MUMPS I. PENDAHULAN
Parotitis merupakan penyakit sistemik pada anak yang sampai saat ini masih sering dijumpai. Mumps merupakan salah satu virus penyebab parotitis yang tersering. Saat ini sudah tersedia vaksin yang dapat mencegah parotitis yang disebabkan oleh mumps.
1
Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis epidemika merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidens pada umur <15 tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun. Setelah ditemukan vaksin parotitis, kejadian parotitis epidemika menjadi sangat jarang. Di negara barat seperti Amerika dan Inggris, rata-rata didapat kurang dari 1.000 kasus per tahun. Demikian pula insidens parotitis bergeser pada anak besar dan dewasa muda serta menyebabkan kejadian luar biasa di tempat kuliah atau tempat kerja. Di Indonesia, tidak didapatkan adanya data mengenai insidens terjadinya parotitis epidemika. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105 kasus parotitis epidemika. Jumlah kasus tersebut semakin berkurang tiap tahunnya, dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum tahun 2000 dan 1-5 kasus/tahun setelah tahun 2000. Selama tahun 2008 hanya didapatkan satu kasus parotitis epidemika. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI
Mumps (Parotitis Epidemika) adalah penyakit infeksi akut dan menular yang disebabkan virus. Virus menyerang kelenjar air liur di mulut, terutama kelenjar parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi muka tepat di bawah dan di depan telinga.7
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
1
Mumps atau parotitis epidemika merupakan self limiting disease yang disebabkan oleh infeksi virus yang paling sering terjadi di sekolah-usia anak dan remaja. Gambaran klasik mumps adalah pembengkakan nonsuppuratif dan rasa nyeri kelenjar ludah. Infeksi ini biasanya bersifat jinak, dan banyak kasus yang subklinis.5 B. ETIOLOGI
Penyebab adalah virus mumps. 7 Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus, yang juga mencakup parainfluenza, campak, dan virus penyakit Newcastle. Hanya deiketahui ada satu serotype. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama digunakan untuk isolasi virus. Pengaruh sitopatik kadang-kadang ditemukan, tetapi hemadsorpsi merupakan indikator infeksi yang paling sensitif. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.3
Virus penyebab mumps dapat menyebar melalui kontak langsung dengan percikan ludah, bahan muntah dan urine. Virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus memperbanyak diri di saluran napas atas dan menyebar ke kelenjar getah bening lokal. Masa ini dikenal dengan masa inkubasi dan berlangsung selama 12-25 hari. Kemudian virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan lokasi yang dituju adalah kelenjar parotis, ovarium (indung telur) pada wanita atau testis (buah zakar) pada laki-laki, pankreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak.8
C. EPIDEMIOLOGI
Insidens penyakit parotitis telah jauh menurun dibandingkan dengan periode sebelum tahun 1967. Di Amerika Serikat data yang dilaporkan oleh CDC (Centre of Disease Control ) yang terakhir, hanya menyebutkan 1692 kasus pada tahun 1993. Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta penderita parotitis yang berobat di unit rawat jalan sejak tahun 1994 - 1998 adalah sebanyak 61 kasus, sedangkan data Survai Rumah Tangga 1966 tidak menyertakan parotitis sebagai
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
2
penyakit yang diteliti. Salah satu virus penyebab parotitis adalah mumps, golongan paramyxovirus yang terdiri dan satu rangkaian tunggal RNA yang memiliki kapsul Iipoprotein. Golongan umur 5-9 tahun adalah golongan yang paling banyak diserang oleh penyakit ini. Komplikasi yang berat meliputi orkitis, pankreatitis, meningoensefalitis, dan berbagai keterlibatan organ keIenjar lainnya.2
Meskipun insiden menurun pada semua kelompok usia, penurunan terbesar (> 50% pengurangan tingkat kejadian per 100.000 penduduk) terjadi pada orang yang berusia 10 tahun atau lebih. Orang yang berusia 15 tahun atau lebih tua menyumbang lebih dari sepertiga dari total yang dilaporkan pada tahun 19851987, sedangkan pada periode 1967-1971, rata-rata hanya 8% dari kasus yang dilaporkan terjadi pada populasi ini. Meskipun dilaporkan insiden mumps tetap meningkat di semua kelompok usia dari tahun 1985-1987, peningkatan paling dramatis adalah di kalangan remaja yang berusia 10-14 tahun (peningkatannya hampir 7 kali lipat) dan dewasa muda yang berusia 15-19 tahun (peningkatannya lebih dari 8 kali lipat). 10 Karena virus ini ada di seluruh dunia, risiko terkena mumps di luar Amerika Serikat mungkin tinggi. Di banyak negara di seluruh dunia, mumps tetap endemik. Vaksin mumps digunakan di hanya 57% dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar negaranegara dengan ekonomi lebih berkembang. 10 D. PATOGENESIS
