RESPON FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS TERHADAP KECEMASAN
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut ta kut dan ansietas menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “ mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk untuk memper mempersia siapka pkan n pertah pertahana anan n tubuh. tubuh. Kelenja Kelenjarr adrena adrenall melepa melepass adrena adrenalin lin (epi (epine nefri frin) n),, yang yang meny menyeb ebab abka kan n tubu tubuh h meng mengam ambi bill lebih lebih bany banyak ak oksi oksige gen, n, medilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membua membuatt konstr konstriks iksii pembul pembuluh uh darah darah perife periferr dan memirau memirau darah darah dari dari sistem sistem gastro gastroint intest estinal inal dan reprod reproduks uksii serta serta mening meningkat katkan kan glikog glikogeno enolis lisis is menjad menjadii glukos glukosaa bebas bebas guna guna menyok menyokong ong jantun jantung, g, otot, otot, dan sistem sistem saraf saraf pusat pusat.. Ketika Ketika bahay bahayaa telah telah berakh berakhir, ir, serabu serabutt saraf saraf parasi parasimpa mpatis tis membal membalik ik proses proses ini dan mengem mengembali balikan kan tubuh tubuh ke kondis kondisii normal normal sampai sampai tanda tanda ancama ancaman n beriku berikutny tnyaa mengaktifkan kembali respons simpatis (Videbeck, 2008). Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas motorik, agitas agitasi, i, dan pening peningkat katan an tanda-t tanda-tand andaa vital. vital. Untuk Untuk mengu menguran rangi gi perasa perasaan an tidak tidak nyaman, individu mencoba mengurangi tingkat ketidaknyaman tersebut dengan melaku melakukan kan perilak perilaku u adapti adaptiff yang yang baru baru atau mekani mekanisme sme pertah pertahana anan. n. Perilak Perilaku u adaptif dapat menjadi hal yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya : menggunakan teknik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian pada pemandangan yang indah, relaksasi tubuh secara berurutan dari kepala sampai jari kaki, dan pernafasan yang lambat dan teratur untuk mengurangi ketegangan otot dan tanda-tanda vital. Respons negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku maladaptif, seperti sakit kepala akibat ketegangan, sindrom nyeri, dan respons terkait stress yang menimbulkan efisiensi imun (Videbeck, 2008). Ansiet Ansietas as dapat dapat disamp disampaik aikan an dari dari satu satu indivi individu du kepada kepada indivi individu du lain lain melalui kata-kata, misalnya mendengar seorang berteriak “kebakaran” di ruang yang yang penuh penuh sesak sesak atau mendenga mendengarr suara suara berget bergetar ar dari dari ibu yang yang tidak tidak dapat dapat menemu menemukan kan anakn anaknya ya di mal yang yang padat. padat. Ansieta Ansietass dapat dapat disamp disampaik aikan an secara secara nonverbal melalui empati, suatu kesadaran menepatkan diri pada posisi orang lain untuk beberapa waktu (Sullivan, dalam Videbeck, 2008). Keti Ketika ka indi indivi vidu du menj menjad adii cemas cemas,, merek merekaa meng menggu guna naka kan n meka mekani nism smee pertahanan pertahanan untuk mengurangi mengurangi rasa cemas. cemas. Mekanisme Mekanisme pertahanan pertahanan merupakan merupakan distor distorsi si kognit kognitif if yang yang diguna digunakan kan oleh oleh seseor seseorang ang untuk untuk memper mempertah tahank ankan an rasa rasa kendali terhadap situasi yang menimbulkan stress. Proses ini mencakup muslihat diri, kesadaran yang terbatas terhadap situasi, atau komitmen emosional yang kurang kurang.. Kebany Kebanyaka akan n mekani mekanisme sme pertah pertahana anan n timbul timbul dari dari alam bawah bawah sadar sadar sehing sehingga ga indivi individu du tidak tidak sadar sadar menggu menggunak nakann annya. ya. Ketika pasien pasien tidak tidak dapat dapat menj menjel elas aska kan n kece kecela laka kaan an yang yang baru baru saja saja dial dialam amin inya ya,, piki pikira rann nnya ya seda sedang ng menggunakan mekanisme represi (melupakan peristiwa yang menakutkan secara tidak sadar). Beberapa individu menggunakan mekanisme pertahanan secara berlebihan dan hal ini menghentikan mereka mempelajari berbagai metode yang tepat untuk mengatasi situasi yang menimbulkan ansietas. Ketergantungan pada satu atau dua
mekanisme pertahanan juga dapat menghambat pertumbuhan emosional, menyebabkan buruknya keterampilan menyelesaikan masalah, dan menimbulkan kesulitan menjalin hubungan. TINGKAT KECEMASAN Ada empat tingkat kecemasan (Peplau, dalam Videbeck, 2008), yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif, dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan. KECEMASAN RINGAN : Respons fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian dan rajin. Respons kognitif : lapang emosional luas, terlihat tenang dan percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memerhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Respons emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, ativitas menyendiri, terstimulasi dan tenang. KECEMASAN SEDANG : Respons fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara berubah : bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung. Respons kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, focus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar dan gembira. Pada kecemasan ringan dan sedang, individu dapat memproses informasi, belajar, dan menyelesaikan masalah. Pada kenyataannya, tingkat kecemasan memotivasi pembelajaran dan perubahan perilaku. Keterampilan kognitif mendominasi. KECEMASAN BERAT : Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakkan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan dan gemetar. Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangan informasi, hanya memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri, dan egosentris. Respons emosional : sanagt cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan dan ingin bebas. PANIK : Respons fisik : flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
Respons kognitif : persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, focus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi. Respons emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kangen, takut dan lelah. Ketika individu mengalami kecemasan berat dan panik, keterampilan bertahaan yang lebih sederhana mengambil alih, respons defensif terjadi, dan keterampilan kognitif menurun signifikan. Individu yang mengalami kecemasan berat sulit berpikir dan melakukan pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat, dan mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan, iritabilitas, dan kemarahan, atau menggunakan cara psikomotor-emosional yang sama lainnya untuk melepas ketegangan. Dalam keadaan panic, alam psikomotoremosional individu tersebut mendominasi, disertai respons fight, flight, atau freeze. Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-tanda vital sangat meningkat, pupil membesar untuk memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk, dan satusatunya proses kognitif berfokus pada pertahanan individu tersebut. Referensi : Buku Ajar Keperawatan Jiwa.