REFERAT
LARINGITIS TUBERKULOSIS
Oleh: Anggraini Lalang Buana
G99161015
Azmi Farah Fairuzya
G9916105
I!" Ary#na
G99161050
Pembimbing : N"!i $rima%#&i' %r(' S)( T*T+KL' ,(K#-
KE$ANITERAAN KLINIK S,F IL,U T*T+KL FAKULTAS KE.OKTERAN UNS / RSU. .R( ,OEAR.I 01
2
BAB I $EN.A*ULUAN
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3 minggu. Bila gejala ge jala telah lebih dari 3 minggu minggu dinama dinamakan kan laring laringiti itiss kronis kronis.. alah alah satu satu bentuk bentuk laring laringit itis is kronis kronis spesif spesifik ik adalah laringitis tuberkulosis. !uberkul !uberkulosis osis "!B# merupakan merupakan penyakit penyakit infeksi infeksi yang disebabkan disebabkan oleh kuman basil tahan asam atau kuman $ikobakterium !uberkulosis. !uberkulosis. Pada tahun %&&3, Organi Organisas sasii 'esehat 'esehatan an (unia (unia ") ")*O# *O# menyat menyataka akan n !B sebaga sebagaii +keada +keadaan an darura daruratt keseha kesehatan tan global global+. +. ekita ekitarr sepert sepertiga iga populas populasii dunia dunia terinf terinfeks eksii $. tuberc tuberculo ulosis sis.. ebagian besar kasus "- # terjadi pada kelompok usia produktif "/012& tahun#. % ndonesia memiliki pre4alensi !B tertinggi ketiga di 5sia, setelah 6hina dan ndia. Perkiraan kejadian kasus dahak positif sputum baru di ndonesia adalah -7-.000./ Berdas Berdasark arkan an sur4ey sur4ey kesehat kesehatan an rumah rumah tangga tangga %&&89 %&&89 !B adalah adalah penyeba penyebab b kematian paling umum ketiga di ndonesia. $anifestasi tuberkulosis !B yang paling umum adalah tuberkulosis laryngeal.3 !B6 laryngeal telah dianggap sebagai hasil manifestas manifestasii paru ekstra ekstra dan sering sering dikaitkan dikaitkan dengan infeksi paru1paru.2 'eluhan utama penderita !B laring paling sering dijumpai yaitu suara serak yang disertai disf disfagi agiaa denga dengan n atau atau tanp tanpaa odinof odinofag agia ia dan dan batu batuk. k. Pada Pada bebe bebera rapa pa kasu kasuss dapa dapatt ditemu ditemukan kan limfad limfadenop enopati ati ser4ik ser4ikal al yang yang sering sering dicuri dicurigai gai sebagai sebagai suatu suatu metast metastase ase keganasan.8 Laringitis tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa yang paling umum dari lari laring ng dan seri seringk ngkal alii dihu dihubun bungka gkan n denga dengan n tuber tuberkul kulos osis is paru paru akti aktif. f. Lari Laring ngit itis is tuberkulosis merupakan salah satu komplikasi dari tuberkulosis paru. Pada awal abad ke1/0, laringitis tuberkulosis mengenai /-130 pasien tuberkulosis paru. edangkan
3
sekarang hanya % kasus laringitis tuberkulosis.%0 Penurunan kejadiaan laringitis tuberkulosis ini terjadi sebagai akibat dari peningkatan perawatan kesehatan masyarakat dan perkembangan antituberkulosis yang efektif. Penderita dengan laringitis tuberkulosis biasanya datang dengan gejala, seperti disfonia, odynophagia, dyspnea, odynophonia, dan batuk. Obstruksi pernafasan bisa terjadi pada stadium lanjut penyakit. Pemahaman bahwa karsinoma laring juga sering menunjukkan gejala serupa merupakan keharusan untuk menge4aluasi laringitis. ejala pada saluran pernapasan seperti batuk kronis, hemoptisis dan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan penurunan berat badan merupakan gejala1gejala umum yang sering dijumpai pada pasien dengan tuberkulosis.%% Pada laringitis tuberkulosis proses inflamasi akan berlangsung secara progresif dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas. 'esulitan bernafas ini dapat disertai stridor, baik pada periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya. ;ika tidak segera diobati, stenosis dapat berkembang, sehingga diperlukan trakeostomi. 5kan tetapi, sering kali setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi laringitis tuberkulosisnya menetap. *al ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta 4askularisasi yang tidak sebaik di paru, sehingga bila sudah mengeni kartilago, pengobatannya lebih lama.%/ Oleh karena itu, pembahasan mengenai laringitis tuberculosis lebih lanjut diperlukan agar dapat memberi pengetahuan mengenai cara diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat guna mencegah komplikasi yang akan terjadi.
