Berita Acara Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat
Topik : E.2 Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk
Oleh : dr. Fitri Adinda Novianti
Program Internship FKUI - Puskesmas Tarumajaya Bekasi, 2011
Pendahuluan Latar Belakang Pencapaian target pembangunan MDG (Millenium Development Goals) salah satunya adalah mengurangi angka kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Indonesia dapat diukur berdasarkan indicator prevalensi gizi kurang. Banyak upaya dilakukan untuk mengatasi gizi buruk di Indonesia. Data menunjukkan prevalensi gizi buruk terus mengalami penurunan dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun 2010 dan diharapkan di tahun 2015, prevalensi gizi buruk dapat turun menjadi 3,6% Prevalensi anak balita gizi kurang dan buruk turun 0,5% dari 18,4% pada 2007 menjadi 17,9% pada 2010. Faktor-faktor penyebab gizi buruk, yaitu asupan gizi dan pemahaman tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh. Terdapat 10 daerah di Indonesia dengan prevalensi gizi buruk tertinggi di Indonesia sepanjang tahun 2010, yaitu : 1. Jawa Barat : 580.000 bayi dan balita 2. Jawa Tengah : 446.000 bayi dan balita 3. Jawa Timur : 434.000 bayi dan balita 4. Sumatera Utara : 300.000 bayi dan balita 5. Banten : 179.000 bayi dan balita 6. Nusa Tenggara Timur : 149.000 bayi dan balita 7. Riau : 140.000 bayi dan balita 8. Sumatera Selatan : 129.000 bayi dan balita 9. Lampung : 128.000 bayi dan balita 10. Sulawesi Selatan : 124.000 bayi dan balita Interaksi antara kemiskinan dan faktor sosial, seperti pendidikan, pekerjaan, perilaku merokok, menikah usia muda, dan cakupan pelayanan kesehatan yang belum optimal juga menyebabkan masalah gizi menjadi kronis. Gizi kurang menjadi faktor risiko penyebab kematian anak. Gizi kurang dipengaruhi beberapa faktor, yaitu asupan gizi yang rendah pada ibu hamil dan menyusui, pendapatan (prevalensi pada kelompok miskin lebih tinggi), pendidikan, perbedaan kultur antar desa dan kota, pola asuh (prevalensi pada kelompok “tidak miskin”), dan kebijakan lokal.
Tujuan
1. Tujuan umum : Mengajak masyarakat untuk turut serta mengurangi angka gizi buruk di Indonesia dengan memperhatikan lebih baik kecukupan gizi anak-anak 2. Tujuan khusus -
Memberi pemahaman pada ibu-ibu tentang banyaknya kasus gizi buruk di Indonesia
-
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak
-
Membantu pemerintah untuk mencapai tujuan mengurangi angka gizi buruk sebesar …. Pada tahun 2014
Materi •
Pemahaman tentang gizi buruk
•
Gizi buruk di Indonesia
•
Tanda dan gejala anak mengalami gizi buruk
•
Akibat dari anak yang mengalami gizi buruk
•
Deteksi dini anak mengalami gizi buruk dengan penimbangan berkala di posyandu
•
Jenis makanan beserta kandungan gizinya yang diperlukan bagi anak
Pelaksanaan Perkenalan
•
Setelah memberi salam dan perkenalan, penyuluh menyampaikan maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum penyampaian materi Penyajian materi
•
Sesuai dengan materi penyuluhan. Disela-sela penyuluhan, penyuluh memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya langsung bila ada yang tidak dimengerti Evaluasi struktur
•
Penyuluh datang sebelum waktu yang ditentukan untuk menyiapkan sarana dan prasarana penyuluhan •
Evaluasi proses Peserta yang hadir 20 orang. Semua berupa ibu-ibu yang hadir bersama anak-anaknya untuk kegiatan posyandu. Penyuluhan berjalan dengan lancar dan peserta aktif bertanya.
Saran
•
Tempat penyuluhan hendaknya dilaksanakan di tempat yang tertutup, sehingga akan lebih nyaman bagi peserta dan penyuluh
•
Saat sesi pengenalan makanan, akan lebih baik jika ada alat peraga agar peserta yang hadir lebih paham dan tidak bosan
Kesimpulan •
Penyuluhan tentang gizi buruk di desa ……. Berjalan dengan baik
•
Peserta yang hadir tampaknya cukup mengerti tentang gizi buruk yang dapat menimpa anak- anak
Mengetahui, Peserta
(dr. Allan Taufiq Rivai)
Pendamping
(dr. Riastuti D.A.D.)
NIP. 19730128 200501 2 008
Komentar/umpan balik dari pendamping: