Makalah
PERILAKU TIDAK DISIPLIN DAN PENANGANANNYA
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 2
(KELAS 01)
ANINDITA SYAFITRI 13061030010029
AHDA FATIMAH 1306103010087
ANGGI WIDYANZA V 1306103010097
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan iman dan Islam serta telah mengaruniakan kepada manusia akal dan pikiran. Allah yang memiliki apa yang ada dilangit dan dibumi hanya milikNyalah segala yang hakiki. Salawat dan salam kami sanjungkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya dan kaum muslimin dan muslimat yang mengikuti Sunnahnya.
Atas izin dan rahmat Allah SWT, akhirnya makalah ini dengan judul "Perilaku Tidak Disiplin dan Penanganannya" dapat diselesaikan. Meskipun dalam makalah ini masih banyak kekurangannya, kami harap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami selama ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya, terutama bagi kami sendiri. Pada akhirnya hanya kepada Allahlah kita memohon taufik dan hidayahnya serta ampunannya, dan hanya kepada Allahlah kita semua berserah diri.
Banda Aceh, Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
A. Teori Mengenai Perilaku Tidak Disiplin 5
B. Pengertian Perilaku Tidak Disiplin 6
C. Factor-faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin 6
D. Klasifikasi Perilaku Tidak Disiplin 8
E. Usaha-Usaha yang Dilakukan Sekolah untuk Menanganinya 10
KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang menyangkut perilaku bangsa ini. Dapat kita bayangkan seandainya bangsa ini di pimpin oleh generasi muda yang bodoh, malas dan tidak bermoral, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang terbelakang dan akan jauh tertinggal dari Negara lainnya.
Perilaku menyimpang yang sering melanda bangsa Indonesia termasuk juga kalangan siswa atau pelajar umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam atau dari luar diri pribadinya. Pada dasarnya perilaku menyimpang disebabkan oleh proses sosialisasi yang tidak berhasil. Proses sosialisasi ini tidak berhasil dikarenakan seseorang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Seseorang yang tidak berhasil dalam proses sosialisasi umumnya tidak memiliki perasaan bersalah atas penyimpangan yang dilakukannya. Hal ini karena keluarga merupakan lingkungan awal tempat penanaman norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Terbentuknya perilaku menyimpang juga merupakan hasil sosialisasi nilai kebudayaan yang menyimpang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi. Selain faktor ekonomi, faktor agama juga dapat mempengaruhi pembentukan penyimpangan, yaitu ketika kehidupan tidak didasari oleh agama yang kuat sehingga kehidupannya menjadi tanpa arah dan tujuan.
Perilaku menyimpang siswa pada dasarnya lahir dari ekspresi sikap kenakalan yang muncul dari kalangannya. Seseorang siswa yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis akan cenderung mempunyai perilaku yang kurang baik dan akan menyimpang dari norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Lahirnya perilaku menyimpang secara umum disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor internal atau faktor yang ada dalam diri individu setiap orang atau siswa, dan faktor eksternal atau faktor yang ada diluar individu siswa. Faktor-faktor ini secara langsung akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Kegagalan dalam melakukan penyesuaian secara positif dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah sehingga seorang individu/ peserta didik dapat menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang dan pada akhirnya akan menunjukkan perilaku menyimpang.
Rumusan Masalah
Apa saja teori-teori tentang perilaku tidak disiplin?
Apa pengertian perilaku tidak disiplin?
Apa faktor-faktor penyebab perilaku tidak disiplin?
Apa saja klasifikasi perilaku tidak disiplin?
Bagaimana upaya sekolah dalam menangani perilaku tidak disiplin?
Tujuan
Untuk mengetahui teori-teori tentang perilaku menyimpang.
Untuk mengetahui pengertian perilaku tidak disiplin.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku tidak disiplin.
Untuk mengetahui klasifikasi perilaku tidak disiplin.
Untuk mengetahui bagaimana upaya sekolah dalam menangani perilaku tidak disiplin.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Mengenai Perilaku Tidak Disiplin
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan perilaku tidak disiplin atau perilaku menyimpang, antara lain yaitu:
Teori Differential Association
Menurut pandangan teori ini perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda. Perilaku menyimpang terjadi melalui proses alih budaya, di mana seseorang mempelajari suatu budaya menyimpang seperti perilaku homoseksual, hubungan seks pernikahan, dan penyalahgunaan narkoba. Hal inilah yang biasanya terjadi pada kehidupan siswa tanpa memandang jenjang pendidikannya. Pada saat ini perilaku menyimpang sudah biasa dilakukan oleh murid Sekolah Dasar, karena adanya proses alih budaya.
Teori Labeling
Menurut teori ini, seseorang menjadi menyimpang karena proses Labeling, pemberian julukan, cap, etiket, dan merek yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang.
Teori Merton
Menurut Merton perilaku menyimpang bersumber dari struktur sosial yang bisa menghasilkan perilaku konformis, di mana perilaku menyimpang terjadi sebagai akibat bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu.
Teori Fungsi Durkheim
Menurut Durkheim, kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak mungkin terjadi, karena setiap individu itu berbeda tergantung faktor keturunannya, lingkungan fisiknya, dan lingkungan sosialnya. Dengan demikian kejahatan itu selalu ada, dan menurut Durkheim kejadian itu perlu, akan moralitas dan hukum berkembang secara formal.
Teori Konflik
Teori ini dianjurkan oleh Karl Marx, ia mengemukakan bahwa kejahatan erat kaitannya dengan perkembangan kapitalisme. Menurut teori ini, apa yang merupakan perilaku menyimpang hanya dalam pandangan kelas yang berkuasa untuk melindungi kepentingan mereka. Oleh sebab itu orang yang melakukan kejahatan dan terkena hukuman pidana, umumnya dari kalangan rakyat miskin (Umasih, 2007).
Pengertian Perilaku Tidak Disiplin
Perilaku menyimpang merupakan sisi negatif dari bentuk perilaku positif, dalam hal ini merupakan bentuk perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang tidak sesuai dengan norma atau nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Lawang (1986:43) memberikan pengertian bahwa perilaku menyimpang adalah suatu tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial.
Perilaku menyimpang sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat. Dengan demikian perilaku menyimpang pada umumnya dikaitkan dengan hal-hal yang negatif, yang tidak baik, yang merugikan diri sendiri, dan masyarakat yang ada di sekitar individu yang melakukan perilaku menyimpang tersebut.
Factor-faktor Penyebab Perilaku Tidak Disiplin
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab perilaku tidak disiplin atau penyimpangan perilaku itu ada yang berdasarkan kondisi biologis dan kondisi psikologis.
Kondisi Biologis
Faktor hereditas.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa karakteristik amak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik yang bersifat bawaan dari orang tua, kerusakan kromosom juga dapat menjadi penyebab masalah perilaku dan fisik yang serius. Penilitian eksperimen juga telah didesain mengenai efek nature dan nurture pada penyesuaian diri. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor hereditas memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku (Lahey & Ciminero, 1989).
Kerusakan otak (Brain disorder)
Kerusakan otak dapat terjadi sebelum kelahiran, pada saat kelahiran, maupun setelah kelahiran. Kerusakan otak meliputi kerusakan structural, disfungsi otak. Hubungan antara kerusakan otak dan perilaku menyimpang telah banyak diteliti. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Penyimpangan perilaku serius, khususnya infantile autism, berhubungan dengan kerusakan otak.
Hiperaktivitas, disebabkan oleh berbagai factor, salah satu diantaranya adalah karena kerusakan otak.
Tidak semua perilaku menyimpang disebabkan oleh kerusakan otak, bahkan anak yang mengalami gangguan otak belum tentu mengalami perilaku menyimpang.
Diet atau keadaan nutrisi.
Hasil penilitian Lahey & Ciminero (1980), menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi tidak hanya menyebabkan terjadinya retardasi fisik dan mental, tetapi juga menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang. Pauling (1968) menjelaskan bahwa kekurangan vitamin dan makanan bergizi dapat menyebabkan hiperaktivitas.
Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku. Kondisi-kondisi tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, atau factor yang bersumber dari individu sendiri seperti stress. Beberapa factor penyebab penyimpangan perilaku yang bersumber dari lingkungan keluarga seperti perceraian orang tua, ketidakhadiran orang tua, konflik orang tua, penyimpangan perilaku orang tua (psikotik, antisosial, sikap bermusuhan, penyalahgunaan obat,, dan sikap tidak konsisten).
Kauffman (1981) menjelaskan bahwa factor sekolah dapat menjadi sumber penyimpangan perilaku siswa. Misalnya pihak sekolah/ guru yang tidak peka terhadap kebutuhan individual siswa, kegiatan sekolah yang tidak sesuai dengan harapan siswa, ketidaktepatan sikap guru dalam pengelolaan pengajaran dan tugas yang tidak relevan dengan kebutuhan siswa.
Stress merujuk pada situasi dimana seseorang mengalami kesenjangan antara kebutuhan dan tuntutan lingkungan. Factor fisiologis, social maupun psikologis merupakan sumber stress yang berdampak negative seperti frustasi, kehilangan sesuatu yang dicintai, disebut stressor. Stressor dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisiologis (sirkulasi dan tekanan darah), gangguan perhatian, pemecahan masalah, unjuk kerja, takut, marah, dan emosi yang berlebihan.
Interaksi kondisi biologis dan psikologis merupakan factor yang lebih kompleks sebagai penyebab penyimpangan perilaku. Penelitian mengungkapkan bahwa kondisi biologis sebelum kelahiran menentukan perkembangan perilaku dan temperamen termasuk fungsi-fungsi biologis, intensitas suasana hati yang negative, dan kesulitan beradaptasi dengan situasi baru.
Klasifikasi Perilaku Tidak Disiplin
Perilaku menyimpang diklasifikasikan menjadi tiga, yakni:
Berdasarkan Sifat
Perilaku menyimpang bersifat positif
Yaitu penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap system social karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang.
Perilaku menyimpang bersifat negative
Yaitu penyimpangan yang mempunyai dampak negative dan memiliki nilai-nilai yang dianggap selalu mengakibatkan hal buruk terhadap lingkungan.
Berdasarkan Jumlah Orang
Penyimpangan Individual
Yaitu penyimpangan yang disebabkan oleh seseorang yang mengidap kelainan jiwa atau seseorang yang melakukan kejahatan.
Penyimpangan Kolektif (Berkelompok)
Yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dimana didalam kelompok tersebut terdapa salah satu orang yang memposisikan dirinya sebagai ketua atau objek yang harus dipatuhi dalam melaksanakan aturan/norma yang menyimpang dalam masyarakat dan memiliki pengaruh yang kuat dalam melaksanakan tujuannya tersebut.
Berdasarkan Jenis/Tipe
Menurut Robert M. Z. Lawang terdapat beberapa jenis penyimpangan antara lain:
Tindakan Kriminal
Kriminalitas adalah pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan sebagai perbuatan yang merugikan, menjengkelkan.
Penyimpangan Seksual
Yaitu perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang tidak lazim dan tidak layak. Ada beberapa bentuk penyimpangan seksual yaitu:
perzinaan
homoseksual
kumpul kebo
sadomasochist
paedophilia
sodomi
gerontophilia
Penyimpangan Pemakaian Narkotika
Perbuatan ini sudah dianggap melanggar norma hokum, norma agama, dan norma social.
Penyimpangan gaya hidup
Bentuk penyimpangan ini ada dua macam yaitu, sikap arogansi dan sikap eksentrik.
Penyimpangan tawuran antar pelajar
Perilaku bodoh yang dilakukan oleh pelajar yang disebabkan oleh hal-hal sepele.
Usaha-Usaha yang Dilakukan Sekolah untuk Menanganinya
Menurut Pakar Manajemen Carolyn Evertson membedakan usaha-usaha yang harus dilakukan untuk menanganinya yaitu Intervensi minor dan Intervensi moderat.
Intervensi minor
Beberapa problema hanya membutuhkan intervensi minor (kecil). Problema-problema ini biasanya adalah perilaku yang biasanya mengganggu aktivitas kelas dan proses belajar mengajar. Misalnya murid yang rebut, meninggalkan tempat duduk tanpa izin, bercanda atau makan dikelas. Strategi minor yang efektif antara lain adalah:
Gunakan isyarat non-verbal
Terus lanjutkan aktivitas belajar
Dekati murid
Arahkan perilaku
Berintruksi yang dibutuhkan
Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung
Beri murid pilihan
Intervensi Moderat
Beberapa perilaku yang salah membutuhkan intervensi yang lebih kuat ketimbang yang baru saja dibahas diatas, misalnya ketika murid yang mengganggu pelajaran, mengganggu murid lain, dan bolos dari kelas. Ada beberapa intervensi moderat untuk mengatasinya:
Jangan beri aktivitas yang mereka inginkan
Buat perjanjian
Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas
Kenakan hukuman atau sanksi
Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi perilaku menyimpang di kalangan masyarakat secara umum dan siswa secara khusus juga dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, saat ini selain keluarga dan lingkungan sekitar termasuk lingkungan sekolah, peran media massa juga ikut mempengaruhi seseorang untuk mencegahnya berperilaku menyimpang. Adapun upaya pencegahan perilaku menyimpang dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain melalui:
Keluarga
Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar, dan sebagai pemberi contoh. Pada umumnya kewajiban ibu bapak itu sudah berjalan dengan sendirinya suatu tradisi dalam masyarakat.
Awal proses sosialisasi terjadi dalam lingkungan keluarga, dan dalam proses sosialisasi kepribadian seorang anak akan terbentuk, di mana keluarga merupakan faktor penentu bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian seorang anak selanjutnya. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh perkembangan dalam lingkungan keluarga yang baik. Sebaliknya kepribadian anak akan cenderung menyimpang apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang baik.
Sebagai seorang anak harus taat dan patuh pada orang tua. Bimbingan, arahan, dan aturan yang diberikan oleh orang tua harus dipatuhi dan ditaati. Misalnya orang tua mengajarkan untuk belajar yang rajin, tidak melakukan perbuatan yang tidak baik, seperti merokok, terlibat narkoba, pergaulan bebas, perjudian, dan tawuran. Dengan mengikuti perintah orang tua akan terhindar dari perilaku menyimpang, disamping hal itu juga hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku menyimpang adalah menjalankan perintah agama dan menjauhi segala larangan-Nya, serta mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Lingkungan Tempat Tinggal dan Sekolah
Lingkungan tempat tinggal atau sekolah juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk berperilaku menyimpang. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, maka keadaan ini akan mempengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari perilaku menyimpang.
Demikian pula, jika seseorang tinggal di lingkungan tempat tinggal yang baik, akan mempengaruhi seseorang untuk terlibat dan terpengaruh melakukan perilaku menyimpang. Salah satu pencegahan yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku menyimpang adalah harus menjauhi tempat tinggal yang rawan terhadap perilaku menyimpang, memperkuat ketaqwaan terhadap Tuhan, dan menerapkan penegakan nilai dan norma yang tegas dalam masyarakat.
Seseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu dan moral, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, dan konsekuen senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup tersebut. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembinaan yaitu orang tua dan guru. Dengan menciptakan iklim lingkungan yang serasi, dapat meminimalisasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa.
Media Massa
Pada umumnya media massa mempunyai tiga fungsi, yakni informasi, edukasi, dan rekreasi. Media massa sebagai alat komunikasi dan rekreasi yang menjangkau banyak orang telah menjadi suatu kekuatan pendorong yang besar dalam kehidupan orang. Media massa mempunyai sumbangan yang besar dalam mengintegrasikan kebudayaan serta mensosialisasikan generasi muda. Karena biayanya yang tidak mahal, mudah diperoleh, serta menarik. Anak-anak menggunakan waktu yang lebih banyak dalam menonton televisi, mendengarkan radio, menonton bioskop, dan membaca komik jika dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
Media massa memiliki tiga macam pengaruh, hal ini telah dikemukakan oleh Tirtarahardja dan La Sulo (2005: 183), yaitu:
Pengaruh sosialisasi dalam arti luas, utamanya tentang sikap dan nilai-nilai dasar masyarakat serta model tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan.
Pengaruh khusus jangka pendek, media massa menyebabkan orang membeli produk tertentu ataupun memberi suara/pendapat tentang cara tertentu.
Media massa memberikan pendidikan dalam pengertian lebih formal, yaitu dalam memberikan informasi atau penyajian pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu.
Ketiga fungsi ini tentu saja di luar dari fungsi memberikan rekreasi dan hiburan. Meskipun melalui fungsi rekreasi itu, media dapat pula mempengaruhi perilaku manusia.
Media massa, baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah pencegahan agar tidak terpengaruh akibat media massa adalah apabila ingin menonton acara di televisi, pilih acara yang bernilai positif dan menghindari menyaksikan tayangan yang dapat membawa pengaruh buruk
Selain itu, permintaan perlu memperketat sensor terhadap tayangan media massa, sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Peran orang tua dan guru juga harus memberi pengertian dan mengawasi anak-anak (siswa) agar tidak menonton acara yang dapat menjerumuskan untuk melakukan perilaku yang menyimpang.
KESIMPULAN
Adapun dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa teori mengenai perilaku tidak disiplin atau perilaku menyimpang, yaitu Teori Differential Association, Teori Labeling, Teori Merton, Teori Fungsi Durkheim dan Teori Konflik.
Sedangkan pengertian dari perilaku tidak disiplin yaitu sisi negatif dari bentuk perilaku positif, dalam hal ini merupakan bentuk perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang tidak sesuai dengan norma atau nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Ada beberapa faktor penyebab perilaku tidak disiplin yaitu berdasarlan kondisi biologis dan juga kondisi psikologis. Kondisi biologis dapat dilihat berdasarkan faktor hereditas, kerusakan otak (Brain disorder), dan diet atau keadaan nutrisi. Kondisi psikologis dapat dilihat dari faktor-faktor yang berada di lingkungan sekitar kita, misalnya lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat.
Klasifikasi perilaku tidak disiplin dibagi berdasarkan sifat, jumlah orang dan jenis atau tipenya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah juga dibedakan atas dua macam intervensi yaitu, intervensi minor dan intervensi moderat. Selain itu, keluarga, lingkunga tempat tinggal atau sekolah dan juga media massa dapat membantu untuk melakukan beberapa usaha agar tidak adanya perilaku yang tidak disiplin lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, A. H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mustaqim, dkk. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Seokanto, S. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Umasih. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Jakarta: Ganeca Exact.
Permana, Aziz. "Perilaku Menyimpang atau Kenakalan Peserta Didik dalam Disiplin Kelas". 05 Desember 2013. http://eostudent.blogspot.com/2013/12/perilaku-menyimpang-atau-kenakalan.html
Firnanda, Mirza. "Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial". 14 April 2010. http://mirzafirnanda.blogspot.com/2010/04/perilaku-menyimpang.html
JS, Sanvisa. "Perilaku Tidak Disiplin". 16 April 2013. http://sanvisa.blogspot.com/2013/04/perilaku-tidak-disiplin_16.html
Khasanah, Normal. "Pengaruh Perilaku Menyimpang Siswa Terhadap Prestasi Belajarnya". 11 April 2013. http://sibage.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-perilaku-menyimpang.html
15