4
BAB II TIN2AUAN $USTAKA
I( Ana3"mi Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi 4ertebra cer4icalis < = <, dimana pada anak1anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang1kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.2 Batas1batas laring berupa sebelah kranial terdapat aditus laringeus yang berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari 4ertebra cer4icalis oleh otot1otot pre4ertebral, dinding dan ca4um laringofaring, serta di sebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan lemak, dan kulit. edangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot1otot sternokleidomastoideus, infrahyoid, dan lobus kelenjar tiroid.3,2 Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid dan beberapa buah tulang rawan. !ulang hyoid berbentuk seperti huruf >, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendo dan otot1otot. 3,2,!ulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata dan kartilago tiroid.3,2,Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid "anterior, lateral, dan posterior#, ligamentum krikotiroid
medial,
ligamentum
krikotiroid
posterior,
ligamentum
kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum 4entrikularis, ligamentum 4okal yang
5
menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotika.3,2 Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os *yoid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. !ulang ini merupakan tempat melekatnya otot1otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia / tahun.3,2
ambar %. 5natomi Laring
A( Ana3"mi Bagian Laring .alam
6a4um laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut:%2 %. upraglotis "4estibulum superior# ?aitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring. /. lotis "pars media#
6
?aitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni. 3. nfraglotis "pars inferior# ?aitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.
B( B#4#ra)a 4agian )#n3ing %ari %alam laring
%. 5ditus Laringeus Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus. /. @ima
7
7.
8
II( Fi-i"l"gi Laring
Laring mempunyai 3 "tiga# fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut:3,8,,7
%. Aungsi Aonasi Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. uara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. ada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan 4ibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru1paru, trakea, faring, dan hidung. ada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung1ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. /. Aungsi Proteksi. Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot1otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika 4entrikularis dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen . Laringeus uperior. ebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. erakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. truktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus. 3. Aungsi @espirasi. Pada
waktu
inspirasi
diafragma
bergerak
ke
bawah
untuk
memperbesar rongga dada dan $. 'rikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini
9
dipengaruhi oleh tekanan parsial 6O/ dan O/ arteri serta p* darah. Bila pO/ tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila p6O/ tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis. *iperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO/ arterial dan hiper4entilasi akan menghambat pembukaan laring. !ekanan parsial 6O/ darah dan p* darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara. 2. Aungsi irkulasi. Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang1kadang henti jantung. *al ini dapat karena adanya reflek kardio4askuler dari laring. @eseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. mpuls dikirim melalui . Laringeus @ekurens dan @amus 'omunikans . Laringeus uperior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung. -. Aungsi Aiksasi. Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan. 8. Aungsi $enelan. !erdapat 3 "tiga# kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses menelan, yaitu: Pada waktu menelan faring bagian bawah "$. 'onstriktor Aaringeus uperior, $. Palatofaringeus dan $. tilofaringeus# mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan
terdorong ke bawah
dan
terjadi pembukaan
faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah makanan atau
10
minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Cpiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. . Aungsi Batuk. Bentuk plika 4okalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring. 7. Aungsi Ckspektorasi. (engan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. &. Aungsi Cmosi. Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan. III(.#7ini-i
