REFERAT
LIMFADENITIS TB Disusun oleh: Baiq Febri Aryani (011.0.0001!
"e#bi#bin$ : %r. Ni "u&u An$$raeni E'a ahyuni)S*.T+T,-L
DALAM RAN-A MENI-/TI -E"ANITERAAN -E"ANITERAAN -LINI- MADA BAIAN ILM/ T+T,-L R/MA+ SA-IT /M/M DAERA+ DR. R. SED2N SELN FA-/LTAS -ED-TERAN /NI3ERSITAS ISLAM AL,A4+AR MATARAM 501
1
BAB I "ENDA+/L/AN Pada tahun 2009, diperkirakan terdapat 9,4 juta kasus insidens dari tuberkulosis secara global setara dengan 137 kasus per 100.000 populasi (!", 2010#. $ndonesia sendiri pada tahun 2009 %ene%pati peringkat keli%a negara dengan insidensi &' tertinggi di dunia sebanak 0,3)* 0,)2 juta setelah $ndia (1,+*2,4 juta#, hina (1,1*1,) juta#, -rika /elatan (0,40*0,)9 juta#, dan igeria (0,37*0,)) juta# (!", 2010#. i%ana pada tahun 200+ ang lalu %enurut !" $ndonesia se%pat %ene%pati peringkat ketiga di dunia setelah $ndia dan hina dengan ju%lah kasus baru sekitar )39.000 (epkes, 2007#. &ube &uberk rkul ulos osis is
%eru %erupa pakan kan
pen peneba ebab b
ke%a ke%ati tian an
terb terbes esar ar
keti ketiga ga
sete setela lah h
pen penaki akitt
kardioaskular dan penakit saluran pernapasan, dan %erupakan no%or satu terbesar dala% kelo%pok penakit ineksi. &uberkulosis dapat %elibatkan berbagai siste% organ di tubuh, salah satu satun naa adal adalah ah kele kelenj njar ar getah getah beni bening ng ang ang dise disebu butt denga dengan n li% li%ade adeni niti tis. s. i% i%ad adeni eniti tiss tuberkulosis %erupakan salah satu %aniestasi tuberkulosis ekstrapul%oner terbanak, sekitar 3) dari tuberkulosis ekstrapul%oner. &uberkulosis kelenjar li%e adalah salah satu penakit ang sangat unik, di%ana penakit ini telah la%a dikenal. $stilah lain untuk penakit ini adalah skroula ang dia%bil dari bahasa latin latin ang berart berartii pe%beng pe%bengkaka kakan n kelenj kelenjar ar.. !ippocr !ippocrate atess (4+0*3 (4+0*377 77 /5# %enebut %enebutkan kan tu%or tu%or skroula dala% tulisanna. 6aja*raja ropa dari abad pertengahan %enebut penakit ini sebagai 8kings eil (5ohapatra, 2009#.
Di India dan kebanyakan negara berkembang lainnya limfadenitis TB menj menjad adii bent bentuk uk yang yang palin paling g seri sering ng dari dari TB ekst ekstra rapu pulm lmon oner er seda sedang ngka kan n limfadeni limfadenitis tis yang disebabkan disebabkan oleh non-tuber non-tuberculous culous mycobacte mycobacterium rium sendiri 2
jarang didapat (Sharma, 2!"# $ada daerah pedesaan di India, pre%alensi limfadenitis TB pada anak-anak sekitar &,2' kasus per ()arang, 2*"# Di Inggris, terdapat penurunan insidensi limfadenitis TB dan kenaikan dari limfadenitis non-tuberculous mycobacterium (Sharma, 2!"# Di +merika, limfadenitis TB sering terjadi pada deasa, sedangkan limfadenitis nontuberculous mycobacteriumsering terjadi pada anak-anak# $ada beberapa daerah tropis di +frika seperti Senegal dan Djibouti, limfadenitis TB mencapai 2* dari kasus TB, hal ini juga terjadi di +sia Tengah (.araine, 2"# /pidemiologi
limfadenitis
TB
ber%ariasi
tergantung
pada
angka
kejadian TB dan tingginya infeksi 0I. di suatu negara, misalnya di daerah +frika dimana insidensi infeksi 0I. sangat tinggi, angka kejadian TB pulmoner dan ekstrapulmoner juga sangat tinggi (1le%enbergh, 2"# imfadenitis TB ini biasanya muncul sebagai limfadenopati tidak nyeri dari kelenjar limfe super3sial dengan onset yang perlahan, dimana kemudian dapat berubah menjadi abses dan terbentuk sinus jika dibiarkan# 4elenjar getah bening leher merupakan tempat tersering, namun keterlibatan kelenjar multipel sering juga terjadi (5aahar, 2"#
3
BAB II TIN2A/AN "/STA-A 5.1. Ana&o#i %an Fisiolo$i Sis&e# Li#6a&i'
/iste% li%atik (lymphatic system# atau siste% getah bening %e%ba;a cairan dan protein ang hilang ke%bali ke darah. airan %e%asuki siste% ini dengan cara berdiusi ke dala% kapiler li%a kecil ang terjalin di antara kapiler*kapiler sste% kardioaskuler. -pabila sudah berada dala% siste% li%atik, cairan itu disebut li%a(lymph# atau getah bening, ko%posisina kira*kira sa%a dengan ko%posisi cairan interstisial. /iste% li%atik %engalirkan isina ke dala% siste% sirkulasi di dekat persa%bungan ena caa dengan atriu% kanan. 4
Pe%buluh li%a, seperti ena, %e%punai katup ang %encegah aliran balik cairan %enuju kapiler.
