BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Latar Belakang Belakang
Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik klinik biasan biasanya ya berupa berupa nyeri nyeri dan pemben pembengka gkakan kan di ruang ruang leher leher dalam dalam yang yang terlibat.1 Anatom Anatomii dari dari abses abses leher leher dalam dalam sangat sangat komple komplek, k, sehing sehingga ga sulit sulit untuk untuk menent menentuka ukan n lokasi lokasi infeks infeksi. i. Untuk Untuk membua membuatt diagno diagnosis sis dari dari abses abses leher leher dalam dalam cukup sulit karena abses ini ditutupi oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada leher dan juga sulit untuk mempalpasi serta menginspeksi dari luar. 2 Dari penelitian penelitian didapatkan didapatkan bahwa angka angka kejadian kejadian abses submandibula submandibula berad beradaa di bawah bawah abses abses perito peritonsi nsill dan retrof retrofarin aring. g. Namun Namun dewasa dewasa ini, ini, angka angka kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. 70 – 85% dari dari kasus kasus diseba disebabka bkan n oleh oleh infeks infeksii dari dari gigi, gigi, selebi selebihny hnyaa karena karena sialad sialadeni enitis, tis, limfadenitis limfadenitis,, laserasi laserasi dinding dinding mulut mulut atau fraktur mandibula. mandibula. Selain itu, angka kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang lengkap. Komplikasi juga lebih sering pada daerah yang tidak mudah mendapatkan pengobatan modern. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang dari Januari 2001- Juni 2006 terdapat 11 kasus abses submandibula. 3
1
1.2. Batasan Batasan Masalah Masalah
Referat ini membahas mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding dan tatalaksana dari abses a bses submandibula.
1.3. Metode Metode Penulisan Penulisan
Meto Metode de yang yang dipa dipaka kaii dala dalam m penu penuli lisa san n refe refera ratt ini ini beru berupa pa tinj tinjau auan an kepustakaan dengan merujuk kepada berbagai literatur dan makalah ilmiah.
1.4. Tuju Tujuan an Penulisan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang diagnosis dan penatalaksanaan abses a bses submandibula.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dala dalam m seba sebaga gaii kela kelanj njut utan an infe infeks ksii dari dari daer daerah ah kepa kepala la lehe leher. r. Pada Pada abse absess submandibular, ruang potensial ini terdiri dari ruang sublingual dan submaksila yang dipisahkan oleh otot milohioid. 2 2.2. Anatomi
Ruang Ruang subman submandib dibula ula memili memiliki ki batas batas inferio inferiorr yaitu yaitu lapisa lapisan n super superfici ficial al fascia leher dalam memanjang dari hyoid ke mandibula, batas lateral dibentuk oleh mandibula itu sendiri dan batas superior yaitu mukosa dari dasar mulut. 2
Gambar 2.1. Ruang Submandibula dan Sublingual.
3
Ruang submandibula terbagi atas ruang sublingual dan submaksila yang dipisahkan dipisahkan oleh Muskulus Muskulus mylohyoid. mylohyoid. Ruang submaksila submaksila terdiri terdiri dari kelenjar kelenjar sublingua sublingual, l, Nervus Nervus Hipoglosu Hipoglosus, s, dan Duktus Duktus Wharton Wharton yang berhubung berhubungan an dengan dengan ruang submaksila melalui batas posterior dari Muskulus Miohyoid, disekitar inilah pus dapat dengan mudah terkumpul. Ruang submaksila dibagi oleh anterior belly Musk Muskul ulus us diga digast strik rikus us menj menjad adii komp kompar arte teme men n sent sentra rall subm submen enta tall dan dan ruan ruang g submaksila lateral.2
2.3. Etiologi
Infeksi Infeksi leher dalam potensial potensial terjadi pada ruang faring.Sumber faring.Sumber infeksi infeksi dapat berasal dari gigi-geligi (odontogenic infection) faring, atau akibat trauma pada pada salura saluran n nafas nafas dan organ organ cerna cerna atas (upper (upper aerodig aerodigetiv etivee trauma) trauma),, dimana dimana terjad terjadii perfor perforasi asi pada pada membra membrana na mukosa mukosa pelind pelindung ung mulut mulut atau atau ruang ruang faring. faring. Selain Selain itu, itu, infeks infeksii kelenj kelenjar ar liur, liur, infeks infeksii salura saluran n napas napas atas,b atas,bend endaa asing asing dan intervensi intervensi alat-alat medis (iatrogenic) (iatrogenic) dapat menjadi factor penyebab penyebab abses leher dalam. dalam. Namun masih terdapat sekitar 20% dari kasus kasus yang terjadi, penyebabnya penyebabnya belum belum dapat dapat diketa diketahui hui.. Kemudi Kemudian an penyal penyalahg ahguna unaan an pemaka pemakaian ian obat-o obat-obat batan an intravena dapat juga menyebabkan terjadinya kasus penyakit ini. 4,5 Pada abses submandibula, infeksi terjadi akibat perjalan dari infeksi gigi dan jaringan sekitarnya sekitarnya yaitu pada P1,P2,M2 P1,P2,M2,M2 ,M2 namun jarang terjadi terjadi pada M3. Beberapa jenis bakteri yang menjadi penyebab abses submandibula ini dibagi menjadi golongan bakteri Aerob dan Anaerob.1,4,5 Untuk golongan aerob terdiri dari : 5
Alfa Streptokokus hemolitikus
Stafilokokus
4
Bakteroides
Sedangkan yang termasuk kedalam golongan bakteri anaerob yaitu:3
Peptostreptokokus
Peptokoki
Fusobakterium nukleatum
2.4. Patofisiologi
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohiod. Ruang submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila (lat (later eral al))
oleh oleh otot otot diga digast stri riku kuss
ante anteri rior or..
Abse Absess
dapa dapatt
terb terben entu tuk k
diru diruan ang g
submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari dareah kepala dan leher.1 Abses leher dalam dalam dapat terjadi karena berbagai macam penyebab melalui beberapa proses, diantaranya:
2
1. Penyebaran Penyebaran abses abses leher leher dalam dalam dapat dapat timbul timbul dari rongga rongga mulut mulut ,wajah ,wajah atau infeksi leher superficial ke ruang leher dalam melalui system limfatik. 2. Limfadenop Limfadenopati ati dapat dapat menyebabk menyebabkan an terjadi terjadi supurasi supurasi dan dan akhirnya akhirnya menjadi menjadi abses fokal. 3. Infek Infeksi si yang yang menyeb menyebar ar ke ruan ruang g lehe leherr dala dalam m mela melalu luii celah celah anta antarr ruan ruang g leher dalam 4. Infeksi Infeksi langsun langsung g yang yang terjadi terjadi karena trauma tembus. tembus. Karena kontinuitas dasar mulut dan regio submandibularis yaitu daerah sekeliling batas posterior muskulus mielohioideus dan dalamnya akar-akar gigi
5
molar dibawah mielohioideus, maka infeksi supurativa pada mulut dan gigi geligi dapat timbul di trigonum submandibularis.
3
2.5. Diagnosis
Diagnosis abses submandibula ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti foto polos jaringan lunak leher atau tomografi komputer.4 Tanda dan gejala dari suatu abses leher dalam timbul oleh karena :
4
1. efek massa massa atau atau inflamasi inflamasi jaringan jaringan atau cavitas cavitas abses abses pada pada sekitar sekitar struktur struktur abses. 2. keterlibatan keterlibatan daerah sekitar sekitar abses abses dalam dalam proses proses infeksi. infeksi. A. Anamnesis
Bebe Bebera rapa pa geja gejala la beri beriku kutt dapa dapatt dite ditemu muka kan n pada pada pasi pasien en deng dengan an abse absess submandibula adalah : 1 1. asimetris asimetris leher leher karena karena adanya adanya massa massa atau limfade limfadenopati nopati pada sekitar sekitar 70%. 70%. 2. trismus trismus karena karena proses proses inflamas inflamasii pada pada m.pteri m.pterigoid goides es 3. torticolis torticolis dan penyempita penyempitan n ruang gerak gerak leher leher karena proses proses inflam inflamasi asi pada leher. Riwayat Riwayat penyakit dahulu dahulu sangat sangat bermanfaat untuk untuk melokalisasi melokalisasi etiologi etiologi dan perjalanan abses pasien seharus ditanya :
1
1. tentang tentang riwayat riwayat tonsillitis tonsillitis dan peritonsil peritonsil abses. abses. 2. riwayat riwayat traum traumaa retrofa retrofarin ring g contoh contoh intu intubas basii 3. dent dental al carie cariess dan dan abse abses. s. B. Pemeriksaan Klinik
Diagnosis untuk untuk suatu abses leher dalam kadang-kadang kadang-kadang sulit ditegakkan ditegakkan bila bila hanya hanya
berdas berdasark arkan an anamne anamnesis sis dan pemeri pemeriksa ksaan an fisik fisik saja. Ditemuka Ditemukan n
pembengkakan dibawah rahang baik unilateral maupun bilateral dan berfluktuasi. Karena itu diperlukan studi radiografi untuk membantu menegakkan diagnosis, menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya dan perluasan penyakit.