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis. @adang akut laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut "common cold #. edangkan laringitis kronik merupakan radang kronis laring yang dapat disebabkan oleh sinusitis kronis, de4iasi septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis. $ungkin juga
11
disebabkan oelh penyalahgunaan suara "vocal abuse# seperti berteriak1teriak atau biasa berbicara keras.8 Laringitis kronis dibagi menjadi laringitis kronik non spesifik dan spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat disebabkan oleh faktor eksogen "rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan kimia, infeksi kronik saluran napas atas atau bawah, asap rokok# atau faktor endogen "bentuk tubuh, kelainan metabolik#. edangkan laringitis kronik spesifik disebabkan tuberkulosis dan sifilis.& alah
satu bentuk laringitis kronis spesifik adalah laringitis
tuberkulosis. Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosa.8 a( E)i%#mi"l"gi
ebagaimana insidensi dan pre4alensi tuberkulosis paru yang mengalami penurunan, kejadian laringitis tuberkulosis juga mengalami penurunan, meskipun kecenderungan peningkatan kejadian laringitis tuberkulosis dalam beberapa tahun terakhir.%0 (ulu, dinyatakan bahwa penyakit ini sering terjadi pada kelompok usia muda yaitu /0 = 20 tahun. (alam /0 tahun belakangan, insidens penyakit ini pada penduduk yang berumur lebih dari 80 tahun jelas meningkat. aat ini tuberkulosis dalam semua bentuk dua kali lebih sering pada laki1laki dibanding dengan perempuan. !uberkulosis laring juga lebih sering terjadi pada laki1laki usia lanjut, terutama pasien1pasien dengan keadaan ekonomi dan kesehatan yang buruk, banyak diantaranya adalah peminum alkohol.%% 4( E3i"l"gi
*ampir selalu disebabkan tuberkulosis paru. etelah diobati biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap, karena struktur mukosa laring sangat lekat pada kartilago serta
12
4askularisasi tidak sebaik paru. nfeksi laring oleh Mycobacterium tuberculosa hampir selalu sebagai komplikasi tuberkulosis paru aktif, dan ini merupakan penyakit granulomatosis laring yang paling sering.&,%0,%% I8( $a3"7i-i"l"gi
nfeksi M tuberculosis ke laring dapat terjadi melalui udara pernapasan, sputum yang mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfa. 'uman ini dapat menembus sistem mukoiliar saluran pernafasan atas dan diteruskan ke paru1paru. ejala yang muncul pada infeksi tuberkulosis berdasarkan beberapa faktor diantaranya 4irulensi, jumlah kuman dalam tubuh, serta daya tahan tubuh. 5da beberapa teori yang menyebabkan terjadinya kontaminasi laring oleh kuman tuberkulosis.%3 %. !eori Bronkogenik, dimana laring mengalami infeksi melalui kontak langsung dari sekret atau sputum yang kaya kuman tuberkulosis baik pada cabang bronkus atau pada mukosa laring.gangguan pada laring ini berjalan seiring kelainan yang terjadi pada paru1paru. Lokasi lesi pada laring yang paling sering terjadi adalah pada bagian posterior laring berupa edema granuloma, hiperplasia reaktif, ulserasi, dan tuberkel epiteloid. /. !eori hematogenik, pada teori ini, kelainan hanya terjadi di laring dan tidak memperlihatkan kelainan pada paru. 'uman tuberkulosis menyebar melalui darah dan sistem limfatik, dan beberapa penelitian membuktikan lesi pada laring paling sering ditemukan pada epiglotis dan bagian anterior laring berupa edema polipoid, hipreplasia, dan ulserasi minimal. nfeksi tuberkulosis pada laring dapat menimbulkan gangguan sirkulasi yang mengakibatkan edem pada fosa interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika 4okalis, plika 4entrikularis, epiglotis, serta terakhir ialah dengan subglotik.
13
ecara klinis, laringitis tuberkulosis terdiri dari 2 stadium yaitu:%% %. tadium infiltrasi $ukosa laring bagian posterior menggalami pembengkakan dan hipermis. 'adang1kadang papit suara juga terkena, oada stadim ini mukosa laring berwarna pucat. 'emudian di adaerah submukosa terbentuk tuberkel sehingga mukosa tidak rata tamoak bintik1bintik yang berwarna kebiruan. !uberkel yang terbentu akan semakin membesar, dan beberapa tuberkel yang berdekatan akan menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Proses ini berlanjut sehingga mukosa semakin meregang hingga pecah dan menimbulkan ulkus. /. tadium ulserasi >lkus yang timbul pada kahir stadium infiltrasi membesar. >lkus ini dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan. tadium ini terasa sangat nyeri. 3. tadium perikondritis >lkus makkin dalam sehingga menhenai kartilago laring. 'artilago yang paling sering terkena ulkus adalah kartilago aritenoid dan epiglotis.