3 posterior lidah. odus li%aticus terdapat di sepanjang jalur pe%buluh li%e berupa benda oal atau bulat ang kecil. ite%ukan berkelo%pok ang %eneri%a li%e dari bagian tubuh. ?ungsi uta%a nodus li%aticus untuk %enaring antigen dari li%e dan %enginisiasi respon i%un. &i%us terletak di %ediastinu% anterior berupa 2 lobus. Pada bai dan anak*anak, ti%us agak besar dan sa%pai ke %ediastinu% superior. &i%us terus berke%bang sa%pai pubertas %encapai berat 30 *)0 gr.
)
Pada orang de;asa ti%us %engala%i atroi dan ha%pir tidak berungsi. i%pa terletak di @uadran atas kiri abdo%en, di inerior diaphrag%a ang %e%anjang dari iga 9 A 11, terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster. ?ungsi li%a aitu %enginisiasi respon i%un bila ada antigen didala% darah, reseroir eritrosit dan platelet, %e%agosit eritrosit dan platelet ang deectie, serta agosit bakteri dan benda asing lainna. /ecara garis besar, siste% li%atik %e%punai 3 ungsi aitu aliran cairan interestial, %encegah ineksi, da n pengangkutan lipid. 2.1.1. -liran airan $nterstisial airan interestial ang %enggenangi jaringan secara terus %enerus ang dia%bil oleh kapiler kapiler li%atik disebut dengan i%a. i%a %engalir %elalui sste% pe%buluh ang akhirna ke%bali ke siste% sirkulasi. $ni di%ulai pada ekstre%itas dari siste% kapiler li%atik ang dirancang untuk %enerap cairan dala% jaringan ang ke%udian diba;a %elalui siste% li%atik ang bergerak dari kapiler ke li%atik (pe%buluh getah bening# dan ke%udian ke kelenjar getah bening. Betah bening ini disaring %elalui benjolan dan keluar dari li%atik eeren. ari sana getah bening %ele;ati batang li%atik dan akhirna ke dala% saluran li%atik. Pada titik ini getah bening dile;atkan ke%bali ke dala% aliran darah di%ana perjalanan ini di%ulai lagi. 2.1.2. 5encegah $neksi /e%entara kapiler getah bening %engu%pulkan cairan interstisial %ereka juga %enga%bil sesuatu hal lain seperti irus dan bakteri, ini terba;a dala% getah bening sa%pai %ereka %encapai kelenjar getah bening ang %ana dirancang untuk %enghancurkan irus dan bakteri dengan %enggunakan berbagai %etode. Perta%a sel %akroag %enelan bakteri, ini dikenal sebagai agositosis.
+
%enghasilkan antibodi, ini dikenal sebagai respon kekebalan tubuh. Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan se%ua ineksi ang berjalan %elalui getah bening tetapi siste% li%atik tidak %eninggalkan ini di sana. 'eberapa sel i%osit akan %eninggalkan node dengan perjalanan di getah bening dan %e%asuki darah ketika getah bening bergabung ke%bali, ini %e%ungkinkan untuk %enangani ineksi pada jaringan lain. $ni bukan satu*satuna daerah di%ana perla;anan berlangsung, li%pa juga %enaring darah dengan cara ang sa%a seperti sebuah nodus ang %enaring getah bening, sel ' dan sel & ang ber%igrasi dari su%su% tulang %erah dan &h%us ang telah %atang pada li%pa (-da 3 jenis sel & ang %enakjubkan, itu adalah %e%ori & sel ang dapat %engenali patogen ang telah %e%asuki tubuh sebelu%na. an dapat %enangani %ereka dengan lebih cepat, sel & lainna disebut helper dan sitotoksik# ang %elaksanakan ungsi kekebalan, sedangkan sel %akroag li%pa %enghancurkan sel*sel darah patogen ang dilakukan oleh agositosis. -da nodul li%atik seperti a%andel ang %enjaga terhadap ineksi bakteri ang %ana ini %enggunakan sel li%osit.
7
Caringan kapiler dan pe%buluh juga %engangkut lipid dan ita%in ang larut le%ak -, , dan < ke dala% darah, ang %enebabkan getah bening berubah ;arna %enjadi kre%. ipid dan ita%in ang diserap dala% saluran pencernaan dari %akanan dan ke%udian diku%pulkan oleh getah bening pada saat ini dikiri%kan ke darah. &anpa siste% li%atik kita akan berada dala% kesulitan, %e%iliki %asalah dengan banak penakit. Caringan tubuh akan %enjadi %acet dengan cairan dan sisa*sisa ang %e%buat kita %enjadi bengkak.
Tuberkulosis paru (TB paru" adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru# TB paru dapat menular melalui udara, seaktu seseorang dengan TB aktif batuk, bersin atau bicara# Tuberkulosis dapat menyerang organ lain selain di luar organ paru yang dinamakan sebagai Tuberkulosis /kstra $aru# Tuberkulosis /kstra $aru (TB/$" adalah tuberkulosis yang menyerang organ lain di luar paru, dengan berdasarkan pemeriksaan secara mikrobiologi dalam suatu sediaan dapat ditemukannya kuman 6ycobacterium tuberculosis di organ lain selain paru# 4uman Tuberkulosis tersebut dapat menyerang organ lain selain paru seperti pleura, selaput otak, perikardium, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, jaringan dibaah kulit (abses", usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, mata, adrenal dan lain-lain# imfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening# 5adi, limfadenitis tuberkulosis (TB" merupakan peradangan pada
D
kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (Ioachim, 2'"# +pabila peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula (Dorland,''7" #imfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi (4umar, 2!"# Istilah scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti pembengkakan kelenjar# 0ippocrates (!8-&99 S#6#" menyebut istilah tumor skrofula pada sebuah tulisannya (6ohaputra, 2'"# $enyakit ini juga sudah dikenal sejak :aman raja-raja /ropa pada :aman pertengahan dengan nama ;4ing
Selama beberapa abad tuberkulosis merupakan salah satu penyakit terparah pada manusia# Dari semua penyakit infeksi, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian tersering# >0? memprediksikan insidensi penyakit tuberkulosis ini akan terus meningkat, dimana akan terdapat 2 juta kasus baru dan & juta kematian akibat penyakit tuberkulosis setiap tahun# Sepertiga dari peningkatan jumlah kasus baru disebabkan oleh epidemi 0I., dimana tuberkulosis menyebabkan kematian pada satu orang dari tujuh orang yang menderita +IDS (Ioachim, 2'"#
9
Indonesia pada tahun 2' menempati peringkat kelima negara dengan insidensi TB tertinggi di dunia sebanyak ,&*-,*2 juta setelah India (,8-2,! juta", 1ina (,-,* juta", +frika Selatan (,!-,*' juta", dan )igeria (,&9-,** juta" (>0?, 2"# Sur%ei 4esehatan @umah Tangga (S4@T" tahun ''*menempatkan TB sebagai penyebab kematian terbesar ketiga setelah penyakit kardio%askular dan penyakit saluran pern apasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi (Depkes, 29"# Tuberkulosis dapat melibatkan berbagai sistem organ di tubuh# 6eskipun TB pulmoner adalah yang paling banyak, TB ekstrapulmoner juga merupakan
salah
satu
masalah
klinis
yang
penting#
Istilah
TB
ekstrapulmoner digunakan pada tuberkulosis yang terjadi selain pada paruparu# Berdasarkan epidemiologi TB ekstrapulmoner merupakan *-2 dari semua kasus TB pada pasien 0I.-negatif, dimana limfadenitis TB merupa kan bentuk terbanyak (&* dari semua TB ekstrapulmoner"# Sedangkan pada pasien dengan 0I.-positif TB ekstrapulmoner adalah lebih dari * kasus TB,
dimana
limfadenitis
tetap
yang
terbanyak
yaitu
&*
dari
TB
ekstrapulmoner (Sharma, 2!"# imfadenitis TB lebih sering terjadi pada anita daripada pria dengan perbandingan ,2A (Dandapat, ''"# Berdasarkan penelitian terhadap data demogra3k 8 pasien limfadenitis TB didapat ! orang anita dan ' orang pria dengan rentang umur !,' 8,' (& C 77" (eldmacher, 22"# $enelitian lainnya terhadap 8' pasien limfadenitis TB didapat !7 orang
10
anita dan 2 orang pria dengan rentang umur &,! &, (! C 8" (5niene, 2"# 5.8. E&iolo$i
imfadenitis tuberkulosis disebabkan oleh
infeksi
6ycobacterium
tuberculosis# 6ycobacteria tergolong dalam famili 6ycobactericeae dan ordo +ctinomyceales# Spesies patogen yang termasuk dalam 6ycobacterium kompleks, yang merupakan agen penyebab penyakit yang tersering dan terpenting adalah
6ycobacterium
tuberculosis#
Eang tergolong
dalam
6ycobacterium tuberculosae compleF adalah A # 6# tuberculosae, 2# 6# bo%is, 6# caprae, !# 6# africanum, *# 6# 6icroti, 8# 6# $innipedii, 9# 6#canettii#
$embagian
tersebut
berdasarkan
perbedaan
epidemiologi
(@a%iglione, 2"# Basil TB adalah bakteri aerobik obligat berbentuk batang tipis lurus berukuran sekitar ,! F & Gm dan tidak berspora# $ada media buatan berbentuk kokoid dan 3lamentous tampak ber%ariasi dari satu spesies ke spesies lain# 6ycobacteria termasuk 6#tuberculosis tidak dapat diarnai dengan pearnaan ram dan hanya dapat diarnai dengan pearnaan khusus serta sangat kuat mengikat :at arna tersebut sehingga tidak dapat dilunturkan alaupun menggunakan asam alkohol, sehingga dijuluki bakteri tahan
