BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah. Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh da rah (Afrian, 2011). Kejadian tromboflebitis tromboflebitis selama kehamilan kejadian relatif rendah resiko terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi. Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien pas ien – – pasien postpartum. Insiden tromboflebitis tr omboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien
antepartum
dan 1 dalam 700 pasien postpartum . Faktor-faktor yang
mempermudah trombosis trombosis vena (tromboflebitis) antar lain stasis (perlambatan aliran darah ), luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi) dan perubahan fisik atau kimia pada konstituen darah. Untuk mengatasi masalah tersebut maka kelompok menuliskan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ibu Postpartum Postpartum dengan Tromboflebitis”. Tromboflebi tis”.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada Ibu Postpartum dengan Tromboflrbitis. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Memberikan gambaran tentang konsep dasar medis meliputi asuhan keperawatan pada Ibu Postpartum dengan Tromboflebitis b. Memberikan gambaran tentang konsep dasar keperawatan meliputi asuhan keperawatan pada Ibu Postpartum dengan Tromboflebitis
1
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan tentang ibu intranatal dengan partus lama. Adapun teknik penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan : merupakan teknik pengumpulan data dengan cara analisis data (mengutip dari buku-buku dan referensi) 2. Studi internet : teknik pengumpulan data dengan cara mengutip dari situs internet yang menyediakan informasi tentang makalah
D. Sistematika Penulisan
Pada BAB I berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, dalam tinjauan pustaka membahas tentang konsep dasar medik dan konsep asuhan keperawatan. BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran dan halaman terakhir dari makalah adalah Daftar Pustaka
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Medik 1. Definisi
Tromboflebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.(Prawirrohardjo, 2009). Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007). Menurut DepKes RI (1990), tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang mempermudah terjadinya inflamasi. Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukkan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas.
2. Klasifikasi
Menurut Saifuddin (2002), tromboflebitis terbagi menjadi dua, yaitu : a. Pelvio Tromboflebitis atau Tromboflebitis Pelvis Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena di dinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah ke vena renalis dari vena ovarika kanan ke vena kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum. Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi penjalaran 3
mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika daya tahan tubuh kurang, thrombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dank arena embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan i nfark. b. Tromboflebitis Femoralis (Flegmasia Alba Dolens) Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat di daerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi. Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius. Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat, dapat berlanjut menjadi emboli paru paru yang berkemampuan menjadi komplikasi fatal.
3. Anatomi
4
Secara anatomi, pada tungkai terdapat tiga macam sistem vena yang mempunyai arti klinis, yaitu sistem vena superfisial, sistem vena profunda dan sistem vena penghubung (sistem komunikans). Sistem pembuluh vena sebagian besar mempunyai katup yang terbentuk dari reduplikasi lapisan dinding sebelah dalam dan ditunjang oleh jaringan ikat dan elastic. Katup ini menjamin aliran darah kembali ke jantung. Tidak semua vena mempunyai katup, misalnya di daerah kepala dan leher darah mengalir kembali ke jantung karena gravitasi. Katub paling banyak terdapat di eksremitas bawah. Khusus di daerah ekstremitas atas dan bawah ditentukan dua susunan vena, yaitu yang perifer berjalan dibawah kulit dan yang sebelah dalam berjalan mengikuti susunan arteri. Kedua susunan ini dihubungkan oleh vena perforantes, dengan susunan katup demikian rupa sehingga aliran dari perifer ke dalam tetap satu arah. Kerusakan pada katup akan menyebabkan gangguan pada aliran laminar dalam pembuluh vena, sehingga dapat terjadi varises. Vena safena magna sebagai salah satu vena perifer pada tungkai bawah, bermula dari maleolus medialis dan berakhir di vena femoralis di bawah ligamentum inguinale, sedangkan vena safena parva mulai dari maleolus lateralis dan berakhir divena poplitea dibawah persendian lutut. (Jusi, H.D, 1991) Pembuluh darah vena secara anatomi, dari lapisan terdalam tersusun oleh endothelium, tunika intima, otot lingkar dan pada bagian luar tersusun oleh jaringan ikat yang dikelilingi oleh sel lemak. Pembuluh darah vena pada ekstremitas bawah terbagi menjadi 3 subsistem ; a) subsistem vena permukaan, b) subsistem vena dalam, dan c) subsistem penghubung. Vena permukaan terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. Vena safena magna adalah vena terpanjang di tubuh, berjalan dari maleolus di mata kaki, naik ke bagian medial betis dan paha, bermuara ke vena femoralis tepat di bawah selangkangan. Subsistem vena dalam membawa sebagian besar darah dari ekstremitas bawah dan terletak dalam kompartemen otot. Vena-vena dalam menerima aliran dari venula kecil dan pembuluh intramuskular. Sistem vena dalam cenderung berjalan
5
