PROFESI KEPENDIDIKAN
PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL
OLEH
KELOMPOK 3
ANUGERAH RAHMADANI (1204965)
GERI RAHMADI (1204946)
RM 10
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UPP IV BUKITTINGGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL
PENGERTIAN JABATAN FUNGSIONAL
Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan ketrampilan tertentu secara mandiri.
Lahirnya Keputusan Menpan No.84/MENPAN/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya merupakan bukti kepedulian pemerintah terhadap pengembangan profesi guru. Dasar keputusan ini, bidang kegiatan yang dilakukan guru pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori. Keempat kegiatan beserta riciannya adalah sebagai berikut:
Pendidikan, yang meliputi:
Mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/ijazah atau akta.
Mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL)
Proses belajar mengajar atau bimbingan yang meliputi kegiatan-kegiatan:
Melaksanakan proses belajar mengajar atau praktek atau melaksanakan proses bimbingan dan konseling.
Melaksanakan tugas tertentu di sekolah.
Pengembangan profesi, yang meliputi kegiatan-kegiatan:
Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan,
Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan,
Meciptakan karya seni,
Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan,
Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan, yang meliputi:
Mengadakan pengabdian kepada masyarakat,
Melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan
Sebagai pegawai negeri, guru mempunyai golongan dan kepangkatan serta jabatan yang telah diatur sedemikian rupa dalam rangka pembinaan mereka. Adapun golongan/ruang, jenjang pangkat serta jenjang jabatan guru yaitu:
No
Golongan/Ruang
Jenjang Pangkat
Jenjang Jabatan
1
II/a
Pengatur Muda
Guru Pratama
2
II/b
Pengatur Muda Tingkat I
Guru Pratama Tingkat I
3
II/c
Pengatur
Guru Muda
4
II/d
Pengatur Tingkat I
Guru Muda Tingkat I
5
III/a
Penata Muda
Guru Madya
6
III/b
Penata Muda Tingkat I
Guru Madya Tingkat I
7
III/c
Penata
Guru Dewasa
8
III/d
Penata Tingkat I
Guru Dewasa Tingkat I
9
IV/a
Pembina
Guru Pembina
10
IV/b
Pembina Tingkat I
Guru Pembina Tingkat I
11
IV/c
Pembina Utama Muda
Guru Utama Muda
12
IV/d
Pembina Utama Madya
Guru Utama Madya
13
IV/e
Pembina Utama
Guru Utama
Dalam rangka kenaikan pangkat, para guru harus memiliki atau mampu mengumpulkan angka kredit yang dibutuhkan untuk masing-masing jabatan. Jumlah angka kredit kumulatif minimal untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat/jabatan sebagai berikut:
Jenjang Jabatan
Jumlah Kredit Yang Perlu Dimiliki
Guru Pratama
25 kredit
Guru Pratam Tingkat I
40 kredit
Guru Muda
60 kredit
Guru Muda Tingkat I
80 kredit
Guru Madya
100 kredit
Guru Madya Tingkat I
150 kredit
Guru Dewasa
200 kredit
Guru Dewasa Tingkat I
300 kredit
Guru Pembina
400 kredit
Guru Pembina Tingkat I
550 kredit
Guru Utama Muda
700 kredit
Guru Utama Madya
850 kredit
Guru Utama
1000 kredit
Adapun tugas pokok guru disesuaikan dengan keputusan MENPAN nomor 84/1993 tentang jabatan fungsional guru adalah:
Rincian tugas Guru Pratama dengan Guru Muda Tingkat I:
Melaksanakan dengan bimbingan dalam menyusun program pengajaran atau praktek atau bimbingan dan konseling
Melaksanakan dengan bimbingan dalam menyajikan program pengajaran atau praktek atau bimbingan dan konseling
Melaksanakan dengan bimbingan dalam evaluasi belajar atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Melaksanakan dengan bimbingan dalam melaksanakan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Melaksanakan dengan bimbingan dalam penyusunan dan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan konseling
Melaksanakan dengan bimbingan dalam bimbingan dalam bimbingan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
Rincian Tugas Guru Madya dan Guru Madya Tingkat I:
Menyusun program pengajaran atau praktek atau bimbingan dan konseling
Meyajikan program pengajaran atau praktek atau melaksanakan bimbingan dan konseling