asam (@a%iglione,
2H
5aet:,
2!"#
6#tuberculosis
mudah
mengikat pearna iehl-)eelsen atau karbol fuksin (4umar, 2!"# Dinding bakteri 6ikobakterium kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat, lilin, dan fosfat# 6uramil dipeptida yang membuat kompleks dengan
11
asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma# ipid inilah yang bertanggung jaab pada sifat tahan asam bakteri 6ikobakterium# $enghilangan lipid dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini (Brooks, 2!"# Bakteri ini mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana# $enambahan 1?2 meningkatkan pertumbuhan# +kti%itas biokimia tidak khas dan laju pertumbuhannya lebih lambat daripada kebanyakan bakteri# >aktu replikasi basil tuberkulosis sekitar 7 jam# Bentuk sapro3t cenderung tumbuh lebih cepat, berproliferasi dengan baik pada temperatur 22-2&J1, dan tidak terlalu bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya (Brooks, 2!"# 5.9. "a&o$enesis
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasi3kasikan menjadi TB pulmoner dan TB ekstrapulmoner# TB pulmoner dapat diklasi3kasikan menjadi TB pulmoner primer dan TB pulmoner post-primer (sekunder"# TB primer sering terjadi pada anak-anak sehingga sering disebut child-type tuberculosis, sedangkan TB post-primer (sekunder" disebut juga adult-type tuberculosis karena sering terjadi pada orang deasa, alaupun faktanya TB primer dapat juga terjadi pada orang deasa (@a%iglione, 2"# Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB ekstrapulmoner# 6enurut @a%iglione (2", organ ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar
12
getah bening, pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium# TB primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar terhadap basil tuberkulosis (@a%iglione, 2"# Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet# Sampai di paru, basil TB ini akan difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan# $ertama, basil TB akan mati difagosit oleh makrofag# 4edua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar secara
limfogen,
perkontinuitatum,
bronkogen,
bahkan
hematogen#
$enyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional di hilus, dimana penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inKamasi di sepanjang saluran limfe (limfangitis" dan kelenjar limfe regional (limfadenitis"# $ada orang yang mempunyai imunitas baik, & C ! minggu setelah infeksi akan terbentuk imunitas seluler# Imunitas seluler ini akan membatasi penyebaran basil TB dengan cara menginakti%asi basil TB dalam makrofag membentuk suatu fokus primer yang disebut fokus hon# Lokus hon bersama-sama dengan limfangitis dan limfadenitis regional disebut dengan kompleks hon# Terbentuknya focus hon mengimplikasikan dua hal penting# $ertama, fokus hon berarti dalam tubuh seseorang sudah terdapat imunitas seluler yang spesi3k terhadap basil TB# 4edua, fokus hon merupakan suatu lesi penyembuhan yang didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten yang dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun dan bisa tereakti%asi kembali menimbulkan penyakit (Datta, 2!"# 5ika terjadi 13
reakti%asi atau reinfeksi basil TB pada orang yang sudah memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer# +danya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB lebih cepat daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa"# Sama seperti pada TB primer, basil TB pada TB post-primer dapat menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke semua organ (Datta, 2!"# 4elenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari infeksi TB pada parenkim paru (6ohapatra, 2'"# Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih dahulu menginfeksi paru# Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet# Di mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibaa ke tonsil, selanjutnya akan dibaa ke kelenjar limfe di leher (Datta, 2!"# 5.. Mani6es&asi -linis
ejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat" dan gejala sistemik# 2#8## ejala respiratorik A Batuk M & minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada# ejala respiratorik ini sangat ber%ariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi# 4adang penderita terdiagnosis pada saat medical checkup# Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk# Batuk yang pertama terjadi
14
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar# ejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening,
pada
meningitis
tuberkulosa
akan
terlihat
gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas E kadang neri dada pada sisi ang rongga pleurana terdapat cairan.
2#8#2# Bejala siste%ik A de%a%,%alaise,keringat %ala%,anoreksia,berat badan %enurun.
imfadenitis
adalah
presentasi
klinis
paling
sering
dari
TB
ekstrapulmoner# imfadenitis TB juga dapat merupakan manifestasi lokal dari penyakit sistemik# $asien biasanya datang dengan keluhan pembesaran kelenjar getah bening yang lambat# $ada pasien limfadenitis TB dengan 0I.negatif, limfadenopati leher terisolasi adalah manifestasi yang paling sering dijumpai
yaitu sekitar dua
mikobakterium
harus
pertiga pasien# ?leh
menjadi
salah
satu
karena itu,
diagnosis
infeksi
banding
dari
pembengkakan kelenjar getah bening, terutama pada daerah yang endemis# Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar dari beberapa minggu sampai beberapa bulan (6ohapatra, 2!"# imfadenitis TB paling sering melibatkan kelenjar getah bening ser%ikalis,
kemudian
diikuti
berdasarkan
frekuensinya
oleh
kelenjar
mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar
1)
inguinalis (6ohapatra,2!"# Berdasarkan penelitian oleh eldmacher (22" didapatkan kelenjar limfe yang terlibat yaituA 8&,& pada kelenjar limfe ser%ikalis, 28,9 kelenjar mediastinal, dan 7,& pada kelenjar aksila, dan didapatkan pula pada &* pasien pembengkakan terjadi pada lebih dari satu tempat# 6enurut Sharma (2!", pada pasien dengan 0I.-negatif maupun 0I.-positif, kelenjar limfe ser%ikalis adalah yang paling sering terkena, diikuti oleh kelenjar limfe aksilaris dan inguinalis# $embengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan minggu sampai bulan, dan paling sering berlokasi di regio ser%ikalis posterior dan yang lebih jarang di region suprakla%ikular (6ohapatra, 2!"# 4eterlibatan multifokal ditemukan pada &' pasien 0I.-negatif dan pada ' pasien 0I.-positif# $ada pasien 0I.-positif,
keterlibatan
multifokal,
limfadenopati
intratorakalis
dan
intraabdominal serta TB paru adalah sering ditemukan (Sharma, 2!"# Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala sistemik yaitu seperti demam, penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam# ebih dari *9 pasien tidak menunjukkan gejala sistemik (6ohapatra, 2!"# Terdapat riayat kontak terhadap penderita TB pada 2,7 pasien, dan terdapat TB paru pada 8, pasien (6ohapatra,2!"# 6enurut
5ones
dan
1ampbell
('82"
dalam
6ohapatra
(2!"
limfadenopati tuberkulosis perifer dapat diklasi3kasikan ke dalam lima stadium yaitu stadium pembesaran kelenjar yang berbatas tegas, mobile 1+
dan diskret, stadium 2 pembesaran kelenjar yang kenyal serta ter3ksasi ke jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis, stadium & perlunakan di bagian tengah kelenjar (central softening" akibat pembentukan abses, stadium ! pembentukan collar-stud abscess, stadium * pembentukan traktus sinus# ambaran klinis limfadenitis TB bergantung pada stadium penyakit# 4elenjar limfe yang terkena biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi sekunder bakteri, pembesaran kelenjar yang cepat atau koinsidensi dengan infeksi 0I.# +bses kelenjar limfe dapat pecah, dan kemudian kadang-kadang dapat terjadi sinus yang tidak menyembuh secara kronis dan pembentukan ulkus# $embentukan 3stula terjadi pada dari limfadenitis TB ser%ikalis (6ohapatra, 2!"# Berdasarkan penelitian oleh 5niene (2" dari 8' pasien limfadenitis TB didapat orang dengan pembengkakan kelenjar yang nyeri dan 8 orang dengan adanya pembentukan 3stula# Terdapat juga orang dengan pembengkakan kelenjar yang disertai adanya tanda-tanda inKamasi tetapi tidak disertai oleh adanya 3stula# Secara klasik, sinus tuberkulosis mempunyai pinggir yang tipis, kebiru-biruan, dan rapuh dengan pus cair yang
sedikit#
Skrofuloderma
adalah
infeksi
mikobakterial
pada
kulit
disebabkan oleh perluasan langsung infeksi TB ke kulit dari struktur dibaahnya
atau
oleh
paparan
langsung
terhadap
basil
TB
(6ohapatra,2!"# imfadenitis TB mediastinal lebih sering terjadi pada anak-anak# $ada deasa limfadenitis mediastinal jarang menunjukkan gejala# 6anifestasi 17
yang jarang terjadi
pada pasien dengan
keterlibatan
kelenjar
limfe
mediastinal termasuk disfagia, 3stula oesophagomediastinal, dan 3stula tracheo-oesophageal#
$embengkakan
kelenjar
limfe
mediastinal
dan
abdomen atas juga dapat menyebabkan obstruksi duktus toraksikus dan chylothoraF, chylous ascites ataupun chyluria# $ada keadaan tertentu, obstruksi biliaris akibat pembesaran kelenjar limfe dapat menyebabkan obstructi%e jaundice# Tamponade jantung juga pernah dilaporkan terjadi akibat limfadenitis mediastinal (6ohapatra, 2!"# $embengkakan kelenjar getah bening yang berukuran M 2 cm biasanya disebabkan oleh 6#tuberculosis# $embengkakan yang berukuran N 2 cm biasanya disebabkan oleh mikobakterium atipik, tetapi tidak menutup kemungkinan
pembengkakan
tersebut
disebabkan
oleh
6#tuberculosis
()arang, 2*"# 5.. Dia$nosis
Ontuk mendiagnosa limfadenitis TB diperlukan tingkat kecurigaan yang tinggi, dimana hal ini masih merupakan suatu tantangan diagnostik untuk banyak klinisi meskipun dengan kemajuan teknik laboratorium# +namnesis dan
pemeriksaan
3sik
yang
lengkap,
pearnaan
BT+,
pemeriksaan
radiologis, dan biopsi aspirasi jarum halus dapat membantu dalam membuat diagnosis aal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan pengobatan sebelum diagnosis akhir dapat dibuat berdasarkan biopsi dan kultur (Baya:it, 2!"# Pada li%adenitis tuberkulosa, terlihat pe%besaran kelenjar getah
1D
bening, tersering di daerah leher (pikirkan ke%ungkinan %etastasis tu%or#, kadang*kadang di daerah ketiak. Pe%besaran kelenjar tersebut dapat %enjadi 8cold abscess. 5uga penting
untuk
membedakan
infeksi
mikobakterium
tuberkulosis
dengan
non-
tuberkulosis# Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa limfadenitis TB ialah A 2#9## $emeriksaan 6ikrobiologi $emeriksaan mikroskopis
dan
mikrobiologi kultur#
yang
$emeriksaan
meliputi
pemeriksaan
mikroskopis
dilakukan
dengan pearnaan iehl-)eelsen# Spesimen untuk pearnaan dapat
diperoleh
pemeriksaan
dari
ini
kita
sinus
atau
dapat
biopsi
aspirasi#
memastikan
Dengan
adanya
basil
mikobakterium pada spesimen, diperlukan minimal # basil TB agar perarnaan dapat positif (6ohapatra, 2'H Baya:it, 2!"# 4ultur juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis limfadenitis TB# +danya - basilPmm& cukup untuk membuat hasil kultur positif# 0asil kultur positif hanya pada 8' kasus (6ohapatra, 2'"# Berbagai media dapat digunakan seperti
$etregnani,
Trudeau,
6iddle-brook,
dan
Bactec
TB#
Diperlukan aktu beberapa minggu untuk mendapatkan hasil kultur# $ada adenitis tuberkulosa, 6#tuberculosis adalah penyebab tersering, diikuti oleh 6#bo%is (Baya:it, 2!"# 2#9#2# Tes Tuberkulin
19
$emeriksaan intradermal ini (6antouF Test" dilakukan untuk menunjukkan adanya reaksi imun tipe lambat yang spesi3k untuk antigen mikobakterium pada seseorang# @eagen yang digunakan adalah protein puri3ed deri%ati%e($$D"# $engukuran indurasi dilakukan 2- minggu setelah infeksi# Dikatakan positif apabila terbentuk indurasi lebih dari mm, intermediat apabila indurasi *-' mm, negatif apabila indurasi kurang dari ! mm (6ohapatra, 2'"# 2#9# $emeriksaan Sitologi Spesimen untuk
pemeriksaan sitologi
diambil
dengan
menggunakan biopsi aspirasi kelenjar limfe# Sensiti%itas dan spesi3tas pemeriksaan sitologi dengan biopsi aspirasi untuk menegakkan diagnosis limfadenitis TB adalah 97 dan '' (4ocjan, 2" # 1T scan dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan
biopsi
aspirasi
kelenjar
limfe
intratoraks
dan
intraabdominal (Sharma, 2!"# $ada pemeriksaan sitologi akan terlihat kaseosa#
anghans 6uncul
giant cell, kesulitan
granuloma dalam
epiteloid,
nekrosis
pendiagnosaan
apabila
gambaran kon%ensional seperti sel epiteloid atau anghans giant cell tidak ditemukan pada aspirat# $ada penelitian yang dilakukan oleh ubis (27", baha gambaran sitologi bercak gelap dengan materi
eusino3lik
dapat
digunakan
sebagai
tambahan
karakteristik tuberkulosis selain gambaran epiteloid dan anghans 20
giant cell# Didapati baha aspirat dengan gambaran sitologi bercak gelap dengan materi eusino3lik, dapat memberikan hasil positif tuberkulosis apabila dikultur#
Gambar A. 4elompokan seperti granulo%a dari histiosit histiosit epiteloid pada latar belakang dari nekrosis kaseosa granular (MGG).