2
Pemeri Pemeriksa ksaan an tomogr tomograph aphy y komput komputer er dapat dapat ditemu ditemukan kan daerah daerah dengan dengan densitas densitas rendah, rendah, pening peningkatan katan gambara gambaran n kontras kontras pada pada dinding dinding abses abses dan edem edem 6
jaringan sekitar abses. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas test dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang sesuai. 2
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan anjuran yang digunakan di antaranya: 1.
1,3
Roentgen leher posisi lateral Terdapat gambaran tissue swelling, tampak sebagai bayangan
•
radioopak. 2.
CT-scan •
Dengan Dengan menggunaka menggunakan n kontras, kontras, merupakan merupakan gold standar untuk
mengevaluasi infeksi pada daerah leher dalam. •
Abses akan tampak sebagai bangunan atau lesi, air fluid level, dan
lokulasi. •
Pemerksaan Pemerksaan fisik yang ditunjang ditunjang CT-scan CT-scan memiliki memiliki sensitivita sensitivitass
95%. 2.6. Komplikasi
Infeksi leher dalam dengan penatalaksanaan inadekuat dapat menyebar ke ruang leher dalam lainnya, lainnya, ditambah ditambah dengan dengan keterlambatan keterlambatan dalam mendiagno mendiagnosis sis dan penata penatalak laksan sanaan aan beresi beresiko ko tinggi tinggi untuk untuk meliki meliki berbag berbagai ai kompli komplikas kasii yang yang mengancam jiwa yaitu: •
Obstruksi jalan nafas akibat tertekannya trakea
•
Aspirasi yang dapat terjadi pada intubasi endotracheal
•
Komplikasi vaskular seperti trombosis vena jugularis interna, erosi dan ruptur arteri carotid.
•
Defisit neurologis seperti disfungsi saraf kranial atau saraf otonom di leher yang menimbulkan menimbulkan disfoni disfoni akibat terkenanya terkenanya nervus nervus vagus atau Sindrom Sindrom Horners akibat pengaruh saraf simpatis.
7
•
Emboli septik pada paru-paru, otak.
•
Shock sepsis
•
Necrotizing Cervical Fasciitis yaitu nekrosis pada jaringan penyambung akibat penyebaran infeksi melalui fasia. Hal ini memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.
•
Oste Osteom omye yeli liti tiss
akib akibat at
peny penyeb ebar aran an
lans lansun ung g
pada pada
tula tulang ng
bela belaka kang ng,,
mandibula, atau tengkorak. •
Sindrom Grisel akibat subluxasi servikal. Beberap Beberapaa faktor faktor memili memiliki ki resiko resiko yang yang lebih lebih tinggi tinggi untuk untuk timbul timbulnya nya
kompli komplikas kasi, i, yaitu yaitu jenis jenis kelami kelamin n dimana dimana wanita wanita lebih lebih sering sering dari dari pria, pria, pasien pasien dengan pembengkakan pada leher, serta penderita diabetes yang memperburuk keadaan umum.
Gambar 2.6.1 Abses submandibula submandibula pada penderita penderita Diabetes Melitus 2.7. Prognosis
Pada awalnya, kematian yang terjadi akibat kasus abses submandibula ini lebih lebih dari dari 50% kasus. kasus. Namun Namun seirin seiring g dengan dengan penggu penggunaa naaan an antibi antibioti oticc yang yang semakin luas, angka mortalitas tersebut turun hingga mencapai di bawah 5%. Penggunaan antibiotic intravena memberikan prognosis yang baik jika digunakan
8
pada masa-masa awal kasus penyakit. Kemudian tindakan operasi dilakukan jika terjadi obstruksi jalan napas, abses yang terlokalisir dan kegagalan penggunanaan antibiotic untuk meningkatkan kemungkinan kesembuhan.
5
BAB III ILUSTRASI KASUS IDENTITAS
Nama/MR
: Tn.N / 573973
Umur
: 71 tahun
Jenis enis Kel Kelam amin in
: Lak Laki-la i-lak ki
Alamat
: Sikuncur Selatan, Pariaman
Pekerjaan
: Tukang
Agama
: Islam
Suku Suku Bang Bangsa sa
: Mali Malins nsia iang ng Mina Minang ngka kaba bau u
ANAMNESIS Keluhan utama:
Keluar nanah dari benjolan di leher kanan sejak 2 hari yang lalu. Riwayat penyakit sekarang: •
Benjolan pada leher kanan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya sebesar telur bebek, kemudian makin membesar hingga sebesar tinju orang dewasa dan meluas hingga ke sebelah kiri. Benjolan disertai nyeri dan panas. Kulit di temp tempat at benj benjol olan an tamp tampak ak meme memerah rah.. Benj Benjol olan an kemu kemudi dian an peca pecah h dan dan mengeluarkan nanah berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau.
•
Pasien demam sejak 6 hari yang lalu, menggigil, tidak disertai kejang, tidak terus menerus, dan tidak terlalu tinggi. Sebelumnya pasien jarang demam.
•
Pasien susah membuka mulut sejak 6 hari yang lalu sehingga sulit makan, minum, dan berbicara. Oleh karena itu, nafsu makan menurun.
•
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dan sulit menelan.
9
•
Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas dan sakit kepala.
•
Suara serak disangkal.
•
Lidah terasa terangkat tidak ada.
•
Riwayat keluar darah atau nanah dari mulut tidak ada.
•
Riwayat sering bersin dan hidung berair tidak ada.
•
Pasien Pasien menyan menyangka gkall pernah pernah sakit sakit di teling telinga, a, hidung hidung,, dan tenggo tenggorok rokan an sebelumnya.
•
Pasien mengeluhkan sakit gigi yaitu pada gigi di rahang bawah.
Riwayat penyakit dahulu: •
Gigi berlobang sejak 21 tahun yang lalu.
•
Tidak pernah menderita sakit atau bengkak di leher sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita pembengkakan atau sakit di leher. Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, dan lingkungan:
Pasien bekerja sebagai tukang, golongan ekonomi menengah kebawah, dan pendidikan terakhir adalah SD. PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Tanda vital
Keadaan umum
: sedang
Kesadaran
: ko komposmentis ko kooperatif
Tekanan darah rah
: 130/80 mmHg
Frekuensi nadi adi
: 98x/meni enit
Frek Freku uens ensi nafa nafass
: 26x/ 26x/m menit enit
Suhu tubuh
: 38 o C
Pemeriksaan sistemik
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
KGB
: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher.