kerusakan
tulang
rawan
kemudian
menyebabkan
terbentuknya anah yang berbau, proses ini akan berlanjut dan membentuk sekuester. Pada stadium ini keadaan umum pasien dangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan, proses penyakit akan berlanjut menjadu stadium fibrotuberkulosis. 2. tadium fibrotuberkulosis Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulois pada dinding posterior, pita suara, dan subglotik. 8( $#n#gaan .iagn"-i(iagnosis laringitis !B ditegakkan berdasarkan anamnesis gejala dan
pemeriksaan klinis, dan pemeriksan penunjang
"laboratorium, foto
rontgen toraks, laringoskopi langsungDtak langsung, dan pemeriksaan patologi anatomik#.
14
!uberkulosis dapat mengenai berbagai organ tubuh. ejala yang ditimbulkan antara lain gejala demam, keringat malam, nafsu makan berkurang, badan lemah, dan berat badan menurun. Pada laringitis !B gejala utama berupa suara serak, terjadi biasana ringan dan dapat progresif menjadi disfonia atau afonia. 'eluhan lainnya dapat berupa disfagia, odinofagia, nyeri alih otalgia, batuk, dan kadang dapat menyebabkan sesak napas. Odinofagia dapat menjadi gejala yang menonjol pada laringitis !B, sedangkan obstruksi jalan nafas atas akibat edema, tuberkuloma, serta fiksasi pita suara bilateral jarang terjadi.%3,%2 a. 5namnesis. Pada anamnesis, pasien sering mengeluhkan suara serak dengan batuk berdahak dan demam. uara serak berlanjut %1 3 bulan setelah atau bersaaan dengan batuk berdahak.% elain itu dapat ditemukan pula disfagia, dispneu, dan gejala sistemik berupa malaise, demam, dan penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan.%-,%8 b. Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik dengan laringoskopi sering ditemukan perubahan plika 4okalis berupa eritem dan granulomatosa atau polipoid.%- Laringoskopi juga dilakukan untuk melihat morfologi dan
lokalisasi benjolanDtumor dalam laring.
Pada 70 kasus ditemukan benjolanDtumor ulseratif, papilomatosa, atau hipertrofi laringitis kronik. Pada 80 temuan
patologi
terlokalisasi pada plika 4okalis, komisura posterior laring, dan plika 4estibularis. Pada - kasus hanya ditemukan tumor, sedangkan /- didapatkan lesi multipel. kemudian
%-
ditemukan laringoplegia.%8 c. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain bakteriologis, kultur bakteri, histopatologi, dan uji tuberkulin.
15
%# Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan untuk diagnosis pasti !B, meskipun tidak semua pasien positif !B memiliki pemeriksaan bakteriologi yang positif. /# Biakan kuman, biakan kuman dari sputum memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil pemeriksaan, hasil positif pada kuman penderita !B memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi. Basil tahan asam akan terlihat dengan pewarnaan Eiehl ielsen. 3# Pemeriksaan histopatologis, yaitu dengan biopsi laring. Pemeriksaan ini menjadi standar baku emas pada !B laring ataupun kegaasan laring. ambaran mikroskopis pada !B memperlihatkan suatu kelompok sel epitel dan sel iant Langhans multipel dengan menggunakan pewarnaan *C. 2# >ji tuberkulin kurang berarti sebagai alat banru diagnostik. (asar
pemeriksaan
ini
adalah
timbulnya
reaksi
hipersensiti4itas terhadap protein tuberkulin. d. Aoto rontgen toraks, pada kasus !B laring dapat ditemukan kelainan paru yang dilihat dari rontgen toraks. ambaran radiologi toraks berupa infiltrasi pada daerah apikal, lesi fibrokalsifikasi, terdapat ka4itas, adanya gambaran granuloma nodular, atau gambaran opak.