Gambar B. 6aterial granular dari nekrosis kaseosa dengan inti %engala%i degenerating dan fragmented .
2#9#!# $emeriksaan @adiologis# Loto toraks, OS, 1T scan dan 6@I leher dapat dilakukan untuk membantu diagnosis limfadenitis TB# Loto toraks dapat 21
menunjukkan kelainan yang konsisten dengan TB paru pada !2 kasus# esi TB pada foto toraks lebih sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan
deasa,
yaitu
sekitar
*
kasus
lesi
kistik
(Baya:it, 2!"# OS
kelenjar
dapat
menunjukkan
adanya
multilokular singular atau multipel hipoekhoik yang dikelilingi oleh kapsul tebal (Baya:it, 2!"# $emeriksaan dengan OS juga dapat dilakukan untuk membedakan penyebab pembesaran kelenjar (infeksi TB, metastatik, lymphoma, atau reaktif hiperplasia"# $ada pembesaran kelenjar yang disebabkan oleh infeksi TB biasanya ditandai dengan fusion tendency, peripheral halo, dan internal echoes (4hanna, 2"# $ada 1T scan, adanya massa nodus konglumerasi dengan lusensi
sentral,
adanya
cincin
irregular
pada
contrast
enhancementserta nodularitas didalamnya, derajat homogenitas yang ber%ariasi, adanya manifestasi inKamasi pada lapisan dermal dan subkutan mengarahkan pada limfadenitis TB (Baya:it, 2!"# $ada
6@I
didapatkan
adanya
massa
yang
diskret,
konglumerasi, dan konKuens# Lokus nekrotik, jika ada, lebih sering terjadi pada daerah perifer dibandingkan sentral, dan hal ini bersama-sama dengan edema jaringan lunak membedakannya dengan kelenjar metastatik (Baya:it, 2!"# 22
5.;. "ena&ala'sanaan
Penatalaksanaan li%adenitis &', prinsip dan regi%en obatna sa%a dengan tuberkulosis paru. /ekitar 2) penderita kelenjarna %akin %e%besar sela%a pengobatan, bahkan bisa ti%bul kelenjar baru dan sekitar 20 ti%bul abses dan kadang*kadang %e%bentuk sinus. 'ila ini terjadi, jangan %engubah pengobatan, karena kelenjar akan %engecil jika pengobatan %asih kita lanjutkan (!arnoko <, 200)#. !al ang perlu diperti%bangkan adalah bah;a kese%buhan penderita dipengaruhi oleh kepatuhan, dana, edukasi dan kesabaran dala% %engkonsu%si obat, serta dengan pengobatan ang eektipun respon penakit ini lebih la%bat daripada &' paru (!arnoko <, 200)#. Pedo%an internasional dan nasional %enurut !" %enggolongkan li%adenitis &' dala% kategori $$$ dan %ereko%endasikan pengobatan sela%a + bulan dengan regi%en 2!6F>46! atau 2!6F>4!363 atau 2!6F>+!. American Thoracic Society (-&/# %ereko%endasikan pengobatan sela%a + bulan sa%pai 9 bulan sedangkan Perhi%punan okter Paru $ndonesia (PP$# %engklasiikasikan li%adenitis &' ke dala% &' di luar paru dengan paduan obat 26!F>106!. British Thoracic Society Research Committee and Compbell ('&/6# %ereko%endasikan pengobatan sela%a 9 bulan dala% regi%en 26!>76! (!", 2004#.
