109
36
73
8
Sulang
0
0
0
1
1
0
5
15
-10
69
31
38
9
Kaliori
0
0
0
1
1
0
5
16
-11
61
32
29
10
Rembang
2
1
1
2
3
-1
5
35
-30
186
71
115
11
Pancur
0
0
0
1
1
0
5
11
-6
106
23
83
12
Kragan
0
1
-1
2
2
0
7
24
-17
98
49
49
13
Sluke
0
0
0
1
1
0
3
11
-8
63
22
41
14
Lasem
0
0
0
1
2
-1
6
19
-13
100
39
61
Jumlah
2
5
-3
16
21
-5
69
247
-178
1.227
494
733
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan perhitungan menggunakan SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004. Kebutuhan akan sarana kesehatan untuk rumah sakit, puskesmas dan juga pustu masih kurang dari jumlah standar. Sedangkan untuk posyandu jumlahnya sudah lebih dari cukup. Karena kurangnya sarana kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas dan juga pustu maka diperlukan adanya penambahan sarana kesehatan. Rumah sakit yang ada di Kabupaten Rembang hanya ada dua, yaitu :
RSUD dr. R. Soetrasno Rembangadalah rumah sakit negeri kelas C. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
RS Islam Arafah, RS Islam Arafah adalah rumah sakit swasta kelas D yang berlokasi di Kecamatan Rembang. Rumah sakit ini bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini juga menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
Untuk pelayanan rumah sakit di Kabupaten Rembang yang hanya ada dua unit dirasa masih kurang. Walaupun untuk RSUD dr. R. Soetrasno termasuk rumah sakit besar dan juga jumlah dokter yang tersedia cukup, sebanyak 36 dokter yang terdiri dari 33 dokter umum dan spesialis kemudian 3 dokter gigi. Namun di rumah sakit ini tidak terdapat dokter bedah. Sehingga pelayanannya kurang maksimal dalam penanganan penyakit yang membutuhkan tindak lanjut untuk pembedahan.Sedangkan untuk RS Islam Arafah hanya terdapat 13 dokter saja.
Selain itu sarana kesehatan berupa rumah sakit hanya terdapat di Kecamatan Rembang saja dan tidak merata untuk dapat dijangkau oleh semua kecamatan di Kabupaten Rembang. Dan untuk puskesmas di setiap kecamatan di Kabupaten Rembang sudah ada, namun untuk jumlah standarnya masih kurang memenuhi seperti yang ditunjukkan tabel di atas.
Tabel IV.106.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan RS (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah RS
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
0
0
0
35.608
0
0
36.793
0
0
37.977
0
0
39.162
0
0
2
Bulu
26.435
0
0
0
27.174
0
0
28.066
0
0
28.959
0
0
29.851
0
0
3
Gunem
23.641
0
0
0
24.457
0
0
25.461
0
0
26.465
0
0
27.469
0
0
4
Sale
37.198
0
0
0
38.500
0
0
40.109
0
0
41.717
0
0
43.326
0
0
5
Sarang
63.165
0
1
-1
65.903
1
-1
69.320
1
-1
72.737
1
-1
76.154
1
-1
6
Sedan
53.335
0
0
0
55.289
0
0
57.727
0
0
60.165
1
-1
62.603
1
-1
7
Pamotan
45.369
0
0
0
46.666
0
0
48.262
0
0
49.859
0
0
51.455
0
0
8
Sulang
38.273
0
0
0
39.654
0
0
41.328
0
0
43.011
0
0
44.694
0
0
9
Kaliori
40.228
0
0
0
41.697
0
0
43.494
0
0
45.291
0
0
47.088
0
0
10
Rembang
88.452
2
1
1
92.435
1
1
97.399
1
1
102.362
1
1
107.326
1
1
11
Pancur
28.618
0
0
0
29.755
0
0
31.165
0
0
32.575
0
0
33.985
0
0
12
Kragan
61.205
0
1
-1
63.849
1
-1
67.129
1
-1
70.408
1
-1
73.688
1
-1
13
Sluke
27.642
0
0
0
28.567
0
0
29.711
0
0
30.855
0
0
31.999
0
0
14
Lasem
48.728
0
0
0
50.357
0
0
52.357
0
0
54.357
0
0
56.357
0
0
Jumlah
616.919
2
5
-3
639.911
5
-3
668.321
6
-4
696.738
6
-4
725.157
6
-4
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.107.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Puskesmas (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Puskesmas
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
1
1
0
35.608
1
0
36.793
1
0
37.977
1
0
39.162
1
0
2
Bulu
26.435
1
1
0
27.174
1
0
28.066
1
0
28.959
1
0
29.851
1
0
3
Gunem
23.641
1
1
0
24.457
1
0
25.461
1
0
26.465
1
0
27.469
1
0
4
Sale
37.198
1
1
0
38.500
1
0
40.109
1
0
41.717
1
0
43.326
1
0
5
Sarang
63.165
1
2
-1
65.903
2
-1
69.320
2
-1
72.737
2
-1
76.154
3
-2
6
Sedan
53.335
1
2
-1
55.289
2
-1
57.727
2
-1
60.165
2
-1
62.603
2
-1
7
Pamotan
45.369
1
2
-1
46.666
2
-1
48.262
2
-1
49.859
2
-1
51.455
2
-1
8
Sulang
38.273
1
1
0
39.654
1
0
41.328
1
0
43.011
1
0
44.694
1
0
9
Kaliori
40.228
1
1
0
41.697
1
0
43.494
1
0
45.291
2
-1
47.088
2
-1
10
Rembang
88.452
2
3
-1
92.435
3
-1
97.399
3
-1
102.362
3
-1
107.326
4
-2
11
Pancur
28.618
1
1
0
29.755
1
0
31.165
1
0
32.575
1
0
33.985
1
0
12
Kragan
61.205
2
2
0
63.849
2
0
67.129
2
0
70.408
2
0
73.688
2
0
13
Sluke
27.642
1
1
0
28.567
1
0
29.711
1
0
30.855
1
0
31.999
1
0
14
Lasem
48.728
1
2
-1
50.357
2
-1
52.357
2
-1
54.357
2
-1
56.357
2
-1
Jumlah
616.919
16
21
-5
639.911
21
-5
668.321
22
-6
696.738
23
-7
725.157
24
-8
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.108.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Pustu (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Pustu
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
4
14
-10
35.608
14
-10
36.793
15
-11
37.977
15
-11
39.162
16
-12
2
Bulu
26.435
5
11
-6
27.174
11
-6
28.066
11
-6
28.959
12
-7
29.851
12
-7
3
Gunem
23.641
4
9
-5
24.457
10
-6
25.461
10
-6
26.465
11
-7
27.469
11
-7
4
Sale
37.198
5
15
-10
38.500
15
-10
40.109
16
-11
41.717
17
-12
43.326
17
-12
5
Sarang
63.165
5
25
-20
65.903
26
-21
69.320
28
-23
72.737
29
-24
76.154
30
-25
6
Sedan
53.335
5
21
-16
55.289
22
-17
57.727
23
-18
60.165
24
-19
62.603
25
-20
7
Pamotan
45.369
5
18
-13
46.666
19
-14
48.262
19
-14
49.859
20
-15
51.455
21
-16
8
Sulang
38.273
5
15
-10
39.654
16
-11
41.328
17
-12
43.011
17
-12
44.694
18
-13
9
Kaliori
40.228
5
16
-11
41.697
17
-12
43.494
17
-12
45.291
18
-13
47.088
19
-14
10
Rembang
88.452
5
35
-30
92.435
37
-32
97.399
39
-34
102.362
41
-36
107.326
43
-38
11
Pancur
28.618
5
11
-6
29.755
12
-7
31.165
12
-7
32.575
13
-8
33.985
14
-9
12
Kragan
61.205
7
24
-17
63.849
26
-19
67.129
27
-20
70.408
28
-21
73.688
29
-22
13
Sluke
27.642
3
11
-8
28.567
11
-8
29.711
12
-9
30.855
12
-9
31.999
13
-10
14
Lasem
48.728
6
19
-13
50.357
20
-14
52.357
21
-15
54.357
22
-16
56.357
23
-17
Jumlah
616.919
69
247
-178
639.911
256
-187
668.321
267
-198
696.738
279
-210
725.157
290
-221
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.109.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Posyandu (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Posyandu
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
68
28
40
35.608
28
40
36.793
29
39
37.977
30
38
39.162
31
37
2
Bulu
26.435
55
21
34
27.174
22
33
28.066
22
33
28.959
23
32
29.851
24
31
3
Gunem
23.641
46
19
27
24.457
20
26
25.461
20
26
26.465
21
25
27.469
22
24
4
Sale
37.198
68
30
38
38.500
31
37
40.109
32
36
41.717
33
35
43.326
35
33
5
Sarang
63.165
100
51
49
65.903
53
47
69.320
55
45
72.737
58
42
76.154
61
39
6
Sedan
53.335
98
43
55
55.289
44
54
57.727
46
52
60.165
48
50
62.603
50
48
7
Pamotan
45.369
109
36
73
46.666
37
72
48.262
39
70
49.859
40
69
51.455
41
68
8
Sulang
38.273
69
31
38
39.654
32
37
41.328
33
36
43.011
34
35
44.694
36
33
9
Kaliori
40.228
61
32
29
41.697
33
28
43.494
35
26
45.291
36
25
47.088
38
23
10
Rembang
88.452
186
71
115
92.435
74
112
97.399
78
108
102.362
82
104
107.326
86
100
11
Pancur
28.618
106
23
83
29.755
24
82
31.165
25
81
32.575
26
80
33.985
27
79
12
Kragan
61.205
98
49
49
63.849
51
47
67.129
54
44
70.408
56
42
73.688
59
39
13
Sluke
27.642
63
22
41
28.567
23
40
29.711
24
39
30.855
25
38
31.999
26
37
14
Lasem
48.728
100
39
61
50.357
40
60
52.357
42
58
54.357
43
57
56.357
45
55
Jumlah
616.919
1.227
494
733
639.911
512
715
668.321
535
692
696.738
557
670
725.157
580
647
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan proyeksi kebutuhan sarana kesehatan di Kabupaten Rembang, untuk rumah sakit masih kurang. Hanya di Kecamatan Rembang yang sudah terpenuhi, bahkan untuk kebutuhan 20 tahun mendatang di Kecamatan Rembang masih terpenuhi untuk kebutuhan rumah sakitnya. Namun untuk memenuhi kebutuhan seluruh Kabupaten Rembang masih kurang. Untuk tahun 2014 saja dibutuhkan 3 unit rumah sakit lagi agar kebutuhan akan rumah sakit dapat terpenuhi. Dan untuk puskesmas di Kecamatan Sarang, Sedan, Pamotan, Kaliori, Rembang dan Lasem masih belum mencukupi. Dikarenakan banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan tersebut yang membutuhkan pelayanan puskesmas.
Sedangkan untuk pustu di masing-masing kecamatan di Kabupaten Rembang masih sangat kurang berdasarkan perhitungan proyeksi maupun standar. Maka diperlukan adanya penambahan jumlah pustu untuk menunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Rembang. Dan untuk posyandu di seluruh kecamatan di Kabupaten Rembang sudah memenuhi standar. Bahkan untuk kebutuhan posyandu 20 tahun mendatang sudah terpenuhi pada tahun 2014 ini. Sehingga tidak perlu ada penambahan posyandu.
4.5.5. Analisis Perumahan dan Lingkungan
Analisis perumahan dan lingkungan dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan kesejahteraan penduduk di suatu kabupaten. Dengan menganalisis perumahahan dan lingkungan, seorang perencana dapat memprediksikan beberapa hal seperti kebutuhan rumah di suatu wilayah, kecenderungan pemilik rumah, dsb.
Tabel IV.110.
Jenis Perumahan di Kabupaten Rembang Tahun 2011-2015 (satuan unit)
No.
Jenis Perumahan
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015
1
Perumnas
1.419
1.682
1.982
2.762
2.762
2
Status kepemilikan rumah
Rumah milik sendiri
249.446
274.400
294.400
321.253
321.253
Rumah sewa
3.291
3.785
3.889
3.889
3.889
3
Penyediaan perumahan
0
0
0
0
0
4
KPR/BTN
1.141
1.141
1.141
1.141
1.141
5
Real estate
0
0
0
0
0
6
Kekurangan rumah
0
0
0
0
0
7
Rumah susun
0
0
0
0
0
8
Perorangan
0
0
0
0
0
9
Kebutuhan rumah
3.326
3.478
3.726
3.726
3.726
TOTAL
257.204
282.804
303.156
330.009
330.009
Sumber: SIPD Kabupaten Rembang Tahun 2015
Status kepemilikan rumah milik sendiri di kabupaten Rembang mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya (terkecuali tahun 2014-2015 yang memiliki angka tetap). Dari tahun 2011-2012 mengalami penurunan sekitar 3,52%. Hal ini disebabkan karena kecenderungan penduduk menggunakan rumah sewa dibandingkan rumah milik sendiri karena banyaknya masyarakat kabupaten Rembang yang bekerja diluar daerah kabupaten Rembang, terutama di kota-kota besar di Jawa Tengah seperti kota Semarang. Banyaknya penduduk yang melakukan komuter menjadi penyebab penurunan angka kepemilikan rumah di kabupaten Rembang sehingga mereka lebih memilih untuk menyewa rumah dibandingkan memiliki rumah sendiri. Disamping itu, perumnas yang dimiliki kabupaten Rembang ditambah jumlahnya guna mengakomodir kebutuhan rumah bagi para pekerja, khususnya pegawai negeri sipil yang berdomisili di kabupaten Rembang.
Sarana Perumahan merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan individu dan sarana yang sangat dibutuhkan. Rumah merupakan hunian individu untuk berteduh dan beristirahat setelah melakukan berbagai aktivitas di luar rungan. Tempat yang layak dan nyaman tentu menjadi sebuah impian bagi semua orang.
Kegiatan permukiman di Kabupaten Rembang cenderung berkembang pesat di kawasan yang berada pada koridor jalan utama dan juga menyebar di dalam distrik kawasan perencanaan. Kebutuhan sarana permukiman berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk yang ada di wilayah studi. Perkembangan permukiman di Kabupaten Rembang dimasa yang akan datang perlu dikendalikan dengan penetapan KDB, KLB dan ketinggian bangunan.
Kebutuhan perumahan di Kabupaten studi direncanakan dengan rata-rata tiap rumah dihuni 4 jiwa terdiri dari:
Rumah kecil : 100 m2
Rumah sedang : 150 m2
Rumah besar : 250 m2
Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk tahun 2014, kebutuhan rumah pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV.111.
Kebutuhan Sarana Perumahan Pada Tahun 2014
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk 2014
Jumlah KK
Kebutuhan Rumah (Unit)
Kebutuhan Luas Rumah (m2)
Kebutuhan Luas Total (m2)
Besar (10%)
Sedang (30%)
Kecil (60%)
Besar
Sedang
Kecil
1
Sumber
34.630
8.658
866
2.597
5.195
216.500
389.550
519.500
1.125.550
2
Bulu
26.435
6.609
661
1.983
3.965
165.250
297.450
396.500
859.200
3
Gunem
23.641
5.910
591
1.773
3.546
147.750
265.950
354.600
768.300
4
Sale
37.198
9.300
930
2.790
5.580
232.500
418.500
558.000
1.209.000
5
Sarang
63.165
15.791
1.579
4.737
9.475
394.750
710.550
947.500
2.052.800
6
Sedan
53.335
13.334
1.333
4.000
8.000
333.250
600.000
800.000
1.733.250
7
Pamotan
45.369
11.342
1.134
3.403
6.805
283.500
510.450
680.500
1.474.450
8
Sulang
38.273
9.568
957
2.870
5.741
239.250
430.500
574.100
1.243.850
9
Kaliori
40.228
10.057
1.006
3.017
6.034
251.500
452.550
603.400
1.307.450
10
Rembang
88.452
22.113
2.211
6.634
13.268
552.750
995.100
1.326.800
2.874.650
11
Pancur
28.618
7.155
716
2.147
4.293
179.000
322.050
429.300
930.350
12
Kragan
61.205
15.301
1.530
4.590
9.181
382.500
688.500
918.100
1.989.100
13
Sluke
27.642
6.911
691
2.073
4.147
172.750
310.950
414.700
898.400
14
Lasem
48.728
12.182
1.218
3.655
7.309
304.500
548.250
730.900
1.583.650
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.112.
Kebutuhan Sarana Perumahan Pada Tahun 2034
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk 2034
Jumlah KK
Kebutuhan Rumah (Unit)
Kebutuhan Luas Rumah (m2)
Kebutuhan Luas Total (m2)
Besar (10%)
Sedang (30%)
Kecil (60%)
Besar
Sedang
Kecil
1
Sumber
40.346
10.087
1.009
3.026
6.052
252.250
453.900
605.200
1.311.350
2
Bulu
30.744
7.686
769
2.306
4.612
192.250
345.900
461.200
999.350
3
Gunem
28.473
7.118
712
2.135
4.271
178.000
320.250
427.100
925.350
4
Sale
44.934
11.234
1.123
3.370
6.740
280.750
505.500
674.000
1.460.250
5
Sarang
79.571
19.893
1.989
5.968
11.936
497.250
895.200
1.193.600
2.586.050
6
Sedan
65.041
16.260
1.626
4.878
9.756
406.500
731.700
975.600
2.113.800
7
Pamotan
53.052
13.263
1.326
3.979
7.958
331.500
596.850
795.800
1.724.150
8
Sulang
46.377
11.594
1.159
3.478
6.956
289.750
521.700
695.600
1.507.050
9
Kaliori
48.885
12.221
1.222
3.666
7.333
305.500
549.900
733.300
1.588.700
10
Rembang
112.289
28.072
2.807
8.422
16.843
701.750
1.263.300
1.684.300
3.649.350
11
Pancur
35.395
8.849
885
2.655
5.309
221.250
398.250
530.900
1.150.400
12
Kragan
76.967
19.242
1.924
5.773
11.545
481.000
865.950
1.154.500
2.501.450
13
Sluke
33.143
8.286
829
2.486
4.972
207.250
372.900
497.200
1.077.350
14
Lasem
58.357
14.589
1.459
4.377
8.753
364.750
656.550
875.300
1.896.600
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Peta IV.27. Arahan Permukiman
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan sarana perumahan di Kabupaten Rembang, kebutuhan sarana perumahan dari tahun 2014 ke tahun 2034 terus mengalami peningkatan. Ini merupakan hal yang biasa karena sifat alami makhluk hidup yang terus berkembang dan pasti membutuhkan tempat tinggal. Kebutuhan perumahan di Kabupaten Rembang selain dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dari dalam Kabupaten Rembang dipengaruhi pula oleh orang-orang yang melakukan migrasi ke Kabupaten Rembang. Karena Kabupaten Rembang merupakan kawasan pesisir yang dapat dimanfaatkan sumber daya lautnya yang dimana dalam pendapatan regional perikanan merupakan sumber pendapatan tertinggi. Sehingga hal ini akan menarik nelayan dari luar Kabupaten Rembang untuk menuju kesana bahkan ada juga yang menetap dan mendirikan bangunan di Kabupaten Rembang. Selain perikanan, Kabupaten Rembang juga terkenal akan industrinya diantaranya adalah batik dari Lasem dan ada juga industri pembuatan semen yang terkadang mendatangkan pekerja dari luar Kabupaten Rembang, dan akhirnya menetap disana.
4.5.6. Analisis Sosial Budaya
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. Di Kabupaten Rembang juga terdapat berbagai adat istiadat yang dipercaya dan dilakukan oleh penduduk setempat berikut, diantaranya adalah :
4.3.6.1 Upacara Adat
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku asyarakat yang menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat menjelaskan tentang masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara, kita dapat melacak tentang asal–usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda, kejadian alam, dan lain–lain. Di Kabupaten Rembang juga memiliki upacara yang berkaitan dengan adat istiadat setempat. Berikut adalah upcara adat yang terdapat di Kabupaten Rembang.
No
Gambar
Keterangan
1.
sumber : http://ainia79.blogspot.co.id/2012/10/keunikan-lokal-budaya-kabupaten-rembang.html
Upacara Syawalan/ Kupatan ini dinamakan Syawalan karena dilaksanakan pada bulan Syawal (setelah bulan Ramadhan), dinamakan Kupatan karena bertepatan dengan acara di desa- desa yang melaksanakan sesaji ketupat dimana mengandung arti saling memaafkan dan saling berjabat tangan. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin setiap tahun yaitu lima hari setelah hari raya Idul Fitri.Bertempat di Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang/Dampo Awang Beach,acara ini selalu ramai dihadiri oleh masyarakat Rembang dan masyarakat luar daerah. (http://nandaprastya.blogspot.co.id/2011/09/upaten-rembang-keunikan-lokal-budaya.html)
2.
sumber : www.antarafoto.com
Sedekah Laut.Kegiatan upacara ini dilaksanakan oleh desa-desa para kelompok nelayan dalam rangka mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berharap semoga diberi keselamatan dalam mencari nafkah di laut dan diberi kemudahan unuk mendapatkan hasil yang berlipa ganda. (http://nandaprastya.blogspot.co.id/2011/09/upaten-rembang-keunikan-lokal-budaya.html)
3.
sumber : gigyhardians.wordpress.com
Upacara Penjamasan (Pencucian) Bende Becak adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan setiap 10 Zulhijah (Idul Adha) oleh juru kunci makam.Bende Becak berukuran garis tengah 10 cm. Kemudian pada acara ini pula berisi pengajian umum yang diselenggarakan oleh yayasan sunan bonang.Zaman dulu bende ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan para wali atau sebagai tanda pemberitahuan akan terjadinya sesuatu peperangan /musibah.Dalam upacara itu, juru kunci menyediakan air bunga jamasan di lima tempat, ketan kuning dengan unti atau parutan kelapa bercampur gula jawa. Juru kunci menaruh ketan kuning itu di atas rakitan potongan bambu.Setelah tokoh agama dan masyarakat menjamas Bende Becak serta batu penabuhnya, ketan kuning plus unti, wadah ketan kuning, dan air bekas jamasan, dibagikan ke masyarakat, yang konon dapat memberikan berkah.(http://wwwdianhairani.blogspot.co.id/2011/04/budaya-lokal-kabupaten-rembang.html)
Gambar IV.14.
Kebudayaan Khas Kabupaten Rembang
4.3.6.2 Tempat Bersejarah
Tempat bersejarah merupakan warisan peninggalan dari zaman nenek moyang yang dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat karena dipercaya bisa menjadi suatu obyek penelitian maupun pembelajaran bagi masyarakat di dalam maupun di luar wilayah. Berikut adalah tempat bersejarah di Kabupaten Rembang.
No
Gambar
Keterangan
1.
Sumber : hasil survey kelompok studio 2 rembang
Pasujudan Sunan Bonang berada di desa Bonang, Kecamatan Sluké, Kabupatèn Rembang. Berjarak kurang lebih 17 km dari pusat kota Rembang. Letaknya disebelah timur kota rembang menuju arah Surabaya, tepat berada di pinggir jalan raya Pantura jawa.Sejarah mencatat bahwa Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim) meninggal pada tahun 1525, tepat diusia 60 tahun. Sunan boning adalah seorang sayyid dan waliyullah yang unik, sampai saat ini makam beliau yang sebenarnya masih misteri. Ada yang di Bonang, di Tuban, dan di Madura. Kesemuanya makam ramai di datangi peziarah. Namun ada pendapat yang mengatakan jika makam Sunan Bonang ada di wilayah Tuban. Tepatnya ada di depan pesisirBinangun . (http://www.wisatarembang.com/2015/04/napak-tilas-sejarah-pasujudan-sunan-bonang.html)
2.
Sumber : hasil survey kelompok studio 2 rembang
Makam R.A. Kartini digunakan sebagai tempat wisata religi di Rembang. Banyak wisatawan yang berziarah di sana apalagi pada tanggal kelahirannya yakni setiap tanggal 21 April. Di lokasi tersebut terdapat pula makam suami dan putra satu-satunya R.A. Kartini juga makam keluarga Bupati Rembang pada masa Kepemimpinan R.M.A.A. Djoyodiningrat. Setelah berziarah biasanya para Wisatawan menikmati makanan khas dan berbagai Cinderamata yang telah dipamerkan di lokasi obyek tersebut. Sebagai kenangan tersendiri setelah pulang di daerah masing-masing.
3.
Sumber : hasil survey kelompok studio 2 rembang
Museum kamar poengabadian R.A. Kartini terletak di loaksi rumah dinas Bupati Rembang, tepatnya 100 meter disebelah timur alun- alun kota Rembang. Tempat ini merupakan rumah dimana R.A.Kartini dan R.M.A.A Djojodiningrat (suaminya) pernah tinggal. Museum kamar pengabadian R.A. Kartini menempati kamar pribadi R.A. Kartini dimana beliau melakukan semua aktifitasnya, menulis ide – idenya, dan juga tempat dimana dia melahirkan putra tunggalnya, R.M. Singgih Susalit. Didalam museum ini, kita dapat melihat benda – benda peninggalan R.A. Kartini seperti: tempat tidur; surat tulisan tangan asli R.A. Kartini kepada temannya, buku Habis Gelap Terbitlah Terang, bothekan, alat – alat tulis, koleksi piring – piring,meja merawat bayi, dan lain sebagainya.
4.
sumber : www.idsejarah.net
Selodiri Terjan berlokasi di desa Terjan, sekitar 48 km disebelah timur kota Rembang. Ditempat ini, kita akan menemukan batu – batu dari jaman pra sejarah dengan berbagai bentuk menyerupai kepala binatang ( kepala katak, ular dan buaya). Pada saat itu, batu ini digunakan sebagai sumber ilmu sains (ilmu falak). Selain itu juga terdapat batu raksasa yang memilki berat 500 ton dan tinggi 50 meter. Batu ini disebut SELODIRI ( batu berdiri). Batu ini sangat berguna bagi nelayan, jika mereka melihat batu ini telah nampak dari pandangan mata, maka itu adalah pertanda bahwa mereka akan mencapai daratan/ pantai.
Gambar IV.15.
Gambar tempat bersejarah Wonogiri
4.3.6.3 Kesenian Tradisional
Kesenian tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Kesenian daerah dapat meramaikan dan memperkaya hiburan dalam wujud seni tari, seni musik, seni bela diri dan seni olah raga lainnya. Berikut adalah kesenian tradisonal yang ada di Kabupaten Rembang.:
No
Gambar
Keterangan
1.
Sumber :galerirembang.blogspot.com
Emprak merupakan bentuk seni trasional drama yang masih eksis di Kwangsan, Kecamatan Kaliori, Rembang. Kesenian tradisonal ini mirip dengan seni kethoprak. Tapi pada awal penyajian acara ditampilkan atraksi yang membawa tari Remong Anak diiringi gamelan dan rebana.
Para pemain emprak, biasa pentas di emper rumah dan lesehan (nglemprak). Akhirnya lama kelamaan disebut dengan seni emprak. Cerita dalam kesenian Emprak ini mengambil cerita sejarah dalam kehidupan di kerajaan Majapahit. (http://www.murianews.com/)
2.
Sumber : www.jatengprov.go.id
Rodhad merupakan sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren di Rembang. Seni tari dan dendang lagunya syarat dengan syair petuah, gerakan tarinya pun konon sebuah runutan seni bela diri yang terbungkus dalam indahnya gerak.
Kesenian ini merupakan seni gerak dan vokal diiringi tabuhan rebana. Syair-syair yang dinyanyikan bernafaskan keagamaan, yakni puja-puji yang mengagungkan Allah SWT dan Rasulullah. Selain bernafaskan keagamaan, biasanya syair yang dinyanyikan berkisah tentang pengorbanan para Kiai dan rakyat menentang penjajahan kompeni Belanda saat Indonesia belum merdeka.(http://www.murianews.com/)
3.
Sumber : www.youtube.com
Tari Gondoriyo merupakan kesenian khas Rembang yang berasal dari Desa Kedungtulup, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang. Kesenian tradisional masyarakat khas Kabupaten Rembang ini berbentuk drama atau sandiwara dengan mengangkat cerita rakyat yang legendaris yaitu ande-ande lumut.Awalnya tari Gandario adalah penggambaran pengungkapan perasaan cinta dua insan sehingga gerakannya erotis yang dilambangkan dengan kekuatan otot pria dan lemah gemulainya wanita
.(http://www.murianews.com/)
4.
Sumber : www.koranmuria.com
Pathol Sarang merupakan kesenian tradisional yang berkembang di lingkungan pesisir pantai terutama di Kecamatan Sarang Rembang. Kesenian ini mempertunjukan adu kekuatan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Tiap-tiap kelompok mempunyai algojo atau jago kepruk. Selain itu, setiap kelompok juga mempunyai satu orang landang (promotor) yang bertugas menunjukan atau memamerkan kekuatan jagonya dalam adu kekuatan yang sangat akrobatik. (http://www.murianews.com/)
5.
Sumber : rembangkab.go.id
Orek-orek adalah suatu kesenian rakyat di Kabupaen Rembang yang berbentuk tari dengan iringan gamelan Jawa baik laras slrendro maupun pelok. Pelaku penarinnya terdiri dari 2 sampai 4 pasang atau lebih. Kesenian Orek_Orek mempunyai ciri khas yang berbeda dari kesenian rakyat yang lain. Walaupun dalam bentuk penyajiannya belum dapat berdiri sendiri,namun keberadaanya mempunyai daya tarik tersendiri yaitu bentuk penyajian yang disisipkan pada pertunjukan kethoprak. Sahingga nasyarakatpun mengenalnya sebagai kesenian kethoprakdan sebagian masyarakat lain menyebut sebagai Orek-Orek.adapun alur cerita yang dibawakan biasanya sama dengan cerita kethoprak antara lain: sejarah,legenda dan lain sebagainya.
6.
Sumber : galerirembang.blogspot.com
Kesenian Gambuh merupakan gambaran dari upacara adat Gambuh yang ada kurang lebih sejak tahun 1856,kemudian mengalami perubahan bentuk fungsi dan sifat. Perubahan tersebut adalah perubahan dari fungsi ritual menjadi tontonan,dari bentuk upacar menjadi seni pertunjukan yang berjenis drama tari dan dari sifat sklar menjadi sekuler.Upacara adat ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 1856 di pemerintahan Raden Tumenggung Condro Adi Ningrat. Upacar ini digunakan sebagai upacara adat ntuk mengusir roh jahat yang dipercaya oleh masyarakat Kab Rembang sebagai penyebab terjadinya malapetaka.
7.
Sumber : suaramerdeka.com
Thong-thong lek merupakan kesenian tradisional yang berbentuk seni pertunjukan musik tradisional maupun elektrik yang dapat dijumpai pada bulan Ramadhan tepatnya pada saat menjelang sahur serta berfungsi sebagai sarana penggugah sahur bagi kaum muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Festival musik tradisional thong-thong lek merupakan salah satu contoh pengembnagan dan pelestarian seni budaya tradisi. Setiap tahun festival ini dilaksanakan H-7 datangnya Hari Raya Idul Fitri. Pelaksanaan festival ini dijadikan event unggulan Kab Rembang yang diharapkan dapat menarik masa dari kawasan sekitar.
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Gambar IV.16.
Kebudayaan khas Kabupaten Rembang
Masyarakat di Kabupaten Rembang memiliki beraneka ragam budaya daerah, mulai dari budaya daerah yang bernuansa keagamaan hingga budaya daerah yang bernuansa adat-istiadat, Budaya masyarakat banyak dipengaruhi nuansa keagamaan / kepercayaan dan adat-istiadat setempat. Ciri khasnya yang asli mampu menarik perhatian banyak orang termasuk kaum wisatawan, baik domestik maupun luar negeri. mulai dari wisata, budaya, kesenian daerah, makanan khas, adat istiadat, sampai dengan kerajinan batiknya yang khas mampu menjadikan kota Rembang yang merupakan kota kecil menjadi kaya akan budaya & tradisi.
Dengan diadakan tradisi kebudayaan tersebut setiap tahunnya melalui peran masyarakat juga peran pemerintah membuat tradisi ini akan secara langsung lestari dan berlangsung terus menerus.
4.3.6.4 Keberadaan Agama dan Peran Nilai Agama Dalam Masyarakat di Kabupaten
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat beberapa unsure kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yakni Bahasa. Sistem pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem Religi, Kesenian. Ketujuh unsure kebudayaan tersebut mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada ssatu wujud fisik untuk keseluruhandari satu unsure kebudayaan yang universal.
Dengan adanya budaya masyarakat akan dapat memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat, perubahan kebudayaan dapat terjadi karena beberapa faktor yakni letak geografis daerah tersebut, sejarah dari generasi sebelumnya dan juga pengaruh dari bangsa lain. Namun perkembangan kebudayaan tidak dapat kita lepaskan dari Agama . Karena keduanya memiliki hubungan yang sangat erat antara lain: agama merupakan bagian dari budaya , agama dapat melahirkan budaya agama terpisah dengan budaya. Maka budaya itu terdiri dari 5 lapisan. Lapisan itu diwakili oleh budaya agama pribumi, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen (Andito, ed,1998:77-79) yaitu:
a) Agama pribumi yang memiliki ritus-ritus yang berkaitan dengan penyembahan roh nenek moyang yang telah tiada atau lebih setingkat yaitu Dewa-dewa suku seperti sombaon di Tanah Batak, agama Merapu di Sumba, Kaharingan di Kalimantan. Dari agama pribumi bangsa Indonesia mewarisi kesenian dan estetika yang tinggi dan nilai-nilai kekeluargaan yang sangat luhur.
b) Hinduisme, yang telah meninggalkan peradaban yang menekankan pembebasan rohani agar atman bersatu dengan Brahman maka dengan itu ada solidaritas mencari pembebasan bersama dari penindasan sosial untuk menuju kesejahteraan yang utuh.
c) Agama Buddha, yang telah mewariskan nilai-nilai yang menjauhi ketamakan dan keserakahan. Bersama dengan itu timbul nilai pengendalian diri dan mawas diridengan menjalani 8 tata jalan keutamaan.
d) Agama Islam yang telah menyumbangkan kepekaan terhadap tata tertib kehidupan melalui syari'ah, ketaatan melakukan shalat dalam lima waktu,kepekaan terhadap mana yang baik dan mana yang jahat dan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (amar ma'ruf nahi munkar) berdampak pada pertumbuhan akhlak yang mulia. Inilah hal-hal yang disumbangkan Islam dalam pembentukan budaya bangsa.
e) Agama Kristen, baik Katholik maupun Protestan. Agama ini menekankan nilai kasih dalam hubungan antar manusia. Tuntutan kasih yang dikemukakan melebihi arti kasih dalam kebudayaan sebab kasih ini tidak menuntutbalasan yaitu kasih tanpa syarat. Kasih bukan suatu cetusan emosional tapi sebagai tindakan konkrit yaitu memperlakukan sesama seperti diri sendiri. Dipandang dari segi budaya, semua kelompok agama di Indonesia telah mengembangkan budaya agama untuk mensejahterakannya tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras.
Berikut adalah persentase penduduk menurut agama yang dianutnya:
Tabel IV.113.
Persentase Penduduk Menurut Agama di Kabupate Rembang Tahun 2014
No.
Kecamatan
Islam (jiwa)
Protestan (jiwa)
Katolik (jiwa)
Hindu (jiwa)
Budha (jiwa)
1.
Sumber
5,81%
0,00%
0,01%
0,00%
0,00%
2.
Bulu
4,15%
0,00%
0,02%
0,00%
0,00%
3.
Gunem
3,85%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
4.
Sale
6,09%
0,02%
0,01%
0,00%
0,00%
5.
Sarang
10,38%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
6.
Sedan
8,35%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
7.
Pamotan
7,20%
0,02%
0,00%
0,00%
0,00%
8.
Sulang
6,38%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
9.
Kaliori
6,68%
0,01%
0,02%
0,00%
0,00%
10.
Rembang
13,63%
0,41%
0,33%
0,01%
0,02%
11.
Pancur
4,47%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
12.
Kragan
9,83%
0,03%
0,05%
0,00%
0,04%
13.
Sluke
4,28%
0,02%
0,00%
0,00%
0,00%
14.
Lasem
7,55%
0,12%
0,13%
0,00%
0,05%
Jumlah
98,65%
0,65%
0,57%
0,01%
0,11%
Sumber: Analisis penyusun 2016
Dari tabel diatas, daapat disimpulkan bahwa masyarakat mayoritas adalah beragama islam, sehingga tidak salah jika kebudayaan yang ada di Kabupaten Rembang lebih cenderung berazaskan ajaran islam dalam hampir tiap kesenian/kebudayaan.
4.3.6.4.1 Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana pendukung kegiatan keagamaan yang ada pada suatu wilayah. Pada wilayah studi, sebagian besar penduduk memeluk Agama Islam. Hal ini menyebabkan sebagian besar fasilitas peribadatan yang ada di Kabupaten Rembang berupa masjid dan mushola. Oleh karena itu, penyediaan sarana peribadatanya harus memperhatikan struktur penduduk menurut agama dan kepercayaannya. Penyediaan kebutuhan fasilitas peribadatan ini dapat dihitung dengan menggunakan standar unit pelayanan wilayah. Jenis fasilitas dan minimal penduduk pendukungnya adalah:
Tabel IV.114.
Standart Minimum Pelayanan Sarana Peribadatan
Jenis Sarana
Peribadatan
Standar
Pelayanan
StandarLuas
Lahan Min (m²)
Radius Pencapaian (m)
Lokasi dan penyelesaian
1 unit Mushola
250 jiwa.
45
100
Di tengah kelompoktetangga.
Dapat merupakan bagian dari bangunan sarana lain
1 unit Masjid
2.500 jiwa.
1.800
1.000
Di tengah kelompok tetangga tidak menyeberang jalan raya.
Dapat bergabung dalam lokasi balai warga.
1 unit Gereja
120.000 jiwa
3.600
-
Dapat dijangkau dengan
kendaraan umum.
1 unit Vihara
120.000 jiwa
3.600
-
Dapat dijangkau dengan
kendaraan umum
Sumber: SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, 2004
Berikut proyeksi kebutuhan sarana peribadatan di Kabupaten Rembang hingga tahun 2034 :
Tabel IV.115.
Pelayanan Sarana Peribadatan di Kabupatenn Rembang
No
Kecamatan
Jenis Sarana Peribadatan
Masjid
Mushola
Gereja
Vihara
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
Eksisting
SNI
Deviasi
1
Sumber
45
14
31
185
139
46
1
0
1
0
0
0
2
Bulu
32
11
21
129
106
23
1
0
1
0
0
0
3
Gunem
29
9
20
114
95
19
0
0
0
0
0
0
4
Sale
29
15
14
108
149
-41
3
0
3
0
0
0
5
Sarang
47
25
22
368
253
115
0
1
-1
0
1
-1
6
Sedan
41
21
20
365
213
152
0
0
0
0
0
0
7
Pamotan
42
18
24
272
181
91
1
0
1
0
0
0
8
Sulang
40
15
25
139
153
-14
1
0
1
0
0
0
9
Kaliori
45
16
29
169
161
8
3
0
3
0
0
0
10
Rembang
55
35
20
164
354
-190
10
1
9
2
1
1
11
Pancur
36
11
25
144
114
30
0
0
0
0
0
0
12
Kragan
46
24
22
347
245
102
2
1
1
1
1
0
13
Sluke
24
11
13
217
111
106
1
0
1
0
0
0
14
Lasem
41
19
22
159
195
-36
11
0
11
3
0
3
Jumlah
552
247
305
2.880
2.468
412
34
5
29
6
5
1
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Setelah perhitungan kebutuhan sarana peribadatan berdasarkan SNI maka dapat kita ketahui bahwa mayoritas sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Rembang sudah sangat mencukupi. Deviasi untuk masjid di semua kecamatan di Kabupaten Rembang sudah memenuhi bahkan lebih dari standar SNI. Dan untuk mushola ada 4 kecamatan yang jumlah musholanya masih kurang dari standar, yaitu di Kecamatan Sale, Sulang, Rembang dan Lasem. Karena di keempat kecamatan ini juga dihuni mayoritas penduduk beragama non muslim dengan dapat dijumpainya 3 buah vihara di Kecamatan Lasem, 2 di Rembang dan 1 di Kecamatan Kragan. Dan untuk gereja, Kecamatan Lasem merupakan Kecamatan dengan jumlah gereja tertinggi di Kabupaten Rembang.
Di Kecamatan Sarang sebenarnya tidak diperlukan gereja dan vihara seperti perhitungan standar SNI dikarenakan berdasarkan data yang ada tidak ada penduduk yang beragama Budha. Penduduk beragama Budha hanya ada di Kecamatan Rembang, Kragan dan Lasem. Maka dari itu di ketiga kecamatan tersebut diperlukan adanya vihara untuk menunjang kebutuhan spiritual penduduk yang beragama Budha. Selain itu di Kecamatan Sarang juga tidak terdapat penduduk beragama Kristen maupun Katholik begitu juga dengan Kecamatan Gunem, Sedan dan Pancur yang tidak memerlukan gereja karena berdasarkan data Kabupaten Rembang Dalam Angka 2015, seluruh penduduk di kecamatan tersebut beragama Islam.
Tabel IV.116.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Masjid (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Masjid
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
45
14
31
35.608
14
31
36.793
15
30
37.977
15
30
39.162
16
29
2
Bulu
26.435
32
11
21
27.174
11
21
28.066
11
21
28.959
12
20
29.851
12
20
3
Gunem
23.641
29
9
20
24.457
10
19
25.461
10
19
26.465
11
18
27.469
11
18
4
Sale
37.198
29
15
14
38.500
15
14
40.109
16
13
41.717
17
12
43.326
17
12
5
Sarang
63.165
47
25
22
65.903
26
21
69.320
28
19
72.737
29
18
76.154
30
17
6
Sedan
53.335
41
21
20
55.289
22
19
57.727
23
18
60.165
24
17
62.603
25
16
7
Pamotan
45.369
42
18
24
46.666
19
23
48.262
19
23
49.859
20
22
51.455
21
21
8
Sulang
38.273
40
15
25
39.654
16
24
41.328
17
23
43.011
17
23
44.694
18
22
9
Kaliori
40.228
45
16
29
41.697
17
28
43.494
17
28
45.291
18
27
47.088
19
26
10
Rembang
88.452
55
35
20
92.435
37
18
97.399
39
16
102.362
41
14
107.326
43
12
11
Pancur
28.618
36
11
25
29.755
12
24
31.165
12
24
32.575
13
23
33.985
14
22
12
Kragan
61.205
46
24
22
63.849
26
20
67.129
27
19
70.408
28
18
73.688
29
17
13
Sluke
27.642
24
11
13
28.567
11
13
29.711
12
12
30.855
12
12
31.999
13
11
14
Lasem
48.728
41
19
22
50.357
20
21
52.357
21
20
54.357
22
19
56.357
23
18
Jumlah
616.919
552
247
305
639.911
256
296
668.321
267
285
696.738
279
273
725.157
290
262
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.117.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Mushola (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Mushola
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
185
139
46
35.608
142
43
36.793
147
38
37.977
152
33
39.162
157
28
2
Bulu
26.435
129
106
23
27.174
109
20
28.066
112
17
28.959
116
13
29.851
119
10
3
Gunem
23.641
114
95
19
24.457
98
16
25.461
102
12
26.465
106
8
27.469
110
4
4
Sale
37.198
108
149
-41
38.500
154
-46
40.109
160
-52
41.717
167
-59
43.326
173
-65
5
Sarang
63.165
368
253
115
65.903
264
104
69.320
277
91
72.737
291
77
76.154
305
63
6
Sedan
53.335
365
213
152
55.289
221
144
57.727
231
134
60.165
241
124
62.603
250
115
7
Pamotan
45.369
272
181
91
46.666
187
85
48.262
193
79
49.859
199
73
51.455
206
66
8
Sulang
38.273
139
153
-14
39.654
159
-20
41.328
165
-26
43.011
172
-33
44.694
179
-40
9
Kaliori
40.228
169
161
8
41.697
167
2
43.494
174
-5
45.291
181
-12
47.088
188
-19
10
Rembang
88.452
164
354
-190
92.435
370
-206
97.399
390
-226
102.362
409
-245
107.326
429
-265
11
Pancur
28.618
144
114
30
29.755
119
25
31.165
125
19
32.575
130
14
33.985
136
8
12
Kragan
61.205
347
245
102
63.849
255
92
67.129
269
78
70.408
282
65
73.688
295
52
13
Sluke
27.642
217
111
106
28.567
114
103
29.711
119
98
30.855
123
94
31.999
128
89
14
Lasem
48.728
159
195
-36
50.357
201
-42
52.357
209
-50
54.357
217
-58
56.357
225
-66
Jumlah
616.919
2.880
2.468
412
639.911
2.560
320
668.321
2.673
207
696.738
2.787
93
725.157
2.901
-21
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.118.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Gereja (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Gereja
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
1
0
1
35.608
0
1
36.793
0
1
37.977
0
1
39.162
0
1
2
Bulu
26.435
1
0
1
27.174
0
1
28.066
0
1
28.959
0
1
29.851
0
1
3
Gunem
23.641
0
0
0
24.457
0
0
25.461
0
0
26.465
0
0
27.469
0
0
4
Sale
37.198
3
0
3
38.500
0
3
40.109
0
3
41.717
0
3
43.326
0
3
5
Sarang
63.165
0
1
-1
65.903
1
-1
69.320
1
-1
72.737
1
-1
76.154
1
-1
6
Sedan
53.335
0
0
0
55.289
0
0
57.727
0
0
60.165
1
-1
62.603
1
-1
7
Pamotan
45.369
1
0
1
46.666
0
1
48.262
0
1
49.859
0
1
51.455
0
1
8
Sulang
38.273
1
0
1
39.654
0
1
41.328
0
1
43.011
0
1
44.694
0
1
9
Kaliori
40.228
3
0
3
41.697
0
3
43.494
0
3
45.291
0
3
47.088
0
3
10
Rembang
88.452
10
1
9
92.435
1
9
97.399
1
9
102.362
1
9
107.326
1
9
11
Pancur
28.618
0
0
0
29.755
0
0
31.165
0
0
32.575
0
0
33.985
0
0
12
Kragan
61.205
2
1
1
63.849
1
1
67.129
1
1
70.408
1
1
73.688
1
1
13
Sluke
27.642
1
0
1
28.567
0
1
29.711
0
1
30.855
0
1
31.999
0
1
14
Lasem
48.728
11
0
11
50.357
0
11
52.357
0
11
54.357
0
11
56.357
0
11
Jumlah
616.919
34
5
29
639.911
5
29
668.321
6
28
696.738
6
28
725.157
6
28
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.119.
Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Vihara (unit)
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Proyeksi Jumlah Vihara
2014
2019
2024
2029
2034
Eks
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
Proyeksi Penduduk
SNI
Dev
1
Sumber
34.630
0
0
0
35.608
0
0
36.793
0
0
37.977
0
0
39.162
0
0
2
Bulu
26.435
0
0
0
27.174
0
0
28.066
0
0
28.959
0
0
29.851
0
0
3
Gunem
23.641
0
0
0
24.457
0
0
25.461
0
0
26.465
0
0
27.469
0
0
4
Sale
37.198
0
0
0
38.500
0
0
40.109
0
0
41.717
0
0
43.326
0
0
5
Sarang
63.165
0
1
-1
65.903
1
-1
69.320
1
-1
72.737
1
-1
76.154
1
-1
6
Sedan
53.335
0
0
0
55.289
0
0
57.727
1
-1
60.165
1
-1
62.603
1
-1
7
Pamotan
45.369
0
0
0
46.666
0
0
48.262
0
0
49.859
0
0
51.455
0
0
8
Sulang
38.273
0
0
0
39.654
0
0
41.328
0
0
43.011
0
0
44.694
0
0
9
Kaliori
40.228
0
0
0
41.697
0
0
43.494
0
0
45.291
0
0
47.088
0
0
10
Rembang
88.452
2
1
1
92.435
1
1
97.399
1
1
102.362
1
1
107.326
1
1
11
Pancur
28.618
0
0
0
29.755
0
0
31.165
0
0
32.575
0
0
33.985
0
0
12
Kragan
61.205
1
1
0
63.849
1
0
67.129
1
0
70.408
1
0
73.688
1
0
13
Sluke
27.642
0
0
0
28.567
0
0
29.711
0
0
30.855
0
0
31.999
0
0
14
Lasem
48.728
3
0
3
50.357
0
3
52.357
0
3
54.357
0
3
56.357
0
3
Jumlah
616.919
6
5
1
639.911
6
0
668.321
6
0
696.738
6
0
725.157
6
0
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil proyeksi sarana peribadatan, kebutuhan akan sarana peribadatan berupa masjid, gereja dan vihara masih dapat terpenuhi untuk 20 tahun mendatang sampai dengan tahun 2034. Namun untuk mushola, hanya dapat terpenuhi sampai dengan tahun 2029. Dan pada tahun 2034 dibutuhkan pembangunan mushola sebanyak 21 unit untuk dapat memenuhi kebutuhan mushola di Kabupaten Rembang.
Dan untuk Kecamatan Sale, Sulang, Rembang dan Lasem kebutuhan akan sarana peribadatan berupa mushola masih kurang dari standar. Hal ini dikarenakan di keempat kecamatan tersebut mayoritas penduduknya juga dihuni oleh penduduk beragama Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Untuk Kecamatan Sale sendiri terdapat 115 penduduk protestan dan 44 yang beragama Katholik dan itu kebutuhan akan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 3 gereja di kecamatan tersebut. Dan di Kecamatan Sulang sendiri terdapat 7 orang beragama Kristen yang kebutuhan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 1 gereja. Di Kecamatan Rembang terdapat 1.926 penduduk beragama Kristen, 1.534 penduduk beragama Katholik, 61 beragama Hindu dan 115 beragama Budha yang kebutuhan akan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 10 gereja dan juga 2 vihara. Kemudian untuk Kecamatan Lasem terdapat 576 penduduk beragama Kristen, 627 beragama Katholik, dan 236 beragama Budha yang kebutuhan sarana peribadatannya sudah terpenuhi dengan adanya 11 gereja dan 3 vihara.
Walaupun dalam perhitungan SNI akan kebutuhan sarana peribadatan per kecamatan masih ada yang kurang. Namun untuk mencukupi kebutuhan se Kabupaten Rembang masih bisa. Bahkan jumlah sarana peribadatan pada data eksisting sekarang ini masih dapat memenuhi kebutuhan sarana peribadatan se Kabupaten Rembang dalam 20 tahun mendatang. Sehingga pembangunan sarana peribadatan tidak terlalu perlu untuk dilaksanakan dibanding sarana yang lain seperti sarana pendidikan maupun kesehatan.
4.6. Analisis Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
4.6.1. Sistem Perkotaan
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, administrasi masyarakat di wilayah kabupaten yang terdiri dari:
Pusat kegiatan nasional (PKN) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Ditetapkan dengan kriteria :
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Pusat kegiatan wilayah (PKW) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Ditetapkan dengan kriteria :
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Pusat kegiatan lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Ditetapkan dengan kriteria :
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai PKL
Pusat pelayanan kawasan (PPK) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa
Pusat pelayanan lingkungan (PPL) pusat pemukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Dan untuk menentukan sistem perkotaan di Kabupaten Rembang maka dilakukan beberapa langkah berikut ini :
Analisis Skalogram
Dalam menentukan pusat kegiatan akan dilakukan pembagian orde. Pembagian orde dilakukan dengan menggunakan analisis skalogram. Penghitungan analisis skalogram dibutuhkan indikator kelengkapan fasilitas. Dari pengumpulan mengenai data fasilitas, maka didapatkan distribusi fasilitas di 14 kecamatan di Kabupaten Rembang:
Fasilitas pendidikan
Fasilitas peribadatan
Fasilitas kesehatan
Fasilitas perekonomian
Untuk mengetahui kesesuaian hirarki kota atau pusat kegiatan pada struktur ruang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis skalogram. Menentukan Hirarki Kota / Pusat berdasarkan ada/tidaknya fasilitas, apabila ada diberikan notasi "1", dan jika tidak ada "0". Hirarki kota dimaksudkan untuk dapat menentukan sistem jenjang kegiatan yang dikaitkan dengan pusat-pusat kegiatan (kota) yang ada. Upaya ini bertujuan untuk lebih memantapkan dan memperjelas hirarki berdasarkan kondisi nyata kawasan-kawasan perkotaan dan tetap memperhatikan tata jenjang kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya.
Berikut ini merupakan penerapan metode analisis skalogram dalam menentukan hirarki kecamatan di Kabupaten Rembang berdasarkan data statistic.
Tabel IV.120.
Data Sebaran Fasilitas Menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang dan Penarikan Garis Hirarki Metode Schallogram
No
Kecamatan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
Jumlah
1
Rembang
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
16
2
Lasem
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
15
3
Kragan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
14
4
Pamotan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
13
5
Kaliori
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
12
6
Sluke
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
12
7
Sulang
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
12
8
Sarang
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
12
9
Sumber
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
11
10
Bulu
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
11
11
Sale
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
11
12
Sedan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
11
13
Gunem
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
10
14
Pancur
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8
14
14
14
14
14
14
14
14
13
12
10
7
5
3
3
2
1
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Ket :
A : TK G : Masjid M : Rumah Makan
B : SD H : Mushola N : Hotel
C : SMP I : SMA O : Vihara
D : Puskesmas J : Pasar Desa P : Perguruan Tinggi
E : Pustu K : Gereja Q : Rumah Sakit
F : Posyandu L : Pasar Umum
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui pembagian hierarki kota. Kota yang memiliki skor tertinggi adalah yang di jadikan sebagai pusat pelayanan/ pusat pengembangan. Berikut merupakan hierarki kota Kabupaten Rembang :
Tabel IV.121.
Hirarki Kecamatan di Kabupaten Rembang
No
Hierarki
Kecamatan
1
I
Rembang
2
II
Lasem, Kragan, Pamotan
3
III
Kaliori, Sluke, Sulang, Sarang
4
IV
Sumber, Bulu, Sale, Sedan, Gunem, Pancur
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel IV.122.
Hierarki Kabupaten Rembang
No
Kecamatan
Orde
Fungsi
1
Rembang
I
Pusat pembangunan prasarana dan sarana perkotaan, pengembangan pembiayaan pembangunan, pengembangan kelembagaan perkotaan tingkat kabupatem, pusat kegiatan ekonomi tingkat kabupaten, pusat pendidikan tingkat kabupaten
2
Lasem
II
Permukiman, perdagangan dan jasa, perikanan dan kelautan, perhubungan laut, pertanian dan kehutanan, industri, pertambangan dan pariwisata, kegiatan budaya.
3
Kragan
II
Permukiman, pertanian dan kehutanan, pertambangan, industri pertanian.
4
Pamotan
II
Permukiman, pertambangan, industri pertanian, industri rumah tangga,simpul transportasi.
5
Kaliori
III
Permukiman, pertanian, industri, perikanan dan kelautan, pariwisata.
6
Sluke
III
Permukiman, pertanian dan kehutanan, perikanan dan kelautan, perhubungan laut, industri, pertambangan, pariwisata.
7
Sulang
III
Permukiman, pertanian dan kehutanan, industri pertanian, industri rumahtangga.
8
Sarang
III
Permukiman, perikanan dan kelautan, pertanian, kehutanan, industri dan pertambangan, pendidikan tingkat Kabupaten Rembang dan kabupaten sekitarnya seperti Kabupaten Tuban.
9
Sumber
IV
Permukiman, pertanian, industri pertanian.
10
Bulu
IV
Permukiman, kehutanan, industri pertanian, pariwisata.
11
Sale
IV
Permukiman, pertanian dan kehutanan, pertambangan, pariwisata, industri pertanian dan pertambangan.
12
Sedan
IV
Permukiman, pertambangan, industri pertanian, pertanian dan kehutanan.
13
Gunem
IV
Permukiman, pertanian dan kehutanan, pertambangan, industri peratanian.
14
Pancur
IV
Permukiman, pertanian dan kehutanan, pertambangan.
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Penentuan hierarki perkotaan ini berdasarkan perhitungan keengkapan fasilitas yang berada di Kabupaten Rembang. Bila dilihat masih banyak kecamatan yang memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang kurang memadai. Namun perlu dilihat pula keadaan fisik wilayah di Kabupaten Rembang yang menjadi salah satu faktor dalam terbatasnya ketersediaan fasilitas yang ada.
Penentuan struktur perkotaan dilihat dari penghitungan fasilitas yang ada dan juga keadaan fisik. Hal ini dikarenakan agar dalam proses pembangunan tidak menyalahi aturan yang ada dan tidak menimbulkan korban jiwa akibat kesalahan perencanaan struktur kota. Dari hasil analisis fisik kemampuan lahan dan kesesuaian lahan dan penrhitungan metode skalogram untuk fasilitas berikut merupakan rencana struktur perkotaan di Kabupaten Rembang.
Tabel IV.123.
Hasil Tabulasi Skalogram Jumlah dan Keragaman Fasilitas Pelayanan
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Fasilitas
Hirarki
1
Rembang
88.452
16
I
2
Lasem
48.728
15
II
3
Kragan
61.205
14
II
4
Pamotan
45.369
13
II
5
Kaliori
40.228
12
III
6
Sluke
27.624
12
III
7
Sulang
38.273
12
III
8
Sarang
63.165
12
III
9
Sumber
34.630
11
IV
10
Bulu
26.435
11
IV
11
Sale
37.198
11
IV
12
Sedan
53.335
11
IV
13
Gunem
23.641
10
IV
14
Pancur
28.618
8
IV
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil analisis skalogram dapat diketahui bahwa kecamatan dengan jumlah fasilitas yang paling lengkap adalah Kecamatan Rembang, yaitu 16 dari total 17 fasilitas dengan jumlah penduduk 88.452 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan jumlah pelayanan terkecil adalah Kecamatan Pancur yang hanya 8 dengan jumlah penduduk sebanyak 28.618 jiwa.
Kecamatan di Kabupaten Rembang yang berada pada hierarki I adalah Kecamatan Rembang yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Berdasarkan hasil analisis skalogram Kecamatan Rembang berada pada hierarki I yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sehingga hal ini sudah sesuai dengan RTRW Kabupaten Rembang yang menyatakan bahwa Kecamatan Rembang termasuk Pusat Kegiata Lokal (PKL). Kecamatan Rembang berfungsi sebagai pusat pembangunan prasarana dan sarana perkotaan, pengembangan pembiayaan pembangunan, pengembangan kelembagaan perkotaan dan pusat kegiatan ekonomi.
Kecamatan Lasem, Kragan, Pamotan dan Sarang merupakan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang berada pada hierarki II namun tidak untuk Kecamatan Sarang yang berada pada hierarki III dimana dengan jumlah penduduk sebesar 63.165 jiwa, jumlah fasilitas yang ada hanya 12. Namun fasilitas di Kecamatan Sarang dapat memenuhi kebutuhan fasilitas di dalam skala Kabupaten karena Kecamatan Sarang merupakan kota santri dimana terdapat dua perguruan tinggi swasta yang dapat menjadi daya tarik bagi kecamatan sekitar bahkan kabupaten sekitarnya. Dengan banyaknya pelajar yang datang ke Kecamatan Sarang maka kebutuhan akan pemenuhan fasilitas sarana akan meningkat.
Analisis tentang hierarki perkotaan ini hanya berdasarkan pada ada atau tidak adanya fasilitas yang dimiliki suatu kecamatan berdasarkan hasil analisis skalogram. Analisis ini hanya memberikan informasi untuk pembangunan di berbagai sektor. Dan harus dilengkapi dengan analisis yang lainnya.
Indeks Sentralitas
Indeks Sentralitas digunakan untuk menilai kemampuan dan hierarki pusat pelayanan, seperti halnya analisis skalogram. Setelah disusun tabel urutan kecamatan berdasarkan kelengkapan fasilitas yang dimiliki (tabel skalogram), kemudian dihitung nilai skornya dengan menjumlahkan nilai indeks sentralitas dari tiap fasilitas yang dimiliki. Persamaan yang dipergunakan untuk menilai bobot atau index dari suatu fasilitas adalah sebagai berikut (Rondinelli, 1985).
C = t / T
Keterangan:
C = index untuk masing-masing fasilitas
t = angka tetapan (misal : 100) sama untuk semua jenis fasilitas
T = Jumlah masing-masing jenis fasilitas
Berikut ini merupakan data jumlah fasilitas menurut kecamatan yang terdapat di Kabupaten Rembang :
Tabel IV.124.
Jumlah Fasilitas Menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2015
No
Kecamatan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
1
Sumber
28
26
5
3
0
0
1
4
68
45
15
1
0
0
3
0
0
2
Bulu
12
21
3
2
0
0
1
5
55
32
129
1
0
0
2
0
0
3
Gunem
15
20
4
2
0
0
1
4
46
29
114
0
0
0
3
0
0
4
Sale
20
29
6
3
0
0
1
5
68
29
108
3
0
0
3
0
0
5
Sarang
26
34
11
3
2
0
1
5
100
47
368
0
0
1
3
0
0
6
Sedan
24
39
9
6
0
0
1
5
98
41
365
0
0
2
1
0
0
7
Pamotan
29
33
7
4
0
0
1
5
109
42
272
1
0
1
1
0
1
8
Sulang
27
23
5
3
0
0
1
5
69
40
139
1
0
1
1
0
0
9
Kaliori
23
27
4
2
0
0
1
5
61
45
169
3
0
0
3
3
0
10
Rembang
47
49
13
15
1
2
2
5
186
55
164
10
2
2
0
13
22
11
Pancur
18
23
5
0
0
0
1
5
106
36
144
0
0
0
0
0
0
12
Kragan
32
41
8
3
0
0
2
7
98
46
347
2
1
2
1
0
3
13
Sluke
16
20
5
1
0
0
1
3
63
24
217
1
0
0
2
0
3
14
Lasem
34
33
10
9
0
0
1
6
100
41
159
11
3
3
3
1
3
Jumlah
356
418
96
56
3
2
16
69
1.227
552
2.880
34
6
12
26
17
32
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka,2015
Ket :
A : TK G : Puskesmas M : Vihara
B : SD H : Pustu N : Pasar Umum
C : SMP I : Posyandu O : Pasar Desa
D : SMA J : Masjid P : Hotel
E : Perguruan Tinggi K : Mushola Q : Rumah Makan
F : Rumah Sakit L : Gereja
Selanjutnya adalah menghitung WCI untuk masing-masing obyek dengan rumus:
WCI = C x Jumlah fasilitas untuk masing-masing obyek.
Sedangkan untuk menghitung total WCI masing-masing fasilitas dengan rumus:
Total WCI = Jumlah total Fasilitas untuk masing-masing obyek x WC
Untuk menentukan hirarki pusat dengan mengurutkan nilai Total WCI dari yang terbesar (nilai terbesar = peringkat 1, dan seterusnya) atau dikelompokkan berdasarkan interval tertentu.
Tabel IV.125.
Perhitungan Index Sentralitas Menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang
Kecamatan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
Rank
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Rembang
47
13,20
49
11,72
13
13,54
15
26,79
1
33,33
2
100,00
2
12,50
5
7,25
186
15,16
1
Sarang
26
7,30
34
8,13
11
11,46
3
5,36
2
66,66
0
0,00
1
6,25
5
7,25
100
8,15
2
Lasem
34
9,55
33
7,89
10
10,42
9
16,07
0
0,00
0
0,00
1
6,25
6
8,70
100
8,15
3
Kragan
32
8,99
41
9,81
8
8,33
3
5,36
0
0,00
0
0,00
2
12,50
7
10,15
98
7,99
4
Sedan
24
6,74
39
9,33
9
9,38
6
10,71
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
98
7,99
5
Pamotan
29
8,15
33
7,89
7
7,29
4
7,14
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
109
8,88
6
Kaliori
23
6,46
27
6,46
4
4,17
2
3,57
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
61
4,97
7
Sluke
16
4,49
20
4,78
5
5,21
1
1,79
0
0,00
0
0,00
1
6,25
3
4,35
63
5,13
8
Sulang
27
7,58
23
5,50
5
5,21
3
5,36
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
69
5,62
9
Sale
20
5,62
29
6,94
6
6,25
3
5,36
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
68
5,54
10
Pancur
18
5,06
23
5,50
5
5,21
0
0,00
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
106
8,64
11
Bulu
12
3,37
21
5,02
3
3,13
2
3,57
0
0,00
0
0,00
1
6,25
5
7,25
55
4,48
12
Sumber
28
7,87
26
6,22
5
5,21
3
5,36
0
0,00
0
0,00
1
6,25
4
5,80
68
5,54
13
Gunem
15
4,21
20
4,78
4
4,17
2
3,57
0
0,00
0
0,00
1
6,25
4
5,80
46
3,75
14
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Lanjutan...
Kecamatan
J
K
L
M
N
O
P
Q
Jumlah Total Fasilitas
Jumlah Total WCI
WCI Total
Rank
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Jml
WCI
Rembang
55
9,97
164
5,69
10
29,41
2
33,33
2
16,67
0
0,00
13
76,47
22
68,75
588
473,78
278580,76
1
Sarang
47
8,52
368
12,77
0
0,00
0
0,00
1
8,33
3
11,54
0
0,00
0
0,00
601
161,72
97191,56
2
Lasem
41
7,43
159
5,52
11
32,35
3
50,00
3
25,00
3
11,54
1
5,88
3
9,38
417
214,12
89290,08
3
Kragan
46
8,34
347
12,04
2
5,88
1
16,67
2
16,67
1
3,85
0
0,00
3
9,38
593
135,93
80607,74
4
Sedan
41
7,43
365
12,67
0
0,00
0
0,00
2
16,67
1
3,85
0
0,00
0
0,00
591
98,25
58066,28
5
Pamotan
42
7,61
272
9,44
1
2,94
0
0,00
1
8,33
1
3,85
0
0,00
1
3,13
506
88,15
44603,34
6
Kaliori
45
8,15
169
5,86
3
8,82
0
0,00
0
0,00
3
11,54
3
17,65
0
0,00
346
91,15
31538,94
7
Sluke
24
4,35
217
7,53
1
2,94
0
0,00
0
0,00
2
7,69
0
0,00
3
9,38
356
63,89
22745,66
8
Sulang
40
7,25
139
4,82
1
2,94
0
0,00
1
8,33
1
3,85
0
0,00
0
0,00
315
69,96
22038,50
9
Sale
29
5,25
108
3,75
3
8,82
0
0,00
0
0,00
3
11,54
0
0,00
0
0,00
275
72,57
19955,43
10
Pancur
36
6,52
144
5,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
338
49,42
16704,57
11
Bulu
32
5,80
129
4,48
1
2,94
0
0,00
0
0,00
2
7,69
0
0,00
0
0,00
263
53,98
14196,16
12
Sumber
45
8,15
15
0,52
1
2,94
0
0,00
0
0,00
3
11,54
0
0,00
0
0,00
199
65,39
13013,31
13
Gunem
29
5,25
114
3,96
0
0,00
0
0,00
0
0,00
3
11,54
0
0,00
0
0,00
238
53,28
12680,90
14
Sumber: Alanisis Penyusun 2016
Ket:
A : TK G : Puskesmas M : Vihara
B : SD H : Pustu N : Pasar Umum
C : SMP I : Posyandu O : Pasar Desa
D : SMA J : Masjid P : Hotel
E : Perguruan Tinggi K : Mushola Q : Rumah Makan
F : Rumah Sakit L : Gereja
Tabel IV.126.
Hasil Tabulasi Skalogram dan Indeks Sentralitas Pelayanan di Kecamatan Rembang
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Indeks Sentralis
Hierarki Indeks Sentralis
Hierarki Skalogram
Rembang
88.452
278.580,76
1
I
Sarang
63.165
97.191,56
2
III
Lasem
48.728
89.290,08
3
II
Kragan
61.205
80.607,74
4
II
Sedan
53.335
58.066,28
5
IV
Pamotan
45.369
44.603,34
6
II
Kaliori
40.228
31.538,94
7
III
Sluke
27.624
22.745,66
8
III
Sulang
38.273
22.038,50
9
III
Sale
37.198
19.955,43
10
IV
Pancur
28.618
16.704,57
11
IV
Bulu
26.435
14.196,16
12
IV
Sumber
34.630
13.013,31
13
IV
Gunem
23.641
12.680,90
14
IV
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Kecamatan Rembang mempunyai jumlah indeks sentralitas paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang lainnya. Berdasarkan RTRW Kabupaten Rembang Kecamatan Rembang merupakan PKL dan berada pada hierarki I yang juga merupakan pusat kota di Kabupaten Rembang. Maka dapat diketahui bahwa fungsi pelayanan di Kecamatan Rembang sangat besar terhadap wilayah sekitarnya. Sedangkan Kecamatan Sarang yang merupakan PPK menempati urutan kedua untuk jumlah indeks sentralis, dikarenakan Kecamatan Sarang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Kabupaten Rembang setelah Kecamatan Rembang.
Dan untuk Kecamatan Sedan yang merupakan PPK, indeks sentralitasnya lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Pamotan yang merupakan PKLp. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Kecamatan Sedan lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Pamotan. Dan Kecamatan Gunem yang merupakan PPK dan berada pada orde IV merupakan Kecamatan yang paling rendah indeks sentralitasnya dikarenakan jumlah penduduknya yang paling sedikit dibanding kecamatan yang lain.
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka untuk Kecamatan Pamotan yang merupakan PKLp masih perlu ditingkatkan pelayanan fasilitasnya. Dan seharusnya sentralitas pelayanan Kecamatan Pamotan lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Sedan yang merupakan PKK.
Interaksi Berdasarkan Besarnya Gaya Tarik Geografis
Analisa Gravitasi Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran arus diantara dua region dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang bersangkutan yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region.
Rumus model gravitasi :
Pi . Pj
Tij = k ----------
dij2
Keterangan:
Tij = kekuatan gravitasional antara kecamatan pusat SSWP dengan hinterlandnya.
Pi = jumlah penduduk kecamatan pusat SSWP
Pj = jumlah penduduk kecamatan hinterland
dij = jarak antara antara kecamatan pusat SSWP dengan kecamatan hinterland.
k = suatu konstanta (1)
Hasil perhitungan jarak rata-rata antar pusat kegiatan di Kabupaten Rembang secara geografis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.127.
Jarak (Km) antar Kecamatan di Kabupaten Rembang
Kecamatam
Sumber
Bulu
Gunem
Sale
Sarang
Sedan
Pamotan
Sulang
Kaliori
Rembang
Pancur
Kragan
Sluke
Lasem
Jarak
Rata-Rata
Sumber
0
18,9
34,9
58,9
59,9
48,8
47,9
17,7
10,5
24,8
38,4
55,4
46,3
35,9
35,59
Bulu
18,9
0
16
27,2
44,8
33,6
20,3
7,2
26,3
18,7
25,7
52,9
43,8
33,4
26,34
Gunem
34,9
16
0
10,9
33
21,8
15,1
18,5
37,6
29,9
19,2
33,4
35,6
24,8
23,62
Sale
58,9
27,2
10,9
0
23,5
19
23,1
29,6
49,7
36,9
26,2
28,6
42,6
31,9
29,15
Sarang
59,9
44,8
33
23,5
0
11,3
24,4
39,1
51
37,9
27,6
15,7
29,9
40,2
31,31
Sedan
48,8
33,6
21,8
19
11,3
0
13,3
27,9
39,9
26,8
16,4
11,7
25,8
22,1
22,74
Pamotan
47,9
20,3
15,1
23,1
24,4
13,3
0
13,4
31
25,9
10,2
24,8
26,6
15,9
20,85
Sulang
17,7
7,2
18,5
29,6
39,2
27,9
13,4
0
15,9
8,2
19,9
42,4
33,4
22,9
21,16
Kaliori
10,5
26,3
37,6
49,7
51
39,9
31
15,9
0
16,1
29,4
46,4
37,3
26,9
29,86
Rembang
24,8
18,7
29,9
36,9
37,9
26,8
25,9
8,2
16,1
0
16,4
33,4
24,3
13,9
22,37
Pancur
38,4
25,7
19,2
26,2
27,6
16,4
10,2
19,9
29,4
16,4
0
27,6
18,5
7,8
20,24
Kragan
55,4
52,9
33,4
28,6
15,7
11,7
24,8
42,4
46,4
33,4
27,6
0
14,1
24,4
29,34
Sluke
46,3
43,8
35,6
42,6
29,9
25,8
26,6
33,4
37,3
24,3
18,5
14,1
0
15,4
28,11
Lasem
35,9
33,4
24,8
31,9
40,2
22,1
15,9
22,9
26,9
13,9
7,8
24,4
15,4
0
22,54
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil perhitungan jarak rata-rata untuk tempuh dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya, jarak rata-rata antar kecamatan tidak terlalu berbeda jauh. Kecamatan Pancur merupakan kecamatan yang jarak jangkaunya paling kecil dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar 20,24 km. Hal ini dikarenakan Kecamatan Pancur terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Rembang, sehingga untuk menjangkau kecamatan sekitarnya cukup dekat. Sedangkan kecamatan yang jarak jangkauannya paling jauh dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Rembang adalah Kecamatan Sumbersebesar 35,59 km. Dikarenakan Kecamatan Sumber terletak di tepi wilayah Kabupaten Rembang yang berbatasan dengan Kabupaten Pati, sehingga jangkauannya lebih jauh dibanding kecamatan lainnya. Kecamatan Rembang sebagai PKL dan juga sebagai pusat kota di Kabupaten Rembang memiliki jarak rata-rata 22,37 km yang tidak terlalu jauh untuk dijangkau seluruh kecamatan sekitarnya di Kabupaten Rembang yang memerlukan pelayanan fasilitas yang hanya terdapat di Kecamatan Rembang misalnya rumah sakit.
Berdasarkan data jumlah penduduk dan jarak antar kecamatan dan dengan menggunakan formulasi rumus gravitasi dapat dihitung batas gaya tarik geografis antar kecamatan di Kabupaten Rembang. Semakin besar gaya tarik suatu kecamatan terhadap kecamatan lainnya maka semakin besar tingkat interaksi yang terjadi antar kecamatan tersebut. Tingkat interaksi ini menggambarkan jangkauan pelayanan setiap kecamatan. Semakin besar jangkauan pelayanannya maka semakin besar peranannya dalam pengembangan wilayah. Matriks gaya tarik antar kecamatan dapat dilihat sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel IV.128.
Hasil Perhitungan Analisis Gravitasi Dengan Menggunakan Variabel Jarak Dan Jumlah Penduduk di Kabupaten Rembang
Kecamatan
Sumber
Bulu
Gunem
Sale
Sarang
Sedan
Pamotan
Jml Penduduk
34.630
26.435
23.641
37.198
63.165
53.335
45.369
Sumber
34.630
0
2.562.762
672.152
371.314
609.643
775.577
684.764
Bulu
26.435
2.562.762
0
2.441.210
1.329.111
831.955
1.248.858
2.910.358
Gunem
23.641
672.152
2.441.210
0
7.401.716
1.371.243
2.653.170
4.704.042
Sale
37.198
371.314
1.329.111
7.401.716
0
4.254.616
5.495.721
3.162.677
Sarang
63.165
609.643
831.955
1.371.243
4.254.616
0
26.383.470
4.813.445
Sedan
53.335
775.577
1.248.858
2.653.170
5.495.721
26.383.470
0
13.679.437
Pamotan
45.369
684.764
2.910.358
4.704.042
3.162.677
4.813.445
13.679.437
0
Sulang
38.273
4.230.566
19.516.720
2.643.717
1.624.908
1.573.247
2.622.385
9.670.348
Kaliori
40.228
12.635.788
1.537.433
672.696
605.808
976.933
1.347.705
1.899.172
Rembang
88.452
4.980.315
6.686.576
2.339.005
2.416.432
3.889.607
6.568.260
5.982.288
Pancur
28.618
672.093
1.145.387
1.835.281
1.550.802
2.372.999
5.674.974
12.479.528
Kragan
61.205
690.589
578.169
1.297.059
2.783.392
15.684.262
23.846.656
4.514.844
Sluke
27.624
446.249
380.643
515.291
566.222
1.951.734
2.213.398
1.771.261
Lasem
48.728
1.309.309
1.154.689
1.873.014
1.781.217
1.904.596
5.321.160
8.744.672
lanjutan...
Kecamatan
Sulang
Kaliori
Rembang
Pancur
Kragan
Sluke
Lasem
Batas Gaya Tarik
Jml Penduduk
38.273
40.228
88.452
28.618
61.205
27.624
48.728
Sumber
34.630
4.230.566
12.635.788
4.980.315
672.093
690.589
446.249
1.309.309
2.188.651
Bulu
26.435
19.516.720
1.537.433
6.686.576
1.145.387
578.169
380.643
1.154.689
3.023.134
Gunem
23.641
2.643.717
672.696
2.339.005
1.835.281
1.297.059
515.291
1.873.014
2.172.828
Sale
37.198
1.624.908
605.808
2.416.432
1.550.802
2.783.392
566.222
1.781.217
2.381.710
Sarang
63.165
1.581.304
976.933
3.889.607
2.372.999
15.684.262
1.951.734
1.904.596
4.758.986
Sedan
53.335
2.622.385
1.347.705
6.568.260
5.674.974
23.846.656
2.213.398
5.321.160
6.987.912
Pamotan
45.369
9.670.348
1.899.172
5.982.288
12.479.528
4.514.844
1.771.261
8.744.672
5.358.345
Sulang
38.273
0
6.090.132
50.346.868
2.765.831
1.303.010
947.733
3.556.314
7.635.127
Kaliori
40.228
6.090.132
0
13.727.275
1.331.904
1.143.614
798.725
2.708.959
3.248.296
Rembang
88.452
50.346.868
13.727.275
0
9.411.509
4.852.903
4.137.916
22.307.795
9.831.911
Pancur
28.618
2.765.831
1.331.904
9.411.509
0
2.299.366
2.309.843
22.920.741
4.769.304
Kragan
61.205
1.303.010
1.143.614
4.852.903
2.299.366
0
8.504.235
5.009.401
5.179.107
Sluke
27.624
947.733
798.725
4.137.916
2.309.843
8.504.235
0
5.675.756
2.158.500
Lasem
48.728
3.556.314
2.708.959
22.307.795
22.920.741
5.009.401
5.675.756
0
6.019.116
Sumber : Hasil Analisis Kelompok Rembang,2016
Keterangan:
Apabila nilai gaya tarik < batas gaya tarik maka gaya tarik antara kedua kecamatan kecil, hal tersebut dikarenakan letak geografis kecamatan yang berjauhan sehingga jangkauannya sulit.