Melaksanakan evaluasi belajar atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil evaluasi belajar atau praktek atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan konseling
Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya (khususnya guru kelas)
Membimbing siswa dalam kegiatan ektrakurikuler
Rincian Tugas Guru Dewasa dan Guru Dewasa Tingkat I:
Menyusun program pengajaran atau praktik atau bimbingan dan konseling
Menyajikan program pengajaran atau praktik atau melaksanakan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil evaluasi belajar atau praktik atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil evaluasi belajar atau praktik atau pelaksaan bimbingan dan konseling
Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan konseling
Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya (khusus guru kelas)
Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru dalam kegiatan proses belajar mengajar atau praktik bimbingan atau praktik bimbingan dan konseling
Melaksanakan bimbingan dalam kegiatan UNAS
Rincian Tugas Guru Pembina sampai dengan Guru Utama:
Menyusun program pengajaran atau praktik atau melaksanakan bimbingan dan konseling
Menyajikan program pengajaran atau praktik atau melaksanakan bimbingan dan konseling
Melaksanakan evaluasi belajar atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Menganalisis hasil evaluasi belajar atau paktik atau pelaksanaan bimbingan dan konseling
Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan konseling
Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya (khusus guru kelas)
Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
Melaksanakan dengan bimbingan dalam membimbing guru yang lebih muda dalam kegiatan proses belajar mengajar atau praktik bimbingan dan konseling
Melaksanakan bimbingan dalam kegiatan UNAS
Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan
Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan
Membuat alat pelajaran/ alat peraga atau alat bimbingan
Menciptakan karya seni
Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum
JENIS GURU
Guru Kognitif
Guru kognitif hanya mengajar dengan mulutnya. Dia berbicara panjang lebar di depan siswa dengan menggunakan alat tulis. Guru-guru ini biasanya sangat bangga dengan murid-murid yang mendapat nilai tinggi. Guru ini juga bangga kepada siswanya yang disiplin belajar, rambutnya dipotong rapi, bajunya dimasukkan ke dalam celana atau rok, dan hafal semua yang dia ajarkan.
Bagi guru-guru kognitif, pusat pembelajaran ada di kepala manusia, yaitu brain memory. Asumsinya, semakin banyak yang diketahui seseorang, semakin pintarlah orang itu dan akan membuat seseorang memiliki masa depan yang lebih baik. Guru kognitif adalah guru-guru yang sangat berdisiplin.
Mereka sangat memegang aturan, atau meminjam istilah para birokrat (PNS), sangat patuh pada "tupoksi". Jika di silabus tertulis buku yang diajarkan adalah buku "x" dan bab-bab yang diberikan adalah bab satu sampai dua belas, mereka akan mengejarnya persis seperti itu sampai tuntas. Karena ujian masuk perguruan tinggi adalah ujian rumus, guru-guru kognitif ini adalah kebanggaan bagi anak-anak yang lolos masuk di kampus-kampus favorit. Mereka adalah kebanggaan bagi siswa-siswa peserta UN.
Guru Kreatif
Guru kreatif seringkali kurang peduli dengan tupoksi dan silabus. Mereka biasanya juga sangat toleran terhadap perbedaan dan cara berpakaian siswa. Tetapi, mereka sebenarnya guru yang bisa mempersiapkan masa depan anak-anak didiknya. Mereka bukan sibuk mengisi kepala anak-anaknya dengan rumus-rumus, melainkan membongkar anak-anak didik itu dari segala belenggu yang mengikat mereka.
Belenggu-belenggu itu bisa jadi ditanam oleh para guru, orang tua, dan tradisi seperti tampak jelas dalam membuat gambar (pemandangan, gunung dua buah, matahari di antara keduanya, awan, sawah, dan seterusnya). Atau belenggu-belenggu lain yang justru mengantarkan anak-anak pada perilaku-perilaku selfish, ego-centrism, merasa paling benar, sulit bergaul, mudah panik, mudah tersinggung, kurang berbagi, dan seterusnya.
Guru-guru ini mengajarkan life skills, bukan sekadar soft skills, apalagi hard skill. Berbeda dengan guru kognitif yang tak punya waktu berbicara tentang kehidupan, mereka justru bercerita tentang kehidupan (context) yang didiami anak didik. Mereka aktif menggunakan segala macam alat peraga. Bagi mereka, memori tak hanya ada di kepala, tapi juga ada di seluruh tubuh manusia.
PERSYARATAN MENJADI GURU
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 42 ayat 1 bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Seorang guru yang mengajar pada jenjang pendidikan formal harus pula memiliki kompetensi.
Yang dimaksud dengan kompetensi menurut UU no 14 tahun 2005 Pasal 10 ayat (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut PP no 47 tahun 2008 Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
Kualifikasi sertifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 42 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tersebut mensyaratkan guru memiliki dokumen portofolio dengan komponen-komponen diantaranya: kualifikasi akademik; pendidikan dan pelatihan; pengalaman mengajar; perencanaan dan pelaksanaan pengajaran; penilaian dari atasan dan pengawas; prestasi akademik; karya pengembangan profesi; keikutsertaan dalam forum ilmiah; pengalaman organisasi dibidang pendidikan dan sosial; penghargaan yang relevan dengan pendidikan.
Pasal 8 UU no 14 tahun 2005 menyebutkan Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut pada Pasal 9 Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
URAIAN TUGAS GURU
Jenis tugas guru sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52.
Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah/madrasah.
Melaksanakan Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru. Penjelasan kegiatan tatap muka adalah sebagai berikut:
Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan materi pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap muka.
Menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap muka.
Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan menggunakan media antara lain video, modul mandiri, kegiatan observasi/eksplorasi.
Kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah
Sebelum pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan persiapan, antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi.
Menilai Hasil Pembelajaran
Penilaian dengan tes
Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ulangan harian, tengah semester, dan ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan.
Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.
Pengolahan hasil tes dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes.
Penilaian nontes berupa pengamatan dan pengukuran sikap
Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis atau lisan.
Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dengan proses tatap muka, dan atau di luar kelas.
Pengamatan dan pengukuran sikap yang dilaksanakan di luar kelas merupakan kegiatan di luar jadwal tatap muka.
Penilaian nontes berupa penilaian hasil karya
Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal tatap muka.
Adakalanya dalam penilaian ini, guru harus menghadirkan peserta didik agar untuk menghindari kesalahan pemahaman dari guru, jika informasi dari peserta didik belum sempurna.
Membimbing dan Melatih Peserta Didik
Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
Bimbingan dan latihan pada proses tatap muka
Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler
Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari pembelajaran perbaikan (remedial teaching) dan pengayaan (enrichment) pada mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran perbaikan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai.
Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi yang ditentukan lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan dengan tujuan untuk memperluas atau memperkaya perbendaharaan kompetensi.
Bimbingan dan latihan intrakurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu.
Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain adalah:
Pramuka,
Olimpiade/Lomba Kompetensi Siswa,
Olahraga,
Kesenian
Karya Ilmiah Remaja,
Kerohanian,
Paskibra,
Pecinta Alam,
Palang Merah Remaja (PMR),
Jurnalistik,
Unit Kesehatan Sekolah (UKS),
Fotografi,
Melaksanakan Tugas Tambahan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi.
Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
Profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh misalnya dari pendidikan kejuruan, belum cukup disebut profesi. Tapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktik pelaksanaan , dan hubunngan antara teori dan penerapan dalam praktik. Profesi dapat diartikan pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup yang mengandalkan suatu keahlian. Dimana ada beberapa ciri profesi seprti (1) adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian, (2) terdapat pola pendidikan yang jelas, (3) adanya kode etik profesi , (4) berorientasi pada jasa, (5) adanya tingkat kemandirian.
Profesional merupakan orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seseorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempratikkan suatu keahlian tertentu atau dengan trlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian , sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk bersenang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
jabatan professional
pelakunya secara nyata (defakto) dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
Kecakapan dan keahlian bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap serta menuntut pendidikan juga. Jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif-efisien dan tolak ukur evaluatifnya terstandar.
Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya: Hal ini mendorong pekeria profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyrakat dan atau negaranya. Jabatan professional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja professional tersebut.
Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Kep-Menpan No.84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta
Syahril & Asmidir Ilyas,dkk. 2009. Profesi Kependidikan. UNP Press: Padang
Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset