NAMA
: KIKI MUH IQBAL DAUD
NPM
: 02271511144
KELAS
: Akuntansi V D RESUME S ITUS ITUS DAN INFORMAN PENELITIAN
A. Situs peneitian Yang dimaksud dengan situs penelitian peneliti
menangkap
untuk memperoleh
keadaan data
atau
adalah suatu tempat dimana
sebenarnya informasi
dari
objek
yang
yang
diteliti
diperlukan. diperlukan. Situs
penelitian juga dimaksud sebagai kondisi dari situasi sosial. Tiap situasi sosial mengandung tiga unsur, yakni adanya tempat, pelaku dan kegiatan ( Nasution, 1996 : 43). Situs atau latar adalah konteks di mana peristiwa atau kegiatan terjadi, suatu wilayah yang ditetapkan secara sosial dengan batasanbatasan yang bergeser atau pindah-pindah (shifting boundaries). Suatu kelompok bisa berinteraksi melintasi beberapa situs fisik. Misalnya, tim sepak bola perguruan tinggi, bisa berinteraksi di lapangan permainan, di kamar ganti, di asrama, di kamp latihan, atau di maskas lokal. Situs lapangan tim adalah semua lima lokasi itu. Peneliti memilih suatu situs, kemudian mengidentifikasi kasus-kasus untuk dieksaminasi di dalamnya – dalamnya –misalnya, misalnya, bagaimana para anggota tim sepak bola itu berhubungan dengan para figur otoritas. Memilih situs lapangan merupakan keputusan penting, dan para peneliti mencatat proses pemilihan situs itu. Ada tiga faktor yang relevan ketika memilih sebuah situs penelitian lapangan, yaitu: (a) kekayaan data, (b) ketidaklaziman atau ketidakkenalan (unfamiliarity), dan (c) kecocokan (Roth dan Schluchter, 1979:205). Beberapa situs lebih mungkin dari yang lainnya untuk memberikan daya yang kaya. Situs-situs yang menunjukkan jaringan hubungan-hubungan sosial, aktivitas-aktivitas yang beragam, dan peristiwaperistiwa berbeda dalam waktu yang lama memberikan data yang lebih kaya dan lebih menarik. Para peneliti lapangan permulaan (peneliti pemula) hendaknya memilih suatu situs yang tidak lazim (tidak kenal). Hal ini lebih mudah untuk melihat peristiwa-peristiwa kultural dan hubungan-hubungan sosial dalam suatu situs
yang baru. Ketika menyelidiki benar-benar (“casing”) situs-situs lapangan yang mungkin, seseorang (peneliti) harus mempertimbangkan isu-isu praktis seperti: a.
waktu dan ketrampilan peneliti,
b.
konflik-konflik serius diantara orang-orang dalam situs,
c.
karakteristik dan perasaan peneliti, dan
d.
akses pada bagian-bagian situs.
Akses fisik pada suatu situs dapat menjadi sebuah isu. Situs-situs dalam suatu kontinum, dengan area-area publik dan terbuka (misalnya, restoran umum dan ruang tungu di lapangan terbang) pada satu bagian dan situs-situs pribadi dan tertutup (seperti, firma, klub, dan aktivitas-aktivitas pribadi di rumah seseorang) pada bagian lain. Seorang peneliti bisa tidak disambut atau tidak diijinkan pada situs itu, atau ada hambatan-hambatan hukum dan politis untuk berakses. Hukum dan peraturan dalam lembaga-lembaga (seperti, sekolah umum, rumah sakit, dan penjara) membatasi akses (Neuman, 2000:352). B. menetapkan informan Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mengambil generalisasi dari sampel ke populasi, akan tetapi mengembangkan eksplorasi yang mendalam tentang suatu fenomena sentral. Justru itu, untuk bisa memahami fenomena tersebut secara labih baik, si peneliti kualitatif dengan sengaja memilih individu-individu atau situs-situs tertentu. Pembedaan antara “ pemilihan sampel
secara
randon”(random
sampling )
dengan
sampel
bertujuan
( purposeful sampling ) bisa. Dalam penelitian kuantitatif, fokusnya adalah sampel acak, memilih individu-individu yang representatif, dan kemudian membuat generalisasi dari individu-individu ini ke populasi. Sering proses ini berakhir dengan “menguji teori” dengan menjelaskan populasi. Walaupun demikian, dalam penelitian kualitatif, kita memilih orang atau situs didasarkan pada sejauh mana orang atau situs tersebut membantu kita memahami
fenomena sentral. Pemahaman seperti ini muncul melalui pemahaman yang rinci tentang orang-orang dan situs-situs yang kita teliti. Proses ini menghasilkan informasi yang memungkinkan individu “memahami” fenomena, atau menghasilkan pemahaman yang membantu menyuarakan suara-suara individu-ind vidu yang selama ini mungkin ‘bisu”. Dalam
penelitian
kualitatif,
pemilihan
subjek
penelitian
dapat
menggunakan criterion-based selection (Muhajir,1993), yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang diajukan. Selain itu dalam penentuan informan, dapat digunakan model snow ball sampling . Snowball sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang dilakukan setelah penelitian berjalan dan ini dilakukan ketika si peneliti mendapatkan rekomendasi dari para partisipan siapa-siapa saja individu lain yang perlu diteliti. Peneliti mungkin mengajukan permintaan itu selama wawancara atau melalui percakapan informal dengan individu-individu saat sedang berada di situs penelitian. Hal lain yang harus diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif, kuantitas subjek bukanlah hal utama sehingga pemilihan informan lebih didasari pada kualitas informasi yang terkait dengan tema penelitian yang diajukan.
C. Peneliti sebagai instruen penelitian Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah si peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, alat penelitian adalah peneliti sendiri. Kategori instrumen yang baik dalam penelitian kualitatif adalah instrumen yang memiliki pemahaman yang baik akan metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Hal ini dilakukan agar instrumen mampu menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan
data,
menilai
kualitas
data,
analisis
data,
menafsirkan data, dan membuat kesimulan atas temuannya. Adalah tidak salah jika Sugiyono menyebutkan peran peneliti sebagai key instrumen dalam proses penelitian kualitatif jika kita mencermati instrumen dalam penelitian kualitatif di atas (2006:251).
Peran Peneliti dalam Penelitian Kualitatif Sebelum
melakukan
penelitian
kualitatif,
peneliti
harus
melakukan tiga hal. Pertama, dia harus berpendirian seperti apa yang disiratkan oleh karakter paradigma naturalist. Kedua, peneliti harus mengembangkan tingkat keterampilan yang tepat sebagai instrumen
manusia,
atau
alat
untuk
mengumpulkan
dan
menafsirkan data. Tiga, peneliti harus menyiapkan satu desain peneltian yang menggunakan strategi penyelidikan naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985). Glaser dan Strauss (1967) dan Strasuss dan Corbun (1990) menyarankan agar peneliti memiliki sensitivitas teoritis. Konsep ini tentu
akan
sangat
keterampilan
peneliti
berguna dan
dalam
rangka
kesiapnnya
dalam
mengevaluasi melakukan
penyelidikan kualitatif. Sensitivitas teoritis mengacu pada kualitas personal peneliti. Strauss dan Corbin percaya bahwa sensitivitas teoritis berasal dari sejumlah sumber, termasuk literatur profesional, pengalaman profesional, dan pengalaman pribadi. Kredibilitas laporan peneliti kualitatif tergantung pada tingginya kepercayaan pembaca pada kemampuan peneliti yang sensitif atas data dan kemampuannnya membuat keputusan yang tepat di lapangan (Eisner, 1991; Patton, 1990). Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sangat kompleks. Selain sebagai perencana, ia juga bertugas sebagai pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya juga ia harus berperan sebagai pelapor hasil penelitian itu sendiri. Ia adalah segalanya dari segala proses penelitian kualitatif. Kedudukan
peneliti
dalam
pengumpulan
data
dalam
pengumpulan data memiliki peran yang sangat strategis. Dengan keunggulan
fisik
dan
psikologisnya
yang
fleksibel,
ia
bisa
memanfaatkan segala kemampuan fisik maupun psikologinya itu sebagai alat pengumpul data. Dalam dirinya, terkandung berbagai macam alat (instrument) pengumpul data yang lengkap. Indra penglihatan, rasa, raba, bau bisa digunakan untuk mengenali objek yang ada dihadapannya. Pikirannya bisa digunakan untuk Konsep
mengungkap hal-hal yang tak terdeteksi oleh keenam indra tubuhnya itu. Itulah keunggulan dari manusia (peneliti) sebagai instrumen.
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring , Rhama. 2012. SUBJEK PENELITIAN. http://rahmayanisembiring.blogspot.co.id/2012/12/subjek-penelitian.html (diakses tanggal 19 september 2017) Jabar, Cepi Safruddin Abd. 2016. Human instrument DALAM PENELITIAN KUALITATIF : SEBUAH KONSEP. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243758/penelitian/konsep+human+ins trument.pdf (diunduh tanggal 20 September 2017) Yudi, milan. 2009. 48 BAB III METODE PENELITIAN. http://etheses.uinmalang.ac.id/711/7/09510127%20Bab%203.pdf ( diunduh tanggal 20 September 2017)