Sesudah masuk dan mulai membelah dalam sel saluran pernapasan, virus dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke kelenjar ludah dan kelenjar lain yang paling rentan.3 Setelah virus masuk ke dalam sistem pernapasan, virus akan bereplikasi secara lokal. Diseminasi viremic kemudian terjadi pada jaringan target seperti kelenjar parotis. Sel nekrosis dan peradangan dengan infiltrasi sel mononuklear
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
3
adalah respon jaringan, Kelenjar ludah edema dan terjadi deskuamasi sel epitel yang melapisi sel nekrotik. 10 E. MANIFESTASI KLINIK
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia lima sampai 15 tahun. Gejalanya, nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Lebih terasa lagi bila menelan cairan asam seperti cuka dan air jeruk. Pembengkakan yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah telinga. Kelenjarkelenjar di bawah dagu juga akan lebih besar dan membengkak. Penderita juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat hingga 39,5 oC. Komplikasi mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur belasan tahun, nyeri pada perut dan alat kelamin. Pada penderita remaja perempuan, nyeri akan terasa juga di bagian payudara. Komplikasi serius terjadi jika virus mumps menyerang otak dan susunan syarat. Ini menyebabkan radang selaput otak dan jaringan selaput otak. Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti persentuhan dengan cairan muntah dan air seni penderita atau melalui udara ketika penderita bersin atau batuk.7
Gambar 1. Pembesaran kelenjar parotis dan submandibular.
6
F. DIAGNOSIS
Masa inkubasi virus mumps adalah 16 sampai 18 hari. Gejala prodromal meliputi demam ringan, anoreksia, sakit kepala, dan malaise. Dalam waktu 24 jam
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
4
dari gejala prodromal, pasien mungkin akan mengeluh sakit telinga dan n yeri pada kelenjar parotis ipsilateral. Setelah pembengkakan parotis mencapai puncaknya, rasa nyeri dan demam hilang dengan cepat, dengan kelenjar biasanya kembali ke ukuran normal dalam waktu 7 sampai 10 hari. 5 Diagnosis penyakit parotitis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium, kecuali gejala klinis yang muncul tidak klasik untuk parotitis. Parotitis merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri. Pengobatan yang diberikan hanya untuk mengurangi gejalanya saja yaitu parasetamol untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan demam. Pengobatan dengan anti virus sampai saat ini masih belum terbukti dapat bermanfaat, begitu pula dengan obat imunomodulator yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat dapat membantu mempercepat penyembuhan.8 Diagnosis mumps didasarkan pada riwayat pajanan, dan pembengkakan parotis dengan rasa nyeri. Penegasan laboratorium mumps yang khas menjadi penting dalam suatu wabah dan dalam kasus-kasus dengan gejala subklinis. Tes khusus meliputi isolasi virus dari cucian tenggorokan atau hidung, titer IgG (hemaglutinasi inhibisi assay [HAI], fiksasi komplemen assay, enzyme immunoassay), tes IgM, dan RT-PCR testing. 5 Infeksi dikonfirmasi oleh isolasi virus atau asam nukleat dari spesimen klinis. Pemeriksaan serologi menunjukkan peningkatan titer IgG yang signifikan di antara spesimen akut dan konvalesen atau IgM antibodi mumps positif. 5 Virus Parainfluenza 3 juga dapat menyebabkan parotitis dan dapat menghasilkan respon antibodi heterolog yang dapat mempengaruhi tes mumps HAI. Hal ini penting untuk menyingkirkan infeksi ini ketika menggunakan tes HAI untuk mendiagnosa penyakit mumps. 5
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
5
G. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Virus mumps satu-satunya penyebab epidemi parotitis. Parotitis terutama kasus sporadis dapat berhubungan dengan virus selain dari mumps. Parotitis juga dapat disebabkan oleh Epstein Barr virus, human herpesvirus B6 (penyebab roseola) cytomegalovirus, parainfluenza virus tipe 1 dan 3, influenza A virus, coxsackieviruses dan enteroviruses lainnya , lymphocytic choriomeningitis virus, human immunodeficiency virus, Staphylococcus aureus, dan nontuberculous Mycobacterium.9
H. PENGOBATAN
Pengobatan parotitis seluruhnya simtomatik. Tirah baring harus diatur menurut kebutuhan penderita, tetapi tidak ada bukti statistic yang menunjukkan bahwa tirah baring ini mencegah komplikasi. Diet harus disesuaikan dengan kemampuan penderita untuk mengunyah. Orkitis harus diobati dengan dukungan local dan tirah baring. Arthritis parotitis dapat berespon terhadap pemberian 2 minggu agen antiradang kortikosteroid atau nonsteroid. Salisilat tampak tidak efektif.3 I. PROFILAKSIS 1. Passif
Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.3 2. Aktif
Pemberian rutin vaksin parotitis hidup yang dilemahkan. Anak yang divaksinasi biasanya tidak mengalami demam atau reaksi klinis lain yang dapat dideteksi, tidak mengekskresi virus, dan tidak menular terhadap kontak yang rentan. Jarang parotitis dapat berkembang 7-10 hari sesudah vaksinasi. Vaksin memicu antibodi pada sekitar 96% resipien seronegatif dan mempunyai kemanjran protekstif sekitar 97% terhadap infeksi parotitis alamiah. Proteksi
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
6
tampak berakhir lama. Pada satu wabah parotitis, beberapa anak yang telah diimunisasi dengan vaksin parotitis sebelumnya mengalami sakit yang ditandai dengan demam, malaise, mal, dan ruam popular merah yang melibatkan badan dan tungkai tetapi menyelamatkan telapak tangan dan kaki. Ruam berakhir sekitar 24 jam. Tidak ada virus yang diisolasi dari anak ini, tetapi kenaikan titer antibody parotitis ditnjukkan.3 J. KOMPLIKASI
Keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) dalam bentuk meningitis aseptik (sel-sel inflamasi pada cairan serebrospinal) adalah yang paling sering, terjadi tanpa gejala pada 50% sampai 60% pasien. Gejala meningitis (sakit kepala, kaku kuduk) terjadi sampai 15% pasien dan berubah tanpa sequelae 3 sampai 10 hari. Orang dewasa memiliki risiko lebih tinggi untuk komplikasi ini dibandingkan anak-anak, dan laki-laki lebih sering dibandingkan anak perempuan (dengan rasio 3:1). Parotitis mungkin tidak ada di sebanyak 50% pasien demikian. Penyakit otak adalah jarang (kurang dari 2 per 100,000 kasus mumps). 4 1. Meningioensefalitis
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada masa anak. Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis system saraf sentral, seperti dibuktikan oleh pleositasis cairan serebrospinal, telah dilaporkan lebih dari 65% penderita dengan parotitis. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insiden meningoensefalitis parotitis sekitar 250/100.000 kasus; 10% dari kasus ini terjadi pada penderita lebih tua dari 20 tahun. Angka mortalitas adaah sekitar 2%. Orang laki-laki terkena tiga sampai lima kali lebih sering daripada wanita. Parotitis merupakan salah satu dari penyebab meningitis aseptik yang paling sering. 3 Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah diuraikan sebabagai (1) infeksi primer neuron dan (2) ensefalitis pascainfeksi dengan demielinasi. Pada tipe pertama parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis. Pada tipe ke dua, ensefalitis menyertai parotitis pada sekitar 10 hari. Parotitis mungkin Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
7
pada beberapa kasus tidak ada. Stenosis aqueduktus dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan infeksi parotitis. Menginjeksikan virus parotitis ke dalam tpai pada umur menyusui telah menghasilkan lesi yang serupa. 3 Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dari meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan neorologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS) biasanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. selnya hamper selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus, dimana leukosit polimorfonklear sering mendominasi pada awal penyakit. Virus parotitis dapat diisolasi dari cairan serebrospinal pada awal penyakit. 3 2. Orkitis, Epididimitis
Orchitis (inflamasi testicular) adalah komplikasi paling umum pada lakilaki setelah masa pubertas. Penyakit ini terjadi sebanyak 50% pada laki-laki setelah masa pubertas, biasanya setelah parotitis, tapi penyakit ini mungkin mendahuluinya, terjadi secara serempak, atau terjadi sendirian. 4 Komplikasi ini jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi sering (14-35%) pada remaja dan orang dewasa. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epididimitis; epididimitis dapat juga terjadi sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari atau sekitarnya; orkitis dapat juga terjadi tanpa bukti adanya infeksi kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita keda testis terkena. Mulainya biasanya mendadak, dengan kenaikan suhu, menggigil, nyeri kepala, mual, dan nyeri perut bawah; bila testis kanan terlibat, appendisitis dapat dikesankan sebagai kemungkinan diagnostik. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak, dan kulit yang berdekatan edema dan merah. Rata-rata lamanya adalah hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut mungkin jarang.3
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
8
3. Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas. Tidak ada bukti adanya gangguan fertilitas. 3,4 4. Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada satu penelitian orang dewasa, kelainan fungsi ginjal terjadi kadang-kadang pada setiap penderita, dan virria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis, telah dilaporkan.3 5. Prankreatitis
Pankreatitis adalah jarang, tapi adakalanya terjadi tanpa parotitis; hyperglycemia adalah temporer dan bersifat reversibel.4 6. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang, tetapi infeksi ringan miokardium
mungkin
lebih
sering
daripada
yang
diketahui.
Rekaman
elektrokardigrafi menunjukkan perubahan-perubahan, kebanyakan depresi segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu seri. Keterlibatan demikian dapat menjelaskan nyeri prekordium, bradikardia, dan kelelahan kadang-kadang ditemukan pada remaja dan orang dewasa dengan parotitis. 3 7. Mastitis
Komplikasi ini tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin. 3 8. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral; walaupn insidennya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral. Kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen. 3
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
9
9. Komplikasi Okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optic (papillitis)dengan gejalagejaa bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuuhan dalam 10-20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tendonitis, dengan akibat eksoftalmus; dan trobosis vena sentral.3 10. Artritis
Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi merupakan komplikasi yang jarang; biasanya penyembuhannya sempurna. 3 11. Purpura Trombositopeni
Tanda ini tidak sering terjadi. 3 12. Embriopati Parotitis
Tidak ada bukti yang kuat bahwa infeksi ibu mencederai janin; kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan menambah peluang abortus.3 K. PROGNOSIS
Prognosis keseluruhan mumps dengan tanpa komplikasi adalah sangat baik. Prognosis pasien dengan ensefalitis umumnya baik, namun, kerusakan neurologis dan kematian dapat terjadi. Dilaporkan angka kejadian ensefalitis mumps sebesar
5 kasus per 1000 kasus mumps yang dilaporkan. Sequelae
permanen jarang terjadi, sedangkan laporan kasus ensefalitis angka kematian ratarata 1,4%. Myelitis sementara atau polyneuritis jarang. Sekitar 10% dari semua pasien yang terinfeksi berkembang dalam bentuk meningitis ringan, yang sulit dibedakan dengan meningitis bakteri. 10
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, Sri Rezeki S. Orkitis pada Infeksi Parotitis Epidemika: laporan kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009. p 47-51 2. Satari, Hindra Irawan, et.al. Studi Sero epidemiologi pada Antibodi Mumps Anak Sekolah Dasar di Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 3, Desember 2004. p. 134-137 3. Maldonado, Yvonne. Parotitis Epidemika. Dalam: Nelson Ilmu Kesehatan Anak; 2000. p.1075-1077 4. Mumps, Pinkbook 2012, Epidemiology and Prevention of Vaccine Preventable Diseases, 12th Edition Second Printing Revised May 2012 5. Vikas S. Kancherla, I. Celine Hanson. Mumps resurgence in the United States. The Journal of Allergy and Clinical Immunology Volume 118, Issue;
2006.
p.938-941.
Diakses
dari
http://www.jacionline.org
/article/S0091-6749(06)01582-X/fulltext pada bulan April 2013 6. JEVUSKA. Mumps Kedokteran;
2007.
(Parotitis
Epidemika). Dalam: Anak, Artikel
Diakses
dari
http://www.jevuska.com
/2007/04/02/mumps-parotitis-epidemika pada bulan April 2013 7. Depkes RI. Mumps (parotitis Epidemika). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas; 2007. Jakarta: 2008. p.158 8. Anggraeni, Melisa, Dwi Lingga Utama, I Md Gd . Gondongan (Mumps atau Parotitis). Bag/SMF IKA FK UNUD-RSUP Sanglah Denpasar. Diakses dari
http://ppdsikafkunud.com/gondongan-mumps-atau-parotitis
pada bulan April 2013 9. California Department of Public Health – December 2012. Mumps: Case and Outbreak Investigation: 2012 10. Germaine L Defendi. Mumps. In: Russell W Steele, Chieff Editor: Medscape Reference: 2012. Diakses dari http://emedicine.medscape.com pada bulan April 2013.
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
11
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
REFERAT APRIL 2013
MUMPS
DISUSUN OLEH: SUHARDIMANSYAH (K1A1 09 003)
PEMBIMBING Dr. Hj. MUSYAWARAH, Sp.A
BAGIAN/SMF ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2013
Suhardimansyah| K1A1 09 003 Fakultas Kedokteran UNHALU
12