Apabila nilai gaya tarik > batas gaya tarik maka gaya tarik antara kedua kecamatan besarl, hal tersebut dikarenakan letak geografis kecamatan yang berdekatan sehingga jangkauannya mudah.
Kolom yang berwarna biru memiliki gaya tarik besar antara kecamatan satu dengan lainnya, hal tersebut dikarenakan letak geografis kecamatan yang berdekatan sehingga jangkauannya mudah.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis gravitasi dengan menggunakan variabel jarak dan jumlah penduduk di Kabupaten Rembang tersebut, maka dapat diketahui garya tarik antar kecamatan. Secara keseluruhan besarnya tingkat keterkaitan antar kecamatan di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.129.
Hasil Tabulasi Skalogram, Indeks Sentralitas Pelayanan dan Gaya Tarik Geografisdi Kebupaten Rembang
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Hierarki Skalogram
Indeks Sentralis
Hierarki Indeks Sentralis
Jml Kec yg Dijangkau Berdasarkan Gaya Tarik
Rembang
88.452
I
278.580,76
1
3
Sarang
63.165
III
97.191,56
2
3
Lasem
48.728
II
89.290,08
3
3
Kragan
61.205
II
80.607,74
4
3
Sedan
53.335
IV
58.066,28
5
3
Pamotan
45.369
II
44.603,34
6
5
Kaliori
40.228
III
31.538,94
7
3
Sluke
27.624
III
22.745,66
8
5
Sulang
38.273
III
22.038,50
9
3
Sale
37.198
IV
19.955,43
10
6
Pancur
28.618
IV
16.704,57
11
4
Bulu
26.435
IV
14.196,16
12
2
Sumber
34.630
IV
13.013,31
13
4
Gunem
23.641
IV
12.680,90
14
6
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan tabel tersebut, Kecamatan Rembang sebagai PKL memiliki gaya tarik besar terhadap Kecamatan Sulang, Kaliori dan Kecamatan Lasem karena letak geografisnya yang berdekatan dan berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Rembang. Kecamatan Bulu dengan indeks sentralitas yang cukup kecil memiliki gaya tarik besar hanya dengan Kecamatan Sulang dan Kecamatan Rembang yang merupakan pusat kota Kabupaten Rembang. Sedangkan Kecamatan Gunem dengan indeks sentralitas paling kecil memiliki keterkaitan yang besar terhadap 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Bulu, Sale, Sedan, Pamotan, Sulang dan Rembang.
Tabel IV.130.
Hasil Tabulasi Skalogram, Indeks Sentralitas Pelayanan, Gaya Tarik Geografis dan Struktur Kotadi Kebupaten Rembang
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Hierarki Skalogram
Indeks Sentralis
Hierarki Indeks Sentralis
Jml Kec yg Dijangkau Berdasarkan Gaya Tarik
Struktur Kota Berdasarkan RTRW Kab. Rembang
Struktur Kota Berdasarkan Analisis
Rembang
88.452
I
278.580,76
1
3
PKL
PKL
Sarang
63.165
III
97.191,56
2
3
PPK
PKLp
Lasem
48.728
II
89.290,08
3
3
PKLp
PKLp
Kragan
61.205
II
80.607,74
4
3
PKLp
PKLp
Sedan
53.335
IV
58.066,28
5
3
PPK
PPK
Pamotan
45.369
II
44.603,34
6
5
PKLp
PKLp
Kaliori
40.228
III
31.538,94
7
3
PPK
PPK
Sluke
27.624
III
22.745,66
8
5
PPK
PPK
Sulang
38.273
III
22.038,50
9
3
PPK
PPK
Sale
37.198
IV
19.955,43
10
6
PPK
PPK
Pancur
28.618
IV
16.704,57
11
4
PPK
PPK
Bulu
26.435
IV
14.196,16
12
2
PPK
PPK
Sumber
34.630
IV
13.013,31
13
4
PPK
PPK
Gunem
23.641
IV
12.680,90
14
6
PPK
PPK
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas dan gravitasi. Struktur Kecamatan Rembang sebagai PKL sudah sesuai dengan RTRW Kabupaten Rembang, karena Kecamatan Rembang sebagai pusat perkotaan di Kabupaten Rembang. Selain itu juga sebagai pusat pemerintahan tingkat kabupaten. Begitu juga untuk Kecamatan Lasem, sudah sesuai dengan RTRW yaitu sebagai PKLp. Karena di Kecamatan Lasem terdapat sentra industri batik yang sangat terkenal yang memiliki potensi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Sehingga banyak orang yang akan datang ke Kecamatan Lasem, dan kebutuhan akan fasilitas sarana akan meningkat. Maka hal ini berpotensi untuk pengembangan kawasan di Kecamatan Lasem.Sedangkan struktur kota untuk Kecamatan Sarang berdasarkan hasil analisis dan RTRW berbeda. Dalam RTRW Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa Kecamatan Sarang sebagai PPK, sedangkan hasil analisis menunjukkan Kecamatan Sarang sebagai PKLp. Karena berdasarkan indeks sentralitas, Kecamatan Sarang menempati peringkat kedua setelah Kecamatan Rembang. Yang berarti jumlah sarana di Kecamatan lebih banyak dibanding kecamatan yang lain. Selain itu di Kecamatan Sarang juga terdapat perguruan tinggi swasta yang dapat menarik orang-orang dari berbagai daerah untuk datang ke Kecamatan Sarang. Dengan banyaknya orang yang datang maka kebutuhan akan fasilitas berupa sarana dan prasarana akan meningkat. Hal ini membuat Kecamatan Sarang untuk dapat melakukan pengembangan wilayah.
4.6.2. Analisis Sistem Jaringan Prasarana Skala Kabupaten
Analisis ini terbagi menjadi 3 yaitu: analisis sistem Jaringan prasarana Transportasi, analisis sistem Jaringan prasarana energi, analisis sistem Jaringan prasarana sunder air, dan analisis sistem Jaringan prasarana lainnya.
4.6.2.1 Analisis Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Pola jaringan transportasi pada Kabupaten Rembang secara umum cenderung berbentuk feederline di mana terdapat jalan-jalan kolektor yang mengakses jalan utama. Pola jaringan jalan feederline ini cenderung memusat, artinya menuju ke satu ruas utama. Bentuk jaringan jalan seperti ini mengakibatkan arus lalu lintas cenderung terakumulasi pada ruas-ruas jalan utama, sehingga terjadi gangguan kemacetan lalu lintas, baik pada ruas jalan maupun pada persimpangan. Sementara itu, pola jalan di kawasan permukiman berbentuk organis atau mengikuti kondisi topografi kawasan. Pola tersebut nampak pada beberapa jalan masuk kawasan menuju pusat-pusat lingkungan permukiman.
Pola pergerakan barang dan jasa di Kabupaten Rembang akan banyak dipengaruhi oleh kegiatan atau aktivitas wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang. Pola pergerakan yang terjadi di Kabupaten Rembang dapat dibedakan menjadi dua, yakni pergerakan lokal dan pergerakan regional. Pola pergerakan tersebut paling besar dipengaruhi aktivitas migas dan aktivitas pendukungnya terutama perdagangan jasa. Pergerakan lokal merupakan pergerakan yang terjadi dan menghubungkan antar kawasan dalam internal perkotaan di wilayah Kabupaten Rembang. Sebaliknya, pergerakan regional merupakan pergerakan yang menghubungkan kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Rembang, lintas kota/kabupaten serta lintas provinsi mengingat lokasi Kabupaten Rembang yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur lintas wilayah atau juga pergerakan dalam kaitannya dengan aktivitas migas dan perdagangan jasa.
Pada pergerakan lokal perkotaan didominasi pergerakan jarak dekat, dengan moda kendaraan pribadi maupun angkutan umum serta ojek, becak, dan dokar atau andong. Angkutan umum berfungsi sebagai sarana angkutan penduduk yang menghubungkan antar lingkungan. Sementara untuk pergerakan regional memanfaatkan kendaraan berukuran besar seperti truk, kontainer, dan bus. Ditunjang dengan posisi Kabupaten Rembang yang berada di jalur regional Jawa Tengah (Rembang) – Jawa Timur (Tuban), maka pola pergerakan regional perlu ditunjang dengan penyediaan prasarana jalan yang baik.
A. Analisis Jaringan Jalan
Prasarana jalan merupakan prasarana yang mempengaruhi kehidupan suatu wilayah, dengan adanya jalan jarak antara tempat asal dan tujuan dapat diperkecil. Jalan tanpa disadari juga akan membentuk struktur fisik kota/ wilayah. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, sistem jaringan jalan secara garis besar terbagi atas sistem primer dan sistem sekunder. Pengertian masing-masing sistem jaringan jalan tersebut sebagai berikut :
1) Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun dengan mengikuti ketentuan pengaturan struktur ruang pengembangan wilayah yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam struktur wilayah.
2) Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan yang disusun dengan mengikuti ketentuan pengaturan struktur ruang kota/kawasan yang menghubungkan kawasan-kawasan/ subkawasan yang mempunyai fungsi baik primer maupun sekunder.
Selanjutnya masing-masing sistem jaringan jalan tersebut terbagi atas klasifikasi fungsi jaringan jalan yaitu : arteri, lokal dan lingkungan. Untuk Kabupaten Rembang, jaringan jalan yang ada sebagai berikut:
a. Jaringan jalan arteri
Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani [angkutan]] utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.Jalan artei yang ada di Kabupaten Rembang yaitu mulai dari Kecamatan Kaliori sampai Kecamatan Sarang. Kondisi jalan arteri di Kabupaten Rembang termasuk sedang, ada beberapa ruas jalan yang sudah baik dan ada beberapa ruas jalan yang masih bergelombang atau tidak rata dan berlubang.sehingga diperlukan peningkatan kualitas jalan, sehingga pergerakan manusia maupun barang tidak terganggu.
b. Jaringan jalan lokal
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.Jalan local di daerah Kabupaten Rembang meliputi yaitu melewati wilayah Kecamatan Rembang - Sulang - Bulu, dan yang berada pada jalur Kecamatan Lasem – Pancur – Pamotan – Sedan – Sale. Kondisi jalan lokal di Kabupaten Rembang cukup baik walaupun ada beberapa jalan yang tidak rata atau bergelombang. Hal ini dikarenakan faktor jenis tanah dan batuan yang mengandung kapur, sehingga diperlukan perkerasan jalan yang kuat.
c. Jaringan jalan lingkungan
Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata – rata rendah. jalan lingkungan di Kabupaten Rembang menjadi penghubung antar desa/kelurahan berupa jalan aspal, jalan tanah, jalan paving, dan jalan kerikil/berbatu. Keadaan jalan lingkungan di Kabupaten Rembang sudah cukup baik namun di beberapa desa masih ada kerusakan. Seperti aspal yang tererosi hingga jalan yang jalan yang masih berupa batuan kapur. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas jalan untuk meningkatkan mobilitas masyarakat.
Untuk meningkatkan aspek ekonomi, dalam pengembangan wilayah. Diperlukan pembangunan jalan jalan khusus. Seperti jalan khusus yang diperuntukan untuk jalur angkutan tambang. Sehingga tidak mengganggu jalanan untuk umum. Jalan ini dikembangkan di kecamatan Gunem, Bulu, Pancur, Sale, Sedan, Kragan, Sluke. Dengan ini di kembangkan juga stasiun pengisian bahan bakar untuk kendaraan pengangkut tambang. Selain itu juga di kembangkan lahan untuk pangkalan truk angkutan tambang yang sedang tidak beroperasi. Hal ini di butuhkan karena truk-truk angkutan tambang tersebut biasanya berhenti di pinggir jalan, sehingga mengganggu lalulintas di jalan tersebut. Di dukung dengan trayek yang memadahi, sehingga perlu adanya penambahan moda angkutan umum yang aman dan resmi.
Selain jalan khusus angkutan tambang, juga di kembangkan jaaringan jalan di kawasan pendidikan di Kecamaran Sarang. Hal ini diperlukan karena kawasan tersebut adalah pusat pendidikan. Banyak masyarakat usia pelajar yang tinggal. Untuk itu diperlukan jaringan jalan yang ramah untuk pejalan kaki. Sehingga diperlukan penetapan kawasan sempadan jalan, baik jalan arteri, jalan lokal, maupun jalan lingkungan.
Terdapat juga pengembangan jalan dan pelabuhan yang digunakan untuk meningkatkan kelancaran pembangkit listrik (PLTU) Sluke. Dengan meningkatkan fasilitas pelabuhan yang mendukung dalam pergerakan bahan bakar pembangkit listrik. Karena menggunakan bahan bakar batu yang berasal dari Kalimantan.
Dengan melihat pengembangan ekonomi di kabupaten rembang prasarana jaringan jalan juga sangat berperan, pada sektor pertanian yang termasuk sektor unggulan di kabupaten rembang harus di perhatikan untuk penunjang ekonomi terutama di kecamatan sumber yang memberi kontribusi terbanyak untuk kabupaten rembang. Akses jalan menuju pertanian sudah cukup mudah untuk di jangkau namun kondisi jalan yang masih berlubang, tidak rata dan kurang lebar menjadi masalah tersendiri, begitu pula di sektor-sektor unggulan lainnya seperti pertambangan dan industri pengolahan masih banyak jaringan jalan yang kondisinya kurang baik bahkan menurut kami jalan menuju industri atau pertambangan sangat jauh dari jalan utama di kabupaten rembang, demi kelancaran dan efisiensi waktu jaringan jalan harus lebih di kembangkan untuk kemajuan ekonomi di kabupaten rembang.
B. Analisis Pengembangan Prasarana Penunjang Jalan Raya
Prasarana penunjang jaringan jalan meliputi terminal, stasiun, pedestrian dan papan reklame.
1. Terminal dan Stasiun
Kabupaten Rembang memiliki beberapa terminal dan stasiun, untuk terminal Kabupaten Rembang memilikki 7 terminal yaitu di Kecamtan Rembang, Kecamatan Sumber, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sarang, dan ada 2 terminal kelas C dan B di Kecamatan Lasem. Untuk stasiun di Kabupaten Rembang berada di Kecamatan Rembang, Lasem dan Pamotan. Tetapi ke tiga stasiun tersebut sudah tidak berfungsi atau sudah lama tidak beroprasi.
2. Fasilitas Parkir
Untuk parkir di Kabupaten Rembang ada yang sudah terorganisir namun ada pula yang masih parkir disepanjang jalan. Untuk kantor–kantor dan sarana di Kabupaten Rembang sudah mengordinir untuk kebutuhan parkir di dalam kawasan kantor atau sarana yag bersangkuta namun dibeberapa tempat misalnya pasar ada yang memiliki tempat parkir namun ada pula yang masih parkir dipiggiran jalan.
3. Pendestrian
Untuk fasilitas pendestrian di Kabupaten Rembang hanya beberapa ruas jalan yang sudah ada pedestrian, terutama di jalan perkotaan. Tapi ada jalur pedestrian ini yang di alih fungsikan menjadi berdagang kaki lima yang mengganggu untuk pejalan kaki.
peta IV.28 Pergerakan
4.6.2.2 Analisis Sistem Jaringan Prasarana Energi
Listrik merupakan salah satu sumber energi yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk di kawasan perkotaan untuk menunjang aktivitas masyarakat dan perkembangan kota. Kebutuhan listrik masyarakat Kabupaten Rembang seluruhnya sudah terpenuhi. Pemenuhan energi listrik tersebut, dipenuhi seluruhnya oleh PLN.
A. Analisis pola jaringan listrik
Pola jaringan listrik yang berada di Kabupaten Rmebang adalah mengikuti pola jaringan jalan, jarak kawat penghantar (konduktor) teratata dan tidak ada yang mengganggung bangunan maupun pepohonan.
B.Analisis Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik
Standar perhitungan kebutuhan jaringan listrik dihitung dengan menggunakan ketentuan tiap rumah tangga (RT) memerlukan energi listrik sebesar 90 watt per jiwa. Untuk penerangan jalan (PJ), dibutuhkan energi listrik sebesar 10% dari kebutuhan rumah tangga. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya, yaitu untuk kegiatan industri, sosial dan ekonomi dibutuhkan energi listrik sebes
ar 40% dari kebutuhan rumah tangga. Berikut perhitungan kebutuhan listrik untuk 20 tahun kedepan di Kabupaten Rembang.
Tabel IV.131.
Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kabupaten Rembang
2019
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (watt)
Rumah Tangga (watt)
Penerangan Jalan
(watt)
Sosial, Ekonomi dan Industri
(watt)
1
Sumber
35.608
3.204.720
320.472
1.281.888
2
Bulu
27.174
2.445.660
244.566
978.264
3
Gunem
24.457
2.201.130
220.113
880.452
4
Sale
38.500
3.465.000
346.500
1.386.000
5
Sarang
65.903
5.931.270
593.127
2.372.508
6
Sedan
55.289
4.976.010
497.601
1.990.404
7
Pamotan
46.666
4.199.940
419.994
1.679.976
8
Sulang
39.654
3.568.860
356.886
1.427.544
9
Kaliori
41.697
3.752.730
375.273
1.501.092
10
Rembang
92.435
8.319.150
831.915
3.327.660
11
Pancur
29.755
2.677.950
267.795
1.071.180
12
Kragan
63.849
5.746.410
574.641
2.298.564
13
Sluke
28.567
2.571.030
257.103
1.028.412
14
Lasem
50.357
4.532.130
453.213
1.812.852
Jumlah
639.911
57.591.990
5.759.199
23.036.796
Sumber: Analisis Penyusun 2016
2024
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (watt)
Penerangan Jalan
(watt)
Sosial, Ekonomi dan Industri
(watt)
1
Sumber
36.793
3.311.370
331.137
1.324.548
2
Bulu
28.066
2.525.940
252.594
1.010.376
3
Gunem
25.461
2.291.490
229.149
916.596
4
Sale
40.109
3.609.810
360.981
1.443.924
5
Sarang
69.320
6.238.800
623.880
2.495.520
6
Sedan
57.727
5.195.430
519.543
2.078.172
7
Pamotan
48.262
4.343.580
434.358
1.737.432
8
Sulang
41.328
3.719.520
371.952
1.487.808
9
Kaliori
43.494
3.914.460
391.446
1.565.784
10
Rembang
97.399
8.765.910
876.591
3.506.364
11
Pancur
31.165
2.804.850
280.485
1.121.940
12
Kragan
67.129
6.041.610
604.161
2.416.644
13
Sluke
29.711
2.673.990
267.399
1.069.596
14
Lasem
52.357
4.712.130
471.213
1.884.852
Jumlah
668.321
60.148.890
6.014.889
24.059.556
2029
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (watt)
Penerangan Jalan
(watt)
Sosial, Ekonomi dan Industri
(watt)
1
Sumber
37.977
3.417.930
341.793
1.367.172
2
Bulu
28.959
2.606.310
260.631
1.042.524
3
Gunem
26.465
2.381.850
238.185
952.740
4
Sale
41.717
3.754.530
375.453
1.501.812
5
Sarang
72.737
6.546.330
654.633
2.618.532
6
Sedan
60.165
5.414.850
541.485
2.165.940
7
Pamotan
49.859
4.487.310
448.731
1.794.924
8
Sulang
43.011
3.870.990
387.099
1.548.396
9
Kaliori
45.291
4.076.190
407.619
1.630.476
10
Rembang
102.362
9.212.580
921.258
3.685.032
11
Pancur
32.575
2.931.750
293.175
1.172.700
12
Kragan
70.408
6.336.720
633.672
2.534.688
13
Sluke
30.855
2.776.950
277.695
1.110.780
14
Lasem
54.357
4.892.130
489.213
1.956.852
Jumlah
696.738
62.706.420
6.270.642
25.082.568
2034
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (watt)
Penerangan Jalan
(watt)
Sosial, Ekonomi dan Industri
(watt)
1
Sumber
39.162
3.524.580
352.458
1.409.832
2
Bulu
29.851
2.686.590
268.659
1.074.636
3
Gunem
27.469
2.472.210
247.221
988.884
4
Sale
43.326
3.899.340
389.934
1.559.736
5
Sarang
76.154
6.853.860
685.386
2.741.544
6
Sedan
62.603
5.634.270
563.427
2.253.708
7
Pamotan
51.455
4.630.950
463.095
1.852.380
8
Sulang
44.694
4.022.460
402.246
1.608.984
9
Kaliori
47.088
4.237.920
423.792
1.695.168
10
Rembang
107.326
9.659.340
965.934
3.863.736
11
Pancur
33.985
3.058.650
305.865
1.223.460
12
Kragan
73.688
6.631.920
663.192
2.652.768
13
Sluke
31.999
2.879.910
287.991
1.151.964
14
Lasem
56.357
5.072.130
507.213
2.028.852
Jumlah
725.157
65.264.130
6.526.413
26.105.652
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan proyeksi kebutuhan listrik diatas, dapat diketahui sebagian besar terjadi peningkatan kebutuhan listrik hingga tahun 2034. Peningkatan kebutuhan listrik ini terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan listrik tertinggi berada pada Kecamatan Rembang, sedangkan kebutuhan listrik terendah berada pada Kecamatan Gunem.
Secara umum, kebutuhan listrik pada Kabupaten Rembang terus mengalami peningkatan hingga tahun 2034. Pada tahun 2034 total kebutuhan listrik rumah tangga mencapai 65.264.130watt, untuk kebutuhan penerangan jalan sebesar 6.782.166watt, sedangkan untuk kebutuhan lainya yang meliputi kebutuhan industri, sosial, dan ekonomi sebesar 27.128.664watt. Untuk mencukupi kebuuhan tersebut, Kabuppaten Rembang sudah mempunyai pembangkit listrik yang memadai. Sehingga dapat mencukupi kebutuhan listrik pada tahun perencanaan. PLTU tersebut mempunyai daya hingga 630MW atau 630.000.000 watt, yan tergabung dalam pemasok kebutuhan listrik untuk pulai jawa dan Bali. Di tambah dengan 2 gardu induk yang masing-masing memiliki tegangan 150 KV.Di Kabupaten Rembang semua daerah sudah teraliri listrik walaupun di daerah selatan jalan panutura Kecamatan Rembang hingga Kecamatan Sarang mengalami pemadaman listrik pada malam hari, sehingga pelayanan jaringan listrik di Kabupaten Rembang harus di tingkatkan dan di perbaiki agar pelayanan jaringan listrik di Kabupaten Rembang bisa berjalan maksimal.
Jaringan listrik pun juga bisa mempengaruhi pengembangan ekonomi kabupaten rembang di sektor industri-industri pengolahan baik besar maupun kecil dan toko-toko yang membutuhkan jaringan listrik, dengan mahal nya harga listrik yang di alirkan akan berdampak pula dengan harga barang-barang yang mereka jual dan ini menjadi factor melemahnya factor ekonomi di kabupaten rembang. Jika barang-barang yang di jual di kabupaten rembang bisa saja masyarakat mencari barang yang mereka cari ke kabupaten tetangga dan jika terus seperti itu maka ekonomi dari sektor industri di kabupaten rembang bisa menurun dan terus menurun, untuk meminimalisir hal ini terjadi dana untuk membayar listrik harus di stabilkan dan tidak begitu naik atau terlalu mahal agar dapat mengurangi terjadinya penurunan per ekonomian di kabupaten rembang.
4.6.2.3 Analisis Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
A. Analisis Sistem Jaringan Air Bersih
Salah satu kebutuhan pokok masyarakat adalah ketersediaan sumber air, karena air sangat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari masyarakat. Kualitas dan ketersediaan air sangat penting untuk diperhatikan karena sekarang banyak sumber air yang tercemar oleh limbah dan eksploitasi yang tidak sesuai aturan sehingga ketersediaan air menjadi masalah bahkan air menjadi sesuatu yang langka dan mahal. Untuk itu perlu adanya pemeliharaan dan pelestaria sumber daya air dengan pengolahan yang baik dan sesuai serta tidak mencemari lingkungan yang dapat mempengaruhi sumber daya air.
1. Air tanah
Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, karena fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari. Untuk menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah di Kabupaten Rembang, maka perlu pengelolan dan pemanfaatan secara optimal dan tidak menimbulkan dampak terhadap air tanah itu sendiri. Sumberdaya air tanah ini dimanfaatkan oleh masyarakat dengan membuat sumur dangkal maupun sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
2. Air Permukaan
Air permukaan lebih sering dimanfaatkan untuk keperluan irigasi di Kabupaten Rembang. Antara lain yaitu dengan beberapa embung dan sungai. Namun mbung/waduk di Kabupate Rembang selain sebagai sumber irigasi juga sebagai salah satu sumber air air bersih yang dikelola PDAM ntuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat, walaupun PDAM belum mencakup seluruh wilayah di Kabupaten Rembang. Sehingga diperlukan penambahan jaringan perpipaan air bersih ke seluruh wilayah dikhususkann pada wilayah yang terkena kesulitan air saat kekeringan.
B. Analisis Kebutuhan Air Bersih
Dalam melakukan pembangunan terhadap prasarana air bersih maka harus dilakukan proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Rmebang yang didapatkan menggunakan standar perhitungan kebutuhan air sebagai berikut :
Kebutuhan Rumah Tangga (kebutuhan domestik) tergantung dari aktivitas rumah tangga meliputi air untuk masak, mandi, cuci, dan sanitasi lainnya adalah120liter/orang/hari untuk lingkungan perumahan.
Kebutuhan air untuk perkantoran, perdagangan dan jasa 10% dari kebutuhan air domestik.
Kebutuhan Fasilitas Sosial dan industri sebesar 10% dari kebutuhan air domestik.
Fasilitas Hidran Umum 5% dari kebutuhan domestik.
Tingkat Kebocoran, dalam proses distribusi air dari PDAM ke konsumen terjadi kebocoran atau kehilangan air yaitu karena proses penjernihan serta kehilangan air yang tidak terperhitungkan dalam sistem perpipaan sebesar 20% dari kebutuhan domestik.
Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi 20 tahun kebutuhan air bersih di Kabupaten Rembang perencanaan pada tabel berikut:
Tabel IV.132.
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Rembang
2019
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (liter/orang)
Perkantoran Perdagangan dan Jasa (liter/orang)
Sosial dan Industri (liter/orang)
Hidran Umum (liter/orang)
Kebocoran (liter/orang)
Jumlah (liter/orang)
1
Sumber
35608
4272960
427296
427296
213648
854592
6195792
2
Bulu
27174
3260880
326088
326088
163044
652176
4728276
3
Gunem
24457
2934840
293484
293484
146742
586968
4255518
4
Sale
38500
4620000
462000
462000
231000
924000
6699000
5
Sarang
65903
7908360
790836
790836
395418
1581672
11467122
6
Sedan
55289
6634680
663468
663468
331734
1326936
9620286
7
Pamotan
46666
5599920
559992
559992
279996
1119984
8119884
8
Sulang
39654
4758480
475848
475848
237924
951696
6899796
9
Kaliori
41697
5003640
500364
500364
250182
1000728
7255278
10
Rembang
92435
11092200
1109220
1109220
554610
2218440
16083690
11
Pancur
29755
3570600
357060
357060
178530
714120
5177370
12
Kragan
63849
7661880
766188
766188
383094
1532376
11109726
13
Sluke
28567
3428040
342804
342804
171402
685608
4970658
14
Lasem
50357
6042840
604284
604284
302142
1208568
8762118
Jumlah
639911
76789320
7678932
7678932
3839466
15357864
111344514
2024
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (liter/orang)
Perkantoran Perdagangan dan Jasa (liter/orang)
Sosial dan Industri (liter/orang)
Hidran Umum (liter/orang)
Kebocoran (liter/orang
Jumlah (liter/orang)
1
Sumber
36793
4415160
441516
441516
220758
883032
6401982
2
Bulu
28066
3367920
336792
336792
168396
673584
4883484
3
Gunem
25461
3055320
305532
305532
152766
611064
4430214
4
Sale
40109
4813080
481308
481308
240654
962616
6978966
5
Sarang
69320
8318400
831840
831840
415920
1663680
12061680
6
Sedan
57727
6927240
692724
692724
346362
1385448
10044498
7
Pamotan
48262
5791440
579144
579144
289572
1158288
8397588
8
Sulang
41328
4959360
495936
495936
247968
991872
7191072
9
Kaliori
43494
5219280
521928
521928
260964
1043856
7567956
10
Rembang
97399
11687880
1168788
1168788
584394
2337576
16947426
11
Pancur
31165
3739800
373980
373980
186990
747960
5422710
12
Kragan
67129
8055480
805548
805548
402774
1611096
11680446
13
Sluke
29711
3565320
356532
356532
178266
713064
5169714
14
Lasem
52357
6282840
628284
628284
314142
1256568
9110118
Jumlah
668321
80198520
8019852
8019852
4009926
16039704
116287854
2029
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (liter/orang)
Perkantoran Perdagangan dan Jasa (liter/orang)
Sosial dan Industri (liter/orang)
Hidran Umum (liter/orang)
Kebocoran (liter/orang)
Jumlah (liter/orang)
1
Sumber
37977
4557240
455724
455724
227862
911448
6607998
2
Bulu
28959
3475080
347508
347508
173754
695016
5038866
3
Gunem
26465
3175800
317580
317580
158790
635160
4604910
4
Sale
41717
5006040
500604
500604
250302
1001208
7258758
5
Sarang
72737
8728440
872844
872844
436422
1745688
12656238
6
Sedan
60165
7219800
721980
721980
360990
1443960
10468710
7
Pamotan
49859
5983080
598308
598308
299154
1196616
8675466
8
Sulang
43011
5161320
516132
516132
258066
1032264
7483914
9
Kaliori
45291
5434920
543492
543492
271746
1086984
7880634
10
Rembang
102362
12283440
1228344
1228344
614172
2456688
17810988
11
Pancur
32575
3909000
390900
390900
195450
781800
5668050
12
Kragan
70408
8448960
844896
844896
422448
1689792
12250992
13
Sluke
30855
3702600
370260
370260
185130
740520
5368770
14
Lasem
54357
6522840
652284
652284
326142
1304568
9458118
Jumlah
696738
83608560
8360856
8360856
4180428
16721712
121232412
2034
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Rumah Tangga (liter/orang)
Perkantoran Perdagangan dan Jasa (liter/orang)
Sosial dan Industri (liter/orang)
Hidran Umum (liter/orang)
Kebocoran (liter/orang)
Jumlah (liter/orang)
1
Sumber
39162
4699440
469944
469944
234972
939888
6814188
2
Bulu
29851
3582120
358212
358212
179106
716424
5194074
3
Gunem
27469
3296280
329628
329628
164814
659256
4779606
4
Sale
43326
5199120
519912
519912
259956
1039824
7538724
5
Sarang
76154
9138480
913848
913848
456924
1827696
13250796
6
Sedan
62603
7512360
751236
751236
375618
1502472
10892922
7
Pamotan
51455
6174600
617460
617460
308730
1234920
8953170
8
Sulang
44694
5363280
536328
536328
268164
1072656
7776756
9
Kaliori
47088
5650560
565056
565056
282528
1130112
8193312
10
Rembang
107326
12879120
1287912
1287912
643956
2575824
18674724
11
Pancur
33985
4078200
407820
407820
203910
815640
5913390
12
Kragan
73688
8842560
884256
884256
442128
1768512
12821712
13
Sluke
31999
3839880
383988
383988
191994
767976
5567826
14
Lasem
56357
6762840
676284
676284
338142
1352568
9806118
Jumlah
725157
87018840
8701884
8701884
4350942
17403768
126177318
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Berdasarkan proyeksi kebutuhan air bersih, jumlah kebutuhan air bersih dari tahun 2014 hingga tahun 2039 terus mengalami peningkatan karena adanya peningkatan jumlah penduduk. Total kebutuhan air bersih di Kabupaten Rembang hingga akhir tahun perencanaan mencapai 131.121.876 liter, yang terdiri dari 90.428.880 liter kebutuhan rumah tangga, 9.042.888 liter kebutuhan perkantoran, perdagangan dan jasa, 9.042.888 liter kebutuhan fasilitas sosial dan industri, 4.521.444 liter hidran umum serta 18.085.776 liter untuk tingkat kebocoran. Di Kabupaten Rembang jaringan air bersih sudah terlayani sepenuhnya dari layanan PDAM setempat maupun yang menggunakan sumur galian sendiri dan pamsimas. Untuk kedepannya di harapkan layanan PDAM bisa melayani beberapa kecamatan di Kabupaten Rembang yang masih menggunakan air sumur galian maupun pamsimas dan dapat menggunakan layanan dari PDAM.
4.6.2.4 Analisis Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Jaringan telepon merupakan infrastruktur yang sangat penting bagi kelancaran informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, keberadaan jaringan telepon di kawasan perencanaan sangat dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas masyarakat. Kebutuhan telekomunikasi masyarakat saat ini dipenuhi dengan adanya jaringan non kabel yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Rembang Saat ini, sudah banyak warga Kabupaten Rembang yang telah menggunakan handphone yang lebih praktis dan efisien dan juga adanya penggunaan wifi di beberapa tempat di Kabupaten Rembang.
Kemudian Analisis Kebutuhan Sambungan Telepon di Kabupaten Rembang, Standar perhitungan kebutuhan sambungan listrik yang digunakan adalah,1 SST untuk 75 jiwa atau kebutuhan sambungan telepon dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT tersebut.Berikut perkiraan kebutuhan sambungan telepon di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.133.
Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi Kabupaten Rembang
No
Kecamatan
2019
2024
Jumlah Penduduk
SST (unit)
Telepon Umum (unit)
Jumlah Penduduk (unit)
SST (unit)
Telepon Umum (unit)
1
Sumber
35608
475
142
36793
491
147
2
Bulu
27174
362
109
28066
374
112
3
Gunem
24457
326
98
25461
339
102
4
Sale
38500
513
154
40109
535
160
5
Sarang
65903
879
264
69320
924
277
6
Sedan
55289
737
221
57727
770
231
7
Pamotan
46666
622
187
48262
643
193
8
Sulang
39654
529
159
41328
551
165
9
Kaliori
41697
556
167
43494
580
174
10
Rembang
92435
1232
370
97399
1299
390
11
Pancur
29755
397
119
31165
416
125
12
Kragan
63849
851
255
67129
895
269
13
Sluke
28567
381
114
29711
396
119
14
Lasem
50357
671
201
52357
698
209
Jumlah
639911
8532
2560
668321
8911
2673
No
Kecamatan
2029
2034
Jumlah Penduduk
SST (unit)
Telepon Umum (unit)
Jumlah Penduduk (unit)
SST (unit)
Telepon Umum (unit)
1
Sumber
37977
506
152
39162
522
157
2
Bulu
28959
386
116
29851
398
119
3
Gunem
26465
353
106
27469
366
110
4
Sale
41717
556
167
43326
578
173
5
Sarang
72737
970
291
76154
1015
305
6
Sedan
60165
802
241
62603
835
250
7
Pamotan
49859
665
199
51455
686
206
8
Sulang
43011
573
172
44694
596
179
9
Kaliori
45291
604
181
47088
628
188
10
Rembang
102362
1365
409
107326
1431
429
11
Pancur
32575
434
130
33985
453
136
12
Kragan
70408
939
282
73688
983
295
13
Sluke
30855
411
123
31999
427
128
14
Lasem
54357
725
217
56357
751
225
Jumlah
696738
9290
2787
725157
9669
2901
No
Kecamatan
2039
Jumlah Penduduk
SST (unit)
Telepon Umum (unit)
1
Sumber
40346
538
161
2
Bulu
30744
410
123
3
Gunem
28473
380
114
4
Sale
44934
599
180
5
Sarang
79571
1061
318
6
Sedan
65041
867
260
7
Pamotan
53052
707
212
8
Sulang
46377
618
186
9
Kaliori
48885
652
196
10
Rembang
112289
1497
449
11
Pancur
35395
472
142
12
Kragan
76967
1026
308
13
Sluke
33143
442
133
14
Lasem
58357
778
233
Jumlah
753574
10048
3014
Sumber : Analisis Penyusun 2016
Untuk kabupaten Rembang ada yang berlanggaan Telkom, namun banyak yang sudah menggunakan handphone sebagai alat telekomunikasi. Kebutuhan sambungan berdasarkan SNI diasumsikan 1 SST untuk 75 jiwa sehingga diperoleh kebutuhan sambungan pada tahun 2039 adalah 10.048.
Kebutuhan telekomunikasi yang dibutuhkan saat ini paling besar adalah dngan menggunakan teknologi nirkabel. sehingga banyak dibutuhkan tower BTS yang digunakan untuk memancarkan sinyal dan menerima sinyal komunikasi.di Kabupaten Rembang tower BTS tersebar merata di semua kecamatan, namun lebih banyak tower BTS berada dikawasan utara (sekitar jalan Pantura) dengan jumlah toal pada tahun 2011 adalah 120 tower, pada tahun 2015 tower BTS bertambanah karena kebutuhan pengguna yang semakin banyak hingga mencapai 156 buah tower. Kabupaten Rembang secara keseluuhan sudah terlayani dengan baik oleh jaringan operator, kecuai beberapa wilayah di bagian selatan Kabupaten Rembang yang memang kondisinya didominasi oleh hutan/perkebunan dan sawah. Seperti di Kecamatan Sumber, Kecamatan Gunem, dan Kecamata Sale.
Sehingga diharapkan bagian selatan dari Kabupaten Rembang bisa di lakukan pemasangan tower BTS bersama, yaitu tiap satu tower, mempunyai jaringan dari beberapa operator teekommunikasi. Agar layanan niirkabel di semua kabupaten disa terpenuhi. Namun menurut program kerja pada tahun 2015, pembangunan tower BTS sudah sesuai target yaitu 156 buah tower.
4.6.2.5 Analisis Jaringan Prasarana Lainnya
Analisis sistem Jaringan prasarana lainnya terbagi mejadi 2, yaitu : analisis prasarana pegelolaan lingkungan dan analisis prasarana drainase. Berikut adalah analisis tersbut kami sajikan:
1. Analisis Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Analisis ini adalah bagaimana mengelola lingungan sehingga trhindar dari penceemaran yang dapat merusak lingkungan. Analisis tersebut antara lain analisis sistem jaringan air limbah dan analisis sistem jaringan persampahan.
A. Analisis Sistem Jaringan Air Limbah
Untuk sistem jaringan air limbah rumah tangga di Kabupaten Rembang tidak ada pengolahan disetiap rumah ataupun setiap desa/kelurahan. Air limbah dialirkan ke pembuangan dibawah tanah (ditimbun)/ septic tank yang dibuat oleh masyarakat di setiap rumah namun ada pula yang dialirkan langsung ke drainase–drainase tersier.
Untuk pengolahan sanitasi industri dan kesehatan dapat menggunakan sistem IPAL agar limbah tidak bercampur jadi satu sehingga drainase dapat berfungsi sesuai dengan semestinya dan tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Limbah industri di Kabuppaten Rembang masih banyak yang belum di olah. Khususnya industri pengolah ikan. Industri ini tersebar di kawasan pantai yang banyak nelayan mendaratkan ikan. Kecamatan paling banyak pencemaran adalah Kecamatan Kaliori, tepatnya di desa Banyudowo yang yang mencemari kawasan perairan pantai. Pencemaran ini menyebab kan menghitamnya perairan.Industri pengolahan ikan biasanya untuk mengolah 1 ton ikan, rata – rata butuh air untuk pengolahan sebanyak 5 ton. 1 pabrik mengolah 60 ton ikan, sehingga harus menyediakan 300 ton air per hari. Angka tersebut baru 1 pabrik, padahal di desa Banyudono terdapat beberapa pabrik besar skala ekspor. Tentunya limbah yang menggelontor ke laut, sangatlah besar.Masyarakat dan aparat desa telah berupaya menanam bakau (mangrove) di kawasan pesisir. 60 – 70 % tumbuh baik, tapi di jalur – jalur yang dilalui limbah dari pabrik tepung ikan, mayoritas tanaman mati. Sehingga diperlukan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpadu. Jika pabrik beralasan tidak mempunyai lahan, pihaknya siap membantu tanah desa. Lagipula IPAL pabrik yang ada sekarang, juga menempati tanah milik desa.Ada beberapa industry pabrik di kabupaten rembang yang belum memiliki IPAL di masing-masing industry mereka sendiri, hal ini sangat menjadi masalah di Kabupaten Rembang. Seharusnya industry pabrik harus memiliki IPAL sendiri untuk membuang limbah atau pun di olah sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan dapat merugikan ekonomi kabupaten rembang sendiri, akibat pencemaran kimia yang di sebabkan oleh limbah industry yang tidak di tangani dengan baik bisa merusak lingkungan seperti sungai, bahakn lahan sawah pun bisa terkena dan jika sudah tercemar bahan kimia yang berbahaya untuk memulihkan suatu lahan menyedot biaya yang cukup banyak dan bisa merugikan ekonomi kabupaten Rembang.
Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestic/pemukiman yaitu : 1. Sanitasi sistem setempat atau dikenal dengan sistem sanitasi on-site yaitu fasilitas sanitasi individual seperti septic tank atau cubluk. 2. Sanitasi sistem off-site atau dikenal dengan istilah sistem terpusat atau sistem sewerage, yaitu sistem yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL. Di Kabupaten Rembang memliki alur jaringan air limbah sebagai berikut:
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Rembang 2015
Gambar IV.17.
Diagram Alur Pengelolaan Air Limbah (Domestik) di Kabupaten Rembang
Untuk saat ini pengolahan limbah domestik (lumpur tinja) di kelola oleh UPTD TPA DCKTR Kabupaten Rembang. Adapun keterlibatan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) dalam penanganan air limbah domesti utamanya terhadap pengendalian pencemaran lingkungan.
Sebagian besar masyarakat Kabupaten Rembang masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah on site berupa jamban keluarga maupun MCK Komunal, sistem pengolahan on site ini 15% menggunakan septic tank sangat sederhana terolah dan 85% tidak terolah langsung masuk ke sungai. Dalam satu MCK umum bisa melayani 23 KK sedang di SLBM bisa melayani 60 KK. Berikut peta sistem pengelolaan air limbah masyarakat:
peta IV.29. sistem pengelolaan air limbah
B. Analisis sistem jaringan persampahan
Jaringan persampahan di Kabupaten Rembang belum memiliki pengelolaan yang baik, masyarakat masih membuang sampah di belakang rumah atau di lahan kosong dengan membuat lubang–lubang ataupun tempat sampah dari semen untuk pembakaran sampah. Hal ini dilakukan masyarakat pedesaan yang lahannya masih cukup luas untuk melakukan pembakaran sampah, sehingga kurang mengganggu aktivitas lainnya. Untuk kawasan perkotaan Kabupaten Rembang hanya memiliki 1 TPA, yaitu TPA Landoh di Kecamatan Sulang yang mencakup untuuk Perkotaan Rembang, dan sampah dari TPS yang tersebar di pasar lokal di seluruh Kabupaten Rembang. Pengolahan TPA relatif tidak maksimal pengelolaannya. Untuk menghitung produksi sampah kota berdasarkan standar dan asumsi, yaitu:
1) Domestik
* Produksi sampah per orang/hari adalah 2 m3.
2) Non Domestik
* Produksi sampah komersial adalah 20 % dari produk domestik.
* Produksi sampah kegiatan sosial atau fasilitas sosial adalah 20 % dari produk domestik.
* Produksi lain-lain 10 % dari total
Tabel IV.134.
Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten Rembang
2019
No
Kecamatan
Domestik
Komersial
Fasilitas Sosial
Lain-lain
Total
1
Sumber
35.608
71.216
14.243
14.243
86.884
2
Bulu
27.174
54.348
10.870
10.870
66.305
3
Gunem
24.457
48.914
9.783
9.783
59.675
4
Sale
38.500
77.000
15.400
15.400
93.940
5
Sarang
65.903
131.806
26.361
26.361
160.803
6
Sedan
55.289
110.578
22.116
22.116
134.905
7
Pamotan
46.666
93.332
18.666
18.666
113.865
8
Sulang
39.654
79.308
15.862
15.862
96.756
9
Kaliori
41.697
83.394
16.679
16.679
101.741
10
Rembang
92.435
184.870
36.974
36.974
225.541
11
Pancur
29.755
59.510
11.902
11.902
72.602
12
Kragan
63.849
127.698
25.540
25.540
155.792
13
Sluke
28.567
57.134
11.427
11.427
69.703
14
Lasem
50.357
100.714
20.143
20.143
122.871
Jumlah
639.911
1.279.822
255.964
255.964
1.561.383
Sumber : Analisis Penyususn 2016
2024
No
Kecamatan
Domestik
Komersial
Fasilitas Sosial
Lain-lain
Total
1
Sumber
36.793
73.586
14.717
14.717
89.775
2
Bulu
28.066
56.132
11.226
11.226
68.481
3
Gunem
25.461
50.922
10.184
10.184
62.125
4
Sale
40.109
80.218
16.044
16.044
97.866
5
Sarang
69.320
138.640
27.728
27.728
169.141
6
Sedan
57.727
115.454
23.091
23.091
140.854
7
Pamotan
48.262
96.524
19.305
19.305
117.759
8
Sulang
41.328
82.656
16.531
16.531
100.840
9
Kaliori
43.494
86.988
17.398
17.398
106.125
10
Rembang
97.399
194.798
38.960
38.960
237.654
11
Pancur
31.165
62.330
12.466
12.466
76.043
12
Kragan
67.129
134.258
26.852
26.852
163.795
13
Sluke
29.711
59.422
11.884
11.884
72.495
14
Lasem
52.357
104.714
20.943
20.943
127.751
Jumlah
668.321
1.336.642
267.328
267.328
1.630.703
2029
No
Kecamatan
Domestik
Komersial
Fasilitas Sosial
Lain-lain
Total
1
Sumber
37.977
75.954
15.191
15.191
92.664
2
Bulu
28.959
57.918
11.584
11.584
70.660
3
Gunem
26.465
52.930
10.586
10.586
64.575
4
Sale
41.717
83.434
16.687
16.687
101.789
5
Sarang
72.737
145.474
29.095
29.095
177.478
6
Sedan
60.165
120.330
24.066
24.066
146.803
7
Pamotan
49.859
99.718
19.944
19.944
121.656
8
Sulang
43.011
86.022
17.204
17.204
104.947
9
Kaliori
45.291
90.582
18.116
18.116
110.510
10
Rembang
102.362
204.724
40.945
40.945
249.763
11
Pancur
32.575
65.150
13.030
13.030
79.483
12
Kragan
70.408
140.816
28.163
28.163
171.796
13
Sluke
30.855
61.710
12.342
12.342
75.286
14
Lasem
54.357
108.714
21.743
21.743
132.631
Jumlah
696.738
1.393.476
278.695
278.695
1.700.041
2034
No
Kecamatan
Domestik
Komersial
Fasilitas Sosial
Lain-lain
Total
1
Sumber
39.162
78.324
15.665
15.665
95.555
2
Bulu
29.851
59.702
11.940
11.940
72.836
3
Gunem
27.469
54.938
10.988
10.988
67.024
4
Sale
43.326
86.652
17.330
17.330
105.715
5
Sarang
76.154
152.308
30.462
30.462
185.816
6
Sedan
62.603
125.206
25.041
25.041
152.751
7
Pamotan
51.455
102.910
20.582
20.582
125.550
8
Sulang
44.694
89.388
17.878
17.878
109.053
9
Kaliori
47.088
94.176
18.835
18.835
114.895
10
Rembang
107.326
214.652
42.930
42.930
261.875
11
Pancur
33.985
67.970
13.594
13.594
82.923
12
Kragan
73.688
147.376
29.475
29.475
179.799
13
Sluke
31.999
63.998
12800
12800
78.078
14
Lasem
56.357
112.714
22543
22543
137.511
Jumlah
725.157
1.450.314
290063
290063
1.769.383
2039
No
Kecamatan
Domestik
Komersial
Fasilitas Sosial
Lain-lain
Total
1
Sumber
40.346
80.692
16.138
16.138
98.444
2
Bulu
30.744
61.488
12.298
12.298
75.015
3
Gunem
28.473
56.946
11.389
11.389
69.474
4
Sale
44.934
89.868
17.974
17.974
109.639
5
Sarang
79.571
159.142
31.828
31.828
194.153
6
Sedan
65.041
130.082
26.016
26.016
158.700
7
Pamotan
53.052
106.104
21.221
21.221
129.447
8
Sulang
46.377
92.754
18.551
18.551
113.160
9
Kaliori
48.885
97.770
19.554
19.554
119.279
10
Rembang
112.289
224.578
44.916
44.916
273.985
11
Pancur
35.395
70.790
14.158
14.158
86.364
12
Kragan
76.967
153.934
30.787
30.787
187.799
13
Sluke
33.143
66.286
13.257
13.257
80.869
14
Lasem
58.357
116.714
23.343
23.343
142.391
Jumlah
753.574
1.507.148
301.430
301.430
1.838.721
Sumber : Analisis Penyususn 2016
Volume sampah di kawasan perencanaan sampai dengan tahun 2039 mencapai 1.838.721 m3/hari. Mengingat volume sampah yang begitu besar agar TPA bisa menampung sampah tersebut pengelolaan sampah ini harus terus di awasi agar tidak terjadi kelebihan volume sampah di TPA Kabupaten Rembang. Terdapat beberapa rencana pengembangan TPA di kabupaten Rembang, antara lain dengan membuat TPA baru di desa Sidomulyo, Kecamatan Sedan seluas 4,4 Ha. atau opsi yang kedua yaitu dengan melebarkan TPA yang sudah ada, dari luas awal 3,2 Ha (sekarang terpakai 2 Ha) menjadi 5 Ha.
TPA Sidomulyo sebenarnya sudah menjadi rencana dari Dinas PU, namun terhambat oleh pembebasan lahan di areal pperencanaan. Sehingga memunculkan opsi yang kedua. Jika tetap mengandalkan Landoh, maka penanganan sampah di wilayah timur Rembang, akan kurang cepat. dinilai persoalan TPA di Sidomulyo tinggal soal pembebasan lahan untuk akses jalan, sedangkan luasannya memadai, karena sudah 4,4 hektare.
Adapun cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Rembang sekitar 50 % dari seluruh wilayahKabupaten Rembang, hal ini dapat dilihat dari jumlah TPS sebanyak 27 unit TPS dan 3 unit Transfer Depoyang tersebar di wilayah Kabupaten Rembang. Sistem pengelolaan di TPA Sampah Kabupaten Rembang,dengan lokasi di Landoh, Desa Landoh, Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang, dengan luas area 3,3Ha., pada saat ini menggunakan sistem Controlled Landfill, dilengkapi dengan IPAL ( Instalasi PengolahanAir Limbah ), adapun area yang digunakan sekitar 1,17 Ha.Di TPA Sampah Kabupaten Rembang, juga terdapat IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) masihpembangunan , yang digunakan untuk mengolah limbah padat berupa tinja, juga terdapat 1 (satu) unitkomposting, untuk mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos.Keberadaan pemulung di TPA Sampah Kabupaten Rembang, saat ini berjumlah sekitar 60 orang,keberadaannya juga sangat membantu dalam pengurangan sampah secara 3 R, dimana sampah plastik,kertas dan lain-lainnya (selain organik) mereka pilah untuk kemudian mereka jual ke pengepul.Adapun cakupan pelayanan di TPA Sampah Kabupaten Rembang, adalah sampah yang berasal dariseluruh wilayah Kabupaten Rembang, sampah yang diperbolehkan dibuang di TPA Sampah adalahsampah rumah tangga (sampah padat yang berasal dari aktifitas rumah tangga) dan sampah sejenis rumahtangga (sampah padat yang berasal dari fasilitas umum dan fasilitas komersial), dari data yang adasampah masuk ke TPA Sampah Kabupaten Rembang sekitar 326 m3/hari. Adapum alur jaringan persempahan di Kabupaten Rembang sebagai berikut:
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kab. Rembang Tahun 2015
Gambar IV.18.
Diagram SistemSanitasi Persampahan Kabupaten Rembang
Adapun cakupan pelayanan di TPA Sampah Kabupaten Rembang, adalah sampah yang berasal dari seluruh wilayah Kabupaten Rembang, sampah yang diperbolehkan dibuang di TPA Sampah adalah sampah rumah tangga (sampah padat yang berasal dari aktifitas rumah tangga) dan sampah sejenis rumah tangga (sampah padat yang berasal dari fasilitas umum dan fasilitas komersial), dari data yang ada sampah masuk ke TPA Sampah Kabupaten Rembang sekitar 326 m3/hari.
Tabel III.135.
Alur Pengumpulan SampahKabupaten Rembang
Produk Induk
User Interface
Pengumpulan
Penampungan /Pengelolahan Awal
Pengangkutan/
Pengaliran
Pengelolahan Akhir (Semi) Terpusat
Daur Ulang Pembuangan Terakhir
Sistem 1
Sampah Rumah Tangga
Bak / Tong Sampah
Organik
An Organik
TPS
Diangkut Container
Dibawa ke
TPA
Dioalah kembali menjadi pupuk / komposting
Sistem II
Sampah Rumah Tangga
Bak/Tong Sampah
Diangkut di depan rumah
Diambil tukang sampah
Ditimbun dipinngir laut
Sistem III
Sampah RT
Bak/Tong Sampah
Dibuang di lubang
tanah
Dibakar
Sistem IV
Samapah RT
Bak/Tong Sampah
Langsung dibuang di kebun untuk pupuk
Sistem V
Samapah RT
Organik
Non Organik
Tong Sampah
Tong Sampah
Komposter Lubang
Diangkut Tukang Sampah
TPS
Diangkut Kontainer
TPA
Diolah lagi
Sumber : Pemutakhiran SSK Kab.Rembang 2015
Pelayanan pengelolaan sampah tersebut mencakup Kabupaten Rembang dimana pelayanan pengelolaan sampah dilakukan mulai dari pengambilan sampah dari tempat penampungan sementara (TPS) sampai pengangkutan ke TPA. Sedangkan dari sumber sampah ke TPS, pengelolaan dilakukan oleh masing-masing petugas dari penghasil, seperti RT, RW, sekolah, kantor, pabrik, dll.
Sampah yang tertimbun di TPA kabupaten rembang sudah cukup menimbun, pengelolaan sampah yang baik dan benar harus di aplikasikan dengan maksimal agar kabupaten rembang tidak di pandang dengan sebelah mata akibat pengelolaan sampah yang kurang maksimal bisa menjadi factor perekonomian kabupaten rembang karena estetika yang sudah tidak sedap di pandang mata dan berpengaruh pada sektor-sektor perekonomian di kabupaten rembang, dengan cara pengolahan sampah seperti di bakar atau di daur ulang bisa membuat pengelolaan sampah berjalanan secara maksimal dan bisa membuat identitas kabupaten rembang menjadi lingkungan yang bersih dan dapat membantu penunjang sektor-sektor perekonomian.
Peta IV.30. Sistem pengelolaan sampah
Analisis Prasarana Drinase
Drainase di Kabupaten Rembang terdiri dari drainase alami berupa sungai dan drainase buatan. Drainase buatan terdapat 3 tipe yaitu primer, sekunder, dan tersier yang berada di sepanjang jalan di Kabupaten Rembang.
3 (tiga) sistem pembuang utama / sungai utama di Kabupaten embang yaitu :
Kali Sambung, bermuara di desa Kabongan Lor dengan bentang kali antara 1,5 sampai 6 meter.
Kali Karanggeneng, bermuara di perbatasan desa Tasikagung dan Kelurahan Tanjungsari dengan bentang kali antara 15 sampai dengan 44 meter. Hulu kali karanggeneng ini berada di daerah Bulu dan sebagian DAS nya masuk wilayah Kabupaten Blora.
Kali Bedahan, bermuara di desa Gegunung Kulon dengan bentang kali antara 2 sampai 4 meter. Kali kecil ini merupakan avour dari persawahan di desa Waru dan Magersari.
Kondisi ketiga pembuangan utama tersebut merupakan saluran alam/sungai dengan penampang yang tidakberaturan. Disamping ketiga pembuang utama tersebut, masih terdapat 3 (tiga) pembuang sekunder lagi yang sudahada / sudah dibangun yaitu : Saluran Pembuang Sekunder Cokroaminoto, Saluran Pembuang Sekunder Sumberejo,dan Saluran Pembuang Sekunder Kabongan Kidul.
Kondisi drainase yang terdapat di sepanjang jalan masih ada yang tersumbat oleh sampah karena kurangnya perhatian masyarakat akan pentingnya fungsi drainase dan drainase masih menjadi satu dengan air limbah rumah tangga (grey water). Banyak masyarakat yang membuang sampah disekitar drainase sehingga terdapat sampah yang masuk kedalam drainase dan tidak ada tindakan masyarakat untuk membersihkan drainase agar aliran air bisa mengalir dengan lancar. Dengan terdapatnya sampah yang masuk kedalam drainase di beberapa tempat terdapat genangan air di beberapa Kecamatan yaitu seperti di Kecamatan Rembang terdapat genangan air se luas 0,3 Ha dan tinggi 0,5 m di Kelurahan Ngotet dan di kelurahan Kelurahan Ketanggi dengan luas 0,2 HA dan tinggi 0,5 m, ada pula genangan air di Kecamatan Kranggan yaitu di Kelurahan Sendangmulyo dan Kelurahan Sendang yang masing-masing memiliki luas 0,2 dan 0,3 Ha sedangan tingginya 0,5 m. Di Kecamatan Lasem juga terdapat genangan yaitu tepatnya di Kelurahan Mojokerto dengan luas genangan 0,2 Ha dan memiliki tinggi 0,5 m. Hal ini terjadi karena saluran drainase yang tidak bekerja dengan baik, sebaiknya untuk mengurangi genangan pemerintah melakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat setempat agar sadar pada lingkungan untuk tidak membuang sampah ke saluran drainase yang ada dan menjaga kebersihan saluran drainase di sekitar mereka.
4.7. Temuan Analisis Tata Ruang
Merupakan hasil temuan berdasarkan analisis dan pengamatan yang telah dilakukan saat survey, baik survey primer maupun survey sekunder. Kesimpulan Temuan meliputi:
Ekonomi
Komoditas yang unggul dari 3 analisis yaitu Pendidikan, Listrik dan Gas serta Pertambangan.
Sosial
Pengaruh geografis pesisisr sangat melekat lebih dari 50% penduduk tinggal di kawasan pesisir, sehingga kebudayaan yang berkembnag adalah terkait dengan budaya laut seperti sedekah lain.
Pengaruh budaya tionghoa dan islam sangat dominan, sehingga terdapat kawasan pecinan yang terdapat di Kecamatan Lasem dan kawasan pesantren yang terdpat di Kecamatan Sarang.
Fisik Alam
Kawasan lindung terdapat di Kawasan gunung lasem dan di Kecamatan Gunem, namun masih terdapat kawasan permukiman di kawasan lindung. Permukiman ini sudah ada sejak sebelum tahun 2014 terlihat pada citra tahun 2014.
Sarana
Kecamatan Sarang menjadi pusat pendidikan dengan sarana pendidikan yang memadai
Kecamatan Pancur kekurangan sarana perekonomian karena di Kecamatan Pancur tidak mempunyai pasar
Prasarana
Kurangnya moda angkutan umum
Terdapat jalan nasional dan jalan strategis nasional
Belum terdapat jaln khusus pertambangan
Air bersuh (PDAM) berasal dari waduk dan tergantung curah hujan
Sampahdikelola dalam 1 TPA
Limbah industri belum dikelola maksimal dan masih dibuang ke sungai sehingga air sungai menjadi hitam
Terdapat PLTU, namun jaringan listrik masih sering terdapat terjadi pemadaman bergilir
Kependudukan
Usia produktif yang dominasi dengan dependesi rasio sebesar 51 %
Pertumbuhan penduduk dengan R² = 0,962 dan R = 0,3
STRUKTUR RUANG
Kecamatan Rembang : Akan dikembangankan menjadi pusat perbelanjaan
Kecamatan Lasem : Pusat kegiatan budaya
Kecamatan Pamotan : Simpul transportasi dari berbagai Kecamatan
Kecamatan Sarang : Pusat kegiatan pendidikan
Kecamatan Sulang : Pusat home industri seperti kecap, gula, dan batik
Kecamatan Pancur : Kecamatan yang masih bergantung pada Kecamatan Lasem karena tidak memiliki sarana ekonomi yang memadai.
4.7.1. Temuan Analisis Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Temuan pola ruang wilayah disusun berdasar hasil analisis fisik, sosial, ekonomi dan strategi dasar perencanaan yang telah ditetapkan. Temuan pola ruang ini juga disusun berdasarkan pertimbangan dan kriteria lokasi yang membagi kriteria lokasi untuk Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
Penentuan alokasi pemanfaatan ruang ini nanti diharapkan mewujudkan tata ruang Kabupaten Rembang yang sesuai dengan ketentuan dari UU No. 26 Tahun 2007, yang antara lain memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Aspek-aspek yang dipertimbangkan terhadap perencanaan pola ruang wilayah tersebut adalah:
Potensi dari pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia dalam penentuan kegiatan,
Fungsi-fungsi kegiatan yang ditampung,
Pola dan struktur tata ruang yang sudah ada serta kecenderungan pada masa yang akan datang,
Kuantitas dan kualitas ruang, meliputi keadaan ruang yang ada pada saat ini dan tuntutan serta kebutuhan pada tahun-tahun yang akan datang,
Mencegah benturan penggunaan ruang,
Mencegah penggunaan lahan secara tidak terkendali,
Mitigasi bencana dan arahan penanganan kawasan rawan bencana.
Wilayah Kabupaten Rembang dalam alokasi pemanfaatan ruang dibagi dalam kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mencakup wilayah daratan maupun wilayah lautan. Diharapkan dari produk RTRW ini terutama dibahas pemanfaatan lahan untuk wilayah daratan. Pemanfaatan rung wilayah laut akan dibahas tersendiri.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung dikembangkan untuk mempertahankan kawasan hutan lindung, mempertahankan fungsi kawasan lindung non hutan, merehabilitasi kawasan lindung berupa penanaman mangrove di kawasan pesisir dan mengembangkan ekowisata.Kawasan lindung yang ada di Kabupaten Rembang meliputi :
Kawasan Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Kriteria:
kawasan dengan faktor kelerengan, jenis tanah, curah hujan dengan skor 175 atau lebih,
kawasan hutan yang mempunyai lereng lebih dari 40%,
kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 m di atas permukaan laut atau lebih,
sesuai dengan kelas kemampuan lahan.
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan di bawahnya
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan di bawahnya di Kabupaten Rembang berupa :
Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air termasuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Kawasan ini mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan pengisian air bumi yang berfungsi sebagai sumber air. Kawasan resapan air tidak hanya terletak di wilayah pegunungan saja, akan tetapi juga terletak di kawasan perkotaan.
Kriteria lokasi:
Terletak di ketinggian di atas 500 m dari permukaan air laut,
Mempunyai vegetasi yang mendukung penyimpanan air tanah,
Sesuai kelas kemampuan lahan,
Curah hujan yang tinggi,
Struktur tanah yang mudah meresapkan air hujan.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Perlindungan Setempat di Kabupaten Rembang meliputi :
Kawasan Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Penetapan pemanfaatan lahan untuk kawasan sempadan pantai ini, ditujukan untuk konservasi dan lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai, mempunyai kriteria:
Minimal 100 meter dihitung dari garis pantai pada saat pasang tertinggi ke arah darat, yaitu meliputi kawasan sepanjang tepi pantai yang difungsikan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Kegiatan-kegiatan yang seringkali diusahakan dan rawan mengganggu kelestarian di daerah sempadan pantai adalah pemukiman nelayan, penambangan pasir, pendirian bangunan pantai serta lahan terbangun lainnya yang dapat mengganggu pola arus alamiah/transpor sedimen di sepanjang pantai.
Kawasan Sempadan Sungai
Sempadan sungai sering disebut juga dengan bantaran sungai. Namun sebenarnya ada sedikit perbedaan, karena bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir (flood plain). Sedang sempadan sungai adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi, lebar bantaran ekologis dan lebar keamanan yang diperlukan terkait dengan letak sungai (misal areal permukiman dan non permukiman). Sempadan sungai (terutama di daerah bantaran banjir) merupakan daerah ekologi dan sekaligus hidrolis sungai yang penting.
Daerah sempadan sungai yang dilindungi meliputi bantaran sungai dari badan air ke arah darat adalah minimal sejauh setengah (0,5) kali lebar sungai ke arah kanan maupun kiri badan air. Daerah sempadan sungai merupakan daerah yang mutlak diperlukan sebagai kawasan penyangga terhadap kelestarian kawasan lindung terutama DAS yang ada dan kawasan rawan bencana. Daerah ini selain sebagai daerah resapan air juga sebagai pengendali sedimentasi atau kemantapan lahan bantaran. Sebagai elemen alami linear yang efektif bagi aliran energi dan materi, sungai dan estuari juga mampu berperan sebagai area transisi antara media statis (tanah) dengan media bergerak (air).
c. Kawasan Sekitar Waduk/Embung/Bendung
Kawasan perlindungan di sekitar waduk/embung/bendung ini meliputi daratan sekeliling tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk.
Kriteria:
Daerah sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau antara 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Untuk daerah yang sudah terbangun diperlukan penanganan fisik tersendiri yang tidak mengganggu fungsi lindung.
d. Kawasan Sekitar Mata Air
Penentuan fungsi lindung untuk kawasan ini sangat penting karena sebagian besar mata air yang ada di Kabupaten Rembang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.
Kriteria lokasi:
Pada kawasan ini diarahkan menjadi kawasan bebas fisik bangunan (buffer zone) sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
Debit air yang lebih kecil di bawah 100 lt/dt, buffer zone kurang dari 100 meter atau sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap pantai dan lautan dengan tujuan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya lainnya. Selain itu juga dapat melindungi kawasan daratan disekitarnya dari bahaya rob dan pengikisan pantai.
Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Rawan Abrasi
Umumnya kawasan rawan bencana gelombang pasang identik dengan kawasan abrasi. Kawasan abrasi terjadi akibat rusaknya sabuk hijau. Di beberapa daerah, abrasi terjadi pada daerah yang berbentuk teluk terutama pada musim penghujan akibat pengaruh besarnya ombak, angin dan adanya arus besar.
Berdasarkan hasil penelitian balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun Kabupaten Rembang menyatakan bahwa Kabupaten Rembang tergolong rawan abrasi. Hal tersebut dapat dilihat dari dua variabel berpengaruh yaitu arah dan kecepatan arus, dan tekstur tanah.
Abrasi merupakan masalah utama di Kabupaten Rembang terutama di Kecamatan Sarang. Abrasi juga terjadi di Desa Jatisari, Manggis, Blimbing dan Pangkalan. Abrasi ini termasuk abrasi berat, yang berarti : dapat menghilangkan daratan hingga beberapa meter per tahun. Abrasi ini lebih kuat pada musim barat. Abrasi pantai juga terjadi di Kecamatan Kaliori, terutama di Desa Matalan, Wates dan Paloh. Pantai-pantai di daerah tersebut merupakan pantai yang tidak berkarang, sehingga rentan terhadap abrasi. Sedangkan untuk pantai yang berkarang tidak begitu rentan terhadap abrasi.
Kawasan Budidaya
Rencana pola ruang untuk pengembangan kegiatan budidaya dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan ruang yang optimal maka rencana pola ruang memperhatikan asas kelestarian, kesesuaian dan kemanfaatan. Asas kelestarian dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak mengurangi nilai manfaat dimasa yang datang dengan memberikan perlindungan terhadap kualitas ruang. Asas kesesuaian bertujuan untuk memanfaatkan ruang sesuai dengan potensi yang dikandungnya sedangkan asas kemanfaatan ditujukan agar nilai manfaat ruang dapat memberikan dampak bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat secara optimal.
Dengan pertimbangan-pertimbangan berbagai asas tersebut dan dengan mendasarkan pada hasil kegiatan analisis, pengembangan kawasan budidaya disajikan secara rinci lebih lanjut dalam sub bab berikut:
Kawasan Pertanian
Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan
Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang sesuai dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan sesuai untuk lahan basah dalam menghasilkan produksi pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi penanaman tanaman padi secara terus-menerus dengan pola tanam yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota setempat. Penggunaan jenis tanaman lain selain padi diperkenankan apabila air tidak mencukupi atau dengan pertimbangan pencapaian target produktivitas optimal melalui tanaman selingan seperti palawija.
Kriteria lokasi:
Lahan pertanian dengan ketinggian di bawah 1000 m.
Lahan yang sangat sesuai dengan pertanian ini adalah dengan kelerengan 0-8%.
Curah hujan minimal 1.500 mm.
Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm.
Kemudahan jaringan irigasi (Sistem irigasi teknis atau setengah teknis yang memiliki kecenderungan menjadi irigasi teknis).
Sesuai dengan kelas kesesuaian lahan.
Merupakan kawasan yang dipertahankan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan (berdasarkan kesepakatan antar instansi terkait).
Telah digunakan untuk budidaya tanaman pangan dengan pengolahan lahan basah.
Sementara itu kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang berfungsi untuk kegiatan pertanian lahan kering karena didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadai dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi lahan pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Pada kawasan ini selain untuk kegiatan pertanian lahan kering, juga diperkenankan mengusahakan tanaman keras yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman, dan apabila memenuhi syarat dapat diberikan hak guna usaha (HGU). Selain itu, pada kawasan ini dapat dikembangkan kegiatan agroindustri dan agrowisata.
Kriteria lokasi:
Ketinggian < 1000 m dpl;
Kelerengan antara 3-8% atau lebih yang telah dilakukan pengelolaan dengan tindakan pencegahan erosi.
Adanya kesesuaian untuk jenis tanaman lahan kering.
Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm;
Penggunaan lahan untuk tanaman kering yang telah ada.
Kawasan Peruntukan Tegalan
Kawasan Tegalan adalah kawasan dengan fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan perkebunan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan Tegalan dalam meningkatkan produksi Tegalan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.Kawasan Tegalan merupakan kawasan penyangga bagi kawasan hutan lindung. Jenis tanaman yang diperkenankan adalah tanaman tahunan yang disertai kualitas terasering yang baik sehingga erosi seminimal mungkin. Pada tempat-tempat terbuka bekas penebangan pohon, supaya ditanami tanaman perdu yang mampu melindungi tanah dari deburan air hujan.
Kriteria:
Ketinggian < 2000 m dpl;
Kelerengan 8-15%;
Kedalaman efektif lapisan tanah atas > 30 cm;
Kesesuaian lahan untuk jenis tanaman perkebunan dan tanaman tahunan;
Kondisi perkebunan yang telah berkembang.
Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk meningkatkan nilai tambah pemanfaatan ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.
Kegiatan perindustrian yang membentuk kawasan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: kawasan industri, kawasan berikat dan wilayah industri. Selain ketiga jenis kawasan industri tersebut, terdapat juga kegiatan industri yang secara ketat mensyaratkan dekat dengan bahan baku utama. Di Kabupaten Rembang dialokasikan hanya untuk wilayah industri dan industri yang menuntut dekat dengan bahan baku utama.
Wilayah industri adalah daerah yang merupakan kelompok-kelompok industri tertentu tanpa adanya ikatan kedalam suatu sistem kelola, sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah industri merupakan lingkungan tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri dan ekonomi lainnya yang didorong oleh industri dasar.
Kegiatan industri, terutama yang menggunakan fasilitas penanaman modal, tidak diperkenankan membangun industri di luar wilayah industri dan diarahkan dan ditampung pada wilayah industri. Ketentuan mengenai pengalihan penguasaan dan pemilikan tanah diatur dalam peraturan yang lebih rinci dari pejabat yang berwenang.
Industri jenis ini tidak harus ditempatkan pada kawasan peruntukan industri, tetapi ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan bahan baku utama. Kegiatan industri yang termasuk dalam kategori ini antara lain: pabrik gula, pembuatan batu bata/gamping, pabrik semen, pabrik pengasahan batu marmer/granit, pengolahan batu kapur, pengolahan kayu, dan penggilingan padi.
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam pengalokasian kegiatan industri ini secara ruang, yaitu:
Tidak menggunakan tanah sawah beririgasi teknis atau mengutamakan tanah yang kurang/tidak subur.
Jauh dari permukiman penduduk bagi kegiatan industri yang memiliki polusi yang dapat mengganggu permukiman penduduk.
Wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dikenakan bagi industri yang mempunyai dampak penting.
Hubungan hukum antara penanggung jawab kegiatan dengan tanah berbentuk sewa-menyewa, dan diutamakan berbentuk hak milik/HGB dab hak pakai.
Kriteria lokasi:
Kawasan yang memiliki syarat lokasi industri.
Tersedia air baku yang cukup dan pembuangan limbah yang memadai.
Tidak menimbukan dampak sosial dan lingkungan negatif yang berat.
Memiliki struktur tanah yang stabil dengan erodibilitas baik.
Tidak terletak di kawasan pertanian tanaman pangan lahan sawah yang beririgasi teknis dan yang berpoteni untuk pengembangan irigasi.
Ada dukungan sumberdaya alam, sumber energi, tenaga kerja, transportasi, aglomerasi, dan pasar.
Mempertimbangkan kondisi pengembangan industri sebelumnya dan keterkaitan dengan pembangunan industri yang telah ada maupun sedang dalam perencanaan.
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Kawasan peruntukan pariwisata ini diperuntukkan bagi kegiatan yang bersifat pemanfaatan obyek wisata maupun kegiatan penyediaan, pemeliharaan sarana dan prasarana wisata, kegiatan promosi dan yang bersifat menunjang pariwisata.
Kriteria lokasi:
Memiliki keindahan alam, panorama, potensi pertanian, dan kekayaan alam yang khas dan menarik.
Kekayaan budaya, tradisi, dan adat istiadat yang bernilai tinggi dan diminati wisatawan.
Bangunan peninggalan budaya dan peninggalan lain yang bernilai sejarah.
Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan.
Kriteria kawasan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Secara keruangan, kawasan permukiman ini terdiri dari permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan.
Kawasan permukiman perdesaan pada dasarnya adalah tempat tinggal yang tidak dapat dipisahkan (atau letaknya tidak boleh terlalu jauh) dengan tempat usaha. Oleh karenanya, pengembangan permukiman atau rumah tempat tinggal di desa yang bersangkutan, dengan jarak maksimum dari pusat desa 250 meter. Kawasan permukiman yang saat ini belum terbangun, diutamakan peruntukkannya bagi perluasan permukiman penduduk yang tinggal di perkampungan terdekat.
Kawasan permukiman perkotaan dapat terdiri atas bangunan rumah tempat tinggal, baik berskala besar, sedang, atau kecil; bangunan rumah campuran tempat tinggal/usaha; dan tempat usaha.
Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan penduduk di sekitarnya, seperti ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, agar dialokasikan di sekeliling kota yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman yang telah ada. Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan ini, diperhatikan beberapa hal berikut:
Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah sawah beririgasi teknis.
Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah sawah beririgasi setengah teknis, yang intensitas penggunaannya lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Pengembangan permukiman pada sawah non-irigasi teknis atau kawasan pertanian lahan kering diperkenankan sejauh mematuhi ketentuan yang berlaku mengenai peralihan fungsi peruntukkan kawasan.
Kriteria lokasi:
Kemiringan antara 0-15 % atau lebih dengan pembatasan-pembatasan tertentu (KDB, teknik pengolahan tanah);
Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada;
Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian yang telah ada;
Tidak terletak di kawasan sawah irigasi teknis atau yang berpotensi dikembangkan sebagai sawah irigasi teknis;
Ketersediaan air terjamin;
Erodibilitas baik dan bebas banjir atau air genangan.
Kawasan peruntukan permukiman terdiri dari:
Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan merupakan kawasan yang diperuntukan untuk memiliki fungsi utama diluar fungsi pertanian. Fungsi tersebut dapat berupa industri, perdagangan dan jasa maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Oleh karena itu, permukiman yang dikembangkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktifitas non pertanian yang memiliki karakteristik pola perkembangan menyebar, kompleksitas dan mobilitas tinggi.
Kriteria lokasi:
Untuk membentuk profil permukiman yang mendukung aktifitas perkotaan tersebut maka dibutuhkan kriteria-kriteria khusus diluar kriteria fisik sebagai berikut:
Kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan
Aksesbilitas yang baik dan dekat pusat-pusat kegiatan
b. Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan
Kawasan peruntukan permukiman perdesaan adalah kawasan yang dialokasikan untuk tempat pemusatan permukiman di kawasan perdesaan. Kendala utama pengembangan kawasan permukiman perdesaan adalah adanya kecenderungan permukiman yang memusat sehingga terisolasi.
Pemusatan permukiman perdesaan menyebabkan penurunan kawasan perdesaan. Penurunan tersebut disebabkan perubahan status wilayah dari wilayah perdesaan ke perkotaan. Untuk mengantisipasi keberadaan fungsi permukiman perdesaan maka dibutuhkan pengembangan kawasan permukiman yang mampu terbuka bagi pusat-pusat kegiatan sekitarnya.
Permukiman untuk nelayan di Kabupaten Rembang ditetapkan pada kawasan yang sudah berkembang sebagai pemukiman nelayan yaitu di Kecamatan Kaliori (Desa Tanggulsari, Tambakangung, Tasikharjo, Pantiharjo, Purworejo, Banyudono), Kecamatan Rembang (Desa Gegung Kulon, Gegunug Wetan, Pacar, Tanjungsari, Tasikagung, Pandean, Kabongan Lor, Tireman, Pasarbanggi, Punjulharjo dan Tritunggal), Kecamatan Lasem (Desa Bonang, Binangun, Dasun, Gedongmulyo, Tasiksono, Sriombo), Kecamatan Kragan (Desa Kragan, Karanglincak, Karangharjo, Kebloran, Tanjungan, Pandangan Wetan, Pandangan Kulon, Plawangan, Sumbersari, Sumurtawang) dan Kecamatan Sarang (Temperak, Karangmangu, Bajing Meduro, Sarang meduro, Bajingjowo, Kalipang, Sarangmeduro). Kawasan permukiman nelayan tersebut berada di sepanjang Pantura yang direkomendasikan tidak terjadi penambahan di kawasan sempadan pantai dan penambahan baru berada di luar sempadan pantai. Permukiman yang berada pada kawasan sempadan sungai diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berikut adalah luasan masing-masing kawasan dalam tabel temuan analisis pola ruang Kabupaten rembang sebagai berikut:
Tabel IV. 136.
Temuan Analisis Pola Ruang Kabupaten Rembang
No.
Muatan
Lokasi
Luasan(Ha)
1.
Kawasan Lindung
a)
Kawasan Hutan Lindung
Sebagian di Kecamatan Kragan, Sluke, Lasem, Pancur, dan Kecamatan Sedan
2440,849
b)
Kawasan Resapan Air
Sebagian di Kecamatan Bulu, Gunem dan Kecamatan Sale
4020,509
c)
Kawasan Sepadan Pantai
Diseluruh Pesisir Kabupaten Rembang
649,668
d)
Kawasan Sepadan Sungai dan Sluran Sungai
Tersebar diseluruh Kecamatan Kabupaten Rembang
23.606,730
e)
Kawasan Sekitar Mata Air
Tersebar diseluruh Kecamatan Kabupaten Rembang
50,199
g)
Kawasan Rawan Becana Abrasi
Tersebar diseluruh pesisir di Kabupaten Rembang kecuali Kecamatan Sluke
599,098
2.
Kawasan Budidaya
Kawasan Pertanian sawah irigasi
Disebagian kecamatan Sarang, Kragan dan Kecamatan Sedan
4787,144
Kawasan pertanian sawah tadah hujan
Tersebar diseluruh Kecamatan Kabupaten Rembang
32225,297
KawasanTegalan
Tersebar diseluruh Kecamatan Kabupaten Rembang
31502,453
Kawasan peruntukan industri besar
Kawasan industri besar di Kecamatan Sluke, Rembang, dan Kecamatan Gunem
869,00
Kawasan peruntukan industri menengah
Tersebar di sepanjang koridor jalan pantura Rembang
11.898,721
Kawasan peruntukan permukiman
Tersebar diseluruh Kecamatan Kabupaten Rembang
7335,823
Kawasan empang
Paling banyak di Kecamatan Kaliori
937,099
Titik Lokasi Pariwisata
Keacamatan Rembang, Lasem, Sluke, Sulang, Bulu, Kaaliori, Sale, Sarang, Pancur, Kragan dan Kecamatan Gunem
17 titik lokasi pariwisata
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa luasan kawasan pertanian sawah tadah hujan adalah yang terbesar di kabupaten Rembang, dengan luasan sebesar 32225,297 Ha. Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Rembang kurang begitu berubah, sihingga pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagai berikut:
1) Kawasan lindung yang terdiri atas:
kawasan hutan lindung; terdapat di Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke merupakan kawasan bukit lasem yang mempunyai kemiringan yang cukup terjal hingga terjal. Kawasan tersebut juga merupakan daerah CAT Lasem yang dapat menyimpan cadangan ar tanah dalam batuan kapur. Dengan Luas yang ditentkan adalah 2451 Ha.merupkan kawasan Bukit Lasem yang memiliki ketinggian 806 mdpl. Kawasan ini tidak terdapat perubahan luasan selama tahun 2009 hingga tahun 2014.
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air; terdapat di Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale , Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sedan, dan Kecamatan Pancur. Dengan luas 11.314 Ha merupakan kawasan yang memiliki Kelerengan yang cukup terjal hingga terjal. Merupakan kawasan perbukitan bagian selatan Kabupaten Rembang dengan perbukitan Lasem. Kawasan lindung ini seharusnya di jga dengan baik. Agar tidak menimbulkan bencana alam, seperti tanah longsor yang merupakan bencana paling banyak terjadi di Kabupaten Rembang. Walaupun tidak ada korban jiwa. Namun bencana tersebut harus dihindari agar tidak ada juga korban material seperti kerusakan lahan hutan/ lahan pertanian. Bencana longsor pada tahun 2014 terjadi hingga 41 kejadian. Yang mana 12 kejadian terjadi di kecamatan Sluke. Walaupun brada di kawasan pesisir, Kecamatan Sluke memiiki kelerenagan yang variatif. Kemudian terdapat juga industri Semen di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem dengan menambang batu kapur yang ada di kawasan tersebut sehingga hal ini dikhawatirkan dapat merusak lingkungan dan mengurangi debit air dalam CAT Watuputih. Walaupun dapat menjadi lapangan pekerjan yang lebarr, namun dengan engambilan batu kapur yang kualitas dan kuantitas yang banyak ini juga dianggap menyalahi aturan dan kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar.
kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, serta kawasan sekitar mata air, berikut adalah kajian masing-masing kawasan:
(1) kawasan Sempadan Pantai di kabupaten Rembang terdapat beberapa Kampung nelayan. Seperti di pesisir Kecamatan Rembang, Lasem, Kragan, dan Sarang. Yang mana kampung nelyan tersebut umumnya telah tinggal dan mendirikan bangunan di tepi pantai dengan tidak memperhatikan garis sempadan. Sehingga banyak rumah yang memiliki halaman belakang langsung garis pantai. Bahkan jarak antara dinding rumah dengan garis pantai hanya 4 – 5 meter.
(2) Sempadan sungai di Kabupaen Rembang memiliki luas total 9.888 Ha. Kondisinya cukup memprihatinkan dibeberapa titik, seperti di desa Landoh Kecamatan Sulang yang mana banyak rumah yang didirikan bantaran sungai, sehingga pada tahun 2014 terdapat beberapa rumah yang roboh dikarenakan bantaran sungai yang longsor. Selain wilayah permukiman Dusun Kedunglowo Desa Landoh Kecamatan Sulang, ada sejumlah titik lain yang kini terancam longsor pada sempadan sungai, salah satunya daerah aliran ujung Sungai Karanggeneng di Dusun Grajen Desa Sumberjo dan Dukuh Jogotami Kelurahan Tanjungsari Kecamatan Rembang. Masyarakat yang tinggal dibantaran sungai tersebuut biasanya karena rumah tersebut adalah warisan, atau karena tidak mempunyi daa untuk membangun di lahan yang semestinya. Bahkan menurut mataairradio.net menyebutkan Belasan ribu keluarga di Kabupaten Rembang terancam longsor dan banjir akibat bermukim di daerah bantaran atau sempadan sungai. Mereka umumnya berdiam di sepanjang lima sungai besar di kabupaten ini, yakni Sungai Randugunting, Sungai Karanggeneng, Sungai Babagan, Sungai Sluke, dan Sungai Temperak. Dari perhitungan secara kasar, jumlah keluarga yang bermukim di bantaran sungai mencapai 18.000. Itu tersebar di semua wilayah, terutama di sepanjang aliran lima sungai besar tersebut.
(3) Kawasan sekitar Danau atau Waduk di Kabupaten Rembang selain digunakan untuk irigasi dan sumber air, denga luas 116 Ha, kawasan ini juga digunakan untuk tempat berwisata. Sebab Kabupaten Rembang telah membangun beberapa Waduk/Embung besar sehingga mempunyai pemandangan yang cukup bagus.seperti pada Waduk Lodan, Waduk Panohan, dan Waduk Banyukuwung.
(4) Kawasan Sekitar mata air di Kabuaten Rembang memiliki Luas 501 Ha. Dan terdapat di semua kecamatan di Kabupaten Rembang. Mata air di abupaten Rembang memang sering mengalami penyusutan pada musim kemarau. Sehingga memiliki resiko kekeringan. Baik untuk irigasi maupun untuk konsumsi masyarakat. Hal ini disebabkan salah satunya karena berkurangnya wilayah kapur yang berfungsi sebagai imbuhan air. Karena air hujan hanya sedikit yang terserap kedalam tanah.
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata. Di kabupaten Rembang kawasan ini difungsikan lebih kepada lokasi pariwisata. Karena mempunyai keunikan tersendiri. Baik wisata alam, maupun wisata budaya.
kawasan rawan bencana alam, meliputi: (1) kawasan rawan tanah longsor ini hampir terjadi di tiap kecamatan, seabnya berasal dari faktor alam (kondisi tanah, hingga aktivitas manusia seperti mendirikan rumah di bantaran sungai) , (2) kawasan rawan gelombang pasang terjadi disepanjang pesisir Kabupaten Rembang, walaupun terdapat hutan mangruve di beberapa lokasi, namun gelombang pasang ini menghampiri pada permukiman atau lahan yang kondisinya sangat landai, biasanya merugikan para petani tambak. dan (3) kawasan rawan banjir, disebabkan karena luapan sungai. Air sungai meluap karena lahan resapan air yang semakin berkurang, sehingga air yang masuk dalam salura melebihi batas. namun banjir ini jarang terjadi dan lingkup kawasan yang terkena hanya biasanya adalah permukiman di bantaran sungai. Berita darihttp://mataairradio.com/ menyatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang menyatakan sebanyak 12 desa di kabupaten ini sebagai daerah rawan banjir pada musim hujan 2014-2015. BPBD juga menyatakan telah mulai menyiapkan beberapa langkah penanganan. Ada tiga kecamatan yang rawan banjir, yakni Kaliori, Lasem, dan Pamotan. Di Kecamatan Kaliori ada empat desa, Lasem lima desa, dan Pamotan ada tiga desa. Empat desa di Kecamatan Kaliori yang rawan banjir adalah Banggi, Kuangsan, Pengkol, dan Purworejo. Sementara lima desa di Lasem yang rawan adalah Sendangasri, Dasun, Tasiksono, Ngemplak, dan Gedongmulyo. kemudian Kecamatan Pamotan, ada Desa Ringin, Pamotan, dan Sidorejo. Desa-desa di kecamatan lain pun memiliki potensi, namun kerawanannya tak sebegitu besar. Desa-desa lain yang memiliki potensi banjir dan tetap perlu dipantau adalah Desa Meteseh Kecamatan Kaliori, Desa Megulung Kecamatan Sumber, Desa Tegalmulyo dan Kragan Kecamatan Kragan, Desa Kalipang Kecamatan Sarang, dan Desa Sidorejo Kecamatan Sedan.
kawasan lindung geologi, berupa kawasan Cekungan Air tanah di Kabupaten Rembang, yaitu CAT Lasem dan CAT Watu Putih. Keduanya merupakan kawasan Kars yang merupakan Kawasan yang dilindungi. Sehingga aktivitas yang ada diatasnya harus dikurangi. Seperti industri semen di Kecamatan Gunem itu bisa dikatakan menyalahi aturan karena terdapat diakawasan CAT Watu Putih. Namun ada juga yang menyatakan bahwa kapur di kawasan tersebut kurang menyerap air hujan.
kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. Karena Kabupaten rembang merupaan kawasan pesisir dan memiiliki pulau pulau kcil, makan kawasan ini perlu dilindungi, seperti kawasan terumbu karang:
Pola ruang pada Kawasan Lindung di Kabupaten Rembang tidak Banyak berubah, hanya saja perlu adanya ketegasan dalam perijinan pembangunan di kawaan lindung, sehingga tidak ada yang melanggar. Karena banyak bangunan yang sebenarnya sudah terbangun dan melanggar batas kawasan lindung sejak sebelum tahun 2009.
2) Kawasan budi daya yang terdiri atas:
kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi; hutan tersebut dikelola oleh KPH, karena banyak terdapat hutan jati. Namun tidak ada pemasukan daerah yang berarti dari adanya KPH ini. Akan tetapi, saat ditanami jati, masyrakat dapat mengolah tanah dibawahnya untuk ditanami berbagai tanaman yang cepat menghasilkan buah. Nanti hasil panen petani dibagi dengan KPH.
kawasan hutan rakyat; paling banyak menanam pohon sengon, karena cepat tumbuh dan harga jual yang cukup tinggi. Dengan luas total hutan rakyat yaitu terdiri daari tegalan 31.337,074 m2 dan kebun 22.795,996 m2. Perubahan hanya terdapat pada luasan kawasan tegaalan yang menurun -0,332% .
kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura; pertanian di Kabupaten Rembang pada umunya yaitu padi,. Salah satu hasil unggulan holtikuturana adalah cabai merah, karena lebih pedas dan lebih tahan lama dari pada cabai merah yang dihasilkan oleh wilayah lain. Masalah yang didapat adalah ketika sumber pengairan yang kering saat musim kearau tiba.
kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah kabupaten; akhir-akhir ini sudah mulai banyak yang menanam tebu. Karena harga yang lebih mahal. Dengan menjual hasil panen tebu tesebut ke Kabupaten Pati atau Kabupaten Kudus. Aahal saat menanam tebu, terdapat hama yang bisa menyerang padi dan tumbuhan lain, yang mengakibatkan kurang produktif.
kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: perikanan tangkap, budi daya perikanan, dan pengolahan ikan; nelayang Kabupaten Rembang sudah terkenal luas, hasil tangkapan ikan nya cukup banyak, namun terdapat over fishing, hal ini dikarenakan harga bahan bakar yang meningkat sehingga nelayan lebih banyak mencari ikan di perairan dangkal, tidak jauh dari daratan.
kawasan peruntukan pertambangan, di Kabuupaten Rembang peruntukan ini cukup nenguntungkan, karena potensi tambang cukup melimpah dari berbagai jenis tambang/galian. Namun galian yang paling dominan adalah galian kapur yang digunakan untuk bahan baku semen.
kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan: peruntukan industri besar, terdapat di 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Rembang, Kecamatan Suke, merupakan industri hasil peikanan dan Keccamatan Bulu, merupakan industri Semen, industri sedang di Kabupaten Rembang tersebar di sekitar jalan Pantura, dan industri rumah tanggatersebar diseluruh kecamatan;
kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pariwisata budaya yaitu museum RA. Kartini, petilasan/pasujudan sunan Bonang daan lain-lain, pariwisata alam seperti pantai-pantai yang telah dikebangkan oleh swasta mauun oleh pemerintah, seperti Dampo Awang Beach, Pantai Karang Jahe Dll, terdapat juga air terjun dan goa, dan pariwisata buatan seperti Wana Wisata Kartini Mantingan.
kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: permukiman perkotaan, yaitu kawasan permukiman yang termasuk dalam perkotaan tingkat PKL Rembang, PKLp Lasem, PKLp Paotan, dan PKLp Kragan, serta perkotaan tingkat PPK, dan peruntukan permukiman perdesaan.permukiman di Kabupaten Rembang selama tahun 2009 sampai 2013 kurang terlalu banyak perubahan, peningkatan luasan pemukiman sebesar 2,824%. arahan permukiman dilihat dari proyeksi kebutuhan permukiman dan dikaitkan dengan proyeksi kepadatan penduduk. Kecamatan Rembang dan Lasem yang merupakan kawasan berpenduduk padat pada tahun proyeksi arahan peruntukan permukimannya diarahan ke kecamatan Kaliori.karenaa kecamatan tersebut tersebut termasuk kemudahan dikerjakan yang tinggi serta terdapat ketersediaan air yang cukup.Kawasan budidaya di Kabupaten Rembang lebih banyak berubah dari pada kawasan lindung, perubahan paling banyak pada perkembangan permukiman, kmudian terdapat penrunan luas pada kawasan tegaalan dan persawahan.
Peta IV.31. Pola Ruang
4.7.2. Temuan Analisis Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Di Kabupaten Rembang struktur ruang wilayah sudah di tetapkan dalam Perda pada studi ini, kami menemukan temuan baru mengenai struktur ruang yang ada di Kabupaten Rembang.
Tabel IV.137.
Temuan Analisis Struktur Ruang Kabupaten Rembang
No
Tinjauan RTRW
Hasil Temuan
1.
Pusat Kegiatan lokal (PKL) Rembang
Pusat Kegiatan Lokal
Perkotaan Ibu Kota Kabupaten Rembang sebagai Pusat Kegiatan Lokal
Perkotaan Ibu Kota Kabupaten Rembang sebagai Pusat Kegiatan Lokal
Perkotaan Ibu Kota Kabupaten Rembang sebagai pusat pembangunan prasarana dan sarana perkotaan
Perkotaan Ibu Kota Kabupaten Rembang sebagai pusat pembangunan prasarana dan sarana perkotaan
Perkotaan Kabupaten Rembang sebagai pengembangan pembiayaan pembangunan
Perkotaan Kabupaten Rembang sebagai pengembangan pembiayaan pembangunan
Perkotaan kabupaten Rembang sebagai pengembangan Kelembagaan Perkotaan
Perkotaan kabupaten Rembang sebagai pengembangan Kelembagaan Perkotaan
Perkotaan kabupaten Rembang menjadi pusat kegiatan ekonomi.
2.
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Lasem
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Lasem
Perkotaan Lasem sebagi pusat pemerintahan Kecamatan Lasem
Perkotaan Lasem sebagi pusat pemerintahan Kecamatan Lasem
Kecamatan Lasem menjadi pusat permukiman
Kecamatan Lasem menjadi pusat permukiman
Kecamatan Lasem menjadi pusat pengembangan perdagangan dan jasa
Kecamatan Lasem menjadi pusat pengembangan perdagangan dan jasa
Kecamatan Lasem menjadi pusat perikanan dan kelautan
Kecamatan Lasem menjadi pusat perikanan dan kelautan
Kecamatan Lasem menjadi pusat perhubungan laut
Kecamatan Lasem menjadi pusat perhubungan laut
Kecamatan Lasem menjadi pusat pertanian tdan kehutanan
Kecamatan Lasem menjadi pusat pertanian dan kehutanan
Kecamatan lasem menjadi pusat kegiatan Industri.
Kecamatan lasem menjadi pusat kegiatan Industri.
Kecamatan Lasem menjadi pusat pertambangan dan Pariwisata
Kecamatan Lasem menjadi pusat pertambangan dan Pariwisata
Kecamatan Lasem menjadi pusat kegiatan budaya
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Pamotan
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Pamotan
Perkotaan Pamotan sebagai pusat pemerintahan Kecamtan Pamotan
Perkotaan Pamotan sebagai pusat pemerintahan Kecamtan Pamotan
Kecamatan Pamotan menjadi pusat permukiman
Kecamatan Pamotan menjadi pusat permukiman
Kecamatan Pamotan menjadi pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Pamotan menjadi pusat permukiman
Kecamatan pamotan menjadi pusat kegiatan pertambangan
Kecamatan pamotan menjadi pusat kegiatan pertambangan
Kecamatan pamotan menjadi pusat pertambangan
Kecamatan pamotan menjadi pusat pertambangan
Kecamatan pamotan menjadi pusat industri pengelolaan berbasis pertanian
Kecamatan pamotan menjadi pusat industri pengelolaan berbasis pertanian
Kecamatan Pamotan menjadi pusat kegiatan home industri
Kecamatan Pamotan berpotensi sebagai simpul transportasi
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Kragan
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Kragan
Perkotaan Kragan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pamotan.
Perkotaan Kragan sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pamotan.
Kecamatan Kragan sebagai pusat permukiman
Kecamatan Kragan sebagai pusat permukiman
Kecamatan Kragan sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Kragan sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Kragan sebagai pusat Kehutanan
Kecamatan Kragan sebagai pusat Kehutanan
Kecamatan Kragan sebagai pusat industri dan pertambangan
Kecamatan Kragan sebagai pusat industri dan pertambangan
Kecatan Kragan sebagai pusat pusat pengembangan perikanan dan kelautan .
Kecatan Kragan sebagai pusat pusat pengembangan perikanan dan kelautan .
Kecatan Kragan sebagai pusat pusat Perdagangan
3.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sarang
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Kecamatan Sarang
Perkotaan Sarang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan sarang
Perkotaan Sarang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan sarang
Kecamatan Sarang sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sarang sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sarang sebagai kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan
Kecamatan Sarang sebagai kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan
Kecamatan Sarang sebagai pusat pertanian
Kecamatan Sarang sebagai pusat pertanian
Kecamatan Sarang sebagai pusat kehutanan
Kecamatan Sarang sebagai pusat kehutanan
Kecamatan Sarang sebagai pusat industri dan pertambangan
Kecamatan Sarang sebagai pusat industri dan pertambangan
Kecamatan Sarang sebagai pusat kegiatan pendidikan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sluke
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sluke
Perkotaan Sluke sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sluke
Perkotaan Sluke sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Sluke
Kecamatan Sluke sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sluke sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sluke sebagai pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sluke sebagai pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sluke sebagai perikanan dan kelautan
Kecamatan Sluke sebagai perikanan dan kelautan
Kecamatan Sluke sebagai pusat perhubungan laut
Kecamatan Sluke sebagai pusat perhubungan laut
Kecamatan Sluke sebagai pusat industri
Kecamatan Sluke sebagai pusat industri
Kecamatan Sluke sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Sluke sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Sluke sebagai pusat pariwisata
Kecamatan Sluke sebagai pusat pariwisata
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Kaliori
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Kaliori
Perkotaan Kaliori sebagai pusat pemerintahan Kaliori
Perkotaan Kaliori sebagai pusat pemerintahan Kaliori
Kecamatan Kaliori sebagai pusat permukiman
Kecamatan Kaliori sebagai pusat permukiman
Kecamatan Kaliori sebagai pusat pengembangan pertanian
Kecamatan Kaliori sebagai pusat pengembangan pertanian
Kecamatan Kaliori sebagai pusat industri
Kecamatan Kaliori sebagai pusat industri
Kecamatan Kaliori seagai pusat perikanan dan kelatan
Kecamatan Kaliori seagai pusat perikanan dan kelatan
Kecamatan Kaliori sebagai pusat pariwisata
Kecamatan Kaliori sebagai pusat pariwisata
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sulang
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sulang
Perkotaan Sulang sebagai pusat pemerintah Kecamatan Sulang
Perkotaan Sulang sebagai pusat pemerintah Kecamatan Sulang
Kecamatan Sulang sebagai pusat permukman
Kecamatan Sulang sebagai pusat permukman
Kecamatan Sulang sebagai pusat pengembanan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sulang sebagai pusat pengembanan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sulang sebagai pusat industri berbasis pertanian
Kecamatan Sulang sebagai pusat industri berbasis pertanian
Kecamatan Sulang sebagai pusat home industri.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sumber
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sumber
Perkotaan Sumber sebagai pusat perkotaan Kecamatan Sumber
Perkotaan Sumber sebagai pusat perkotaan Kecamatan Sumber
Kecamatan Sumber sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sumber sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sumber sebagai pusat pengembangan pertanian
Kecamatan Sumber sebagai pusat pengembangan pertanian
Kecamatan Sumber sebagai pusat industri berbasis pertanian
Kecamatan Sumber sebagai pusat industri berbasis pertanian
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Gunem
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Gunem
Perkotaan Gunem sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Gunem
Perkotaan Gunem sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Gunem
Kecamatan sebagai pusat permukiman
Kecamatan sebagai pusat permukiman
Kecamatan Gunem sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Gunem sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Gunem sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Gunem sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Gunem sebagai pusat industri pengelolaan berbasis pertanian.
Kecamatan Gunem sebagai pusat industri pengelolaan berbasis pertanian
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Bulu
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Bulu
Perkotaan Bulu sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Bulu
Perkotaan Bulu sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Bulu
Kecamatan Bulu sebagai pusat permukiman
Kecamatan Bulu sebagai pusat permukiman
Kecamatan bulu sebagai pengembangan pertanian dan keutanan
Kecamatan bulu sebagai pengembangan pertanian dan keutanan
Kecamatn Bulu sebagai pusat industri berbasis pertanian
Kecamatn Bulu sebagai pusat industri berbasis pertanian
Kecamatan Bulu sebagai pusat pariwisata.
Kecamatan Bulu sebagai pusat pariwisata.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sedan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sedan
Perkotaan Sedan sebagai pusat pemerintan Kecamatan Sedan
Perkotaan Sedan sebagai pusat pemerintan Kecamatan Sedan
Kecamatan Sedan sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sedan sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sedan sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sedan sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sedan sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Sedan sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Sedan sebagai pusat industri pengelolaan berbasis pertanian
Kecamatan Sedan sebagai pusat industri pengelolaan berbasis pertanian
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sale
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Sale
Perkotaan Sedan sebagai pusat pemerintan Kecamatan Sale
Perkotaan Sedan sebagai pusat pemerintan Kecamatan Sale
Kecamatan Sale sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sale sebagai pusat permukiman
Kecamatan Sale sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sale sebagai pusat pengembangan pertanian dan kehutanan
Kecamatan Sale sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Sale sebagai pusat pertambangan
Kecamatan Sale sebagai pusat Pariwisata
Kecamatan Sale sebagai pusat Pariwisata
Kecamatan Sale sebagai pusat industri pengolahan berbasis pertanian dan pertambangan
Kecamatan Sale sebagai pusat industri pengolahan berbasis pertanian dan pertambangan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Pancur
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Pancur
perkotaan Pancur sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pancur
perkotaan Pancur sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Pancur
perkotaan Pancur sebagai pusat permukiman
perkotaan Pancur sebagai pusat permukiman
perkotaan Pancur sebagai pusat pertanian dan kehutanan
perkotaan Pancur sebagai pusat pertanian dan kehutanan
perkotaan Pancur sebagai pusat pertambangan
perkotaan Pancur sebagai pusat pertambangan
4.
Pusat Pelayanan Lingkungan
Pusat Pelayanan Lingkungan
Desa Padaran Kecamatan Rembang, Desa Mojorembun Kecamatan Kaliori, Desa Landoh dan Desa Sudo Kecamatan Sulang, Desa Krikilan dan Desa Tlogotunggal Kecamatan sumber, Desa Lambangan Wetan Kecamatan Bulu, Desa Kajar Kecamatan Lasem, Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, Desa Japerejo dan Desa Kepohagung Kecamatan Pamotan, Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke, Desa Tahunan Kecamatan Sale, Desa Tegaldowo Kecamatn Gunem, Desa Pandangan Wetan dan Desa Sendangwaru Kecamatan Waru, Desa Lodan Wetan Kecamatan Sarang, dan Desa Gandirejo di Kecamatan Sedan sebagai Pusat Kegiatan Lokal di Kabupaten Rembang.
Desa Padaran Kecamatan Rembang, Desa Mojorembun Kecamatan Kaliori, Desa Landoh dan Desa Sudo Kecamatan Sulang, Desa Krikilan dan Desa Tlogotunggal Kecamatan sumber, Desa Lambangan Wetan Kecamatan Bulu, Desa Kajar Kecamatan Lasem, Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, Desa Japerejo dan Desa Kepohagung Kecamatan Pamotan, Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke, Desa Tahunan Kecamatan Sale, Desa Tegaldowo Kecamatn Gunem, Desa Pandangan Wetan dan Desa Sendangwaru Kecamatan Waru, Desa Lodan Wetan Kecamatan Sarang, dan Desa Gandirejo di Kecamatan Sedan sebagai Pusat Kegiatan Lokal di Kabupaten Rembang.
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Temuan pada Kabupaten Rembang yang menjadi pusat kegiatan lokal yaitu menjadi pusat perekonomian, temuan ini berdasarkan hasil survey yang didapat isu bahwa akan ada pemindahan terminal Rembang menjadi pusat perdagangan.
Kecamatan Lasem sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) temuan yang didapat adalah sebagai pusat kegiatan budaya, dilihat dari Kecamatan Lasem yang memiliki berbagai macam potensi budaya sseperti Kawasan Pecinan dan masjid jami Lasem sebagai prioritas potensi Kecamatan ini menjadi pusat kegiatan budaya.
Selain Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan sebagai PKLp menemukan temuan baru yaitu sebagai pusat Home industri yang dilihat dari banyaknya pengusaha kecil pembuatan gula, selain home industri Kecamatan Pamotan juga menjadi pusat simpul transportasi yaitu mampu melayani atau berhubungan langsung dengan daerah sekitarKecamatan Kecamtan Pamotan. Walaupun Kecamatan Pamotan dalam perhitungan Skalogram menunjukkan pada Orde III, namun kecamatan Pamotan memiliki produk yang unggulan, sehingga layak dimasukkan dalam PKLp, Sementara itu di Kecamatan Sarang sebagai pusat pendidikan daalam Temuan ini juga termasuk PKLp, karenaa menurut perhitungan Skalogram menunjukkan Kecamatan Sarang masuk pada Orde II, dilihat juga dari terdapat berbagai pondok pesantren dan terdapat Pergutuan Tinggi yang berada di Kecamatan Tersebut. Hingga Sarang dikena sebagai Kota Santri. Kemdian Kecamatan sulang sebagai pusat home industri gula Tumbu, Kecap Siwalan, dan batik sekarmadu.
Di beberapa lokasi juga menjadi pusat komoditas unggulan seperti Kecamatan Kaliori sebagai pusat beras dan bandeng, Kecamatan Sumber sebagai pusat bawang merah dan jeruk serta cabai merah, Kecamatan Sulang sebagai pusat pembuatan gula dan siwalan, Keecamatan Rembang sebagai pusat terasi, Kecamatan Lasem memounyai produk unggulan beras, pamotan sebagai pusat madu, bawang merah, gula, tebu, dan beras, Kecamatan Gunem sebagai pusat penghasil ketela dan pepaya, Kecammatan Pancur sebagai pusat penghasil jeruk dan pepaya, Kecamata Sluke sebagai pusat penghasil pepaya dan pisang, kemudian Kecamatan Kragan penghasil melon, Kecamatan Sarang penghasil sawo dan cabai, Kecamatan Sedan penghasill Kelapa degan, serta Kecamatan Sale pusat penghasil beras organik.
Peta IV.32. Struktur Ruang
BAB V
ANALISIS PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN REMBANG
5.1. Analisis Lokasi Penetapan (Deleniasi Kawasan Strategis)
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.
Dasar dalam menentukan kawasan strategis di kabupaten Rembang bedasarkan pada perhitungan skalogram, yang mana diambil dari ddata distribusi fasilitas. Selain itu, penentuan juga berdasarkan analisis produk unggulan tiap kecamatan di Kabupaten Rembang dan menggunakan analisis dari sosial budaya Kabupaten.
Kawasan strategis Kabupaten Rembang memiliki deliniasi berupa wilayah dengan fungsi ruang yang sama. Berupa skala koridor, desa, maupun perkotaan kecamatan. hal ini karena wilayah di kabupaten Rembang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Terdapat kawasan pegunungan maupun perbukitan, serta kawasan pertanian, dan pertambangan, yang menyebar di kecamatan di Kabupaten Rembang. Kawasan strategis kabupaten berfungsi:
mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;
untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan
sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.
Dari penetapan strategis diatas akan ditentukan lokasi dari masing-masing kecamatan di Kabupaten untuk menghasilkan Lokasi Kawasan Strategis yang tersebar di Kabupaten Rembang. Berikut adalah Kawasan Strategis di Kabupaten Rembang:
5.1.1. Dalam Tingkat Nasional
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional sebagai penunjang ekonomi adalah Kawasan Juwana - Jepara - Kudus - Pati - Rembang - Blora ( Wanarakuti) yang merupakan kawasan strategis nasional yang penting sebagai penunjang ekonomi nasional yang pengembangannya diarah dalam bidang pertanian, industri, pertambangan dan perikanan.
Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan
Yang ditetapkan sebagai kawasan stategis nasional daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Rembang adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Randugunting di Kecamatan Sumber dan Kecamatan Kaliori yang termasuk dalam Wilasah Sungai (WS) Jragung-Tuntang-Serang-Lusi-Juwana (Jratun Seluna).
5.1.2. Kawasan strategis Provinsi (KSP)
Yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi sebagai penunjang ekonomi meliputi:
Kawasan Blora - Tuban - Rembang - Bojonegoro (Ratubangnegoro)
Merupakan kawasan yang penting dalam bidang sumberdaya perminyakan, industri pertambangan, bahari, dan sebagainya. Kawasan ini meliputi Kabupaten Blora, Kabupaten Tuban (Jawa Timur, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur). Pengembangan kawasan ini didukung pengembangan prasarana dan sarana wilayah.
Kawasan Rembang – Blora (Banglor)
Kawasan Banglor yang terdiri dari Kabupaten Rembang dan Blora, dengan pusat di Cepu, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi. Untuk skala provinsi, pengembangan fasilitas diarahkan pada fasilitas perhubungan udara (Bandara), laut (Pelabuhan), dan darat (Terminal), kawasan industri dan pergudangan, jasa-jasa keuangan (perbankan) dan simpul pariwisata. Kabupaten Rembang mendukung pengembangan fasilitas pelabuhan laut, darat (terminal), kawasan industri dan pergudangan serta pariwisata.
5.1.3. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Analisis penetapan Kawasan strategis dan deliniasi kawasan strategis pada Kabupaten Rembang dapat dilihat dari:
Kawasan sumber daya lokasi yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan social budaya. Meliputi:
Kota Pusaka Lasem, yang berlokasi di Kecamatan lasem, khususnya deliasi kawasan Perkotaan Lasem.
Kota Santri Sarang, yang berlokasi di Kecamatan Sarang. Deliasi kawasan skala perkotaan Kecamatan Sarang.
Rembang Kota Pantura, yang berlokasi kawasan pantura Kabupaten Rembang, yang mencakup Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, dan Kecamatan Sarang. Deliniasi kawasan skala Koridor Jalan Pantura Rembang.
Kawasan lokasi yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumberdaya alam. Adapun macamnya adalah:
Kawasan Pengembangan Pertanian Terpadu Rembang. Deliasi kawasan Skala Kecamatan.yaitu kecamatan Sale, Gunem, dan Sulang.
Rembang Kota Minapolitan. Deliniasi kawasan Skala Kecamatan, yitu Kecamaatan Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan, dan Kecamatan Sarang.
Kawasan lokasi yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yang meliputi:
Kawasan Lindung Gunung Lasem, mancakup deliniasi kawasan Perbukitan "Lasem", mencakup Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamata Sedan, dan Kecamatan Pancur.
Kawasan Mangrove Pasarbanggi, dengan deliniasi kawasan hutan mangrove yaitu di Kecamatan Rembang.
Kawasan lokasi yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi. Meliputi:
Kawasan Pelabuhan Sluke, dengan deliniasi yaitu kawasan pengembangan Pelabuhan dan Industri di Kecamatan Sluke.
Seafront City Rembang, mencakup deliniasi kawasan pesisir Kabupaten Rembang.
Dari berapa Kawasan Strategis Kabupaten diatas dapat dipetakan beikut ini:
Peta V.1. Kawasan strategis
5.2. Analisis Jenis Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yangpenataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:
Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan;
Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten;
Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;
Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:
potensi ekonomi cepat tumbuh;
sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
potensi ekspor;
dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;
fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; atau
kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten;
Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan:
tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
tempat perlindungan peninggalan budaya;
tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau
tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.
Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain:
fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir;
sumber daya alam strategis;
fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologi kedirgantaraan;
fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis
Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:
tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
kawasan rawan bencana alam; atau
kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kabupaten;
Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
Dari kriteria diatas, Kabupaten Rembang termasuk dalam 4 kawasan straategis, karena Kabupaten Rembang memiliki masyarakat yang memiliki budaya yang masih terjaga dan dilestarikan seperti tradisi laut, maupun untuk menyambut hari kelahiran RA.Kartini, memunyai sumber daya alam yang cukup melimpah dan diprioritaskan seperti pertanian daan pertambangan, memiliki karakteristik fisik yang unik dan potensial dibidang kelautan maupun daratan. Serta memiliki lokasi-lokai yang mumpuni untuk menjadi suatu kawasan yang dapat mengembangkan perekonomian di Kaupaten Rembang, seperti koridor Pantura dan Minapolitan Rembang yang cukup maju. Dari analisis kriteria dan penetapan jenis kawasan strategis diatas, Kabupaten Rembang mempunyai 4 kawasan strategis sebagai berikut:
5.2.1. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi
Kawasan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yang merupakan algomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang meimilik :
potensi ekonomi cepat tumbuh
sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
potensi eksport
dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi
kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi
fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi
kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal didalam wilayah kabupaten
Kawasan lokasi yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi Di Kabupaten Rembang. Meliputi:
Kawasan Pelabuhan Sluke (Kecamatan Sluke)
Pembangunan dan pengembangan pelabuhan Umum Rembang di Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah adalah wujud kebijakan strategis yang berorientasi jangka panjang guna pengembangan wilayah Kabupaten Rembang pada khususnya atau wilayah pinggiran Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan pelabuhan sebagai infrastruktur pemicu pertumbuhan perekonomian wilayah diharapkan akan membuka pintu gerbang akses transportasi laut antar pulau guna mengangkut arus barang komoditas Kabupaten Rembang dan hinterlandnya serta kedepan menjadi pusat kegiatan ekspor dan impor. Kajian Potensi KPS-Pembangunan Stockpile Terminal Sluke Pelabuhan Rembang 3 Kebijakan Pembangunan Pelabuhan tersebut didasari pemikiran-pemikiran sebagai berikut : 1. Menangkap keunggulan Komperatif Bahari, karena lokasi pelabuhan sangat strategis. Akses pelayaran Terminal Sluke Pelabuhan Rembang masuk dalam alur pelayaran laut Indonesia (ALKI I dan ALKI 2) sehingga mudah menjangkau kepelabuhan seluruh Indonesia dan pelabuhan-pelabuhan di luar negeri. Kondisi wilayah perairan dan wilayah daratannya sangat memungkinkan dikembangkan menjadi Pelabuhan Utama atau Internasional. 2. Menangkap peluang angkutan barang dan jasa kepelabuhan. 3. Sebagai pendukung utama dibangunnya Kawasan Industri Rembang ( KIR ) Membuka pintu gerbang arus traspotasi laut untuk distribusi/angkutan barang dan jasa baik dari Kabupaten Rembang sendiri maupun daerah Hinterland. Dengan adanya pengembangan Terminal Sluke Pelabuhan Rembang yang terintegrasi dengan pembangunan kawasan industri Kabupatan Rembang ini, maka diharapkan akan meningkatkan kinerja industri berbasis sumberdaya alam dan mineral (semen), pertanian, perkebunan, serta peluang penyediaan fasilitas pendukung dalam rangka memenuhi kebutuhan industri minyak Exxon Mobile blok Cepu, kegiatan pelayanan pelabuhan umum Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Perak Surabaya yang hingga saat ini masih tergolong cukup tinggi.