BAB III -ESIM"/LAN Tuberkulosis paru (TB paru" adalah penyakit infeksius ang disebabkan oleh ineksi Mycobacterium tuberculosis yang terutama menyerang penyakit parenkim
paru# TB paru dapat menular melalui udara, seaktu seseorang dengan TB aktif batuk, bersin atau bicara# Tuberkulosis dapat menyerang organ lain 23
selain di luar organ paru yang dinamakan sebagai Tuberkulosis /kstra $aru# Tuberkulosis /kstra $aru (TB/$" adalah tuberkulosis yang menyerang organ lain di luar paru, dengan berdasarkan pemeriksaan secara mikrobiologi dalam
suatu
sediaan
dapat
ditemukannya
kuman
Mycobacterium
tuberculosis di organ lain selain paru# 4uman Tuberkulosis tersebut dapat menyerang organ lain selain paru seperti pleura, selaput otak, perikardium, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, jaringan dibaah kulit (abses", usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, mata, adrenal dan lain-lain# &uberkulosis dapat %elibatkan berbagai siste% organ di tubuh, salah satuna adalah kelenjar getah bening ang disebut dengan li%adenitis. i%adenitis tuberkulosis %erupakan salah satu %aniestasi tuberkulosis ekstrapul%oner terbanak, sekitar 3) dari tuberkulosis ekstrapul%oner. imfadenitis TB ini biasanya muncul sebagai limfadenopati
tidak nyeri dari kelenjar limfe super3sial dengan onset yang perlahan, dimana kemudian dapat berubah menjadi abses dan terbentuk sinus jika dibiarkan# iagnosis sebaikna didasarkan atas kultur spesi%en positi, atau histologi, atau bukti klinis kuat konsisten dengan &' ekstraparu akti, ang selanjutna diperti%bangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti tuberkulosis siklus penuh.
DAFTAR "/STA-A
'aaGit, H. -., 'aaGit, ., a%iduru, 5., 2004. 5cobacterial erical %phadenitis. R!I ++:27)*D0. 'rooks, Beo ?., 'utel, Canet /., 5orse, /tephen -., 2004. Mi"robiologi #edo"teran $a%et&' Melnic"' Adelberg. disi 23. Cakarta: B, 32)*330. hntia, 5., Paula, 6. ., 200). !imfadenitis Mi"oba"terium Atipi" pada enderita yang Secara *istopatologis Tersang"a !imfadenitis Tuber"ulosa !eher+ erbedaan *asil ,-i 24
Tuber"ulin' Gambaran Radiologis aru' Resistensi terhadap Tuber"ulostati"a dengan !imfadenitis Tuber"ulosa. itbang epkes. -ailable ro%: http:>>digilib.litbang.depkes.go.id>go.phpJidKjkpkbppk*gdl*res*1994*%*20)2* tuberkulinELK&uberkulosisMkelenjarMgetahMbening Naccessed 19 ?ebruari 2011O leenbergh, P., et al., 2010. %ph ode &uberculosis in Patients ro% 6egions ;ith aring 'urdens o &uberculosis and !$ $nection. resse Med I39:e223*230. ook, . C., 5anreda, C., !ershield, . /., 2004. &uberculous %phadenitis in 5anitoba: $ncidence, linical haracteristic and &reat%ent. Can Respir $ I 11(4#:279*D+. andapat, 5., ., 5ishra, '., 5., ash, /., P., >e%edicine.%edscape.co%>article>D)D234*print Naccessed 19 ?ebruari 2011O 5ohapatra, P., 6., Can%eja, -., <., 2009. &uberculous %phadenitis. $A3 I)7: )D)*90. arang, P., arang, 6., arang, 6.,. 200). Prealence o tuberculous l%phadenitis in children in ardha district, 5aharashtra /tate, $ndia. 3nt $ Tuberc !ung 0isI 9:1DD. 6aiglione, 5. ., "'rien, 6. C., 2010. &uberculosis. $n: oscalGo, C. *arrison1s ulmonary and Critical Care Medicine. e; Hork: &he 5cBra;*!ill o%panies, 122*123. /har%a, /., <., 5ohan, -., 2004. =trapul%onar &uberculosis. 3ndian $ Med ResI 120: 31+*)3. 2)
araine, ?., !enkens, 5., BrouGard, ., 2010. Tuberculosis. )th 6eised dition. Paris: 5edecins /ans ?rontieres, 23*24. orld !ealth "rganiGation, 2010. Global Tuberculosis Control 6787. Benea: orld !ealth "rganiGation.
2+