Respon Tubuh Terhadap Cedara
Reaksi peradangan
Merupakan reaksi defensif (pertahanan diri) sebagai respon terhadap cedera berupa reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.
Radang adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Radang Menu ru t K atzu n g (2002):
ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue).
Jenis-jenis Radang
Radang Akut Radang Kronis Radang Kronis Eksaserbasi Akut
Radang akut
adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit.
Radang akut
Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.
Radang kronis Dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan.
Radang kronis eksaserbasi akut
adalah radang yang merupakan peningkatan keparahan dari suatu gejala penyakit. Tanda-tanda klinis radang akut kembali timbul pada radang ini, seperti rubor, kalor, tumor, dolor, functio laesa.
Gambaran Makroskopik Peradangan
Dikenal
sebagai tanda-tanda pokok peradangan yang mencakup kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Tanda
pokok yang kelima ditambahkan yaitu perubahan fungsi (function laesa).
Rubor (Kemerahan)
Rubor
biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami peradangan.
Waktu
reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai daerah daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih bannyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal.
Rubor (Kemerahan)
Kapiler-kapiler
yang sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat akan terisi oleh darah.
Keadaan
ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
Timbulnya
hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti histamine.
Kalor (panas)
Terjadi
bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Sebenarnya
panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37 0 C, yaitu suhu dalam tubuh.
Kalor (panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah (pada suhu 37 0 C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang terkena lebih lebih banyak dari pada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerahdaerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 370 C dan hiperemia tidak menimbulkan perubahan.
Dolor (nyeri)
Dolor dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya, bahan pH lokal atau kongesti lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.
Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya juga dapat merangsang selsel saraf.
Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi juga dapat menimbulkan nyeri.
Tumor (pembengkakan)
Segi
paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkakan lokal (tumor).
Pembengkakan
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan interstisial.
Tumor (pembengkakan)
Campuran
dari cairan dan sel yang tertimbun paada daerah peradangan disebut eksudat, pada keadaan dini reaksi peradangan , sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliaran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.
Function laesa (perubahan fungsi)
Adalah
reaksi peradangan yang telah dikenal, sepintas lalu mudah dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai dengan sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi yang abnormal, berfungsi juga secara abnormal.
Namun
sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.
Aspek-aspek cairan pada peradangan
1. Eksudasi Pergeseran cairan yang terjadi secara bertahap pada reaksi peradangan berlangsung sangat cepat dan mengandung protein plasma dalam jumlah yang cukup signifikan, keaadaan ini disebut dengan eksudat . Faktor utama adalah permeabilitas pembuluh darah terhadap protein. 2. Limfatik dan aliran limf Jika suatu daerah meradang, biasanya terjadi peningkatan mencolok pada aliran limfe yang keluar dari daerah tersebut. Bila pembuluh limfe terkena radang, disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar limfe yang terkena radang, maka disebut dengan limfadenitis.
Aspek Seluler pada Peradangan
1.
Marginal dan Emigrasi
Aspek Seluler pada Peradangan
Aspek Seluler pada Peradangan
2. K e m o t ak s i s
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu mereka sudah beremigrasi, merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan adanya sinyal kimia. Fenomena ini disebut dengan kemotaksis.