Jantung
: iktus jantung tidak terlihat, batas jantung normal, bunyi murni, reguler, bising tidak ada
10
Paru
: si simetris, fr fremitus ki kiri da dan ka kanan sa sama, so sonor, su suara na nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan
Abdomen
: ti tidak mem memb buncit, hep hepaar dan dan lien ti tidak te terab raba, timpani, bi bising usus normal
Ekst Ekstre remi mita tass
: tida tidak k ada ada pare paresi siss atau atau par paral alis isis is,, refl reflek ek fis fisio iolo logi giss (+/+ (+/+), ), ref refle lek k patologis (-/-)
STATUS LOKALIS THT Telinga Pemeriksaan
Daun telinga
Dinding liang telinga
Kelainan Kongenital Trauma Radang Metabolik Nyeri tarik Nyeri tekan tragus Cukup lapang/sempit Hiperemi Edema Massa
Dekstra Cukup lapang
Sinistra Cukup lapang
Tidak ada Tidak ada Utuh Utuh Putih berkilat Putih berkilat Jam 5 Jam 7 + + Normal Normal Lateralisasi tidak ada Normal Normal
Sekret/serumen Utuh/tidak Warna Reflek cahaya Membran timpani Bulging Retraksi Atrofi Tanda radang Fistel Mastoid Sikatrik Nyeri takan Nyeri ketok Rinne Schwabach Tes garputala Weber Kesimpulan tes garputala Audiometri
Tidak dilakukan
Hidung Pemeriksaan Hidung luar
Kelainan Deformitas
Dekstra -
11
Sinistra -
Kongenital Trauma Radang Massa Nyeri tekan Sinus paranasal Nyeri ketok Rinoskopi anterior Vibrise Vestibulum Radang Cavum nasi Luas Sekret Ada/tidak ada Ukuran Warna Konkha inferior Permukaan Edema Ukuran Warna Konkha media Permukaan Edema Cukup lurus/deviasi Permukaan Warna Septum Spina Krista Abses Perforasi Massa Ada/tidak ada
-
-
-
-
Normal Cukup lapang Eutrofi Merah muda Licin Eutrofi Merah muda Licin Cukup lurus
Normal Cukup lapang Eutrofi Merah muda Licin Eutrofi Merah muda Licin Cukup lurus
Licin Merah muda Tidak ada
Licin Merah muda Tidak ada
Nasofaring (rinoskopi posterior)
Pemeriksaan Koana
Mukosa
Konkha inferior Adenoid Muara tuba eustachius massa
Kelainan Cukup lapang/lapang/sempit Warna Edema Jaringan granulasi Ukuran Warna Permukaan Edema Ada/tidak ada Tertutup sekret/tidak Edema mukosa Ada/tidak ada 12
Deks ekstra
Sinistra Cukup lapang
Merah muda ( -) Eutrofi Merah muda Rata ( -)
Merah muda Eutrofi Merah muda Rata (- )
( -)
(- )
( -) ( -)
(- ) (- )
Post nasal drip
Ada/tidak ada
( -)
Orofaring dan mulut Pemeriksaan Kelainan Palatum Simetris/tidak mole&arkus faring Warna Edema Bercak/eksudat Dinding faring Warna Permukaan Tonsil Ukuran Warna Permukaan Muara kripti Detritus Eksudat Perlengketan dengan pilar Peritonsil Warna Edema Abses Tumor Ada/tidak ada Gigi Karies/radiks Kesan Lidah Warna Bentuk Deviasi Massa Laringoskopi indirek Pemeriksaan Kelainan Epiglotis Bentuk Warna Edema Pinggir Massa Aritenoid Warna Edema Massa Gerakan Ventricular ba band Warna Edema Massa Plica vocalis Warna Gerakan Pinggir medial
13
(- )
De Dekstra Simetris
Si Sinistra Simetris
Merah muda Merah muda Licin T1 Merah muda R ata Tidak melebar (- ) (- ) (- )
Merah muda Merah muda Licin T1 Merah muda Rata Tidak melebar ( -) (- ) ( -)
Merah muda (- ) (- ) (- ) (+)
Merah muda ( -) (- ) ( -) (+)
Merah muda Normal (- ) (- )
Merah muda Normal (- ) (- )
Dekstra
Sinistra
Subglotis/trakhea Sinus piriformis Valakule
Massa Massa Sekret Massa Sekret Massa Sekret
Pemeriksaan leher (regio sub mandibula-sub mental) Tampak pembengkakan di leher kiri dan meluas ke kanan sebesar tinju orang dewasa, hiperemis, teraba panas, konsistensi keras, fluktuasi tidak ada, tidak ikut dalam menelan, menelan, terfiksir, nyeri tekan. Pus ada / tidak Pemeriksaan kelenjar getah bening leher: ada pembesaran / tidak Diagnosis kerja Diagnosis tambahan Diagnosis banding Penatalaksanaan
Rencana Prognosis
: ab abses submandibula : : : Pemberian Pemberian cairan maintenance (IVFD RL 20 tetes/menit) Antibiotik (ceftriaxone 2x1gr bolus iv & metronidazol 3x500mg drip iv) Antiinflamasi (dexametason 3x5mg bolus iv) Antipiretik (paracetamol 3x500 mg oral) Debridement + evakuasi pus Redresing H2O2 3% + betadin : :
FOLLOW UP 8 Januari 2008 Anamnesis : Pasien mengeluh masih demam terutama pada malam hari. • masih ada nanah keluar dari luka di leher, • nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Pemeriksaan fisik : menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2cm; di regio • submental tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada, • nyeri tekan. Di regio submandibula kiri dan kanan bengkak, hiperemis, tidak ada • fluktuasi, nyeri tekan, teraba panas. Diagnosis : Abses submandibula dalam perawatan hari ke 2. Terapi : Ceftriaxone 2x1 gram i.v • Metronidazole 3x500 mg •
14
• • •
Dexametason 3x1 ampul Parasetamol 3x500 mg Redresing menggunakan H 2O2 3% + betadin 2x sehari dan luka ditutup.