Untuk menunjang peran dan fungsi pelabuhan tersebut selain tersedianya fasilitas dan peralatan yang cukup, pelayanan jasa pelabuhan harus dilakukan dengan efektif dan efisien, artinya pelayanan sesuai dengan objek yang dilayani dengan mempergunakan teknik atau metode yang canggih sehingga pelaksanaan bongkar muat dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya dapat dilakukan dengan cepat, lancar, aman, murah serta terjangkau oleh masyarakat. Adapun fasilitas pelabuhan dibagi menjadi dua yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok pelabuhan meliputi dermaga, gudang, lapangan penumpukan, terminal penumpang, terminal peti kemas, terminal ro-ro, fasilitas penampungan dan pengolahan limbah, fasilitas bunker, fasilitas pemadam kajian Potensi KPS-Pembangunan Stockpile Terminal Sluke Pelabuhan Rembang 4 kebakaran, fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun, fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP). Sedangkan untuk fasilitas penunjang pelabuhan meliputi kawasan perkantoran, fasilitas pos dan telekomunikasi, fasilitas pariwisata dan perhotelan, instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi, jaringan jalan dan rel kereta api, jaringan air limbah, drainase dan sampah, areal pengembangan pelabuhan, tempat tunggu kendaraan bermotor, kawasan perdagangan, kawasan industri dan fasilitas umum lainnya.
Pembangunan kawasan pelabuhan Sluke bisa dilakukan, karena sudah termasuk ke dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten Rembang tahun 2011-2031. Namun diperlukan kerjasama yang baik antar stakeholder terkait pembangunan kawasan pelabuhan Sluke. Karena isu yang beredar di masyarakat cenderung kepada isu negatif, termasuk reklamasi tanpa izin yang terdapat di kawasan pelabuhan Sluke. Pelabuhan merupakan salah satu infrastruktur penunjang dalam transportasi laut, dan keberadaannya sangat vital terutama terhadap siklus perekonomian di kabupaten Rembang. Sebagai kabupaten minapolitan, kawasan pelabuhan merupakan aspek penting dalam mendukung perekonomian di kabupaten Rembang sebagai pusat kegiatan perdagangan maupun transit kapal, sehingga bisa menambah pemasukan daerah bahkan bisa dijadikan sebagai sektor utama ataupun sektor basis perekonomian kabupaten Rembang
Seafront City Rembang, (kawasan pesisir Kabupaten Rembang)
Bentangan garis pantai Kabupaten Rembang sepanjang 63,5 menyimpan potensi ekonomi bahari yang sangat besar dan beragam darisektor kelautan dan perikanan, keberadaan kawasan hutan mangrove, terumbukarang dan pulau-pulau kecil serta ditemukannya situs-situs sejarah maritim diKabupaten Rembang juga sangat berpeluang untuk dikembangkan menjadisektor pariwisata bahari unggulan maupun jasa-jasa lingkungan lainnya.Memperhatikan potensi dan peluang tersebut, maka upaya optimalisasisumberdaya pesisir Kabupaten Rembang adalah keniscayaan dan olehpemerintah Kabupaten Rembang diakomodasi dalam konsep pembangunanyang komprehensif dan terpadu melalui pendekatan seafront city.
Filosofipengembangan seafront city dilandasi pada perubahan paradigma masyarakatyang selama ini masih berorientasi daratan (land based) menjadi berorientasi ada lautan (ocean based). Perubahan paradigma ini diharapkan merubahorientasi masyarakat untuk menempatkan pengelolaan kawasan perairan lautsebagai "halaman depan" serta menuntut kearifan semua stakeholder terhadappengelolaan sumberdayanya. Konsekuensi logis atas digunakannya konsep pembangunan ini adalahdibutuhkannya komitmen segenap pemangku kepentingan serta terfokusnyakebijakan pada sektor maritim terutama dalam penyediaan dan peningkataninfrastruktur di kawasan pesisir Kabupaten Rembang yang dilakukan sejalandengan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya masyarakatnelayan.
Meskipun menempatkan kawasan pesisir sebagai fokus perhatian,namun kawasan lainnya tetap tak terabaikan. Pemerintah berencana untuk mengembangkan 6 kawasan industri yang meliputi kawasan industri garam,kawasan industri pariwisata terpadu, kawasan industri perikanan terpadu,kawasan agribisnis, kawasan industrikimia dan kawasan industri semen. Pengembangan kawasan industri yang dilaksanakan di Kabupaten Rembangini dilakukan dalam konteks pembangunan wilayah. Sektor industri memiliki peluang karena pengembangan sektor ini akan lebih memberikan efek pengganda bagi masyarakat sekitar dan akan mendorongberkembangnya sektor lain. Bila kawasan industri ini benar-benar telahterbentuk dan berjalan dengan baik dengan dukungan dari masing-masing stakeholder maka keberhasilan pembangunan wilayah akan memuaskansemua pihak.
Penyediaan infrastruktur dalam konsep seafront city perlu diinisiasi melaluipembangunan sarana dan prasarana ekonomi maupun sektor pendukungnyayang secara tidak langsung juga akan membawa perubahan paradigmamasyarakat terhadap pembangunan seafront city. Upaya tersebut dilakukansecara integratif dan komprehensif dengan penguatan dan pemberdayaanmasyarakat pesisir utamanya masyarakat nelayan. Upaya pemberdayaanmasyarakat pesisir adalah aspek penting yang perlu menjadi perhatian utamadalam pengembangan seafront city mengingat karakteristitik sosial budayamasyarakat pesisir yang rawan termarjinalisasi. Upaya tersebut ditekankanpada peningkatan keterampilan, pengetahuan, pendidikan serta penguatanstruktural dalam masyarakat sehingga kesejahteraannya meningkat, mengingatlebih dari 50 persen penduduk Rembang bermukim di kawasan pesisir dansebagian menggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi di sektor maritim.Pembangunan seafront city diprediksikan akan mampu menjadi sumber energipotensial dalam memicu pertumbuhan ekonomi daerah.
5.2.2. Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya,
Antar lain kawasan yang merupakan :
tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
tempat perlindungan peninggalan budaya;
tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragamanbudaya; atau
tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.
Kawasan sumber daya lokasi yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan social budaya di Kabupaten Rembang. Meliputi:
Kota Pusaka Lasem (Kawasan Perkotaan Lasem).
Julukan Lasem Kota Pusaka tampaknya lekat dengan banyaknya kisah warisan sejarah masa lalu yang membingkai Lasem. Kawasan ini memiliki keanekaragaman budaya—Hindu, Buddha, Islam, Jawa. situs-situs purbakala di Lasem seperti situs Leran, situ Bonang, situ situs Binangun dan situs Majapahit di Kawasan Gunung Kajar. Tak ketinggalan pula Lasem pun ditengarai identik dengan warisan budaya Cina – India yang kental. Lasem memiliki aneka bangunan tua berarsitektur Indis dan Cina yang berdiri kokoh yang telah dilewati oleh bentang waktu yang terus bergerak. Beruntung beberapa bangunan masih dihuni oleh pemiliknya serta masih menggambarkan modernitas pada zamannya,karena lasem terkenal dengan batik,maka tak heran jika beberapa forum masyarakat yang berusaha untuk menjadikan kota lasem merupakan kota pusaka se-indonesia,kegiatan forum tersebut yaitu dimulai mengumpulkan data sejarah dan budaya lasem dari masa ke masa dengan membangkitkan kembali batik lasem dan mengajak beberapa tokoh masyarakat,semua ini dilakukan untuk memperkenalkan kota lasem.Rencananya lasem akan dijadikan sebagai wisata kota tua dan perlu dilindungi seluruh bangunan tua tersebut,dan beberapa rorum masyarakat menginginkan penataan dan pembuatan gapura yang menggambarkan maidentitas masyarakat lasem.Saat ini pemerintah sedang serius mengusulkan kota lasem sebagai pusaka ke UNESCO.
Kota Santri Sarang (Kecamatan Sarang).
Sarang yang terletak di wilayah pesisir,yang sebagian besar dari masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan,ternyata pada wilayah pesisir ini mempunyai suatu unggulan dalam bidang agama karena sebagian besar dari kecamatan sarang terdapat beberapa bangunan pesantren modern. Sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan dengan watak egois dan suka marah-marah.Akan tetapi ternyata hal ini tidak berlaku bagi masyarakat sarang, desa Karangmangu, Bajing Jowo, dan Bajing Meduro yang mayoritas profesinya nelayan adalah masyarakat yang suka mengenakan sarung dan peci.Pesisir bernuansa alami itulah julukan yang pas untuk masyarakat di kecamatan sarang.Masyarakat yang sangat peduli dengan agama yang dianut yaitu terbukti dengan didirikannya sebuah masjid di desa bajing jowo RT.02.RW.01 masjid berluaskan sekitar 420 persegi dan berlantaikan dua itu dibangun oleh para nelayan sekitar. Karenanya masjid itu diberi nama "Masjid Raudlatul Mallahin" yang berarti tamannya para nelayan. Masjid ini di bangun pada tahun 2006 yang di sediakan untuk para nelayan yang hendak melakukan sholat.
Rembang Kota Pantura (kawasan pantura Kabupaten Rembang).
Pada wilayah pesisir pastinya identic dengan kondisi pesisir yang kumuh,yaitu di permukimannya,tetapi hal ini ternyata salah bagi pesisir pantura Rembang,bentuk permukiman yang berjubel akan tetapi pada pemukiman disini sangat bersih dan rumahnya pun rapi.Masyarakat pesisir pantura karena mayoritas bermatapencaharian sebagai seorang nelayan maka setiap 1 tahun sekali selalu diadakan budaya sedekah laut,yang hal ini untuk mengucapkan rasa bersyukur kepada maha pencipta yang telah memberikan tangkapan ikan yang banyak dan berharap juga diberi keselamatan dalam bekerja. Posisi Kabupaten Rembang yang cukup strategis sangat membantu meningkatkan perekonomian daerah.Pada pesisir pantura Kabupaten Rembang Terdapat 14 TPI (Tempat Pelelangan Ikan), dimana yang secara aktif beroperasi ada 11 TPI yang tersebar di enam kecamatan, yaitu Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan, dan Sarang. Hampir 60% hasil perikanan di Kabupaten Rembang berasal dari Kecamatan Rembang.terdapat pula, tempat konservasi mangrove yang memiliki peran penting untuk keseimbangan ekosistem. Mangrove mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) Meredam pengaruh gelombang; (2)Menahan lumpur; (3) Melindungi pantai dari gelombang pasang dan angin kencang. Sebagai penopang fisik dan biologi, mangrove dapat menyelamatkan daerah pantai. Di sisi lain, juga dapat menunjang perekonomian masyarakat, karena tempat konservasi mangrove bisa menjadi objek wisata.
5.2.3 Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis Pendayagunaan Sumber Daya Alam
antara lain :
fungsi bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologiberdasarkan posisi geografis sumber daya alam strategi, pengembanganteknologi kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir
sumber daya alam strategis
fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan teknologikedirgantaraan;
fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis
Kawasan lokasi yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumberdaya alam Di Kabupaten Rembang. Adapun macamnya adalah:
a. Kawasan Pengembangan Pertanian Terpadu (KPT)
Merupakan perwujudan kawasan sentra produksi dalam satu kawasan pengembangan pertanian terpadu mulai dari pengolahan lahan, panen dan pengolahan pasca panen dan sampai dengan pemasaran hasil. Pengembangan kawasan ini dilakukan secara bersama-sama secara kelompok/klaster. Kabupaten Rembang mempunyai lokasi kawasan strategis pengembangan pertanian terpadu yaitu Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale, dan Kecamatan Sedan.
Kecamatan Gunem mempunyai potensi di bidang pertanian yaitu sebagai penghasil tanaman jagung dengan luas lahan panen 5.318 Ha dan hasil produksi sebanyak 25.300 ton, selain dapat menghasilkanjagung Kecamatan Gunem juga merupakan Kecamatan dengan hasil produksi tinggi pada buah-buahan pada alpukat, jambu biji, kedondong dan sayuran melinjo. Sedangkan Kecamatan Sale merupakan Kecamatan sebagai penghasil padi dengan luas lahan panen 3.865 Ha dan hasil produksi sebanyak 18.291 ton, ubi kayu luas lahan panen 1025 Ha dengan hasil produksi sebanyak 28.427 ton dan juga menghasilkan produksi tinggi pada tomat dan salak.
Selain Kecamatan Gunem dan Sale, Kecamatan Sedan juga merupakan Kecamatan yang mempunyai potensi pada bidang pertanian dengan penghasil kedelai dengan luas lahan 1.885 Ha dengan hasil produksi 2.004 ton dan sebabagi penghasil buah sawo tertinggi di Kabupaten Rembang. Lokasi kawasan strategis pengembangan pertanian terpadu yaitu Kecamatan Gunem, Sale, dan Kecamatan Sedan berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora dan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.
b. Kawasan Minapolitan
Merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan sistem dan manajemen kawasan integrasi, dengan prinsip efisien, kualitas dan akselerasi. Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra - sentra produksi dan perdagangan komoditas kelautan dan perikanan, jasa perumahan dan kegiatan terkait lainnya.Kecamatan yang arah pengembangannya menjadi penghasil perikanan laut yaitu Kecamatan Rembang, Sarang, Kragan, Kaliori, dan Sluke. Sedangkan kecamatan yang arah pengembangannya menjadi sentra industri pengolahan perikanan laut yaitu Kecamatan Rembang.
Selain sebagai penghasil perikanan Kecamatan Kaliori juga merupakan Kecamatan dengan hasil tinggi pada produksi garam yaitu sebanyak 66.981.76 ton, Kecaamatan Rembang sebanyak 15.038.10 ton dan kecamatan Lasem sebanyak 19.302.73 ton.
5.2.4. Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Antara lain :
tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, floradan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yangharus dilindungi dan/atau dilestarikan;
kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna airyang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklimmakro;
kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkunganhidup;
kawasan rawan bencana alam; atau
kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam danmempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Kawasan lokasi yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yang meliputi:
Kawasan Lindung Gunung Lasem (Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamata Sedan, dan Kecamatan Pancur).
Gunung lasem merupakan sebuah gunung yang terdapat dibagian tengah Kabupaten Rembang membujur mulai dari pegunungan kapur utara dibagian selatan hingga kepesisir utara disebelah Utara. Gunung dengan ketinggian 806 meter dpl ini sebagian besar berada diwilayah kecamatan Lasem Kabupaten Rembang.
Pegunungan ini salah satu yang kawasan yang difungsikan sebagai kawasan lindung. Karena pada kawasan ini terdapat 51 jenis pohon, salah satunya pohon duku woro yang berusia ratusan tahun serta 126 jenis tumbuhan bawah seperti pakis, suplir dan lainnya. Di kawasan ini juga terdaat situs Majapahit.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 523/ Kpts/PD.210/10/2003 menetapkan area tersebut sebagai kawasan varietas unggul duku woro. Pegunungan Lasem juga termasuk area konservasi air, gunung tersebut penopang daerah aliran sungai Lasem dan Blitung, di Kawasan tersebut terdapat delapan mata air, seperti mata air Klumpit, Belik, Tretes, Watu Gunung, dan Jambai.
Perlunya kawasan tersebut di kembagkan menjadi kawasan lindung adalah untuk mengendalikan terjadinya erosi, sedimentasi, bencana banjir, kekeringan, serta memelihara dan melindungi kelestarian fungi hidrologis di daerah bawahannya serta pemasok kebutuhan air di 18 desa di Kawasan Gunung Lasem.
Kawasan ini bernilai konservasi tinggi karena lebih kurang 60 persen dimanfaatkan untuk pertanian Kabupaten Tuban, sedangkan yang 40 persen untuk Kabupaten Rembang.Bahwa dengan adanya data tersebut dapat disimpulkan Gunung Lasem menjadi salah satu Kawasan Strategis Lindung di Kabupaten Rembang. Salah satu fungsi dari Kawasan strategis ini adalah sebagai mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota karena dalam halnya Kawasan Gunung Lasem terdapat kelestarian alam yang harus dilestarikan.
Kawasan Mangrove Pasarbanggi (KMP)
merupakan kawasan pusat pelestarian mangrove teretak di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang. Kawasan hutan Mangrove ini merupakan salah satu cara untuk menangkal abrasi laut yang mengeruk bibir pantai, luas wilayah hutan mangrove kurang lebih 22 hektar dengan panjang 2.900 meter. Jenis tanah di hutan mangrove ini berupa Gromsol berpasir dan lumpur.
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan Pantai Berhutan Bakau berfungsi untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya.
Maka kawasan Mangrove ini difungsikan menjadi kawasan strategis lindung di Kabupaten rembang karena kawasan ini (a) Menjaga garis pantai agar tetap stabil. (b) Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari taut ke darat. (c) Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru. (d) Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun). Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:
sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah kabupaten
sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan)
sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun
sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Dari berbagai strategi dan kebijaksanaan spasial yang berupa rencana tata ruang, disusun indikasi program pembangunan sehingga rencana tata ruang dapat ditindaklanjuti dengan program-program pembangunan melalui prosedur formal perencanaan pembangunan yang ada.Indikasi program utama yang memuat usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Indikasi program utama merupakan acuan utama dalam penyusunan program pemanfaatan ruang yang merupakan kunci dalam pencapaian tujuan penataan ruang serta acuan sektor dalam menyusun rencana strategis. Indikasi program utama lima tahunan disusun untuk jangka waktu rencana 20 tahun.
Pemanfaatan ruang adalah pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata ruang. Dalam hal ini pemanfaatan ruang dilakukan melalui :
Rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu ruang yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang.
Pembiayaan program pemanfaatan ruang melalui mobilisasi, prioritas, dan alokasi pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
Pemanfaatan ruang dilakukan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Arahan pemanfaatan ruang kabupaten khususnya di Kabupaten Rembang adalah:
1. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten;
3. Perwujudan kawasan strategis kabupaten.
6.1 Arahan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten rembang merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Rencana struktur ruang yang dibentuk ini mempunyai fungsi sebagai berikut :
Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten
Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
Berikut merupakan matriks pembanding arahan rencana struktur ruang wilayah kabupaten rembang dengan hasil analisi:
Tabel VI.1.
Matriks Sistem Pusat Kegiatan Struktur Ruang RTRW Kabupaten Rembang dan Hasil Kajian Studio II Kabupaten Rembang
NO
RTRW TAHUN 2011-2031
HASIL ANALISIS STUDIO II
Aspek
Muatan
Lokasi
Muatan
Lokasi
Analisis
1.
Sistem perkotaan
PKL
Perkotaan Rembang
PKL
Perkotaan Rembang
Hanya terdapat di Kecamatan Rembang karena prasarana dan prasarana yang mndukung hanya terdapat di kabupaten rembang.
PKLp
Perkotaan Lasem,perkotaan Pamotan, perkotaan Kragan
PKLp
Perkotaan Lasem,perkotaan Pamotan, perkotaan Kragan, Perkotaan Sarang
Kecamatan Sarang juga merupakan daerah PKLp karena disana pusat pendidikan yang ada sudah lumayan baik dan sarana dan prasanana pendidikannya sudah cukup lengkap. Di dukung dengan adanya pondok pesanren yang di gunakan oleh masyarakan rembang maupun sekitarnya untuk menempuh ilmu.
PPK
Perkotaan Sulang, Perkotaan Sluke, Perkotaan Kaliori, Perkotaan Pancur, Perkotaan Sumber, Perkotaan Bulu, Perkotaan Gunem, Perkotaan Sedan, Perkotaan Sale, Perkotaan Sarang
PPK
Perkotaan Sulang, Perkotaan Sluke, Perkotaan Kaliori, Perkotaan Pancur, Perkotaan Sumber, Perkotaan Bulu, Perkotaan Gunem, Perkotaan Sedan, Perkotaan Sale, Perkotaan Sarang
Disetiap kecamatan yang berada di perkotaan kabupaten rembang merupakan daerah PPK
2.
Sistem Pedesaan
PPL
Desa Padaran Kecamatan Rembang
Desa Mojorembun Kecamatan Kaliori
Desa Landoh Kecamatan Sulang
Desa Krikilan Kecamatan Sumber
Desa Kedungasem Kecamatan Sumber
Desa Tlogotunggal Kecamatan Sumber
Desa Lambangan Wetan Kecamatan Bulu
Desa Kajar Kecamatan Lasem
Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur
Desa Kepohagung Kecamatan Pamotan
Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke
Desa Tahunan Kecamatan Sale
Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem
Desa Pandangan Wetan Kecamatan Kragan
Desa Sendangwaru Kecamatan Kragan
Desa Lodan Wetan Kecamatan Sarang
Desa Gandrirejo Kecamatan Sedan
PPL
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel VI.2.
Matriks Sistem Prasarana Struktur Ruang RTRW Kabupaten Rembang dan Hasil Kajian Studio II Kabupaten Rembang
No
RTRW ESISTING
HASIL ANALISIS STUDIO II
Aspek
Bagian
Sasaran
Lokasi
Sasaran
Lokasi
Analisis
1.
Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi darat
Rencana pengembangan jaringan jalan
Jaringan jalan bebas hambatan
Semarang – Demak - Kudus – Pati – Rembang – perbatasan Jawa Timur melalui Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang
Jaringan jalan bebas hambatan
Jalan Arteri
Tidak terdapat jaringan jalan bebas hambatan di kabupaten rembang
Jaringan jalan nasional
Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang
Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang
Kondisi jalan arteri di kabupater rembang termaksud sedang, ada beberapa luas jalan yang sudah baik dan masi terdapat beberapa jalan yang bergelombang. Letaknya
Jaringan jalan provinsi
Kecamatan Lasem – Kecamatan Pancur – Kecamatan Pamotan – Kecamatan Sedan – Kecamatan Sale – Kabupaten Tuban
Kecamatan Rembang – Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu – Kabupaten Blora
Seluruh kecamatan yang berada di kabupaten rembang dan kabupaten-kabupaten sekitar
Sebagai sarana penghubung antar provinsi dan kabupaten dalam melakukan akses perekonomian maupun akses-akses yang lain
Jaringan jalan kabupaten
Perkotaan Rembang dengan
jalur lintasan melalui Desa Kelurahan Magersari – Desa Waru – Desa Sendangagung – Desa Pulo – Desa Ketanggi – Desa Mondoteko – Desa Ngotet – Desa Weton – Desa Tireman
Perkotaan Rembang dengan jalur lintasan melalui Desa Banyudono – Desa Bogorejo – Desa Sendangagung – Desa Ngadem – Desa Mondoteko – Desa Kedungrejo – Desa Turusgede – Desa Kumendung – Desa Sridadi – Desa Pasarbanggi
Perkotaan Lasem dengan jalur lintasan melalui Jembatan Kiringan – Desa Gedongmulyo – Desa Dasun – Desa Sendangasri
Jalan wisata pantai Kabupaten Rembang
Jalan akses menuju kawasan pertambangan
Jalan poros desa
Jalan lingkungan
Jalan tembus untuk membuka daerah terisolir dan daerah yang mempunyai potensi perekonomian
Pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Rembang
Peningkatan jalan yang menuju ke kawasan Bumi Perkemahan Karangsari Park
peningkatan jalan lokal primer
Di daerah-daerah pedesaan Kecamatan sarang, kecamatan gunem, kecamatan pamotan, kecamatan sedan, kecamatan kaliori, Kabupaten bulu
Jalan lokal yang menghubungkan desa satu kedesa yang lain belum cukup baik sehingga akses masi susah . jalan pertambangan juga belum memadai, masi menggunakan jalan yang di timbun dan luas jalannya sempit
Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan
Rencana pemindahan dan peningkatan fungsi terminal penumpang menjadi tipe A
Kecamatan Rembang
Perkotaan rembang
Di Kabuapten Rembang terdapat 1 terminal tipe A yang terdapat di pekotaan rembang, yang di gunakan sebagai tempat pemberentian bus-bus yang akan menurunkan penumpang yang bertujuan ke da erang rembang dan seterusnya melakukan perjalanan kembali ke daerah-daerah selanjutnya.
-
Rencana pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas angkutan jalan
Pemantapan fungsi terminal penumpang tipe B
Desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem
Terminal tipe B
Sebagai pendukung Akses traspotasi bus-bus kke wilayah lain
pemantapan fungsi terminal penumpang tipe C
Kecamatan Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Pamotann, Kecamatan Sulang, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sale, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke
Terminal Tipe C
Sebagai pendukung Akses traspotasi bus-bus kke wilayah lain
Pemantapan fungsi jembatan timbang
Desa Temperak Kecamatan Sarang
Rencana pengembangan jaringan prasarana perkeretaapian
Pengembangan jaringan jalur kereta api
Jalur komuter Rembang – Pati – Kudus – Semarang
Jalur Cepu – Blora - Rembang – Sluke
Jalur kawasan pertambangan di wilayah Kecamatan Sale dan Kecamatan Gunem ke pelabuhan umum di Kecamatan Sluke
Pengembangan jaringan jalur kereta api
Belum ada pengembangan jaringan jalur kereta api yang menghubungkan kabupaten rembang dengan kabupaten sekitar, maupun kecamatan ke kecamatan lainya yang ada di kabupaten rembang
2.
Rencana pengembangan
sistem prasarana transportasi laut
Wilayah pantai Kecamatan Sluke sebagai pelabuhan pengumpan
Rencana pengembangan sistem prasarana transportasi laut
Kecamatan sluke
Untuk saat ini kabupaten rembang masi memiliki 1 pelabupan penumpang yang berada di kecamatan sluke. Karena dengan adanya satu pelabuhan tersebut, masi bisa memenuhi kebutuhan dan masi mampu membantu trasportasi laut bagi masyarakat kabupaten rembang.
3.
Rencana Sistem Jaringan Energi/ Kelistrikan
pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
pengembangan jaringan pipa bahan bakar minyak
Cepu – Rembang – Pengapon Semarang melalui Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu
pengembangan jaringan pipa bahan bakar minyak
Kabupaten rembang hanya sebagai jalur akses pipa-pipa bahan bakar minyak yang akan di ekspor dari kecamatan cepu ke daerah-daerah lain.
pengembangan stasiun pengisian bahan bakar umum
Setiap kecamatan Kabupaten Rembang
pengembangan stasiun pengisian bahan bakar umum
Setiap kecamatan Kabupaten Rembang
Terdapat di setiap kabupaten rembang karena stasiun pengisisan bahan bakar umum adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang paling utama dalam melakukan kegiatan yang menggunakan alat trasportasi atau pun alat-alat yang membutuhkan bahan bakar.
pengembangan jaringan pipa gas
Kepodang– Rembang – Pati – Jepara – Semarang melalui Kecamatan Kaliori - Kecamatan Rembang - Kecamatan Lasem - Kecamatan Sluke - Kecamatan Kragan - Kecamatan Sarang
pengembangan pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Sluke
pengembangan pembangkit listrik tenaga uap
Kecamatan Sluke
Akan di kembangkan bahan bakar elpiji lebih luas lagi, di karenakan penggunaan elpiji di setiap rumah semakin meningkat.
pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
pembangunan pembangkit listrik tenaga surya
kawasan yang belum terjangkau jaringan listrik
pembangunan pembangkit listrik tenaga surya
kawasan yang belum terjangkau jaringan listrik
Wilayah yang belum ter aliri arus listrik akan di bantuh dengan adanya pembangkit listrik tenaga uap, untuk mencukupi kebutuhan masyrakat skitar
pembangunan energi alternatif
Kecamatan Sluke
pembangunan energi alternatif
Kawasa yang membutukan bantuan energi alternative
Membantuh kekurangan arus tenaga listrik yang belum memadai
Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik berupa pengembangan saluran udara tegangan tinggi
Desa Trahan, Desa Jurangjero, Desa Leran, Desa Binangun, Desa Bonang, Desa Sriombo, Desa Sendangasri, Desa Dasun, Desa Gedongmulyo, Desa Dorokandang di Kecamatan Lasem dan Desa Punjulharjo, Desa Tritunggal, Desa Pasarbanggi, Desa Tireman, Desa Gedangan, Desa Kabongan Kidul, Desa Ngotet, Desa Leteh di Kecamatan Rembang
Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik berupa pengembangan saluran udara tegangan tinggi
Desa Trahan, Desa Jurangjero, Desa Leran, Desa Binangun, Desa Bonang, Desa Sriombo, Desa Sendangasri, Desa Dasun, Desa Gedongmulyo, Desa Dorokandang di Kecamatan Lasem dan Desa Punjulharjo, Desa Tritunggal, Desa Pasarbanggi, Desa Tireman, Desa Gedangan, Desa Kabongan Kidul, Desa Ngotet, Desa Leteh di Kecamatan Rembang
Tersebar di seluruh pedesaan kabupaten rembang
Penambahan dan perbaikan jaringan listrik pada daerah yang belum terlayani
Masi terus berlanjut di setiap kawasan-kawasan yang memerlukan perbaikan dan penambahan jaringan listrik.
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan jaringan nirkabel dengan pembangunan dan penggunaan
menara telekomunikasi bersama
Di wilayah kecamatan Kabupaten Rembang
Di setiap wilayah yang membutuhkan di kecamatan kabupaten rembang
Jaringan nirkabel dan penggunaan menara telekomunikasi kebanyakan masyarakat atau perumahan sudah tidak menggunakan jaringan nirkabel di karenakan sudah adanya perkembangan teknologi telepon genggam/HP.
Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Jaringan sumberdaya air meliputi WS
WS Jratun Seluna dan WS Bengawan Solo
Jaringan sumber air
Semua kecamatan yang berada di kabupaten rembang
Sebagian lokasi yang sudah teraliri oleh PDAM dan sebagian masyarakat juga memanfaatkan air dari embung sebagai kebutuhan sehari-hari.
Jaringan sumber daya air strategis Nasional,
DAS Randugunting, DAS Widodaren, DAS Anyar, DAS Capluk, DAS Sambung, DAS Panggang, DAS Jambangan DAS Kiringan, DAS Lasem, DAS Keris, DAS Dukoh, DAS Bonang / Nyamplung, DAS Kladen, DAS Banu, DAS Jatisari, DAS Dalananyar, DAS Sanduk, DAS Grasak, DAS Randualas, DAS Kepel, DAS Kresak, DAS Kesambi, DAS Belitung/Ngepang dan DAS Wangon
Mengurangi luapan air di pinggir sungai
DAS Randugunting, DAS Widodaren, DAS Anyar, DAS Capluk, DAS Sambung, DAS Panggang, DAS Jambangan DAS Kiringan, DAS Lasem, DAS Keris, DAS Dukoh, DAS Bonang / Nyamplung, DAS Kladen, DAS Banu, DAS Jatisari, DAS Dalananyar, DAS Sanduk, DAS Grasak, DAS Randualas, DAS Kepel, DAS Kresak, DAS Kesambi, DAS Belitung/Ngepang dan DAS Wangon
Diakibatkan luapan dan kiriman air hujan dari daerah hilir ke daerah hulu.
Rencana pembangunan dan pengelolaan embung
Embung Lodan, Embung Banyukuwung, Embung Grawan, Embung Panohan, Embung Tlogo, Embung Gedari, Embung Trenggulunan
Berfungsinya pengelolaanembung
Kecamatan sarang, Kecamatan sumber, Kecamatan gunem,
Beberapa embung digunakan untuk memenuhi kebutuhan di beberapa desa yang belum teraliri oleh jaringan PDAM
Rencana Jaringan Prasarana Lingkungan
Pengelolaan sistem jaringan persampahan
revitalisasi tempat pemrosesan akhir menjadi tempat pengolahan
sampah terpadu
Desa kerep, kecamatan sulang
Pengelolaan sampah terpadu
Kecamatan sulang, kecamatan sedan
Terdapat 1 TPA di kecamatan sulang dan di rencanakan akan di bangun TPA Berikutnya di kecamatan sedan.
pembangunan tempat penampungan sementara
Kecamatan Sedan
Tempat penampungan sampah terpadu
Kecamatan rembang, kecamatan lasem, kecamatan pamotan, kecamatan sulang
Hampir semua tempat pembuangan sampah sementara di kkabupaten rembang di gunakan dengan baik sesuin kebutuhannya
Pengelolaan sistem drainase
Sistem drainase
Kecmatan kaliori, kecamatan rembang, kecamtan sarang, kecamatan sumber.
Drainase yang berada di kabupaten rembang belum cukup baik karena beberapa kecamatan di kabupaten rembang berada di tempat yang datar. Kelerengannya berada di ketinggian 0-2 %
Pengembangan sistem pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah
Kecamatan lasem. Kecamatan kaliori, kecamatan rembang
Pengelolaan air limbah
Kecamatan lasem. Kecamatan kaliori, kecamatan rembang
Pengelolaan air limbah beracun menjadi air limbah tidak beracun, sehingga pembungannya di lakukan langsung di laut. Sehingga tidak mengganggu atau merusak ekosistem laut.
Pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Peningkatan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Seluru kecamatan di kabuapten rembang
Peningkatan fasilitas sosial dan fasilitas umum
Seluru kecamatan di kabuapten rembang
Meningkatkan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang akan di ada kan di setiap wilayah guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam segi pendidikan dan kebutuhan keagamaan, ekonomi maupun sebagainya.
Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana
Mengurangi korban bencana alam
Kecamatan sale
Meningkatkan fasilitas penanganan korban bencana bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sumber: Analisis Penyusun 2016
6.2. Arahan Rencan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Pola Ruang Merupakan distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
Berikut adalah matriks arahan rencana pola ruang wilayah kabupaten dengan hasil analisis:
Tabel VI.3
Matriks Arahan rencana pola Ruang RTRW Kabupaten Rembang dan Hasil Kajian Studio II Kabupaten Rembang
RTRW Tahun 2011-2031
Hasil Analisis
Ketentuan Pokok
Peruntukan
Muatan
Lokasi
Muatan
Lokasi
Analisis
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung
Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke
Kawasan lindung
Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke
Daerah penyimpana cadangan air tanah dalam batuan kapur, dengan Luas yang ditentkan adalah 2451 Ha.merupkan kawasan Bukit Lasem yang memiliki ketinggian 806 mdpl. Sksn menjadi kawasan yang akan berfungsi sebagai kawasan hutan..
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan resapan air
Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale , Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pancur
Kawasan sepadan air
Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale , Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pancur
Akan di adakan penjagaan ketat agar tidak terjadi bencana alam yang di sebabkan akibat pengambilan batu atau pasir yang menyebabkan tanah longsor dan sebagainya.
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan sempadan pantai
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
Kawasan sepadan pantai
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
Telah di adakan di sebagian kecamatan tembok pemecah gelombang agar tidak jauh menuju ke daratan.
Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi
Pengelolaan sepadan sungai
Seluruh kawasan, khususnya Sungai Karanggeneng di kecamatan kragan, Sungai Babagan, Sungai di kecamatan Sluke, dan Sungai Temperak di kecamatan darang
Di adakan tanggul agar bisa menompang tanah yang ada di pinggiran sungai agar tidak terjadi longsor. Sehingga masyarakat akan dengan nyaman berada di daerah tersebut.
kawasan sekitar waduk/ embung/ bendung
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Gunem, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Pamotan
digunakan sebagai kawasan irigasi dan tempat berwisata. Embung di Kabupaten Rembang telah membangun beberapa Waduk/Embung besar sehingga mempunyai pemandangan yang cukup bagus. Namun karena kekurangan data, tim tidaak bisa menampilkan kawasan ini
Kawasan sekitar mata air
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur,
Kecamatan Bulu,
Kecamatan Sluke
Kawasan mata air
Seluruh wilayah kabupaten rembang
Sebagai irigasi dan konsumsi masyarakat. Namun dengan berkurngnya kawasan kapur yang berfungsi sebagai imbuhan air sering terjadi kekeringan.
Kawasan sekitar sempadan jalan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori,
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke,
Kawasan sekitar sempadan jalan
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, kecaamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Pancur, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan, Sulang, Kecamatan Bulu
Sempadan jalan di abupaten Rembang diambil pada jalan Arteri dan Kolektor di Kabupaten Rembang
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Cagar alam
Cagar alam Gunung Butak Kecamatan Gunem dan Kecamatan Sale
Cagar alam Gunung Butak Kecamatan Gunem dan Kecamatan Sale
kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata. Di kabupaten Rembang kawasan ini difungsikan lebih kepada lokasi pariwisata. Karena mempunyai keunikan tersendiri. Baik wisata alam, maupun wisata budaya.
Taman wisata alam
Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kecamatan Sale
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Taman wisata alam
Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kecamatan Sale
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kecamatan Rembang,
Kecamatan Lasem,
Kecamatan Bulu,
Kecamatan Kragan,
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kecamatan Rembang,
Kecamatan Lasem,
Kecamatan Bulu,
Kecamatan Kragan,
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
Kawasan perairan Pulau Gede dan kawasan perairan Pulau Marongan
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
Kawasan perairan Pulau Gede dan kawasan perairan Pulau Marongan
Kawasan hutan bakau
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem
Kawasan hutan bakau
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem
Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan banjir
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Sumber
-
-
Karena banjir di Kabupaten Rembang sebenarnya adalah banjir luapan sungai yang mana kawasan tersebut adalah kawasan sempadan sungai, sehingga tim tidak memasukkan dalam peta pola ruang.
Kawasan rawan gerakan tanah/ longsor
Kecamatan Pancur, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Gunem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sale, Kecamatan Sedan
-
-
Kawasan gerakan tanah ini terletak di kawasan bukit lasem, dan kawasan ini sudah masuk dala kawasan lindung yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya. Sehingga tim tidak memasukkan dalam peta pola ruang.
Rencana Kawasan Lindung
Kawasan rawan bencana
Kawasan rawan gelombang pasang/ abrasi
Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kaliori
Kawasan rawan gelombang pasang/ abrasi
Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, , Kecamatan Sluke, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kaliori
Kawasan ini terletak di pesisir rembang yang tidak dilinungi oleh mangrove atau karena jenis tanah/btuan yang mudah terabrasi oleh ombak.
Kawasan rawan kekeringan
Kecamatan Sumber , Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori
Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
-
-
Kawasan ini tidak dimasukkan daalaam peta karena kawasan ini medominasi di Kabupaten Rembang.
Kawasan lindung geologi
Kawasan imbuhan air
Cekungan Watuputih dan Cekungan Lasem
-
-
Karena kekurangan data, tim tidak memasukkan awasan ini dalam peta pola ruang,
Kawasan lindung lainnya.