paralel dengan pembuluh arteri tungkai bawah, dan diberi nama yang sama dengan arteria tersebut. Subsistem vena dalam dan permukaan dihubungkan oleh saluran-saluran pembuluh darah yang disebut vena penghubung. Vena penghubung menyusun subsistem penghubung ekstremitas bawah. Aliran vena yang melawan gravitasi melibatkan berbagai faktor yang dikenal sebagai pompa vena. Ada komponen perifer dan sentral dari pompa vena. Pompa vena perifer tergantung pada kompresi saluran vena selama kontraksi otot. Kontraksi otot mendorong aliran untuk maju di dalam sistem vena dalam, katup-katup vena mencegah aliran balik selama relaksasi otot. Selain itu sinus-sinus vena yang kecil dan tidak berkatup atau venula yang terletak didalam otot berfungsi sebagai reservoir darah dan mengosongkan darahnya ke vena-vena dalam selama kontraksi otot. Kontribusi saluran intramuskular ini terutama penting untuk arus balik vena. Kekuatan-kekuatan
sentral
yang
memudahkan
aliran
balik
vena
termasuk
pengurangan tekanan intrathoraks sewaktu inspirasi dan penurunan tekanan atrium kanan dan ventrikel kanan setelah ejeksi ventrikel. (Price dan Wilson, 1995 ).
4. Etiologi
Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah : a. Perluasan infeksi endometrium Invasi/perluasan
mikroorganisme
pathogen
yang
mengikuti
aliran
darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium. b. Mempunyai varises pada vena Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua faktor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboflebitis.
6
c. Obesitas Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dari tromboflebitis. d. Pernah mengalami tromboflebitis Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis karena perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri. e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis. f. Trauma Beberapa
sebab
khusus
karena
rangsangan
langsung
pada
vena
dapat
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena. g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai. h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. (Adele Pillitteri, 2007) Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.
5. Patofisiologi
Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari statis vena sehingga menyebabkan gangguan koagulabiliitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endothelial. Statis vena sering dialami oleh orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Statis aliran darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan 7
penggumpalan darah pada ekstremitas sehingga ekstremitas mengalami edema. Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya pembentukan thrombus. Pembentukan thrombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, thrombosis dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen. Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu thrombosis vena adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi. 1. Statis Vena Aliran darah pada vena cenderung lambat bahkan dapat terjadi statis terutama pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya thrombosis local karena dapat menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya thrombin. 2. Kerusakan Pembuluh Darah Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan thrombosis vena, melalui : a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan proses peradangan. Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombomodulin, yang dapat mencegah terbentuknya thrombin. Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan system pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membrane basalis dan mikrofibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosine difosfat dan tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan system pembekuan darah. 3. Perubahan Daya Beku Darah
8
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecenderungan terjadinya thrombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun. Thrombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti thrombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen. (http://www.scribd.com/doc/211834846/askep-tromboflebitis)
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala secara umum menurut Afrian (2011), yaitu penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi) yang nyeri tekan, kulit disekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat di atas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena didaerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise. Tanda dan gejala secara khusus : a. Pelvio Tromboflebitis 1) Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas. 2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut: a) Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat (30 – 40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas. b) Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C), yang diikuti dengan penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis). c) Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan. d) Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke paru paru. 3) Gambaran darah: 9
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia). b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat yang tepat sebelum mulainya menggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob. c) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar dicapai pada pemeriksaan b. Tromboflebitis Femoralis 1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 – 20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali. 2) Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan tandatanda sebagai berikut : a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan kaki lainnya. b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas. c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha. d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun. e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas. f) Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan memijit betis atau dengan meregangkan tendon akhiles (tanda Homan).
7. Tes Diagnostik
a. Ultrasonograf Doppler Tehnik Doppler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doppler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran Doppler tampak lebih kecil disbanding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relatif murah, mudah 10
dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf Doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas. b. Pemeriksaan Hematokrit Untuk mengidentifikasi hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya pembentukan thrombus c. Pemeriksaan Koagulasi Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas factor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT),thrombin time dan kadar fibrinogen d. Biakan darah Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting
untuk
di
antisipasi
meliputi
Streptokokus
aerob
dan
anaerob,
Staphilokokus aureu, Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah. e. Pemindai ultrastiond dupleks Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten. f. Venografi Bahan kontras disuntikan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis. (http://www.scribd.com/doc/211834846/askep-tromboflebitis)
8. Penatalaksanaan
a. Pelvio Tromboflebitis 1) Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik 2) Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum 3) Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
11
4) Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan (syaifuddin, 2002). b. Tromboflebitis Femoralis 1) Terapi medik Pemberian analgesik dan antibiotik. (Pelayanan Maternal Neonatal, 2007) 2) Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. 3) Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis. 4) Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis. 5) Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya. 6) Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena. 7) Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan. 8) Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep. 9) Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat. 10) Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena. 11) Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran. 12) Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan. 13) Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi. 12
14) Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu. 15) Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin. 16) Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan tromboflebitis yang tepat telah dlakukan.
9. Komplikasi
Menurut Fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut : a) Tromboflebitis Pelvio 1) Emboli para septik Pada tromboflebitis thrombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Thrombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen 2) Septikemia Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk septicemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakter imia dengan sepsis. Septicemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan cepat memburuk. b) Tromboflebitis Femoralis Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru yaitu suatu keadaan di mana terjadinya obstruksi sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli thrombus atau emboli yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Thrombus tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Thrombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang trsumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.
13
10. Prognosis
Yang
dapat
diketahui
dalam
membuat
prognosis
pada
klien
dengan
tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam menggigil yang beruang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis. (http://www.scribd.com/doc/211834846/askep-tromboflebitis)
B. Konsep Asuhan Keperawatn 1. Pengkajian
a. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, no. medical record, nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, tanggal pengkajian. b. Keluhan utama Nyeri pada daerah pembuluh darah vena, nyerti terjadi pada kaki dan kaki mengalami edema c. Aktivitas / istirahat -
Riwayat duduk lama, baik karena berhubungan dengan pekerjaan atau akibat dari pembatasan aktivitas.
-
Imobilitas berkenaan dengan tirah baring dan anesthesia
d. Sirkulasi -
Varises vena
-
Sedikit peningkatan frekuensi nadi (superficial)
-
Riwayat thrombosis sebelumnya, masalah jantung, hemoragi, hipertensi karena kehamilan, hiperkoagulabilitas pada puerperium dini.
-
Nadi perifer berkurang, tanda Homan’ positif mungkin atau mungkin tidak terlihat (indikator TVD)
-
Ekstremitas
bawah
(betis/paha)
mungkin
hangat
dan
warna
merah-
kemerahmudaan, atau tungkai yang sakit dingin, pucat, edema 14
e. Makanan / cairan -
Penambahan berat badan berlebihan/kegemukan
-
Suplai ASI kadang-kadang berkurang pada klien menyusui
f. Nyeri / ketidaknyamanan - Nyeri tekan dan nyeri pada area yang sakit ( missal betis atau paha) - Thrombosis dapat teraba, menonjol/berliuk g. Keamanan -
Adanya endometritis pascapartum atau selulitis pelvis
-
Suhu mungkin agak tinggi; kemajuan pada peninggian yang dapat dilihat dan menggigil (tanda-tanda TVD)
h. Seksualitas -
Multipara
-
Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena-vena pelvis, penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari ekstremitas selama fase intrapartum, atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah vena (statis vena) b. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi d. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi terhadap penyakit e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya inflamasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah vena (statis vena) Tujuan : menunjukkan perbaikan perfusi jaringan Kriteria hasil : 1) Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh adanya nadi perifer, warna kulit dan suhu normal, tidak edema 2) Menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas Intervensi : 15
1) Lihat ekstremitas untuk warna kulit, adanya edema. Catat kesimetrisan betis, ukur dan catat lingkar betis. Rasional : mengetahui adanya gangguan atau kelainan pada ekstremitas 2) Kaji ekstremitas untuk penonjolan vena yang jelas. Rasional : distensi vena dapat terjadi karena aliran balik melalui vena percabangan. 3) Tingkatkan tirah baring selama fase akut Rasional : pembatasan akivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada ekstremitas yang sakit dan meminimalkan kemungkinan penyebaran thrombus atau pembentukan emboli. 4) Anjurkan klien untuk meninggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk sesuai indikasi Rasional : menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena superficial dan tibial 5) Anjurkan klien untuk menghindari pijatan atau mengurut ekstremitas yang sakit Rasional : aktivitas ini berpotensial memecahkan atau menyebarkan thrombus 6) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antikoagulan contohnya heparin Rasional : membantu mengatasi masalah dengan medikasi
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : nyeri yang dialami klien berkurang Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan sudah tidak nyeri 2) Klien menunjukkan tindakan rileks mampu isitirahat dan dapat beraktivitas seperti yang diinginkan Intervensi : 1) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien Rasional : derajat nyeri secara langsung dapat berhubungan dengan luasnya kekurangan sirkulasi 2) Atur posisi nyaman bagi klien Rasional : posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin 16
3) Anjurkan kompres hangat pada daerah yang nyeri Rasional : mengurangi rasa nyeri yang dialami klien 4) Berikan health education tentang penyebab nyeri yang dialami pasien Rasional : pemahaman
pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerja sama dalam melakukan tindakan 5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic Rasional : obat-obat analgesic dapat membantu mengurangi nyeri pasien
c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : suhu tubuh klien normal Kriteria hasil : suhu tubuh klien normal 37 oC Intervensi : 1) Pantau suhu tubuh klien Rasional : peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut 2) Ukur TTV secara rutin Rasional : mengetahui adanya perubahan suhu 3) Berikan kompres hangat Rasional : kompres hangat dapat membantu mengurangi demam 4) Kolaborasi denngan tim medis untuk pemberian obat penurun demam Rasional : membantu mengatasi masalah dengan medikasi
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi terhadap penyakit Tujuan : ansietas pasien berkurang Kriteria hasil : 1) Tingkat kecemasan pasien pada rentang 1-5 dengan komposisi skala 1-10 2) Pasien mampu mengungkapkan secara verbal ansietasnya berkurang Intervensi : 1) Kaji tingkat kecemasan Rasional : mengetahui tingkat kecemasan 2) Berikan informasi actual mengenai diagnosis, tindakan prognosis penyakit Rasional : member wawasan kepada pasien sehingga bias mengurangi kecemasannya 3) Libatkan keluarga untuk mendampingi klien 17