16 Januari 2008 Anamnesis : Demam tidak ada • nanah keluar dari luka di leher berkurang • nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Mulut hanya bisa dibuka 2 jari • Pemeriksaan fisik : menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2cm; di regio • submental tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada, • nyeri tekan. Di regio submandibula terdapat : Jaringan granulasi (+), Pus (+) • berkurang,darah (-) Diagnosis : Abses submandibula dalam perawatan hari ke 2. Terapi : Ceftriaxone 2x1 gram i.v • Metronidazole 3x500 mg • tidur dalam posisi tredelenberg. • Dilakukan redresing menggunakan H 2O2 3% + betadin 2x sehari dan • luka ditutup. 17 Januari 2008 Anamnesis : Demam tidak ada • nanah keluar dari luka di leher berkurang • nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Mulut sudah lebih mudah dibuka • Pemeriksaan fisik : menunjukkan tanda vital pasien stabil • tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada, • nyeri tekan. Di regio submandibula terdapat : Jaringan granulasi (+), Pus (+) • berkurang,darah (+) Diagnosis : Abses submandibula dalam perawatan Terapi : Ceftriaxone 2x1 gram i.v • Metronidazole 3x500 mg • Gentamicin 2x80mg • Tidur dalam posisi tredelenberg. •
15
•
Dilakukan redresing menggunakan H 2O2 3% + betadin 2x sehari dan luka ditutup.
30 Januari 2008 Anamnesis : Demam tidak ada • nyeri di leher pasien sudah berkurang. • Mulut sudah lebih mudah dibuka • Pemeriksaan fisik : menunjukkan tanda vital pasien stabil •
Diagnosis : Abses submandibula dalam perawatan Terapi : Ciprofloksasin 2x 5gr i.v • Metronidazole 3x500 mg • As.mefenamat 3x500 mg • Tidur dalam posisi tredelenberg. • Dilakukan redresing menggunakan H 2O2 3% + betadin 2x sehari dan • luka ditutup. Ekstraksi gigi Insisivus sentral dan lateral kanan bawah, •
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi Soepardi EA, Iskand Iskandar ar N, Bashirudd Bashiruddin in J, Restuti Restuti RD. RD. Abses Abses leher leher dalam. Dalam: Fachruddin D, Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI; 2007. hal 226 2. Marcin Marcincuk cuk MC. MC. Deep Neck Neck Infect Infection ion.. Diakses Diakses dari dari www.emedicine.com www.emedicine.com.. Last update 27 Mei 2005 3. Rose Rosen n EJ, EJ, Bail Bailey ey BJ. Deep Deep Neck Space Space and and Infe Infect ctio ion n diba dibaca caka kan n dalam dalam Grand Rounce Presentation, UTMB, Dept. of Otolaringology. Editor Quinn FB, Ryan MW. 2002 4. Ruckenstein
M.J.
Comprehe ehensive
Review
of
Otolary aryngology,
Phyladelphia, Saunders. 2004. Pp 178-180. 5. Scott BA, BA, Stiernberg Stiernberg CM,Dris CM,Driscoll coll BP.Infecti BP.Infections ons of the Deep Spaces Spaces of of the Neck.Dalam Bayley BJ, Head and Neck Surgery-Otolaryngology Vol 1Edisi Ketiga.Texas,Lippincott Williams and Wikins Publisher:2001.Hal 68. 6. Adams JL.Penyaki JL.Penyakit-peny t-penyakit akit nasofaring nasofaring dan orofaring.D orofaring.Dalam alam Boies Buku ajar penyakit penyakit THT Ed.6.Jaka Ed.6.Jakarta,Pe rta,Penerbit nerbit Buku Kedokteran Kedokteran EGC:1994. EGC:1994.Hal Hal 342-348.
17
18