Kawasan perlindungan plasma-nutfah
-
-
Karena kurangnya pengetahuan tim dan kekurangan data mengenai kawasan teersebut, maka kawasan tersebut tidak masuk dalam peta
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan hutan produksi terbatas
Kecamatan Gunem
Kecamatan Sale
-
-
Kawasan ini tim sangat minim data, sehingga kawasan hutan di Kabupaten Rembang tidaak dipisah-pisah dalam peta pola ruang ini. namun kawasan hutan produksi ini terdapat yang di tanami tanaman oleh KPH, dan juga hutan rakyat
banyak menanam pohon sengon,
Kawasan hutan produksi tetap
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sarang
-
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sarang
Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pamotan
-
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan tanaman pangan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Kawasan peruntukan tanaman pangan
Kecamatan Sarang, Kecamatan sedan, Kecamatan pamotan, Kecamatan kragan, Kecamatan sale, Kecamatan Rembang
Salah satu hasil unggulan holtikuturana adalah cabai merah, karena lebih pedas dan lebih tahan lama dari pada cabai merah yang dihasilkan oleh wilayah lain. Masalah yang didapat adalah ketika sumber pengairan yang kering saat musim kearau tiba
Kawasan peruntukan hortikultura
Lahan Tegalan
Seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Rembang
Kekurangan data menyebabkan tim tidak dapat memasukan data analisis secara lengkap, sehingga hanya menyajikan lahan peruntukan tegalan secara umum.
Kawasan peruntukan perkebunan
Kawasan peruntukan peternakan
Kawasan peruntukan perikanan
Budidaya air tawar
Kawasan budidaya air payau
Kecamatan Pamotan; Kecamatan Sale; Kecamatan Rembang; Kecamatan Bulu; Kecamatan Kragan; dan Kecamatan Sulang
-
-
Tim tidak memiliki cukup data untuk menganalisis, sehingga tidak memasukkan kawasan dalam peta.
Kawasan peruntukan pertambangan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
-
-
Kawasan pertambangan sangat banyak dan tersebar di berbagai kecamatan. namun kekurangan data untuk analisis menyebabkan tidak di sajikannnya dalam peta.
Kawasan peruntukan industri
Indstri besar
kawasan industri Rembang di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang; kawasan industri Sluke di Desa Leran dan Trahan Kecamatan Sluke dan Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke; dan kawasan industri pertambangan di wilayah Kecamatan Gunem.
Industri besar
Kecamatan rembang, kecamatan Gunem, kecamatan sluke
Terdapat kawasan industri pengolahan ikan, industri semen, dan industri kawis
Industri menegah
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Industri menegah
Di sepanjang koridor jalan pantura adalah yang paling dominana. Dan tersebar berbagai kecamatan di kabupaten Rembang
Antara lain industri pengolahan ikan, terasi, batik, meubelair, kecap, gula dan lain-lain.
Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan peruntukan pariwisata
Pengembangan wisata alam
Pantai Pasir Putih Tasikharjo di Kecamatan Kaliori
Pulau Gede dan Pulau Marongan di Kecamatan Rembang
Pantai Soka di Kecamatan Sluke
Wisata Alam Kajar, Watu Layar dan Pantai Caruban Gedongmulyo
Wisata alam
Kaliori
Pulau Gede dan Pulau Marongan di Kecamatan Rembang
Sarana dan prasarana yang ada di tempat tersebut harus di perbaiki dan di lengkapi, agar pengunjung dapat menikpati dan mendapatkan kepuasan dalam mengunjugi tempat wisata yang berada di kabupaten rembang tersebut.
Pengembangan wisata budaya
Makam Sunan Langgar di Kecamatan Sluke
Makam RA Kartini di Kecamatan Bulu
Situs Plawangan dan Situs Selodiri Terjan di Kecamatan Kragan
Pengembangan wisata budaya
Makam Sunan Langgar di Kecamatan Sluke
Makam RA Kartini di Kecamatan Bulu
Situs Plawangan dan Situs Selodiri Terjan di Kecamatan Kragan
Pemasaran yang di lakukan harus cukuo kuat agar banyak pengunjung yang akan mendatangi tempat tersebut. Sehingga wisata yang berada di kabupaten rembang dapat terkenal bukan hanya di jawah tengan melainkan daerah-daerah lainya.
Pengembangan wisata buatan/binaan manusia.
Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang
Taman Rekreasi Pantai Kartini di Kecamatan Rembang
Pengembangan wisata buatan/binaan manusia.
Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang
Taman Rekreasi Pantai Kartini di Kecamatan Rembang
Di bangun seindah mungkin agar masyaarakat tertarik untuk berkunjung ke tmpat itu
Kawasan peruntukan permukiman
Kawasan peruntukan permukiman perdesaan
Seluruh kecmatan di Kabupaten Rembang
Kawasan peruntukan permukiman perdesaan
Seluruh kecmatan di Kabupaten Rembang
Lokasi pedesaan yang pantas untuk di jalikan lokasi menataan permukiman pedesaan harus di perhatikan dengan baik penataannya
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
-
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
Perkotaan Rembang dan Lasem
Kawasan permukiman perkotaan akan di tata dengan baik perlrtakannya sesui degan sarana dan prasarana yang di miliki.
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Pulau Gede dan Pulau Marongan
-
Pulau Gede dan Pulau Marongan
Kawasan peruntukan budidaya lainnya
Kawasan pertahanan dan keamanan
-
-
-
-
Kawasan bumi perkemahan
Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang
-
-
-
Sumber: Analisis Penyusun 2016
6.3. Arahan Penetapan Kawasan- Kawasan Strategis Kabupaten Rembang
Kawasan strategis wilayah kabupaten Rembang ditetapkan berdasarkan:
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan;
kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari dasar-daar diatas, maka kawasan strategis di Kabupaten Rembang diarahkan menjadi :
Tabel VI.4.
Arahan Penetapan Kawasan-Kawasan Strategis Kabupaten
No.
Rtrw Kab. Rembang 2011-2031
Analisis Studio 2
Keterangan
Aspek
Muatan
Lokasi
Aspek
Muatan
Lokasi
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Bahari Terpadu (KBT)
Kecamatan Rembang
-
-
-
Merupakan wilayah yang berpotensi sebagai obyek wisata sekaligus sebagai wilayah untuk konsentrasi pengembangan sektor perikanan dan pelabuhan niaga, yang berlokasi di Kecamatan Rembang. Dalam analisis Studio 2, penyususn tidak memasukkan KBT dalam kawasan Strateis, karena muatan ini sudah termasuk dalam intisari dari Rembang Seafront Citydan Kawasan Strategis Rembang kota Minapolitan.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Bonang-Binangun-Sluke (BBS)
Kecamatan Lasem, dan Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
-
-
-
Merupakan kawasan wisata terpadu, mulai dari pariwisata religi, permainan, resto, pengnapan, dan alam. Namun karena kawasan ini belum selesai dikembangkan, dan kawasan ini termasuk kawasan pesisir. Maka analisis kami mengambil kesimpulan bahwa kawasan ini termasuk dalam Kawasan Strategis Rembang Seafront City .
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Pengembangan Pertanian Terpadu (KPT)
Kecamatan Sulang
Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber daya alam
Kawasan Pengembangan Pertanian Terpadu (KPT)
Sale, Gunem, Sulang
Hasil pertanian yang cukup melimpah dan di dukung oleh adanya pengairan irigasi yang memadai, diharapkan potensi pertanian di Kabupaten Rembang dapat semakin unggul dan lebih produktif.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Agropolitan Rembang (KAR)
Kecamatan Sulang, Kecamatan Pamotan
-
-
-
Merupakan pembudidayaan pertanian, dari pembibitan hingga pengolahan produk. Dalam analisis studio 2, kawasan strategis ini lebih cenderung mirip dengan kawasan Strategis Pertanian Terpadu, dari jenis pertanian hingga wilayah cakupannya. Sehingga analisis kami menggabungkan Kawasan Srategis ini dengan KPT.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Pelabuhan dan Sekitarnya (KPS)
Pelabuhan Tasikagung, Rembang dan PUN Sluke.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Pelabuhan Sluke
PUN Sluke dan Kawasan Industri sekitarnya
Dalam RTRW, kawasan strategis pelabuhan terdapat di 2 lokasi, yaitu di Kecaman Rembang (PPI) dan Pelabuhan Sluke (PUN). Namun dalam analisis studio 2 menganalisis kawasan Strategis ini hanya kawasan pelabuhan sluke dan kawasan industri di sekitarnya. Karena, kawasan PPI Rembang sudah tergabung dalam Kawasan Strategis Rembang Kota Minapolitan yang memang khusus pada pengembngan sumberdaya kelautan. Sementara pada PUN Sluke adalah Pelabuhan yang melayani berbagai angkutan, khususnya industri.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Tumbuh Cepat Koridor Jalur Pantura (KTCKP)
Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Rembang Kota Pantura
Kawasan koridor pantura Rembng memiliki mrmiliki kawasan cepat tumbuh, antara lain di perkotaan Rembang, Perkotaan Lasem, Perkotaan Sluke, Perkotaan Kragan, dann perkotaan Sarang. Hal ini karena kawasan tersebut adalah pusat pemerintahan Kecamatan dan pasar. Dalam analisis studio 2, kawasan pantura rembang adalah pusat interaksi masyarakat. Kegiatan kebudayaan sering diadakan di pinddir jalan pantura. Penadaan karnaval masyarakat juga sering di adakan di jalur pantura.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Kota Pantai Unggulan (Seafront City)
Sepanjang pesisir Kabupaten Rembang
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Rembang Seafront City
Sepanjang pesisir Kabupaten Rembang
Menggali potensi bahari, baik dari sumberdaya, pariwisata, dan kebudayaannya didukung dengan peningkatan isnfrastruktur yang baik. Sehingga diharapkan dapat menjadi kawasan pesisir yang unggul dan dapat dinikmati masyratakat.
Kawasan Strategis Penunjang Ekonomi
Kawasan Minapolitan
Kawasan pesisir dan kawasan pengolahan hasil perikanan
Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber daya alam
Rembang Kota Minapolitan
Kawasan pesisir dan kawasan pengolahan hasil perikanan
Meruakan pengolahan potensi kelautan dengan berbagai cara, sehingga dapat meningkatkan perekonomian wilayah.
Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan
Kawasan Lindung Gunung Lasem (KLGL)
Kecamatan Lasem, Pancur, Sluke, Sulang
Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan
Kawasan Lindung Gunung Lasem (KLGL)
Kecamatan Lasem, Pancur, Sluke, Sulang
Kawasan lindung yang sangat penting, karena selain kelerengan yang curam, juga merupakan kawasan Karst yang dapat menyimpan cadangan air.
Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan
Kawasan Mangrove Pasarbanggi (KMP)
Kecamatan Rembang
Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan
Kawasan Mangrove Pasarbanggi (KMP)
Kecamatan Rembang
Merupakan kawasan konservasi Mangrove yang kondsinya cukup baik. Dan juga sebagai lokasi wisata. Hutan mangrove ini sangat penting, karena untuk mengatasi abrasi pantai Utara Rembang yang lokasinya berdekatan dengan jalan Nasional.
-
Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kota Pussaka Lasem
Kecamatan Lasem sudah di akui dunia sebagai Kota Pusaka, karena Lasem mempunyai pengaruh kebudayaan tiongkok, india, dan islam. Dibuktikan dengan peningglan berupa bangunan dan kebiasaan masyarakat. Disana terdapat Kawasan Pecinan dan Kawasan Pesantren yang berdekatan. Ditambah terdapat industry batiklasem yang cukup terkenal.
-
Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Kota Santri Sarang
Kecamatan Sarang memiliki keunikan tersendiri, yaitu terdapat kawasan pendidikan Islam (pesantren) hingga terdapat beberapa perguruan tinggi islam. Sehingga Kecamatan Sarang sering sebagai rujukan masyarakat Kabupaten Rembang dan Kabupaten sekitarnya sebagai tempat menuntut ilmu.
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Penetapan Kawasan Strategis di kabupaten Rembang sesuai analisis Studio 2 ini, terdapat perbedaan dengan RTRW lama, antara lain Kawasan Bahari Terpadu (KBT) masuk dalam kriteria Rembang Kota Minapolitan, sehingga digabungkan. Bonang Binangun Sluke (BBS) termasuk kriteria Seafront City Rembang, sehingga digabungkan. Kawasan Agropolitan termasuk dalam kriteria Kawasan Pengembangan Pertanian Terpadu (KPT) sehingga digabungkan. Sementara kawasa Pelabuhan dan sekitarnya, daari RTRW 2011 berlokasi di Pelabuhan Rembang dan Pelabuhan Sluke. Dalam analisis studio 2 memilih lokasi yaitu Pelabuhan Sluke daan kawasan Industri sekitarnya. Adapun penambahan kawasan strategis yaitu Kota pusaka lasem dan Kota Santri Sarang yang berlokasi di Perkotaan Lasem dan Perkotaan Sarag, yang mana pada RTRW 2011 belum tercantum.
6.4. Arahan Indikasi Program Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Rembang
Indikasi Program utama memuat uraian tentang program, kegiatan, sumber pendanaan, instansi pelaksana serta waktu dalam tahapan pelaksanaan RTRW Kabupaten. Perumusan Program Pembangunan ini perlu memperhatikan program-program yang telah disusun oleh Departemen / Instansi di Pusat maupun di Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan pembangunan daerah, prioritas pembangunan tetap diletakkan pada peningkatan pertumbuhan di bidang ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan pertanian secara luas, pengelolaan pertambangan, pengembangan jasa-jasa dan pembangunan transportasi wilayah. Pembangunan bidang lainnya dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, dan sesuai dengan potensi dan permasalahan perwilayahan di Kabupaten Rembang.
Penyusunan program dalam rangka pemantapan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya didasarkan pada potensi pengembangan spasial maupun sektoral yang 9kdihadapi di daerah, tujuan penanganan, dan dikaitkan pada alokasi pemanfaatan ruang bagi sektor yang bersangkutan. Pengembangan kawasan budidaya sebagai pengisian dari rencana pembangunan daerah, sebagaimana telah dikemukakan, akan dibatasi oleh pendeliniasian dan pemantapan terlebih dahulu kawasan yang berfungsi lindung dan yang seharusnya berfungsi lindung.
Dalam penyusunan indikasi program penataan ruang ini ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Disusun berdasarkan arahan pemanfaatan ruang pada RTRW yaitu pada rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan strategis daerah.
Disusun atas dasar potensi dan permasalahan sektoral di daerah
Diurutkan berdasarkan tingkat kepentingan penanganan skala prioritas dan yang mempunyai peranan yang besar.
Disusun dengan memperhatikan keterpaduan usaha-usaha pembangunan antar sektor sesuai dengan tujuan pengembangan wilayah Kabupaten Rembang.
Secara umum, sektor yang akan disusun indikasi program pembangunannya adalah sektor / sub sektor yang langsung memanfaatkan ruang (sebagai implikasi dari rencana tata ruang yang telah disusun), beserta lokasi realisasi program dalam kurun waktu perencanaan tertentu, instansi pengelola dan kemungkinan eksploitasi dana. Indikasi program selengkapnya sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel VI.5
Indikasi Program Kegiatan di Kabupaten Rembang
No.
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
5 TH (I)
2017-2022
VI
2022
I
2017
II
2018
III
2019
IV
2020
V
2021
A
Perwujudan Struktur Ruang
1
Perwujudan Pusat Kegiatan
1.1 Pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan wilayah perkotaan Rembang sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Perkotaan Kabupaten Rembang
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan
APBD,Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
PU Cipta karya kab, PDAM, KLH, Dinperindagkop, Dinpendik, Distanhut
b. Pengembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan
APBN, APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
DPPKAD, Bappeda, DPU, Bag. Hukum, Kecamatan, Desa
1.2 Pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan wilayah perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Perkotaan Lasem, Perkotaan Pamotan, Perkotaan Kragan
Perkotaan Sarang
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan
APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
DPU, PDAM, Dinkes, KLH, Dinperindagkop& Distanhut
Pengembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan
APBD, Inventaris swasta dan/atau kerja sama pendanaan
DPPKAD, Bappeda, DPU, Bag. Hukum, Kecamatan, Desa
1.3 Pemantapan fungsi peran dan kemampuan pelayanan perkotaan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Perkotaan Sarang,
Perkotaan Sluke,
Perkotaan Pancur,
Perkotaan Kaliori,
Perkotaan Sulang,
Perotaan Sumber,
Perkotaan Gunem,
Perkotaan Bulu,
PerkotaanSedan,
Perkotaan Sale
Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkotaan
APBD, Inventaris swasta dan/atau kerja sama pendanaan
DPU, PDAM, Dinkes, KLH, Dinperindagkop&UMKM, Dinpendik, Distanhut, Kecamatan, Desa
Pengembangan Pembiayaan Pembangunan Perkotaan
APBD, Inventaris swasta dan/atau kerja sama pendanaan
Bappeda, DPU, Bag. Hukum, Kecamatan, Desa
1.4 Perwujudan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
PPL Desa Padaran Kecamatan Rembang, Desa Mojorembun Kecamatan Kaliori, Desa Landoh dan Desa Sudo Kecamatan Sulang, Desa Krikilan, Desa Kedungasem dan Desa Tlogotunggal Kecamatan Sumber, Desa Lambangan Wetan Kecamatan Bulu, Desa Kajar Kecamatan Lasem, Desa Tuyuhan Kecamatan Pancur, Desa Japerejo dan Desa Kepohagung Kecamatan Pamotan, Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke,
APBD, Inventaris swasta dankerja sama pendanaan
Bappeda, DPU, DPPKAD, BPMP&KB, KLH, Dintanhut, Dinlutkan, Dinperindagkop&UMKM, Bag Hukum, Kecamatan, Desa
a. Pembangunan prasarana dan sarana kawasan
Desa Tahunan Kecamatan Sale, Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem, Desa Pandangan Wetan dan Desa Sendangwaru Kecamatan Kragan, Desa Lodan Wetan Kecamatan Sarang Desa Gandrirejo Kecamatan Sedan
APBD,Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
DPU, PDAM, KLH, Dinperindagkop, Dinpendik, Distanhut,
b. Pengembangan pusat kegiatan lokal
APBD,Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
BAPPEDA, DPU, Dinperindagkop, Dinpendik, Distanhut
2
Perwujudan Sistem Prasarana
Kabupaten Rembang
2.1.
Perwujudan sistem jaringan transportasi
. 1. peningkatan arteri primer jalan pantura yang menghubungkan Kecamatan Kaliori – Kecamatan Rembang – Kecamatan Lasem – Kecamatan Sluke – Kecamatan Kragan – Kecamatan Sarang
Kabupaten Rembang
APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
Bina Marga Prov, DPU Kab
b. peningkatan dan pengembangan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan provinsi :
1. peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan Rembang – Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu menuju ke arah Kabupaten Blora.
Kecamatan Rembang – Kecamatan Sulang – Kecamatan Bulu
APBD, Inventaris swasta dan/atau kerja sama pendanaan
Bina Marga Prov, DPU Kab
2. peningkatan jalan yang menghubungkan Kecamatan Lasem – Kecamatan Pancur – Kecamatan Pamotan – Kecamatan Sedan - Kecamatan Sale - Kabupaten Tuban (Provinsi JawaTimur)
Kecamatan Lasem – Kecamatan Pancur – Kecamatan Pamotan – Kecamatan Sedan - Kecamatan Sale
APBD, Inventaris swasta dan/atau kerja sama pendanaan
Bina Marga Prov, DPU Kab
c. pengembangan dan peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kabupaten
1. pembangunan jalan wisata pantai Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang
APBD, Inventaris swasta dankerja sama pendanaan
DPU Kab.
2. pembangunan jalan akses menuju kawasan pertambangan
Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale
Idem
Idem
3. peningkatan jalan poros desa
Kabupaten Rembang
Idem
Idem
4. peningkatan jalan lingkungan
Kabupaten Rembang
Idem
Idem
5. pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang
Idem
Idem
e. pembangunan prasarana transportasi laut
1. Pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang dalam rangka peningkatan fungsi pelabuhan penumpang
Kecamatan Sluke
APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
Kementerian Perhubungan, Dishubkominfo, Kanpel Rembang
2.2. Perwujudan sistem jaringan energi dan kelistrikan
1. pengembangan pembangkit listrik
Kabupaten Rembang
APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
PLN
2. peningkatan kapasitas terpasang listrik
APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
PLN
3. pengembangan energi alternatif
APBD, inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
KLH, Distanhut
2.3.Perwujudan sistem jaringan sumberdaya air
1. penyediaan air baku dengan pengelolaan dan pembangunan waduk/embung/bending
1. Embung Lodan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
DPU, Bag. Pemerintahan, Kecamatan dan Desa
2. Embung Banyukuwung
3. Embung Grawan
4. Embung Panohan;
5. Embung Kaliombo;
6. Embung Tlogo;
7. Embung Gedari;
8. Embung Trenggulunan; dan
9. potensi embung lainnya.
2. pengembangan jaringan irigasi
Jaringan Irigasi Kabupaten Rembang
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
PSDA Prov, DPU, Masyarakat
2.4.Perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
a. Pembangunan tower BTS (Base Tranceiver Station) yang digunakan secara bersama (menara telekomunikasi bersama)
Kabupaten Rembang
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dishubkominfo, KPPT, Kecamatan, Desa, Investor
2.5.Perwujudan jaringan prasarana lingkungan
pembangunan prasarana drainase permukiman perkotaan dan perdesaan
Kabupaten Rembang
Idem
Idem
penataan sistem prasarana drainase secara terpadu meliputi primer, sekunder dan tersier
Kabupaten Rembang
Idem
Idem
pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang
Idem
Idem
B
Perwujudan Pola Ruang
1
Perwujudan Kawasan Lindung
1.1. Pemantapan kawasan hutan lindung
Kabupaten Rembang
a. Pemantapan batas kawasan hutan lindung
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dintanhut, BAPPEDA, BPN, ESDM, KLH, Bag Pemerintahan, Bag Hukum
b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan
Idem
Idem
1.2. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan di bawahnya (Kawasan resapan air)
Kabupaten Rembang
a. Penetapan batas kawasan resapan air (catchment area)
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
KLH, BAPPEDA, Dintanhut, ESDM, Dinlutkan, KLH, DPU, Bag. Pemerintahan, Bag. Hukum
1.3. Pelestarian kawasan perlindungan setempat
1.3.1.Pelestarian kawasan sempadan pantai
Kec. Sarang, Kragan, Sluke, Lasem, Rembang, Kaliori
a. Penetapan batas kawasan sempadan pantai
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
BAPPEDa, DPU, Dinas PSDA Prov, Kantor Pertanahan, Dinas ESDM, KLH, Dinlutkan, Dinhubkominfo, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum,
b. Perencanaan bangunan pengaman pantai
Idem
Dinas PSDA Prov, PU cipta karya, Kantor Pertanahan, Dinas ESDM, KLH, Dinlutkan, Bappeda, Dinhubkominfo, Bagian Pemerintahan
c. Pembangunan prasarana pengaman pantai
Kec. Sarang
Idem
Dinas PSDA Prov, PU Cipta karya
Kec. Kragan
Idem
Idem
Kec. Sluke, desa
Idem
Idem
Kec. Lasem
Idem
Idem
Kec. Rembang
Idem
Idem
Kec. Kaliori
Idem
Idem
Idem
Idem
e. Peningkatan kegiatan penanaman mangrove
Idem
KLH, Dinlutkan, Distanhut, Bappeda, BPMP&KB, Kecamatan, Desa
1.3.2.Kawasan sempadan sungai / irigasi
Kabupaten Rembang
a. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan
Idem
Idem
1.3.4. Kawasan sekitar mata air
Sumber mata air se Kabupaten Rembang
a. Penetapan kawasan sekitar mata ait
Idem
Idem
1.4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
1.4.1.Pelestarian Cagar Alam Gunung Gutak di Kec. Gunem
Kec. Gunem
a. Penetapan kawasan cagar alam
Idem
Idem
1.4.2.Pelestarian kawasan taman wisata alam
Wisata alam se Kabupaten Rembang
a. Penetapan kawasan taman wisata alam
Idem
Idem
b. Pemantauan kegiatan sekitar kwasan
Idem
Idem
1.4.3.Pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan di Kabupaten Rembang
a. Penetapan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan dan penyusunan rencana tindak pengelolaan kawasan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dinbudparpora, Bappeda, Kantor Pertanahan, Bagian Pemerintahan, BPMPKB, Dinpendik
b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan sekitar kawasan
Idem
Idem
1.5. Kawasan rawan bencana alam
1.5.1. Kawasan rawan bencana banjir
Kabupaten Rembang
a. Penetapan Kawasan Rawan Bencana dan penyusunan rencana tindak manajemen bencana banjir
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Kantor Kesbangpolinmas, Satpol PP, DPU, Dinkes, Dinhubkominfo, Dinperindagkop, Dinpendik, Distanhut, ESDM, KLH, BAPPEDA, Kantor Pertanahan, Bagian Pemerintahan, Bagian kesra
1.5.2. Kawasan rawan gelombang pasang/abrasi
Kec. Sarang, Kragan, Sluke,Lasem, Rembang, Kaliori
a. Penetapan Kawasan Rawan Bencana dan penyusunan rencana tindak manajemen bencana gelombang pasang/abrasi
Kecamatan rembang dan lasem
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Kantor Kesbangpolinmas, Satpol PP, DPU, Dinkes, Dinhubkominfo, Dinperindagkop Dinpendik, Distanhut, ESDM, KLH, Bappeda, Kantor Pertanahan, Bagian Pemerintahan, Bagian kesra,
1.5.3. Kawasan rawan bencana gerakan tanah/tanah longsor
Kabupaten Rembang
a. Penetapan kawasan rawan bencana gerakan tanah/tanah longsor
Idem
Idem
2
Perwujudan Kawasan Budidaya
1.1 Kawasan Pertanian
1. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Distanhut, BKP4K, Kantor Pertanahan, Bagian Perekonomian, Dinlutkan, Bagian Pemerintahan, Kecamatan, Desa
2.Pengembangan Kawasan Pertanian terpadu
1.2 Kawasan perikanan
Kawasan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang
1. Pengembangan kawasan budidaya air tawar
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dinlutkan, Dintanhut, Dinperindagkop
2. Pengembangan Perikanan Tangkap
a. penetapan kawasan perikanan tangkap
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dinlutkan, Dintanhut, Dinperindagkop
b. Peningkatan prasarana dan sarana perikanan tangkap
PPI,TPI Sekab. Rembang
APBD, Inventaris swasta dan kerja sama pendanaan
Dislutkan, Dishubkominfo, DPU, KPPT, Bag Perekonomian, Bag Hukum
2.5.Kawasan pertambangan
Wilayah Pertambangan Kabupaten Rembang
1.Program pengembangan pertambangan rakyat
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dinas ESDM, KLH, BAPPEDA, Bagian Hukum,Distanhut, , Kecamatan
2.6.
Kawasan peruntukan industri
2.6.1. Pengembangan Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga
Kabupaten Rembang
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Dinperindagkop, Dinlutkan, Bappeda, Bagian Perekonomian, Kecamatan, Desa, Pelaku Usaha
2.7.
Pengembangan Kawasan pariwisata
a. Pengembangan Nilai Budaya, Pengelolaan Kekayaan Budaya, dan Pengelolaan Keragaman Budaya
Kec. Rembang : Museum RA Kartini, Masjid Jami' dan Makam Adipati I Sedolaut
APBD, Inventaris swasta dan/atau kerjasama pendanaan
Dinbudparpora, Dinpendik, DPU, BAPPEDA, Pelaku Usaha Pariwisata
Kec. Lasem : Petilasan dan Makam Sunan Bonang, Pasujudan dan Makam Putri Cempa, Batu Prasasti Kajar,
2.8.
Kawasan permukiman
a. penyediaan prasarana sarana dasar / prasarana sarana utilitas perumahan permukiman
Kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
DPU Kab, Dinkes, Dinpendik,KLH, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Kecamatan
b. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk permukiman
Kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
PU Tata ruang, Dinkes, Dinpendik,KLH, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum,
C
Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
1
Kawasan Strategis Ekonomi
1.1. Pengembangan Kawasan Bahari Terpadu (KBT)
Kecamatan Rembang
a. Pengembangan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dankerjasama pendanaan
BAPPEDA, DPU, Dinlutkan, Dinhubkominfo, Dinbudparpora, Dinperindagkop, Bag Hukum,
1.2. Pengembangan Kawasan Bonang Binangun Sluke (BBS I dan II)
Kecamatan Lasem, Sluke, Kragan, Sarang
a. Pengembangan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dankerjasama pendanaan
I BAPPEDA, DPU, Dinlutkan, Dinhubkominfo, Dinbudparpora, Dinperindagkop dan Bag Hukum, , Kecamatan,
1.3. Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu
Kabupaten Rembang
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dankerjasama pendanaan
BAPPEDA, Dintanhut, Dinlutkan, Dinhubkominfo, DPU, Dinperindagkop dan Bag Hukum,
1.4. Pengembangan Pelabuhan Rembang dan Sekitarnya
Kecamatan Sluke
a. Pembangunan Parasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dankerjasama pendanaan
BAPPEDA, Dinhubkominfo, DPU, Dinlutkan, Dinperindagkop Bag Hukum,
1.5. Pengembangan Kawasan Tumbuh Cepat Koridor Jalur Pantura
Kecamatan Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke, Kragan, Sarang
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
Bappeda, Dinlutkan, Dintanhut, Dinhubkominfo, DPU, Dinperindagkop , Bag Hukum
b. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan
Idem
Idem
1.6. Kawasan Kota Pantai Unggulan (seafront city)
Kecamatan Kaliori, Rembang, Lasem, Sluke.
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
BAPPEDA, Dinlutkan, Dintanhut, Dinhubkominfo, DPU, Dinperindagkop, Bag Hukum
b. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan
Idem
Idem
1.7 Pengembangan kawasan agropolitan
Kecamatan Sulang, Kecamatan Pamotan
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
BAPPEDA, Dinlutkan, Dintanhut, Dinhubkominfo, DPU, Dinperindagkop, Bag Hukum
b. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan
Kawasan pesisir dan kawasan pengolahan hasil perikanan
Idem
Idem
1.8 Pengembangan kawasan minapolitan
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
BAPPEDA, Dinlutkan, Dintanhut, Dinhubkominfo, DPU, Dinperindagkop, Bag Hukum
b. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan
Idem
Idem
1.9 Pengembangan kawasan magrov
Kecamatan Rembang
a. Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan
APBD, Inventaris swasta dan kerjasama pendanaan
BAPPEDA, Dinlutkan, Dintanhut, Dinhubkominfo, DPU, Dinperindagkop, Bag Hukum
b. Pengembangan kelembagaan pengelola dan jejaring kawasan
Idem
Idem
Sumber: Analisis Penyusun 2016
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KABUPATEN REMBANG
7.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Rembang
Arahan ketentuan umum peraturan zonasi dalam pengendalian pemanfaatan tata ruang wilayah merupakan arahan yang terkait dengan kepentingan perijinan pemanfaatan ruang yang menjadi wewenang kabupaten yang meliputi adalah arahan ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang dan ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang. Peraturan umum ketentuan zonasi digunakan sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten dan berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang kabupaten. Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 point 20, 21, dan 22). Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Disamping itu juga terdapat Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukimanperkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Dan juga Kawasan perdesaan (rural) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsikawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Berikut adalah ketentuan umum perturan Zonasi kawassan di Kabupeten Rembang:
Tabel VII.1.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten Rembang
No.
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Lokasi
Diizinkan
Bersyarat
Terbatas
Dilarang
Kawasan Lindung
A.1.
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung memiliki luas kurang lebih 2451 hektar, meliputi: Kecamatan Sedan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke
mengembalikan fungsi kawasan sempadan sungai, dan mata air sebagai fungsi lindung dengan penanaman kembali
diizinkan untuk kegiatan budidaya bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
mengembalikan fungsi lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan hutan lindung untuk kepentingan hidrologis
diizinkan untuk wisata alam, pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak mengubah bentang alam
pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
Dilarang melakukan kegiatan yang mengganggu fungsi alam, fungsi lindung dan mengubah bentang alam serta ekosistem alam
dilarang untuk kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
A.2.
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air
wilayah yang memiliki kelerengan 25-40 %, Kawasan resapan air terletak di Kecamatan Lasem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Sale , Kecamatan Sluke, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pancur
diizinkan dilakukan penyediaan sumur resapan dan embung pada lahan terbangun yang sudah ada.
diizinkan untuk wisata alam, pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak mengubah bentang alam
penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada
penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya
diizinkan terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan
dilarang melaksanakan kegiatan pemanfaatan yang mengubah bentang alam dan mengurangi fungsi resapan air
A.3.
kawasan perlindungan setempat, berupa kawasan sempadan sungai
Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Rembang memiliki luas total 9.888 Ha. meliputi:
sempadan sungai besar, yaitu Sungai Randugunting, Sungai Karanggeneng, Sungai Babagan, Sungai Sluke, dan Sungai Temperak.
sempadan sungai sedang, yaitu anak dari Sungai besar:
sempadan sungai kecil, yaituanak-anak dari sungai sedang;
sempadan sungai di kawasan perkotaan.
diizinkan untuk pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
diizinkan untuk aktivitas wisata alam petualangan dengan syarat tidak mengganggu kualitas air sungai
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi
dilarang mendirikan bangunan kecuali yang bertujuan untuk pengelolaan badan air atau pemanfaatan air
dilarangmendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai
dilarang melakukan kegiatan yang mengancam kerusakan dan menurunkan kualitas sungai seperti kegiatan perdagangan dan industri
A.4.
kawasan perlindungan setempat, berupa kawasan sekitar mata air
kawasan lindung di sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 meter. Terletak di Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur,
Kecamatan Bulu,
Kecamatan Sluke
diizinkan untuk kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi lahan
diizinkan untuk pemanfaatan hasil tegakan dalam jumlah terbatas
dilarang untuk semua jenis kegiatan yang menyebabkan pencemaran kualitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air
dilarang untuk semua kegiatan yang mengganggu bentang alam, kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta fungsi lingkungan hidup
A.6.
kawasan pelestarian alam dan cagar budaya, berupa kawasan cagar budaya
Cagar alam meliputi cagar alam Gunung Butak Kecamatan Gunem dan Kecamatan Sale. Seluas 45 Ha. Taman Wisata Alam Sumber Semen di Kecamatan Sale seluas 17 Ha.
dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsi lindung dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada
diizinkan bersyarat untuk pendirian bangunan yang menunjang kegiatan penelitian dan wisata
dilarang untuk kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen nasional, serta wilayah dengan bentukan geologi tertentu
dilarang untuk kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dilarang untuk kegiatan yang mengganggu atau merusak kekayaan budaya
dilarang untuk kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat setempat
A.8.
kawasan rawan bencana alam, berupa berupa gerakan tanah dan banjir
Kawasan rawan gerakan tanah meliputi: Kecamatan Pancur, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sluke, Kecamatan Gunem, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sale, Kecamatan Sedan. Sedangkan Kawasan Rawan Banjir meliputi: Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Sumber
diizinkan untuk kegiatan budidaya pertanian tanaman keras
dilarang untuk kegiatan budidaya pertanian tanaman semusim
dilarang untuk aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama
A.9.
Kawasan rawan gelombang pasang/ abrasi
Kawasan rawan bencana abrasi terletak di sepanjang pantai utara rembang
Menanam tumbuhan mangrove
dilarang untuk aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama
A.10
kawasan lindung lainnya, berupa kawasan perlindungan plasma nutfah
Kawasan perlindungan plasma nutfah.
diizinkan untuk kegiatan reboisasi lahan
diizinkan untuk kegiatan penelitian dan wisata alam
pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan
dilarang untuk kegiatan penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan
pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam
diizinkan untuk pendirian bangunan terbatas hanya untuk menunjang kegiatan penelitian dan wisata alam
diizinkan terbatas untuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam
pembatasan pemanfaatan sumber daya alam
KAWASAN BUDIDAYA
B.1
Kawasan Hutan Produksi
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem, Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sedan, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Sarang, kecamatan Sale, Kecamatan gunem
Aktivitas pengembangan hutan secara lestari.
Reboisasi / penghijauan dan rehabilitasi hutan
Pengembangan kegiatan tanaman sela dengan tidak mengganggu tanaman pokok
Penebangan dengan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbagan alam.
Pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan sumber daya kehutanan
Pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan
Aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang mengurangi luas hutan produksi
B.2
Kawasan Hutan Rakyat
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Bulu, Kecamatan Gunem, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang
Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Sluke, Kecamatan Pamotan
Pengembangan hutan secara lestari.
Reboisasi dan rehabilitasi hutan.
Pengembangan kegiatan tanaman sela dengan tidak mengganggu tanaman pokok.
Penebangan dengan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbagan alam.
Pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan sumber daya kehutanan
Pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan
Pengembangan budidaya lainnya yang mengurangi luas hutan rakyat.
B.3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Aktivitas pendukung pertanian.
Permukiman petani dengan kepadatan rendah
Mendirikan rumah tinggal dengan tidak mengganggu fungsi pertanian.
Pembangunan sistem jaringan prasarana utama.
Aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah irigasi teknis dan setengah teknis.
Alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non pertanian.
Aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan kualitas tanah untuk pertanian
B.4
Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Aktivitas pendukung perkebunan; misalnya penyelenggaraan aktivitas pembenihan.
Mendirikan permukiman pada lahan yang tidak potensial perkebunan
Aktivitas budidaya yang merusak fungsi lahan dan kualitas tanah untuk perkebunan
B.5
Kawasan Peruntukan Perikanan
Kecamatan Pamotan; Kecamatan Sale; Kecamatan Rembang; Kecamatan Bulu; Kecamatan Kragan; dan Kecamatan Sulang
Aktivitas pendukung perikanan
Pendirian bangunan pengolahan hasil ikan, balai pelatihan teknis, pengembangan sarana dan prasarana pengembangan produk perikanan dan pembenihan
Mendirikan permukiman nelayan dengan kepadatan rendah
Aktivitas budidaya yang mengganggu kualitas air untuk perikanan
B.6
Kawasan Peruntukan Peternakan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Diarahkan untuk peternakan dan perusahaan peternakan untuk menyediakan oadang rumput atau penanaman tanaman untuk makanan ternak
Usaha peternakan dengan tidak mengganggu ketentraman masyarakat umum.
Lokasi kawasaan peternakan terpisah dengan kawasan permukiman untuk menjaga lingkungan tetap sehat.
Pengembangan ternak di suatu bidang tanah tertentu yang disesuaikan dengan ekadaan dan Keseimbangan tanah dengan jenis tanah yang bersangkutan.
B7.
Kawasan peruntukan pertambangan
Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale
Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Penambangan pada daerah yang memiliki bahan tambang potensial
Reklamasi setelah penambangan selesai
Pengembangan industri terkait pertambangan
Lokasi dilarang berdekatan dengan bangunan infrastruktur penting
B8.
Kawasan peruntukan industri
Industri Besar: kawasan industri Rembang di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang; kawasan industri Sluke di Desa Leran dan Trahan Kecamatan Sluke dan Desa Sendangmulyo Kecamatan Sluke; dan kawasan industri pertambangan di wilayah Kecamatan Gunem
Industri menengah: Kecamatan Sumber, Kecamatan Sulang, Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang, Kecamatan Kragan, Kecamatan Sarang, Kecamatan Sedan, Kecamatan Sale, Kecamatan Lasem, Kecamatan Pamotan, Kecamatan Gunem, Kecamatan Pancur, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sluke
Mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri
Mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain di luar zona penyangga peruntukan industri
Pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri
B9.