Rasional : peran keluarga mendukung dalam penatalaksanaan mengurangi kecemasan pasien 4) Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi Rasional : mengurangi kecemasan pasien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya inflamasi Tujuan : klien dapat mengetahui mengenai penyakit yang diderita Kriteria hasil : 1) Menyatakan pemahaman mengenai proses penyakit yang dialami 2) Dapat mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan perawatan Intervensi : 1) Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda gejala kemungkinan komplikasi Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi dan memahami kebutuhan perawatan kesehatan 2) Jelaskan tujuan pembatasan aktivitas dan kebutuhan keseimbangan aktivitas / tidur Rasional : istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang rusak 3) Adakan latihan / program latihan yang tepat Rasional
:
membantu
dalam
mengembangkan
sirkulasi
kolateral,
meningkatkan aliran balik vena dan mencegah kambuh 4) Selesaikan masalah faktor pencetus yang mungkin ada Rasional : melibatkan pasien secara aktif dalam identifikasi dan melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah kambuhnya kondisi / terjadinya komplikasi
4. Discharge Planning
a. Memberi pendidikan kesehatan mengenai sakit yang diderita ibu b. Anjurkan keluarga untuk mengontrol asupan nutrisi ibu dan membatasi pergerakkan ibu c. Anjurkan ibu untuk membatasi aktivitas yang berat
18
C. Patoflodiagram Varises Vena
Perluasan infeksi Itrauterus
Trauma pada tungkai
Gangguan kardiovaskuler
Statis darah dalam
Mikroorganisme
Mengenai vena
Peningkatan osmolaritas
vena
meningkat di dalam darah
ditungkai
darah
Merangsang
Banyak pus dan thrombus
Peradangan pada
Peningkatan resiko
thrombosis primer
dalam darah
vena
trombosis
Thrombus
Banyak vena yang
meradang
terhambat trombus
Peradangan pada
Peradangan pada vena
Peradangan pada vena
vena
Perubahan persepsi
TROMBOFLEBITIS
terhadap penyakit
Ansietas
Respon peradangan
Penyempitan pembuluh darah vena Adanya mediator peradangan bradikinin, prostaglandin, dll
Aliran darah vena terganggu
Terjadi statis darah Nyeri
Peningkatan suhu tubuh Penggumpalan darah pada Hipertermi
ekstremitas
Edema
Kurang informasi mengenai
Ketidakefektifan perfusi jaringan
penyakit
perifer
Kurang pengetahuan 19
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis diklafikasikan menjadi 2 yaitu ; pelvio tromboflebitis dan tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis diebabkan oleh perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada vena, obesitas, pernah mengalami tromboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stri up untuk waktu yang lama, trauma, adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena dan memiliki insiden tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya penderita umunya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema atay pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktasi sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan Agar lebih memperhatikan ibu postpartum sehingga terhindar dari komplikasi postpartum seperti tromboflebitis. 2. Bagi keluarga Menjaga kesehatan ibu seperti mengontrol asupan nutrisi dan membatasi pergerakkan ibu setelah melahirkan 3. Bagi ibu Penting untuk menjaga kondisi tubuh dan membatasi aktivitas setelah melahirkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E.2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.Jakarta:EGC 2. http://www.scribd.com/doc/211834846/askep-tromboflebitis (20 Januari 2016) 3. http://dokumen.tips/documents/k13trombosis-dan-tromboflebitis.html (2 Februari 2016) 4. Afrian,
mesra.2011.
Askep
tromboflebitis.
http/mesraafrian./2011/09/askep-
tromboflebitis.html (2 Februari 2016) 5. Fatmawati, ayu.2013. Makalah Flebitis.http:/ayufatmawatianterior./2013/05/makalahtromboflebitis.html (2 Februari 2016) 6. Pillitteri, Adele.2007. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak .Jakarta:EGC 7. 1990. Buku Pedoman Guru Pendidikan Diploma III Keperawatan. Depkes RI 8. Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.FKUI
21