!iga kriteria untuk menegakkan !B ekstrapulmonal antara lain:%3 %. *asil kultur yang diambil dari organ ekstrapulmonal yang terinfeksi menunjukkan
hasil yang positif untuk M.
tuberculosis. /. *asil biopsi terlihat nekrosis menghasilkan granulma ka4ernosa dengan atau tanpa basil tahan asam dan tes tuberkulin positif,
16
3. Penderita menunjukkan gejala klinis !B, uji tuberkulin positif, dan memberikan hasil yang baik dengan pemberian O5!. 8I( .iagn"-i- Ban%ing a. Laringitis luetika b. 'arsinoma laring c. 5ktinomikosis laring d. Lupus 4ulgaris laring 8II(
Ta3ala-ana 5. on1medikamentosa8 %. $engistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak
berbicara. /. $enghindari
iritasi
pada laring
"rokok,
makanan
pedas,
minuman es# B. $edikamentosa %. Obat 5nti !uberkulosis American Thoracic Society "5!# menyatakan prinsip pengobatan !B ekstrapulmonal tidaklah berbeda denngan !B pulmonal, termasuk !B laring. !ujuan tatalaksana dari laryngitis !B adalah memutuskan mata rantai penularan, mengobati infeksi yang terjadi, mencegah kematian, dan mencegah kekambuhan tau resistensi terhadap O5!. Pemberian terapi selama 8 bulan merupakan standar yang dipakai untuk pengobatan !B pulmonal dan !B ekstrapulmonal secara umum.%7,%&,/0,/% !abel %. (osis dan efek samping dari obat anti tuberculosis lini pertama/%,/2
ama Obat
(osis *arian
Cfek amping
soniaFid
218 mgDkgBB "maG 300 mg# *epatitis, neuropati perifer, psikosis
toksik,
kejang,
17
agranulositosis,ginekomastia @ifampisin
71%/ gDkgBB "maG 800 mg#
*epatitis,
gangguan
pencernaan, demam, eritem kulit,
trombositopeni,
nefritis interstisial, sindrom flu, anemia hemolitik, skin rash PiraFinamid
/0130 mgDkgBB
*epatitis,
hiperurisemia,
muntah, nyeri sendi, eritem kulit treptomisin
%-1%7 mgDkgBB
Ototoksik, nefrotoksik
Ctambutol
%-1/0 mgDkgBB
euritis retrobulbar, nyeri sendi,
hiperurisemia,
neuropati perifer @espon pengobatan pada !B laring dapat terjadi dalam / minggu. uara serak yang disebabkan karena hipertrofi dapat mengalami perbaikan, namun pergerakan pita suara yang terbatas akibat fibrosis dapat menetap.,// @espon O5! terhadap laring cukup baik rata1rata / bulan dimana sebagian kasus lesi /. 3.
yang terjadi sebelumnya tidak terlihat lagi. !erapi simtomatik 5nalgetik, antipiretik 'ortikosteroid 'ortikosteroid tidak memberikan peranan penting pada !B laring. 'ortikosteroid dapat diberikan untuk mencegah fibrosis yang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atas
pada kasus1kasus dengan fiksasi pita suara./%,/3 8III( K"m)lia-i 'omplikasi yang dapat terjadi dari laryngitis tuberculosis adalah:/2
18
a. b. c. d. e.
tenosis laring Aiksasi dari krikoaritenoid akibat fibrosis ubglotis stenosis angguan otot laring Paralisis pita suara ketika krikoaritenoid atau ner4us laryngeal rekuren mengalami trauma
I:( $r"gn"-i-
!ergantung pada keadaan social ekonomi pasien, kebiasaan hidup sehat, serta ketekunan minum obat. Bila diagnosis dapat ditegakkan pada stadium dini, maka prognosisnya baik. .AFTAR $USTAKA
%. 5ditama !?. ituasi Cpidemiologik. !uberkulosis, diagnosis, terapi dan masalahnya. ;akarta: ?ayasan Penerbit katan (okter ndonesia9%&&. h. /18. /. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. (epartment 'esehatan @epublik ndonesia. 6etakan ke -. ;akarta /000 3. 'ulkarni , opal , haisas , uptel 5. Cpidemiological considerations and clinical features of C! tuberculosis. !he ; Laryngology H Otology. /00%9%%-:---17. 2. hin ;C, am ?, ?oo ;, 'im ?. 6hanging trends in clinical manifestations of laryngeal tuberculosis. !he Laryngoscope. %&729&2:%0&21. -. Ling L, Ehou 5*, )ang. 6hanging !rends n !he 6linical Aeatures of Laryngeal (isease. nternational ;ournal of nfectious (isease. nternational ;ournal of nfectious (iseases. /0%09 %2: /301-. 8. Lim ;?,'im '$, 6hoi C6, 'im ?*, 'im *, 6hoi *. 6urrent 6linical Propensity of Laryngeal !uberculosis: @e4iew of 80 6ases. Cur 5rch Otorhinolaryngol. /0089 /83: 73712/. . ?elken ',. u4en $, u4en $, ultekin C. Cfek of 5ntituberculosis !ratment On afe 5ssesment, Perceptual 5nalysis 5nd 5coustik 5nalysis Of
pulmonary
and
andadolescents. /0%/9 /8133.