Kawasan peruntukan pariwisata
Pengembangan wisata alam:
Pantai Pasir Putih Tasikharjo di Kecamatan Kaliori
Pulau Gede dan Pulau Marongan di Kecamatan Rembang
Pantai Soka di Kecamatan Sluke
Wisata Alam Kajar, Watu Layar dan Pantai Caruban Gedongmulyo
Pengembangan wisat a budaya:
Makam Sunan Langgar di Kecamatan Sluke
Makam RA Kartini di Kecamatan Bulu
Situs Plawangan dan Situs Selodiri Terjan di Kecamatan Kragan
Pengembangan wsata binaan:
Bumi Perkemahan Karangsari Park di Kecamatan Sulang
Taman Rekreasi Pantai Kartini di Kecamatan Rembang
Pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan skala daya tarik pariwisatanya
Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau
Pengembangan aktivitas perumahan dan permukiman
Pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata
Kegiatan budidaya yang mengganggu keberadaan situs peninggalan kebudayaan.
B10.
Kawasan peruntukan permukiman
Pengembangan sarana prasarana sesuai skala pelayanan permukiman
Menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan peruntukan permukiman
Mengembangkan perdagangan jasa sesuai dengan skala pelayanan permukiman
Perkembangan permukiman perkotaan tetap dibatasi dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (kdb), koefisien lantai bangunan (klb), ruang terbuka hijau (rth) dan garis sempadan bangunan yang berlaku di kabupaten
B11.
Kawasan peruntukan lainnya, berupa kawasan pertahanan keamanan
Pendirian bangunan dan prasarana utama di kawasan pertahanan keamanan untuk menunjang fungsi pertahanan keamanan.
Pendirian bangunan dan prasarana utama di kawasan pertahanan
B12.
Kawasan peruntukan lainnya, berupa ruang terbuka hijau
Melakukan kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam
Mendirikan bangunan dan prasarana umum
Melakukan kegiatan budidaya yang merubah fungsi ruang terbuka hijau
Sumber: Analisis Penyusun 2016
Tabel VII.2
Arahan Umum Peraturan Zonasi
No.
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan
Keterangan
1.
Pengaturan Sistem Perkotaan
Fungsi Kawasan
Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 point 20, 21, dan 22).
kawasan perkotaan adalaha wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
boleh dilakukan pengembangan secara terbatas, yakni pada zona yang tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama zona harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian saja, yakni maksimum 25% (dua puluh lima persen) dari luasan zona yang ditetapkan;
dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; dan
penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan industri polutan.
Kawasan Lindung
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Resapan Air
Kawasan sempadan pantai dan pantai berhutan bakau
Kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar waduk/embung/bendung
Kawasan sempadan mata air
Kawasan sempandan irigasi
Kawasan Cagar Alam
Kawasan Taman Wisata Alam
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan Rawan Gelombang Pasang/Abrasi pantai
Kawasan Rawan Banjir
Kawasan Rawan Tanah Longsor
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan.
tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk kepentingan lain selama masih menunjang fungsi lindung;
tetap dilakukan upaya konservasi pada kawasan lindung yang berupa bangunan dan dapat dilakukan nilai tambah;
kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masingdan tidak boleh dilakukan alih fungsi; dan
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun dan RTH tidak berubah sesuai RDTR kawasan perkotaan masing-masing.
Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan perkebunan
Kawasan peruntukan perikanan
awasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan industri
Kawasan peruntukan pariwisata
Kawasan peruntukan permukiman
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan
mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibukota kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang ada;
pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak mengganggu fungsi jalan;
pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;
perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari ruang milik jalan atau ruang pengawasan jalan, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus sesuai dengan kaidah design kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau melakukan kompensasi tertentu yang disepakati;
pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;
pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat harus dialokasikan kawasan khusus pengembangan sektor informal;
pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pertanian pangan berkelanjutan di kawasan perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan; dan
pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.
2.
Pengaturan Sistem Perdesaan
Kawasan perdesaan (rural) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsikawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
pengaturan pada rencana kawasan terbangun di perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang masih saling bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;
pengaturan pada kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif harus dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak dialihfungsikan menjadi non pertanian;
mengefisienkan ruang yang berfungsi untuk pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun hanya dilakukan secara infitratif pada permukiman yang ada dan harus menggunakan lahan yang kurang produktif;
pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;
pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;
kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) masing-masing, dan tidak boleh dilakukan alih fungsi;
pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain selama masih menunjang fungsi lindung;
pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi baik berupa situs, bangunan peninggalan kolonial, bangunan/monumen perjuangan rakyat, dan sebagainya;
perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan terbangun di perdesaan boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di perdesaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun secara terbatas dan hanya dilakukan pada lahan yang produktivitasnya kurang tinggi, dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan perdesaan masing-masing;
dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya, sesuai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan perdesaan masing-masing;
penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan;
pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam jumlah kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan intensitas tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya;
pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif di perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;
pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pertanian pangan berkelanjutan di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan; dan
pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.
3.
Sistem jaringan Transportasi
Jaringan jalan arteri primer
menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primerdisusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan, yaitu:menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; danmenghubungkan antarpusat kegiatan nasional,
jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter;
jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;
pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;
jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c harus tetap terpenuhi;
lebar ruang pengawasan jalan arteri primer minimal 15 (lima belas) meter;
persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c; dan
jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan:
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan nasional; dan
penetapan garis sempadan bagunan di sisi jalan nasional/provinsi/kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.
Jaringan jalan kolektor primer
jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.
jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter;
jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata;
jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b masih tetap terpenuhi;
persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c;
jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus; dan
lebar ruang pengawasan jalan kolektor primer minimal 10 (sepuluh) meter.
Jaringan jalan lokal primer
jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusatkegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan
jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (duapuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh komalima) meter;
jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus; dan
lebar ruang pengawasan jalan lokal primer minimal 7 (tujuh) meter.
Jaringan jalur kereta api
Jalur yang digunakan untuk melintasi moda kereta api menggunakan jaringan rel.
pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian;
pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;
pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan; dan
penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api.
4.
Sistem Jaringan Energi
keberadaan pembangkit listrik disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik dengan memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;
ketentuan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan memperhatikan ketentuan pelanggaran pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
membatasi kegiatan pengembangan di sekitar lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)yang melewati Kecamatan Rembang, Kecamatan Lasem dan Kecamatan Sluke;
menetapkan areal konservasi di sekitar lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat;
menetapkan sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 Kv tanah datar;
di bawah jaringan tegangan tinggi tidak boleh ada fungsi bangunan yang langsung digunakan masyarakat;
dalam kondisi di bawah jaringan tinggi terdapat bangunan maka harus disediakan jaringan pengamanan; dan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPPBE) tidak diletakkan di kawasan permukiman dan disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5.
Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
Wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai strategis nasional.
pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksud untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi;
penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan lintas provinsi secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di negara/provinsi yang berbatasan.
6.
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam melakukan aktivitas telekomunikasi.
penempatan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktifitas kawasan disekitarnya.
7.
Sistem Prasarana Lingkungan
Adalah jaringan air bersih, jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan, serta jaringan saluran air hujan untuk pematusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat.
arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas wilayah secara administratif dengan kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;
pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah Reduce, Reuse, Recycle (3R) komunal;
penanganan persampahan selain menggunakan Reduce, Reuse, Recycle (3R) juga dengan pengembangan sistem komposting;
pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.
pengalokasian Tempat Pemosesan Akhir (TPA) sesuai dengan persyaratan teknis;
pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis dan dengan konsep Reduce, Reuse, Recycle (3R);
pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan;
penyediaan ruang untuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS)dan/atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terpadu;
kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;
penerapan pengelolaan Iimbah Bahan Beracun dan Berbahaya(B3) terbentuk yang didasarkan atas konsep cradle-to grave dan mendorong industri penghasil limbah untuk mengolah, mendaur ulang serta menimbun Iimbahnya dekat dengan pabrik, dan menerapkan teknik pengelolaan Iimbah berbahaya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
memberi kemudahan kredit pembelian alat pengolahan limbah bagi industri kecil, atau mengurangi pajak impor alat pengolah Iimbah; dan
peningkatan kemampuan institusional dalam memberi fungsi bagi pencemar, pemberlakuan secara ketat tentang baku mutu Iingkungan.
8.
Kawasan Lindung
Kawasan Hutan Lindung
Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
pemanfaatan ruang untuk wisata alam dan kepentingan lingkungan hidup tanpa merubah bentang alam;
pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih peruntukan/kerusakan hutan melalui pengembangan vegetasi hutan yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung;
penetapan larangan untuk melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem alam;
pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung;
pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu fungsi lindung;
penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup;
pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;
percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung; dan
penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan hutan lindung untuk kepentingan hidrologis.
Kawasan Resapan Air
Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air.
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada;
penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya;
peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
mengoptimalkan fungsi lahan melalui pengembangan hutan;
meningkatkan kegiatan pariwisata alam; dan
pengolahan tanah secara sipil teknis sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi.
Kawasan sempadan pantai dan pantai berhutan bakau
Sempadan Pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Kawasan pantai Berhutan Bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan.
sosialisasi rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai kepada seluruh masyarakat yang bermukim di sekitar pantai dan kepada seluruh stakeholders pembangunan terkait;
melarang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai, merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar pantai;
mengembangkan terumbu karang buatan untuk meningkatkan fungsi ekologis pesisir;
pada kawasan sempadan yang memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya seperti: permukiman perkotaan dan perdesaan, pariwisata, pelabuhan, pertahanan dan keamanan, serta kawasan lainnya, pengembangannya harus sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang kawasan pesisir;
memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang kelestarian kawasan lindung pantai;
bangunan yang boleh ada di sempadan pantai antara lain dermaga, tower penjaga keselamatan pengunjung pantai;
pemanfaatan ruang untuk kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat perlindungan sempadan pantai dari abrasi dan infiltrasi air laut kedalam tanah;
pemanfaatan ruang untuk kegiatan sarana dan prasarana yang mendukung transportasi laut;
menjadikan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis sebagai obyek wisata dan penelitian;
pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan;
inventarisasi dan evaluasi potensi, lokasi dan penyebaran ekosistem mangrove;
penunjukkan, penatabatasan dan pengukuhan ekosistem mangrove sesuai dengan fungsi dan tata ruangnya;
rehabilitasi ekosistem mangrove yang mengalami degradasi;
perlindungan ekosistem mangrove dari perusakan, gangguan, ancaman, hama dan penyakit;
pengembangan kawasan pantai berhutan bakau harus disertai dengan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
koefisien dasar kegiatan budidaya terhadap luas hutan bakau maksimum 30 %.
Kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar waduk/embung/bendung
Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kawasan sempadan waduk/embung/bendung adalah kawasan disekeliling waduk/embung/bendung yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk.
mempertahankan sempadan sungai sehingga terhindar dari erosi dan kerusakan kualitas air sungai;
pencegahan dilakukan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air sungai;
pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang sungai agar tidak berkembang lebih jauh;
melarang pembuangan limbah industri ke sungai;
pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
waduk yang digunakan untuk pariwisata diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi embung/waduk/bendung;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan
penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan sempadan mata air
Kawasan sekitar mata air adalah kawsan disekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
selain sebagai sumber air minum dan irigasi, juga digunakan untuk pariwisata, dimana peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air;
pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap mata air.
Kawasan sempandan irigasi
Kawasan sempadan irigasi adalah kawsan disekeliling saluran irigasi yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
perlindungan sekitar saluran irigasi atau sebagai sempadan saluran irigasi dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air irigasi;
bangunan sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi dilarang untuk didirikan;
saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi drainase;
melestarikan kawasan sumber air untuk melestarikan debit irigasi;
perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; dan
pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi.
Kawasan Cagar Alam
Kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai penyangga sistem kehidupan dan bertujuan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan untuk mengatasi meluasnya kerusakan terhadap ekosistemnya;
mempertahankan hutan hujan tropis yang lengkap vegetasinya dari perdu hingga kanopi;
pengembangan fungsi tambahan, yaitu sebagai data tarik wisata, dengan tidak mengurangi fungsi perlindungan;
program pengelolaan hutan kemasyarakatan dengan konsep berkelanjutan dan konsep desa hutan;
program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan selain mempunyai fungsi ekologis juga secara tidak langsung memiliki nilai ekonomispelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kondisi/kualitas ekosistem terumbu karang;
peningkatan partisipasi masyarakat untuk menciptakan mekanisme kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara pemerintah Kabupaten Rembang dengan masyarakatnya; dan
pengembangan kapasitas dan kapabilitas pemerintah dan masyarakat daerah dalam menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan antara eksploitasi sumberdaya dan lingkungan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan masyarakat maupun karakteristik biofisik dan ekonomi wilayah.
Kawasan Taman Wisata Alam
Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia
perlindungan terhadap taman nasional, dilakukan untuk pengembangan pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu;
peningkatan kualitas lingkungan bagi wilayah sekitarnya;
perlindungan lingkungan dari pencemaran;
taman wisata alam harus dilestarikan sehingga dapat menunjang kehidupan flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut;
taman wisata alam memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi obyek wisata alam sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian dan pendidikan; dan
penerapan sistem insentif bagi pemanfaatan kawasan obyek wisata alam yang sesuai dengan fungsinya dan memberikan disinsentif bagi kawasan obyek wisata alam yang tidak sesuai dengan fungsinya.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai nilai penting adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata;
pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan;
pada kawasan sekitar candi harus dikonservasi untuk kelestarian dan keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari berbagai sudut pandang;
candi juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda purbakala dan tujuan pendidikan dasar-menengah;
benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti bangunan peninggalan kolonial harus dikonservasi dan direhabilitasi bagi bangunan yang sudah mulai rusak; dan
penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi.
Kawasan Rawan Gelombang Pasang/Abrasi pantai
Gelombang pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai.
pendekatan rekayasa struktur dengan cara sistem polder, bangunan pemecah gelombang, penurapan; dan
pendekatan rekayasa non struktur dengan cara merehabilitasi hutan mangrove di daerah pesisir.
Kawasan Rawan Banjir
Kawasan rawan banjir adalah suatu keadaan akibat kelebihan debit air yang tidak mencukupi di aliran sungai, dan mengakibatkan adanya kerusakan mikro di daerah dataran
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
melestarikan kawasan lindung dan kawasan hulu sungai;
pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan perkotaan dan perdesaan, kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung maupun cek dam, pembuatan bendungan baru;
membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi untuk drainase;
penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum;
penetapan batas dataran banjir;
pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan
ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya.
Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan rawan tanah longsor merupakan zone yang labil terhadap gerakan tanah karena faktor kelerangan, struktur tanah, air tanah, vegetasi penutup dan daerah patahan
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
mengembalikan fungsi lindung pada hutan lindung melalui sistem vegetatif dengan memperhatikan kaidah konservatif;
pengendalian pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail tata ruang;
dalam pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor harus memperhitungkan tingkat kerawanan/tingkat risiko terjadinya longsor dan daya dukung lahan/tanah;
tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan/ tingkat risiko tinggi; terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan bahkan ditingkatkan fungsi lindungnya;
kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan pemanfaatan ruang dengan persyaratan yang ketatapenentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan;
penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud diatas
9.
Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara 125-174.
Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125.
beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;
pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan tumpang sari atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok;
peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan kerakyatan;
pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya;
pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam;
mengarahkan kawasan hutan produksi yang ada di kawasan perkotaan untuk membentuk hutan kota;
pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya hutan;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan;
upaya pelestarian kawasan lindung, pengolahan hasil hutan secara terbatas melalui hak penguasaan hutan kemasyarakatan;
peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan oleh pemerintah daerah; dan
usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan hutan.
Kawasan Hutan Rakyat
Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu ekosistem yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota
beberapa hutan rakyat yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan reboisasi;
pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
pengelolaan kawasan hutan rakyat dengan pengembangan kegiatan tumpang sari atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok;
peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan kerakyatan;
pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya;
pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam;
pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya hutan; dan
meningkatkan produktivitas hutan rakyat.
Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi usaha pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan) dengan kata lain lahan basah dapat diartikan pengairan yang diperoleh secara alamiah maupun teknis
Kawasanpertanian lahan kering adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi budidaya pertanian dalam arti luas juga, namun ada keterbatasan khususnya mengenai ketersediaan air, sehingga komoditi yang diusahakan juga dipilih yang sesuai dengan kemampuan lahannya
sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya;
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan;
perubahan fungsi sawah hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50 % (lima puluh persen) dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum 20 % (dua puluh persen) dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih fungsi;
sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
kawasan pertanian tegalan, kebun campur dan sawah tadah hujan secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang produktif yang diperuntukkan untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga masyarakat sehingga memiliki penggunaan lahan campuran seperti palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil;
dalam beberapa hal, tegalan, kebun campur dan sawah tadah hujan merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan rencana detail tata ruang;
alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat;
pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah;
ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama;
kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di daerah dilakukan dengan memperhatikan besaran suplai dan permintaan pasar untuk menstabilkan harga produk;
lebih mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki kemampuan pemasaran yang luas terutama ekspor;
kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas;
kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan berbagai jenis komoditas yang menunjukan ciri khas daerah;
pengembangan penyedia bibit, pengembangan wilayah bibit ternak sapi perah dan tersedianya hijauan makanan ternak (HMT);
pengembangan pusat pengembangan pemasaran produk peternakan serta pengembangan sapi perah dan pasar agrobis sektor peternakan; dan
pengembangan pembibitan ternak perdesaan .
c. Kawasan peruntukan perkebunan
Kawasan Budidaya Perkebunan adalah areal/ bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon.
kawasan perkebunan tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;
peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; dan
penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, keindahan/estetika dan keuangan.
d. Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan Perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembanganperikanan
mengendalikan dan membatasi metode dan penggunaan alat tangkap dalam rangka mengendalikan pemanfaatan potensi perikanan tangkap;
mendorong pemanfaatan potensi perikanan di Laut Utara Jawa melalui peningkatan teknologi dan kemampuan armada perikanan;
pengembangan Tempat Pengelolaan Ikan (TPI);
pengadaan dan pengembangan koperasi nelayan;
pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pengembangan dan pengelolaan perikanan;
peningkatan prasarana dan sarana Pelabuhan Perikanan Pantai;
pemanfaatan teknologi informasi untuk perikanan;
pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan rendah;
pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan
pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.
e. Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diarahkan agar kegiatan pertambangan dapat berlangsung secara efisien dan produktif tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan
keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara resiko dan manfaat;
pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
pengembangan kegiatan pertambangan diarahkan pada wilayah pertambangan;
pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas untuk keperluan rehabilitasi lahan bekas penambangan;
pada kawasan yang teridentifikasi keterdapatan minyak dan gas yang bernilai ekonomi tinggi, sementara lahan pada bagian atas dari potensi bahan tambang tersebut meliputi kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman, maka pengeboran eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan gas bumi dapat dilaksanakan, namun harus disertai AMDAL;
menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat;
pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.Pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah;
Tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya terdapat mata air penting atau pemukiman;
Tidak diperbolehkan menambang bongkahbongkah batu dari dalam sungai yang terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan; dan
Percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain diperbolehkan sejauh mendukung atau tidak merubah fungsi utama kawasan.
f. Kawasan peruntukan industry
Kawasan Peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;
pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri kecuali bagi perumahan untuk karyawan industri;
pengembangan kawasan sentra industri rumah tangga terutama pada kawasan perdesaan dan perkotaan;
pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan;
pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan usaha kecil menengah (UKM); dan
penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi.
g. Kawasan peruntukan pariwisata
Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata
pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau; dan
pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata.
h. Kawasan peruntukan permukiman
Kawasan Pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya
penetapan amplop bangunan;
penetapan tema arsitektur bangunan;
kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman;
setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
pengembangan permukiman perkotaan besar dan menengah, diarahkan pada penyediaan kasiba dan lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal;
pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan;
permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;
permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil, permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya meliputi pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian;
membentuk klaster-klaster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara klaster permukiman disediakan ruang terbuka hijau (RTH);
pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan sesuai dengan rencana tata ruang;
penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.
i. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
Kawasan yang digunakan untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
penetapan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan
penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan keamanan.
10.
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya.
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
penetapan zona preservasi, konservasi, penyangga dan zona pemanfaatan; dan
tinjauan terhadap daya dukung lingkungan mengingat rentannya kawasan ini terhadap kemungkinan perusakan lingkungan akibat kegiatan yang berlangsung diatasnya.
11.
Kawasan strategis daerah
a. Kawasan penunjang ekonomi
kawasan dengan batas tertentu yang tercangkup dalam daerah atau wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
kawasan penunjang ekonomi dalam skala besar umumnya berupa kawasan perkotaan, harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai sehingga menimbulkan minat investasi yang besar;
pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-masing;
pada kawasan strategis secara ekonomi ini harus dialokasikan ruang atau zona secara khusus untuk industri, perdagangan – jasa dan jasa wisata perkotaan;
pada zona dimaksud harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;
pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang pada zona yang bukan zona inti tetapi harus tetap mendukung fungsi utama kawasan sebagai penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa merubah fungsi zona utama yang telah ditetapkan;
perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas ambang penyediaan ruang terbuka tetapi tidak boleh untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan;
dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi, zona yang dinilai penting tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya;
pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan mengganggu permukiman harus disediakan fungsi penyangga sehingga fungsi zona tidak boleh bertentangan secara langsung pada zona yang berdekatan; dan
untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan.
b. Kawasan daya dukung lingkungan hidup
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
pada kawasan ini yang termasuk dalam katagori zona inti harus dilindungi dan tidak dilakukan perubahan yang dapat mengganggu fungsi lindung;
pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan terdapat kerusakan baik pada zona inti maupun zona penunjang harus dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat lestari;
untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam jangka panjang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;
pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata alam sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;
pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk pembuatan sumur-sumur resapan;
pada kawasan hutan lindung yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau fungsi produksi tertentu boleh dimanfaatkan buah atau getahnya tetapi tidak boleh mengambil kayu yang mengakibatkan kerusakan fungsi lindung;
pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang mengganggu fungsi lindung apalagi bila didalamnya terdapat kehidupan berbagai satwa maupun tanaman langka yang dilindungi; dan
pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan budidaya khususnya permukiman dan budidaya tanaman semusim, tidak boleh dikembangkan lebih lanjut atau dibatasi dan secara bertahap dialihfungsikan kembali ke zona lindung.
Sumber: Analisis Penyusun 2016
7.2. Ketentuan Perizinan
Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah ini. Ketentuan perizinan merupakan perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat pemerintah daerah yang berwenang. Pemberian izin pemanfaatan ruang ini dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap pejabat pemerintah daerah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar batal demi hukum. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah.
Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
Jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan ruang meliputi:
Izin prinsip
Merupakan persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan atau pembangunan di wilayah kabupaten, yang sesuai dengan arahan kebijakan dan alokasi penataan ruang wilayah.Izin prinsip dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis permohonan izin lainnya, yaitu izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan, dan izin lainnya.
Izin lokasi
Merupakan ijin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal. Izin lokasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
untuk luas kurang dari atau sama dengan 1 ha tidak perlu diberikan ijin lokasi; dan
untuk luas lebih 1 ha diberikan ijin dengan jangka waktu selamanya.
Izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);
Merupakan izin yang diberikan kepada pengusaha untuk kegiatan pemanfaatan ruang dengan kriteria batasan luasan tanah maksimal 1 ha.
Izin mendirikan bangunan (IMB);
Merupakan izin yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam ketentuan perizinan pada RTRW Kabupaten, paling tidak memuat :
Semua jenis perizinan yang terkait dengan tata ruang dan dalam pemberian izinnya harus mengacu pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang ada di wilayah yang disusun RTRW kabupatennya.
Mekanisme perizinan yang menjadi wewenang pemerintahan kabupaten yang terkait dengan tata ruang yang mencakup pengaturan keterlibatan SKPD terkait dalam setiap perizinan yang terkait dengan tata ruang.
Dalam mekanisme perizinan tersebut juga dinyatakan kapan RTRW kabupaten diacu dalam proses perizinan dan dilakukan oleh pihak mana.
Arahan pengambilan keputusan apabila daiam dokumen RTRW kabupaten belum memberikan arahan yang cukup terkait perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat (individual maupun organisasi).
7.3. Ketentuan Pemberian Insentif Dan Disinsentif
Pengembangan perangkat insentif dan dis-insentif dalam penataan ruang wilayah merupakan upaya penting untuk dapat mengarahkan sekaligus mengendalikan perkembangan dan perubahan fungsi kawasan.
Perangkat insentif yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan rencana tata ruang. Perangkat disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang. Bentuk perangkat insentif dan disinsentif dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu berupa aspek ekonomi dan aspek fisik.
Secara umum bentuk pemberian insentif dan dis-insentif adalah :
Pemberian insentif dapat berbentuk :
Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang dan urun saham;
Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
Kemudahan prosedur perizinan; dan /atau
Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah kecamatan.
Pemberian dis-insentif dapat berbentuk :
Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan, untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/ atau
Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi dan pinalti.
7.3. Ketentuan Sanksi Administratif
Ketentuan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Dalam arahan sanksi ini mencakup beberapa hal yaitu:
Arahan sanksi bagi pelanggar pemanfaatan ruang yang tidak pernah mengajukan perizinan pemanfaatan ruang.
Arahan sanksi bagi pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana izin pemanfaatan ruang yang diminta.
Arahan sanksi bagi pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang.
Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang;
Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Rembang;
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Rembang;
Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Rembang;
Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Arahan sanksi meliputi arahan pengenaan bentuk sanksi yang mencakup sanksi administratif, sanksi perdata dan sanksi pidana.
Sanksi Administratif
Sanksi administratif yang dapat dikenakan untuk pelanggar pemanfaatan ruang, dapat berupa:
Peringatan tertulis;
Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian sementara pelayanan umum;
Penutupan lokasi;
Pencabutan izin;
Pembatalan ijin;
Pembongkaran bangunan;
Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
Denda administratif.
Sanksi Perdata
Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana terkait penataan ruang, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana. Tuntutan ganti kerugian ini dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana.
Sanksi Pidana
Sedangkan ketentuan sanksi pidana yang diterapkan pada tiap pelanggaran pidana terkait penataan ruang, yang dapat diterapkan sebagaimana pada tabel berikut ini.
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/ atau sanksi pidana denda sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Jenis sanksi administratif mencakup antara lain sebagai berikut: peringatan tertulis; penghentian kegiatan; penutupan usaha; pencabutan izin; pembatalan izin; pembongkaran bangunan-bangunan; pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda administratif.
Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang sehingga mengakibatkan ketidaksesuaian fungsi sesuai rencana tata ruang diancam pidana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda diatur dengan peraturan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/METODE-GRAVITASI-UNTUK-PERENCANAAN-LINGKUNGAN .docx. diunduh pada 25/3/2016
library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/Bab%202_10-08.doc. diunduh pada 25/3/2016
eprints.undip.ac.id/32955/1/JURNAL.pdf. diunduh pada 25/3/2016
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak . diunduh pada 25/3/2016
tonytrisetiawan.blogspot.com diunduh pada 29/3/2016
RTRW Nasional Tahun 2008-2028 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun2008)
RTR Kepulauan Jawa – Bali (Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012)
RTRW Kabupaten Pati (Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011)
RTRW Kabupaten Tuban (Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 9 Tahun 2012)
RTRW Kabupaten Blora (Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 18 Tahun 2011)
RPJPD Kabupaten Rembang (Perda Kabupaten Rembang Nomor 1 Tahun 2010)
RPJMD Kabupaten Rembang (Perda Kabupaten Rembang Nomor 10 Tahun 2010)
RTRW Kabupaten Rembang (Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/Prt/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/Prt/M/2007
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Tuang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/Prt/M/2007
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.22/Prt/M/2007
Jatengprov.go.id
Rembangkab.bps.go.id
http://penataanruangjateng.info/
Permen Pu Nomor 25 Tahun 2014 tentang ketelitian peta
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Nilai Skor Klasifikasi Fungsi Lahan
Di Kabupaten Rembang
No.
Kec.
Lereng
skor
Jenis Tanah
Skor
Curah Hujan
Skor
Total
Skor
Jenis Kawasan
Bulu
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
145
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
145
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Kompleks Regosol kelabu dan Grumusol kelabu tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Bulu
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Bulu
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Bulu
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
> 2000
20
155
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
> 2000
20
135
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
> 2000
20
135
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Bulu
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Bulu
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Bulu
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
> 40
80
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
155
Penyangga
Bulu
> 40
80
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Bulu
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Bulu
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
125
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
> 2000
20
155
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
> 2000
20
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Bulu
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Bulu
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Bulu
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sumber
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sumber
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sumber
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sumber
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Sumber
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Sumber
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sumber
2 - 15
40
Kompleks Regosol kelabu dan Grumusol kelabu tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sumber
2 - 15
40
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sumber
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Aluvial Coklat Tua Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Aluvial Coklat Tua Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sumber
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sumber
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Gunem
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Gunem
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
> 2000
20
140
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Gunem
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
> 2000
20
105
budidaya
Gunem
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
> 2000
20
120
budidaya
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Gunem
0 - 2
20
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Gunem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1800 - 2000
30
65
budidaya
Gunem
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Gunem
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Gunem
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Gunem
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Gunem
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sale
> 40
80
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Sale
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Sale
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Sale
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Sale
0 - 2
20
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1400 - 1600
20
115
budidaya
Sale
> 40
80
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sale
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sale
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sale
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sale
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sale
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Sale
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sarang
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
140
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
120
budidaya
Sarang
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sarang
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
< 1400
20
125
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
< 1400
20
105
budidaya
Sarang
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
125
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sarang
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sarang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
100
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sarang
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
< 1400
20
85
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Sarang
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
75
budidaya
Sarang
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
120
budidaya
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sarang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
< 1400
20
105
budidaya
Sarang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sarang
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sarang
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sarang
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
75
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Sarang
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
120
budidaya
Sarang
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
100
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Sedan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sedan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sedan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sedan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Sedan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sedan
0 - 2
20
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sedan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
135
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sedan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Sedan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Sedan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1800 - 2000
30
185
Lindung
Sedan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Sedan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Sedan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
170
Penyangga
Pamotan
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Pamotan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Pamotan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Pamotan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
125
Penyangga
Pamotan
0 - 2
20
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1400 - 1600
20
115
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1800 - 2000
30
65
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
110
budidaya
Pamotan
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Pamotan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pamotan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1400 - 1600
20
135
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pamotan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pamotan
2 - 15
40
Kompleks Mediteran coklat kemerahan dan Litosol
75
1400 - 1600
20
135
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Pamotan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Pamotan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pamotan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Pamotan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Pamotan
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Pamotan
15 - 40
60
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
150
Penyangga
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Sulang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Sulang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
145
Penyangga
Sulang
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Sulang
15 - 40
60
Regosol Coklat
75
1800 - 2000
30
165
Penyangga
Sulang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sulang
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sulang
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Sulang
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
95
budidaya
Sulang
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Sulang
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Sulang
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
115
budidaya
Sulang
2 - 15
40
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
105
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1800 - 2000
30
130
Penyangga
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
2 - 15
40
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Sulang
15 - 40
60
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1800 - 2000
30
135
Penyangga
Kaliori
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Kaliori
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Kaliori
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Kaliori
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Kaliori
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Kaliori
0 - 2
20
Aluvial Coklat Tua Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Kaliori
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Rembang
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Rembang
0 - 2
20
asosiasi mediteran merah kekuningan dan mediteran
45
1400 - 1600
20
85
budidaya
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Pancur
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Pancur
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Pancur
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
115
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Pancur
0 - 2
20
Asosiasi Grumusol coklat kelabuan dan grumusol kel
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Pancur
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pancur
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pancur
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pancur
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
< 1400
20
140
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Pancur
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Pancur
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Pancur
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Kragan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Kragan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
100
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
115
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Kragan
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
1400 - 1600
20
115
budidaya
Kragan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
75
budidaya
Kragan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
135
Penyangga
Kragan
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
75
budidaya
Kragan
2 - 15
40
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
120
budidaya
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
135
Penyangga
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Kragan
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
135
Penyangga
Kragan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Kragan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Kragan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Kragan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Kragan
15 - 40
60
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
140
Penyangga
Kragan
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
155
Penyangga
Kragan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Kragan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Kragan
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Kragan
> 40
80
Grumusol Kelabu Tua
60
1400 - 1600
20
160
Penyangga
Sluke
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Sluke
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Sluke
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
75
budidaya
Sluke
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Sluke
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Sluke
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
1400 - 1600
20
175
Lindung
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Lasem
2 - 15
40
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
135
Penyangga
Lasem
2 - 15
40
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
75
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Lasem
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
< 1400
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Aluvial coklat tua kekelabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Regosol Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Planosol Coklat Keabuan
15
1400 - 1600
20
55
budidaya
Lasem
0 - 2
20
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
115
budidaya
Lasem
> 40
80
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
175
Lindung
Lasem
15 - 40
60
Asosiasi Litosol dan Mediteran Coklat
75
< 1400
20
155
Penyangga
Sumber : Analisis penyususn 2016
LAMPIRAN 2
Grafik 4.
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Rembang per Kecamatan Tahun 2010-2014 (satuan jiwa)
sumber: AnalisisPenyusun 2016
LANPIRAN 3
Potensi dan Masalah Kecamatan
Di Kabupaten Rembang
No
Kecamatan
Potensi
Masalah
Keterangan
1.
Kaliori
Perikanan :
Komoditas ikan teri
Komoditas rajungan
Komoditas udang
Hutan Mangrove yang masih terawat untuk menangkal abrasi pantai
Produksi pembuatan garam cukup terkenal di Jawa Tengah
Rawan Bencana
Rawan Banjir ( Desa Banggi, Desa Kuangsan, Desa Pengkol, Desa Puurworejo)
Rawan Bencana Abrasi ( Desa Matalan, Desa Wates, Desa Paleh)
Lingkungan
Pengelolaan limbah yang masih mengandung racun dan banyak yang perusahaan yang tidak memiliki IPAL.
2.
Rembang
Pusat Pemerintah
Pusat perdagangan Perikanan :
Komoditas Ikan petek
Komoditas ikan kerapu
Komoditas ikan kapas
Wisata
Pantai dempo awang
Industri
Industri terasi
Industri olahan buah kawis menjadi sirup
3.
Sumber
pertanian
lahan cocok untuk di tanami bawang merah
pemasok cabai
buah jeruk
Adanya kekeringan di area pertanian sehingga dibangun sumur di area persawahan
4.
Bulu
Kebudayaan:
Makam RA Kartini
Wisata
Wisata buatan berupa wahana bermain anak dan kolam renang.
Sosial
Konflik masyarakat yang tidak menginginkan pembangunan industri semen yang dibangun di kawasan CAT
5.
Gunem
Pertanian :
Tanamanjagung
Buahalpukat, jambubiji, kedondong
Sayuranmlinjo
Terdapt waduk Panohan yang dibangun pemerintah sebagai sumber irigasi
Industri
Terdapat industri semen besar menyerap banyak pekerja dan nilai tinggi
Rawan Bencana Tanah Longsor
Masalah industri yang menempati kawasan penyangga
6.
Sale
Pertanian :
Padi
Ubikayu
Buah tomat dan salak
Wisata
Wisata alam dan edukasi Sumber Semen
Pertambangan
Batu gamping
Infrastruktur
Banyak jalan rusak akibat angkutan tambang batu gamping
7.
Sarang
Perikanan :
Komoditas ikan layang
Komoditas ikan bawal hitam
Komoditas kembung
Komoditas ikan selar
Komoditas ikan tongkol, tengiri dan cumi
Pertanian :
Cabemerah
Penghasil utama buah sawo
Pendidikan
Dikenal sebagai kota santri karena terdapat banyak pendidikan pesantren.
Industri
Pembuatan kapal nelayan
Infrastrukur
Maraknya kendaraan tossa sebagai angkutan umum
8.
Sedan
Pertanian :
- kedelai
- Buahsawo
- Kelapa muda
Rawan Bencana Tanah Longsor
Infrastruktur
- banyak jalan rusak akibat angkutan galian tambang
9.
Pamotan
Pertanian
Beras hitam
Industri
Gula merah dari hasil panen tebu sendiri
Perekonomian
Terletak di simpul transportasi
Rawan Bencana Banjir
(Desa Ringin, Desa Pamotan, Desa Sudorejo)
Kebudayaan
- Terdapat bangunan peninggalan bersejarah yang berupa cerobong indusri kaca yang tidak terawat
10.
Sulang
Industri
Home industri batik khas sekar madu
Homei ndustri gula tumbu
Home industri kecap siwalan yang didistribusikan ke Jakarta
Pertanian
Potensi buah siwalan yang digunakan untuk membuat minuman
11.
Pancur
Industri
Pengembangan Batik
Wisata
Wisata pohon durian
Rawan Bencana Tanah Longsor
Perekonomian
- kecamatan Pancur tidak memiliki pasar, masyarakat berbelanja di Kecamatan Lasem
12.
Kragan
Perikanan:
Komoditas ikan layang
Komoditas bawal hitam
Komoditas ikan tembang
Komoditas ikan tongkol
Kampung nelayan
Pertanian
Penghasil melon terbesar dan terbaik di rembang
Adanya sawah irigasi
Pusat perdagangan jasa
Rawan Bencana Tanah Longsor
Pertambangan
Terdapat penambang batuan karst yang idak memperhatikan lingkungan
13.
Sluke
Perikanan :
Komoditas ikan teri
Komoditas ikan bawal hitam
Pertambangan :
Galian jenis andesit
Industri
Industri pengolahan ikan sluke yang memberikan peluang pekerjaan masyarakat lokal
Pelabuhan sluke berpotensi sebagai pemantik munculnya industri baru.
PLTU
Memberikan kontribusi yang besar terhadap jaringan listrik pulau jawa bali bahkan meningkatkan PDRB
Pertambangan
Merusak perbukitan dan tidak memperdulikan lingkungan sekitar
14.
Lasem
Pertanian :
KacangTunggak
Kebudayaan :
Kota pusaka
Terdapat kampung cina
Ada vihara yang indah dan berada disuatu komplek ibadah
Industri :
Terdapat ampung batik tulis khas Lasem yang sudah terkenal
Wisata
Wisata pantai karang jahe
Wisata religi vihara
Rawan banjir ( Desa Sedangsari, Desa Ngepak, Desa Dedongmulyo
Permukiman
terdapat areal permukiman dan pertanian di atasa kawasan lindung gunung lasem
Sumber : Analisis Penyusun 2016
LEMBAR ASISTENSI
Fakultas Teknik
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Kelompok : III Kabupaten Rembang
Mata Kuliah : Studio II Perencanaan Wilayah
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Al'Aswad, ST., MT
2. Ir. Hj. Eppy Yuliani, MT
Asisten Dosen Pembimbing : Risyal Rasyid
No
Tanggal
Keterangan
Tanda Tangan