eGtrapulmonary
tuberculosis
among
adults
19
&. ?4ette C mulders, dkk. Laryngeal tuberculosis presenting as a supraglottic carcinoma: a case report and review of the literature. mulders et al9 licensee Bio$ed 6entral Ltd. /00& %0. upta, ummer ', regory . Postma, ;amie 5. 'oufman. Laryngitis. (alam: Bailey, Byron, ;ohnson, ;onas !. editor. Head !eck Surgery " #tolaryngology, edisi ke12. ewlands: Lippincott )illiam H )ilkins9 /008. *al 73%173/. %%. oepardi C5, skandar . Buku 5jar lmu 'esehatan !elinga *idung !enggorokan 'epala Leher: (isfonia. Cdisi 'eenam. ;akarta: Penerbit Aakultas 'edokteran >ni4ersitas ndonesia9 /007. *al /3%1/32 %/. Ballenger, ;.;. Anatomy of the laryn$. n : %iseases of the nose& throat& ear& head and neck. %3th ed. Philadelphia: Lea H Aebiger9 %&&3. %3. o4ialdi ! "/0%/#. !uberkulosis Laring. Bagian !elinga *idung !enggorok Bedah 'epala Leher A' >ni4ersitas 5ndalasD@>P (r $ (jamil. Padang %2. *ermani B, 5bdurrachman *, 6ahyono 5 "/0%/#. 'elainan laring. (alam oepardi C5, skandar , Bashiruddin ;, @estuti @( :Buku 5jar lmu 'esehaan !*!1'L. Badan Penerbit A'>9 ;akarta. *al /%81/%& %-. $ichael @6, $ichael ;s "/0%%#. !uberculosis in otolaryngology: clinical presentation and diagnostic challenges. nternational ;ournal of Otolaryngology. *indawi Publishing 6orporation. Pp %12 %8. BruFgielewicF 5, @Fepakowska 5, )ojkcikewicF CO, iemcFyk ', 6hmielewski @ "/0%2#.!uberculosis of the head and neck1epidemiological and clinical presentation. 5rch $edical cience Otolaryngology (epartment )arsaw $edical >ni4ersity, Polandia. Pp %%801%%88. %. 5kkara 5, inghania 5, 5kkara 5, hah 5, 5dalja $, 6hauhan "/0%2#. 5 study of $anifestations of eGtrapulmonary tuberculosis in the C! region. ndian ;ournal Otolaryngology and *ead eck urgery. p 88 "%#281-0. %7. !reatment of !uberculosis (isease. n: $anagement of !uberculosis. Aederal Bureau of Prisons 6linical Practice uidelines. /0%09 %-17
20
%&. )orld Carth OrganiFation. mpro4ing the diagnosis and treatment of smear1 negati4e
pulmonary
and
eGtrapulmonary
tuberculosis
among
adults
andadolescents. /0%/9 /8133. /0. harma ', $ohan 5. CGtrapulmonary !uberculosis. ndian ; $ed @es. /0029 %/0: 3%813-3. /%. sbaniyah A, !habrani E, oepandi PE, Burhan C, @e4iono, oedarsono, ugiri ?;, swanto, et al. Pengobatan !uberkulosis Pada 'eadaan 'husus. n: Perhimpunan dokter Paru ndonesia. Pedoman (iagnosis dan Penatalaksanaan !uberkulosis di ndonesia. /0%%9 3&. //. AernandeF P.
!uberculosis nfections
of the *ead and
eck. 5cta
Otorinolaringol Csp. /00&9 80 "%#: -&188. /3. Park '*, Park . 6oncurrent !uberculosis of !he LarynG and !he !onsil. ?onsei $edical ;ournal. %&&79 . /0%/. *al: /%81&